You are on page 1of 14

Reza Akbar Rafsanzani 1102009240 1. Memahami tentang pembiayaan kesehatan di klinik dokter keluarga 1.1.

Pengertian Biaya kesehatan didefinisikan besarnya dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat. (Azrul A., 1996) Dari pengertian di atas, ada dua sudut pandang ditinjau dari : 1) Penyelenggara pelayanan kesehatan (provider) yaitu besarnya dana untuk menyelenggarakan upaya kesejatan yang berupa dana investasi serta dana operasional. 2) Pemakai jasa pelayanan yaitu besarnya dana yang dikeluarkan untuk dapat memanfaatkan suatu upaya kesehatan.

1.2. Jenis biaya kesehatan Dilihat dari pembagian pelayanan kesehatan, biaya kesehatan dibedakan : 1) Biaya pelayanan kedokteran yaitu biaya untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan pelayanan kedokteran, tujuan utamanya lebih ke arah pengobatan dan pemulihan dengan sumber dana dari sektor pemerintah maupun swasta.

2) Biaya pelayanan kesehatan masyarakat yaitu biaya untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan pelayanan kesehatan masyarakat, tujuan utamanya lebih ke arah peningkatan kesehatan dan pencegahan dengan sumber dana terutama dari sektor pemerintah.

1.3. Sumber biaya kesehatan Pelayanan kesehatan dibiayai dari berbagai sumber, yaitu : 1) Pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah (propinsi dan kabupaten atau koya) dengan dana berasal dari pajak (umum dan penjualan), deficit financial (pinjaman luar negeri) serta asuransi sosial. 2) Swasta, dengan sumber dana dari perusahaan, asuransi kesehatan swasta, sumbangan sosial, pengeluaran rumah tangga serta communan self help.

1.4. Bentuk pembiayaan kesehatan di KDK 1.4.1. Sumber biaya kesehatan di KDK

Dalam pelayanan di klinik kedokteran keluarga sumber biaya utama adalah dari pasien sebagai imbalan atas jasa pelayanan kesehatan yang mereka peroleh. Sumber-sumber lainnya, misalnya donasi dari pemerintah atau hibah (charity) dari yayasan atau LSM atau dari institusi pendidikan (klinik pendidikan). 1.4.2. Metode pembayaran di KDK Metode pembayaran di klinik dokter keluarga : 1) Fee for service 2) Asuransi, ciri asuransi di klinik kedokteran keluarga : a. Dokter keluarga melakukan pembinaan kesehatan pada keluarga yang menjadi kliennya. Targetnya adalah penurunan angka kesakitan. Bentuknya berapa kunjungan secara berkala ke rumah asien dan memberikan penyuluhan. b. Dokter dibayar secara flat setiap bulannya, bukan berdasarkan jumlah kasus yang ditangani. c. Bila jumlah kasus sedikit maka dokter untung, namun bila banyak maka dokter tidak akan memperoleh keuntungan. d. Premi ditetapkan secara kapitasi, yaitu dihitung berdasarkan faktor resiko dari setiap individu, frekuensi terjadinya penyakit dalam setahun, dan kemungkinan biaya yang dibutuhkan bila ia sakit.

1.5. Asuransi kesehatan Health insurance : The payment for the excepted cost of a group resulting from medical utilization based on the excepted expense incurred by the group. The payment can be based on community or experience rating. (JacobsP., 1997) Definisi di atas ada beberapa kata kunci : 1) Ada pembayaran, yang dala istilah ekonomi ada suatu transaksi dengan pengeluaran sejumlah uang yang disebut premi. 2) Ada biaya, yang diharapkan harus dikeluarkan karena penggunaan pelayanan medik. 3) Pelayanan medik tersebut didasarkan pada bencana yang mungkin terjadi yaitu sakit. 4) Keadaan sakit merupakan sesuatu yang tidak pasti ( uncertainty), tidak teratur dan mungkin jarang terjadi. Tetapi bila peristiwa tersebut benar-benar terjadi, implikasi biaya pengobatan dapat demikian besar dan membebani ekonomi rumah tangga. Kejadian sakit yang mengakibatkan bencana ekonomi bagi pasien atau keluarganya biasa disebut catastrophic illness. (Murti B., 2001)

