You are on page 1of 30

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Usaha ternak yang pada mulanya hanya berkisar pada kegiatan atau usaha rakyat kian berkembang seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Akibat dari perkembangan zaman membuat masyarakat semakin sadar akan pentingnya gizi dari bahan hewani yang menyebabkan permintaan akan daging semakin meningkat. Hal ini tidak terlepas dari ayam yang merupakan sumber daging untuk kebutuhan masyarakat. Pemenuhan akan daging ayam tidak terlepas dari peternakan ayam pedaging. Peternakan ayam pedaging ini nantinya akan menghasilkan ayam pedaging komersial. Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan salah satu mata kuliah yang mengajarkan mahasiswa untuk terjun langsung ke lapangan untuk mempelajari manajemen yang dilakukan oleh peternakan ayam pedaging. Selain itu, PKL merupakan salah satu syarat kelulusan program Strata 1 (S1) Fakultas Peternakan. B. Tujuan Tujuan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah untuk menambah pengetahuan, pengalaman, dan wawasan dalam tatalaksana pemeliharaan dan pemeliharaan ayam pedaging, serta menerapkan ilmu yang diperoleh di perkuliahan dan belajar membekali diri dengan keterampilan untuk tujuan dunia kerja. Selain itu, PKL ini juga merupakan salah satu syarat untuk melakukan seminar dan penyusunan Tugas Akhir (Skripsi).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Usaha Peternakan Ayam Pedaging Menurut Rasyaf (1992) ayam pedaging adalah ayam jantan dan ayam betina muda yang berumur dibawah 6 minggu ketika dijual dengan bobot badan tertentu, mempunyai pertumbuhan yang cepat, serta dada yang lebar dengan timbunan daging yang banyak. Ayam pedaging biasa juga disebut ayam broiler. Broiler adalah istilah untuk menyebutkan strain ayam hasil budidaya teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi pakan yang baik dan dapat dipotong pada usia yang relatif muda sehingga sirkulasi pemeliharaannya lebih cepat dan efisien serta menghasilkan daging yang berkualitas baik (Murtidjo, 1987). Hardjoswaro dan Rukminasih (2000) menyatakan bahwa ayam broiler dapat digolongkan kedalam kelompok unggas penghasil daging artinya dipelihara khusus untuk menghasilkan daging. Umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut: kerangka tubuh besar, pertumbuhan badan cepat, pertumbuhan bulu yang cepat, lebih efisien dalam mengubah ransum menjadi daging. Kepadatan kandang untuk ayam pedaging adalah 10-13 ekor/m2 untuk bobot badan sekitar 1,8 kg (Indarto, 1990). Banyak strain ayam pedaging yang dipelihara di Indonesia. Strain merupakan sekelompok ayam yang dihasilkan oleh perusahaan pembibitan melalui proses pemuliabiakan untuk tujuan ekonomis tertentu. Contoh strain ayam pedaging antara lain CP 707, Starbro, Hybro (Suprijatna et al., 2005). Di Indonesia banyak pengusaha dibidang peternakan, salah satunya adalah usaha broiler. Usaha broiler merupakan usaha yang dilakukan oleh peternak baik sebagai usaha pokok maupun sambilan yang di dalamnya terdapat kegiatankegiatan produksi, seperti tata laksana pemberian pakan, tata laksana kandang dan kegiatan-kegiatan lainnya yang akan menghasilkan broiler sebagai produk utamanya (Rasyaf, 1996).

BAB III METODE

A. Waktu dan Tempat Praktek Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) akan dilaksanakan selama satu setengah bulan. PKL ini akan dilaksanakan di CV. Ari Sudaryatmo yang beralamat di Desa Sukorame Kec. Gunung Pati Semarang. B. Metode Pelaksanaan Praktek Metode pelaksanaan PKL meliputi Pengamatan langsung dan diskusi mengenai manajemen perkandangan khusus periode starter. Selain hal tersebut, juga melakukan kegitan rutin yang ditetapkan oleh perusahaan seperti pemeliharaan ayam pedaging pada periode starter sampai finisher serta pemanenan. Pengumpulan data primer dilakukan berdasarkan pencatatan data-data hasil pengamatan dan diskusi selama melakukan Praktek Kerja Lapangan, sedangkan pengumpulan data sekunder dilakukan berdasarkan data-data yang telah ada sebelum melaksanakan Praktek Kerja Lapangan, tetapi data tersebut mendukung dan berhubungan dengan keadaan selama melakukan Praktek Kerja Lapangan.

BAB IV HASIL PEMBAHASAN KEADAAN UMUM Lokasi dan Tata Letak PT Petenakan Ayam Manggis IV Cianjur terletak di Kampung Cikadu, Desa Jamali, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Lokasi perusahaan berada kurang lebih 8,7 km dari Ibukota Kabupaten dan enam kilometer dari Ibukota Kecamatan. Lokasi peternakan berjarak kurang lebih satu km dari jalan raya dan 500 m dari pemukiman penduduk serta dikelilingi pagar dengan tinggi kurang lebih tiga m Perusahaan memiliki luas tanah sekitar 60 ha yang berada pada ketinggian 450 m di atas permukaan laut. Temperatur di areal peternakan berkisar antara 2332 oC, kelembaban udara 60-70% serta curah hujan rata-rata 3.000 mm/tahun. Sejarah Perkembangan PT Peternakan Ayam Manggis IV Cianjur merupakan salah satu dari perusahaan gabungan PT Peternakan Ayam Manggis yang berkantor pusat di Jakarta. PT Peternakan Ayam Manggis IV Cianjur didirikan pada tanggal 6 September 1992. Perusahaan ini digolongkan ke dalam divisi operasional dalam bidang pemeliharaan bibit ayam pedaging dan petelur untuk menghasilkan Day Old Chick (DOC). Tahun 1998, perusahaan hampir mengalami kebangkrutan akibat krisis moneter, sehingga perusahaan mengganti usahanya menjadi peternakan ayam potong (broiler) selama satu tahun. Tahun 1999, perusahaan kembali memelihara ayam bibit. PT Peternakan Ayam Manggis IV Cianjur hingga saat ini memiliki tiga unit farm yang terdiri atas 39 kandang. Strain ayam yang dipelihara adalah Hysex Brown untuk tipe petelur dan Hybro PG+ untuk tipe pedaging.

