You are on page 1of 19

CASE REPORT

VARICELLA ZOSTER

Pembimbing: dr. Charles S. ,Sp A Disusun Oleh : Margaretha Monika 06-141

KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN ANAK PERIODE 19 Desember 2011 18 FEBRUARI 2012 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA JAKARTA 2011
1

STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama Pasien : An. M Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Alamat Rumah : Jl.Wijaya Kusuma no 31 RT 04 RW 15 Bekasi Tempat / Tanggal Lahir : Bekasi / 17 Mei 1997 Umur : 10 tahun Pendidikan : SD Tanggal pemeriksaan : 12 januari 2009 Orang Tua / Wali Nama Ayah Usia Agama Pendidikan Pekerjaan Penghasilan Nama Ibu Usia Agama Pendidikan Pekerjaan : Tn. S : 40 tahun : Islam : S1 : Karyawan Swasta : 1.750.000 : Ny. T : 37 tahun : Islam : SMA : -

Hubungan dengan orang tua : Anak Kandung Suku bangsa : Betawi

II. RIWAYAT PASIEN


A. Riwayat Keluarga Pasien adalah anak ke 2 dari 3 bersaudara

B. Riwayat Kehamilan dan Persalinan

KEHAMILAN

Morbiditas Ibu pasien ketika hamil tidak kehamilan menderita penyakit apapun. Perawatan Ibu pasien rajin kontrol ke antenatal dokter selama masa kehamilan Tempat kelahiran Rumah Bersalin Penolong Dokter persalinan Cara persalinan Keadaan bayi Normal - Berat lahir : 3200 gram - Panjang badan : 50 cm - Lingkar tahu - Langsung menangis - Pucat : - Biru : - Kuning : - Kelainan bawaan : - Cacat : Kepala : tidak

KELAHIRAN

Kesan : Riwayat kehamilan dan persalinan cukup baik. C. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Pertumbuhan gigi I : 7 bulan Psikomotor o Tengkurap o Duduk sendiri tanpa dibantu o Berdiri o Berjalan o Bicara o Membaca menulis : 5 bulan : 8 bulan : 11 bulan : 15 bulan : 18 bulan : 5 tahun

Kesan : Riwayat pertumbuhan & perkembangan baik. D. Riwayat Imunisasi Dasar 3

Vaksin 1 BCG DPT Polio Hepatitis B Campak Kesan : Pemberian imunisasi dasar E. Riwayat Makanan dan Minuman Umur (bulan) 02 24 46 6-8 8 10 10 - 12 ASI / PASI ASI ASI ASI, PASI ASI,PASI PASI PASI

2 cukup lengkap.

Buah/Biskuit Pisang, Pepaya Pisang, Pepaya, Alpukat Pisang, Pepaya, Alpukat Pisang, Pepaya, Alpukat, Jeruk, biskuit

Bubur Susu

Nasi Tim -

Umur diatas 1 tahun JENIS MAKANAN FREKUENSI DAN JUMLAH Nasi / pengganti 2-3 x / hari, @ piring Sayur Setiap hari, @ mangkuk Daging 2x / minggu, @ 1 potong kecil Telur 2-3 x / minggu, @ 1 butir Ikan 2x / minggu Tahu 4-5x / minggu, @ 1 potong Tempe 4-5x / minggu, @ 1 potong Susu Setiap hari, @ 1 gelas ( 250 cc) Kesan : Riwayat makanan & minuman baik F. Riwayat Perumahan dan Lingkungan Pasien tinggal bersama kedua orang tuanya, serta 2 saudaranya. Lingkungan rumahnya lingkungan padat penduduk. Ventilasi baik, sinar matahari dapat masuk kedalam rumah, rumah bersih dan teratur dengan saluran got yang cukup lancar. Tetangga pasien ada yang terkena cacar. 4

Kesan : Riwayat perumahan, sanitasi baik. Lingkungan kurang baik.

