You are on page 1of 17

LAPORAN DISKUSI KASUS 3 TONSILOFARINGITIS AKUT

Disusun Oleh: Kelompok 2

Anita Amalia Sari Dara Ninggar Santoso Gusta Trisna Pratama Miranti Fristy M. Mohammad Azmi Oke Dimas Asmara Rahmania Kannesia D. Sammy Saleh Alhuraiby Yelsi Khairani

0706260124 0706260194 0706260364 0706260490 0706260515 0706259646 0706259702 0706260635 0706259980

MODUL ELEKTIF FARMAKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA JAKARTA JUNI 2012

Kasus Tonsilofaringitis Akut

Nona A, 19 tahun, seorang mahasiswa, datang ke tempat praktek anda dengan keluhan sakit menelan sejak 2 hari yang lalu. Sakit menelan terutama pada sisi sebelah kanan dan ketika menelan seperti ada yang mengganjal. Selain itu nona A merasa badannya demam namun tidak terlalu tinggi. Keluhan tersebut tidak disertai batuk dan pilek. Keluhan lain tidak ada. Nona A sudah makan tablet hisap FG troches namun tidak ada perbaikan. Pemeriksaan fisis: suhu 37,8C; THT: faring hiperemis, tonsil T2a-T1a, mukosa hiperemis, ulkus (+); pemeriksaan lain dbn. Pemeriksaan lab: ASTO (+) Diagnosis: Tonsilofaringitis akut e.c. Streptokokus hemolitikus grup A

Obat yang tersedia: parasetamol, ibuprofen, amoxicilin, penicilin V, eritromisin, cefadroxil, cefixime, ciprofloxacine, co-amoxiclav, CTM, loratadin, dexametasone, prednisone, gliseril guaikolat, OBH, dextrometorphan, kodein, stimuno, pseudoefedrin

Pertanyaan

1. Bagaimana penatalaksanaan pasien tersebut? Obat apa saja yang akan anda berikan dari obat yang tersedia dan jelaskan alasannya?

Tatalaksana tonsilofaringitis akut meliputi terapi non-farmakologis dan farmakologis. Untuk terapi non-farmakologis pada pasien diberikan edukasi untuk istirahat yang cukup, mempertahankan hidrasi yang cukup, dan menjaga kebersihan rongga mulut agar tidak terjadi infeksi sekunder yang dapat terjadi akibat menurunnya sistem imun lokal. Selain itu, apabila pasien mengeluhkan asupan makanan yang berkurang akibat keluhan nyeri menelan, pasien dapat diedukasi untuk memakan makanan dengan konsistensi lunak. Terapi farmakologis pada pasien ini adalah: Pemberian antibiotik. Antibiotik pilihan sebagai lini pertama infeksi Streptococcus hemolyticus grup A adalah golongan penicillin. Pada pasien ini dapat diberikan penicilin V, karena sebagai antibiotik lini pertama, penisilin V

telah terbukti memiliki efikasi dan keamanan yang baik, spektrum yang sempit serta harga yang relatif lebih murah dibandingkan antibiotik golongan lain.1,2 Namun sebelum diberikan, penting untuk ditanyakan dalam anamnesis adanya riwayat hipersensitivitas atau alergi pada pasien dan keluarganya, juga kemungkinan adanya riwayat alergi terhadap penilisin sebelumnya. Apabila didapatkan riwayat hipersensitivitas terhadap golongan penicilin, alternatif antibiotik yang dapat diberikan adalah golongan sefalosporin atau makrolid.1,2 Pemberian analgesik dan antipiretik, pada pasien dapat diberikan parasetamol, karena memiliki efek antipiretik dan analgesik.

2. Jelaskan mekanisme, indikasi, kontraindikasi, efek samping, interaksi obat, dan aspek farmakokinetik yang penting untuk peresepan! (Tabel terlampir)

3. Buatlah resep untuk pasien tersebut sesuai dengan obat yang telah anda pilih, disertai dosis dan lama pemberian!

Klinik Dokter Keluarga Salemba Jl. Salemba Raya No 6 Jakarta Pusat 021-3334444 Dokter Dara R/ Penicillin V tab 500 mg No. XXX S 3 dd tab I pc ________________________________ R/ Paracetamol tab 500 mg No. X S 3 dd tab I prn demam ________________________________ Jakarta, 19 Juni 2012