Struktur Organisasi Pimpinan tertinggi PT Peternakan Ayam Manggis IV Cianjur yaitu seorang manager yang dibantu oleh seorang kepala unit farm untuk kegiatan di farm dan seorang kepala unit penetasan (hatchery) untuk kegiatan di hatchery. Kepala unit farm bertugas mengawasi seluruh kegiatan yang berhubungan dengan produksi dan operasional farm dibantu oleh supervisor produksi, sedangkan kepala unit hatchery bertugas mengawasi seluruh kegiatan yang berhubungan dengan produksi dan operasional hatchery juga dibantu oleh supervisor produksi. Superisor produksi bertugas mengawasi kegiatan operator dan

bertanggung jawab seluruh kegiatan di lapangan, baik pada bagian farm maupun pada bagian hatchery. Kegiatan supervisor produksi dibantu oleh asisten yang menjabat sebagai kepala seksi yang bertugas sebagai pengganti supervisor jika tidak ada di lapangan, sebagai mediator antara operator dengan supervisor. Staf administrasi bertugas mencatat kegiatan perusahaan yang

berhubungan dengan kegiatan produksi, penerimaan dan pengeluaran keuangan, membuat laporan harian, mingguan, bulanan serta mengeluarkan surat jalan. Operator bertugas menjalankan kegiatan di lapangan. Untuk lebih jelasnya, struktur organisasi PT Peternakan Ayam Manggis IV Cianjur dapat dilihat pada Gambar 1 berikut : Farm Manager Supervisor Administrasi

Supir Statistik Gudang Mekanik Satpam Tukang Cuci

Kepala Unit Farm Kepala Unit Hatchery Supervisor Produksi Kepala Produksi Operator Supervisor Produksi Kepala Seksi Operator Tukang Kebun

Gambar 1. Struktur Organisasi PT Peternakan Ayam Manggis IV Cianjur Sarana Produksi Sarana dan Prasarana PT Peternakan Ayam Manggis IV Cianjur memiliki luas area 60 ha. Lahan yang dipakai untuk kegiatan peternakan seluas 45 ha. Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh PT Peternakan Ayam Manggis IV Cianjur adalah bangunan kandang yang terdiri atas 39 kandang, kandang karantina, kantor, gudang, asrama karyawan, satu unit penetasan (Hatchery), pos satpam, ruang sanitasi, unit kendaraan angkut berupa truk, bengkel dan mushola.

Sumber air berasal dari sumur artesis yang airnya akan mengalir terus untuk ditampung dalam tangki air sehingga peternakan tidak mengalami kesulitan air. Sumber tenaga listrik berasal dari PLN (Perusahaan Listrik Negara) dan dua buah generator sebagai cadangan bila sewaktu-waktu aliran listrik dari PLN padam. Perkandangan Perusahaan menggunakan closed house system atau kandang sistem tertutup. Sudaryani dan Santoso (2004) mengatakan bahwa keuntungan menggunakan kandang tertutup yaitu memudahkan pengawasan, pengaturan suhu dan kelembaban, pengaturan cahaya, mempunyai ventilasi yang baik serta penyebaran penyakit mudah diatasi. Berdasarkan fase pemeliharaannya, kandang yang digunakan oleh perusahaan menggunakan sistem brood-grow-lay. Jumlah kandang yang dimiliki perusahaan sebanyak 39 kandang yang dibagi dalam tiga unit kandang. Unit I terdiri atas 11 kandang. Unit II dan III masing-masing terdiri atas 14 kandang. Setiap unit dilengkapi dengan kandang karantina. Kandang membujur dari Timur ke Barat. Jarak antar kandang 15 m. Kandang berukuran 90 m x 12 m dimana dalam satu kandang dibagi menjadi delapan pen yang sama besar. Strain Ayam yang Dipelihara Strain ayam yang dipelihara di perusahaan ini ada dua jenis yaitu Hysex Brown untuk ayam tipe petelur dan Hybro PG+ untuk tipe pedaging. Dalam laporan ini, yang akan dibahas lebih lanjut adalah ayam bibit pedaging Strain Hybro PG+.

MANAJEMEN PERKANDANGAN AYAM BIBIT PEDAGING SISTEM TERTUTUP DI PT PETERNAKAN AYAM MANGGIS IV CIANJUR

Konstruksi Kandang Banyak bentuk dan konstruksi kandang yang bisa dibangun, tetapi semuanya harus didasarkan pada kegunaan dan rencana usaha yang akan dijalankan. Menurut Fadilah dkk (2007), semua bentuk kandang yang dibuat ditujukan untuk ayam bisa hidup dengan nyaman dan aman dari lingkungan, sehingga ayam dapat berproduksi dengan optimal. Konstruksi kandang meliputi, atap, dinding, lantai dan sistem ventilasi pada kandang. Atap Kandang Atap kandang adalah bagian dari bangunan kandang yang berfungsi untuk menaungi bagian dalam kandang dari panas matahari dan curah hujan. Bahan yang digunakan sebagai atap perlu dipilih dari jenis bahan yang ringan, tahan panas, tidak menyerap atau menghantar panas, tidak mudah bocor dan tahan terhadap curah hujan yang tinggi. Atap kandang yang digunakan perusahaan adalah atap monitor berbahan seng. Menurut pendapat Rasyaf (2003), atap sistem monitor dapat meningkatkan fungsi ventilasi. Di bawah atap kandang terdapat langit-langit kandang yang terbuat dari terpal. Tinggi langit-langit kandang dari lantai yaitu 2,1 m. Dinding Kandang Dinding kandang berfungsi sebagai pelindung keberadaan ayam dari gangguan luar dan penghalang ayam agar tetap berada dalam kandang. Dinding kandang terdiri atas kawat monitor dan beton yang dilapisi dengan tirai yang terbuat dari terpal. Tinggi dinding kandang yang terbuat dari beton sampai ke kawat monitor yaitu 50 cm, sedangkan tinggi kawat monitor sampai atap terendah yaitu 1,6 m. Tirai pada dinding kandang ada dua yaitu tirai berwarna putih dan tirai hitam. Tirai putih berfungsi untuk membantu penerangan pada periode starter dan

