You are on page 1of 25

1 BAB I PENDAHULUAN Dalam Bab ini diuraikan mengenai Latar Belakang, Rumusan Masalah,Tujuan, Manfaat, Kerangka Konsep, dan

Metode Penelitian. 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang dilaksanakan setiap negara berkembang

mempunyai perbedaan prinsip yang dilandasi falsafah, hakikat, tujuan, strategi ataupun kebijaksanaan dan program pembangunannya. Namun demikian, pembangunan yang dilakukan negara berkembang secara umum merupakan suatu proses kegiatan yang terencana dalam upaya

meningkatkan pertumbuhan ekonomi, perubahan sosial, dan perubahan kearah modernisasi guna meningkatkan kualitas hidup manusia dan kesejahteraan masyarakat. Pandangan baru tentang paradigma pembangunan tersebut menitik beratkan pada strategi pembangunan dari bawah ke atas dengan didasarkan pada mobilisasi sumber daya manusia, sumber daya alam dan kelembagaan, dengan tujuan memenuhi kebutuhan dasar penduduk wilayah itu. Strategi ini harus didukung oleh sumberdaya manusia yang memiliki prakarsa dan daya kreasi tinggi untuk itu perlu campur tangan pemerintah melalui berbagai macam usaha/kegiatan. Menurut Ndraha (2000 : 436) pengelolaan usahausaha yang demikian memerlukan tenaga-tenaga pemerintahan dan

2 birokrasi berketerampilan tinggi dan siap untuk menggerakkan mesin pembangunan secara profesional. Pembangunan yang dilaksanakan pemerintah daerah di pedesaan, merupakan suatu upaya pemerintah dalam menempatkan kawasan

pedesaan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat miskin atau kecil. Karena itu program pembangunan disentra pengembangan agribisnis pada hakekatnya adalah kegiatan awal untuk memacu pembangunan ekonomi pertanian pasca otonomi di pedesaan. Semenjak gerakan reformasi digulirkan dalam rangka merubah struktur kekuasaan menuju demokrasi dan desentralisasi, maka kebutuhan masyarakat terhadap suatu pelayanan prima dari pemerintah, dalam hal ini pemerintah daerah menjadi sangat penting. Pergeseran spirit tersebut di tandai dengan lahirnya peraturan perundang-undangan antara lain : UndangUndang No 22 Tahun 1999 dan selanjutnya dilakukan revisi menjadi UndangUndang No 32 Tahun 2004 jo menjadi Undang-Undang No 12 Tahun 2008, telah dijadikan landasan yuridis untuk menggeser fokus politik

ketatanegaraan, desentralisasi kekuasaan dari pemerintah pusat kepada daerah. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 19 Tahun 2008 tentang pemerintahan kecamatan, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 73 Tahun 2005 tentang pemerintahan kelurahan dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 72 Tahun 2005 tentang pemerintahan desa. Inti dari peraturan perundang-undangngan tersebut adalah penyelenggaraan

3 pemerintahan lokal yang menekankan pada prinsip demokrasi dan peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh daerah masing-masing. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2008 menyebutkan kecamatan atau sebutan lain adalah wilayah kerja camat sebagai perangkat daerah kabupaten/kota. Selanjutnya dinyatakan bahwa perangkat daerah kabupaten/kota terdiri atas sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinas daerah, lembaga teknis daerah, kecamatan dan kelurahan. Kecamatan bukan lagi wilayah administrasi pemerintahan melainkan wilayah kerja dari perangkat daerah. Camat tidak lagi berkedudukan sebagai kepala wilayah kecamatan dan sebagai alat pemerintah pusat dalam menjalankan tugas- tugas dekonsentrasi, namun telah beralih menjadi Perangkat Daerah yang hanya memiliki kuasa dalam lingkungan wilayah kecamatan. Camat adalah penyelenggara pemerintah di tingkat kecamatan yang menerima pelimpahan sebagian wewenang pemerintah dari bupati atau walikota yang bersangkutan. Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi camat sebagai pelaksanaan kebijakan pemerintah daerah, kegiatan operasionalnya diselenggarakan oleh seksi dan kelompok jabatan fungsional menurut bidang dan tugasnya masing-masing. Camat secara teknis operasional maupun teknis administratif berada di bawah dan bertanggung jawab kepada bupati melalui sekretaris daerah, dan dalam melaksanakan tugasnya

