You are on page 1of 16

Analisis Pengaruh Input Jumlah Tenaga Kerja, Bahan Baku, Dan Mesin Terhadap Output Produksi Perusahaan- Perusahaan

Pemindangan Ikan Dan Biota Perairan Lainnya Di Indonesia Tahun 2009 Suci Safitriani

Abstrak
Besarnya potensi perikanan di Indonesia, sudah seharusnya diikuti oleh perkembangan industri-industri perikanan guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan perluasan lapangan pekerjaan. Industri di sektor perikanan terdiri dari beberapa jenis, mulai dari industri

penangkapan ikan,industri pengolahan ikan dan biota perairan lainya, industri budidaya perikanan darat dll. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana dampak factor-faktor produksi berupa tenaga kerja, bahan baku dan mesin terhadap produksi industri Pemindangan Ikan dan Biota Perairan lainnya. Dalam penelitian ini analisis inferensia yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda dengan model fungsi produksi cobb doughlas. Berdasarkan hasil Uji parsial yang dilakukan menunjukkan bahwa masing- masing variabel independen (bahan baku, bahan baku, dan mesin) berpengaruh positif dan sigifnikan terhadap variabel dependen (produksi).

Keywords : faktor produksi, output produksi, cob doughlas.

Pendahuluan
Potensi ekonomi sumber daya pada sektor perikanan Indonesia diperkirakan mencapai US$ 82 miliar per tahun. Potensi tersebut meliputi: potensi perikanan tangkap sebesar US$ 15,1 miliar per tahun, potensi budidaya laut sebesar US$ 46,7 miliar per tahun, potensi peraian umum sebesar US$ 1,1 miliar per tahun, potensi budidaya tambak sebesar US$ 10 miliar per tahun, potensi budidaya perairan tawar sebesar US$ 5,2 miliar per tahun, dan potensi bioteknologi kelautan sebesar US$ 4 miliar per tahun. Selain itu, potens lainnya pun dapat dikelola, seperti

sumber daya yang tidak terbaharukan, sehingga dapat memberikan kontribusi yang nyata bagi pembangunan Indonesia. Berdasarkan laporan FAO Year Book 2009, Produksi perikanan tangkap Indonesia sampai dengan tahun 2007 berada pada peringkat ke-3 dunia dengan tingkat produksi perikanan tangkap pada periode 2003-2007 mengalami kenaikan rata-rata produksi sebesar 1,54%. Disamping itu, Indonesia juga merupakan produsen perikanan budidaya dunia. Sampai dengan tahun 2007 posisi produksi perikanan budidaya Indonesia di dunia berada pada urutan ke-4 dengan kenaikan ratarata produksi pertahun sejak 2003 mencapai 8,79%. Hal ini menyebabkan Indonesia memiliki kesempatan untuk menjadi penghasil produk perikanan terbesar dunia, karena terus meningkatnya kontribusi produk perikanan Indonesia di dunia pada periode 2004-2009. Menurut Daryanto (2007) (dalam Dody Yuli Putra : 2010), sumber daya pada sektor perikanan merupakan salah satu sumber daya yang penting bagi hajat hidup masyarakat dan memiliki potensi dijadikan sebagai penggerak utama (prime mover) ekonomi nasional. Hal ini didasari pada kenyataan bahwa pertama, Indonesia memiliki sumber daya perikanan yang besar baik ditinjau dari kuantitas maupun diversitas. Kedua, Industri di sektor perikanan memiliki keterkaitan dengan sektor-sektor lainnya. Ketiga, Industri perikanan berbasis sumber daya nasional atau dikenal dengan istilah national resources based industries, dan keempat Indonesia memiliki keunggulan (comparative advantage) yang tinggi di sektor perikanan sebagimana dicerminkan dari potensi sumber daya yang ada. Untuk memaksimalkan industri-industri di bidang perikanan dapat dilakukan dengan meningkat produksinya. Untuk memaksimalkan produksi maka harus diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi secara signifikan dan positif. Sehingga factor-faktor tersebut dapat ditingkat lagi kedepannya guna memperoleh hasil produksi yang lebih maksimal. Pengertian produksi menurut Magfuri adalah mengubah barang agar mempunyai kegunaan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Jadi produksi merupakan segala kegiatan untuk menciptakan atau menambah guna atas suatu benda yang ditunjukkan untuk memuaskan orang lain melalui pertukaran (Magfuri, 1987 : 72). Sedangkan produksi menurut Ace Partadireja setiap proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa dinamai proses produksi karena proses produksi mempunyai landasan teknis yang dalam teori ekonomi disebut fungsi produksi (Ace Partadireja, 1987 : 21).