Manfaat asuransi kesehatan : 1) Asuransi merubah peristiwa tidak pasti menjadi pasti dan terencana. 2) Asuransi membantu mengurangi resiko perorangan ke resiko sekelompok orang dengan cara perangkuman resiko (risk pooling). Dengan demikian terjadi subsidi silang, yang muda membantu yang tua, yang sehat membantu yang sakit, yang kaya membantu yang miskin. 1.6. Unsur-unsur Pembiayaan Kesehatan Dana Dana digali dari sumber pemerintah baik dari sektor kesehatan dan sektor lain terkait, dari masyarakat, maupun swasta serta sumber lainnya yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan pembangunan kesehatan. Dana yang tersedia harus mencukupi dan dapat dipertanggung-jawabkan. Sumber daya Sumber daya pembiayaan kesehatan terdiri dari: SDM pengelola, standar, regulasi dan kelembagaan yang digunakan secara berhasil guna dan berdaya guna dalam upaya penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan dana kesehatan untuk mendukung terselenggaranya pembangunan kesehatan. Pengelolaan Dana Kesehatan Prosedur/Mekanisme Pengelolaan Dana Kesehatan adalah seperangkat aturan yang disepakati dan secara konsisten dijalankan oleh para pelaku subsistem pembiayaan kesehatan, baik oleh Pemerintah secara lintas sektor, swasta, maupun masyarakat yang mencakup mekanisme penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan dana kesehatan.

2. Memahami tentang sistem rujukan A. Definisi Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.032/Birhup/72 tahun 1972 yang dimaksud dengan rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab pengelolaan suatu kasus penyakit dan ataupun masalah kesehatan secara timbal balik, yang dapat dilakukan secara vertikal, dalam arti antar sarana pelayanan kesehatan yang berbeda stratanya, atau secara horizontal, dalam arti antar sarana pelayanan kesehatan yang sama stratanya. B. Macam Dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) rujukan di Indonesia dibedakan atas dua macam, yakni : 1) Rujukan medis. Untuk masalah kedokteran dan untuk menyembuhkan penyakit dan atau memulihkan status kesehatan pasien. Rujukan medis dibedakan atas tiga macam : a a Rujukan pasien (transfer of patient)

a a Rujukan ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) a a Rujukan bahan pemeriksaan laboratorium (transfer of specimens) 2) Rujukan kesehatan. Untuk masalah kesehatan masyarakat, dan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan ataupun mencegah penyakiy yang ada di masyarakat. Rujukan kesehatan dibedakan atas tiga macam : a. Rujukan tenaga b. Rujukan sarana c. Rujukan operasional C. Karakteristik Rujukan pelayanan dokter keluarga tidak termasuk dalam kelompok rujukan kesehatan, melainkan kelompok rujukan medis.rujukan pada pelayanan dokter keluarga mempunyai beberapa karakteristik khusus, yakni : 1) Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab pada rujukan pelayanan dokter keluarga tidak bersifat total, melainkan hanya untuk masalah penyakit yang sedang ditanggulangi saja. Sedangkan masalah penyakit lainnya atau kesehatan pasien secara keseluruhan, tetap berada ditangan dokter keluarga. 2) Dalam melakukan rujukan pasien dalam pelayanan dokter keluarga, pertimbangan tidak hanya atas dasar keadaan penyakit pasien saja, melainkan keadaan sosial ekonomi keluarga secara keseluruhan. 3) Tujuan rujukan pada pelayanan dokter keluarga tidak terbatas hanya pada penyembuhan penyakit dan ataupun pemulihan status kesehatan saja, melainkan juga peningkatan derajat kesehatan dan ataupun pencegahan penyakit. D. Tata cara Tata cara melakukan rujukan : 1) Alasan dilakukannya rujukan harus dijelaskan selengkap-lengkapnya kepada pasien. 2) Dokter yang melakukan rujukan harus berkomunikasi secara langsung dengan dokter tempat rujukan. 3) Keterangan tentang pasien yang disampaikan pada waktu rujukan harus lengkap, tetapi tidak berlebihan. 4) Sesuai dengan ketentuan kode etik profesi, seyogyanya dokter yang dimintakan bantuan pelayanan rujukan bersedia merujuk kembali pasien tersebut apabila pelayanan rujukan telah selesai dilaksanakan. (Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga) E. Manfaat Konsultasi dan Rujukan : 1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan (bila sistemnya berjalan sesuai dengan yang seharusnya) 2. Kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien akan terpenuhi (terbentuk team work) 3. Memahami tentang analisis peranan dokter serta mitra kerjanya