layer, sedangkan tirai hitam untuk menahan cahaya dari luar pada periode grower. Pada saat produksi telur telah mencapai 60%, tirai hitam akan diturunkan dan light trap (penghalang cahaya) sudah dapat dilepas dari kipas (exhaust fan). Tujuan penurunan tirai hitam agar pencahayaan di dalam kandang dibantu oleh cahaya luar sehingga penggunaan lampu di dalam kandang dapat dikurangi. Lantai Kandang Lantai kandang menggunakan sistem litter berbahan sekam padi. Litter adalah hamparan alas kandang yang berguna sebagai alas tidur, penghangat bagi ayam dan mengurangi kelembaban lantai kandang. Ketebalan sekam padi sekitar 15-20 cm. Menurut Rasyaf (2003), keuntungan sistem litter adalah menurunkan peluang ayam lepuh dada, sedangkan kerugiannya yaitu alas kandang mudah dan cepat basah dan menimbulkan bau tidak sedap yang dapat menyuburkan bibit penyakit terutama CRD (Chronic Respiratory Disease). Sistem Ventilasi Menurut Priyatno (2002), ventilasi adalah jalan keluar masuknya udara sehingga udara segar dari luar dapat masuk untuk menggantikan udara yang kotor dari dalam kandang. Sistem ventilasi yang digunakan perusahaan menggunakan cooling pad dan exhaust fan. Cooling pad mengalirkan udara segar yang dibutuhkan ke dalam kandang dan exhaust fan mengeluarkan udara kotor ke luar kandang. Jumlah fan yang dipasang disesuaikan dengan volume ruangan kandang, populasi ayam jantan dan betina serta rataan bobot badan jantan dan betina. Peralatan Kandang Peralatan yang digunakan pada setiap kandang diantaranya cooling pad, blower, tirai, tempat pakan, tempat minum, nest box, lori gantung dan egg tray. Cooling Pad

Cooling pad yaitu serangkaian alat yang berfungsi sebagai pendingin otomatis atas kerja sinyal dari perubahan suhu kemudian diteruskan ke panel set point. Cooling pad terbuat dari bahan selulosa yang disusun bergelombang berbentuk wafer yang disebut cell deck berukuran tinggi 150 cm dan lebar 60 cm. Cooling pad dipasang di sebelah kiri kanan kandang dengan panjang 10 m di pen satu. Cooling pad dilengkapi dengan bak berisikan air dan tirai hitam yang berfungsi mengatur pemasukan udara segar yang diperlukan ayam. Cooling pad akan bekerja jika seluruh kipas telah beroperasi dan suhu di dalam kandang telah mencapai 30 oC. Pipa cooling pad akan mengalirkan air selama dua menit dan berhenti selama enam menit yang diatur secara otomatis dengan time switch. Air akan mengalir melewati lubang-lubang kecil pada pipa cooling pad. Air yang mengalir menyebabkan cell deck menjadi basah. Udara bersih masuk melalui cell deck seiring dengan air yang merembes masuk melalui cell deck sehingga udara menjadi sejuk dan dingin. Udara dingin dan sejuk disebarkan ke seluruh ruangan kandang melalui bantuan exhaust fan. Menurut Jahja (1995), suhu yang ideal untuk pemeliharaan ayam berkisar antara 18-27 oC. Exhaust Fan Exhaust fan atau kipas adalah alat untuk menarik/ menyedot udara ke luar dari dalam kandang dan udara segar masuk melalui cooling pad. Fan yang dimiliki perusahaan berdiameter 140 cm dan berkapasitas 20.000 cfm/kipas yang diletakkan pada bagian belakang kandang. Pada waktu pengamatan terdapat 6 fan yang digunakan dalam satu kandang. Jumlah kipas yang beroperasi tergantung pada suhu di dalam kandang. Setiap kenaikan suhu 2 oC di dalam kandang, akan mengoperasikan kipas tertentu secara otomatis. Sebaliknya, pada penurunan suhu di dalam kandang akan menghentikan fungsi kipas tertentu pula. Pengaturan kipas dalam kandang disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Pengaturan Exhaust Fan dalam Kandang

Set Point Suhu Exhaust Fan yang Diaktifkan Exhaust Fan yang Nyala (oC) -(buah)< 22,0-23,9 No 2 dan 5 2 24,0-25,9 No 3 3 26,0-27,9 No1 dan 6 5 28,0-29,9 No 4 6 > 30,0 cooling pad beroperasi 6 + cooling pad
Sumber : PT Peternakan Ayam Manggis IV Cianjur (2008)

Pada prinsipnya, udara kotor akan diganti dengan udara bersih yang masuk melalui cell deck. Untuk mengoptimalkan pergantian udara dalam kandang, maka laju kecepatan udara per meter per detik sangat penting untuk diperhatikan karena kecepatan udara sangat menentukan dalam proses pendinginan tubuh ayam. Hubungan antara kecepatan angin dengan suhu dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik Wind Chilled Factor Dari Gambar 2 dapat dijelaskan bahwa ketika suhu lingkungan mencapai 35 oC dan aliran udara dalam kandang berkecepatan 0,5 m per detik, maka suhu efektif yang dirasakan ayam berkisar 32,5 oC. Jika kecepatan udara yang masuk 1 m per detik, suhu yang dirasakan oleh ayam 28 oC dan seterusnya. Pada gambar dapat dilihat daerah berwarna putih yang merupakan daerah optimal untuk ayam berkisar 19-25 oC dan kecepatan angin antara 1,3-2,0 m per detik. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa suhu di dalam kandang yang dicapai dengan menggunakan kandang closed house ini yaitu 26,8 oC. Suhu yang di capai ini sesuai dengan standar suhu yang ditetapkan oleh perusahaan 27 oC. Tempat Pakan Tempat pakan pada periode layer menggunakan automatic feeder trough untuk betina dan feeder trough untuk jantan. Masing-masing tempat pakan dilengkapi dengan grill. Untuk tempat pakan betina ditambah dengan motor penggerak, hopper, trough dan rantai pengedar pakan. Hopper sebanyak tiga buah berfungsi sebagai bak pakan sebelum pakan diedarkan ke dalam kandang. Kapasitas tiap hopper yaitu 150 kg. Trough berfungsi sebagai tempat pakan yang berbentuk persegi panjang dan terbuat dari bahan seng baja. Lebar trough 11 cm dan panjangnya sejajar dengan panjang kandang. Dalam satu kandang terdiri dari enam jalur trough, dimana tiap dua jalur trough akan dihubungkan dengan satu hopper. Grill adalah penutup trough yang berbentuk segitiga sebagai tempat masuknya kepala ayam dengan ukuran lubanglubang grill disesuaikan dengan ukuran kepala ayam. Ukuran grill pada betina 6cm x 7 cm. Menurut Sudaryani dan Santoso (2004), keuntungan menggunakan grill yaitu dapat meningkatkan efisiensi pakan dan pemberian pakan jantan lebih terkontrol. Rantai pengedar pakan berhubungan langsung dengan motor penggerak. Rantai ini akan mengedarkan pakan secara merata ke dalam kandang.