III. ANAMNESIS
Anamnesa dilakukan secara Auto & Alloanamnesa terhadap ibu pasien pada hari Senin, 12 januari 2012, pukul 10.00 WIB. A. Keluhan Utama Timbul bintik-bintik kemerahan yang berisi air pada tubuh sejak 7 hari SMRS. B. Keluhan Tambahan Batuk 3 hari SMRS, pusing, gatal. C. Riwayat Penyakit Sekarang Ibu pasien bercerita bahwa +/- 7 hari yang lalu sebelum ke RSUD BEKASI pasien mengalami gatal dan bentol bentol bergerombol pada punggung pasien. Pasien menduga itu hanya biang keringat sehingga pasien hanya ditaburi punggungnya dengan bedak herocin oleh ibunya. Kira kira 2 hari kemudian pasien merasakan gatal gatal dan kemerahan pada tangan dan daerah wajah. Pasien menduga itu adalah alergi terhadap ikan laut yang sering dimakan oleh pasien beberapa hari ini. Orang tua pasien kemudian memberi pasien minum jamu yang katanya dapat mencuci darah kotor akibat alergi. Tetapi kemudian kemerahan diperhatikan berubah menjadi bentol bentol dan gatal pada tangan dan daerah wajah yang didahului di daerah dada. Lalu beberapa hari kemudian mulai bermunculan sedikit gelembung gelembung berisi cairan bening dan ada beberapa yang telah pecah membentuk korengan. Pasien disuruh oleh orang tuanya untuk mandi dengan larutan PK yang dikatakan ibunya dapat mengobati korengan dan pasien juga menaburi seluruh tubuh yang gatal dengan bedak herocin. Tidak ada perubahan yang dirasakan oleh pasien karena ternyata pasien hanya sesekali menggunakan larutan PK dan kalau ingat saja baru menaburi bedak herocin pada malam hari. Bentol bentol bergerombol dirasakan bertambah dan pasien belum menyadari bahwa dirinya menderita cacar air sehingga pasien masih menjalani aktifitas seperti biasanya. Riwayat lemas, tidak nafsu makan dan sedikit demam sebelum timbul gatal dan kemerahan disangkal oleh pasien. D. Riwayat Penyakit Dahulu 5

Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya. Tidak ada riwayat alergi obat maupun makanan E. Riwayat Penyakit Keluarga tetangga seumuran pasien ada yang sedang menderita cacar air

IV. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan Umum : Sakit sedang Kesadaran : Compos mentis Berat badan Tinggi badan Tanda Vital : - Tekanan darah - Nadi - Suhu - Pernafasan : 32kg : 140 cm

: : : :

Tidak dilakukan 80 x/mnt 37,50C 20 x/mnt

Kepala : Normocephali, tampak papula merah kecil bervesikel tersebar tidak merata, ukuran bervariasi. Rambut : Hitam Distribusi merata Rambut tidak mudah dicabut Wajah Mata : Tampak papula merah kecil bervesikel tersebar tidak merata, ukuran bervariasi dari 0.2 0.5 cm.

: Conjuctiva anemis - / Sklera ikterik - / Refleks cahaya langsung + / + ; refleks cahaya tak langsung + / + Telinga Hidung : Normotia : Bentuk normal Deviasi septum (-) Nafas cuping hidung (-) : Cyanosis (-), Pucat (-) 6

Bibir

Lidah Tonsil Pharynx Leher

: Lidah tidak kotor Tremor (-) : T1- T1, tidak hiperemis : Hiperemis (+) : KGB tidak teraba