Pro : Nn A Usia : 19 tahun Alamat : Salemba

4. Apa edukasi yang anda berikan untuk pasien tersebut sehubungan dengan penyakitnya dan obat yang anda berikan?

Edukasi yang harus dilakukan meliputi berbagai aspek dari penyakit tonsilofaringitis itu sendiri. Dari segi penyebab ada baiknya diberikan penjelasan secara singkat dan jelas mengenai bakteri penyebab, pola dan mekanisme penularan, dan bagaimana cara mencegah penularan. Edukasi juga perlu dilakukan mengenai pengobatan pasien baik yang berupa kausatif dan simtomatis. Antibiotik yang diberikan oleh dokter harus diminum sesuai dengan dosis dan waktu yang telah ditentukan ( biasanya habis dalam 7-10 hari). Kemungkinan terjadinya resistensi obat akibat penggunaan antibiotik yang tidak teratur juga harus dijelaskan kepada pasien. Pengobatan yang bersifat simptomatis juga harus dijelaskan cara pemakaiannya yaitu dapat dihentikan ketika gejala-gejala simptomatis sudah hilang atau membaik. Efek samping dari obat yang diberikan juga harus dijelaskan agar pasien dapat segera kontrol ke dokter apabila terjadi hal tersebut. Sebelum memberikan obat , dokter juga harus menanyakan adanya riwayat alergi obat sebelumnya atau riwayat alergi yang lain untuk menghindari kemungkinan terjadinya reaksi alergi obat seperti hipersensitivitas, urtikaria, angioedema, dan syok anafilaktik. Selain hal diatas, perlu diberitahukan mengenai waktu untuk kontrol kembali jika setelah obat habis keluhan belum membaik atau memburuk. Komplikasi yang dapat terjadi seperti OMA, abses peritonsilar, Glomerulonefritis akut juga perlu dijelaskan secara sederhana dan lengkap.

Daftar Pustaka 1. Wong DM, Blumberg DA, Lowe LG. Guidelines for the use of antibiotics in acute upper respiratory tract infection. Am Fam Physician, 2006;76:956-66. 2. Bisno AL, Gerber MA, Gwaltney JM Jr, et al. Practice guidelines for the diagnosis and management of group A streptococcal pharyngitis. Infectious Disease Society of America. Clin Infect Dis 2002; 35:113. 3. Dewoto, HR. HistamindanAntialergi. DalamFarmakologidanTerapi. Edisi 5. Gunawan, Sulistia G. Jakarta: BalaiPenerbit FKUI, 2007. 4. Estunimgtyas A., Arif A. Obat lokal. In: Gunawan, SG., Setiabudy R., Nafrialdy, Elysabeth. Farmakologi dan terapi. 5th ed. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapi FK UI. 2007. 5. Istiantoro YH, Gan VHS. Penisilin, SefalosporindanAntibiotikBetalaktamLainnya. DalamFarmakologidanTerapi. Edisi 5. Gunawan, Sulistia G. Jakarta: BalaiPenerbit FKUI, 2007. 6. Katzung BG, Masters SB, Trevor AJ. Basic and Clinical Pharmacology. 11th ed. New York: McGraw-Hill;2009. 7. www.mims.com

No. 1.

Nama Obat (Generik & Paten) Parasetamol (Panadol, biogesic, dll)

Mekanisme Kerja Parasetamol berfungsi sebagai analgesic dengan menghambat impuls nyeri di perifer. Parasetamol juga berfungsi sebagai antipiretik dengan menghambat thermostat di hipotalamus. Parasetamol memiliki efek antiinflamasi yang rendah..Onsetnya dicapai dalam waktu <1 jam. Kadar maksimal dalam plasma dicapai dalam waktu jam dan masa paruh plasma 1-3jan. Delapan sampai 43% terikat protein plasma. Diekskresi melalui urin, sebagian kecil dalam bentuk aktif (2-5%), sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi. Ibuprofen berfungsi sebagai analgesik, antipiretik, dan antiinflamasi dengan cara menghambat COX sehingga menghambat biosintesis prostaglandin. Onset analgesiknya dicapai dalam waktu 30-60 menit. Kadar maksimal dalam plasma dicapai setelah 1-2 jam. Waktu paruh dalam plasma sekitar 2 jam\. Sembilan puluh persen terikat dalam protein plasma. Diekskresi melalui urin. Menghambat pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis dinding mikroba dengan cara berikatan dengan penicillin binding protein (PBPs) Metabolisme: dikonversi sampai batas tertentu menjadi asam penicilloic Eksresi: dalam bentuk aktif di urin. Feses. T : 1 jam Time to peak: 2 jam

Indikasi Demam, nyeri ringansedang

Kontra indikasi Penyakit hati

Efek Samping Hepatotoksik (dalam dosis yang besar), reaksi alergi (jarang terjadi), mual, trombositopenia

Interaksi Obat Alkohol (dapat meningkatkan risiko hepatotoksisitas) Metoclopramide (meningkatkan absoprsi paracetamol) Rifampicin, carbamazepine, barbiturate (menurunkan efek paracetamol)

Dosis & Frekuensi Pemberian Anak: 10-15 mg/kgBB/kali Dewasa: 500-1000mg, 34 kali sehari dosis maksimal: 4000mg

Bentuk Sediaan Obat (BSO) Tablet, kaplet, sirup, drops

2.

Ibuprofen (advil, motrin)

Demam, nyeri ringansedang

Perdarahan aktif, hipersensitiv itas

Ulkus peptikum, mual, muntah, retensi cairan, iritasi kulit

Warfarin (dapat memperpanjang masa perdarahan) Methotrexate (meningkatkan toksisitas) Diuretik (mengurangi efekdiuresis)

Anak: 10mg/kgBB/kali Dewasa: 3-4 x 200400mg

Tablet, Sirup

3.