Feeder trough pada ayam jantan diletakkan dengan ketinggian 50 cm. Pada tiap kandang terdapat 16 buah feeder trough dengan ukuran 400cm x 11 cm. Kebutuhan tempat pakan per ekor ayam yaitu 15 cm. Pendistribusian pakan dengan automatic feeder trough harus tepat. Pada waktu pengamatan lama pendistribusian pakan yaitu selama 6 enam menit. Tempat Minum Tempat minum yang digunakan pada periode layer yaitu nipple drinker. Nipple yaitu tempat minum otomatis dari bahan plastik dengan pentil stainless pada bagian bawahnya yang bila ditekan akan mengeluarkan air. Dalam satu kandang dipasang empat jalur rangkaian nipple yang panjangnya disesuaikan dengan panjang kandang. Jarak setiap nipple 30 cm sehingga jumlah nipple dalam kandang sebanyak 1.187 nipple. Setiap satu nipple dapat digunakan 8-9 ekor ayam. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hybro (2001), bahwa dalam satu nipple digunakan untuk 8-9 ekor ayam. Perangkat tempat minum nipple terdiri dari pipa paralon untuk saluran air minum, pentil nipple, pipa besi sebagai penyangga paralon, tali penggantung pipa besi dan paralon, kawat kejut di bagian atas paralon sebagai penghalang ayam untuk tidak bertengger dengan kekuatan 120 volt, regulator atau pengukur tekanan air, perangkat dosatron (pencampur obat) yang dilengkapi water meter, dan tangki air. Tempat minum dipasang dengan ketinggian kurang lebih 50 cm dari atas litter. Seluruh air minum ayam berasal dari sumur artesis yang ditampung pada penampungan air berkapasitas 100.000 liter. Air dipompa ke dalam tangki di dalam kandang yang berkapasitas 1.000 liter. Setelah itu air akan melewati saringan dan diukur pada water meter, kemudian air melewati dosatron dan masuk ke regulator. Nest Box

Nest Box adalah kumpulan sarang tempat ayam bertelur yang dibuat dari bahan seng berbentuk rumah. Atap sarang berbentuk A yang pada bagian atasnya diberi lempengan agar ayam tidak dapat bertengger di atasnya. Ukuran nest box yaitu 1,8 m x 72 cm x 95 cm. Nest box mempunyai 20 lubang sarang dengan kapasitas 4-5 ekor/lubang sarang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sudaryani dan Santoso (2003) bahwa setiap lubang sarang dapat dipakai 4-5 ekor ayam betina. Setiap satu lubang sarang berukuran 35 cm x 25 cm x 20 cm dialasi dengan seng, kemudian ditaburi sekam padi setebal 5-8 cm. Jumlah nest box dalam satu pen yaitu delapan buah, sehingga dalam satu kandang terdapat 64 buah nest box. Perlengkapan lain yang ada di dalam kandang antara lain lori gantung, egg tray, alat penerangan, timbangan, keranjang pengangkut ayam, lemari fumigasi, peralatan kebersihan dan sanitasi. Performa Ayam Banyak faktor yang dapat mempengaruhi performa atau penampilan ayam. Pada tabel 2 merupakan hasil pengamatan ayam bibit pedaging umur 26 minggu dengan jumlah ayam betina 6.073 ekor. Dari performa yang dihasilkan, ternyata lebih rendah dari standar yang ditetapkan oleh perusahaan. Produksi telur Hen Day (HD) lebih rendah, hal tersebut kemungkinan disebabkan karena pakan yang diberikan juga lebih rendah dari standar. Performa yang kurang baik ini bukan disebabkan oleh manajemen perkandangan (kandang dan peralatan) yang kurang baik atau kurang memadai, tetapi kemungkinan disebabkan oleh hal-hal lain seperti program pemberian pakan atau manajemen pemeliharaan yang kurang baik. Persentase depletion atau penyusutan jumlah ayam (afkir, kematian) masih berada di bawah toleransi. Umumnya, kematian bukan disebabkan oleh terserang suatu penyakit melainkan disebabkan terjepit tempat pakan pada saat distribusi

pakan, tertindih pada saat ayam menumpuk pada satu sisi kandang bila ayam dalam keadaan terkejut. Tabel 2. Performa Ayam Bibit Pedaging Umur 26 Minggu

Performa Aktual Standar Konsumsi Pakan (g/e/h) 136,00 143,0 Bobot Badan (g/e) 3315,00 3270,0 Produksi Telur HD (%) 35,30 42,0 Produksi Telur HE (%) 65,30 78,0 Depletion 0,18 0,2
Sumber : PT Peternakan Ayam Manggis IV Cianjur (2008)

PEMELIHARAAN AYAM PERIODE INDUKAN Pemeliharaan ayam pada periode indukan atau starter dimulai pada umur 0-5 minggu. Menurut Fadilah dkk (2007), periode starter sangat menentukan keberhasilan usaha pemeliharaan ayam karena pada periode inilah terjadi pembentukan sistem kekebalan tubuh, pembentukan tubuh dan awal pembentukan kerangka. Periode starter dimulai dengan kegiatan persiapan kandang dan peralatan, perlakuan saat DOC datang, pemberian pakan dan minum, pengaturan cahaya, penimbangan, pemotongan paruh dan pencegahan penyakit. Persiapan Kandang dan Peralatan Persiapan kandang membutuhkan waktu yang relatif lama karena kandang dibersihkan dan diistirahatkan, yang dilakukan agar siklus penyakit terputus

