You are on page 1of 18

.

Dr. H. Guntur Bumi NST, SpF

Muhammad Hafidz b. Mohamed Taha 070100282

Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi setiap oindividu, yang merupakan bagian integral dari kesejahteraan, diperlukan dukungan hukum bagi penyelenggaraan berbagai kegiatan di bidang kesehatan. Pada awalnya pembangunan kesehatan bertumpu pada upaya pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan. Bertukar dengan penekanan pada upaya pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan.

Sebagai konsekuensi logis untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, maka harus secara terus menerus dilakukan upaya pelaksanaan kesehatan yang baik dan benar.

Upaya ini juga memerlukan perangkat hukum kesehatan yang memadai.


Agar adanya kepastian hukum dan perlindungan yang menyeluruh baik bagi penyelenggara upaya kesehatan maupun masyarakat penerima pelayanan kesehatan.

Apakah yang dimaksud dengan hukum kesehatan? Apa yang menjadi landasan hukum kesehatan? Apakah materi muatan peraturan perundang-undangan bidang kesehatan? Hukum kesehatan di masa mendatang.

health law as the body of rules that relates directly to the care of health as well as the applications of general civil, criminal, and administrative law - Van der Mijn.

Hukum kesehatan adalah sebagai seperangkat aturan yang

berhubungan langsung dengan perawatan/pelayanan kesehatan


serta aplikasi umum dari hukum perdata, pidana, dan administrasi.

Materi muatan yang dikandung didalamnya pada asasnya adalah

memberikan perlindungan kepada individu, masyarakat, dan


memfasilitasi penyelenggaraan upaya kesehatan agar tujuan kesehatan dapat tercapai.

5 (lima) fungsi yang mendasar (Jayasuria):

yaitu pemberian hak


penyediaan perlindungan peningkatan kesehatan

pembiayaan kesehatan
penilaian terhadap kuantitas dan kualitas

dalam pemeliharaan kesehatan.

Segala hak dasar manusia yang merupakan dasar bagi hukum kesehatan. (Leenen) Asasnya hukum kesehatan bertumpu pada hak atas pemeliharaan kesehatan sebagai hak dasar sosial (the right to health care) yang ditopang oleh 2 (dua) hak dasar individu yang terdiri dari hak atas informasi (the right to information) dan hak untuk menentukan nasib sendiri (the right of self determination). (Koeswadji) Aspek yang merefleksikan pemberian perlindungan dan pemberian fasilitas kesehatan dalam pelaksanaannya. (Abing)

Terdapat 3 (tiga) komponen dalam suatu sistem hukum kesehatan seperti yang dikemukakan Schuyt. 1) Komponen Pertama. Keseluruhan peraturan, norma dan ketetapan yang dilukiskan sebagai sistem pengertian = peraturan, norma dan prinsip di bidang kesehatan. 2 (dua) bentuk, yaitu ketentuan-ketentuan yang dibuat oleh penguasa/pemerintah dan ketentuan-ketentuan yang dibuat oleh organisasi profesi dan asosiasi kesehatan.

Dari sudut pandang materi muatan dari pemerintah, dapat dikatakan mengandung 4 (empat) obyek, yaitu: 1. Pengaturan yang berkaitan dengan upaya kesehatan. 2. Pengaturan yang berkaitan dengan tenaga kesehatan. 3. Pengaturan yang berkaitan dengan sarana kesehatan. 4. Pengaturan yang berkaitan dengan komoditi kesehatan.

Dari organisasi profesi dan asosiasi bidang kesehatan serta sarana kesehatan adalah mencakup : Kode etik profesi, kode etik usaha dan berbagai standar yang harus dilakukan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan. Apabila diperhatikan prinsip-prinsip yang dikandung dalam ketentuan ini mencakup 4 (empat) prinsip dasar, yaitu autonomy, beneficence, non maleficence dan justice.