Amoksisilin (Amobiotic, Amosine, Amoxil, Amoxillin, Amoxsan, Arcamox, Bellacid, Bufamoxy, Corsamox, Dexymox, Erphamoxy, Ethimox, Farmoxyl, Ikamoxyl, Intermoxil, Kalmoxillin, Kimoxil,

Infeksi oleh bakteri gram (+) terutama oleh kuman meningokokus,pneu-mokokus, gonokokus dan L. Monocytogenes, Infeksi bakteri gram () H. influenza, E. coli dan P.mirabilis

Hipersensitiv itas

Hipereaktivitas, agitasi, insomnia, pusing, rash maculopapular, exfoliative dermatitis. Urticaria, hypersensitivity vasculitis, diare, mual, muntah, gangguan darah (anaemia, trombositopenia,leukop enia, agranulositosis) ,Neuromuscular hypersensitivity, pseudomembra-nous colitis

Kloramfenikol, tetrasiklin: menurunkan efektifitas Probenecid: menghambat eksresi penisilin Methotrexate: meningkatkan toksisitas methrotrexate Antikoagulan oral: meningkatkan efektifitas antikoagulan

Dewasa: 250-500mg/kali (3 kali sehari) Anak: 20-40mg/kgBB/ hari (dibagi dalam 3 dosis)

Tablet /kapsul 125, 250, 500 mg Sirup 125mg/5mL

4.

Lactamox, Lapimox, Leomoxyl, Mestamox, Mexylin, Mokbios, Moxigra , Novax, Nufamox, Opimox, Ospamox, Pehamoxil, Penmox, Pritamox, Rindomox, Robamox, Scannoxyl, Solpenox, Supramox, Topcillin, Wiamox, Widecillin, Xiltrop) Penicilin V ( Veetids,Peen-Vee K)

Untuk infeksi ringan hingga sedang. Tidak diberikan pada infeksi berat. Untuk pengobatan atau profilaksis infeksi organisme susceptible, terutama streptokokus

Hipersensitif terhadap golongan penisilin

Mual, muntah , rasa tidak enak pada perut, anafilaksis, konvulsi , nefritis interstitial, urtikaria

Jika pasien juga mengkonsumsi nadolol dan propranolol dapat terjadi reaksi anafilaksis. Anafilaksis dipotensiasi oleh beta bloker Jika digunakan bersamaan dengan neomisin, dapat mengurangi absorbsi neomisin,

Anak: 25-50 mg/kgBB/hari PO terbagi dalam 4 dosis terbagi Dewasa: 250500 mg PO Kategori B

Tablet 125,250,500 mg Suspensi 125,250 mg/5mL

Asam 6-Aminopenisilanat, Inti dari setiap turunan Penisilin Mekanisme kerja: Bersifat bakterisid, menghambat pembentukan mukopeptida yag diperlukan untuk sintesis dinding sel mikroba. Obat bergabung dengan penicillin-binding protein (PBP) pada kuman terjadi hambatan proses transpeptidasi antar rantai peptidoglikan aktivasi enzim proteolitik pada dinding sel. Pada bakteri Gram positif yang kehilangan dinding selnya akan menjadi protoplas, sedangkam Gram negatif menjadi sferoplas. Protoplas dan sferoplas kemudian akan pecah atau lisis. Farmakokinetik: Absorpsi:penisilin V bagus absorpsinya secara oral. pH

Indikasi spesifik : Faringitis atau tonsilitis, Antrax (mild uncomplicated), Lyme disease (Stadium awal pada wanita dan anakanak), Gangguan pada limpa (profilaksis infeksi pneumokokus) Demam reumatik (Profilaksis primer atau sekunder), Infeksi kulit oleh streptokokus

lambung yang rendah (pH = 2 ) merusak antibiotik. Absorpsi berlangsung cepat dan diperlambat oleh adanya makanan sehingga pemberian per oral sebaiknya diberikan 30 menit sebelum atau 2 jam setelah makan. Distribusi: distribusi luas di jaringan dan cairan tubuh . 80% terikat protein plasma Metabolisme: di hati. Ekskresi: melalui empedu (sebagian kecil) dan urin (unchanged drug dan metabolit). Spektrum antibakteri: Gram positif aerob dan anaerob: B.anthracis, C.perfringens, C.tetani, C.diphtheriae, E.rhusiopathiae, L.monocytogenes, Peptostreptococcus, Stafilokokus, Streptokokus grup B, S.pneumoniae, S.pyogenes grup A, S.viridans, Enterokokus Gram negatif kokus: N.meningitidis, N.gonorrhoeae Gram negatif anaerob:Prevotella, Fusobacterium Gram negatif basil: P.multocida, S.moniliformis, S.minus, P.mirabilis, E.coli Mikroba lain:Actinomyces, Spirochaetes, Borrelia, Leptospira, Treponema

5.

Erythromycin

Mekanisme kerja: Bersifat bakteristatik, dapat menjadi bakterisid untuk kuman yang sangat peka. Obat ini menghambat sintesis protein kuman secara reversibel melalui ikatannya pada ribosom subunit 50s. bekerja dengan menghambat sintesis protein bakteri, bersifat bakteriostatik atau bakterisid, tergantung dari jenis bakteri dan kadarnya dalam darah. Eritromisin efektif terhadap

Infeksi saluran pernapasan bagian atas dan bawah yang disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti tonsilitis, abses peritonsiler, faringitis, laringitis, sinusitis, bronkitis akut dan kronis, pneumonia, dan bronkiektasis. Infeksi telinga seperti

Hipersensitif terhadap eritromisin, Gangguan hati, penyakit hati, penggunaan bersamaan dengan pimozide

Reaksi alergi, Hipotermia, pemanjangan QT, Torsades de pointes, nyeri abdomen, mual, muntah, jaundice kolestatik, peningkatan risiko infantile hyperthropic pyloric stenosis pada neonatus.