4 menyelenggarakan hubungan fungsional dengan instansi lain yang berkaitan dengan fungsinya. Perubahan posisi atau status camat dari kepala wilayah menjadi perangkat daerah dengan fungsi utama menangani sebagian urusan otonomi daerah yang dilimpahkan serta menyelenggarakan tugas umum pemerintah. Membuat hubungan antara camat dengan kepala desa maupun para aparatur dinas teknis bersifat koordinatif. Dari penjelasan di atas dapat dinyatakan bahwa camat merupakan administrator bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan yang menerima pelimpahan sebagian kewenangan pemerintahan dari

bupati/walikota bupati/walikota kecamatan.

dan camat pun harus bertanggung jawab kepada sebagai pimpinan dari tim kerja perangkat wilayah

Perkembangan pembangunan suatu daerah tidak terlepas dari beberapa factor, termasuk Visi, Misi, arah pembangunan daerah ( RPJP, RPJMD, RKPD), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), kebutuhan dan respon masyarakat, kondisi geografis, sumber daya alam (SDA), sumber daya manusia (SDM), serta tingkat investasi dari investor ke daerah tersebut. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Pemerintah kabupaten Sidenreng Rappang Tahun 2009 2013 adalah dokumen perencanaan pembangunan Pemerintah Kabupaten Sidenreng

5 Rappang sebagai penjabaran Visi, Misi dan program kepala daerah terpilih yang penyusunannya berpedoman dan memperhatikan Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional dan Provinsi Sulawesi Selatan dan Kabupaten Sidenreng Rappang, serta sesuai dengan Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan pembangunan Nasional. Selain itu, RPJM Daerah Kabupaten Sidenreng Rappang Tahun 2009 2013 juga memuat strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, program prioritas kepala daerah dan arah kebijakan keuangan daerah yang bersifat indikatif dan berfungsi sebagai tolok ukur kinerja Bupati dan Wakil Bupati Sidenreng Rappang Periode 2009 2013 dalam kurun waktu 5 (lima) tahun, yang selanjutnya dijabarkan kedalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) guna menjadi landasan pokok dalam penyusunan kebijakan umum pembangunan dan penyusunan anggaran pendapatan belanja daerah. Kabupaten Sidenreng Rappang selama ini dikenal sebagai lumbung beras nasional. Kabupaten yang biasa juga disingkat Sidrap adalah daerah yang berlokasi di Provinsi Sulawesi Selatan, sekitar 183 km ke arah utara Makassar. Luas wilayahnya 1.883,25 Km2 atau sekitar 3% dari total luas wilayah Sulawesi Selatan, Kabupaten Sidenreng Rappang terdiri dari 11 kecamatan, 38 kelurahan, dan 67 desa. Sebagai daerah yang berada diperlintasan Provinsi Sulawesi Selatan, menjadikan Kabupaten Sidenreng Rappang memiliki posisi yang sangat strategis dalam pengembangan perekonomian daerah dimasa mendatang,

6 mengingat daerah Kabupaten Sidenreng Rappang merupakan jalur lintas yang menghubungkan Sulawesi Selatan dan daerah lain di Pulau Sulawesi. Dalam konteks ini diperlukan penanganan yang lebih terencana, terpadu dan komprehensif dalam menata seluruh potensi ekonomi dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat. Untuk mencapai tujuan itu,

diperlukan suatu pemerintahan yang lebih menekankan dan memberikan perhatian penuh pada aspirasi masyarakat, pemenuhan hak dasar

