You are on page 1of 5

Penanganan Limbah Industri Tahu Koperasi Ngudi Lestari Tim peneliti/ahli: Dr. Setyawan Purnama dan Dr.

Jaka Widada Fakultas Geografi dan Fakultas Pertanian UGM Mitra kerja: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Waktu pekerjaan: 8 bulan Deskripsi singkat pekerjaan: Dusun Gunungsaren, Desa Trimurti, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Jogjakarta, dikenal sebagai sentra industri tahu. Akan tetapi kegiatan usaha ini mengakibatkan pencemaran terhadap air tanah. Sehingga membutuhkan tindakan preventif terhadap limbah tahu tersebut. Tujuan dari Program Vucer ini adalah membuat sistem pengolahan limbah yang mudah dibuat dan mudah dioperasikan dengan biaya murah. Adapun metode yang digunakan untuk menangani limbah tahu di Dusun Gunungsaren adalah sistem pengolahan limbah trickling filter. Sistem ini cocok digunakan untuk menangani limbah cair yang encer seperti halnya limbah tahu. Hasil pengujian menunjukkan bahwa sistem operasi pengolah limbah berjalan dengan baik. Selanjutnya dilakukan percobaan pemanfaatan alat ini dalam mengolah limbah. Untuk itu disalurkan limbah cair dari tempat penampungan limbah ke dalam bak pengolah menggunakan pompa air. Hasilnya, sebagian limbah cair telah menjadi relatif jernih dan bau menyengat yang semakin berkurang. Meskipun demikian masih terdapat juga hasil samping pengolahan limbah berupa cairan pekat, yang dikembalikan ke tempat penampungan limbah sebelumnya untuk diolah kembali. Selanjutnya limbah cair yang telah menjadi lebih jernih masuk ke dalam bak penampungan. Di dalam bak penampungan ini dilakukan pemisahan antara limbah cair dan endapan limbah untuk dibuang ke tempat pembuangan akhir. Untuk menguji keberhasilan sistem ini dalam mengolah limbah, dilakukan pengambilan sampel limbah yang belum diolah dan sampel limbah hasil pengolahan. Hasil analisis di laboratorium menunjukkan terjadinya penurunan kandungan BOD dan COD yang cukup signifikan. Sebelum diolah, limbah tahu mempunyai kadar BOD sebesar 523 mg/l dan COD sebesar 1146 mg/l, setelah diolah turun menjadi 287 mg/l dan 573 mg/l. Limbah hasil pengolahan juga

tampak lebih jernih dan tidak berbau, demikian pula pH limbah meningkat dari 5,4 menjadi 6,7. Menurut S.K. Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor Kep-03/MENKLH/II/1991 Tanggal 1 Februari 1991, nilai parameterperameter tersebut telah memenuhi baku mutu limbah golongan IV. Berdasarkan hasil ini, secara umum kegiatan Program Vucer ini dapat dikatakan berhasil dengan baik. Permasalahan yang ada adalah dalam hal sosialisasi dan penyebarluasan penggunaan serta modal awal untuk pembuatan alat pengolah limbah ini cukup besar bagi masyarakat Dusun Gunungsaren. Selain itu kesadaran para pengusaha tahu akan kelestarian lingkungan juga belum begitu tinggi.

KARAKTERISTIK LIMBAH TAHU


Limbah cair industri pangan merupakan salah satu sumber pencemaran lingkungan. Jumlah dan karakteristik air limbah industri bervariasi menurut jenis industrinya. Contohnya adalah industri tahu dan tempe. Industri tahu dan tempe mengandung banyak bahan organik dan padatan terlarut. Untuk memproduksi 1 ton tahu atau tempe dihasilkan limbah sebanyak 3.000 - 5.000 Liter. Sumber limbah cair pabrik tahu berasal dari proses merendam kedelai serta proses akhir pemisahan jonjot-jonjot tahu. Pada Tabel 1 dapat dilihat bagaimana karakteristik pencemar yang berasal dari limbah pabrik tahu. Pada umumnya penanganan limbah cair dari industry ini cukup ditangani dengan system bilogis, hal ini karena polutannya merupakan bahan organic seperti karbohidrat, vitamin, protein sehingga akan dapat didegradasi oleh pengolahan secara biologis. Tujuan dasar pengolahan limbah cair adalah untuk menghilangkan sebagian besar padatan tersuspensi dan bahan terlarut, kadangkadang juga untuk penyisihan unsur hara (nutrien) berupa nitrogen dan fosfor.