Thorax : Pada dada dan punggung tampak papula merah bervesikel tersebar tidak merata, ukuran bervariasi dari 0.2 0.5 cm. Paru : - Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis - Palpasi : Vocal fremitus tidak dilakukan - Perkusi : Sonor di kedua lapang paru - Auscultasi : Ronchi - / - ; Wheezing - / Jantung : - Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat - Palpasi : Ictus cordis teraba pada ics V, 1 cm lateral midclavicularis kiri - Perkusi : Tidak dilakukan - Auscultasi : S1 - S2 reguler ; Murmur (-) ; Gallop (-)

garis

Abdomen : - Inspeksi : Supel, tampak papula merah bervesikel tersebar tidak merata, ukuran bervariasi dari 0.2 0.5 cm. - Palpasi : Nyeri tekan (-) ; hepar dan lien tidak teraba membesar - Perkusi : Tympani - Auscultasi : Bising usus (+) N Genitalia : tidak dilakukan Ekstremitas: Akral hangat ; oedem (-) ; cyanosis (-) Tampak papula merah bervesikel tersebar tidak merata, ukuran bervariasi dari 0.2 0.5 cm. Turgor kulit : Baik 7

V. RESUME
Pasien anak laki-laki berusia 10 tahun, dengan BB : 32 kg, TB: 140 cm. Dibawa oleh ibunya ke RSUD Kota Bekasi dengan keluhan timbul bintik-bintik yang berisi air pada tubuh sejak 7 hari SMRS. Batuk 3 hari SMRS. Bintik-bintik kemerahan mula-mula muncul di perut & dada, kemudian mulai menyebar ke kepala, wajah, punggung, tangan & kaki. Gatal (+). Pusing (+), lemas (+), tetangga seumuran pasien ada yang sedang menderita cacar air. Pemeriksaan fisik yang ada didapatkan Suhu tubuh 37.5 C, Faring hiperemis, dan adanya papula merah kecil bervesikel tersebar tidak merata pada kepala, wajah, dada, punggung, abdomen, dan ekstremitas, ukuran bervariasi dari 0.2 0.5 cm.

VI. DIAGNOSIS KERJA


Varicella

VII. DIAGNOSIS BANDING


Variola Impetigo Scabies Dermatitis Herpetiform

VIII. TATA LAKSANA


Bed Rest Bedak salisil 1%. Acyclovir 20 mg/KgBB per oral dibagi 4 dosis. Acyclovir cream 5% oles tipis pada permukaan 3-4 x / hari Paracetamol 10 - 15 mg/KgBB/x per oral. CTM 0,35 mg/ KgBB/ hr K/P

IX. PROGNOSIS

Ad vitam, Ad functionam, Ad sanationam : Bonam

ANALISA KASUS
Pasien anak laki-laki berusia 10 tahun, dengan BB : 32 kg, TB: 140 cm. Datang dibawa oleh ibunya ke RSUD Kota Bekasi dengan keluhan timbul bintik-bintik kemerahan yang berisi air pada tubuh sejak 7 hari SMRS. Bintikbintik kemerahan mula-mula muncul di dada & perut, kemudian mulai menyebar ke wajah, punggung, tangan & kaki. Batuk (+), pusing (+), lemas (+), tetangga os ada yang menderita cacar air. Pemeriksaan fisik yang ada didapatkan Suhu tubuh 37.5C, faring hiperemis, dan adanya papula merah kecil bervesikel tersebar tidak merata, pada kepala, wajah, dada, punggung, abdomen, dan ekstremitas, ukuran bervariasi dari 0.2 0.5 cm. Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien sakit sedang. Kesadaran compos mentis. Suhu 37,5 0C. Nadi 80 x/mnt. Pernafasan 20 x/mnt. Tampak papula merah pada wajah, dada, punggung, abdomen, dan ekstremitas ; distribusi tidak merata, ukuran bervariasi sekitar 0.2 1 cm. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, maka pada kasus ini dapat didiagnosa sebagai varicella karena sesuai dengan tanda dan gejala klinis mengenai varicella. Pengobatan topikal biasanya dengan kalamin lotion atau bedak salisil 1%, pada pasien ini diberikan bedak salisil 1%. Kemudian diberikan antipiretik bila terdapat demam. Pada pasien ini diberikan Paracetamol 3x 350 mg/kali. Pemberian antihistamin, yaitu diphenhydramine dengan dosis 5 mg/kgBB/hari, dibagi 3x pemberian. Pada pasien ini deberikan diphenhydramine 3x50 mg/kali. Dan obat antivirus, yaitu Asiklovir 20 mg/kgBB/hari. Pasien ini di berikan asiklovir 4x 200 mg/kali ditambah dengan Asiklovir cream 5% pemberian oles tipis 3-4x dlm sehari.