masyarakat (Civil Society Service) dan berupaya untuk menggerakkan roda perekonomian daerah dengan tetap memperhatikansetiap potensi dan hasilhasil produksi daerah yang memiliki keunggulan kompetitif (Competitive Adventive), memiliki nilai jual yang tinggi, ditengah persaingan yang semakin kompetitif. Hal tersebut diatas dapat dicapai, jika kinerja Pemerintah Daerah dapat ditingkatkan, dalam upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan kinerja organisasi dalam menghadapi perkembangan dan perubahan lingkungan strategis yang sangat dinamis serta faktorfaktor yang

berpengaruh dan berubah dengan cepat dan sering tidak terduga, maka dikembangkan model perencanaan pembangunan yang adaftif kreatif yang intinya mengacu pada Visi, Misi dan program pembangunan yang berbasis pada analisis lingkungan strategis. Rencana pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

diharapkan dapat mengakomodir berbagai kepentingan dan aspirasi segenap

7 lapisan masyarakat di Kabupaten Sidenreng Rappang serta sekaligus dapat dijadikan sebagai pedoman dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pengawasan pencapaian kinerja Pemerintah Kabupaten Sidenreng Rappang. hal ini sejalan dengan perubahan paradigma tata pemerintahan yang baik (good governance) yang menekankan antara lain pada nilai-nilai demokrasi, transparansi, konsistensi, akuntabilitas dan partisipatif, sehingga segala tindakan yang dilakukan selayaknya dapat dipertanggungjawabkan sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 03 tahun 2007 tentang Laporan

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat. Menindaklanjuti upaya tersebut Pemerintah Kabupaten Sidenreng Rappang mengembangkan visi Kabupaten Sidenreng Rappang sebagai suatu daerah otonom, yaitu mewujudkan Kabupaten Sidenreng Rappang sebagai pusat agribisnis modern dan lima terbaik di Sulawesi Selatan dalam pembangunan manusia. Pemerintah daerah yang merupakan pembuat kebijakan atau program kerja serta pelaksana pengembangan pembangunan suatu daerah harus bisa membuat suatu kebijakan atau program kerja yang menunjang terhadap pembangunan suatu daerah baik dalam bentuk RPJMD maupun RPKD. Di Negara berkembang termasuk Indonesia, Negara atau pemerintah

8 mempunyai peranan yang sanagat dominan dalam proses pembangunan Negara, tidak hanya sumber dana melainkan juga sebagai perencana sekaligus pelaksana pembangunan. (Leokman seostrisnan, 1998:

Pemerintahan Daerah Indonesia). Pembangunan di daerah tidak dapat dipisahkan dari penyelenggaraan pemerintah kecamatan yang merupakan unit terdepan setelah desa dan kelurahan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dan menjadi tonggak strategis dalam keberhasilan seluruh program pembangunan. Karena itu upaya untuk memperkuat dan memberdayakan masyarakat ditingkat kecamatan merupakan langkah dalam mempercepat terwujudnya kesejahteraan bagi masyarakat sebagai tujuan dalam program pembangunan pertanian. Untuk mengakomodir aspirasi masyarakat yang terus berkembang serta dalam menghadapi perubahan yang terjadi baik dalam lingkungan nasional maupun lingkungan internasional yang secara langsung akan berpengaruh pada roda pemerintahan dan pelaksanaan program

pembangunan di negara kita, maka diperlukan adanya suatu pemerintahan kecamatan yang tangguh dan didukung oleh sistem dan mekanisme kerja yang profesional dalam memberikan pelayanan yang baik kepada

masyarakat. Pemerintahan kecamatan harus benarbenar siap dan mampu untuk mengelola setiap potensi yang ada dalam lingkungan masyarakat untuk dapat mewujudkan kesejahteraan bagi rakyatnya.

