You are on page 1of 29

Page 1

:
Page 2
Secara bahasa berasal dari kata
artinya Menyisihkan / Memisahkan
diri.

Kaum Mutazilah berarti kaum yang
menyisihkan diri.
Page 3
Sejarah
Kelompok pemuja akal ini muncul di kota
Bashrah (Irak) pada abad ke-2 Hijriyah, antara
tahun 105-110 H, tepatnya di masa
pemerintahan khalifah Abdul Malik bin Marwan
dan khalifah Hisyam bin Abdul Malik.
Pelopornya adalah seorang penduduk Bashrah
mantan murid Al-Hasan Al-Bashri yang bernama
Washil bin Atha Al-Makhzumi Al-Ghozzal. Ia
lahir di kota Madinah pada tahun 80 H dan mati
pada tahun 131 H.

Page 4
Di dalam menyebarkan bidahnya, ia didukung oleh
Amr bin Ubaid (seorang gembong Qadariyyah kota
Bashrah) setelah keduanya bersepakat dalam suatu
pemikiran bidah, yaitu mengingkari taqdir dan sifat-
sifat Allah.
Aliran ini terpengaruh dengan beberapa pemikiran
yang ada pada saat itu seperti aliran Jahmiyah,
Qodariyah dan Khowarij
Page 5
Munculnya Mutazilah diawali dengan
perselisihan / perdebatan pendapat antara Imam
Hasan Al Bashri dengan salah seorang peserta
khalaqohnya yang bernama Washil bin Atha
dalam masalah perbuatan dosa besar.
Perselisihan itu tidak selesai dan di lanjutkan
dengan menyingkirnya / memisahnya Washil bin
Atha dari Khalaqoh Imam Hasan Al Bashri,

Page 6
Berikutnya Washil bin Atha menyebarkan
pemikirannya yang bertentangan dengan Imam
Hasan Al Bashri tersebut kepada siapa saja.
Karena gaya bahasanya yang menarik dan
selalu mengedepankan logika, sehingga
ajarannya nampak logis maka dalam waktu
yang relatif cepat pengikutnya semakin banyak.
Pengikutnya ini di sebut sebagai golongan
Mutazilah.
Page 7
Nama Nama Mutazilah
menurut ulama ahlus sunnah
Mutazilah
Disebut demikian karena Washil bin Atha (pemimpin
mutazilah) meninggalkan menyingkir dari kholaqoh dan
madzhab Hasan Al Bashri (Ahlus Sunnah Wal Jamaah)
dan membentuk Ajaran Baru
Jahmiyah
Disebut demikian karena banyaknya persamaan antara
mutazilah dengan kelompok Jahmiyah. Bahkan
Mutazilah adalah kelompok yang menghidupkan aliran
Jahmiyah. Bahkan bisa di katakan bahwa setiap orang
Mutazilah adalah orang Jahmiyah tetapi tidak semua
orang Jahmiyah adalah Mutazilah.

Page 8
Qodariyah
Disebut demikian karena persamaan Mutazilah dengan
Qodariyah dalam pengingkaran mereka terhadap taqdir
dan mereka mengatakan bahwa perbuatan manusia
sepenuhnya dari manusia itu sendiri tanpa campur
tangan Allah SWT.

Al Waiidiyah
Disebut demikian karena mereka mengatakan bahwa
Allah SWT pasti melaksanakan janji dan ancaman-Nya,
Karena Allah tidak pernah mengingkari janji dan
ancamannya, maka Allah SWT harus menghukum /
menyiksa orang-orang yang berbuat dosa kalau mereka
tidak bertobat.
Page 9
Al Muath-thilah
Nama Muath-thilah adalah sebutan untuk
Jahmiyah lalu di sebut pula untuk
Mutazilah karena persamaan mereka
dalam menafikan /meniadakan sifat untuk
Allah SWT, atau mereka mentawilkan
sifat-sifat Allah SWT yang tidak sesuai
dengan madzhab mereka.
Page 10
Nama-Nama Mutazilah
Versi Kelompok Mutazilah
Mutazilah
Mereka bangga dengan nama Mutazilah yang mereka
artikan sebagai meninggalkan / menyingkir dari
keburukan dan bidah menuju kebenaran atau
menyingkir dari fitnah dan ahli bidah supaya selamat
dari fitnah dan bidah tersebut sebagaimana firman Allah
SWT dalam surat Al Muzzammil ayat 10 :

^
E1g--6O;E--Ou--4
Artinya : Dan Jauhilah mereka dengan cara yang baik (QS Al
Muzzammil : 10)
Page 11
Ahlul Adli wat Tauhid
Mereka mengklaim bahwa mereka kelompok
yang menjunjung keadilan dan yang bertauhid.
Yang dimaksud adil oleh mereka adalah tidak
meyakini adanya taqdir Allah SWT, dan bahwa
manusia ketika melakukan sesuatu adalah
karena kemauannya dan
kemampuannya/kekuasaannya. Allah SWT tidak
ikut campur tangan dalam perbuatan manusia.
Sedangkan yang di maksud Tauhid oleh mereka
adalah meniadakan sifat untuk Allah SWT.