VARICELLA
Sinonim Cacar air, chicken pox Definisi Varicella adalah suatu penyakit infeksi virus akut dan menular, yang disebabkan oleh Varicella Zoster Virus (VZV) dan menyerang kulit, mukosa, serta selaput lendir, ditandai oleh adanya vesikel-vesikel. Etiologi Varicella disebabkan oleh Varicella Zoster Virus (VZV), termasuk kelompok Herpes Virus dengan diameter kira-kira 150 200 nm. Inti virus disebut Capsid, terdiri dari protein dan DNA dengan rantai ganda, yaitu rantai pendek (S) dan rantai panjang (L) dan membentuk suatu garis dengan berat molekul 100 juta yang disusun dari 162 capsomer dan sangat infeksius. VZV dapat pula menyebabkan Herpes Zoster. Kedua penyakit ini mempunyai manifestasi klinis yang berbeda. Diperkirakan bahwa setelah ada kontak dengan VZV akan terjadi varicella ; kemudian setelah penderita varicella tersebut sembuh, mungkin virus itu tetap ada di akar ganglia dorsal dalam bentuk laten (tanpa ada manifestasi klinis) dan kemudian VZV diaktivasi oleh trauma sehingga menyebabkan Herpes Zoster. VZV dapat ditemukan dalam cairan vesikel dan dalam darah penderita varicella sehingga mudah dibiakan dalam media yang terdiri dari fibroblast paru embrio manusia.

Electron micrograph of a Varicella (Chickenpox) Virus.

10

Epidemiologi Varicella merupakan penyakit yang sangat menular, tetapi sangat bergantung pada kekebalan seseorang. Varicella terutama menyerang individu yang belum mempunyai antibodi. Varicella dapat mengenai semua golongan umur, termasuk neonatus (varicella kongenital). 90% kejadian terjadi pada anak usia 1-14 tahun. Penyakit ini lebih berat dan sering menimbulkan komplikasi pada neonatus, dewasa dan individu dengan defisiensi imun. Setelah sakit pasien kebal seumur hidup. Periode menular 1-2 hari sebelum, sampai 5-6 hari setelah timbulnya ruam (rash). Transmisi atau penularan penyakit varicella dilaporkan melalui banyak cara. Penularan dapat dengan : 1. Kontak langsung, 2. Percikan ludah/melalui udara, sehingga menyebabkan penyakit ini sangat menular walaupun sebelum rash timbul, 3. Papul dan vesikel tetapi bukan krusta, mengandung populasi virus cukup tinggi, 4. Transplasental. Imunitas Antibodi terhadap varicella zoster diperoleh dari ibu, antibodi ini bertahan selama 6 bulan, sehingga pada bayi di bawah umur 6 bulan pada umumnya bebas dari penyakit varicella. Bayi yang lahir dari ibu dengan varicella kurang atau sama dengan 5 hari sebelum partus, virus dapat ditransfer ke bayi melalui plasenta, sehingga dapat menimbulkan varicella congenital. Virus merangsang imunitas seluler dan humoral, sehingga penderita akan memperoleh imunitas yang lama (long lasting imunity). Terbentuk 4 subklas IgG, yaitu IgG1, IgG2, IgG3, dan IgG4. pada anak dengan infeksi alamiah, setelah 2 minggu akan terdapat peningkatan IgG 1 dan meningkat lagi setelah 1 bulan, sedangkan IgG2 dan IgG3 terbentuk dalam kadar yang sedikit dan akan menurun secara bertahap, setelah 10 tahun antibodi ini sudah tidak terdeteksi dengan ELISA. Antibodi IgG4 terdeteksi 2 4 minggu setelah infeksi. Antibodi IgG1, IgG4 yang terbentuk masih dapat dideteksi setelah 10 tahun.

