You are on page 1of 6

ORGAN VESTIGIAL

KERUNTUHAN TEORI EVOLUSI


Oleh :
M. Rakhman Azizi Janggan Asmoro P. Nur Hidayah 0853024025 1113024031 1113024051

PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

2013

ORGAN VESTIGIAL KERUNTUHAN TEORI EVOLUSI

PENDAHULUAN

Salah satu tipuan

Darwinisme

menganggap

penting dari teori evolusi adalah pernyataan yang berkaitan dengan organ vestigial (organ persisaan). Evolusionis

seluruh kehidupan di bumi merupakan produk mutasi

kebetulan dan seleksi Alam, sebagai komitmen apriori.

menyatakan bahwa

Sikap

dogmatis

ini

telah

terdapat sejumlah organ dalam makhluk hidup yang kehilangan fungsinya siring berjalannya waktu, dan kemudian lenygsi.ap.

memimpin evolusionis untuk bersikeras pada keberadaaan kekurangan imajiner pada organ vestigial. Organ vestigial adalah struktur atau bentuk yang berkembang tidak sempurna, menjadi mengecil dan tidak berarti dalam perjalanan evolusi (read-perubahan) atau otogeni.

Sejarah ilmu pengetahuan mencatat pengurangan jumlah organ yang dicatat sebagai organ vestigial. Organ yang diduga non-fungsional, satu per satu terbukti memiliki fungsi yang belum ditemukan pada masa sebelumnya. Sebuah daftar organ sisa (vestigial) dalam tubuh manusia yang dibuat oleh ahli anatomi Jerman, R. Wiedersheim pada tahun 1895 memuat sekitar 100 struktur.

Dengan berpedoman dengan hal ini, kaum evolusionis mencoba mengirimkan pesan. Jika tubuh makluk hidup adalah hasil penciptaan , maka seharusnya didalamnya

Dalam daftar tersebut di antaranya adalah usus buntu, tulang ekor, amandel, telinga bagian luar, kelenjar timus, dan graham bungsu. Akan tetapi, ilmu kedokteran telah mengalami kemajuan pesat dalam beberapa dasawarsa setelah itu. Akibatnya tampaklah bahwa gagasan organ vestigial hanyalah sekedar takhayul. Sebuah publikasi kedokteran pada tahun 1997 menyatakan bahwa timus, hati, limpa, usus buntu, sumsum tulang dan sejumlah kecil jaringan limfatik seperti amandel di tenggorokan dan patch Peyer di usus kecil, juga merupakan bagian dari sistem limfatik yang membantu tubuh melawan infeksi.

tidak terdapat organ yang tidak berfungsi.

Dalam tahun-tahun berikutnya, disadari bahwa kelenjar timus ternyata adalah organ yang menghasilkan sel sistem kekebalan yang penting, dan kelenjar pineal berfungsi menghasilkan hormonhormon penting. Terungkap pula bahwa tulang ekor berfungsi untuk menopang tulang-tulang sekitar pinggul, dan telinga bagian luar berfungsi penting dalam mengenali dari arah mana bunyi berasal (sumber bunyi).

Salah satu yang menonjol adalah geraham bungsu. Dalam naskah evolusionis masih tercantum anggapan bahwa gigi ini adalah bagian tubuh dicabut. manusia yang telah kehilangan semua fungsinya. Sebagai buktinya, kaum evolusionis menyatakan bahwa gigi-gigi geraham bengsu ini memunculkan masalah pada sebagian besar orang, dan proses mengunyah tidak terganggu ketika gigi tersebut dicabut.

Gigi molar tiga (gigi bungsu) adalah gigi yang terakhir tumbuh dan terletak di bagian paling belakang dari rahang. Biasanya gigi ini tumbuh pada akhir masa remaja atau pada awal usia 20-an. Pada usia inilah yang dianggap sebagai age of wisdom (usia dimana seseorang mulai bijaksana), sehingga gigi bungsu dalam bahasa inggris disebut wisdom teeth. Normalnya tiap orang memiliki empat gigi molar tiga, masing-masing satu pada tiap sisi rahang. Tapi ada juga orang-orang yang tidak memiliki gigi bungsu ini.