Page 12
Ahlul Haqqi
Mereka mengklaim bahwa mereka lah yang
paling benar sedangkan yang lain adalah salah
dan dalam kebathilan.
Firqoh Najiyah
Mereka mengklaim bahwa merekalah yang
selamat diantara kelompok-kelompok yang ada
yang Rasululloh sabdakan dalam haditsnya
sedangkan yang lain adalah kelompok sesat
dan celaka.
Page 13
Al Munazzihunallah
Mereka mengklaim bahwa dengan
meniadakan sifat untuk Allah SWT berarti
mereka mensucikan Allah SWT dari sifat-
sifat makhluq. Dan menuduh bahwa diluar
kelompok mereka terutama ahlus sunnah
wal jamaah adalah tidak mensucikan Allah
SWT.
Page 14
Gerakan Kaum Mutazilah
Gerakan kaum Mutazilah pada permulaannya
mempunyai dua cabang
1. Cabang Basrah (Iraq) yang di pimpin oleh Washil bin
Atha (wafat 131 H) dan Umar bin Ubaid (wafat 144 H)
pada awal abad II Hijriyah, dengan murid-muridnya,
yaitu Usman at Thawil, Hafasah bin Salim, Hasan bin
Zakwan, Khalid bin Safwan dan Ibrahim bin Yahya al
Madani
Kemudian pada awal abad III Hijriyah cabang Basrah
ini di pimpin oleh Abu Huzeil al Allaf (wafat 235 H),
Ibrahim bin Sayyar an Nazham (wafat 221 H), Abu
Basyar al Marisi (wafat 218 H), Utsman Al Jahizh (wafat
255 H), Ibnu al Mutamar (wafat 210 H) dan Abu Ali Al
Jubai (wafat 303 H)
Page 15
2. Cabang Baghdad (Iraq), cabang ini didirikan oleh Basyar
bin al Mutamar, salah seorang pemimpin Basrah yang
pindah ke Baghdad kemudian di sokong oleh pembantu-
pembantunya, yaitu Abu Musa al Murdar, Ahmad bin Abi
Daud (wafat 240 H), Jafar bin Mubassyar (wafat 234 H),
dan Jafar bin Harb al Hamdani (wafat 236 H).


Page 16
Khalifah- khalifah Islam yang menganut
faham Mutazilah
Yazid bin Walid, Khalifah Bani Umayyah
(berkuasa tahun 125 dan 126 H)
Mamun bin Harun Rasyid, Khalifah Bani Abbas
(berkuasa dari tahun 198 218 H)
Al Mutashim bin Harun ar Rasyid (berkuasa dari
tahun 218 227 H)
Al Matsiq bin al Mutashim (berkuasa dari tahun
227 232 H)
Page 17
Pengarang Kitab Mutazilah
Utsman al Jahizh, pengarang kitab Al Hewan (Wafat 225 H)
Syarif Radli, pengarang kitab Majazul Quran dan Haqaiqut
Tanzil (wafat 406 H)
Abdul Jabbar bin Ahmad yang di masyhurkan dengan gelar
julukan Qadli-Qudlat (Qadli dari sekalian Qadli) pengarang
kitab Syarah Ushulil Khamsah (wafat 415 H)
Zamakhsyari, pengarang kitab Tafsir Al Kasyaf, yaitu kitab
tafsir yang di katakan oleh Imam Jamaluddin Al Qasimi penuh
dengan faham-faham Mutazilah (wafat 528 H)
Ibnu Abil Hadad, pengarang kitab Syarah Nahjul Balagah
seorang pengarang dan pemimpin syiah-Mutazilah (wafat
655 H)
Page 18
Ciri Ciri Faham Mutazilah
1. Akal merupakan hukum tertinggi, baik dan buruk di
tentukan oleh akal
2. Almanzilah bainal manzilatain yaitu jika orang Islam
berbuat dosa besar dan tidak bertaubat maka
hukumnya adalah dia tidak mumin dan tidak kafir,
namun diantara keduanya.
3. Bila terjadi perbedaan antara akal dan alquran serta
hadits maka yang di ambil adalah ketentuan akal.
4. Al Quran adalah makhluq dan bukan kalamullah

Page 19
5. Allah SWT tidak dapat di lihat baik di dunia maupun di
akhirat maka penghuni surga juga tidak dapat melihat
Allah SWT.
6. Isra Miraj Nabi Muhammad Saw bukan dengan jasad
dan ruh, namun hanya melalui mimpi, sebab mustahil
menurut akal bahwa dalam waktu yang relatif singkat
manusia dapat menempuh jarak yang luar biasa
jauhnya dan penuh rintangan dan resiko.
7. Perbuatan manusia ditentukan oleh manusia itu sendiri
baik atau buruknya, dan bukan ditentukan oleh Allah
SWT.
8. Bahwa Arsy itu tidak ada



Page 20
9. Surga dan Neraka tidak kekal, sebab yang kekal
hanyalah Allah SWT semata.
10. Shirat (jembatan yang melintang di atas neraka
jahanam) itu tidak ada.
11. Mizan (timbangan amal manusia di akhirat) itu tidak
ada, sebab amal manusia itu bukan sesuatuyang bisa
di timbang dan tidak perlu timbangan.
12. Haudh (telaga di akhirat untuk orang-orang beriman) itu
juga tidak ada.
13. Siksa dan nikmat kubur juga tidak ada, sebab manusia
setelah dikubur sudah menyatu kembali dengan tanah,
lalu apa yang di siksa dan apa yang merasakan nikmat
atau azab ?

