You are on page 1of 72

PRAKATA Tujuan penyusunan buku BUDIAYA IKAN LELE ini ialah untuk memberikan pegangan atau petunjuk teknis

pemeliharaan ikan lele. Dengan dasar ilmu pengetahuan biologi, penulis akan mencoba mengulas, mengapa suat teknik pembudidayaan ikan lele berhasil diterapkan oleh beberapa petani Bahan untuk menyusun buku ini, pada dasarnya dipelajari dari praktek yang dilakukan di kalangan petani sendiri. Walaupun penelitian ilmiah mengenai ikan lele ini terus di lakukan, namun kenyataan menunjukkan bahwa di kalanga petani juga timbul kreasikreasi baru sehingga selangkah demi selangkah terlihatlah perbaikan teknis. Agaknya kegemaran terhadap ikan lele yang makin meluas dalam masyarakat kita, sehingga permintaan dan harga meningkat, enjadi pendorong bagi para petani untuk meningkatkan pengusahaan budidaya ikan lele. Di dalam kita melangkah menuju era penganekaragaman kan, ikan lele merupakan salah-satu jenis ikan yang makin penting peranannya. Walaupun ikan lele selama ini hanya usahakan sebagai kegiatan sampingan, apabila produksinya apat ditingkatkan, tentu akan meningkat pula penghasilan petani. Di dalam pengusahaannya, budidaya ikan lele ini masih bersifat kecil-kecilan, misalnya kolam pekarangan yang sempit. Karena itu penulis mengimbau para ahli ekonomi untuk enelaah dan membuat analisis ekonomi, supaya budidaya ikan lele ini juga dapat diusahakan sebagai industri yang ayak untuk memperoleh fasilitas kredit. Dengan tersusunnya buku kecil ini, penulis mengharapkan saran-saran dari para ilmuwan, teknisi dalam bidang budidaya ikan, para petani, dan semua pihak yang berminat, untuk dapat memperbaiki buku ini. Dengan demikian diharapkank budidaya ikan lele itu sendiri dapat selalu ditingkatkan. semoga buku ini bermanfaat untuk pengembangan budidayaan di negara kita.

PENDAHULUAN konsumsi ikan lele pada beberapa tahun terakhir ini semakin meningkat. Kalau dahulu ikan lele dipandang sebagi kan murahan dan pada umumnya hanya dikonsumsi oleh keluarga petani saja, sekarang ternyata konsumennya makin meluas. Rasa dagingnya yang khas dan cara memasak dan menghidangkannya yang secara tradisional itu ternyata sekarang menjadi kegemaran masyarakat luas. Bahkan banyak pula restoran besar yang menghidangkannya. Oleh karena tu harga ikan lele meningkat. Hal itu telah menjadi perangsang bagi petani ikan untuk membudidayakan ikan lele secara intensif. semula pemeliharaan ikan lele hanyalah sebagai kegiatan ambilan saja, dipelihara di dalam kolam-kolam pekarangan menampung air limbah rumah tangga. Ikan lele meang sifatnya tahan hidup di dalam lingkungan yang kotor an kekurangan oksigen akibat proses pembusukan yang terjadi. Dalam kolam pekarangan itu, ikan lele diberi makanan sisa-sisa dapur saja. Dalam keadaan demikian, pertumbuhan ikan lele lambat. Sesudah dipelihara setahun-dua tahun, baru mencapai ukuran 100 gram, sebagai ikan konsumsi. Sekarang berhubung para petani terdorong untuk memproduksikan lele lebih banyak, maka teknik pemeliharaannya pun ditingkatkan. Kolam yang dipergunakan lebih luas, walaupun masih berupa kolam pekarangan. Airnya diusahakan dari air irigasi yang memungkinkan adanya pergantian air, sehingga kondisinya lebih segar. Dalam suasana air yang segar, pertumbuhan ikan lele menjadi lebih cepat. walaupun tidak sepesat ikan karper. Apabila hendak mengembangkan pemeliharaan ikan lele tentu diperlukan banyak benih. Terasalah bahwa benih ikan lele yang selama ini diperoleh dari hasil pengumpulan dari alam saja tidak mencukupi. Petani ikan pun berupaya untuk menciptakan teknik ertentu agar ikan lele mau berkembangbiak di kolam dan agar dapat diproduksi benih sebanyak mungkin. Beberapa petani yang tekun dapat menghasilkan benih lele agak banyak. Tekniknya lalu ditiru oleh rekan-rekannya sesama petani. Berhubung pengembangan yang intensif bagi pemeliharaan ikan lele ini baru dalam tingkat permulaan, maka produksi benih maupun ikan konsumsi masih rendah. Untuk tu perbaikan-perbaikan teknis terus-menerus perlu dilakukan baik oleh para petani sendiri maupun oleh lembaga-lembaga pemerintah. Perbaikan teknis itu akan meliputi segala aspek budidaya seperti konstruksi kolam, mutu air, makanan tambahan, pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit, bahkan telah mulai diteliti cara pemijahan dengan rangsangan hormon. Hasil penelitian-penelitian tersebut diharapkan sekali untuk dapat dipraktekkan. Di dalam buku yang kecil ini, penulis berusaha untuk memberikan bahan-bahan sebagai dasar pengetahuan teknik memelihara ikan lele yang sudah diterapkan oleh para petani. Di

masa depan buku ini tentu dapat disempurnakan sesuai dengan penemuan penemuan teknik baru.

I. MENGENAL IKAN LELE

A Klasifikasi dan Ciri-ciri Ikan lele menurut klasifikasi berdasar taksonomi yang dikemukakan oleh Weber de beaufort (1965) digolongkan sebagai berikut : Filum Kelas Subkelas Ordo : Chordata, ialah binatang bertulang belakang. : Pisces, ialah bangsa ikan yang mempunyai insang untuk bernapas. : Teleostei, ialah ikan yang bertulang keras. : Ostariophysi, ialah ikan yang di dalam perutnya sebelah atas memiliki tulang sebagai alat perlengkapan keseimbangan, yang disebut ulang weber (Weberian oscicle). Subordo : Siluroidae, ialah ikan yang bentuk tubuhnya memanjang berkulit licin (tak bersisik).

Gambar 1. ikan lele(calirias batrachus Linnaeus bleeiker)

Famili

: Clariidae, ialah suatu kelompok ikan (dari be berapa genus) yang selain mempunyai ciri-ciri tersebut, juga mempunyai ciri yang lebih khas lagi, yakni bentuk kepalanya pipih denga lempeng tulang keras sebagai batok kepala. Bersungut (kumis) 4 pasang. Sirip dada ada patil. Mempunyai alat pernapasan tambaha ang terletak di bagian depan rongga insang memungkinkan ikan lele mengambil oksigen langsung dari udara. yang

Genus

: Glorias.

Di Indonesia ada beberapa jenis (spesies) ikan lele, yaitu Glorias batrachus, jenis ini yang paling banyak dijumpai dan umumnya dibudidayakan, di samping terdapat di alam; Glorias Leiacanthus, Glorias nieuwhofi, Glorias teesmanii. Ketiga jenis ini terdapat di perairan Indonesia tetapi jarang ditemukan dan diduga sudah langka. Tidak ada keterangan yang jelas, mengapa ketiga spesies itu menjadi langka dan mengapa tidak dibudidayakan seperti halnya Glorias batrachus. Jadi masih memerlukan penelitian.

Di Thailand, selain Glorias batrachus juga banyak dipelihara jenis Glorias macro cephalus. Jenis yang terakhir ini kemungkinan tidak ada di Indonesia. Pada ikan lele (Glorias batrachus) di Indonesia dikenal adanya 3 variasi warna tubuhnya, ialah : hias. B. Nama Daerah dan Nama Umum Di berbagai daerah, ikan lele diberi nama menurut bahasa daerah masing-masing. Di pulau Jawa disebut ikan lele. Di Sumatera disebut ikan kalang. Di Kalimantan disebut pintet. Di Makassar disebut ikan keling (keli). Namun nama yang paling populer ialah lele. Dalam bahasa Inggris disebut cat fish. Nama ini dipakai sebagai nama dalam perdagangan, jadi nama internasional. Disebut demikian, mungkin karena ikan ini berkumis seperti kucing (cat = kucing). Sebenarnya nama cat fish ini tidak hanya berlaku untuk ikan lele saja, melainkan juga bagi ikan-ikan jenis lain yang juga berkumis, antara lain ikan baung (genus Pangasius, Macrones, Siluria, dan sebagainya). C. Penyebaran Ikan lele tersebar luas di benua Afrika dan Asia, terdapat di perairan umum yang berair tawar secara liar. Di beberapa negara, khususnya di Asia, ikan lele telah diternakkan, dipelihara di kolam. Seperti halnya terjadi di Filipina, Thailand, Indonesia, Laos, Kamboja, Vietnam, Birma, dan India. Di Indonesia ikan lele ini secara alami terdapat di kepulauan Sunda Besar maupun Sunda Kecil. D. Habitat Habitat atau lingkungan hidup ikan lele ialah semua perairan air tawar. Di sungai yang airnya tidak terlalu deras, atau di perairan yang tenang seperti danau, waduk, telaga, rawa serta genangan-genangan kecil seperti kolam, merupakan lingkungan hidup ikan lele. Ikan lele mempunyai organ insang tambahan yang memungkinkan ikan ini mengambil oksigen pernapasannya dari udara di luar air. Karena itu ikan lele tahan hidup di perairan hitam agak kelabu (gelap). Ini yang paling umum terdapat. bulai (putih), dan merah.

Kedua warna yang terakhir itu agak jarang ditemukan, biasanya dipelihara sebagai ikan

yang airnya mengandung sedikit oksigen. Ikan lele ini relatif tahan terhadap pencemaran bahan-bahan organik. Oleh karena itu ikan lele tahan hidup di comberan yang airnya kotor. Ikan lele hidup dengan baik di dataran rendah suhu .tempat hidupnya terlalu ketinggian di atas 700 meter, pertumbuhan ikan pernaditemukan hidup di air payau atau asin. E. Tingkah laku Ikan lele adalah ikan yang hidup di air tawar. la bersifat noktumal, artinya ia aktif pada malam hari atau lebih menyukai tempat yang gelap. Pada siang hari yang cerah, ikan lele lebih suka berdiam di dalam lubang-lubang atau tempat yang tenang dan aliran air tidak terlalu deras. Ikan lele membuat sarang di dalam lubang-lubang di tepian sungai, tepi-tepi rawa atau pematang sawah, dan kolam yang teduh dan tenang. Berhubung sifat-sifat dan tingkah lakunya itu, memancing ikan lele pada malam hari lebih berhasil daripada siang hari, karena ikan lele aktif mencari makan pada waktu malam atau sesudah matahari terbenam. Lele yang dipelihara di kolam atau sawah, apabila hendak ditangkap pada siang hari, cara yang mudah ialah meletakkan tabung-tabung dari bambu atau lainnya, di dasar kolam/sawah, lalu menggiring ikan lele agar berkumpul di dalam tabung sehingga mudah ditangkap dengan cara mengangkat tabung tadi. F. Perkembangbiakan Ikan lele mencapai kedewasaan setelah mencapai ukuran 100 gram atau lebih. Jika sudah masanya berkembangbiak, ikan jantan dan betina berpasangan. Pasangan itu lalu mencari tempat, yakni lubang yang teduh dan aman untuk bersarang. Lubang sarang ikan lele terdapat kira-kira 20 - 30 cm di bawah permukaan air. Ikan lele tidak membuat sarang dari suatu bahan (jerami atau rumput-rumputan) seperti ikan gurame, melainkan hanya meletakkan telurnya di atas dasar lubang sarangnya itu. Pada perkawinannya, induk betina melepaskan telur bersamaan waktunya dengan jantan melepaskan mam (sperma) di dalam air. Terjadilah pembuahan di dalam air. Telur yang telah dibuahi dijaga oleh induk betina sampai telur menetas dan cukup kuat berenang. Lama penjagaan im semmggu sampai sepuluh hari. Setelah perkawinan, induk jantan meninggalkan sarang dan tidak menghiraukan anak-anaknya. Seekor induk betina dapat menghasilkan 1.000 sampai 4 000 butir telur sekali memijah. Dalam tempo 24 jam setelah perkawinan, telur akan menetas. Selama semmggu sampai dingin, misalnya di bawah 20C, pertumbuhannya agak lambat. Di daerah pegunungan dengan lele kurang begitu baik. Leie tidak

sepuluh hari anak ikan lele ini dijaga oleh mduknya sampai burayak ini cukup kuat meninggalkan sarangnya. Biasanya ikan lele memijah sore hari pada musim hujan. Lain halnya di kolam pemeliharaan. Menurut pengalama petani, di kolam ikan lele dapat memijah sepanjang tahun. Jadi tidak mengenal musim. Hal ini mungkin disebabkan keadaan kolam yang dapat dialiri air baru setlap saat. Sungguhpun demikian, tanpa aliran air atau sirkulasi air pun, lean lele dapat juga memijah di kolam, tetapi frekuensinya tidak begitu sering. G. Makanan Makanan alami ikan lele ialah binatang-binatang renik, seperti kutu-kutu air (Daphnia, Cladosera, Copepoda) cacing-cacing, larva (jentik-jentik serangga), siput-siput kecil, dan sebagainya. Selain bersifat karnivora (pemakan dagmg), ikan lele juga makan sisa-sisa benda yang membusuk dan kotoran manusia sedangkan tumbuh-tumbuhan kurang disenangi (Gambar 2, 3, dan 4, beberapa organisme yang menjadi makanan ikan lele. Ikan lele biasanya mencari makanan dan dasar kolam, tetapi bila ada makanan yang terapung, juga tidak lepas dan sambarannya. Karena ikan lele bersifat karnivora,makanan tambahan yang baik untuk ikan mi ialah yang banyak mengandung protein hewani. Bila makanan yang diberikan banyak mengandung protein nabati, pertumbuhannya lambat. Jadi pengetahuan tentang jenis makanan dan pola atau cara makan ikan ini perlu dipelajari agar dapat dibuat susunan makanan yang tepat.