9 Dengan adanya Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan dan Kelurahan, Peraturan Bupati Sidenreng Rappang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Urusan, Tugas Pokok, Fungsi, Uraian Tugas dan Tata Kerja Kecamatan. diharapkan pemerintah kecamatan juga harus cepat dan tanggap dalam memperhatikan segala sesuatu yang menjadi kebutuhan warga masyarakatnya. Diharapkan dengan terciptanya pemerintahan kecamatan yang tangguh dan mandiri yang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat dalam rangka untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan dapat mewujudkan programprogram pembangunan yang terencana secara efektif dan efisien yang pada akhirnya diharapkan dapat mewujudkan citacita masyarakat yang adil dan sejahtera. Dari pengamatan sementara di lapangan, kondisi masyarakat di Kecamatan Watang Sidenreng masih banyak yang tidak memiliki modal yang cukup untuk bertani, yang dikategorikan masyarakat miskin, dan juga kelembagaan masyarakat yang terbentuk belum mampu menunjukkan kemandiriannya, masih terbatasnya sarana dan prasarana penunjang kegiatan ekonomi masyarakat serta kelembagaan swasta serta Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang ada di wilayah itu masih sangat lemah atau kurang berfungsi sehingga peranan, kekuatan, dan aktivitasnya masih sangat terbatas.

10 Sasaran pembangunan pertanian ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang lebih mandiri dan tersedianya infrastruktur penunjang perekonomian di pedesaan. Hal ini berarti,

pemerintah tidak menempatkan masyarakat sebagai pihak yang lemah yang selalu bergantung pada pemerintah. Akan tetapi, pemerintah menempatkan masyarakat sebagai pihak yang memiliki potensi, sehingga perlu dibangkitkan kesadaran, motivasi, mendorong serta mengembangkan potensi sumber daya yang mereka miliki. Sehubungan dengan fenomena tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul : Peranan Pemerintah Daerah Dalam Pembangunan Pertanian di Kecamatan Watang Sidenreng Kabupaten Sidenreng Rappang. 1.2. Rumusan Masalah Dari pernyataan diatas, maka penelitian ini dapat dirumuskan dalam pertanyaan masalah (problem questions) sebagai berikut : 1. Bagaimana peranan pemerintah kecamatan dalam pembangunan Pertanian di Kecamatan Watang Sidenreng Kabupaten Sidenreng Rappang ? 2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi implementasi kebijakan pembangunan pertanian di Kecamatan Watang Sidenreng

Kabupaten Sidenreng Rappang ?

11 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan yaitu : 1. Untuk mengetahui peranan di pemerintah Kecamatan kecamatan Watang dalam

pembangunan

pertanian

Sidenreng

Kabupaten Sidenreng Rappang. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi implementasi kebijakan pembangunan pertanian, di Kecamatan Watang Sidenreng Kabupaten Sidenreng Rappang. 1.4. Manfaat Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka manfaat penelitian ini sebagai berikut : 1. Sebagai masukan bagi pemerintah daerah dalam proses membuat peraturan daerah yang berkaitan dengan

kebijakannya sebagai pengelola pembangunan daerah. 2. Sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu

pemerintahan khususnya pada aspek peranan pemerintah daerah dalam pembangunan pertanian. 3. Kegunaan metodologi, hasil dalam penelitian ini kemudian dapat menjadikan sebuah dorongan moril dalam penelitian selanjutnya mengenai pembahasan yang serupa tentunya.

12 1.5. Kerangka Konseptual Masyarakat tanpa pemerintah ibarat kapal tanpa nahkoda, berlayar tanpa arah dan tujuan, oleh karena itu kehadiran pemerintah sangat diperlukan dalam rangka mengarahkan dan memberikan berbagai dukungan yang tidak bisa diproduksi atau penyedia (provider) oleh pihakpihak lain. Menurut Toha (1983 : 10) pengertian peranan dapat dijelaskan bahwa suatu peranan dirumuskan sebagai suatu rangkaian perilaku yang teratur yang ditimbulkan karena suatu jabatan tertentu atau karena adanya suatu kantor yang mudah dikenal. Uraian jabatan itu merupakan dokumen tertulis yang memuat persyaratan-persyaratan dan tanggung jawab atas suatu pekerjaan. Dengan demikian, peran merupakan hak dan kewajiban dalam suatu organisasi diwujudkan dalam bentuk uraian jabatan atau uraian tugas. Oleh karena itu, maka dalam menjalankan peranannya seseorang/lembaga, uraian tugas/uraian jabatan merupakan pedomannya. Penulis menyimpukan bahwa peran adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh seseorang karena adanya tanggung jawab terhadapap suatu jabatan yang melekat pada diri seseorang dan posisinya dalam pergaulan masyarakat. Secara etimologi kata pemerintah berasal dari kata perintah yang kemudian mendapat imbuhan pe menjadi kata pemerintah yang berarti badan atau organ elit yang melakukan pekerjaan mengurus suatu negara.