sebelum pemeliharaan ayam dimulai. Tahapan persiapan kandang yang harus dilakukan adalah: penyemprotan kandang dengan obat kutu. Pengangkatan litter bekas. Penyemprotan kandang dengan obat kutu kembali. Pencucian kandang dengan air dan deterjen. Perbaikan fisik kandang. Penyemprotan dengan long life dosis 2,5 ml/l air. Pemasangan chick guard dan gasolek. Fumigasi dengan tiga kali kekuatan. Sekam ditabur ke dalam chick guard dan difumigasi dengan cypper killer 3g/ 2 l air. Peralatan yang digunakan pada periode starter yaitu tempat pakan, tempat minum, koran sebagai alas, alat pemanas (gasolek) dan chick guard (lingkar pembatas). Peralatan harus dalam keadaan bersih agar anak ayam terhindar dari penyakit. Dalam chick guard (lingkar pembatas) dipasang sebuah gasolek pada ketinggian 1,0-1,2 m dengan kemiringan 45. Kapasitas satu chick guard untuk 500-750 ekor. Menurut Sudaryani dan Santoso (2004), empat jam sebelum DOC datang, pemanas sudah dinyalakan sehingga pada saat DOC datang suhu sudah stabil yaitu 35C. Tempat pakan dan minum diletakkan di dalam chick guard yang telah dialasi Koran. Tempat pakan yang digunakan yaitu feeder tray dan tempat minum berbentuk galon. Tempat pakan dan tempat minum disusun secara selangseling dan melingkar mengikuti chick guard. Air minum yang digunakan air dengan campuran gula 5 g/l air. Perlakuan Saat DOC Datang DOC dihitung dan dibagi ke dalam chick guard dengan jumlah yang sama. Jumlah DOC yang datang pada saat pengamatan sebanyak 6.800 ekor betina dan 1.250 ekor jantan. Setelah dihitung, dilakukan penimbangan secara acak dengan mengambil sampel 10% dari jumlah DOC yang ada. Tujuan dilakukan penimbangan adalah untuk mengetahui bobot badan rata-rata anak ayam. Hasil penimbangan bobot badan rata-rata yaitu 40 g untuk betina dan 45-50 g untuk jantan. Selain itu, dilakukan pengambilan sampel darah terhadap anak ayam yang

kondisi fisiknya lemah. Tujuan pengambilan sampel ini yaitu untuk mengetahui apakah anak ayam terjangkit suatu penyakit. Pemeliharaan jantan dan betina dipisahkan agar pengontrolan pakan dan pemeliharaan mudah dilakukan untuk mencapai bobot badan standar. DOC yang berada di dalam chick guard dapat langsung minum dan makan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Pemberian Pakan dan Minum Pemberian pakan pada periode starter dilakukan ad libitum hingga ayam berumur tiga minggu. Pakan yang digunakan berbentuk mash yang diproduksi oleh perusahaan sendiri dengan kode 732. Kandungan nutrisi pada pakan telah sesuai dengan Hybro (2001), yang menyatakan bahwa pada ayam starter memerlukan kadar protein kasar 18,5% dan energi metabolisme 2.750 kkal/kg. Pemberian minum untuk periode starter dilakukan ad libitum dengan penambahan vitamin dan antibiotik. Pengaturan Cahaya Pemberian cahaya pada periode starter bertujuan untuk memacu pertumbuhan dan agar ayam dapat mengenal lingkungannya dengan baik. Program pencahayaan untuk ayam periode starter disajikan pada Tabel 3. Pada saat ayam berumur 1-14 hari, tirai penutup kandang yang berwarna putih dalam keadaan tertutup dan tirai yang berwarna hitam dalam keadaan terbuka sehingga cahaya luar dapat masuk. Pada malam hari, pencahayaan dilakukan menggunakan lampu. Setelah ayam berumur 15 hari tirai penutup dalam keadaan tertutup dan 1-2 kipas dinyalakan. Tabel 3. Program Pencahayaan Ayam Periode Starter

Umur Lama Pencahayaan Intensitas Cahaya

1-7 23 20 8-14 18 20 15-21 13 5 22-35 8 5


Sumber : PT Peternakan Ayam Manggis IV Cianjur (2008)

Penimbangan Penimbangan ayam dilakukan setiap minggu secara acak dengan sampel 10% dari jumlah ayam. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rasyaf (2001), bahwa penimbangan dilakukan secara acak dengan jumlah sampel kurang lebih 10% dari populasi ayam. Penimbangan dilakukan sebelum ayam diberi makan. Tujuan penimbangan ini adalah untuk mengetahui bobot badan anak ayam sehingga pengontrolan bobot badan dan tingkat keseragaman ayam pada periode starter dapat dicapai. Anak ayam yang berbobot badan kecil dan lemah dipisah pada brooder yang berbeda untuk diberi perlakuan yang intensif. Pemotongan Paruh Pemotongan paruh dilakukan pada ayam dilakukan pada anak ayam umur empat hari. Sudaryani dan Santoso (2004) menyatakan bahwa keuntungan pemotongan paruh pada ayam umur muda adalah ayam mudah dipegang, dapat mengurangi pendarahan dan cekaman serta daya hidup anak ayam lebih baik. Tujuan potong paruh adalah menghilangkan sifat kanibal, efisiensi pakan dan memacu pertumbuhan. Paruh dipotong hingga sepertiga bagian dengan menggunakan electric debeaker. Sebelum pemotongan paruh, DOC diberi vitamin K dan antibiotik lewat air minum. Setelah potong paruh selesai dilakukan, DOC dipuasakan minum selama

dua jam dan pakan lima jam. Tujuan pemuasaan ini agar tidak tidak terjadi pendarahan pada mulut ayam. Setelah pemuasaan, anak ayam diberi minum dengan campuran vitamin K, kemudian esok harinya diberi vitamin C dan vitamin K juga lewat air minum. Pencegahan Penyakit Program pencegahan penyakit dilaksanakan dengan biosecurity yang ketat dan program vaksinasi. Biosecurity yang dilakukan perusahaan yaitu

menggunakan satu pintu untuk keluar masuk perusahaan yang dilengkapi dengan ruang semprot untuk mencegah terbawanya bibit penyakit, pegawai kandang menggunakan pakaian khusus yang diganti pada ruang sanitasi utama, melewati ruang sanitasi pada setiap pintu unit kandang, pencelupan kaki dan cuci tangan ke dalam air desinfektan sebelum masuk ke dalam kandang. Bahan sanitasi yang digunakan dari jenis bahan septi guard semacam lysol dengan bahan aktif glutaraldehyde 30%, isopropanol 5%, amnium quartener 20%. Cara mengencerkan yaitu dengan dosis 1 ml dalam 4 l air. Jenis sanitasi ini biasanya digunakan untuk cuci tangan dan celup kaki sebelum masuk ke dalam kandang, sedangkan untuk peralatan dengan dosis yang dipakai adalah 1 ml air dalam 2,5 l air. Program vaksinasi merupakan salah satu cara yang paling sering digunakan untuk mencegah timbulnya penyakit. Vaksinasi yang dilakukan pada periode starter terutama untuk mencegah penyakit Infectious Bursal Disease (IBD), Newcastle Disease (ND), Infectious Bronchitis (IB), Coccidiosis serta Avian Influenza (AI).