Dalam Ilmu Ekonomi, faktor produksi adalah sumber daya yang digunakan dalam sebuah proses produksi barang dan jasa. Pada awalnya, faktor produksi dibagi menjadi empat kelompok, yaitu tenaga kerja, modal, sumber daya alam, dan kewirausahaan. Namun pada perkembangannya, faktor sumber daya alam diperluas cakupannya menjadi seluruh benda tangible, baik langsung dari alam maupun tidak, yang digunakan oleh perusahaan, yang kemudian disebut sebagai faktor fisik (physical resources). Selain itu, beberapa ahli juga menganggap sumber daya informasi sebagai sebuah faktor produksi mengingat semakin pentingnya peran informasi di era globalisasi ini.(Griffin R: 2006) Secara total, saat ini ada lima hal yang dianggap sebagai faktor produksi, yaitu tenaga kerja (labor), modal (capital), sumber daya fisik (physical resources), kewirausahaan (entrepreneurship), dan sumber daya informasi (information resources). Menurut Sunaryo (2001) Fungsi Produksi menggambarkan hubungan antara input dan output, jika input bertambah maka outpur juga meningkat.(dalam Efi Herawati :2008). Sedangkan Beattie dan Taylor(1994) mendefinisikan fungksi produksi sebagai sebuah deskripsi matematis atau kuantitatif dari kemungkinan-kemungkinan tekhnis yang dihadapi oleh suatu perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Lamidi (dalam Wiwit Setiawati (2006)) tentang Analisis factor-faktor yang Mempengaruhi Penurunan Produksi Sapu Ijuk, yang merupakan studi kasus pada industri kecil kerajinan sapu ijuk di Desa Manggis Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali pada tahun 2003. Jumlah produksi sapu ijuk sebagai variabel dependen, sedangkan modal usaha, jumlah tenaga kerja, pendidikan formal tenaga kerja, pendidikan formal pengusaha dan pengalaman tenaga kerja sebagai variabel independen. Dengan menggunakan model Analisis Regresi Linear Berganda yang diolah dengan menggunakan program SPSS versi 10.0 diperoleh hasil analisis bahwa dari 5 (lima) variabel independen, yang tidak signifikan hanya pendidikan formal tenaga kerja, sehingga dapat dikatakan bahwa pendidikan formal tenaga kerja tidak berpengaruh terhadap produksi sapu ijuk. Sedangkan keempat variabel independen yang lain berpengaruh terhadap jumlah produksi sapu ijuk. Penelitian mengenai Analisis Faktor-faktor Input yang Mempengaruhi Produksi dan Efisiensi Produksi Keramik di Kabupaten Klaten pada tahun 2003 yang dilakukan oleh Legiman. Dengan menggunakan model Cobb-Doouglas, analisis dilakukan terhadap faktor-faktor input yang mempengaruhi produksi keramik yang meliputi tenaga kerja, tanah liat dan kayu bakar.

Dari hasil pengolahan data, semua variabel independen signifikan dan ternyata faktor produksi yang paling berpengaruh terhadap produksi keramik adalah tenaga kerja. Kemudian untuk faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi produksi keramik adalah modal, pengalaman kerja dan tingkat pendidikan. Dari hasil pengolahan data, semua variabel independen signifikan dan yang paling berpengaruh terhadap efisiensi produksi keramik adalah variabel modal. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana pengaruh factor tenaga kerja, bahan baku, mesin terhadap produksi industri Pemindangan Ikan dan Biota Perairan lainnya, serta bagaimana efisiensi skala produksi dan gambaran average product (AP) industry Pemindangan Ikan dan Biota Perairan lainnya di Indonesia.