Eritromisin dapat meningkatkan toksisitas teofilin. Penggunaan eritromisin bersama karbamazepin akan meningkatkan konsentrasi karbamazepin dalam darah. Penggunaan eritromisin bersama warfarin dapat memperpanjang waktu protombin.

Anak: 30-50 mg/kgBB/hari PO dalam 3-4 dosis terbagi atau 2040mg/kgBB/ hari IV Dewasa: 250500 mg PO q612h; 500mg-1g IV q6h.

Vial 500mg, 1g Tablet 250, 500 mg Kapsul 250 mg Suspensi 125,250 mg/5 mL

bakteri gram-positif Farmakokinetik: Absorpsi: diserap baik di usus kecil bagian atas; akivitasnya dapat menurun pada pH lambung yang asam karena obat dirusak oleh pH asam; Absorpsi juga dihambat oleh makanan Distribusi:berdifusi baik ke berbagai jaringan tubuh kecuali otak dan LCS Metabolisme:di hati Ekskresi: di empedu Spektrum antibakteri: Gram positif:kokus gram positif, S.pyogenes, S.pneumoniae, S.viridans, S.aureus, C.perfringens, C.diphteriae, L.monocytogenes Gram negatif: N.gonorrhoeae, C.jejuni, M.pneumoniae, L.pneumophila,H.influenzae, C.trachomatis,

otitis media dan eksternal, dan mastoiditis. Infeksi pada mulut, Infeksi mata, Infeksi kulit dan jaringan lunak, Infeksi saluran pencernaan, Infeksi lainnya : osteomielitis, uretritis, GO, sifilis, limfogranuloma venerum, difteri, dan prostatitis.

Penggunaan eritromisin bersama metilprednisolon dapat mengurangi eliminasi metilprednisolon. Penggunaan eritromisin bersama ergotamin tartrat dapat meningkatkan toksisitas ergotamin, dan juga pernah dilaporkan dengan tioleandomisin.

6.

Cefadroxil (Alxil, Ancefa, cefadroxil soho, Cefat, Dexacef, Doxef, Drovax, Droxal, Droxefa, Duricef, Erphadrox, Ethicef, Grafacef, Kelfex, Lapicef, Longcef, Lostacef, Opicef, Osadrox, Pyricef, Q Cef, Qidrox, Renasistin, Roksicap, Sedrofen, Staforin, Tisacef, Vocefa, Vroxil, Widrox, Yaricef) Sefiksim (Cefspan, fixep,

Termasuk dalam cephalosporin generasi 1. Merupakan bagian dari golongan beta lactam. Antibakterial spektrum luas. Menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan berikatan dan menginhibisi transpeptidase dinding sel (bakterisid). T : 1,5 jam Eksresi: Urin

Infeksi saluran kemih, selulitis, abses jaringan lunak, infeksi staphyloccocus, infeksi streptococcus

Hipersensitiv itas terhadap cephalospori n

Mual, muntah, diare, abdominal discomfort skin rash, angioedema peningkatan enzim liver reaksi anafilaksis pseudomembranous colitis.

Pemanjangan PT bila digunakan bersamaan dengan antikoagulan, Eliminasinya berkurang jika digunakan bersamaan dengan probenecid

Dewasa 500mg-1 (2x/hari)

Anak-anak 30 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis

Kapsul 500 mg Tablet 1 g Suspensi 125mg/5ml 250 mg/5ml 500 mg/5ml

7.

Menghambat sintesis dinding sel

Infeksi Saluran Kemih, otitis

Hipersensitif terhadap

Syok, hiper-sensitivitas, gangguan hematologik

Meningkatkan kadar karbamazepin

Dewasa&Anak >30kg

Kapsul - 100 mg

sarcef, spaxim, comsporin, lanfix, sofix, cefixime OGB, spancef, fixacef, maxpro, anfix, ceptik, fixiphar, simcef, tocef)

bakteri. Mempunyai afinitas kuat dengan penicillin-binding proteins (PBP) 3, 1a dan 1b. Aktivitas obat ini dalam melisis kuman berlangsung cepat ( rapid lytic action), hal ini dihubungkan dengan afinitasnya terhadap PBP1b. Afinitas sefiksim terhadap PBP 2 sangat lemah, dan ini menyebabkan obat ini tidak aktif terhadap S aureus dan coagulasenegatif staphylococci.

media,faringitis, tonsilitis, demam tifoid, infeksi saluran nafas

sefalosporin

dan GI, defisiensi Vit K

Dapat meningkatkan waktu pembekuan darah jika diberikan bersama warfarin Dengan aminoglikosida dan furosemid kemungkinan dapat terjadi nefrotoksisitas, karena aditif Dengan Probenesid dapat meningkatkan konsentrasi sefiksim Dengan makanan dapat diberikan bersamaan atau tanpa makanan

Kaps 50 100 mg 2x/hr (dapat ditingkatka n s/d 200 mg 2x/hr untuk kasus yang lebih berat) Sir Kering - 1,5-3 mg/kg BB 2x/hr Demam tifoid pada anak - 10-15 mg/kg BB/hr selama 2 minggu

- 200 mg Sir Kering 100mg/5mLx1

8.