11

Pemeriksaan serologis untuk mendeteksi imunitas terhadap VZV dapat dengan : 1. Complement Fixation Test (CFT), 2. Fluorescent Antibody to Membrane Antigen (FAMA), 3. Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA), 4. Immune Adherence Haemagglutination (IAHA). Patologi dan Patogenesis Varicella mulai dengan pemasukan virus ke mukosa yang dipindahkan dalam sekresi saluran pernafasan atau dengan kontak langsung lesi kulit varicella atau herpes zoster. Virus masuk kedalam tubuh, mula mula terjadi pada selaput lendir pernafasan kemudian menyebar melalui peredaran darah dan sistem limfa dan berakhir pada manifestasi kulit. Virus masuk melalui mukosa saluran pemafasan dan diduga berkembang biak pada jaringan kelenjar regional. 3 7 hari setelah infeksi, diduga viremia ringan terjadi, diikuti dengan virus menginfeksi dan berkembang biak di organ seperti hati, limpa dan kemungkinan organ lain. Lebih kurang 10 -12 hari setelah infeksi, terjadi viremia kedua di mana pada saat tersebut virus bisa mencapai kulit. Infeksi pada susunan saraf pusat atau hepar juga terjadi pada saat ini. Rash muncul sesudah 14 hari infeksi. Lesi kulit yang terjadi berupa makula, sebagian besar berkembang menjadi papula, vesicula, pustula, dan krusta sesudah beberapa hari. Vesicula biasanya terletak pada epidermis . Lesi pada kulit terjadi akibat infeksi kapiler endothelial pada papil lapisan dermis kemudian menyebar ke sel-sel epitel lapisan epidermis, folikel kulit, dan glandula sebacea sehingga terjadi pembengkakan. Pada mulanya ditandai dengan adanya makula dan berkembang dengan cepat menjadi papula, vesikel, dan akhirnya menjadi krusta. Lesi ini jarang menetap dalam bentuk makula dan papula saja. Vesikel ini akan berada pada lapisan sel sedangkan dasarnya adalah lapisan yang lebih dalam. Degenerasi sel akan diikuti dengan terbentuknya sel raksasa berinti banyak, dan kebanyakan dari sel tersebut mengandung inclusion body intranuclear type A.

This photomicrograph reveals the intranuclear inclusions produced by varicella virus grown in a tissue culture; Magnified 500X.

12

Dengan berkembangnya lesi yang cepat, lekosit PMN akan masuk ke dalam korium dan cairan vesikel sehingga mengubah cairan yang jelas dan terang menjadi berwarna keruh, kemudian terjadi absorbsi dari cairan ini, akhirnya terbentuk krusta.

Terbentuknya lesi-lesi pada membran mukosa juga dengan cara yang sama, tetapi tidak langsung membentuk krusta. Vesikel-vesikel biasanya akan pecah dan membentuk luka yang terbuka, namun akan sembuh dengan cepat. Gejala Klinis Masa inkubasi 10 21 hari, biasanya 14 16 hari. Perjalanan penyakit dibagi menjadi 2 stadium, yaitu : 1. Stadium prodromal : 24-48 jam sebelum kelainan kulit timbul, terdapat gejala demam ( kenaikan suhu biasanya sedang, berkisar 100-102F/ 37.7-39C) , sakit kepala, perasaan lemah (malaise), anoreksia, kadang terjadi nyeri abdomen ringan. Kadang-kadang terdapat kelainan scarlatinaform atau morbiliform. Demam dan gejala sistemik lain menetap selama 2-4 hari pertama sesudah mulai ruam. 2. Stadium erupsi : Dimulai dengan terjadinya papula merah, kecil, yang berubah menjadi vesikel yang berisi cairan jernih dan mempunyai dasar eritematous. Permukaan vesikel tidak memperlihatkan cekungan di tengah (unumbilicated). Isi vesikel berubah menjadi keruh dalam waktu 24 jam. Biasanya vesikel menjadi kering sebelum isinya menjadi keruh membentuk krusta, bentuk ini sangat khas dan lebih dikenal sebagai tetesan embun / air mata / tear drops . Dalam 3 4 hari erupsi tersebar, penyebaran secara sentrifugal mula-mula di dada lalu ke muka, bahu dan anggota gerak. Erupsi ini disertai perasaan gatal. Pada suatu saat terdapat bermacam-macam stadium erupsi, adanya bentuk papula, vesikel, krusta dalam waktu yang bersamaan, keadaan ini disebut polimorf ; ini merupakan tanda khas penyakit varicella.