2) Komponen Kedua. Keseluruhan organisasi dan lembaga yang mengemban fungsi dalam melakukan tugasnya. Komponen kedua adalah tentang organisasi yang ada dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dan dapat dibagi dalam 2 (dua) bagian besar yaitu organisasi pemerintah dan organisasi / badan swasta. Pada organisasi pemerintah mencakup aparatur pusat dan daerah serta departemen dan lembaga pemerintah non departemen. Pada sektor swasta terdapat berbagai organisasi profesi, asosiasi dan sarana kesehatan yang mempunyai tugas dan fungsi di bidang kesehatan.

3) Komponen Ketiga. Keseluruhan ketetapan dan penanganan yang harus dilaksanakan secara konkret = penanganan di bidang kesehatan yang dilakukan berdasarkan ketentuan yang diatur oleh Komponen Pertama. Terdapat 4 (empat) sifat, yaitu:

1. Perintah (gebod) yang merupakan kewajiban umum untuk melakukan sesuatu. 2. Larangan (verbod) yang merupakan kewajiban umum untuk tidak melakukan sesuatu. 3. Pembebasan (vrijstelling, dispensatie) berupa pembolehan khusus untuk tidak melakukan sesuatu yang secara umum diharuskan. 4. Izin (toesteming, permissie) berupa pembolehan khusus untuk melakukan sesuatu yang secara umum dilarang.

3 (tiga) komponen tersebut secara global menurut Schuyt bahwa tujuan yang ingin dicapai adalah :

1. Penyelenggaraan ketertiban sosial. 2. Pencegahan dari konflik yang tidak menyenangkan. 3. Jaminan pertumbuhan dan kemandirian penduduk secara individual. 4. Penyelenggaraan pembagian tugas dari berbagai peristiwa yang baik dalam masyarakat. 5. Kanalisasi perubahan sosial (kesehatan).

Menurut Koeswadji, apa yang telah digariskan dalam peraturan perundang-undangan yang ada perlu terus ditingkatkan untuk :

1. Membudayakan perilaku hidup sehat dan penggunaan pelayanan kesehatan secara wajar untuk seluruh masyarakat. 2. Mengutamakan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit. 3. Mendorong kemandirian masyarakat dalam memilih dan membiayai pelayanan kesehatan yang diperlukan.

4. Memberikan jaminan kepada setiap penduduk untuk mendapatkan pemeliharaan kesehatan. 5. Mengendalikan biaya kesehatan. 6. Memelihara adanya hubungan yang baik antara masyarakat dengan penyedia pelayanan kesehatan. 7. Meningkatkan kerjasama antara upaya kesehatan yang dilakukan pemerintah dan masyarakat melalui suatu bentuk pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat yang secara efisien, efektif dan bermutu serta terjangkau oleh masyarakat.

Untuk itu dukungan hukum tetap dan terus diperlukan melalui berbagai kegiatan untuk memperkasakan pelayanan kesehatan pada masyarakat umum. Antara kegiatan yang telah dijalankan bagi memperkasakan pelaksanaan hukum kesehatan :
Menubuhkan Konsil untuk tenaga kesehatan dimana lembaga tersebut merupakan lembaga yang berwenang untuk melakukan pengaturan berbagai standar yang harus dipenuhi oleh tenaga kesehatan. Dalam dunia kedokteran dan kedokteran gigi telah dibentuk Konsil Kedokteran Indonesia sebagaimana dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.

Menubuhkan lembaga registrasi tenaga kesehatan dalam upaya untuk menilai kemampuan profesional yang dimiliki oleh tenaga kesehatan. Bagi tenaga dokter dan dokter gigi peranan Konsil Kedokteran Indonesia dan organisasi profesi serta Departemen Kesehatan menjadi penting. Menubuhkan lembaga Peradilan Disiplin Profesi Tenaga Kesehatan. Dimana untuk tenaga medis telah dibentuk Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004.

TAMAT

You might also like