Metode
Produksi perusahaan-perusaahn industry dipengaruhi oleh beberapa factor produksi yang sifatnya vital yaitu Tenaga kerja, Bahan baku dan mesin. Dalam penelitian ini digunakan 4 variabel yang terdiri atas : Nilai Produksi (dalam 000 Rupiah), Tenaga Kerja (orang), Nilai Bahan Baku (dalam 000 Rupiah), Nilai Mesin (dalam 000 Rupiah) Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder hasil Survei Industri Besar dan Sedang tahun 2009 yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik Sub-Direktorat Statistik Industri Besar dan Sedang .Metodologi pengumpulan data statistik industri besar dan sedang adalah dengan complete enumeration ( pencacahan lengkap) terhadap seluruh perusahaan yang berkategori besar dan sedang di seluruh wilayah indonesia dengan frame (kerangka sampel) direktori industri besar sedang yang selalu diupdate setiap tahun. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua yaitu analisis deskriptif dan analisis inferensia. Analisis deskriptif adalah suatu metode analisis yang menggambarkan data menjadi suatu informasi yang lebih mudah untuk dipahami. Analisis deskriptif dapat disajikan dalam bentuk tabel, diagram, gambar, dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini, analisis deskriptif digunakan untuk meneggambarkan kondisi industry pada umumnya dilihat dari 4 variabel yang diteliti yaitu produksi, tenaga kerja, bahan baku dan mesin. Dalam penelitian ini analisis inferensia yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda dengan model fungsi produksi cobb doughlas. Dimana Q= dan setelah di transformasi dengan double logaritma natural

Menjadi Ln Q = ln A +

ln K + atau

ln L +

ln M +

Q* = dimana Q* = Ln Q, dan ,

K* +

L*+

M* + M*=Ln M

K*= Ln K,

L*=Ln L, dan

adalah koefisien regresi K= Total Bahan Baku Perusahaan-perusahaan Industri Pemindangan Ikan dan Biota perairan lainnya L= Total Tenaga kerja Perusahaan-perusahaan Industri Pemindangan Ikan dan Biota perairan lainnya M= Mesin Perusahaan-perusahaan Industri Pemindangan Ikan dan Biota perairan lainnya

Sebelum di lakukan uji cobb doughlas, maka terlebih dahulu harus dilakukan uji asumsi klasik yaitu uji normalitas, homoskedastis, multikolinearitas, dan autokorelasi. Apabila data yang digunakan memenuhi asumsi-asumsi tersebut maka analisis uji Cobb Douglas bisa dilakukan. Selain itu, dilakukan pengujian Return To Scale dan Average Product (AP) Efisiensi skala produksi dapat dibagi antara lain : a. Increasing return to scale (skala produksi yang menaik), yaitu merupakan laju kenaikan produksi yamng menaik (lebih besar dari kenaikan sebelumnya) b. Constant return to scale ( skala produksi yang tetap), yaitu efisiensi skala kenaikan hasil produksi hanya sebanding atau tetap sama dengan hasil sebelumnya c. Decreasing return to scale ( efisiensi skala produksi yang menurun), yaitu skala kenaikan prodduksi dengan hasil produksi yang menurun (lebih kecil dari kenaikan sebelumnya).