Pada kebanyakan kasus, rahang seringkali tidak cukup besar untuk menampung gigi-gigi ini sehingga tidak dapat tumbuh sepenuhnya atau tetap berada dibawah gusi atau dalam tulang. Keadaan inilah yang disebut impaksi. Impaksi adalah suatu keadaan di mana gigi mengalami hambatan dalam arah erupsinya / tumbuhnya, sehingga tidak dapat mencapai posisi yang seharusnya.

Gambar : Impaksi gigi molar

Impaksi gigi molar tiga dapat timbul dalam berbagai posisi, bisa benar-benar terperangkap dan berada dalam gusi atau tulang. Sehingga tidak Nampak bila dilihat dalam mulut. Atau bisa juga sudah

menembus gusi tapi hanya tumbuh separuh jalan. Arahnya bisa horizontal, miring dengan mahkota kea rah gigi molar dua atau sebaliknya, atau malah menghadap kearah dalam atau ke luar rahang.

Gambar : Berbagai posisi impaksi gigi molar tiga

Banyak dokter gigi, karena terpengaruh pernyataan evolusionis bahwa gigi bungsu tidak berfungsi, telah berpandangan bahwa pencabutan gigi bungsu sesuatu yang biasa, dan mereka tidak melakukan usaha pemeliharaan yang sama padanya seperti pada gigi yang lain. Akan tetapi penelitian di tahuntahun terakhir menunjukkan, gigi bungsu memiliki fungsi mengunyah, sama seperti gigi lain. Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa anggapan gigi bungsu mengganggu posisi gigi lain adalah sama sekali tak beralasan. Sekarang ini kritik ilmiah, tentang bagaimana masalah gigi bungsu ini bisa diatasi bukan dengan cara pencabutan, semakin meningkat. Faktanya ,kesepakatan ilmiah menyatakan bahwa gigi geraham bungsu berfungsi mengunyah, sama dengangigi lain, dan tidak ada pembenaran ilmiah yang mendukung keyakinan bahwa gigi geraham bungsu tidak memiliki kegunaan.

Jadi, mengapa gigi geraham bungsu menimbulkan gangguan pada banyak orang? Berdasarkan penelitian para ahli di bidang ini, permasalahan gigi bungsu di masyarakat terjadi secara berbeda-beda, tergantung zaman. Kini diketahui bahwa gangguan gigi bungsu jarang terdapat di masyarakat praindustri. Khususnya selama beberapa ratus tahun terakhir ini, manusia lebih menyukai makanan lunak daripada yang keras, sehingga pertumbuhan rahang manusiapun terganggu. Akhirnya diketahui, ternyata masalah gigi bungsu berasal dari gangguan pertumbuhan rahang akibat pola makan.

Diketahui pula, ternyata perilaku makan masyarakat juga berpengaruh buruk pada gigi lainnya. Sebagai contoh, meningkatnya konsumsi makanan dengan kadar gula dan asam yang tinggi telah meningkatkan kerusakan gigi. Tapi, fakta itu tidak menjadikan kita berpikir bahwa semua gigi kita mengalami atrofi (pengecilan atau penyusutan). Hal yang sama juga berlaku pada gigi geraham bungsu. Masalah pada gigi geraham bungsu berasal dari kebiasaan makan, bukan dari atrofi evolusioner apa pun.

Secara logika, sebetulnya adanya organ vestigial, justru lebih menunjukan adanya proses devolusi, bukan evolusi. Karena ada bagian yang tereduksi (rudiment) seperti penjelasan Darwin. Artinya

dulunya berfungsi menjadi tidak berfungsi, yang kemudian meninggalkan jejak. Sebaliknya jika vestigial ini tetap dijadikan sebagai bukti evolusi, seharusnya ada organ baru yang muncul, sebagai produk evolusi yang tidak pernah terdapat pada nenek moyangnya. Kenyataannya tidak ada satupun organ baru tersebut muncul.

DAFTAR PUSTAKA

Harun yahya. 2003. Keruntuhan Teori Evolusi dalam 20 Pertanyaan. Risalah. Surabaya Jonatan, Hari. 2011. Mengenal Organ Vestigial bernama Rambut. http:// id.prmob.net/vestigiality/ evolusi. Diakses pada tanggal 10 juni 2013

Nurhikmah, Ima. 2010. Gigi geraham Bungsu. http://ummusilmi.blogspot.com. Di akses pada tanggal

5 Juni 2013
Primob. 2012. Namun lain pukulan mitos organ vestigial.http://WEB-INF.prmob.net. Diakses pada tanggal 10 juni 2013

You might also like