Gambar 2. Beberapa jenis udang renik (ENTOMOSTRACA) makanan ikan. a : Bosmina spec. b : Chydorus spec. c: Ceriodaphinia spec. d : Sida spec.

e : Polyphemus spec. f : Daphnia spec. g : Cypris spec. (Gambar dikutip dari Textbook of Fish Culture; Huet, 1911).

Gambar 3. Beberapa jenis larva nyamiik; a, b : larva dan nimfa Chironom sp., c : larva Tanypodynae Pentaneura spec., d : larva Orthocia diinae (Metrifnemus spec.), e : larva Coretha spec., f : larva Cory noneura spec. (dikutip dari Textbook of Fish Culture; Huel 1975).

gambar 4. Cacing merah yang bergerombol pada lumpur comberan (Tubife tubifex). a : kelompok Tubifex, b : Kelompok Tubufex yan diperjelas, c Seekor cacing Tubifex.

II. BUDIDAYA IKAN LELE Dalam budidaya ikan lele, seperti halnya pada budidaya ikan lain, ada dua jenis usaha menurut tahapan ataupun hasilnya, yakni: A. Usaha Pembenihan Dalam jenis usaha ini kegiatan yang dilakukan lalah : memijahkan induk-induk ikan, yang menghasilkan telur Menetaskan telur, memelihara burayak menjadi benih ikan siap tebar

benih ikan ukuran gelondong untuk ditebarkan atau dipelihara lebih lanjut di kolam pembesaran sehingga menjadi ikan santapan (konsumsi). Ukuran benih gelondongan dibedakan menjadi dua bagian, yakni : gelondongan kecil, yang beukuran 3 - 5 cm, dan gelondongan besar, yang berukuran 5 - 10 cm. B. Usaha Pembesaran Dalam jenis usaha ini kegiatan yang dilakukan ialah memelihara benih ikan dari ukuran gelondongan kecil maupun besar menjadi ikan konsumsi. Untuk ikan lele ukuran konsumsi yang dikehendaki oleh masyarakat ialah 100 gram sampai 200 gram seekor. Namun macam jenis usaha itu sebenarnya tidak bisa dipisahkan dalam demikian kerapkali ikan lele berukuran 50 gram pun sudah dijual sebagai ikan konsumsi. Kedua penyelenggaraannya. Sebaiknya seorang petani melakukan kedua usaha tersebut dalam suatu rangkaian kegiatan, yang sudah barang tentu hasilnya lebih menguntungkan. Dalam bab selanjutnya akan disajikan teknik penyelenggaraan dari kedua jenis usaha budidaya lele ini.

III. TEKNIK PEMBENIHAN Secara alamiah ikan lele berkembangbiak dengan meletakkan telurnya di dalam sarang. Sarang lele berupa lubang yang dibuat pada dinding pematang sawah, tepian sungai dan rawa-rawa. Kerapkali sarang lele ditemukan di bawah umpun tumbuh-tumbuhan air yang tenang dan terlindung. Cara alamiah ini ditiru oleh petani, dengan menciptakan kondisi lingkungan yang cocok untuk tempat ikan lele memijah Untuk tempat bersarang, di dalam kolam pemehharaan induk lele disediakan kotak-kotak kayu atau pipa-pipa bambu atau pipa (bis) dari semen yang ditenggelamkan di dasar kolam, agar induk lele mau memijah di dalam rongga-rongga pipa atau tabung-tabung itu. Dengan akal lebih lanjut, petani mengatur bentuk dan letak kotak-kotak tempat bersarang ikan lele sedemikian rupa agar pemijahan mudah dikontrol terhadap gangguangangguan din pemungutan hasil benih lebih mudah. Seorang petani yang kreatif dengan daya ciptanya dapat menemukan cara tersendiri sehingga hasil budidaya dapat ditingkatkan. Seorang petani di Blitar, bernama. Machfud Effendi telah dikenal di kalangan para peternak ikan lele, karena ia telah membuat suatu model kolam pembenihan ikan lele yang bentuk dan susunannya khas, di kolam pekarangannya. Bentuk kolam kreasi petani ini dikenal sebagai sistem Blitar". A. Pemijahan Leie Sistem Blitar 1. Kolam tempat pemeliharaan induk dan tempat pemijahan Pada pembibitan ikan lele, kolam tempat pemeliharaan induk sekaligus juga berfungsi sebagai kolam pemijahan. Bentuk kolam ini disajikan pada Gambar 5. Di sekeliling tepi kolam pemeliharaan induk itu dibuat kamar-kamar atau kotak pemijahan Bentuk dan luas kolam pemeliharaan induk dan pemijahan ini pada umumnya bergantung pada tanah pekarangan. Kolam seperti ini sebaiknya dibuat di pekarangan saja, agar mudah diawasi untuk pengamanannya. Tentang ukuran kolam ini, sebagai contoh dapat berukuran : Panjang Lebar Dalam : 10 sampai 15 meter, : 8 sampai I0 meter, : 1 sampai 1,5 meter.

Dinding kolam dibuat dari pasangan bata atau batu kali yang disemen, atau dari beton yang permukaannya licin. Dasar kolam boleh dari tanah, tetapi sebaiknya di semen. Maksudnya agar tidak mudah timbul lubang-lubang bocoran yang makin lama makin lebar sehingga memungkinkan ikan lele itu lolos. Apabila dasar kolam disemen, sebaiknya diberi lapisan pasir bercampur tanah liat setebal 10 cm saja supaya tercipta suasana yang alamiah bagi ikan lele. Supaya ikan lele tidak mudah merayap keluar, terutama di waktu turun hujan, di bibir kolam dipasang dinding dari plastik gelombang yang licin, berdiri tegak lurus, setinggi 50 cm. Pipa pemasukan air ke dalam kolam dapat dibuat dari pralon (pvc) atau bambu, dipasang sedemikian rupa sehingga air masuk ke dalam kolam sedikit "terjun", supaya pelarutan udara ke dalam air cukup baik dan memberi kesegaran kepada ikan-ikannya (Gambar 8).

gambar 5.; kolam untuk induk dan pemijahan ikan lele

gambar 6. penampang kamar pemijahan ikn lele

gambar 7. MONNIK : pintu air pengeluaran yang khas memungkunkan air terbuang dari lapisan bawah

gambar 8. potongan samping pintu air MONNIK

Untuk pengeluaran air dari kolam, dibuat pintu bentuk MONNIK (Gambar 7 dan 8). Dinding pintu air itu berlapis tiga. Dinding yang menghadap kolam lubangnya di dasar, sehingga air yang terbuang keluar adalah dari bagian (lapisan) dasar yang banyak kotorannya. Sekat di tengah terdiri atas papan-papan yang disusun dan dapat untuk mengatur ketinggian air di dalam kolam. Selanjutnya air mengalir keluar dari lubang di bagian bawah, seperti terlihat dalam gambar. Permukaan air di dalam kolam itu hendaknya tidak melampaui 20 cm dari bibir kolam, supaya ikan lele tidak mudah meloncat ke luar. 2. Kotak pemijahan Di sekeliling tepi kolam induk itu dibuat kotak kotak pemijahan (Gambar 6). Ukuran kotak pemijahan tersebut ialah : lebar panjang dalam : 50 cm, : 50 cm, : 60 cm.

Kotak-kotak ini dibuat dari semen. Pada dinding dalam yang menghadap ke kolam induk, dibuat 2 buah lubang yang bergaris tengah 15 cm. Jarak kedua lubang itu 15 cm. Lubang ini sebagai jalan masuk ke dalam kotak itu bagi ikan lele yang akan memijah. Pada dinding belakang, yakni yang menghadap ke luar kolam, dibuat pula sebuah atau dua buah lubang yang terletak di bagian dasar kotak itu. Tujuannya untuk memudahkan pengeringan dan memanen benih-benih ikan lele. Lubang itu dapat disumbat dan dengan mudah dapat dibuka. Kotak pemijahan itu diberi tutup dari. semen atau dari kayu, agar mudah dibuka apabila akan membersihkan ruangan kotak itu. Tutup itu diberi beberapa lubang, supaya suasana di dalam kotak tidak terlalu gelap benar, dan masih ada kesegaran udara, jadi tidak terlalu tersekap.

Lele palembang (keli, limbat) clarias macrocephalus

Lele lebang, blasteran antara lele puthi dan lele hitam

Sepasang lele hitam. Bias juga diternak untuk indukan, agar berkembang biak

Jambal siam yang lebih popular dengan sebutan lele Bangkok.

Jarak antarkotak pemijahan itu 75 - 100 cm. Maksudnya agar induk-induk lele yang memijah tidak terganggu oleh yang lain yang kebetulan memijah di dekatnya. Letak kotak pemijahan itu ada di bagian atas kolam, di dekat bibir tepi kolam sedemikian rupa sehingga kedalaman air di dalam kotak pemijahan itu hanya 30 cm (Gambar 5 dan 6). Dengan adanya kotak-kotak pemijahan itu, diharapkan ikan-ikan lele dapat memijah dan mengasuh anaknya dalam suasana aman dan tenang. Lagipula memungkinkan peternak mudah mengawasinya. Dasar kotak pemijahan itu perlu diberi alas pasir tetapi tidak berlumpur, namun lembut dan bersih, supaya induk ikan tidak rusak badannya sewaktu memijah. Lapisan pasir itu akan menjadi tempat meletakkan telur yang lunak dan bersih. Kebersihan ini perlu, agar telur ikan tidak mudah terkena jamur dan bakteri-bakteri. Di dalam kotak pemijahan itu baik juga bila diberi sedikit (segumpal genggaman) ijuk, yang diletakkan di atas alas pasir. Sebelum dimasukkan, ijuk dicuci dan dijemur. Telur-telur ikan lele akan tersebar di antara serabut-serabut ijuk, tetapi tidak lekat benar. Biaya pembuatan bak semen tersebut cukup besar. Konstruksi yang sederhana serta murah biayanya, telahdicoba dibuat di Balai Benih Ikan Sebulu, Kalimantan Timur. Yang dimaksudkan untuk percontohan bagi petani kecil agar dapat membuatnya dari bambu yang mudah didapat di perkampungan. Kolam tetap dari tanah, dindingnya dipasang cerucuk, yaitu potongan bambu yang ditancapkan berderet-deret tegak sepanjang pematang. Di beberapa tempat dibuat rongga-rongga pada tanggul tanah itu. Rongga itu berbentuk persegi

(kotak). Kotak-kotak itu pinggirnya sebagai dinding dipasang cerucuk juga, supaya tidak mudah longsor. Rongga-rongga itu dibuat berderet dengan jarak 1 meter. Rongga tersebut dibuat sebagai kotak untuk sarang bagi ele yang hendak bertelur. Bagian atas rongga atau kotak sarang itu juga diberi tutup dari bahan kayu-kayu/papan bekas, supaya di dalam rongga itu gelap. Tutup itu dapat dibuka apabila hendak memanen benih yang sudah ada nantinya. (Lihat Gambar 9). Dengan konstruksi sederhana itu ternyata lele juga mau bertelur di dalam rongga-rongga buatan itu.

3. Pengaturan air kolam pemijahan Di dalam kehidupannya, di alam bebas maupun di kolam, ikan lele tahan terhadap lingkungan yang tidak begitu baik keadaannya. Ikan ini tahan terhadap lingkungan comberan. Tetapi untuk tempat pemijahan, agar hasil benihnya baik, ikan lele memerlukan kondisi air yang segar dan bersih, mengandung cuk^ip oksigen dan tidak mengandung bahan pencemar. Kolam yang dibuat di pekarangan biasanya akan menerima air cucian dari rumah yang tidak mustahil mengandung sabun dan detergen. Ini sangat berbahaya untuk ikan. Oleh karena itu, hal ini harus diperhatikan betul. Jangan mengalirkan air bersabun ke dalam kolam. Air kolam ikan lele sebaiknya diperoleh dari saluran irigasi. Apabila air terlalu keruh sebaiknya diendapkan dan disaring terlebih dahulu. Di depan pipa pemasukan dapat dipasang saringan (filter) yang berupa bak kecil tersendiri. Air yang jernih dan bersih .akan membuat ikan-ikan sehat dan cepat tumbuh serta vitalitasnya tinggi 4. Induk lele Calon-calon ikan lele dapat diperoleh bila ukurannya mencapai 100 gram atau lebih. Calon-calon induk sebesar ukuran tersebut dapat diperoleh setelah ikan lele berumur 4

bulan, jika makanan yang diberikan bermutu baik, ikan lele baru mencapai sesudah berumur satu tahun.