Siprofloksasin (Ciprodex, Cetraxal, Ciloxan, Ciprofloxacin, Cipro HC)

- Merupakan obat golongan fluroquinolon, dimana terdapat perbedaan adanya atom fluor pada cincin quinolon. - Daya antibakterinya, daya serap per oral, spektrum, dan masa kerja obat jauh lebih baik daripada pendahulunya yaitu quinolon. - Saat akan melakukan replikasi dan transkripsi DNA, DNA double helix harus dipisahkan terlebih dahulu, akibatnya terjadi puntiran berlebihan, hal ini diatasi dengan bantuan enzim DNA girase (topoisomerase II) oleh fluroquinolon enzim tersebut dihambat, akibatnya replikasi DNA bakteri terhenti. - Resistensi dapat terjadi melalui 3 mekanisme : Mutasi gen Gyr A subunit A dari DNA girase kuman berubah tidak bisa diduduki obat.

Sangat baik pada bakteri gram negatif, ISK, Protatitis bakterial akut maupun kronis, diare akibat shigella, salmonella, E.coli dan Campylo-bacter, uretritis dan servisitis,Osteomielitis, Atypical TBC, MR-TBC, cystic fibrosis by P.aeroginosa

Ibu hamil Anak kecil dibawah 18 tahun sangat tidak dianjurkan arthropathy.

Efek samping paling sering mual, muntah, dan diare Efek samping yang jarang ditemukan tendinitis, sindroma hemolisis, gagal ginjal, dan trombositopenia.

Obat yang mengandung di trivalent kation Antasid absorpsi siprofloksasin berkurang hinga 50% atau lebih. Pemberiannya diberikan dengan perbedaan waktu 2 jam sebelum, atau 4 jam sesudahnya. Siprofloksasin menghambat metabolisme teofilin kadar meningkat intoksikasi.

Untuk Cystic fibrosis 40 mg/kg BB/hari 2x sehari Infeksi Saluran Kemih 1-17 tahun : 10-20 mg/kg (MAX 750 mg/ dosis) dibagi dalam 2 hari selama 1021 hari Demam tifoid pada dewasa 500 mg oral setiap 12 jam selama 10 hari.

100, 250, 500, 750 mg tablet 500, 1000 mg extended release tablet 50, 100 mg suspensi 10 mg/mL untuk IV infus 3 mg/mL tetes mata 3,3 mg/g salep mata

9.

Amoksisilin + Asam klavulanat (Aclam, Augmentin, Amocomb, Auspilic, Bellamox, Betaclav, Capsinat, Clabat, Claneksi, Clavamox, Claxy, Comsikla, Danoclav, Daxet, Dexyclav, Improvox, Palentin, Surpas, Vlaclav, Vulamox, Vibranat, Syneclav, Protamox, Nuvoclav)

Perubahan permukaan sel kuman Peningkatan mekanisme pemompaan obat keluar sel. - Absorpsi obat baik, bioavailabilitas mencapai 8095%. Konsentrasi serum pada pemberian oral maupun IV hampir sama. Masa paruh obat 3-10 jam. Dieliminasi melalui ginjal. Amoksisilin merupakan gologan antibiotik betalaktam yang bekerja dengan menghambat pembentukan mukopeptida untuk sintesis dinding sel mikroba. Sifatnya bakterisid. Cara kerjanya: 1. Obat bergabung dengan penicillin binding protein (PBPs) 2. Hambatan sintesis dinding sel kuman 3. Aktivasi enzim proteolitik pada dinding sel Asam klavulanat merupakan penghambat betalaktamase, tidak dapat digunakan sebagai obat tunggal karena tidak memiliki aktivitas antibakteri. Bila dikombinasi dengan antibiotik beta laktam, penghambat ini akan mengikat enzim betalaktamase sehingga antibiotik pasangannya bebas dari pengrusakan enzim tersebut dan dapat menghambat sintesis dinding sel bakteri yang dituju. Klorfeniramin merupakan AH1 yang menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus, dan otot polos dengan berikatan pada reseptor histamin.

10.

Klorfeniramin (Dehista, Orphen, CTM Berlico, Histaklor, Pehachlor)

Infeksi gram (-) dan (+) yang memproduksi betalaktamase, kuman anaerob. - Inf. akut THT - Inf. ringan sedang saluran napas bawah oleh H. influenzae, M. Catarrhalis yang memproduksi betalaktamase yang tidak dapat ditangani oleh kotrimoksazole dan sefalosporin - ISK berulang oleh E.coli yang tidak dapat ditangani oleh kotrimoksazole, kuinolon, sefalosporin - Inf. jaringan lunak - Inf. akibat Eikenella corrodens, streptokokus, S. aureus, kuman anaerob oral pada luka gigitan manusia - Alergi: Urtikaria, rinitis (kec. vasomotor), angioedema - Hay fever - Mabuk perjalanan - Vertigo, mual, dan muntah - Dermatitis atopik,

Alergi penisilin

Jarang timbul ES berat. Diare pada dosis >250 mg. Terdapat laporan peningkatan transaminase serum.