Bentuk komunikasi/kerjasama antara dokter dan teman sejawatnya di lakukan dalam berbagai hal seperti : Merujuk pasien. Pada pasien rawat jalan, karena alasan kompetensi dokter dan keterbatasan fasilitas pelayanan, dokter yang merawat harua merujuk pasiennya pada teman sejawat lainnya. Bekerjasama dengan sejawat. Dokter harus memperlakukan teman sejawat tanpa membeda-bedakan jenis kelamin, ras,usia, kecacatan, agama, status sosial atau perbedaan kompetensi yang dapat merugikanhubungan profesional antar sejawat. Bekerja dalam tim. Asuhan kesehatan selalu di ingatkan melalui kerjasama dalam tim multidisiplin. Mengatur dokter pengganti. Ketika seorang dokter berhalangan, dokter tersebut harus menentukan dokter pengganti serta mengatur proses mengalihkan yang efektif dan komunikatif dengan dokter pengganti. Mematuhi tugas. Seorang dokter yang bekerja pada institusi pelayanan atau pendidikan kedokteran harus mematuhi tugas yang digariskan pimpinan institusi, termasuk sebagai dokter pengganti. Pendelegasian wewenang. Pendelegasian wewenang kepada perawat, peseta prograrm pendidikan spesialis, mahasiswa kedokteran dalam hal pengobatan atau perawatan atas nama dokter yang merawat, harus disesuaikan dengan kompetensi dalam melaksanakan prosedur dan terapi yang sesuai dengan peraturan baru. Komunikasi dokter Profesi lain : Kolaborasi dokter perawat Komunikasi dokter-Apoteker Kolaborasi Prinsip : Perencanaan Pengambilan keputusan bersama Berbagi saran / ide Kebersamaan Tanggung gugat Pendekatan Praktik Hirarkis : Menekankan komunikasi satu arah Kontak Dokter dengan pasien terbatas Dokter merupakan tokoh yang dominan Cocok untuk diterapkan di keadaan tertentu, sepert IGD

4. Memahami Tentang Prosedur Pelaksanaan Pemeriksaan Kesehatan Dokter Keluarga Standar Pelayanan Medis (standard of medical care)

Pelayanan yang disediakan dokter keluarga merupakan pelayanan medis yang melaksanakan pelayanan kedokteran secara lege artis. 1) Anamnesis Pelayanan dokter keluarga melaksanakan anamnesis dengan pendekatan pasien (patient-centered approach) dalam rangka memperoleh keluhan utama pasien, kekhawatiran dan harapan pasien mengenai keluhannya tersebut, serta memperoleh keterangan untuk dapat menegakkan diagnosis

2) Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang Dalam rangka memperoleh tanda - tanda kelainan yang menunjang diagnosis atau menyingkirkan diagnosis banding, dokter keluarga melakukan pemeriksaan fisik secara holistik; dan bila perlu menganjurkan pemeriksaan penunjang secara rasional, efektif dan efisien demi kepentingan pasien semata.

3) Penegakkan diagnosis dan diagnosis banding Pada setiap pertemuan, dokter keluarga menegakkan diagnosis kerja dan beberapa diagnosis banding yang mungkin dengan pendekatan diagnosis holistik.