100 gram

Untuk menjadi induk yang baik, ikan lele dipilih yang gesit geraknya, badannya mengkilat dan gemuk gambar jantan dan betina. Alat kelamin itu terletak di belakanglubang dubur, tampak sebagai tonjolan. Pada betina, tonjolan itu bulat bentuknya; pada jantan tonjolan itu memncing. Menurut orang yang sudah berpengalaman dalam beternak ikan lele, lele yang sudah siap memijah menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut : Induk jantan : Alat kelamin tampak jelas,meruncing, Perutnya tetap ramping, jika perut diurut (ditekan pelan-pelan) akan keluar air maninya, Tulang kepala lebih mendatar (pipih) dibanding dengan betinanya, Jika warna dasar badannya hitam (gelap), warna itu menjadi lebih gelap lagi daripada biasanya. Induk betina Alat kelamin bentuknya bulat dan kemerahan, lubangnya agak membesar. Tulang kepala agak cembung. Geraknya lamban. Warna badannya lebih cerah dan biasanya.

gambar 10. tanda tanda kelamin lele jantan dan lele betina

Induk-induk ikan lele biasanya tidak selalu memijahsecara serentak. Oleh karena I calon calon mduk yang telah terpilih dipelihara beberapa pasang di dalam satu kolam, supaya masing-masing dapat memilih sendiri psangannya yang cocok dan siap memijah pada waktu yang bersamaan. Dalam suatu kolam pemijahan yang luasnya 100 m (1 are) dapat dipelihara induk lele sebanyak 25 pasang (25 ekor betina dan 25 ekor jantan). 5. Musim Di alam, pemijahan ikan lele banyak terjadi pada musim hujan. Tetapi menurut pengalaman petani ikan ikan lele dapat memijah sewaktu-waktu sepanjang tahun, apabila keadaan air kolam sering berganti. Pemijahan juga dipengaruhi oleh makanan yang diberikan. Makanan yang bermutu baik akan meningkatkan vitalitas ikan sehingga ikan lele lebih sering memijah. 6. Pemeliharaan induk Pemeliharaan dan perawatan calon induk dan induk- induk lele harus diusahakan agar induk selalu dalam keadaan sehat, tidak mudah terserang penyakit, vitalitasnya tinggi, supaya sehat. Untuk tujuan tersebut caranya ialah : 1. Mengatur air kolam agar sering berganti, walaupun air pemasukan tidak perlu terlalu deras. Debit air 5 - 6 liter per menit sudah mencukupi untuk menyegarkan lingkungan hidup ikan lele. 2. Makanan yang bermutu baik dan dalam jumlah yang cukup. Makanan bagi ikan lele berupa makanan alami dan makanan tambahan. Telah dikemukakan terdahulu bahwa makanan alami ikan lele terdiri dari berbagai jasad renik; antara lain kutu-kutu air (Copepoda, Cladocera), larva atau jentik-jentik berbagai jenis serangga, berbagai jenis cacing, dan sebagainya (Gambar 2, 3, dan 4). Selain binatang hidup itu, ikan lele juga memakan bahan-bahan kotoran atau yang sedang membusuk dalam air; bahkan ikan lele juga suka memakan kotoran manusia. Ditinjau dari jenis makanannya, ikan lele cenderung disebut karnivora, ialah pemakan binatang dan zat-zat makanan berasal dari hewan. Apabila diberi makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, ikan lele kurang suka. Jika ikan lele diberi makanan tambahan yang banyak mengandung bahan tumbuhtumbuhan seperti dedak, misalnya, dengan campuran sedikit bahan hewani, ikan lele tidak dapat gemuk dan pertumbuhannya lambat. Dianjurkan agar makanan tambahan untuk ikan lele mengandung protein tidak kurang dari 25 %.

Bagi usaha budidaya ikan di Indonesia, pada waktu ini agak sukar untuk memperoleh bahan makanan yang baik dan yang bermutu tinggi. Oleh karena terbentur pada harga yang mahal dan bersaing dengan kebutuhan bagi hewan ternak. Maka untuk ikan lele dianjurkan agar dapat diberikan makanan tambahan yang bahannya mudah diperoleh dan tidak mahal harganya, seperti bekicot (keong racun) yang dicacah, dicampur dengan bahan lain yang mengandung banyak protein, seperti bungkil kacang, bungkil kelapa, bungkil kedelai. Dianjurkan pula agar diberi bahan-bahan buangan dari rumah pemotongan hewan; misalnya kotoran-kotoran isi perut hewan yang sudah disembelih, tepung darah, dan sebagainya. Bahan baku tersebut baik sekali untuk lele, terutama induknya. Makanan alami dapat tersedia banyak di kolam apabila kolam dipupuk dengan bahan organik, seperti pupuk kandang, pupuk hijau, kompos. Bahan-bahan organik tersebut apabila telah membusuk di dalam air akan menarik banyak serangga untuk bertelur di situ dan larva (jentik-jentik) akan menjadi makanan ikan lele. Dosis pupuk organik untuk kolam ikan lele dapat agak tinggi, misalnya 2 - 4 ton/ha, oleh karena apabila terlalu banyak bahan organik dan terjadi pembusukan pada kolam itu, ikan lele tetap tahan hidup. Makanan tambahan bagi induk lele dapat diberikan 5 % dari berat badan ikan, setiap harinya. Induk ikan lele yang mendapat makanan yang cukup dan baik kualitasnya, menunjukkan badan yang gemuk- gemuk, pertumbuhannya seragam, kemampuan untuk memijah menjadi lebih sering, dan jumlah telurnya banyak. Menurut pengalaman peternak lele di Cianjur Jakarta, sepasang induk lele yang dipelihara dan diberi pakan yang baik dapat memijah lagi hanya berselang 3 - 4 minggu.

7.

Pemijahan Secara alamiah ikan lele memijah pada musim hujan. Banyak jenis ikan yang terangsang

untuk memijah setelah turun hujan lebat. Air hujan membawa situasi segar, aliran air yang deras banyak mengandung oksigen. Dalam usaha pemijahan ikan lele, agar induk-induk ikan mau memijah, diusahakan menciptakan situasi air yang jernih, berkadar oksigen tinggi. Dengan pengelolaan yang baik, ternyata lele dapat dipijahkan sepanjang tahun asal dalam jarak waktu tertentu tidak musiman lagi. Perangsangan untuk memijah tidak dilakukan dengan hormon melainkan hanya dengan mengeringkan kolam, menjemur dasar kolam beberapa hari, lalu diairi. Dasar kolam yang telah dijemur dan diairi itulah yang member! rangsangan bagi induk ikan untuk memijah. Oleh karena itu, kotak-kotak pemijahan lele diberi alas pasir yang perlu sering-sering diganti, serta alas ijuk barn atau yang baru dijemur juga dianjurkan dipakai.

Pemijahan ikan lele diawali dengan terlihatnya sepasang induk berkejar-kejaran di depan pintu kotak pemijahan yang dipilihnya. Beberapa waktu lamanya terjadi permainan keluarmasuk lubang kotak pemijahan itu. Kemudian pada klimaksnya proses perkawinan pada ikan itu yang disebut memijah. Ikan jantan dan betina bereelut betina melepaskan telur dan dalam waktu yang bersamaan keluarlah air mani dan yang jantan. Pembuahan terjadi di dalam air. Pemijahan terjadi pada sore atau malam hari di dalam kotak pemijah. Telur-telur yang sudah dibualu tersebar di dalam kotak itu Telur menetas setelah 1 - 2 hari selama seminggu induk lele berada didalam atau di sekitar kotak sarang untuk menjaga burayaknya yang masih lemah. Telur ikan lele sebesar telur ikan mas menetas setelah 1 - 2 hari. Sampai 3 hari setelah menrtas toayak lele belum makan, melainkan menyeBP kuning telur yang masih melekat pada bagian perutnya. Setelah kuning telur habis terserap, burayak lele sudah mulai mencari makan dan akan keluar dankotak rang Sebelum burayak keluar ke kolam besar pemelinaraan induk-induk, sebaiknya segera dipanen. Pemanenan burayak mudah dUakukan dengan membuka tutup kotak sarang itu, lalu menyerok burayak dengan seser kecil. Burayak dikumpulkan dan selanjutnya dipelihara di dalam tempat ipukan. B. Pemijahan Lele Sistem Ciganjur Sistem pemijahan/pembenihan lele mi diselenggarakan di BSenm kan Pemerintah D.K.I. Jakarta di Cianjur. sistem pemijahan ini pada dasarnya diri Pada dapat memyahkan ikan lele di kolam yang sempit dan dengan induk lele hanya sepasang yang dijodohkan. Pada koton pemijahan lele sistem Blitar yang dikemukakan di dalam bab dimuka, kolam pemijahan merangkap kolam pemeliharaan induk pula. serta jumlah induk sekaligus dikumpulkan dalam jumlah banyak (secara massal) agar ikan-ikan itu dapat memilih jodoh (pasangan) sendiri, selanjutnya memijah di dalam sarang-sarang yang sudah disedakan dikeliling tepi kolam. Pada sistem Ciganjur, kolam pemijahan berukuran kecil, induk yang dipijahkan telah dipilih yang benar-benar matang telur dan siap memijah. Sebagai tempat meletakkan telur dibuat kotakan dari bahan yang sederhana dan mudah diperoleh seperti batako yang disusun atau batu-batu bata dan kayu yang tidak terpakai (bekas). Dengan demikian bagi mereka yang ingin berusaha secara kecil-kecilan yang hanya mempunyai kolam atau bak semen yang sempit dan hanya mempunyai sepasang induk lele, dapatlah menyelenggarakan pembenihan (memproduksi benih) lele juga. Perkolaman kecil (mini) berarti lebih efisien dalam pemanfaatan lahan lagipula dapat mempergunakan volume air yang tidak perlu banyak. Hal itu sangat cocok dengan situasi

lingkungan perkotaan (seperti Jakarta) di mana tidak banyak sumber air/pengairan yang memenuhi syarat untuk budidaya ikan, lagipula lahan di perkotaan telah semakin sempit karena penduduk/permukiman yang padat. Secara terinci sistem Ciganjur disajikan di bawah ini. 1). Kolam perkawinan/pemijahan Kolam perkawinan/pemijahan pada sistem Ciganjur ialah bak semen dengan ukuran minimum : panjang 2 m, lebar 1 m, dalam 0,4 m. Pada pinggiran atas (bibir) bak tersebut dibuat menjorok ke dalam agar lele tidak- mudah melompat keluar. Di dasar bak, di tengahtengah dibuat cekungan untuk mengumpulkan benih apabila.

gambar 11.potongan melintang bak pemijahan

gambar 12. bak pemijahna dan sarana pemijahan

dipanen. Dari cekungan dihubungkan ke luar dengan pipa PVC/pralon sebagai saluran penguras (Gambar 11 dan 12). 2. Air

Untuk mengisi/mengairi bak pemijahan itu sebaiknya dipakai air dari sungai yang jernih, tidak tercemar atau air dari sumber. Di daerah perkotaan seperti Jakarta, hampir semua sungai dan saluran menjadi keruh karena bahan erosi tanah dari daerah hulu atau oleh kotoran/limbah. Maka sebelum dimasukkan ke dalam kolam pemijahan, harus diendapkan atau disaring. Air yang dikotori oleh limbah industri sama sekali tidak dapat dipakai untuk mengairi bak pemijahan itu, sebab selalu ada bahaya keracunan oleh bahan-bahan kimia. Air sungai yang keruh karena bahan tanah yang tererosi (warna cokelat muda) harus disaring dengan sand filter (saringan pasir) atau diendapkan selama 2 hari di dalam bak pengendapan sebelum air itu dimasukkan ke dalam bak pemijahan lele. Apabila dipakai air sumur, maka air itu perlu diukur pH-nya. Sebab kerapkali air sumur bersifat asam (pH rendah) seperti umumnya di daerah Ciganjur dan sekitarnya, pH 6,0 sampai 6,5. Air asam itu perlu dinetralkan dengan membubuhkan kapur tohor sebanyak 2 - 3 gram/m3 atau 3 ppt, cukup untuk menaikkan pH menjadi 7,0 - 7,5. Itu menjadi cukup baik untuk mengairi bak pemijahan. Air PAM (Perusahaan Air Minum) kurang baik karena mengandung kaporit. 3. Persiapan kolam Beberapa hari sebelum dipakai, bak perlu dibersihkan. Apabila bak semen masih baru dibuat, bersifat terlalu alkalis (pH tinggi). Maka harus dinetralkan lebih dahulu. Cara menetralkan dapat dengan merendam bak dengan air biasa selama 2 minggu, lalu dibersihkan dan selanjutnya dapat dipergunakan, dengan harapan pHnya tidak lagi terlalu tinggi. Jelas perendaman 2 minggu itu cukup lama. Cara yang dapat lebih cepat dalam menetralkan alkalinitas bak semen ialah dengan memasukkan sabut kelapa ke dalam air yang mengisi bak. Sabut dari 2 - 3 buah kelapa cukup untuk bak pemijahan yang tidak besar itu. Setelah direndam beberapa jam, dari sabut kelapa itu melarut larutan tannin (asam humus) yang menyebabkan air berwarna cokelat kemerahan. Zat tannin itu akan menetralkan sifat kebasaan bak semen yang masih baru itu. Biarkanlah rendaman sabut kelapa itu selama 2 - 3 hari, maka sesudah dikuras dan dibersihkan, bak dapat diairi dan pH menjadi netral. Bak yang hendak dipersiapkan untuk pemijahan lele perlu dipasang kotak-kotak sebagai sarang tempat meletakkan telur. Pada tahap persiapan kolam, bak tersebut dikeringkan selama 1 hari saja. Sehabis dikeringkan lalu diairi untuk merangsang induk lele agar mau memijah. Perlu diperhatikan bahwa pengeringan bak semen terlalu lama ada bahaya bak itu dapat retak, lebih-lebih jika panas terik.