Allopurinol menurunkan sekresi ginjal amoksisili sehingga meningkatkan kadar serum amoksisilin. Penggunaan bersama dengan kontrasepsi oral dapat menurunkan efektivitasnya.

Dewasa dan Anak (BB>40 kg) 250 mg/125 mg tiap 8 jam penyakit berat 500 mg/125 mg tiap 8 jam Anak-anak: 20 mg/kg/hari untuk amoksisilin dan dosis penyesuaian untuk KV.

Kaplet: Co-amoxiclav: Amox 500mg, KV 125 mg Sirup kering: Co-amoxiclav: Amox 125mg, KV 31.25 mg Sirup kering forte: Co-amoxiclav: Amox 250mg, KV 62.5 mg

Alergi, neonatus

Sedasi, vertigo, tinitus, lelah, penat, diplopia, inkoordinasi, euforia, gelisah, insomnia, tremor, mual, muntah, keluhan GI yang berkurang dengan pemberian saat makan.

Penggunaan bersama lorazepam, fluoksetin, alprazolam akan mningkatkan potensi efek SSP yang menyebabkan depresi SSP dan gangguan pola pikir dan aktivitas psikomotor.

Dewasa: PO 4 mg/4-6 jam. Maks 24 mg/hari. IV anafilaktik: 1020 mg. Maks. 40 mg/hr

Tablet: Klorfeniramin maleat 4 mg

dermatitis kontak - Gigitan serangga - Reaksi transfusi non hemolitik

11.

Loratadine (alernitis, allohex, aloris, clarihis, Claritin, folerin, dll)

12.

Deksametason (Dellamethason, kalmethason, lanadexon, corsona, danasone, cetadexon, cortidex, dexa-m, etason, indexon, licodexon, molacort, nufadex M, oradexon, pycameth, scandexon)

Loratadine adalah antihistamin nonsedatif. Obat ini bekerja dengan mengikat secara selektif reseptor histamin H1 perifer pada sel. Absorpsi: Diabsorpsi secara cepat per oral., konsentrasi ppplasma puncak setlah 1 jam. Absorpsi dapat terhambat dengan adanya makanan. Distribusi: Dapat masuk ke dalam ASI, tidak dapat melewati sawar otak. Ikatan dengan protein 98%. Metabolisme: di hepar, diubah menjadi descarboethoxyloratadine (desloratadine) Ekskresi: via urin dan feses, waktu paruh eliminasi 8.4 jam (loratadine) dan 28 jam (desloratadine) - Glukokortikoid sintetik dengan aktivitas imunosupresan dan antiinflamasi. - Sebagai imunosupresan Deksametason bekerja dengan menurunkan respon imun tubuh terhadap stimulasi rangsang. - Menekan atau mencegah respon jaringan terhadap proses inflamasi - Menghambat akumulasi sel yang mengalami inflamasi, termasuk makrofag dan leukosit pada tempat inflamasi

Kondisi alergi

Hamil, menyusui, anak kurang dari<2 tahun

Lemas, pusing, mulut kering, sakit kepala, mual, somnolen

Penggunaan bersama dengan anti- spasmodik, pelemas otot, antidepresan trisiklik, dan fenotiazin akan saling meningkatkan efeknya bila digunakan bersamaan. Konsentrasi plasma meningkat oleh ketokonazole, simetidine, nefazodone, eritromisin, dan penghambat CYP3A4 lainnya

Oral Dewasa: 10mg 1x/hari Anak: 2-5 tahun: 5mg 1x/hari.6-12 tahum: 10mg 1x/hari Dengan gangguan ginjal dan hati: dosis harus dikurangi

Tablet 10mg, sirup 5mg/5ml

imunosupresan/antiale rgi, anafilaksis anti-inflamasi Reaksi alergi, seperti asma bronkial, dermatitis atopik, alergi obat, rinitis alergi. Gangguan dermatologik,. Alergi dan inflamasi akut dan kronik pada mata, seperti konjungtivitis, keratitis, neuritis optik. Gangguan gastrointestinal, Edema serebral.

Hipersensitif terhadap deksamethas on, infeksi jamur , tukak lambung

Penggunaan Deksametason jangka panjang dapat mengakibatkan kelemahan otot, mudah terkena infeksi, gangguan keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit, kelainan mata, gangguan sistem endokrin, gangguan saluran pencernaan,

- Dengan insulin: menurunkan efek hipoglikemik. Dengan Fenitoin, fenobarbital, dan efedrin : meningkatkan clearance metabolik dari deksametason, menurunkan kadar steroid dalam darah dan aktifitas fisiologis. Dengan Antikoagulan oral : meningkatkan atau menurunkan waktu protrombin. Dengan Diuretik yang mendepresi kalium : meningkatkan risiko hipokalemia.