PEMELIHARAAN AYAM PERIODE PRODUKSI Pemeliharaan ayam periode produksi (layer) dimulai pada saat ayam berumur 21 minggu hingga ayam afkir atau berumur 65 minggu. Pemeliharaan ayam pada periode ini diharapkan untuk mendapatkan induk-induk yang memiliki

penampilan optimum, baik dari segi puncak produksi maupun kemampuan menghasilkan telur tetas yang berkualitas baik. Kandang dan Peralatan Kandang yang digunakan untuk pemeliharaan ayam periode produksi (layer) masih sama dengan kandang pada periode sebelumnya. Peralatan yang digunakan pada periode produksi yaitu tempat pakan automatic feeder trough dan feeder trough, tempat minum nipple drinker, ventilasi (cooling pad dan exhaust fan), kereta dorong (lori), lemari fumigasi dan penambahan nest box (sarang). Pada saat menjelang produksi, nest box harus dalam keadaan siap pakai. Alas nest box sudah terpasang dan ditabur dengan sekam padi. Hal ini bertujuan agar ayam mulai dapat mengenali tempat bertelurnya sehingga telur yang dihasilkan tidak kotor atau pecah. Kepadatan Kandang Luas kandang 1.080 m2 dengan jumlah ayam 6.073 ekor pada umur 26 minggu, sehingga diperoleh kepadatan kandang 5,6 ekor/m2. Jumlah jantan 716 ekor atau 11,78%. Hal ini sesuai dengan standar kepadatan kandang yang ditetapkan oleh perusahaan yaitu 5,0-6,0 ekor/m2. Berbeda dengan kandang sistem terbuka atau open house system, standar yang ditetapkan oleh North dan Bell (1990) menyatakan bahwa kepadatan kandang pada periode layer pada kandang sistem terbuka adalah 3,6 ekor/m2. Dari sini jelas terlihat bahwa kepadatan kandang pada kandang sistem tertutup atau closed house sytem dapat ditingkatkan. Pemberian Pakan dan Minum Konsumsi pakan sangat penting untuk diperhatikan pada periode layer, terutama program konsumsi pakan menjelang puncak produksi. Jumlah pakan yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan ayam. Kandungan nutrisi pada pakan

periode layer yaitu protein 15,5% dan energi metabolisme 2.700 kkal/kg. Kode pakan yang digunakan 735. Menurut Hybro (2001), kenaikan jumlah pakan harus mencukupi kebutuhan gizi ayam untuk produksi telur dan pertumbuhan, yang pemberiannya bertahap sehingga dapat mencegah terjadinya over stimulasi pada ayam yang belum siap untuk berproduksi. Pemberian pakan dilakukan satu kali yaitu pada pagi hari pukul 08.30 WIB. Tingkat konsumsi air minum ayam harus dimonitor setiap hari. Konsumsi air minum memiliki hubungan dengan tingkat produksi, jumlah pakan yang dikonsumsi dan temperatur lingkungan (Fadilah dkk. 2007). Ayam yang kekurangan air minum akan menyebabkan produksi telur menurun akibat terganggunya proses metabolisme. Jumlah konsumsi air minum pada periode layer yaitu 2,2-2,5 kali dari jumlah konsumsi pakan. Pengaturan Cahaya Program pemberian cahaya pada periode layer dilaksanakan saat tirai yang berwarna hitam dibuka atau pada saat produksi telur mencapai 60%. Pemberian cahaya di kandang tertutup menggunakan lampu neon berkekuatan 40 watt. Program pemberian cahaya pada periode layer yang dilakukan di perusahaan disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Program Pencahayaan Ayam Periode Layer di Perusahaan Umur Ayam Lama Pencahayaan (minggu) -(jam/hari) 20 10 21 12 22-23 14

24-26 15 >27 16
Sumber : PT Peternakan Ayam Manggis IV Cianjur (2008)

Penimbangan Penimbangan dan seleksi bobot badan dilakukan secara teratur satu minggu sekali dengan mengambil sampel 3-4% dari jumlah seluruh ayam. Penimbangan bobot badan pada periode layer dimaksudkan untuk mengontrol bobot badan. Penimbangan dilakukan sebelum ayam diberi makan dengan

menggunakan timbangan gantung (salter) yang berkapasitas 5 kg dengan cara mengikat kedua kaki pada posisi kepala ayam berada di bawah. Koleksi dan Penanganan Telur Pada dasarnya, yang mempengaruhi produksi telur yaitu faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar seperti makanan, rontok bulu/luruh, suhu dalam kandang, kegaduhan dan penyakit, sedangkan faktor dalam yaitu keturunan/ genetik. Pencatatan produksi telur dilakukan pada saat ayam berproduksi sekitar 5% (hen day). Perhitungan produksi telur di perusahaan dilakukan setiap hari berdasarkan produksi hen day. Pada saat produksi telur mencapai 30%, pengumpulan telur dilakukan sebanyak empat kali dalam sehari. Sebelum dilakukan fumigasi, telur diseleksi terlebih dahulu berdasarkan keadaan luar telur, yang dikelompokkan ke dalam telur normal, abnormal, retak dan kotor. Telur yang lolos seleksi kemudian difumigasi dengan formalin dan KMnO4 untuk membunuh bakteri yang berada pada kerabang telur. Pencegahan Penyakit

Program sanitasi dan vaksinasi masih dilakukan hingga ayam afkir. Sanitasi yang dilakukan sama dengan periode sebelumnya. Program vaksinasi yang dilakukan pada periode layer, sebagian besar merupakan vaksinasi ulang yang telah dilakukan pada periode sebelumnya. Keberhasilan vaksinasi dinilai dengan cara pengambilan sampel darah 20 ekor ayam secara acak pada setiap kandang. Sampel darah tersebur akan diperiksa di laboratoriumdi Bogor. Tujuan pemeriksaan ini untuk mengetahui titter antibodi yang terbentuk pasca vaksinasi.