Kamar/kotak untuk sarang dibuat dan batako sebanyak 8 - 10 buah yang disusun membentuk kotak di tengah bak pemijahan itu. Ukuran kotak tersebut 30 cm x 40 cm x 20 cm. Pada bagian depan menyempit membentuk lubang terbuka (pintu masuk) selebar 10 cm. Batako juga bersifat alkalis. Maka sebelum dipakal, juga harus direndam dalam larutan/rendaman sabut kelapa agar pH menjadi netral. Di dalam sarang diberi alas ijuk sebagai tempat meletakkan telur dan biasanya telur-telur setelah dibuahi menempel pada ijuk itu. Bagian atas kotak/kamar pemijahan itu diberi papan atau genting atau batako, agar di dalam sarang itu gelap. Setelah siap, bak diisi air setinggi 15 cm. Di sekitar sarang sebaiknya diberi beberapa rumpun eceng gondok. Eceng gondok harus dicuci bersih lebih dahulu supaya tidak mengotori bak dan tidak menularkan penyakit jika ada yang menempel di antara akarakarnya. Gunanya rumpun eceng gondok itu untuk memberikan situasi di dalam bak seperti ingkungan alam asli. Sebagian dari bak pemijahan terutama di atas kotak sarang diberi atap berupa tutup sederhana dari plastik, supaya jika turun hujan tidak terlalu mengganggu sarang itu. 4. Pasangan induk Induk untuk pemijahan ini hendaknya dipilih yang benar-benar telah matang telur yang dikandungnya dan siap memijah. Untuk satu bak pemijahan yang ukurannya memang kecil itu cukup satu pasang saja (seekor jantan dan seekor betina yang beratnya masing-masing kira-kira sama). Pemilihan induk matang telur itu memerlukan keterampilan khusus dari seorang petani/peternak ikan lele. Tanda-tanda induk yang baik dan telah matang telur, telah diuraikan dalam BAB III (Gambar 10 ) Pemilihan pasangan induk yang hendak disuruh memijah itu, pada prinsipnya seolah-olah memaksa kedua ekor lele itu untuk kawin, sebab tidak diberi kesempatan memilih jodohnya sendiri, seperti perkawinan missal pada sistem Blitar. Oleh karena itu apabila kondisi kedua induk itu tidak betul-betul siap memijah, atau salah satu induk kurang siap untuk memijah, maka dapat terjadi kegagalan sebab kedua pasangan itu tidak mau memijah. 5. Pemijahan Memijah artinya perkawinan yang diikuti dengan tingkah laku lele betina meletakkan telur dan dibuahi oleh yangjantan (fertilisasi). Sebaiknya induk jantan dan betina yang sudah dipilih itu dimasukkan ke dalam bak pemijahan pada pagi hari. Maka seharian pasangan tersebut saling berkenalan serta mengadakan penyesuaian terhadap lingkungan bak yang masih baru. Pasangan ikan itu

segera mengenal kamar yang disediakan bagi sarangnya, bahkan situasi bak yang baru diairi itu memberikan pula rangsangan bagi ikan-ikan itu untuk memijah. Pada hari itu makanan yang diberikan ialah cacing tanah atau cacing sutera, tidak perlu banyak, asal cukup dimakan satu waktu saja selama 5 menit. Ikan yang hendak memijah agaknya kurang nafsu makannya. Pemijahan berlangsung pada sore atau malam harinya. Esoknya dapat terlihat telur-telur tersebar di dalam sarang, ada yang menempel pada ijuk, tetapi sebagian ada yang tercecer di depan sarang. Telur yang dibuahi berwarna kuning cerah dan akan menetas setelah 1 - 2 hari. Telur yang tidak terbuahi akan mati dan berwarna keruh, akhirnya ditumbuhi jamur. Sampai hari ketiga setelah menetas, benih lele belum makan, melainkan menyerap kuning telur yang masih tersisa pada bagian perutnya. Jumlah telur yang dihasilkan oleh induk leleber tung pada besarnya induk itu. Makin besar badannya makin banyak telurnya. Rata-rata jumlah telur berkisar antara 1000 sampai 5000 butir. Apabila induknya sehat maka day a tetas telur cukup baik, hampir semuanya dapat menetas. Setelah pemijahan, selama beberapa hari kedua ekor induk menjaga sarangnya, sampai burayak (anak-anak lele) itu cukup kuat untuk berenang-renang di luar sarangnya. Setelah 7 hari biasanya induk lele tidak lagi menghiraukan anaknya. Sebaiknya induk-induk dikeluarkan saja dari bak pemijahan itu, dipindahkan ke dalam bak lain untuk dipelihara dengan baik agar dapat bertelur lagi padasaatnya. Menurut pengalaman di Ciganjur, apabila perawatan dan pemberian pakan baik dan cukup berkualitas (pakan terdiri atas banyak organisme hidup atau cacahan daging ikan) induk lele dapat memijah lagi setelah 3 - 4 minggu, Selanjutnya dapatlah benih lele dipanen. 6. Pemanenan benih Air dikeluarkan dari bak pemijahan itu sehingga hampir kering, maka burayak. IeIe terkumpul di dalam cekungan di dasar bak yang masih sedikit berair. Maka dengan mudah burayak ditangkap dengan seser. 7. Pendederan (ipukan) Pada sistem Ciganjur, burayak lele yang berumur 7 hari itu dapat juga tidak segera dipindah ke kolam lain. Pemeliharaan bisa dilanjutkan di dalam bak pemijahan itu saja, setelah induk jantan dan betina dipindahkan ke kolam lain. Pengipukan di dalam bak dapat berlangsung selama 1 - 2 bulan, dengan diberi pakan buatan atau makanan yang terdiri atas organisme-organisme hidup seperti cacing sutera (Tubifex), cuk (jentik-jentik), kutiair, dan sebagainya.

Se t elah masa pemeliharaan 2 bulan, benih lele mencapai ukuran 5-10 cm dapatlah dipasarkan (dijual). Selama pemeliharaan benih itu, peternak hama memperhatikan burayak itu secara cermat setiap hari. Pemberian pakan tidak boleh berlebihan, melainkan diberikan sedikit demi sedikit sejumlah kira-kira habis termakan dalam waktu 15 menit, lalu pemberian pakan dihentikan. Sebaiknya dalam sehari diberi pakan beberapa kali, misalnya 4 - 5 kali sehari, pagi, siang, dan sore/senja. Peternak harus memperhatikan keadaan air bak itu, mengingat bahwa bak tidak memperoleh aliran air terus- menerus karena keterbatasan air di daerah perkotaan. Maka apabila terlihat air mulai keruh/kotor, supaya air diganti. Pada umumnya pergantian air sekali dalam 2 minggu sudah memadai. Apabila peternak memiliki lahan yang cukup luas dengan banyak kolam-kolamnya, maka pengipukan sebaiknya dilakukan di dalam kolam pendederan khusus. Tempat pendederan anak lele (burayak) dapat berupa kolam tanah biasa dengan kedangkalan 20 - 25 cm saja. Ada petani yang mendeder burayak lele di petakan sawah yang tidak dipakai bertanam padi. Sangat baik apabila untuk pendederan itu dipakai kolam atau bak semen karena lebih aman dan mudah dibersihkan. Kolam yang disemen lebih terjamin, tidak bocor. Aliran air melalui bocoran akan mendorong benih lele untuk mengikuti aliran, akhirnya lolos. Kolam pendederan sebaiknya tidak terlalu luas, 3 sampai 10 m2 sudah cukup, karena kolam ukuran itu lebih mudah pengamanannya. Burayak ikan lele dapat dipelihara (diipuk) pada kepadatan yang tinggi 1000 ekor sampai 5000 ekor per m2 cukup aman. Tempat ipukanjuga dapat dipakai happa (kotak dari kain kelambu atau nilon). Happa itu sebaiknya ditempatkan di kolam yang jernih atau dapat juga ditempatkan pada parit dengan aliran air yang tidak terlalu deras. Hendaknya air pada parit itu diatur sehingga kedalamannya tidak kurang dari 20 cm. Ipukan dalam happa ini lebih mudah penanganannya daripada ipukan di kolam. Lama pemeliharaan pada ipukan biasanya 3 sampai 4 minggu, di mana anak-anak lele itu menjadi benih yang panjangnya 3 sampai 5 cm. Apabila keadaan kolam ipukan sangat baik dan selamanya diberi cukup makanan alami, dalam satu bulan burayak lele dapat mencapai ukuran 5 sampai 8 cm. Agar anak lele yang diipuk itu cepat besar, harus disediakan makanan alami dalam jumlah cukup. Apabila kolam ipukan dari tanah, dapat dipergunakan pupuk organik untuk memperbanyak makanan alami.

Dalam perkembangan budidaya yang modern, orang dengan sengaja membuat kultur (pemeliharaan) makanan alami untuk ikan, seperti Daphnia, dan lain-lain yang dilakukan di dalam bak-bak khusus. Kemudian hasil kultur itu yang berupa binatang-binatang renik, dibenkan kepada benih ikan. Dapat pula benih ikan lele yang diipuk diberi makanan berupa kuning telur ayam atau kuning telur itik yang direbus. Mengenai pemberian makanan untuk lele ipukan ini, akan dikemukakan lebih lanjut dalam bab berikut. 8. Perawatan benih dan pemberian makanan Benih ikan lele yang baru saja menetas tidak perlu diberi makanan. Benih-benih itu hidup dari menyerap kuning telurnya. Pada ikan lele habisnya kuning telur itu 5 hari. Jadi sesudah waktu lima hari, benih ikan sudah dapat makan. Karena itu makanan biasanya harus tersedia. Di alam, benih-benih lele yang masih kecil-kecil itu memakan organisme-organisme yang terdapat di air, misalnya kutu air (Rotatoria, Cladosera, Copepoda, dan sebagainya) yang pasti banyak terdapat di air dalam sarangnya. Dalam usaha pembenihan, orang mengusahakan agar benih-benih ikan yang sudah menetas itu tumbuh subur dan tidak banyak yang mati. Salah satu cara yakni memberi makanan secara khusus untuk anak-anak lele yang masih kecil-kecil itu. Untuk itu, dapat diberikan kutu-kutu ikan berupa binatang-binatang renik seperti disebutkan di atas. Binatang renik itu dapat diperoleh dari kolam-kolam lain yang subur, atau dapat secara sengaja dibiakkan di dalam bak-bak kultur tersendiri. Secara alamiah, induk betina ikan lele masih menunggui anaknya sampai anaknya berumur 12 - 14 hari (sampai anak-anaknya itu cukup kuat berenang keluar dari satangnya). Musuh lain dari ikan-ikan kecil ini di luar sarangnya yaitu ikan lele yang sudah besar yang dapat memakannya setiap saat. Dalam usaha pembenihan ini, sebelum anak-anak lele itu keluar dari sarangnya, sebaiknya dipindahkan ke bak atau kolam lain di mana keadaannya lebih aman bagi anakanak ikan itu. Pemanenan dilakukan dengan membuka lubang pengeluaran air, menadah dengan tangguk, sehingga anak- anak lele itu terkumpul. Selanjutnya anak-anak lele itu dipelihara di dalam happa (jaring yang dibentuk empat persegi terbuat dari kain nilon atau kain kelambu). Happa dipasang pada suatu kolam atau bak yang berair jernih. Memelihara benih lele di dalam happa ini lamanya dapat sampai 3 minggu. Selama itu, kesegaran air harus diperhatikan. Selama dalam ipukan di dalam happa itu, makanan hams diberikan secukupnya setiap hari. Makanan anak lele itu dapat berupa makanan alami yang diambilkan dari kolam lain