Alergi: Pemberian oral : Dewasa : Awal, 0,75-9 mg/hr PO, terbagi dalam 2-4 dosis. Anak-anak : 0,024-0,34 mg/kg/hari PO atau 0,66-10 mg/m2/hari PO, terbagi dalam 24 dosis. Pemberian parenteral : Dewasa : Awal, 0,5-9 mg/hr IV atau IM, terbagi

tablet 0,5 mg, kotak, 20 strip @ 10 tablet. 5 mg / mL injeksi Box isi 10 vial @ 5 mL Box isi 5 ampul @ 1 mL

- Dengan Glikosida
kardiak : meningkatkan risiko aritmia atau toksisitas digitalis sekunder terhadap hipokalemia. Dengan Antigen untuk tes kulit : menurunkan reaksivitas. Dengan Imunisasi : menurunkan respon antibodi.

dalam 2-4 dosis. Anak-anak : 0,06-0,3 mg/kg/hr atau 1,2-10 mg/m2/hr IM atau IV dalam dosis terbagi tiap 6-12 jam. Untuk pengobatan anafilaksis akut atau reaksi anafilaksis : Dosis oral dan IM : Dewasa : 4-8 mg IM dosis tunggal pada hari pertama. Kemudian diberikan dosis oral, 1.5 mg PO 2X sehari pada hari ke 2 dan ke 3; kemudian 0,75 mg PO 2X sehari pada hari ke 4; kemudian 0,75 mg PO sekali sehari pada hari ke 5 dan 6, kemudian hentikan. Untuk pengobatan syok anafilaksis Dewasa : dosis bervariasi 1-6 mg/kg IV atau 40 mg IV tiap 46 jam. Alternatif lain, 20 mg IV dilanjutkan dengan infus IV 3 mg/kg dalam waktu 24 jam.

13.

Prednisone (inflason, nufapredson, pehacort, prednisone nufarindo)

Prednisone memiliki bentuk tidak aktif dan diubah menjadi prednisolone di hepar. Obat ini menurunkan inflamasi dengan menekan migrasi dari pmn dan menurunkan permeablitas kapiler, menekan system imun dengan mengurangi aktivitas dan volume sistem limfatik, menekan fungsi adrenal pada dosis yang tinggi.

Indikasi sama dengan prednisolone. Pneumocystis carinii pneumonia, kondisi alergi, SLE, RA, ITP,asma

Hipersensitiv itas, infeksi serius (kecuali meningitis tuberculosis) ,varicella, infeksi jamur sistemik.

Insomnia, gugup, peningkatan nafsu makan, pusing, hirsutisme, hipopigmentasi, DM, intoleransi glukosa, hiperglismia, artralgia, katarak, glaucoma, epistaksis, diaforesis, sindrom Cushing, edema, fraktur, halusinasi, hipertensi, osteoporosis, pankreatitis, supresi axis pituitary-adrenal, kejang.

Substrat CYP3A4: menginduksi CYP2C19,3A4. Meningkatkan risiko ulserasi GI dengan NSAID. Menurunkan efek barbiturate, fenitoin, dan rifampin. Menurunkan efek salisialt, vaksin, dan toksoid. Dengan ethanol dapat meningkatkan iritasi mukosa lambung.

Dosis sama dengan prednisolone Pneumocystis carinii pneumonia Dewasa>13 tahun dengan AIDS: 40mg 2x1 selama 5 hari dilanjutkan dengan 40mg 1x/hari, lalu 20mg 1x/hari selama 11 hari. Harus diawali dengan antipneumosistis dalam 24-72 jam. Alergi Dewasa: Dosis inisial 30mg pada hari pertama lalu diturunkan 5mg/hari sampai 21 tablet. Tuberkulosis pulmonal lanjut atau ekstrapulmonal DewasaL 4060mg per harilalu diturnkan sampai 4-8 minggu SLE Dewasa: ringan <10mg/hari, sulit disembuhkan atau parah: 2060 mg/hari

Tablet 5mg

RA

Dewasa <10 mg/hari ITP Dewasa 12mg/kg/hari Asma Dewasa: 4069mg per hariselama 3-10 hari,dosis terbagi dalam 12 dosis. Dewasa = 2-4 kali 200-400 mg/ hari Anak = Keamanan pada kehamilan : kategori C Dosis anak (612 tahun) : 2-4 kali 100-200mg (maksimal 1,2 gram/hari)

14.

Gliseril Guaiakolat/Guaia fenesin (GG) Coredryl, Colfin Dextral, Expectorant Flucadex, Pinkid Cough, Nufadryl, Ponflu, Lodecon,

Golongan obat ekspektoran yang mekanisme kerjanya diduga berdasarkan stimulasi mukosa lambung yang selanjutnya secara refleks merangsang n.vagus untuk mensekresi kelenjer saluran nafas sehingga menurunkan viskositas dahak dan mempermudah pengeluaran.

Batuk berdahak

Tidak dianjurkan untuk anak <6 tahun

Sedasi Mual Muntah

Sirup 100 mg/5ml

15.

OBH (obat batuk hitam) OBH plus, OBH Combi, OBH Prima, OBH dryl

16.