Air Limbah Tahu Dapat Diolah Untuk Membran "Sound System" Oleh: Warisno (Ajun Penyuluh Pertanian Muda pada Dinas Pertanian Kabupaten Wonosobo) Pemerintah akhir-akhir ini sangat menekankan era "sadar lingkungan" dan mengharuskan semua industri membuat analisis masalah dampak lingkungan (Amdal) sesuai dengan SK Menteri KLH No.52 Tahun 1986 dan SK Menteri KLH No.29 Tahun 1986 serta SK Menteri KLH No.03 Tahun 1991 Tentang Peraturan Pembuangan Limbah. Bagi industri yang sudah beroperasi dan yang akan dibangun serta yang air limbahnya dibuang ke perairan harus memenuhi standar baku mutu limbah yang telah ditentukan. Dengan meningkatnya kesadaran lingkungan dan perlindungan lingkungan hidup dari polusi, kegiatan penanganan limbah komunal dan industri akan menjadi kegiatan yang tidak dapat di tawar lagi. Kegiatan tersebut akan mendorong terjadinya perlombaan perbaikan potensi sistem untuk memenuhi persyaratan perundang-undangan yang berlaku. Penanganan air limbah industri maupun limbah komunal juga amat menarik bila dilihat dari segi pendaur-ulangan air limbah, juga untuk mengefisienkan pengolahan air limbah. Proses pengolahan air limbah selain menghasilkan air buangan yang "bersih" juga dapat dimamfaatkan lebih lanjut sebagai produk olahan yang dapat memberikan nilai tambah yang cukup tinggi. Demikian juga air buangan sisa pengolahan tahu yang yang hingga kini merupakan limbah industri yang memberikan uranium terhadap tingginya tingkat pencemaran lingkungan, ternyata bisa dibuat menjadi produk baru yang sangat bermamfaat bagi kehidupan manusia, yaitu nata de soya. Produk makanan hasil fermentasi itu dapat diterapkan dalam skala kecil (skala rumah tangga) maupun skala industri yang maju dengan peralatan yang serba canggih, baik oleh pengusaha tahu itu sendiri maupun pengusaha lainnya yang berminat. Menurut Kepala Balai Pengembangan Makanan, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Hasil Pertanian (BBIHP) Bogor, Ir Basrah, yang bersama Ir Dadang Supriatna telah meneliti hal tersebut, nata adalah sejenis makanan penyegar yang bahan bakunya kini dari air kelapa dan biasa dikenal dengan sebutan nata decoco, idsebutkan pula, hasil penelitian yang dilakukannya menunjukakkan air limbah pengolahan tahu, baik air limbah pengolahan tahu Cina (yang dibuat dengan penggumpal siokho) atau limbah pengolahan tahu biasa (yang dibuat dengan penggumpal asam/air biang), dapat dimamfaatkan unutk pembuatan (nata de coco). Sebagai makanan atau lauk pauk yang realtif murah dan bergizi, tahu juga dikenal berprotein tinggi. Berdasarkan data dari statistik yang ada,

industri pengolahan tahu di Indonesia sebanyak 4.000 unit yang tersebar di Jawa Barat dan berbagai daerah lainnya. Jika ditinjau dari komposisi kimianya, ternyata air limbah tahu mengandung nutrien-nutrien (protein, karbihidrat, dan bahan-bahan lainnya) yang jika dibiarkan dibuang begitu saja ke sungai justru dapat menimbulkan pencemaran. Tetapi jika dimamfaatkan akan menguntungkan perajin tahu atau masyarakat yang berminat mengolahnya. Whey tahu selain mengandung protein juga mengandung vitamin B terlarut dalam air, lestin dan oligosakarida. Whey tahu mempunyai prospek unutk dimamfaatkan sebagai media fermentasi bakteri, diantaranya bakteri asam asetat Asetobacter sp termasuk bakteri Asetobacter xylinum. Asetobacter xylinum dapat mengubah gula subtat menjadi gelselulosa yang biasa dikenal dengan nata. Dengan pertolongan bakteri tersebut (Asetobacter xylinum) maka komponen gula yang ditambahkan ke dalam subtrat air limbah tahu dapat diubah menjadi suatu bahan yang menyerupai gel dan terbentuk di permukaan media. Menurut hasil penelitian micorbial cellulose ini nata selain untuk makanan, sekarang (teruatma di Jepang) telah dikembangkan unukt keperluan peralatan-peralatan yang berteknologi tinggi, misalnya untuk membran sound system. Sebagai transduser pada sound system, nata de soya mempunyai beberapa keunggulan yang tidak dimiliki oleh bahan-bahan yang lain. Keunggulan tersebut antara lain lebih kenyal, suara yang dihasilkan oleh membran sound system tersebut lebih bagus (sesuai dengan aslinya). Selain itu, biaya produksinya juga lebih kecil. Dengan demikian efisiensi perusahaan dapat lebih ditingkatkan. Teknologi pembuatan nata de soya cukup sederhana karena semua bahan baku baik limbah tahu maupun enzimnya yaitu Asetobacter xylinum semuanya dapat diperoleh dengan mudah. Mudah-mudahan dengan digalakannya analisis masalah dampak lingkungan (Amdal) oleh pemerintah, industri pengolahan tahu akan tergerak untuk memamfaatkan limbahnya yang terbuang percuma aar tidak mengakibatkan pencemaran lingkungan. Dengan makin meningkatnya kesadaran masyarakat akan lingkungan yang bersih dan sehat, sangat tepat jika teknologi pembuatan nata de soya dapat segera tersebar kepada masyarakat luas, baik produsen tahu itu sendiri maupun pengusaha kecil lainnya yang menaruh minat di bidang pembuatan nata de soya. Suatu tantangan besar bagi para enterpreneur untuk mengolah dan memamfaatkan limbah tahu menjadi sebuah produk yang sangat bermamfaat bagi manusia. Selain hal tersebut, peluang pasar yang tersedia, baik dalam negeri maupun untuk ekspor cukup terbuka luas. Tinggal bagaimana

memamfaatkan peluang pasar, tersebut secara optimal agar diperoleh pendapatan perkapita masyarakat yang tinggi. (Harian Umum Suara Pembaruan, 4 Oktober 1994)

You might also like