4) Prognosis Pada setiap penegakkan diagnosis, dokter keluarga menyimpulkan prognosis pasien berdasarkan jenis diagnosis, derajat keparahan, serta tanda bukti terkini (evidence based).

5) Konseling Untuk membantu pasien (dan keluarga) menentukan pilihan terbaik penatalaksanaan untuk dirinya, dokter keluarga melaksanakan konseling dengan kepedulian terhadap perasaan dan persepsi pasien (dan keluarga) pada keadaan di saat itu.

6) Konsultasi Pada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga melakukan konsultasi ke dokter lain yang dianggap lebih piawai dan / atau berpengalaman. Konsultasi dapat dilakukan kepada dokter keluarga lain, dokter keluarga konsultan, dokter spesialis, atau dinas kesehatan, demi kepentingan pasien semata.

7) Rujukan

Pada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga melakukan rujukan ke dokter lain yang dianggap lebih piawai dan/atau berpengalaman. Rujukan dapat dilakukan kepada dokter keluarga lain, dokter keluarga konsultan, dokter spesialis, rumah sakit atau dinas kesehatan, demi kepentingan pasien semata.

8) Tindak lanjut Pada saat-saat dinilai perlu, dokter keluarga menganjurkan untuk dapat dilaksanakan tindak lanjut pada pasien, baik dilaksanakan di klinik, maupun di tempat pasien.

9) Tindakan Pada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga memberikan tindakan medis yang rasional pada pasien, sesuai dengan kewenangan dokter praktik di strata pertama, dan demi kepentingan pasien.

10) Pengobatan rasional Pada setiap anjuran pengobatan, dokter keluarga melaksanakannya dengan rasional, berdasarkan tanda bukti (evidence based) yang sahih dan terkini, demi kepentingan pasien.

11) Pembinaan keluarga Pada saat - saat dinilai bahwa penatalaksanaan pasien akan berhasil lebih baik, bila adanya partisipasi keluarga, maka dokter keluarga menawarkan pembinaan keluarga, termasuk konseling keluarga.

5. Mengetahui tentang Manajemen Klinik dokter keluarga 5.1 Jenis Klinik DK Klinik DK Kelas A (Ideal) 24 jam Kedaruratan dan kejadian luar biasa Pelayanan rawat jalan Pelayanan rawat inap sehari Bedah minor Konseling Preventif dan promotif Kunjungan ke- dan perawatan di rumah pasien

Pemeriksaan penunjang Penyediaan obat Pendidikan, riset, dan pengembangan Kelas B (Optimum) 24 jam Kedaruratan dan kejadian luar biasa Pelayanan rawat jalan Pelayanan rawat inap sehari Bedah minor Konseling Preventif dan promotif Kunjungan ke- dan perawatan di rumah pasien Pemeriksaan penunjang Penyediaan obat Pendidikan, riset, dan pengembangan Kelas C (minimum) 24 jam Kedaruratan dan kejadian luar biasa Pelayanan rawat jalan Pelayanan rawat inap sehari Bedah minor Konseling Preventif dan promotif Kunjungan ke- dan perawatan di rumah pasien Pemeriksaan penunjang Penyediaan obat Pendidikan, riset, dan pengembangan 5.2 Standard pelayanan Syarat SDM dalam klinik dokter keluarga: Dokter: 2 Bidan: 1 Asisten analis: 1 (honor) Asisten apoteker: 1 Staf administrasi dan keuangan: 1 OB: 1 1. Ruang tunggu : Bersih Terang Ventilasi baik Lantai tidak licin Tidak berbau