Average Product (AP) APK menunjukkan rata-rata nilai produksi (produktivitas) yang dihasilkan oleh suatu bahan baku. Adapun rumus mencari APK adalah sebagai berikut :

APK=

APL menunjukkan rata-rata nilai produksi (produktivitas) yang dihasilkan oleh seorang tenaga kerja. Adapun rumus mencari APK adalah sebagai berikut : APL= ,

APM menunjukkan rata-rata nilai produksi (produktivitas) yang dihasilkan oleh suatu mesin. Adapun rumus mencari APK adalah sebagai berikut :

APM=

Hasil
Berdasarkan data diketahui bahwa jumlah perusahaan yang bergerak dibidang ) industri Pemindangan Ikan dan Biota Perairan lainnya adalah 89 perusahaan dimana 100% merupkan jenis perusahhan sedang yaitu dengan kategori jumlah pekerja 20-99 orang. Pada industry ini tidak terdapat kategori industry besar (>=100 pekerja). Total tenaga kerja pada industry Pemindangan Ikan dan Biota Perairan lainnya adalah sebesar 1648 tenaga kerja. Untuk distribusi tenaga kerja pada industry ini yaitu 511 pekerja laki-laki dan 1137 tenaga kerja wanita. Berdasarkan hasil tersebut diperoleh bahwa pekerja wanita mendominasi perusahaan di sektor ini. Berdasarkan data yang diperoleh juga dapat diketahui bahwa sekitar 98% bahan baku industry yang digunakan merupakan bahan local dan selebihnya atau sekitar 2% merupakan bahan baku import. Hal tersebut menunjukkan bahwa bahan baku yang digunakan pada industry ini cenderung tersedia dan terjangkau oleh dalam negeri. Bedasarkan Hasil Uji Asumsi yang dilakukan diperoleh hasi bahwa asusm Asumsi Normal, Non Autokorelasi, Asumsi Multikolinearita, dan Asumsi Homoskedastis terpenuhi. Oleh karena itu, estimasi parameter dengan menggunakan regresi linear dengan fungsi cob doughlas dapat dilakukan. Untuk mengestimasi parameter dalam model regresi, maka dapat digunakan metode ordinary least square (OLS). Metode ini tidak membutuhkan asumsi distribusi tertentu. Prinsip dasar dalam OLS adalah meminimumkan jumlah kuadrat sisaan.Dalam mengkaji dan menganalisa

besarnya pengaruh variable-variabel independen terhadap produksi, digunakan analisis regresi linier berganda dengan menggunakan metode Ordinarys Least Square. Dimana hasil estimasi diperoleh dari output SPSS dibawah ini
Coefficients
a

Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 (Constant) Bahan_Baku Tenaga_Kerja Mesin a. Dependent Variable: Produksi B 1.233 .840 .209 .068 Std. Error .292 .020 .100 .025 .939 .043 .051 Coefficients Beta t 4.225 41.300 2.085 2.738 Sig. .000 .000 .042 .008

Dari Hasil olahan data di SPSS diperoleh estimasi terhadap parameter dengan fungsi produksi sebagai berikut : Q* = 1,233 + 0.840K* + 0,209 L* + 0,068M* Interpretasi : = 0,840 (elastisitas bahan baku),menunjukkan bahwa jika nilai input bahan baku meningkat sebesar 1% maka rata- rata nilai output produksi akan meningkat sebesar 0.840 % dimana variabel lain dianggap konstan (ceteris parribus). = 0.209 (elastisitas tenaga kerja),menunjukkan bahwa jika nilai input tenaga kerja meningkat sebesar 1% maka rata-rata nilai output produksi akan meningkat sebesar 0.209% dimana variable lain dianggap konstan (ceteris parribus). = 0,068 (elastisitas mesin),menunjukkan bahwa jika nilai input mesin meningkat sebesar 1% maka rata-rata nilai output produksi akan meningkat sebesar 0.068% dimana variable lain dianggap konstan (ceteris parribus). Selain itu, dilakukan pula Goodness of Fit Test. Test ini digunakan untuk menguji apakah model regresi berganda yang kita ajukan secara statistic sudah tepat dilihat dari kesesuaian dan kebaikan model regresi. Hal ini dilakukan dengan uji hipotesis terhadap parameter regresi serta tambahan informasi dengan melihat nilai koefisien determinasi (R square). Hipotesis