atau diberi makanan buatan yang berupa serbuk atau remasan kuning telur ayam atau kuning telur itik. Telur ayam/itik direbus, diambil kuning telurnya saja. Kuning telur itu dihancurkan (diremas), jadi idak perlu dibuat larutan atau sus'pensi seperti susu. pabila remasan kuning telur ditaburkan, segera anak- anak le itu bergerombol menggit-gigit telur itu. Banyaknya telur cukup sebutir sehari untuk 500 ekor yak dan diberikan tiga kali sehari. Perhitungan banyaknya telur yang diberikan ini sebagai berikut : 1000 ekor benih, beratnya : 1000 x 0,5 gram = 500 gram; makanan (telur) yang diberikan : 10% berat ikan/ hari = 50 gram. Berat kuning telur ayam = 25 gram/butir. Jadi, untuk 1000 ekor benih diperlukan 2 butir kuning telur per hari. Makanan berupa kuning telur ayam/itik ini baik sekali untuk benih lele sampai umur seminggu. Sesudah itu dapat diberikan makanan lain yang lebih murah tetapi mutunya cukup baik. Bahan untuk makanan tambahan itu misalnya cacahan daging bekicot, dicampur katul, bungkil kacang, bungkil kelapa, tepung ikan, dan sebagainya. Kadar protein makanan tambahan untuk lele dianjurkan tidak kurang 25 %. Pertumbuhan ikan lele, termasuk juga benihnya, bergantung pada mutu danjumlah makanannya setiap hari. Wajar bila ikan-ikan yang dipelihara di dalam suatu ternpat pertumbuhannya ternyata tidak selalu sama. Ada yang cepat, ada yang tertinggal. Gejala ini disebabkan adanya persaingan di dalam memperoleh makanan. Apabila makanan tidak cukup, ikan-ikan bersamg mernperebutkan makanan. Yang menang akan cepat besar, sedangkan yang kalah, makin lama akan makm terdesak, bahkan dapat mati karena selalu tidak kebagian makanan Maka dari itu petani ikan hams sering-senng memeriksa ikanikannya apakah terjadi pertumbuhan yang tidak seragam. Jika terjadi demikian, berarti makanan kurang maka perlu ditambah atau mutunya diperbaiki. Pemeliharaan di dalam kolam pendederan lamanya 2 bulan. Setelah umur 2 bulan itu, dihasilkan benih lele berukuran 5 - 10 cm. Benih ukuran itu sudah dapat diperdagangkan. Selanjutnya dibesarkan di kolam atau sawah.

IV. TEKNIK PEMBESARAN

Ukuran ikan lele untuk dikonsumsi umumnya 200 - 300 gram. Ukuran itu dapat dicapai dalam waktu 4 - 6 bulan apabila persyaratan hidup dipenuhi, yaitu makanan bermutu baik dan cukup jumlahnya, kondisi air jernih dan tidak ada gangguan hama dan penyakit. Di Indonesia, pemeliharaan pembesaran ikan lele biasanya dilakukan sebagai usaha/kegiatan sambilan. Tempat pemeliharaan menurut adanya air, misalnya kolam-kolam pecomberan yang sempit. Dalam kondisi yang demikian, ikan Lele memang dapat hidup, tetapi pertumbuhannya kurang baik. Makanan yang diberikan biasanya seadanya. Karena itu data tentang pertumbuhan ikan lele yang dipelihara oleh petani di Kabupaten Blitar misalnya, dalam 1 tahun ikan lele baru mencapai ukuran 100-150 gram. Karena itu seyogyanyalah teknik pembesaran ikan lele diperbaiki, agar produksi dapat meningkat. A. Pembesaran Lele di Kolam Kolam untuk membesarkan ikan lele hendaknya tidak mudah mengalami kebocoran, karena lele mudah meloloskan diri dari lubang-lubang yang mungkin ada.

Kedalaman air seyogyanya antara 0,5 meter sampai 1 meter. Permukaan air 25 cm dari bibir kolam, supaya lele tidak mudah meloncat keluar. Tanggul harus tegak lurus. Untuk pengamanan, disarankan juga untuk memasang pagar dari bahan yang licin, seperti plastik gelombang, yang dipasang tegak di tepian kolam. Kolam pembesaran lele dapat berupa kolam tanah ataupun kolam dari beton/semens Ukuran kolam tidak tertentu. Namun perlu dikemukakan bahwa kolam yang sempit lebih mudah untuk mengawasinya daripada kolam yang besarkan lele dapat dipehhara dalam kepadatan tinggi karena oksigen bisa diambilnya dan udara. Menurut data yang dikemukakan oleh Huet (1975) pw duksi pembesaran ikan lele di Thailand/lapat mencapal 1000 kg (1 ton) per are (1 are = 100 m 2) makanan yang di berikan berkadar protein 25 % dan faktor konversinya 6. Hal ini dapat tercapai karena kolam yang terkontrol terhadap hama dan penyakit. Kolam dibuat dan beton. Airnya bersih, bebas dari pencemaran, sering-sering air dapat berganti walaupun tidak terlalu deras. Di Indonesia, kolam untuk pembesaran lele, apabila digunakan kolam yang dasarnya tanah, memungkinkan untuk dipupuk supaya makanan alami di dalam kolam menjadi banyak. Adapun persyaratan kolam dan airnya dapat dirinci sebagai berikut :

Air tergenang atau setengah tergenang dengan kecepatan aliran sampai 10 liter per menit Apabila air terlalu aLs mungkin kurang cocok untuk lele, karena ikan lele memang sifatnya tidak cocok untuk hidup di air deras. , .

Kolam dapat dari tanah atau dan semen. Air selalu diganti, walaupun tidak perlu terlalu sering Maksudnya agar kotorankotoran yang terkumpul , baik dari ikan itu sendiri maupun hasil pembusukan sisasisa makanan tidak tertumpuk. Air yang mengandung bahan-bahan pengotor, baik yang terlarut maupun yang mengendap, seperti amonia, misalnya, mempunyai sifat menghambat pertumbuhan ikan (growth inhabiting actor). Jadi air harus segar dan bersih agar pertumbuhan ikan lebih cepat.

Untuk menjaga masuknya hama dan penyakit ikan, perlu dipasang saringan.

Kolam-kolam yang memperoleh air yang kurang baik dan tidak dapat dikendalikan, bukan berarti tidak dapat dipakai untuk memelihara lele. Karena lele daya tahannya relatif tinggi terhadap kondisi air yang jelek. Lele dapat hidup di kolam comberan yang sempit sekalipun. Tentu saja, produksinya tidak dapat dicapai setinggi kolam yang kondisinya serba baik. Naawn demikian, memelihara lele di kolam-kolam pekarangan dan comberan, dapat dianjurkan, sekedar untuk konsumsi keluarga.

B. Pemeliharaan Ikan Lele di Sawah Sawah merupakan tempat yang baik dan potensial untuk pemeliharaan ikan. Namun berhubung obat-obatan pemberantas hama padi (pestisida) banyak dipergunakan disawah, maka pemeliharaan ikan menjadi terhambat pengembangannya. Pemeliharaan ikan sampai saat ini masih dapat dilakukan apabila periode penyemprotan diatur. Misalnya dengan memindahkan ikan pada tempat tertentu selama satu minggu sesudah penyemprotan. Adapun pengamanan itu, ialah : 1. Jika padi akan disemprot, ikan yang ada di petakan sa wah digiring ke dalam "kolam kantong" yang sudah disiapkan. Dan untuk sementara dijaga agar air irigasi yang kena obat itu tidak masuk ke dalam kolam. 2. Sebaiknya untuk memberantas hama padi dipakai obat- obatan yang sekecil mungkin bahayanya bagi ikan maupun organisme-organisme air lainnya. Jenis obatobatan yang tidak berbahaya itu, sudah ditentukan oleh Pemerintah (D'epartemen Pertanian). Pemakaian obat-obatan hendaknya dilakukan seperlunya saja. 3. Sebaiknya dipilih bbat yang cukup diberikan 1 kali saja dalam suatu masa tanam. Agar pemeliharaan ikan tidak terlalu tergangggu. Sawah merupakan lingkungan hidup yang baik untuk ikan pada umumnya. Makanan alami cukup berlimpah di dalam lumpur dan air sawah. Namun untuk pemeliharaan ikan lele, sebenarnya lebih besar risiko hilangnya ikan, karena lele suka pindah dari satu petak ke petak lain melalui pematang. Sawah untuk pemeliharaan ikan lele hendaknya dibuat caren-caren keliling dan diagonal selebar 0,5 sampal 1 meter dengan kedalaman 1 meter. Sekeliling pematang harus dipasang pagar tegak dan waring (jaring kuralon) agar ikan lele tidak mudah lolos, memanjat pematang. Saluran pemasukan dan pengeuaran air mga harus diberi saringan penutup untuk menghalangi ikan lele keluar dari situ. Pendeknya harus diadakan usaha pengamanan yang lebih ketat daripadajika akan memelihara ikan ienis lain. Caren-caren yang dalam perlu untuk tempat berlindungnya ikan lele, agar aman dan tenang, sehingga diharapkan lele tidak ingin berpindah ke tempat lain. Segi positif yang dapat dikemukakan apabila ikan lele dipelihara di sawah ialah bahwa lele suka sekali memakan serangga-serangga di antara rumpun padi, sehingga padipun lebih terpelihara. Walaupun besar resikonya, namun kenyataan menunjukkan bahwa ada petani berhasil dalam pemeliharaan lele di sawah. C. Pemeliharaan Lele dalam Pecomberan Comberan ialah air kotoran atau limbah, khususnya limbah rumah tangga, yang tidak tersalur dengan baik sehingga akan menimbulkan masalah pengotoran yang dapat menjadi

sumber penyakit karena lingkungan meniadi lembap bahkan becek. Jika air comberan ditampung di dalam kolam atau bak khusus, maka dapat juga dipakai untuk memelihara ikan lele Tetapi dengan syarat kolam comberan itu tidak mengandung larutan air sabun ataupun deterjen. Di kampung-kampung yang jauh dari kota, agaknya orang tidak terlalu banyak mempergunakan sabun dan deterjen sehari-harinya. Maka kolam comberan yang dibuat di belakang atau samping rumah dapat dipakai untuk memelihara berbagai jenis ikan. Ikan yang dipelihara di pecomberan gemuk-gemuk karena limbah yang ditampung jus mengandung sisa-sisa nasi, lauk-pauk yang tidak termakan. Bahkan kotoran manusia (tinja) juga terbuang ke dalam kolam tersebut sehingga juga dimakan oleh ikan yang dipelihara. Ikan lele justru lebih cocok dipelihara di dalam pecomberan yang kotor tetapi tidak mengandung sabun, dibanding dengan jenis ikan lain. Karena ikan lele tahan hidup dalam keadaan air tergenang. Ikan lele dapat menyembul ke permukaan air untuk mengambil napas dari udara. Lagipula ikan lele tahan terhadap keadaan air yang agak busuk sekali pun. Sejak dahulu, penduduk di perkampungan sekitar kota Jakarta, banyak yang memelihara lele di pecomberan. Tetapi dewasa ini sudah sedikit kita temukan orang memanfaatkan pecomberan karena sekarang banyak dipakal deterjen atau sabun coiek yang sangat keras sehingga lele tidak mungkin hidup di tempat pecomberan yang menampung limbahnya. Beberapa tahun terakhir ini, seorang penduduk di desa Siwarak, Ungaran-Jawa Tengah, Bapak Mulyono Blanten, telah membuat kolam comberan khusus untuk memelihara ikan lele di pekarangan rumahnya. Usaha itu telah berlanjut menjadi usaha rumah tangga yang cukup lumayan hasilnya. 1. Konstruksi kolam/bak Untuk menampung air limbah rumah tangga, dibuat kolam dengan menggali tanah sedalam 75 cm - 80 cm, lebar 2 m, panjang 4 m. Dapat juga ukurannya diperkecil menjadi panjang 1,5 m, lebar 1 m, dan dalam 75 cm. Kolam itu dasar dan dindingnya disemen (ditembok) supaya tidak bocor. Tinggi tembokan dindmg tegaknya dilebihi sampai 25 cm di atas permukaan tanah. Bibir tembokan itu dibuat sedikit menjorok ke dalam supaya lele sukar melompatinya. Pada salah satu dinding sisi dipasang pipa sebagai lubang pelimpasan air, jika terjadi hujan lebat, agar bak tidak terlalu penuh dan luber (Gambar 13). Lele suka bersembunyi di tempat gelap dan teduh maka di dasar bak dipasang batu-batu atau genting tersusun sedemikian rupa sehingga lele dapat bersembunyi di bawah/di selaselanya.

Di sekitar kolam ditanami tanaman sebagai peneduh, misalnya keladi dan singkong yang daun dan umbinya bermanfaat. Untuk sementara dapat juga sebagian bak ditutup dengan meletakkan anyaman bambu di atasnya Supaya air tidak mudah limpas, maka pengisian bak sebaiknya hanya sedalam 50 cm saja, lagipula supaya

Gambar 13.kolam pecomberan di pekarangan rumah

Lele tidak mudah melompat keluar. Bak/kolam semen yang baru saja dibuat dinetralkan dulu dengan merendam sabut kelapa secukupnya selama 2 - 3 hari, seperti telah diuraikan pada bab di muka.