13 Pemerintah juga merupakan satu badan penyelenggaraan atas nama rakyat untuk mencapai tujuan negara. Jika dihubungkan dengan peran pemerintah, maka pemerintah melaksanakan hak dan kewajibannya dalam menyelenggarakan segala kepentingan rakyat dalam mewujudkan tujuan yang sudah ditetapkan untuk kesejahteraan rakyatnya. Menurut Rasyid (1996 : 48) mengatakan : Ada tiga fungsi pemerintahan yang paling hakiki, yaitu : pelayanan (public service), pemberdayaan (empowerment), dan pembangunan (development). Inti dari ketiga fungsi pemerintahan tersebut adalah bagaimana kebijakan pemerintah dalam membangun fasilitas fasilitas untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, dimana tuntutan akan pelayanan tersebut selalu meningkat seiring dengan semakin meningkatnya kebutuhan hidup masyarakat . Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, bahwa Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota dan Perangkat Daerah sebagai Unsur Penyelanggara Pemerintahan Daerah. Secara umum Perangkat Daerah terdiri dari unsur staf yang membantu penyusunan kebijakan dan koordinasi yang diwadahi dalam lembaga sekretariat sebagai unsur pendukung tugas Kepala Daerah dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik diwadahi dalam lembaga teknis daerah serta unsur pelaksanaan unsur daerah yang diwadahi dalam lembaga dinas daerah. Untuk mencapai sasaran yang ada di dalam RPJMD 2009-2013 diharapkan setiap SKPD, baik yang berbentuk Badan, Dinas, Kantor, Bagian, dan Camat, berkewajiban untuk menyusun Rencana Strategis SKPD

14 (Renstra-SKPD) yang memuat Visi, Misi, Tujuan, Strategi, Kebijakan, Program, dan Kegiatan Pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD yang disusun dengan berpedoman pada RPJM Daerah Kabupaten Sidrap Tahun 2009-2013. Kecamatan merupakan wilayah kerja camat sebagai perangkat daerah kabupaten dimana dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan sebagian wewenang bupati untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah disamping menyelenggarakan tugas umum pemerintahan. Sebagai satuan kerja perangkat daerah, Kecamatan Watang

Sidenreng dalam menyusun perencanaan pelayanan dan pembangunan tentunya harus mengacu kepada peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, sehingga diharapkan memenuhi kaidah penyusunan rencana yang sistematis, terpadu, transparan dan akuntabel serta melibatkan seluruh stake holder. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, khususnya pasal 126 ayat 2 yang berbunyi Kecamatan dipimpin oleh camat yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan sebagian wewenang bupati atau walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah. Artinya camat yang berada dan bertanggung jawab kepada bupati melalui sekertaris daerah . kecamatan mempunyai tugas membantu penyelenggaraan pemerintah dalam pembangunan dan pembinaan

kemasyarakatan dalam wilayah kecamatan serta mengawasi kinerjanya

15 sesuai dengan peraturan pemerintah No. 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan, yakni pasal 15 ayat (1) dan (2) menyatakan ; (1) Camat menyelenggarakan tugas umum pemerintahan yang meliputi: a. mengoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat; b. mengoordinasikan upaya penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum; c. mengoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan

perundang-undangan; d. mengoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum; e. mengoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat kecamatan; f. membina penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau

kelurahan; dan g. melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa atau kelurahan. (2) Selain tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Camat melaksanakan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh bupati/walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah, yang meliputi aspek ; a. perizinan; b. rekomendasi;