H0 : j = 0 H1 : j 0 dimana j = 0,1,2, dan 3 (Raymond H.Myers,1991 : 145) = 0.05 Daerah Kritis Tolak H0 jika Frasio > F0.05; (3);(57) Statistik Uji Frasio = Statistik Hitung / Metode Analysis of Varians (ANOVA) Dari Output SPSS diperoleh :
ANOVA Model 1 Regression Residual Total Sum of Squares 97.440 1.485 98.925 df 3 57 60
b

Mean Square 32.480 .026

F 1246.344

Sig. .000
a

a. Predictors: (Constant), Mesin, Tenaga_Kerja, Bahan_Baku b. Dependent Variable: Produksi

Keputusan : Karena Fratio > F-tabel dan p-value (0,000) < alfa (5%) maka keputusan Tolak Ho. Kesimpulan : Pada tingkat kepercayaan 95% dapat disimpulkan bahwa model regresi berganda yang diajukan secara statistic sudah tepat dengan R-square sebesar 0,985.. Artinya secara keseluruhan variasi variable output produksi mampu dijelaskan oleh variabel- variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi sebesar 98% sisanya 2% dijelaskan oleh variabel lain diluar model dan eror.
Model Summary Adjusted R Model 1 R .992
a b

Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 2.169

R Square .985

Square .984

.16143

a. Predictors: (Constant), Mesin, Tenaga_Kerja, Bahan_Baku

Model Summary Adjusted R Model 1 R .992


a

Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 2.169

R Square .985

Square .984

.16143

a. Predictors: (Constant), Mesin, Tenaga_Kerja, Bahan_Baku b. Dependent Variable: Produksi

Selain itu, uji parsial juga dilakukan untuk untuk mengetahui apakah variabel- variabel independen yang ada pada model secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependennya. Uji ini dilakukan terhadap koefisien regresi masing- masing variabel independen yang ada. Dari Output SPSS diperoleh hasil sebagai berikut :

Coefficients

Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 (Constant) Bahan_Baku Tenaga_Kerja Mesin a. Dependent Variable: Produksi B 1.233 .840 .209 .068 Std. Error .292 .020 .100 .025 .939 .043 .051 Coefficients Beta T 4.225 41.300 2.085 2.738 Sig. .000 .000 .042 .008

Bahan Baku (L) Hipotesis


H0 : 1 = 0 H1 : 1 0 (Raymond H.Myers,1991 : 161) = 0.05

Daerah Kritis Tolak Ho jika |t*| > t 0.05,57 atau Tolak Ho jika p-value < 0,05 Statistik Uji t*= Statistik Hitung

t* = 41.300 dan p-value 0.000 Keputusan Karena p-value 0.000 < 0.05 maka tolak Ho Kesimpulan Pada tingkat kepercayaan 95%, dapat disimpulkan bahwa variable nilai bahan baku berpengaruh positif dan signifikan terhadap output produksi. Tenaga Kerja (L) Hipotesis
H0 : 2 = 0 H1 : 2 0 (Raymond H.Myers,1991 : 161) = 0.05

Daerah Kritis Tolak Ho jika |t*| > t 0.05,57 atau Tolak Ho jika p-value < 0,05 Statistik Uji t*= Statistik Hitung t* = 2.085 dan p-value 0.042 Keputusan Karena p-value 0.042 < 0.05 maka tolak Ho Kesimpulan Pada tingkat kepercayaan 95%, dapat disimpulkan bahwa variable jumlah tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap output produksi. Mesin (M) Hipotesis
H0 : 3 = 0 H1 : 3 0 (Raymond H.Myers,1991 : 161) = 0.05

Daerah Kritis Tolak Ho jika |t*| > t 0.05,57 atau Tolak Ho jika p-value < 0,05

Statistik Uji t*= Statistik Hitung t* = 2.738 dan p-value 0.008 Keputusan Karena p-value 0.008 < 0.05 maka tolak Ho Kesimpulan Pada tingkat kepercayaan 95%, dapat disimpulkan bahwa variable mesin berpengaruh positif dan signifikan terhadap output produksi.