PENGELOLAAN PENETASAN Pengelolaan penetasan di PT Peternakan Ayam Manggis IV Cianjur dilakukan di unit hatchery. Kegiatan yang dilakukan pada unit hatchery antara lain penanganan telur sebelum ditetaskan, proses penetasan, pull chick (penurunan DOC). Penanganan Telur Sebelum Ditetaskan Grading (Seleksi Telur) Tahap awal dari proses penetasan dimulai dari penyeleksian telur (grading). Menurut Sudaryani dan Santoso (2004), tujuan seleksi telur tetas adalah untuk mendapatkan anak ayam yang sesuai dengan yang diharapkan. Kriteria telur tetas (Hatch Egg) dalam seleksi meliputi telur utuh dan bersih, bobot telur 55-70 gram, bentuk telur normal dengan indeks 74%, ketebalan kerabang 0,33 mm. Telur yang tidak masuk ke dalam kriteria telur tetas dimasukkan ke dalam gudang telur untuk digunakan sebagai telur konsumsi. Telur yang lolos seleksi ditempatkan di egg tray dan disusun di kereta buggy sesuai dengan kandang dan

hari pengumpulan, kemudian dibersihkan dengan kompresor dari bulu dan sekam yang masih menempel pada telur. Fumigasi Telur Tetas Telur tetas yang telah lolos seleksi kemudian dimasukkan ke dalam ruang fumigasi berukuran 3 m x 2,5 m. Fumigasi dilakukan selama 20 menit dengan dosis 280 g KMnO4 dan 560 ml formalin. Menurut Sudaryani dan Santoso (2003), fumigasi dilakukan untuk membunuh kuman penyakit. Penyimpanan Telur Telur yang telah difumigasi disimpan di cooling room. Cooling room merupakan ruangan khusus untuk menyimpan telur tetas sebelum masuk ke setter, dimana suhu dan kelembaban ruangan diatur sehingga embrio tidak berkembang. Tujuan utama penyimpanan telur tetas adalah menunggu sampai jumlah telur yang ingin ditetaskan tercapai. Lama penyimpanan telur tetas berkisar 3-4 hari pada suhu 20
o

C dan kelembaban 70-80%. Penyimpanan telur tetas yang terlalu lama dapat

menurunkan daya tetas telur. Proses Penetasan Proses penetasan melalui dua tahapan yaitu setter dan hatcher. Selama proses penetasan yang perlu diperhatikan yaitu suhu, kelembaban, pemutaran dan ventilasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Nuryati dkk (2003), bahwa bila salah satu dari faktor di atas tidak berfungsi dengan baik, maka penetasan akan gagal. Pre Warming Setelah jumlah telur yang akan ditetaskan terpenuhi, maka telur tetas dikeluarkan dari cooling room menuju setter. Akibat jauhnya perbedaan suhu antara cooling room dengan setter, maka perlu adanya penyesuaian suhu agar embrio yang ada di dalam telur tidak mengalami cekaman/ shock. Proses penyesuaian suhu tersebut disebut pre warming. Lamanya proses pre warming didasarkan pada ketebalan

kerabang telur. Pre warming pada telur ayam Hysex dilakukan selama 18 jam, sedangkan untuk telur ayam Hybro selama 12 jam Setter Telur dari pre warming dimasukkan ke dalam ruang setter (ruang inkubator). Telur disetting berdasarkan kandang, kualitas telur, dan umur induk ayam. Ruang setter memiliki suhu 37,5 oC dan kelembaban 52-55%. Pemutaran telur tetas di dalam setter dilakukan selama 18 hari dengan frekwensi pemutaran satu jam sekali. Sudut pemutaran telur 90 oC dan kemiringan 45o. Bila telur tidak diputar, maka kuning telur akan melekat pada satu sisi kerabang telur dan berakibat pada kematian embrio. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudaryani dan Santoso (2003), bahwa telur tetas harus diputar setiap jam untuk menjaga embrio agar tidak menempel pada kerabang telur. Transfer Telur Tetas dan Candling Transfer adalah proses pemindahan telur tetas dari setter ke hatcher saat umur embrio 18 hari. Sebelum masuk ke mesin hatcher, terlebih dahulu dilakukan candling (peneropongan). Candling dilakukan untuk memisahkan telur yang fertil, infertil dan explode. Menurut Nuryati dkk (2003), telur explode disebabkan oleh telur terkontaminasi bakteri, kotor, pencucian telur kurang baik dan mesin tetas kotor. Proses candling dilakukan dengan meletakkan telur di atas meja candling yang memiliki 12 buah bola lampu berkekuatan 60 watt. Telur yang fertil tampak gelap saat diterawang, telur infertil tampak terang karena tidak adanya perkembangan embrio, dan telur explode terdapat jamur atau bintil-bintil pada kerabangnya. Transfer telur tetas dan candling harus dilakukan dengan cepat atau maksimal 30 menit karena embrio dapat mati akibat perubahan suhu telur yang

drastis. Telur yang sudah diteropong dipindahkan ke kereta buggy hatcher yang berbentuk keranjang. Hatcher Telur yang lolos pada saat candling kemudian dimasukkan ke dalam mesin hatcher selama tiga hari. Tidak dilakukan pemutaran selama berada di hatcher karena terjadi pipping yaitu anak ayam berusaha memecah kerabang dengan paruhnya. Pengaturan suhu dan kelembaban dilakukan berdasarkan keadaan telur. Suhu dalam hatcher sekitar 37-38 oC. Kelembaban hatcher sebelum pipping sekitar 5255% dan saat pipping kelembaban dinaikkan menjadi 70-75%. Kelembaban yang tinggi dapat membantu proses pipping. Saat telur menetas (setelah pipping) maka kelembaban diturunkan kembali menjadi 52-55% dan suhu dalam keadaan lebih rendah dari 37 oC untuk membantu proses pengeringan bulu DOC. Pull Chick (Penurunan DOC) Pull chick merupakan proses terakhir dalam hatchery. Pull chick dilakukan empat kali dalam seminggu. Hari Senin dan Kamis untuk DOC layer, sedangkan hari Selasa dan Jumat untuk DOC broiler. Proses pull chick diawali dengan membongkar rak DOC, grading DOC, potong paruh, vaksinasi, hitung ulang dan pengeluaran DOC. DOC yang dibongkar dari keranjang akan diseleksi berdasarkan bobot badan dan penampilan normal. Kriteria DOC normal yaitu bobot DOC minimal 33 g/ekor untuk layer dan 37 g/ekor untuk broiler, lincah, mata cerah dan aktif, memiliki pusar tertutup, kaki, paruh dan perut (kantung kuning telur) normal, bulu cerah, tidak kusam dan penuh, bebas dari penyakit pullorum, omphalitis dan jamur.