16 c. koordinasi; d. pembinaan; e. pengawasan; f. fasilitasi; g. penetapan; h. penyelenggaraan; dan i. kewenangan lain yang dilimpahkan. Maka dilihat dari peraturan pemerintah peranan pemerintah

kecamatan sangat penting dalam pembangunan di setiap daerah. Karena pembangunan meliputi berbagai aspek kehidupan maka peranan pemerintah daerah dalam artian pemerintah kecamatan, yang akan lebih lanjut di bahas dalam penelitian ini hanya sebatas pembangunan di bidang pertanian, peranannya berupa ; a. Pembinaan adalah memberikan contoh-contoh yang baik kepada bawahannya tenteng bagaimana berbuat dan melaksanakan tugastugas yang sesuai dengan pekerjaannya sehingga tugas tersebut di laksanakan dengan baik sesuai dengan yang diharapakan (Nawawi, 1995:60), misalnya ; b. koordinasi yaitu Upaya yang dilaksanakan oleh kepala wilayah guna mencapai keselarasan, keserasian dan keterpaduan baik

perencanaan maupun pelaksanaan tugas serta kegiatan semua

17 instansi vertikal, dan antara instansi vertikal dengan dinas daerah agar tercapai hasil guna dan daya guna (PP. No. 6 tahun 1988). c. Fasilitasi dapat diartikan sebagai suatu proses untuk mempermudah kegiatan-kegiatan dalam mencapai tujuan tertentu. d. Pengawasan yaitu proses pengamatan pelaksanaan seluruh

kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan (Sondang P.Siagian). Defenisi pembangunan pertanian dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan sosial. implementasinya tidak hanya ditujukan untuk

meningkatkan status dan kesejahteraan petani semata, tetapi sekaligus juga dimaksudkan untuk mengembangkan potensi sumberdaya manusia baik secara ekonomi, sosial, politik, budaya, lingkungan, maupun melalui perbaikan (improvement), pertumbuhan (growth) dan perubahan (change) (Iqbal dan Sudaryanto, 2008). Konsep pembangunan pertanian sebagaimana diuraikan, membawa implikasi adanya keterlibatan masyarakat, lembaga sosial, organisasi sosial untuk memberikan dukungan maksimal selain sebagai obyek juga sebagai subyek pembangunan. Dengan demikian, pembangunan pertanian yang dilaksanakaan oleh pemerintah daerah melalui sektor pertanian dapat diartikan sebagai suatu langkah atau kegiatan agar dapat meningkatkan kemampuan, kemandirian dan kesejahteraan hidup masyarakatnya. Oleh karena itu, pemerintah

18 memegang peranan penting dalam membina, mengkoordinasikan, dan memfasilitasi serta mengawasi pelaksanaan pembangunan wilayah kecamatan. pada gambar 1 : Gambar 1 Bagan Kerangka Konseptual
Peran Pemda Tingkat Kecamatan Watang Sidenreng dalam pembangunan pertanian berupa ; Pembinaan, Koordinasi, Fasilitasi, dan Pengawasan : indikatornya ;
1. Pembinaan camat terhadap aparat kecamatan 2. Bimbingan pemerintah kecamatan terhadap masyarakat 3. Pembinaan pemerintah kecamatan terhadap UPTD 4. Koordinasi pemerintah kecamatan dengan UPTD 5. Koordinasi pemerintah kecamatan dengan pemerintah desa/kelurahan 6. Fasilitasi dalam pelayanan informasi 7. Memfasilitasi penyelenggaraan musrenbang kecamatan. 8. Memfasilitasi unit pelaksana teknis 9. Pengawasan pemerintah kecamatan terhadap pelaksanaan kegiatan pembangunan

yang ada di

Adapun alur kerangka konsep penulis dapat di lihat

PEMDA

Kebijakan Pemerintah
Perda No. 1 Tahun 2009 Tentanfg RPJM 2009-2013

Pembangunan Pertanian di Kecamatan Watang Sidenreng

Faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan pembangunan pertanian di kecamatan watang Sidenreng

Berdasarkan hal sebelumnya, upaya yang dilakukan pemerintah harus diarahkan langsung kepada akar permasalahannya, yaitu meningkatkan kemampuan masyarakat yang merupakan kemampuan individu yang bersenyawa dalam linkungan masyarakat dalam pembangunan pertanian di daerah yang bersangkutan.