Berdasarkan hasil Uji parsial yang dilakukan menunjukkan bahwa masing- masing variabel independen (tenaga kerja, bahan baku, dan mesin) berpengaruh positif dan sigifnikan terhadap variabel dependen (produksi). Hal ini sejalan dengan fungsi produksi CobbDouglass yang menggambarkan tingkat produksi atau penciptaan nilai tambah yang diakibatkan oleh pengaruh dua jenis faktor produksi, yaitu input modal berupa mesin (M) dan bahan baku (K) dan tenaga kerja (L). Selain melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel tak bebas, dilakukan pula analisis

return to scale yang bertujuan untuk melihat skala pengembalian atau tingkat dimana output meningkat karena input meningkat secara proporsional. Pada persamaan Cobb- Douglass jumlah dari elastisitas faktor input (dalam hal ini ditunjukkan oleh nilai tingkat tambahan hasil dengan ketentuan: a. Jika = 1 terdapat tambahan hasil yang konstan atas segala produksi ) dapat menunjukkan

(Constant return to scale). b. Jika > 1 terdapat tambahan hasil yang meningkat atas segala produksi

(Increasing return to scale). c. Jika < 1 terdapat tambahan hasil yang menurun atas segala produksi

(Decreasing return to scale). d. Perbandingan penggunaan input, jika (Labor intensive). (capital intensive) atau

Berdasarkan hasil output SPSS diperoleh nilai- nilai elastisitas masing- masing faktor input yang ada diperoleh bahwa = 0.840 + 0.209 + 0.068 = 1.117 dimana 1.117 > 1,

artinya skala pengembalian untuk produksi pemindangan ikan dan biota perairan lainnya adalah Increasing return to scale dimana jika input produksi naik sebesar 1,117 % maka output produksi akan meningkat lebih dari 1,117 %. Berdasarkan Perbandingan penggunaan input (Labor intensive) dimana

0.840+0.209 = 1.049 > 0.663 sehingga industry pemindangan ikan dan biota perairan lainnya menggunakan input modal secara intensif dibandingkan dengan input tenaga kerja. Berdasarkan data yang ada diperoleh sebagai berikut : Qtotal = Rp 153.329.542.000,Ktotal = Rp 123.795.411.000,Ltotal = 1648 pekerja Mtotal = Rp 1.159.175.000,-

Sehingga melalui perhitungan sistematis diperoleh hasil sebagai berikut : APK= = = Rp 1,23857, artinya rata-rata nilai produksi atau rasio

(produktivitas) yang dihasilkan oleh setiap nilai bahan baku terhadap produksi komoditi pemindangan ikan dan biota perairan lainnya adalah sebesar Rp 1,23857, APL= = = Rp 93039770,63107,- artinya rata-rata nilai produksi

(produktivitas) yang dihasilkan oleh seorang tenaga kerja dalam produksi komoditi batu bata dari tanah liat adalah sebesar Rp.93.039.770,63107 / tenaga kerja APM= = = Rp 132,27471 , artinya rata-rata nilai produksi atau rasio

(produktivitas) yang dihasilkan oleh setiap nilai mesin terhadap produksi komoditi batu bata dari tanah liat adalah sebesar Rp 132,27471,Marginal product artinya adalah tambahan otuput yang diproduksi karena input dinaikkan sebanyak satu unit. Untuk menghitung marginal product kita memerlukan data di tahun sebelumnya, sementara itu data yang tersedia hanya menyajikan data tentang input dan produksi perusahaan pada tahun 2009 saja. Karena yang tersedia hanya data dalam periode satu tahun saja, maka dilakukan pendekatan sbb: Berdasarkan hasil elastisitas produksi dan nilai rata-rata di atas dapat diperoleh nilai marjinal masing-masing input terhadap produksi.

1. Bahan baku

Artinya, setiap penambahan bahan baku satu satuan 1,0404 satu satuan. 2. Tenaga Kerja

akan menambah produksi sebesar

Artinya, setiap penambahan satu orang tenaga kerja akan menambah produksi sebesar 19.445.312,06189 satu satuan.

3. Mesin

Artinya, setiap penambahan mesin satu satuan akan menurunkan produksi sebesar 8, 99468 satu satuan.