Pada DOC layer dilakukan pemisahan jantan dan betina (sexing). DOC jantan berwarna kuning merata, sedangkan untuk betina berwarna coklat lebih dominan atau warna kuning dengan garis coklat di bagian punggung atau di kepala. Perhitungan dan pengemasan DOC dilakukan dengan teliti agar jumlah DOC pada boks tidak kurang. Setiap boks diisi dengan 102 ekor DOC. Boks dilengkapi dengan label yang mencantumkan strain ayam, tanggal menetas, nama perusahaan dan jumlah ayam. Warna boks untuk strain Hybro PG+ yaitu hijau. Warna boks untuk strain Hysex Brown yaitu hitam untuk jantan dan biru untuk betina. Pengiriman DOC merupakan tahap akhir dari proses penetasan. Jumlah pengiriman disesuaikan dengan permintaan pasar. Pengiriman DOC dilakukan dengan menggunakan mobil boks yang dilengkapi dengan ventilasi sebagai sirkulasi udara selama perjalanan. Biasanya, konsumen yang memesan DOC dari perusahaan ini berasal dari daerah Jawa dan Sumatera.

PENANGANAN LIMBAH Limbah yang Dihasilkan Limbah yang dihasilkan berasal dari limbah kandang dan limbah penetasan. Limbah dari kandang berupa bangkai ayam dan sekam yang bercampur dengan kotoran ayam. Limbah penetasan terdiri atas limbah cair seperti air bekas pencucian dari kegiatan penetasan dan limbah padat berupa telur afkir dari grading, telur infertil saat candling, kerabang telur dan telur yang tidak menetas. Penanganan Limbah Penanganan limbah bangkai ayam yang dilakukan oleh perusahaan yaitu dengan cara membakar bangkai tersebut pada lubang yang telah disediakan. Untuk sekam yang bercampur kotoran ayam akan diangkut keluar kandang dan dijual kepada agen.

Pada limbah penetasan, air bekas pencucian akan dialirkan ke saluran air tanpa melalui proses lebih lanjut. Limbah padat berupa telur afkir dijual kepada karyawan yang ada di perusahaan sebagai telur konsumsi. Telur infertil dijual kepada perusahaan roti. Kerabang telur, telur yang tidak menetas, DOC yang mati dan DOC grade out ditangani dengan cara dikubur atau dibakar.

KESIMPULAN PT Peternakan Ayam Manggis IV Cianjur merupakan perusahan ayam bibit untuk menghasilkan anak ayam atau Day Old Chick (DOC). Kandang yang digunakan oleh perusahaan yaitu kandang closed house system atau kandang sistem tertutup. Dilihat dari manajemen perkandangan termasuk di dalamnya peralatan yang tersedia, pada perusahaan ini sudah cukup baik dan memadai, dilihat dari suhu di dalam kandang sesuai dengan standar operasional yang ditetapkan yaitu sekitar 26,8 oC.

DAFTAR PUSTAKA Fadilah, Roni dkk 2007. Sukses Beternak Ayam Broiler. Agromedia Pustaka, Jakarta Hybro, B.V. 2001 Technical Information on PN Breeder Asia The Netherland, Amsterdam Jahja, J. 1995. Ayam Sehat Ayam Produktif 1. Medion, Bandung North, M.O. dan D.D. Bell. 1990. Comercial Chicken Production Manual. 4th ED. Van Nostrand Reinhold, New York Nuryati, T., Sutarto. M. Khamin dan Hardjosworo, P.S. 2003. Sukses Menetaskan Telur Ayam. Agromedia Pustaka, Jakarta Priyatno, A.M. 2002. Membuat Kandang Ayam. Penebar Swadaya, Jakarta

PT Peternakan Ayam Manggis IV. 2007. Panduan Manajemen Ayam Hybro PG + PS, Cianjur Rasyaf, M. 2003. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta Sudaryani , T. dan H. Santoso. 2004. Pembibitan Ayam Buras. Penebar Swadaya, Jakarta Suprijatna, E., U. Atmomarsono, dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta DAFTAR PUSTAKA Hardjosworo, P.S. dan Rukmiasih, M.S., 2000. Meningkatkan Produksi Daging Unggas. Penebar Swadaya. Yogyakarta. Indarto, P. 1990. Beternak Unggas Berhasil. Armico. Bandung. Murtidjo, B. A. 1987. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Rasyaf, M, 1996. Memasarkan Hasil Peternakan. Penebar Swadaya. Jakarta Pusat. Rasyaf, M. 1992. Pengelolaan Peternakan Unggas Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta. Suprijatna, E., U. Atmomarsono., dan R, Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.

LAMPIRAN Lampiran 1. Program Vaksinasi PT Peternakan Ayam Manggis IV Cianjur


Umur Jenis Vaksinasi Hari 1 4 Minggu IBD live ND.IB live + Cocci live 14 AI kill Tetes Hidung subcutan Tetes Mata + Tetes Mulut Transmune IBD (GPS) MA5 Clone 30 + Livacox Q Anonimous Aplikasi Jenis Vaksin

18

ND live + IB live + ND kill 5 6 Pox live + SHS live 8 ND.IB live + Coriza kill 10 12 ILT live AE. Pox live + AI kill

Tetes Mulut + Tetes Mata + SC I M (R) W W + Tetes Mulut

Avinew + IB 4/91 + Chikopest Avimex AI Ovo Diptherine + Aviffa RTI

Tetes Mata + I M (L)

MA5 Clone30 + Hg Gel Vac 3

Tetes Hidung W W + I M (R)

Nobilis ILT Nobilis AE. Pox + Cevac NDIBDK

ND.IBD kill 14 16 18 IB live + AI kill ND.IB.EDS.SHS kill Coriza kill Tetes Mata + I M (L) I M (R) I M (L)

IB 4/91 + Avimex AI Ovo 4 Ovo Diptherine + Aviffa RTI

20

IB live + ND.IB.IBD kill

Tetes Mata + I M (R)

Hg Gel Vac 3

22

ND.IB live + AI kill

Spray + I M (L)

MA5 Clone30 + Avimex AI

32 40 48 56 64

ND.IB live ND live + IB live ND.IB live ND live + IB live ND.IB live

Spray Tetes Mulut + Tetes Mata Spray Tetes Mulut + Tetes Mata Spray

MA5 Clone 30 Avinew + IB 4/91 MA5 Clone 30 Avinew + IB 4/91 M

You might also like