2. Penebaran benih Benih lele yang mulai dipelihara sebaiknya berukuran 3 - 5 cm. Kepadatannya 400 ekor pada kolam 8 m2 (50 ekor/m2). 3. Pengelolaan Masa pemeUharaan di kolam comberan adalah 6 bulan. Ke dalam kolam tersebut dimasukkan air limbah dan dapur berikut sisa-sisa makanan. Kolam comberan Pak Mulyono di Ungaran ini juga diisi dengan kotoran manusia yang juga akan dimakan oleh lele. Dapat juga diben pakan berupa daging bekicot yang dicacah, bungkil kelapa, bungkil kacang, ampas tahu, dan sebagainya yang sekiranya mudah didapat dan harganya tidak mahal. Setelah dipelihara selama 2 bulan, benih lele akan menjadi 10 cm panjangnya, diadakan penjarangan. Diambil 60 % dari jumlah lele yang ada di situ, dan lele itu dapat dikonsumsi sendiri sebagai panen yang pertama. Dua bulan kemudian, jadi sudah 4 bulan pemeliharaan, lele tumbuh menjadi 15 cm panjangnya. Pada saat diadakan penjarangan lagi, dengan mengambil 60 % lagi dari yang

ada, kira-kira sejumlah 90 ekor yang dapat dikonsumsi sebagai lauk yang merupakan panen kedua. Sisanya masih ada 70 ekor, dipelihara lebih lanjut selama 2 bulan lagi. Ketika dipanen yang terakhir itu besarnya mencapai ukuran 4 - 5 ekor/kg. Maka panen akhir itu dapat diperoleh ikan lele sebanyak 15 kg dengan ukuran yang cocok untuk konsumsi di restoran. Sehingga panen akhir itu pun dapat dijual ke restoran dengan harga yang amat baik. Ada segi yang perlu mendapat perhatian bagi penyelenggara pembesaran di pecomberan. Mengingat kotornya air, apalagi jika diberi makan tinja, ada kekhawatiran lele itu dikotori oleh bakteri yang mungkin pathogen bagi manusia! Berhubung dengan itu, sebelum lele dimasak, harus diberok selama 2 - 3 hari. Cara memberok ialah ditaruh di dalam keranjang, lalu direndam di dalam bakteri-bakteri tercuci dari badan lele. 4. Pemupukan Apabila pemeliharaan ikan lele di sawah atau kolam yang dasarnya tanah, maka pemupukan khusus ditujukan untuk memperbanyak jenis makanan alami yang disukai oleh ikan lele itu. Telah dikemukakan dalam bab terdahulu bahwa makanan alami ikan lele adalah orga- nisme hewani, baik yang hidup di dasar perairan maupun yang melayang-layang di air. Pupuk yang baik untuk memperbanyak organisme hewani itu ialah pupuk organik. Jenis-jenis pupuk organik itu ialah : Berbagai jenis daun-daunan (pupuk hijau). Daun-daun tumbuhan yang tidak terpakai, seperti tanam- tanaman pagar, misalnya daun kipait, daun kembang sepatu, daun keji beling, dan sebagainya, bahkan rumput-rumputan dan jerami dapat dijadikan pupuk untuk kolam lele. Sampah dapur dan sampah pasar yang berupa bahan-bahan yang mudah busuk dapat dipakai sebagai pupuk, tetapi harus dipisahkan dari bahan yang tidak dapat membusuk seperti plastik dan bahan-bahan kaleng dan kaca/gelas. Pupuk kandang yang terdiri atas kotoran berbagai jenis hewan, baik sekali untuk pupuk kolam. Kompos, hasil pembusukan dan fermentasi bahan- bahan organik ini terkenal bagus untuk pupuk yang dapat memperbanyak organisme hewani di kolam. Cara pemupukan : Cara pemakaian pupuk organik di kolam ialah : 1. Diaduk dan dibenamkan di dalam lumpur dasar kolam secara merata. air yang mengalir, agar kotoran-kotoran dan

2. Dionggokkan di sudut-sudut kolam di dekat tempat pemasukan air. Pupuk itu dimasukkan ke dalam keranjang yang tidak terlalu kedap lubang-lubangnya. Keranjang berisi pupuk itu direndam dengan pancang yang ditancapkan di kolam agar tetap di tempatnya. Atau dibuat bilah-bilah bambu atau kayu agar pupuk itu tidak berserakan. Pupuk organik itu akan membusuk sedikit demi sedikit. Dalam prose pembusukan itu akan dihasilkan unsur-unsur hara di dalam air. Unsur hara ini terutama akan menyuburkan pertumbuhan plankton nabati. Plankton nabati adalah makanan dari zooplankton (jasad renik hewani) dan larva serangga serta cacing-cacing. Zooplankton dan cacing-cacing adalah makanan ikan lele. Zooplankton dan larva serangga serta cacing-cacing dapat juga secara langsung memakan bahan organik yang membusuk. Bau pupuk yang membusuk di dalam kolam dapat menarik serangga-serangga untuk bertelur. Pupuk organik untuk kolam ikan lele dapat digunakan dalam dosis tinggi, yaitu 10 ton per ha per tahun Pemupukan dapat dilakukan 2 x per tahun, masing- masing sebanyak 5 ton per ha. Pemupukan sebaiknya diatur bertahap. Pemupukan pertama ialah pada waktu persiapan kolam atau sebelum ikan ditebarkan. Dosis pemupukan pertama 3 ton per ha, atau 30 kg per are (1 are = 100 m 2). Sisanya, sebanyak 2 ton dipakai sebagai pupuk susulan; atau sebulan sekali kolam diberi pupuk lagi sebagai tambahan, masing-masing 10 % dari dosis, yakni 0,5 ton per ha atau 50 kg per are. Dalam jangka waktu pemeliharaan 5 bulan dilakukan 4 kali pemupukan susulan masing-masing berselang 1 bulan. Pengaturan pemberian pupuk demikian itu didasarkan atas perhitungan bahwa pupuk kandang akan membusuk perlahan-lahan, dan dalam 1 bulan sudah mulai habis. Tetapi jika ditambah dengan pemupukan susulan kesuburan kolam akan tetap dapat dipertahankan. Mengenai pupuk buatan seperti UREA, TSP, DS, tidak dianjurkan untuk kolam ikan lele karena pupuk buatan itu tidak secara langsung menumbuhkan organisma pakan lele melainkan memperbanyak fitoplankton saja. Pada umumnya pupuk kalsium atau kapur kerapkali dipergunakan untuk kolam ikan. Dengan pengapuran, kolam dapat dipertahankan supaya keadaan pH stabil. Penggunaan kapur untuk kolam lele terutama ditujukan untuk pemberantasan penyakit, karena kapur hanya berguna untuk memperbaiki asimilasi fosfat dan nitrat (unsur-unsur hara yang penting dalam pertumbuhan fitoplankton). Sedangkan fitoplankton kurang diperlukan pada pemeliharaan ikan lele. Bahkan harus diketahui bahwa penggunaan kapur dapat membunuh organisme hewani seperti cacing-cacing dan larva insekta. Penggunaan kapur pada kolam ikan lele harus dilakukan agak lama sebelum kolam dipakai untuk pemeliharaan lele.

Setelah penebaran kapur berlangsung semmggu, hama/penyakit sudah terbasmi, barulah kolam dusi air m untuk menumbuhkan jasad renik, lalu menyusul penebaran benih lele. 5. Mortalitas Apabila kondisi air dan makanan yang diberikan serba cukup, kematian (mortalitas) ikan lele sangat kecil. Dalam usaha pembesaran, yang lamanya 6 bulan bahkan ada yang sampai 1 tahun, tidak jarang 90 % ikan lele yang dipelihara dapat dipanen kembali. Secara alamiah daya tahan ikan lele terhadap kondisi lingkungan yang buruk relatif tinggi. Apabila dikelola dengan baik ikan lele relatif tahan terhadap penyakit. Dapatlah dikatakan bahwa apabila rangkaian kegiatan pengelolaan kolam, yakm pergantian air seminggu sekali, makanan tambahan per hari 3 5 % dari berat badan, mutu makanan tambahan balk (20 25 % protein), pengontrolan terhadap hama dan penyakit secara preventif, semuanya dijalankan dengantekun, maka mortalitas pada ikan lele tidak perlu dikhawatirkan. Hal ini sesungguhnyajuga berlaku pada pemehharaansemuajenis ikan. 6. Kepadatan Dalam usaha budidaya yang intensif, dalam suatu unit areal kolam diusahakan agar dapat dipelmara ikan sebanyak mungkin. Untuk ikan lele, kepadatan penebaran dapat lebih tinggi daripada untuk ikan lam dalam kondisi air yang sama. Maksudnya, suatu kolam di mana keadaan air tergenang atau sedikit aliran air (stagnant dan/atau semistagnant). Jika untuk memelihara ikan tawes atau karper, hanya mampu mencapai kepadatan 3 ekor/m 2 Sedangkan untuk memelihara ikan lele dapat mencapai kepadatan 5 sampai 50 ekor per m menurut besarnya lele yang dipelihara. 7. Produksi kolam pembesaran lele Dari 100 m2 kolam yang ditebari ikan lele sebanyak 1000 ekor, lama pemeliharaan setahun dihasilkan 80 % x 1000 = 800 ekor yang beratnya 150 gram/ekor. Sehmgga hasilnya : 120 kg/100 m2 (are) Produksi persatuan areal itu cukup luas, sehingga sulit atau tidak cocok jika diperhitungkan dalam areal hektaran. Di Thailand, di sekitar kota Bangkok, terdapat cukup banyak perkolaman pemeliharaan ikan lele. Jemsnya sama seperti yang dipelihara di Indonesia, yakin Glorias batrachus. Jadi bukan lele bangkok yang nama ilmiahnya Pangasius sutchif Suatu kolam yang luasnya 20 x 20 m2 dan kedalamannya 2,5 m di Bangkok itu dipakai untuk memelihara ikan lele dengan kepadatan 40 - 50 ekor/m 2. Benih ikan yang ditebarkan mula-mula sebanyak 48.000 ekor benih gelondongan ukuran 6 cm (80 ekor/kg). Jadi pada kolam 400 m 2 tersebut ditebari benih sebanyak 600 kg. Setelah masa pemeliharaan 5 bulan, dapat dipanen berupa ikan konsumsi yang besarnya 200 gram per ekor, panjangnya 25 cm. Hasil yang diperoleh sebanyak 4.300 kg. Dengan demikian ada satu kemungkinan bahwa ikan lele dapat mencapai produksi

107.500 kg/ha/musim (5 bulan). Jika dapat memelihara 2 x masa tanam per tahun, maka dapat diperhitungkan jumlah produksi 215.000 kg/ha/tahun. Penting untuk diketahui bahwa di Bangkok itu ransum yang diberikan kepada ikan lele terdiri atas 90 % daging ikan sisa-sisa (trash fish) yang dicacah dan 10 % beras pecah. Ransum itu diberikan kepada ikan lele sebanyak 5 % berat badan ikan per hari. Konversi makanan ersebut 6 : 1, berarti 6 kg makanan menjadi 1 kg dagingkan. Mengenai jenis dan mutu ransum untuk ikan lele di Indonesia masih perlu ditingkatkan. Para petani di Blitar, misalnya, mempergunakan daging keong racun (bekicot) yang dicacah, dicampur dengan dedak. Tetapi perbandingannya tidak tertentu. Maka hasil pertumbuhan ikan lelenya tidak begitu pesat. Dalam satu tahun kan lele itu baru mencapai berat 100 gram saja. Berbeda dengan ikan karper yang sudah diusahakan secara besar-besaran, di Indonesia saat ini pemeliharaan ikan lele masih dalam tahap kecil-kecilan saja. Beberapa faktor penghambatnya ialah penyediaan benih terbatas dan perkembangan harga yang belum setinggi ikan karper, pertumbuhannya lambat, dan sebagai ikan yang karnivora, memerlukan makanan tambahan yang banyak mengandung protein hewani supaya dapat berkembang menjadi industri. 8. Penyakit dan Pemberantasannya Sebagaimana halnya ikan-ikan lain, ikan lele juga dapat terserang berbagai penyakit. Berbagaijenis penyebab penyakit ikan seperti bakteri, virus, Lernaea, cacing Dactylogyrus,dsin sebagainya telah tersebar luas dan diduga selalu dan pasti ada di semua perairan. Oleh karena itu penularan cepat terjadi. Penyakit ini dapat dihindarkan apabila kondisi tubuh ikan itu selalu baik, sehingga daya tahan terhadap penyakit menjadi tinggi. Berbagai jenis obat pencegah, perlu diberikan pada waktu ikan-ikan diangkat dari kolam, sehabis diangkut dari atau ke daerah lain, atau sewaktu ikan dipindahkan dari kolam ke kolam lain. Namun demikian sesudah ikan dipindahkan dari kolam ke kolam lain, kemungkinan untuk terkena penyakit juga tetap saja ada. Maka cara yang dapat dianjurkan untuk menghindarkan penyakit ialah memelihara ikan-ikan sebaik mungkin, menciptakan kesegaran air, dan memberi makanan yang cukup. Sejak beberapa tahun terakhir ini kerapkali ikan-ikan di negara kita terserang penyakit yang menimbulkan banyak kerugian. Ikan-ikan yang mati dapat mencapai berton-ton jumlahnya. Dapatkah ikan yang terkena penyakit itu dimanfaatkan ? Dapat ! Di Thailand pernah terjadi wabah besar yang menyebabkan banyak kematian ikan lele dan ikan mas yang dibudidayakan secara besar-besaran di sana. Maka bangkai ikan yang baru aja mati (belum busuk) dibuat tepung ikan. Di Thailand juga dibuktikan bahwa ikan