13

Vesikel tidak hanya terdapat di kulit, melainkan juga di selaput lendir mulut, mata, dan pharynx.

Varicella with oral and cutaneous involvement. This child's illness was more severe than her younger sibling, from whom she contracted the chickenpox.

Jumlah lesi pada kulit dapat 250 500, namun kadang-kadang dapat hanya < 10 bahkan lebih sampai 1500. Lesi baru tetap timbul selama 3 5 hari, lesi sering menjadi bentuk krusta pada hari ke-6 (hari ke-2 sampai ke12) dan sembuh lengkap pada hari ke-16 (hari ke-7 sampai ke-34). Erupsi kelamaan atau terlambatnya berubah menjadi krusta dan penyembuhan, biasanya dijumpai pada penderita dengan gangguan imunitas seluler. Bila terjadi infeksi sekunder, sekitar lesi akan tampak kemerahan dan bengkak serta cairan vesikel yang jernih berubah menjadi pus disertai limfadenopatia umum. Pada penderita varicella yang disertai defisiensi imunitas sering menimbulkan gambaran klinik yang khas berupa perdarahan, bersifat progresif dan menyebar menjadi infeksi sistemik. Demikian pula pada penderita yang sedang mendapat imunosupresif. Hal ini disebabkan oleh terjadinya limfopenia. Karena kemungkinan mendapat varicella selama masa kanak-kanak sangat besar, maka varicella jarang ditemukan pada wanita hamil (0.7 dari tiap 1000 kehamilan). Diperkirakan 17% dari anak yang dilahirkan wanita yang mendapat varicella ketika hamil akan menderita kelainan bawaan berupa bekas luka di kulit (cutaneous scars), berat badan lahir rendah, hipoplasia tungkai, kelumpuhan dan atrofi tungkai, kejang, retardasi mental, korioretinitis, atrofi cortical, katarak, atau kelainan mata lainnya. Angka kematian tinggi. Bila seorang wanita hamil mendapat varicella dalam 21 hari sebelum ia melahirkan, maka 25% dari neonatus yang dilahirkan akan memperlihatkan gejala varicella congenital pada waktu dilahirkan sampai berumur 5 hari. Biasanya varicella yang timbul berlangsung ringan dan tidak menyebabkan kematian. Sedangkan bila seorang wanita hamil mendapat varicella dalam waktu 4 5 hari sebelum melahirkan, maka neonatusnya memperlihatkan gejala varicella congenital pada umur 5 10 hari. Disini perjalanan penyakit 14