Dextrometorphan

Golongan obat ekspektoran yang mengandung ammonium klorida. Bekerja dengan menstimulasi mukosa lambung yang selanjutnya secara refleks merangsang n.vagus untuk mensekresi kelenjer saluran nafas sehingga menurunkan viskositas dahak dan mempermudah pengeluaran. Obat ini biasanya dalam bentuk campurab debfab ekspektoran lain atau antitusif Bekerja di pusat dengan meningkatkan ambang batas reflek batuk Potensinya hampir sama dengan kodein Merupakan substrat enzim

Batuk berdahak

Harus hatihati pada pasien dengan insufisiensi ginjal, hati dan paruparu. Keamanan pada kehamilan : kategori C

Asidosis metabolic Mual, muntah, sakit kepala.

Dosis dewasa : 300 mg tiap 2-4 jam

Sirup 300mg/5mL Bentuk sediaan kombinasi tergantung merk

Batuk nonproduktif

Alergi dan anak usia di bawah 2 tahun

mual, konstipasi, nyeri perut, depresi SSP jika pemberian > 2 mg/kg

Berinteraksi dengan MAOi dan obat yang dimetabolisme enzim CYP2D6

Dewasa 1030 mg PO q4h (max 120 mg/hari). Anak 26th 2,5

Caps 30 mg; Tablet hisap 2,5; 5; 7,5; 15 mg; sirup 15 mg/15 mL, 10

CYP2D6

7,5 mg q48h (max 30 mg/hari). 712 tahun: 5 10 mg q48h (max 60 mg/24 h)

17.

Codein

Bekerja sebagai antitusif dengan meningkatkan ambang batas batuk secara sentral dan efek adiksinya sangat rendah. Untuk analgesik, Kodein merupakan agonis parsial reseptor sehingga efek analgesiknya lebih rendah dari morfin. Metabolisme oleh enzim CYP2D6

Batuk nonproduktif dan Analgesik

Alergi

Sakit kepala, konstipasi, penurunan tekanan darah, depresi pernapasan

toksisitas meningkat dengan penggunaan bersama TCAs. MAOIs, penghambat neuromuskular, depresan, fenotiazin, dan analgesik narkotik. Berinteraksi dengan obat yang dimetabolisme enzim CYP2D6

Dewasa. Analgesik: 1520 mg PO or IM qid PRN. 120 mg IM = 10 mg IM morphine Antitusif: 1020 mg PO q4h PRN; max 120 mg/hari. Anak Analgesik: 0,51 mg/kg/kali PO q46h PRN Antitusif: 11,5 mg/kg/hari PO q4h; max 30mg/hari

mg/5 mL; liquid 10 mg/15 mL; 3,5/5 mL; 7,5/5 mL; 15 mg/5 mL; sustainedaction liquid 30 mg/5 mL Tablet 15,30,60mg solusio 15 mg/5 mL; Injeksi 15,30 mg/mL

18.

Stimuno (ekstrak tanaman Phyllanthus niruri L)

19.

Pseudoefedrine(R

Imunomodulatoryang digunakanuntukmemperbaikisi stemimundengancarastimulasi padakondisidefisiensiimundan menekanpadasaatreaksiimunbe rlebihan. Phyllanthusniruri LatauseringdisebutdenganMeni ran KandungankimiaPhyllanthusni ruri L berupa: a) Lignan b) Terpen c) Flavonoid d) Lipid e) Benzenoid f) Alkaloid g) Steroid h) Alcanes, dll Pseudoefedrin agonis

Untukmenjaga stamina Penyakit batu empedu, gonorhoe, dan diabetes Dispepsia, kolik, diaredan Disentri Anti inflamasi Dan lain-lainnya.

Alergi

Tidak ada data

Tidak ada data Anak : 3 kali sehari 1 sendok takar sirup (5 ml)

Tiap 5 ml StimunoSirup mengandunge kstrakPhyllant husniruri 25 mg TiapkapsulSti munomengand ungPhyllanthu sniruri 50 mg Stimunokapsul , sirup 60 ml dan 100 ml

Dewasa : 3 kali sehari 1 kapsul

Dekongestan

hipertensi

angina, rebound

Glikosida jantung,

60 mg setiap 4-6

hinos Neo, Neo Triaminic, Alco,Rhinos SR, Corhinza, Aldisa SR)

reseptor adrenergic alfa dan beta. Obat ini menyebabkan vasokonstriksi stimulasi reseptor alfa adrenergic dari mukosa respirasidan reseptor beta adrenergicrelaksasi bronchial dan meningkatkan denyut jantung dan kontraktilitasalirandarahme nurun, sekresi mucus jugaberkurang

berat, penggunaano bat MAOI

phenomenon, takikardia dan aritmia, meningkatkantekanand arahataumemperburukh ipertensi, gangguan cemas, temor, insomnia,iritabilitas, penurunan nafsu makan

kuinidin, TCA meningkatkan risiko hipertensi dan aritmia Meningkatkan efek vasokontriksi jika diberikan dengan ergot atau oksitosin. MAO inhibitor krisis hipertensi.

jam (dewasa) dan 15 mg 34x/hari (2-6 tahun), 30 mg 34x/hari (6-12 tahun)

tablet, oral drop, sirup

You might also like