Bahasan
Berdasarkan hasil pengolahan data tersebut diperoleh hasil bahwa bahan baku, bahan baku, dan mesin terbukti berpengaruh positif dan sigifnikan terhadap produksi industri pemindangan ikan dan biota perairan lainnya. Hal ini sejalan dengan fungsi produksi Cobb- Douglass yang menggambarkan tingkat produksi atau penciptaan nilai tambah yang diakibatkan oleh pengaruh dua jenis faktor produksi, yaitu input modal berupa mesin (M) dan bahan baku (K) dan tenaga kerja (L). Hasil tersebut sejalan dengan teori-teori produksi dan penelitian-penelitian sebelumnya yang juga membuktikan bahwa bahan baku, bahan baku, dan mesin merupakan faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap besarnya produksi yang akan dihasilkan. Posisi faktor tenaga kerja sangat dominan jika dibandingkan dengan factor produksi lainnya dalam suatu proses produksi. Suprihanto (1988: 2.22.6) menyatakan bahwa tenaga kerja adalah sebagian dari keseluruhan penduduk yang secara potensial dapat menghasilkan barang dan jasa. Hal tersebut menunjukkan peran tenaga kerja tidak dapat diabaikan dalam suatu proses produksi meskipun seiring perkembangan zaman, teknologi dalam dunia industry semakin maju. Ini

ditunjukkan dengan semakin canggihnya mesin-mesin produksi yang mampu beroperasi secara otomatis. Akan tetapi, pada kenyataannya peran tenaga kerja masih sangat besar dalam suatu proses produksi. Dalam penelitian ini, terbukti bahwa tenaga kerja mempengaruhi output hasil produksi sebesar 0,29 persen. Nilai tersebut menunjukkan bahwa ternyata pengaruh tenaga kerja mempunyai pengaruh yang tidak begitu besar terhadap output hasil produksi industri pemindangan ikan dan biota perairan lainnya. Hal tersebut mungkin disebabkan kebanyakn industry besar sedang tidak begitu banyak menggunakan tenaga kerja (rata-rata 27 pekerja) karena proses produksi dalam industri ini yang tidak begitu rumit. Selain itu, dari hasil data juga diperoleh gambaran bahwa tenaga kerja wanita mendominasi pekerja dalam industri ini yakni sebesar 69 persen. Menurut Daryanto (1996) bahan baku juga disebut sebagai bahan dasar yang digunakan untuk memproduksi suatu barang Bahan baku merupakan bagian integral dari produk yang dihasilkan suatu perusahaan.(Efi Herawati:2008). Bahan baku merupakan salah satu bagian yang tidak dapat terlepas dari proses produksi. Bahan baku sangat mempengaruhi kualitas hasil produksi yang dihasilkan . Penelitian ini menunjukkan bahwa bahan baku merupakan faktor produksi dengan pengaruh terbesar terhadap outpus hasil produksi yakni sebesar 0,84 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa faktor bahan baku sangat berpengaruh terhadap hasil produksi industri pemindangan ikan dan biota perairan lainnya. Semakin banyak bahan baku yang

digunakan maka semakin banyak pula hasil produksi yang dihasilkan. Dalam kasus ini, bahan baku dalam industri pemindangan ikan dan biota perairan lainnya adalah hasil-hasil laut. Luas perairan Indonesia yang sangat besar tentu saja menguntungkan bagi industri ini, karena menyebabkan melimpahnya bahan baku yang dapat digunakan dalam proses produksi sehingga tidak membutuhkan bahan baku impor sehingga mampu menghemat ongkos produksi. Hal tersebut sejalan dengan gambaran data yang diperoleh bahwa bahan baku local mendominasi dalam industry ini yakni sebesar 98 persen. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh tenaga kerja wanita yang cenderung lebih terlatih atau berpengalaman dalam hal pemindangan ikan dan biota perairan lainnya dan cenderung lebih terlatih dalam melakukan proses produksi. Selain tenaga kerja dan bahan baku, mesin juga merupakan alat bantu untuk melakukan proses transformasi atau proses pengolahan dari masukan (input) menjadi keluaran (output) Mesin sangat berperan penting dalam proses produksi, karena tanpa mesin hasil produksi tidak akan optimal dan efisien. Dalam penelitian ini, terbukti bahwa faktor produksi mesin