19 1.6. Metode Penelitian Metode penelitian mengandung uraian tentang: lokasi penelitian, dasar penelitian, tipe penelitian, subjek dan informan penelitian, teknik pengumpulan data, defenisi operasional, dan analisis data. 1.6.1. Lokasi penelitian Sesuai dengan judul penelitian ini Peranan Pemerintah

Daerah dalam Pembangunan Pertanian di Kecamatan Watang Sidenreng Kabupaten Sidenreng Rappang, maka jelaslah penelitian ini dilakukan di Kabupaten Sidenreng Rappang ( SULSEL). Alasan penulis sehingga kecamatan ini dipilih sebagai lokasi penelitian yaitu salah satu kecamatan penghasil padi terbesar di Kabupaten Sidenreng Rappang. Peneliti mengambil lokasi penelitian ini didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut : a. Pertimbangan eksternal Kecamatan Watang Sidenreng sebagai wilayah strategis dalam usaha pertanian padi di Kabupaten Sidrap, dan memiliki potensi penghasil beras dalam pemenuhan kebutuhan pangan di Sulawesi Selatan. b. Pertimbangn internal Pertimbangnan akses terhadap data penelitian yang lebih mudah dan efektif dan efisien dalam pengolahan dan akurasi

20 data nantinya mengingat Kecamatan Watang Sidenreng

sebagai tempat peneliti tumbuh besar serta disini keluarga peneliti berasal. Berdasarkan pertimbangan tersebut fokus lokasi penelitian berada pada kantor Camat Watang Sidenreng Kabupaten Sidenreng Rappang. 1.6.2. Dasar Penelitian Dasar penelitian adalah menggunakan metode deskriptif analisis, yang bertujuan untuk mangumpulkan dan menganalisa

suatu kebijakan atau proses tertentu terkait fokus penelitian ini sehingga dapat menemukan ruang lingkup tertentu. 1.6.3 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif yaitu memberikan gambaran atau penjelasan tentang peranan pemerintah daerah tingkat kecamatan dalam pembangunan pertanian di Kecamatan Watang Sidenreng Kabupaten Sidenreng Rappang. 1.6.4. Subjek dan Informan Penelitian Subjek penelitian ini adalah perangkat daerah tingkat Kecamatan dan lembaga pelaksana teknis kebijakan seperti dinas dan badan dalam kaitannya dengan pembangunan pertanian di Kabupaten Sidenreng Rappang, dengan metode Purposive

Sampling maka dipilih informan yang merupakan pimpinan dan

21 perangkat kerja dari SKPD yang menyangkut perolehan data dalam penelitian ini, yaitu ; 1. 2. 3. 4. 5. Dinas Pertanian dan Perkebunan, Badan Punyuluhan dan Ketahanan Pangan, Pemerintah Kecamatan Watang Sidenreng, Lurah dan Kepala Desa kecamatan Watang Sidenreng, Tokoh-tokoh masyarakat.

1.6.5. Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam rencana penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder : a. Data Primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber asalnya, data primer di peroleh melalui : a. Observasi yaitu pengumpulan data dalam kegiatan

penelitian yang dilakukan dengan mengamati kondisi yang berkaitan dengan obyek penelitian. b. Interview atau Wawancara mendalam (in dept interview) yaitu mengadakan wawancara dengan informan yang bertujuan untuk menggali informasi yang lebih mendalam tentang berbagai aspek yang berhubungan dengan permasalahan penelitian.