Tidak bising Suhu nyaman Terpisah dari pasien infeksius

2. Kerahasiaan dan privasi Ruang konsultai terpisah dari ruang tunggu Sistem yang menjamin kerahasiaan medik Menjamin kerahasiaan pasien setelah pelayanan 3. Bangunan dan interior Merupakan bangunan permanen atau semi permanen yang dirancang sesuai pelayanan medis strata pertama yang aman dan terjangkau Memiliki ruang : o Ruang administrasi o Ruang tunggu o Ruang pemeriksaan o Kamar kecil o Dapat melindungi dari panas dan hujan o Relatif mudah diberishkan o Mempunyai ventilasi cukup atau ber ac o Mempunyai sinar yang cukup 4. Alat komunikasi Memiliki alat komunikasi yang biasa digunakan masyarakat sekitar 5. 6. o o o o o Papan nama Poisis papan nama mudah dibaca Tidak ada hiasan maupun lampu warna Ukuran minimal 40x60cm maksimal 60x90cm Warna dasar putih dengan huruf balok warna hitam Memuat nama dokter,sip,alamat praktek ,dan jadwal praktek. Peralatan klinik Memiliki alat alat pemeriksaan fisik sebagai berikut : Alat tes sensasi kulit Auriskop Lampu senter dan kepala Palu refleks Peak flow meter o Ophtalmoscop o Penekan lidah o Pengukur tinggi badan o Snellen chart o Spekulum vagina o Stetoskop o Tensimeter o Termometer

o o o o o o o o

Timbangan badan Memiliki alat laboratorium Alat monitoring gula darah Alat pengukur kadar hemoglobin Alat pemulas sediaan gram Alat pemulas sediaan basah Gelas obyek dan penutup Mikroskop

Memiliki alat tindakan sebagai berikut o Bak instrumen mental o Benang otot dan sutra o Forsep hemostatik o Gunting perban o Jarum kulit o Jarum suntik o Kapas,perban,plester o Minor set o Peralatan resusitasi Tas dokter untuk perawatan rumah o Alat penekan lidah forsep hemostat o Jarum suntik o Kapas dan alkohol o Lampu senter o Obat2an o Pali refleks o Spuit o Stetoskop o Tensimeter o Termometer o Peralatan luka o Kasa o Antiseptik o Larutan irigasi o Perangkat intravena o Kateter Persediaan obat o Adrenalin o Kortokosteroid o Antihistamin o Analgetik o Anti asma o Anti konvulsan o Cairan infus

o o o o o o o

Parasetamol Nsaid Obat luka Anti konvulsan Spasmolitik Anestesi lokal Metode kontrasepsi

5.3. Manajemen klinik Peningkatan Kemampuan & Pengembangan Staf o Bentuk: Kursus, pelatihan, pendidikan formal,dll o Bentuk Lain: Selia Bestari (peer review) di antara sesama staf (medis dan nonmedis) Pengaturan: Bisa dibuat perjanjian tersendiri o Proses: berdasarkan permintaan karyawan atau kebutuhan KDK Untuk tenaga medis o PKB (pendidikan kedokteran berkelanjutan) Seminar, Simposium, Lokakarya. o Peer Review: Pembahasan kasus secara EBM

o Kursus singkat untuk satu ketrampilan tertentu (ATLS, ACLS, EKG, Kepemimpinan, dll) o Pendidikan formal (S2 Aktuaria, S2 Kesehatan Kerja, dll) Untuk paramedis o Kursus keperawatan o Peer Review: Diskusi kelompok o membahas satu masalah (rutin) o Kursus Manajemen pengelolaan o keperawatan di klinik (asuhan keperawatan,dll) o Pendidikan formal seperti Akademi Keperawatan, Akademi Kebidanan, dll Untuk tenaga non-medis o Kursus penggunaan alat tertentu o Kursus Manajemen laboratorium, o Pemeriksaan Kesehatan Berkala o Pendidikan Formal seperti Akademi Penata Rontgen, AKK, o Kursus perpajakan 6. Mengetahui tentang adab dan tata cara dokter muslim dalam menangani pasien