Page 21
14. Bahwa manusia setelah meninggal dunia itu sudah
tidak mendapatkan manfaat apapun dari yang hidup,
maka tidak perlu di doakan, dimintakan ampunan atas
dosa-dosanya atau di beri hadiah pahala, hadiah
pahala tidak sampai kepada orang mati, karena mereka
sudah jadi tanah.
15. Bahwa Allah SWT wajib membuat yang baik dan yang
lebih baik untuk manusia.
16. Bahwa Allah SWT tidak memiliki sifat dan nama-nama,
maka haram membaca atau mengaji sifat-sifat Allah
SWT, sebab Allah mendengar dengan Dzat Nya,
melihat dengan Dzat Nya dan segala sesuatu yang
dilakukan oleh Allah SWT dilakukan dengan Dzat Nya.

Page 22
17. Tidak mempercayai adanya mujizat bagi Nabi
Muhammad Saw, selain Al Quran.
18. Halal hukumnya mencaci sahabat yang salah
19. Bahwa surga dan neraka saat ini belum ada, dan baru
akan di buat oleh Allah SWT nanti bila kiamat telah tiba.

Page 23
Lima Prinsip Ajaran Mutazilah
(Al-Ushulul-Khomsah)
1. At Tauhid
Yang mereka maksud dengan At-Tauhid adalah
mengingkari dan meniadakan sifat-sifat Allah, dengan
dalil bahwa menetapkan sifat-sifat tersebut berarti telah
menetapkan untuk masing-masingnya tuhan, dan ini
suatu kesyirikan kepada Allah, menurut mereka (Firaq
Muashirah, 2/832). Oleh karena itu mereka menamakan
diri dengan Ahlut-Tauhid atau Al-Munazihuuna lillah
(orang-orang yang mensucikan Allah).

Page 24
2. Al-Adl (keadilan)
Yang mereka maksud dengan keadilan adalah
keyakinan bahwasanya kebaikan itu datang dari Allah,
sedangkan kejelekan datang dari makhluk dan di luar
kehendak (masyiah) Allah. Dalilnya adalah firman Allah


Dan Allah tidak suka terhadap kerusakan. (Al-Baqarah:
205)


Page 25


Dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya.
(Az-Zumar: 7)
Menurut mereka kesukaan dan keinginan merupakan
kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Sehingga mustahil
bila Allah tidak suka terhadap kejelekan, kemudian
menghendaki atau menginginkan untuk terjadi
(mentaqdirkannya). Oleh karena itu mereka menamakan
diri dengan Ahlul-Adl atau Al-Adliyyah.

Page 26
3. Al-Wadu Wal-Waid
Yang mereka maksud dengan landasan ini adalah
bahwa wajib bagi Allah untuk memenuhi janji-Nya (al-
wad) bagi pelaku kebaikan agar dimasukkan ke dalam
Al-Jannah, dan melaksanakan ancaman-Nya (al-waid)
bagi pelaku dosa besar (walaupun di bawah syirik) agar
dimasukkan ke dalam An-Naar, kekal abadi di dalamnya,
dan tidak boleh bagi Allah untuk menyelisihinya. Karena
inilah mereka disebut dengan Waidiyyah.

Page 27
4. Suatu keadaan di antara dua keadaan (Manzilah
bainal manzilatain)
Yang mereka maksud adalah, bahwasanya keimanan itu
satu dan tidak bertingkat-tingkat, sehingga ketika
seseorang melakukan dosa besar (walaupun di bawah
syirik) maka telah keluar dari keimanan, namun tidak
kafir (di dunia). Sehingga ia berada pada suatu keadaan
di antara dua keadaan (antara keimanan dan kekafiran).
5. Amar Maruf Nahi Mungkar
Di antara kandungan landasan ini adalah wajibnya
memberontak terhadap pemerintah (muslim) yang zalim.


Page 28
Maroji
Firaq Muashirah, karya Dr. Ghalib bin Ali Awaji,
2/821, Siyar Alam An-Nubala, karya Adz-
Dzahabi, 5/464-465, dan Al-Milal Wan-Nihal,
karya Asy-Syihristani hal. 46-48 (Source :
Browsing Internet)
Itiqad Ahlussunnah Wal Jamaah, Karangan
KH. Siradjuddin Abbas, Penerbit Pustaka
Tarbiyah Jakarta
Diktat Aqidah Islam III, Ust. Arif Maruf Lc,
STIDDI Al Hikmah Jakarta.
Tamat
Semoga Allah SWT senantiasa
memberikan petunjuk-Nya kepada
kita ke jalan Islam yang lurus dan
benar

You might also like