yang terkena penyakit bakterial dapat dimakan orang jika tebih dahulu direbus hanya dalam waktu 5 menit saja, tidak berbahaya bagi manusia yang memakannya. Lebih-lebih jika digoreng di dalam minyak yang begitu panas, tentu lebih aman lagi. Jadi memakan ikan me mang seharusnya dimasak sampai benar-benar masak, angan hanya masak di luarnya saja ! Adapun jenis-jenis penyakit yang diketahui menyerang ikan lele ialah : 8.1 Penyakit bintik putih Penyakit ini disebabkan oleh protozoa (binatang bersel satu) Ichthyophthirius multifiliis. Gejala yang timbul berupa bintik-bintik putih pada permukaan kulit dan juga insang ikan. Pada ikan yang kena penyakit cukup parah, kulit ikan dan irisangnya segera rusak dan tidak berapa lama akan mati. Penyakit ini banyak timbul pada kolam yang airnya tidak berganti (air tergenang). Pada air yang mengalir, penyakit inijarang terjadi. Pencegahan Untuk mencegah agar tidak berjangkit penyakit bintik putih, air kolam harus sering diganti atau dialir air baru yang segar dan jernih Pengobatan Apabila ikan sudah telanjur terserang penyakit ini biasanya sulit disembuhkan. Usaha yang perlu didahulukan ialah bagaimana supaya penyakit ini tidak makin meluas dan menyerang ikan-ikan yang lain. Pencegahan ini dilakukan dengan cara membuang air kolam. Harus dijaga agar air buangan ini tidak menularkan kepada ikan di kolam-kolam lain. Kemudian kolam dibiarkan kering selama kolam dapat dipakai lagi dengan aman. Beberapa obat yang dapat dipakai untuk mengobati penyakit bintik putih ialah : Malachyte green. 1 gram (berupa serbuk) untuk air kolam 10 m 2, pengobatan diulang setiap 2 hari, dalam 10 hari, ikan akan sembuh. Dalam pengobatan cara ini, apalagi yang dilakukan cukup lama, kolam harus diaerasi dan ikan diberi makanan yang cukup baik. Formalin. Ikan yang sakit dimandikan setiap hari dengan cara merendam dalam larutan formalin 30 % (dalam dosis 1 : 4000), lamanya perendaman 1 jam. Garam dapur. Larutan garam dapur sebanyak 30 mg per liter dengan waktu perendaman 1 menit dan dilakukan setiap hari, selama 3 - 5 hari berturut-turut. Cara ini juga dapat menyembuhkan penyakit bintik putih. 2 - 3 hari, lalu diadakan pengapuran dengan kapur yang panas (CaCO3). Dosisnya 10 kg per 100 m2. Setelah dibiarkan 3 hari,

8.2 Penyakit bakterial Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas dan Pseudomonas telah banyak dijumpai menyerang ikan lele dan menimbulkan kematian massal pada lele di negeri kita. Wabah ini telah terjadi di akhir tahun 1981, menyerang ikan lele yang dipelihara di kolam maupun yang hidup di perairan umum (danau, sungai, waduk). Penyakit ini menimbulkan kerusakan pada organ dalam (hati, limpa), daging, dan menimbulkan gejala bisul-bisul yang menyebabkan borok-borok. Jadi, akibatnya memang sangat parah dan sukar diobati. Pencegahan Pada umumnya bibit penyakit, apalagi berupa bakteri yang sangat kecil dan sudah tersebar di semua perairan, sukar sekali diberantas sampai tuntas. Karena air merupakan media penular yang membawa bibit-bibit penyakit secara luas. Maka cara pencegahanlah yang harus dipahami benar-benar oleh petani ikan. Harus dimengerti bahwa ikan akan terhindar dari timbulnya wabah penyakit apabila ikan Selalu dalam kondisi yang baik. Kondisi baik artinya makanan cukup, keadaan ingkungan baik, bersih dari segala macam pencemaran, agar ikan-ikan berdaya tahan tinggi untuk membentuk kekebalan alamiah terhadap berbagai penyakit. Tindakan untuk menciptakan kekebalan alamiah itu, tercakup di dalam kegiatan pengelolaan perkolaman dan pemeliharaan ikan.

Pengobatan Untuk ikan yang telanjur sakit, apabila belum begitu parah, dapat diobati dengan beberapa obat, antara lain antibiotika. Antibiotika Obat-obat antibiotika seperti Kemicitin, Tetrasklin, Streptomisin yang berupa serbuk, dicampurkan ke dalam makanan ikan. Dosisnya harus diperhitungkan agar setiap 100 gram berat ikan, dapat .memakan 1 mg antibiotika itu per hari. Lama pemberian obat ini 2 - 3 minggu. Perlu diketahui bahwa apabila piemakaian antibiotika tidak sesuai dengan dosis yang telah ditetapkan, atau perhitungannya kurang cermat, maka lama-keamaan bakteri akan kebal terhadap obat itu. Akibatnya, obat tersebut tidak mempan lagi untuk memberantas jenis bakteri tertentu. Antibiotika juga dapat diberikan dengan disuntikkan. Dosisnya, larutan chloramphenicol (kemicitin) 1 : 1,5, sebanyak 1 - 2 ml disuntikkan ke dalam rongga perut (intra abdomincal

cavity) untuk setiap berat badan ikan 200 gram. Penyuntikan perlu diulang setiap 2 - 3 hari sampai jangka waktu 2 minggu. Kalau cara ini berhasil, biasanya dapat terlihat gejala penyebuhan dari hari ke hari. 8.3 Penyakit oleh jamur Ada jamur yang tumbuh di dalam lingkungan air seperti Saprolegnia dan Achlya. Jamur ini tumbuh pada ikan-ikan yang sebelumnya memang sudah menderita luka-luka, lemah, sakit, atau pada ikan yang sudah mati. Jamur juga menyerang telur ikan yang gagal menetas, dan kemudian menulari telur-telur lain yang sehat. Jamur terdapat di setiap jenis perairan air tawa terutama yang mengandung banyak bahan organik. Jamur itu hidup sebagai saprofit pada jaringan tubuh bukan merupakan penyakit sejati, karena jamur tidak dapat menyerang ikan yang betul-betui sehat. Melainkan menyerang ikan yang luka-luka atau sudah lemah. Jamur, khususnya Saprolegnia, dapat menyerang semua jenis ikan di segala macam lingkungan. Tanda adanya jamur ini terlihat sebagai serabutputih seperti kapas yang tumbuh pada bagian tubuh ikan yang teruka. Ikan yang diperlakukan kurang cermat waktu penangkapan, dan pengangkutan, sering menderita luka-l uka yang kemudian terserang jamur. Pencegahan Ikan jangan sampai terluka, dengan cara penangan an yang cermat, tidak menempatkan ikan dalam tempat yang sempit sehingga berdesakan. Pengobatan Penyakit ikan yang disebabkan oleh jamur dapa diobati dengan tiga cara, yaitu direndam larutan kalium permanganat, larutan garam dapur, dan larutan malachyte green. Ikan direndam dalam larutan Kalium permanganat 1 gram per 100 liter, selama 60 - 90 menit. Ikan direndam dalam larutan garam dapur (10 gram per liter) selama 1 menit. Kerap kali para ahli menganjurkan untuk mengobati penyakit jamur dengan larutan malachyte green. Serbuk malachyte green dilarutkan dalam air sebagai larutan buku (1 mg serbuk dilarutkan dalam 450 ml air). Untuk merendam ikan, 1 - 2 ml larutan baku itu dilarutkan (diencerkan) dalam 1 liter air, untuk dipakai merendam ikan selama 1 jam. Pada penetasan telur ikan, juga sangat perlu untuk dibiasakan mengobati dengan cara merendam telur ikan di dalam malachyte green. Dosisnya 1 gram per 200 liter air, lamanya perendaman sampai 1 jam. Pencegahan jamur pada telur ikan ini sangat perlu apabila telur ikan ditetaskan di dalam corong-corong penetas pada pembenihan ikan secara buatan.

8.4 Penyakit lain Berbagai jenis penyakit yang menyerang ikan, selalu ada kemungkinan juga menyerang ikan lele. Tetapi sampai saat ini belum ada data yang pasti mengenai jenis-jenis penyakit lainnya. Penyakit Lernaea pernah dijumpai menginfeksi ikan lele tetapi tampaknya tidak mematikan. Memang jenis-jenis ikan mempunyai kekebalan yang berbeda terhadap berbagai penyakit. Sesuatu parasit dapat menghinggapi seekor ikan, tetap ikannya tidak menjadi sakit, melainkan menjadi penyebar atau penular bagi ikan-ikan jenis lain yang peka. 9. Hama Yang dimaksud dengan hama ialah binatang-binatang yang menyebabkan matinya atau hilangnya ikan karena dimakan atau dirusak tubuhnya. Hama ikan yang dimaksud adalah binatang-binatang yang agak besar ukurannya, jadi lain dengan parasit yang menyebabkan suatu gejala penyakit. Hama dibedakan dari parasit atau penyakit karena hama tidak menimbulkan imunitas pada ikan, sedangkan penyakit dan parasit menimbulkan daya tahan tersebut. Hama ikan itu antara lain : serangga yang menusuk dan mengisap ikan sampai mati. Misalnya, bebeyasan (bahasa Sunda), insekta genus Notonecta. Serangga ini datang ikan-ikan kecil mati menyerbu kolam pemeliharaan ikan dalam jumlah besar. Apabila kolam dipupuk dengan bahan organik biasanya dia datang berbondong-bondong. Terutama ditusuk dan diisap cairan tubuhnya oleh serangga ini. Serangga Notonecta ini kira-kira

ebesar butiran beras, karena itu oleh orang Sunda disebut bebeyasan (beyas = beras). la dapat terbang berpindah dari satu kolam ke kolam lain. Korban benih ikan yang disebabkan oleh hama ini dapat cukup besar. Cara pemberantasannya pun sulit karena serangga ini segera terbang meninggalkan kolam apabila kolam diberi obat yang dapat mematikannya. Petani mencari akal dengan menuangkan minyak tanah dan sedapat mungkin meratakan minyak itu di permukaan kolam, agar serangga yang muncul ke permukaan air, akan mengisap minyak tanah, lalu mati. Tentu saja minyak tanah tidak boleh terlalu banyak di tuangkan ke dalam kolam pemeliharaan ikan, karena akan meracuni ikan. Maka itu tidak dianjurkan. Pemakaian pestisida juga belum dapat dianjurkan, karena belum diteliti dan belum ditemukan jenis insektisida yang efektif terhadap pemberantasan serangga Notonecta ini. Walaupun demikian untuk ikan lele bahaya serangga ini tidak begitu besar, karena ikan lele yang masih kecil biasanya dipelihara di dalam kolam kecil yang mudah diawasi. Petani yang rajin, jika melihat di kolam ada Notonecta, akan segera membersihkan kolamnya dengan sebuah waring untuk menyerok serangga itu, lalu mematikannya. Jadi, secara mekanis saja. Untunglah untuk ikan yang sudah agak besar, Notonecta tidak begitu membahayakan.