varicella sering berat dan menyebabkan kematian sebesar 25 30%. Mungkin ini ada hubungannya dengan kurun waktu fetus berkontak dengan varicella dan dialirkannya anrtibodi itu melalui plasenta ke fetus. Dilaporkan pula bahwa anak yang dilahirkan oleh ibu yang menderita varicella ketika mengandung kemudian sebelum berusia 2 tahun memderita Herpes Zoster. Seperti diketahui herpes zoster amat jarang ditemukan pada anak di bawah umur 10 tahun ; hanya sebanyak 0.7% tiap tahunnya. Langkah diagnostik Anamnesa o Riwayat kontak o Riwayat demam ringan timbul dalam 24 jam pertama diikuti oleh nyeri kepala selanjutnya timbul ruam. Pemeriksaan fisik o Ruam mula-mula papuler berubah bentuk menjadi vesikuler kemudian menjadi keruh dan dalam 3-5 hari menjadi krusta. o Gambaran lesi berkelompok dengan distribusi paling banyak pada tubuh lalu menyebar ke perifer, yaitu muka, kepala, dan ekstremitas. o Pada suatu saat dapat ditemukan berbagai macam stadium lesi. o Terdapat gambaran polimorf. Pemeriksaan Penunjang o Pemeriksaan laboratorium tidak perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis varicella karena gambaran klinis telah jelas. Pada pemeriksaan darah tidak memberikan gambaran yang spesifik. Kebanyakan anak akan terjadi leucopenia dalam 3 hari pertama kemudian diikuti dengan leukositosis. Leukositosis hebat dapat menunjukkan adanya infeksi bakteri sekunder. o Untuk pemeriksaan varicella dapat dilakukan percobaan Tzanck dengan cara membuat sediaan hapus yang diwarnai denagn Giemsa. Bahan diambil dari kerokan dasar vesikel dan akan didapati sel datia berinti banyak. Diagnosis Banding Varicella dapat dibedakan dengan beberapa kelainan kulit, antara lain : 1. Variola (cacar) : kasus varicella yang berat terutama tipe perdarahan perlu dibedakan dengan variola. 2. Impetigo : lesi impetigo yang pertama adalah vesikel yang cepat menjadi pustula dan krusta. Distribusi lesi impetigo terletak dimana saja. Impetigo tidak menyerang mukosa mulut. 15

3. Skabies : pada skabies terdapat papula yang sangat gatal. Lokasi biasanya antara jari-jari kaki. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Sarcoptes Scabiei. 4. Dermatitis herpetiform : biasanya simetris terdiri dari papula vesikuler yang eritematosus, serta ada riwayat penyakit kronis, dan sembuh dengan meninggalkan pigmentasi. Komplikasi 1. Infeksi sekunder. Infeksi sekunder dilsebabkan oleh Staphylococcus atau Streptococcus dan menyebabkan selulitis, dan furunkel. Infeksi sekunder pada kulit kebanyakan pada kelompok umur di bawah 5 tahun. Dijumpai pada 5 10% anak. Adanya infeksi sekunder bila manifestasi sistemik tidak menghilang dalam 3 4 hari atau bahkan memburuk. 2. Otak. Komplikasi ini lebih sering karena adanya gangguan imunitas. Acute postinfectious cerebellar ataxia merupakan kompilkasi pada otak yang paling sering ditemukan (1:4000 kasus varicella). Ataxia timbul tibatiba biasanya pada 2 3 minggu setelah varicella dan menetap selama 2 bulan. Klinis mulai dari yang ringan sampai berat, sedang sensorium tetap normal walaupun ataxia berat. Prognosis keadaan ini baik, walaupun beberapa anak dapat mengalami inkoordinasi atau dysarthria. Encephalitis dijumpai 1 dari 1000 kasus varicella dan memberikan gejala ataxia cerebellar dan biasanya timbul antara hari ke-3 sampai hari ke-8 setelah timbulnya rash. Biasanya bersifat fatal. Komplikasi ensefalitis setelah sembuh dapat meninggalkan gejala sisa seperti kejang, retardasi mental, dan kelainan tingkah laku. 3. Pneumonitis. Komplikasi ini lebih sering dijumpai pada penderita keganasan, neonatus, imunodefisiensi, dan rang dewasa. Pernah dilaporkan seorang bayi umur 13 hari dengan komplikasi pneumonitis dan meninggal pada umur 30 hari. Gambaran klinis pneumonitis adalah panas yang tetap tinggi, batuk, sesak nafas, tachipneu, dan kadang-kadang cyanosis serta hemoptoe. Pada pemeriksaan radiologi didapatkan gambaran nodular yang radioopaque pada kedua paru. 4. Sindrom Reye. Komplikasi ini lebih jarang dijumpai. Dengan gejala sebagai berikut, yaitu nausea dan vomitus, hepatomegali dan pada pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan SGOT dan SGPT serta amonia. 5. Komplikasi lain. Seperti hepatitis, arthritis, trombositopenia purpura, myocarditis, perikarditis, pankreatitis, keratitis, nefritis, sindrom nefrotik, sindrom hemolitik uremik, dan orkitis jarang. 16