6.1 Konsep Dokter Muslim Seorang dokter muslim adalah seorang muslim itu sendiri, sehingga teladan yang paling utama adalah Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam, apapun profesi dan jabatan seorang muslim. Akhlak seorang dokter muslim ialah akhlak seorang muslim yang menjunjung tinggi adab Rasulullah shalallahu Alaihi Wasallam tersebut sebagai teladan yang sempurna dan akhlak Beliau disarikan dari Al-Quran itu sendiri sebagai pedoman hidup seorang muslim. Sebagai hamba Allah, seorang dokter muslim harus mempunyai tujuan hidup: Hasanah fiddunya dan hasanah fil-akhirah. Ia semata-mata mengabdi kepada Allah (QS. Al-Anam: 112) dengan menjauhi segala larangan (QS. Al Imran: 110) dan mematuhi semua perintah Allah, rasul-Nya dan Ulil Amri. Seorang dokter muslim juga harus mampu mengobati penyakit jasmani, rohani, sosial serta gangguan pada iman dan Islam pasiennya. Etika/adab yang harus dimiliki oleh dokter muslim menurut Zuhair Ahmad al-Sibai dan Muhmmad Ali al-Bar dalam karyanya Al- Thabib , Adabuhu wa Fiqhuh (Dokter, Etika dan Fikih Kedokteran), antara lain dikemukakan bahwa dokter muslim harus berkeyakinan atas kehormatan profesi, menjernihkan nafsu, lebih mendalami ilmu yang dikuasainya, menggunakan metode ilmiah dalam berfikir, kasih sayang, benar dan jujur, rendah hati, bersahaja, dan mawas diri. Seorang dokter muslim harus mampu mengadakan pendekatan kepada masyarakat. Pasien yang sakit adalah mahluk sosial yang merupakan bagian dari suatu komunitas yang sakit. Oleh karenanya, seorang dokter muslim tidak boleh hanya melihat seseorang penderita secara mikro (individual), melainkan juga harus melihatnya dalam skala makro (ingat konsep biopsikososiokultural dan relegius). Seorang dokter muslim harus menyadari dan menginsyafi bahwa mengobati orang sakit karena Allah, adalah suatu amal yang amat tinggi nilainya. Dengan demikian, ia telah melaksanakan dakwah Islam, bahwa Allah-lah yang menurunkan penyakit dan Dia pula yang menurunkan obatnya. Dokter hanya dapat mengenali jenis penyakit dan menuliskan resep, namun hanya Allah jualah yang menyembuhkan. Seorang dokter muslim menghilangkan anggapan bahwa dialah yang men yembuhkan pasiennya. Dengan demikian, seorang dokter muslim harus menyadari bahwa ia adalah khalifah Allah dalam pengobatan yang senantiasa berlaku sopan kepada semua pasiennya dan selalu mendoakan agar Allah memberikan kesembuhan kepada pasien yang ditanganinya. Meskipun sudah banyak penulis, alim maupun pakar kedokteran muslim menyampaikan karakteristik atau ciri dokter muslim, namun sampai saat ini belum ada kesepakatan mengenai rumusan tertulis dokter muslim yang disetujui oleh segenap persatuan dokter muslim baik ditingkat nasional, regional maupun internasional. Menurut Majid Ramadhan (2004) dalam bukunya Karakteristik Dokter Muslim, ciri dokter yang diharapkan dapat menanggung amanat juga kekahalifahan adalah : 1. Aqidahnya benar 2. Ikhlas dan tekun dalam kerjanya 3. Maksimal dalam spesialisasi profesinya 4. Jujur dalam perkataan dan perbuatan

