Professional Documents
Culture Documents
Bismillaahi aktubu,
Ada orang-orang yang mengaku sebagai Muslim yang ketika ditanya tentang
”Apakah Demokrasi dapat diterima Allahu Tabaraka Ta’ala dan agama-
Nya ?.”
Mereka menjawabnya dengan jawaban yang kita bisa menyimpulkan bahwa
entah mereka itu Munafiq, Kafirun, Fasiq atau mereka tidak tahu apa-apa,
akan tetapi mengurus hajat hidup orang banyak. Dan kadang-kadang
membawa-bawa nama suatu Universitas besar di Kairo, Mesir.
Kan lucu sekali ya, ada kaum manusia yang memilih tradisinya orang Pagan
yakni Yunani dan Romawi untuk sistem pemerintahannya, daripada yang
dari agamanya sendiri yakni Islam, sekalipun jika mereka menganggap
bahwa itu hanyalah tradisi belaka. Itu sebagiannya masih dipertahankan oleh
banyak kaum Arab dan berasal dari masa keIslaman.
Jika dikatakan kepada mereka ”Anda adalah pemecah belah persatuan yang
sebenarnya. Yakni persatuan Muslim antara kaum Muslim Melayu dengan
kaum Muslim Arab dengan kaum Muslim Afrika dst. Dulu negara anda
ketika diajak untuk mendirikan Khilafah oleh Ibn Su’ud Rahimahullah, yang
anda lakukan hanyalah bersikap pelit, arogan dan enggan menerimanya.
Anda menyebut mereka Wahhabi karena itu. Muhammad bin Abdul Wahhab
At Tamimi Rahimahullah tidaklah memerintahnya, melainkan pada masa itu
kerajaan Saudi Arabia itu, dalam masa kepemimpinan oleh Ibn Su’ud
Rahimahullah.”
Manhajnya kaum Sekuler itu sama dengan Manhajnya kaum yang menjadi
Babu-Babu kepada hawa nafsu mereka sendiri.
Bagi mereka itu semata untuk kekuasaan yang memiskinkan kaum Muslim
daripada untuk bernegara dengan Syari’at Islam yang sesungguhnya.
Kami tidak mengurus kaum model begini yang enggan memakai Syari’at
Islam. Justru selama 60 tahun ini yang menciptakan masalah-masalah
terhadap kesejahteraan dan terhadap harkat serta martabat mereka adalah
mereka sendiri.
Begitu juga mereka senantiasa merayu dan merayu kepada sejumlah orang
yang masyarakat mengikuti mereka dan berTaklid buta kepada mereka,
kemudian ketika tokoh yang ditaklidi itu menerima ajakan na’dzubillah
mereka, maka mereka pun bergembira ria dan berpesta pora untuk
segolongan dari mereka belaka.
Oleh karena itu, saya katakan kepada mereka, ”Jangan mendirikan negara
diatas negara,” seperti ”Negara tidak berhati diatas negara Sekuler,” atau
”Negara Kafir diatas negara Kufur ni’mat.”
Oleh karena itu, saya katakan kepada mereka, ”Jangan egois kepada Allahu
Jalla Jalaaluhu, dengan hanya semata memperhatikan penderitaan kalian
sendiri.”
Jangan hanya memerhatikan Politik, hiburan dan kesenangan dunia belaka
dengan mengabaikan Aqidah Islamiyyah dan Manhaj yang diturunkan oleh
Allahu Jalla Jalaaluhu.
Tidaklah Muslim Indonesia itu mendapat Presiden yang irasional dan pelit
serta suka berkelit, kecuali memang karena mereka kaum yang suka terlihat
saling kontradiksi antar golongan-golongan Islam di negara mereka.
Inilah yang menimpa kepada bangsa Muslim. Mereka ini adalah kaum yang
suka melawan dan menelantarkan kaum Salafiyyin.