Anak dengan sistem imunologis yang normal jarang mendapatkan komplikasi tersebut diatas, sedangkan anak dengan defisiensi imun, anak yang menderita leukimia, anak yang sedang mendapat pengobatan steroid dan orang dewasa sering mendapat komplikasi yang tersebut diatas. Kadang-kadang varisela pada penderita tersebut dapat menyebabkan kematian. Penatalaksanaan Umum o Istirahat cukup o Bila demam : Paracetamol 10-15 mg/kgBB/kali. o Bila ada infeksi sekunder dapat diberikan antibiotika oral o Obat topikal: Pengobatan lokal dapat diberikan Kalamin Lotion atau bedak salisil 1%. o Antihistamin : Diphenhydramine, cair (12.5 mg/5 ml), kapsul (25 mg/50 mg), dan injeksi (10 & 50 mg/ml). Dosis 5 mg/kgBB/hari, dibagi 3x pemberian. o Diet : Berikan makanan penuh, jangan dibatasi. Bila mengalami anorexia, dimotivasi banyak minum untuk mempertahankan hidrasi. Khusus o Asiklovir sebaiknya sedini mungkin dalam (1-3 hari pertama) o Oral : 20 mg/kgBB/kali dibagi 4 dosis selama 5 hari. o Intravena : 5 10 mg/kgBB tiap 8 jam selama 5-7 hari. o Cream / salep 5 % selama 5 -7 hari Langkah Promotif / Preventif Imunisasi aktif menggunakan vaksin varicella hidup yang dilemahkan : Diatas 10 tahun kecuali atas permintaan dapat diberikan pada usia >12 bulan. Usia 13 tahun & dewasa : 0.5 cc Subkutan, setelah 4-8 minggu diulangi dengan dosis yang sama. Usia 12 bulan 12 tahun : 0.5 cc single dose Diberikan Pasif imunoglobulin (VZIG) 125 U/ 10 kgBB maksimum 625 U secara IM. Post exposure dengan pasien varicella sebelum 72 jam.

17

Dianjurkan diberikan profilaksis VZIG pada anak terganggu imun, wanita hamil, dan bayi baru lahir yang terpajan terhadap varicella ibu.

Prognosis Pada anak sehat, prognosis varicella biasanya lebih baik dibandingkan orang dewasa. Pada neonatus dan anak yang menderita leukimia, imunodefisiensi, sering menimbulkan komplikasi dan angka kematian meningkat. Angka kematian pada penderita yang mendapat pengobatan imunosupresif tanpa mendapat vaksinasi dan pengobatan antivirus antara 7 27% dan sebagian besar penyebab kematian adalah akibat komplikasi pneumonitis dan encephalitis. Dengan perawatan yang teliti dan memperhatikan higiene memberi prognosis yang baik dan jaringan parut yang timbul sangat sedikit.

REFERENSI
1. Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran:Jilid 2, 3rd Ed. Jakarta. Media Aesculapius FKUI. 2007 18

2. Goering, V. Richard, and Dockrell, M. Hazel. Medical Microbiology, 3rd Ed. Elsevier. 2004 3. Price, A. Sylvia, and Wilson, M. Lorraine. Patofisiologi:Konsep Klinis ProsesProses Penyakit . Jakarta. EGC. 2006 4. Http:// www.wikipedia.org/wiki/Varicella_zoster_virus

19

You might also like