5. Punya komitment untuk selalu dapat bermanfaat bagi manusia 6. Pemalu, jujur dan menjaga rahasia 7. Peka dan penyanyang 8. Ikut merasakan rasa sakit pasien (empati) dan membangun optimisme pada pasien 9. Rendah hati, tidak sombong dan ramah 10. Tidak melebih-lebihkan ongkos dan meringankan yang kesulitan 11. Berpenampilan indah 12. Menasehati pasiennya, dengan menyuruh kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Sifat-sifat atau karakter dokter muslim seperti tersebut di atas juga banyak ditulis oleh ahli lain, antara lain seperti yang dinyatakan oleh Zuhair Ahmad Assi Bai dalam buku Dokterdokter, Bagaimana Ahlakmu (Gema Insani Press) atau juga oleh Sahid Athar dalama buku Islam dan Etika Kedokteran (PSKI UMY). 6.2 Kepentingan Adab dalam Menjalankan Profesi Dokter Adab amat penting dalam kehidupan manusia. Islam amat menuntut umatnya agar sentiasa mempunyai adab-adab yang baik. Islam sebagai agama yang lengkap menggariskan berbagai adab dalam pelbagai kegiatan harian. Dalam perkembangan berkaitan, Dr. Haji Abdullah Siddik (1980) telah mengaitkan adab sebagai satu dasar Ahkam al-Syariati yaitu salah satu garis panduan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Menurut beliau Ahkam alSyariati ialah tata tertib yang mesti dilakukan oleh umat manusia selama hidup di dunia, satu undang-undang Allah untuk umat manusia, yang sempurna, yang praktis, yang dapat dipakai untuk segala zaman dan yang dapat dilakukan oleh manusia sesuai dengan kemampuan dan keperluannya dalam masalah hidup. Pada dasarnya, manusia yang dilahirkan ke dunia ini adalah ibarat kain putih yang belum dipolakan. Adab-adab yang telah digariskan dengan dengan terperinci oleh Islam akan menjadi panduan kepada ibu bapa, guru, pemimpin, masyarakat dan individu itu sendiri, termasuk seorang dokter dalam mempolakan warna hidup seseorang insan. Adab memainkan peranan penting dalam menilai buruk dan baik budi seseorang. Sebagai seorang muslim, kita dituntut supaya menuruti adab-adab yang mulia yang telah dianjurkan oleh ajaran Islam. Semua ini adalah bertujuan agar kita menjadi insan yang akan mendapat ganjaran baik di dunia dan di akhirat. Adab-adab yang digariskan oleh Islam termasuklah yang meliputi kehidupan harian, seperti adab berpakaian, adab ke masjid, adab ketika makan, dan sebagainya, maupun adab dalam menjalankan pekerjaan/profesinya, misal adab dokter terhadap pasien dan lingkungannya. Pendek kata adab-adab yang digariskan adalah lengkap dan meliputi keseluruhan aktivitis dan kegiatan harian seseorang individu muslim. Dalam hal ini, dari segi konsepnya termasuklah adab-adab yang bersangkutan dengan kegiatan profesi seorang dokter (dan) muslim. Dokter muslim yang diinginkan Islam adalah dokter yang mampu memberikan keteladanan, unik dan berbeda dari yang lain, tercermin di dalamnya moral, akhlak maupun

adab yang Islami. Dokter yang mampu mencapai pada tingkatan tinggi dari ahlak yang mulia dan mampu menterjemahkan ke dalam kehidupan riil dalam bentuk adab dokter adalah merupakan prestasi peradaban yang terbesar.
Referensi 1. Ahmad Fauzi bin Mohammed, Ilmu, Adab, Belajar & Mengajar, dalam http://www.sach.kedah.edu.my/esei_karya, dowload Maret 2008. 2. Ali Akbar, 1988, Etika Kedokteran dalam Islam, Pustaka Antara, Jakarta. 3. Majid Ramadhan, 2004, Karakteristik Dokter Muslim, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta. 4. Muhammad Agus Syafii, Pengertian Adab, http://agussyafii.blogspot.com/2009/02/pengertian-adab.html, 15 Aprill 2009. dalam download

5. Muzhoffar Akhwan, 1987, Perawatan Orang Sakit dan Sakharatul Maut dalam Perawatan Jenazah menurut Islam/Medis, Badan Pembina dan Pengembangan Keagamaan, UII, Yogyakarta.

6. Anies. 2006. Kedokteran Bermutu. Semarang.

Keluarga

&

Pelayanan

Kedokteran

yang

You might also like