22 b. Data Sekunder adalah data yang telah diolah sebelumnya yang diperoleh dari studi kepustakaan, maupun studi dokumentasi. Adapun data skunder diperoleh melalui : a. Studi pustaka, yaitu bersuber dari hasil bacaan literatur atau buku-buku atau data terkait dengan topik penelitian. Ditambah penulusuran data online, dengan pencarian data melalui fasilitas internet. b. Dokumentasi, yaitu arsip-arsip, laporan tertulis atau daftar inventaris yang diperoleh terkait dengan penelitian yang dilakukan. 1.6.6. Defenisi Operasional Untuk memudahkan pelaksanaan penelitian ini maka perlu disusun definisi operasional yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini, antara lain :
1) Pemerintah daerah yang di maksud dalam penelitian ini adalah

pemerintah tingkat kecamatan dipimpin oleh camat dibantu oleh sekertaris, seksi dan staf kecamatan, yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan sebagian wewenang bupati untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah serta penyelenggraan pemerintahan di wilayah

kecamatan. Kecamatan yang dimaksud adalah Kecamatan Watang Sidenreng Kabupaten Sidenreng Rappang.

23 2) Peranan pemerintah kecamatan yang dimaksud adalah kegiatan yang dilakukan/dilaksanakan oleh Pemerintah

Kecamatan Watang Sidenreng dalam menyelenggarakan pemerintahan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. peranan pemerintah kecamatan dalam

penelitian ini yaitu dukungan terhadap program kegiatan pembangunan di bidang pertanian, misalnya Pembinaan, Koordinasi, Fasilitasi dan Pengawasan. 1. Pembinaan dapat di artikan memberikan contoh-contoh yang baik kepada bawahannya tentang bagaimana berbuat dan melaksanakan tugas-tugas yang sesuai dengan pekerjaannya dengan sehingga baik tugas tersebut di

laksanakan

sesuai

dengan

yang

diharapakan (Nawawi, 1995:60), indikator pembinaan pemerintah kecamatan dalam pembangunan pertanian , berupa ; a. Pembinaan camat terhadap aparat kecamatan b. Bimbingan masyarakat c. Pembinaan pemerintah kecamatan terhadap UPTD 2. koordinasi yaitu upaya yang dilaksanakan oleh kepala wilayah guna mencapai keselarasan, keserasian dan keterpaduan baik perencanaan maupun pelaksanaan pemerintah kecamatan terhadap

24 tugas serta kegiatan semua instansi vertikal, dan antara instansi vertikal dengan dinas daerah agar tercapai hasil guna dan daya guna (PP. No. 6 tahun 1988). Indikator koordinasi pemerintah kecamatan dalam penelitian ini, berupa ; a. Koordinasi pemerintah kecamatan dengan UPTD b. Koordinasi pemerintah kecamatan dengan

pemerintah desa/kelurahan c. Fasilitasi dapat diartikan sebagai suatu proses untuk mempermudah kegiatan-kegiatan dalam mencapai tujuan tertentu, indokator fasilitasi pemerintah kecamatan dalam penelitian ini, berupa ; a. Fasilitasi dalam pelayanan informasi b. Memfasilitasi kecamatan. c. Memfasilitasi unit pelaksana teknis d. Pengawasan yaitu proses pengamatan pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan (Sondang pemerintah penyelenggaraan musrenbang

P.Siagian),

indokator

pengawasan

kecamatan dalam penelitian ini, berupa ;

a.

Pengawasan pemerintah kecamatan terhadap pelaksanaan kegiatan pembangunan

25 3) Faktor-faktor yang mempengaruhi, yakni sejumlah hal yang dapat menjadi daya dukung maupun penghambat tehadap implementasi kebijakan dalam pembangunan di sektor pertanian di Kecamatan Watang Sidenreng. 1.6.7. Analisa Data Dalam menganalisa data yang diperoleh, peneliti akan menggunakan teknik analisa secara deskriptif kualitatif yakni data yang diperoleh akan dianalisis dan disajikan dalam bentuk kata-kata lisan maupun tertulis. Sesuai sifatnya yang kualitatif, maka akan disajikan data dan uraian secara verbal (bahasa). Apabila ada angka-angka yang muncul dalam penelitian ini berarti hanya digunakan sebagai alat bantu untuk pendukung analisa. Teknik ini bertujuan untuk menggambarkan secara sistematika fakta-fakta dan data-data yang diperoleh serta hasil study lapang maupun study literature untuk kemudian memperjelas gambaran hasil penelitian.

You might also like