mempengaruhi output hasil produksi sebesar 0,068 persen. Pengaruh mesin dalam industri ini memang cenderung kecil dibandingkan dua faktor produksi lainnya. Akan tetapi tidak membuat mesin menjadi terabaikan sebagai salah satu faktor yan gmempengaruh output produksi. Skala produksi untuk industry pemindangan ikan dan biota perairan lainnya adalah Increasing return to scale karena sehingga jika input produksi naik sebesar 1,117 persen maka output produksi akan meningkat lebih dari 1,117 persen. Selain itu, diperoleh hasil bahwa Industry pemindangan ikan dan biota perairan lainnya menggunakan input modal secara intensif dibandingkan dengan input tenaga kerja. Karena Berdasarkan Perbandingan penggunaan input (Labor intensive) dimana 0.840 + 0.209= 1.049 dimana 1.049 > 0.663 . Sedangkan dilihat dari segi average product, average product labour (APL) merupakan yang terbesar dibandingkan APM dan APK. Ini menunjukkan bahwa tenaga kerja mempunyai nilai produkstivitas yang besar dibandingkan produkstivitas mesin ataupun bahan baku.

Kesimpulan dan Saran


Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh kesimpulan bahwa bahan baku, bahan baku, dan mesin terbukti berpengaruh positif dan sigifnikan terhadap produksi industri pemindangan ikan dan biota perairan lainnya. Hal ini sejalan dengan fungsi produksi Cobb- Douglass yang menggambarkan tingkat produksi atau penciptaan nilai tambah yang diakibatkan oleh pengaruh dua jenis faktor produksi, yaitu input modal berupa mesin (M) dan bahan baku (K) dan tenaga kerja (L). Hasil tersebut sejalan dengan teori-teori produksi dan penelitian-penelitian sebelumnya yang juga membuktikan bahwa bahan baku, bahan baku, dan mesin merupakan faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap besarnya produksi yang akan dihasilkan. Selain itu dapat diperoleh hasil bahwa skala industri pemindangan ikan dan biota perairan lainnya adalah increasing return to scale dengan penggunaan input modal lebih intensif dibandingkan penggunaan input tenaga kerja serta namun dengan tingkat produktivitas tenaga kerja yang lebih besar dibandingkan dengan faktor produksi lainnya. Pihak industi pemindangan ikan dan biota perairan lainnya disarankan untuk lebih mengintensivkan penggunaaan tenaga kerja karena pada dasarnya tenaga kerja dalam sektor industry ini memiliki prospek produktivitas yang cukup besar sehingga sangat strategis untuk lebih diberdayakan dari segi kuantitas maupun kualitas sehingga mampu menghasilkan output secara lebih maksimal dan berkualitas.

Daftar Pustaka
Herawati, Efi.2008. Analisis Pengaruh factor Produksi Modal, Bahan Baku, Tenaga Kerja, dan Modal Terhadap Produksi Glycerine Pada PT Flora Sawita Chemindo Medan. Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara : Medan, Sumatera Utara. Setiawati, Wiwit .2006. Analisis Pengaruh Faktor Produksi Terhadap Produksi Industri Pengasapan Ikan Di Kota Semarang. Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro : Semarang.

http://www.tugaskuliah.info/2011/07/pengertian-produksi-menurut-ahli.html diakses pada 23 Oktober 2011 Pukul 12.30 http://www.scribd.com/doc/16733299/Konsep-Produktivitas diakses pada 23 Oktober 2011 Pukul 14.30 http://13candys.blogspot.com/2011/04/fungsi-produksi-cobb-douglas.html diakses pada 25 Oktober 2011 Pukul 12.30

Wikipedia. http://wikipedia.com diakses pada 20 Oktober 2012 Pukul 12.30

You might also like