Serangga lain yang sering menyerang ikan dengan menusuk dan mengigitnya sampai mati ialahjentik-jentik dari capung. Untunglah jentik capung ini tidak begitu banyak jumlahnya dan tidak pernah ada data penyerangan hebat dari capung ini. Hama lain yang harus diperhatikan ialah binatan mamalia (binatang menyusui) seperti linsang, kucing liar, musang air atau berang-berang. Binatang jenis ini secara periodik dapat menyerbu suatu kolam atau sawah di mana ikan dipelihara. Dapat datang sendirisendiri tetapi kadang datang berbondong-bondong. Binatang ini terjun ke air, mengejar dan menangkap ikan, dan memakannya sampai kenyang. Karena itu dapat menghabiskan seisi kolam dalam waktu 1 - 2 malam berturut-turut. Berang-berang itu pada siang hari berdiam di sarang- sarangnya di rimbunan tumbuhan di daratan di sekitar perkampungan atau tepi hutan. Pemberantasannya dengan menangkap habis (membasmi) binatang ini. Jadi seperti tikus hama padi, daya upaya orang untuk memberantasnya dengan berbagai akal dan cara. Kalau perlu ada juga dipergunakan racun. Kepekaan berang-berang terhadap racun juga seperti halnya tikus. Membersihkan semak-semak di sekitar perkampungan merupakan usaha agar berangberang tidak memperoleh lingkungan hidup yang baik. Ada orang yang mencoba menangkap berang-berang dengan memasang perangkap. Tetapi hasilnya tentu tidak dapat memberantasnya secara tuntas. Berbagai jenis binatang pemakan ikan merupakan hama yang cukup serius dan harus diperhatikan. Pada kolam pemeliharaan yang letaknya di pekarangan, burung mudah dihalau, sehingga tidak menimbulkan banyak kerugian. Tetapi untuk pemeliharaan di sawah, burung ini cukup merisaukan. Cara pemberantasan juga sulit; masalah burung pemakan padi. Binatang lain, seperti ular, ikan-ikan buas seperti ikar. gabus, belut dan bahkan katak, juga merupakan hama bagi ikan yang dipelihara termasuk ikan lele. Cara pemberantasan yang efektif dan tuntas juga belum di peroleh. Usaha sedapat mungkin iyalkah yaitu menangkap sewaktu terlihat didalam atau doi sekitar kolam. Terakhir yang dapat juga di sebut musuh peternak ikan iyalahpencuru (bukan hama) pencurian adalah pemhambat bagi setiap usaha. 10. Modernisasi budidaya ikan lele Usaha budidaya ikan lele belum di selenggarakan oleh secara moderent dan intensif cara pemijahan dan dan pembesaran masih secara kecil-kecillan dan hasilnya belum memuasakan. Halhal tersebut di bawah ini perlu terus menurus di tingkatkan yaitu : Percobaan pemijahan dan ransangan hormone. sama halnya dengan

Meneteskan telur yang dihasilkan di dalam corong penetesan agar terkontrol dengan dengan maksud menekan mortalitasnya sekecil mengkin. Mengadakan percobaan tentang sususnan makanan ikan lele agar perumbuhan cepat namun harga makanan harus memadai nilai produksinya. Mengadakan percobaan untuk menanggulangi penyakit dan hama. Di Filipina, di mana ikan lele juga digemari sejak tahun 1975, telah dilakukan percobaan injeksi hormon. Tetapi belum berhasil untuk memproduksi ikan lele dalam jumlah besar. Di Indonesia, apa yang sudah dilakukan oleh petani di Blitar, yang membuat kreasi berupa pembuatan kotak-kotak pemijahan bagi ikan lele, seperti yang disajikan dalam bab di muka merupakan langkah baik sekali. Karena dapat lebih menguasai teknik yang memudahka pengontrolan anak-anak lele yang baru menetas, untuk menekan mortalitasnya. Pertumbuhan ikan lele yang dipelihara oleh petani kita, sampai sekarang hasilnya masih belum memuaskan. Dalam waktu 1 tahun ikan lele yang dipelihara baru mencapai 100 - 150 gram. Sebagai bandingan, di Thailand ikan lelejenis yang sama dengan yang kita pelihara, yakni Clarias batrachus, dapat mencapai berat badan rata-rata 200 gram dalam waktu 4 bulan. Faktor penting dalam percepatan pertumbuhan ikan ialah mutu dan banyaknya makanan yang diberikan harus baik. Ini harus dapat diusahakan oleh para petani untuk memperbaikinya. Dapatlah dimaklumi bahwa setiap modernisasi hanyalah dapat dilakukan secara bertahap. Mulai sekarang, berhubung meningkatnya permintaan akan ikan lele untuk konsumsi kota (restoran), dibarengi dengan harganya yang meningkat, merupakan dorongan bagi para petani untuk mengadakan modernisasi dalam teknik budidaya ikan lele.

V. PRODUKSI DAN PENINGKATANNYA Produksi otal ikan lele di seluruh Indonesia pada waktu ini masih rendah. Sumber produksi ialah dari penangkapan di perairan umum (sungai, waduk, telaga, danau, danrawa) dan dari kolam pemeliharaan yang kecil-kecil dan tidak intensif, serta sawah. Adapun menurut Buku Statistik Perikanan 1979 (Direk torat Jenderal Perikanan) produksi ikan lele di Indonesia sebagai berikut :
Sumber produksi 1973 1974 1975 1976 1977 1978 1979

1. produksi (ton)
Kolam Sawah jumlah 425 82 507 283 99 382 319 106 425 186 49 235 191 125 316 298 101 399 310 109 419

2. nilai produksi (x Rp 1. 000.000.00 )


Kolam Sawah 85 3 43 4 83 16 58 9 59 27 88 28 164 44

jumlah

88

47

99

67

86

116

218

Di dalam buku ini staktistik itu tidak tercatat peoduksi ikanl ele dari perairan umum. memang tidak dapat disangkal bahwa penagkapan ikan lele masih banyak dilakukan di perairan umum. Hasilnya di komsumsi oleh keluarga nelayan dan masyarakat sendiri, sehingga sulit dicatat nilai produksinya. Dari produksi tahun 1997 sebanyak 419 ton bernilai Rp 218.000.000,00 berarti ratarata Rp. 520,28 per kg. Pada tahun 1978 produksi yang dicapai 399 ton dengan nilai Rp. 116.000.000,00, jadi rata-rata Rp. 290,72 per kg. sedangkan pada tahun 1977 produksi 316 ton dengan nilai Rp. 272,15 per kg. Ternyata harga ikan lele mengalami kenaikan nyata pada tahun 1979, sampai dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Harga yang meningkta ini disebabkan ikan lele pada dewasa ini telah diterima oleh masyarakat konsumen tingkat tinggi, bahkan menjadi hidangan yang istimewa direstoran besar. Sedangkan dahulunya ikan lele hanya menjadi hidangan rakyat kecil. Harga yang meningkat itu mendorong minat petani untuk memelihara ikan lele lebih intensif. Adapun peningkatan produksi iken lele dapat dilakukan dengan beberapa cara, yakni : Intensifikasi, yaitu dengan peningkatan teknis pemeliharaannya. Ekstensifikasi, memperluas daerah pemeliharaan, misalnya mempergunakan areal kolam, sawah, dan perairan umum untuk lebih banyak memelihara lele. Penggunaan perairan umum untuk memelihara ikan dengan system keramba (cage culture), jarring terapung (net culture), atau dengan penebaran benih kedalam perairan (stocking) dapat juga dilakukan. Namun upaya itu semua harus didahului dengan suatu penelitian agar upaya yang ditempuh benar-benar dapat meningkatkan produksi. Lebih penting lagi, keuntungan dapat diperoleh sebesar-besarnya. pada buku budidaya ikan lele cetakan ke-4 (1986) ini dapatlah penulis menyajikanperkembnagan produksi dan harga ikan lele dari tahun 1979 sampai 1984. Berikut ini adalah tabel mengenai perkembangan produksi tersebut.
Produksi dan harga ikan lele 1997 1984
Sumber produksi 1979 1980 1981 1982 1983 1984

1. produksi (ton)
Kolam sawah jumlah 310 109 419 357 315 672 537 290 827 610 251 861 414 178 592 559 133 692

2. nilai produksi (x Rp. 1.000. 000. 00)


Kolam sawah Jumlah Harga ratarata/kg 164 44 218 520,28 235 132 367 546,13 448 158 606 732,77 539 117 656 761,90 644 143 787 1,329,9 953 176 1.129 1.631,50

Sumber: stakstik perikananindonesia, dit. Jen. Perikanan 1984

Terlihatlah pada tabel tersebut bahwa perubahan produksi dari tahun ke tahun tidak pesat, bahkan tahun 1983 dan 1984 terjadi penurunan. Penulis tidak memperoleh informasi apa sebab penurunan produksi itu. Harga rata-rata per kg justru naik dengan meyakinkan sekali, bahkan berlipat sejak tahun 1983. Data resmi tahun 1985 dan 1986 belum diterbitkan, tetapi apabila kita melakukan survai sendiri di pasar, harga eceran ikan lele mencapai Rp 3.000,00 - Rp 4.000,00 per kg, itu pun kita sukar memperolehnya karena pasok kurang. Di restoran-restoran yang mencantumkan ikan lele dalam daftar makanan (menu) masakannya ternyata banyak/kerapkali tidak dapat menyediakannya apabila kita pesan. Dugaan besar bahwa penggemar menu ikan lele sebenarnya sangat banyak di kalangan masyarakat luas. Harga ikan lele di restoran dapat mencapai Rp 5.000,00/kg. Dibanding dengan harga daging ayam broiler sekarang Rp 2.000,00/kg, maka harga ikan lele itu sangat menjanjikan keuntungan besar bagi mereka yang memelihara ikan lele itu. Ada 2 kemungkinan sebabnya yang paling memperkuat untuk mendorong harga ikan lele demikian tingginya, ialah : a) permintaan meningkat dikarenakan penggemar makin meningkat pula, b) produksi ternyata menurun, terutama tahun 1984, dibanding tahun sebelumnya. Kesimpulannya adalah bahwa kemunginannya terbuka lebar bagi para petani, pengusaha untuk bergerak di bidang budidaya ikan lele serta dengan harapan dapat meraih keuntungan yang besar. Produksi lele dumbo belum ada catatan sama sekali karena memang baru saja mulai diperkenalkan. Sebenarnya peminat sudah mulai banyak, ternyata dari seringnya kita mendengar orang mencari dan hendak membeli benih lele dumbo tetapi tidak ada stok penjualan. Diharapkan pada dumbo dapat ditingkatkan. waktu yang akan datang, produksi lele lokal maupun lele

VI. LELE DUMBO Apakah lele dumbo itu ? Lele dumbo adalah satu jenis/hibrida ikan lele yang bar diintroduksikan ke Indonesia dari manca negara yalta Taiwan P.T. CIPTA MINA SENTOSA dan Jakarta tercatat dalam sejarah perikanan toena telah mendatangkan ikan lele hibrida baru ini pada bulan November 1986. Ketika masukkan ke wilayah Indonesia melalui bandara Soekarno hatta ikan ele ini tercatat bernama ibniah Clarias fuscus dengan nama populer (Inggris) King Cat Fish yang berarti raja ikan lele. Dari namanya dapat dibayangkan bahwa ikanjele yang satu in mempunyai sifat-sifat unggul. Ternyata kemudian San lele ini memang mempunyai sifat-sifat yang baik ialah cepat pertumbuhannya dan dapat mencapai ukuran bear dahm waktu relatif pendek. Karena sifat cepat tumbuh dan besar/gemuk badannya itulah, maka diberi nama LELE DUMBO Tidak jelas benar siapa sebenarnya yang niemberi nama itu, sebab tanpa disadari masyarakat lalu mengenal nama ini dengan cepat. Tentu ini jasa dari surat kabar yang memberitakannya secara cepat dan luas ke seluruh penjuru tanah air kita. Ada yang mengatakan bahwa nama

"dumbo" itu berasal dari kata dalam bahasa Jawa Dhomba yang maksudnya "kambing domba' yang cepat besar dan gemuk/berlemak banyak. Istilah yang Jawa itu barangkali kurang enak diucapkan oleh orang Indonesia ada umumnya sehingga lebih dapat diterima ucapan "dumbo" yang bisa diterapkan pada Jumbo Jet yaitu pesawat terbang yang badannya ekstra besar. Jadilah ikan lele yang berbadan besar dan tumbuh cepat itu disebut secara populer "lele dumbo". Memang enak didengar, mudah diucapkan, enak pula dimakan (rasanya). Ketika datang di Bandara Soekarno-Hatta ikan lele itu tercatat bernama Glorias fuscus, tetapi beberapa bulan kemudian ada pemberitaan yang menyatakan bahwa namanya yang betui adalah Glorias gariepinus. Menurut keterangan peneliti pada Balai Penelitian Perikanan Air Tawar (BPPAT) Bogor, sebenarnya lele imp or yang satu itu adalah hibrida atau hasil kawin silang antara jenis ikan lele asli Taiwan dan jenis lele dari Afrika. Hal itu dibenarkan juga oleh importirnya yaitu P.T. CIPTA MINA SENTOSA dengan ahlinya yang orang Taiwan. Tetapi tidak jelas, apakah lele yang didatangkan itu mempakan hasil silang F-1, F-2, ataukah F-3! ? A. Jenis-jenis Ikan Lele Dalam kaitan dengan masalah hibridisasi atau perkawinan silang antarikan lele ini, marilah kita adakan tinjauan buku-buku tentang ikan lele yang ada di dunia ini. Sangatlah menarik studi yang dilakukan oleh majalah pertanian TRUBUS (Oktober 1986). BPPAT, Bogor telah meneliti mengenai penanaman species lele dumbo secara ilmiah, yaitu menurut keadaan morfologi, warna tubuh, ukuran perbandingan panjang batok kepala dibanding panjang badan dan sifat-sifat lainnya, disimpulkan bahwa lele dumbo itu tidak mirip dengan Clarias fuscus, melainkan lebih mirip dengan C. mossambicus dari Afrika, di mana panjang batok kepalanya 1/5 bagian dari panjang badannya. Menurut keterangan importirnya, lele yang diimpor tersebut adalah hasil kawin silang antara induk betina asli jenis Taiwan (C. fuscus ?) dengan induk lele jantan asal Kenya, Afrika. Di benua Afrika yang sangat luas itu telah ditemukan banyak sekali jenis ikan lele." Menurut Guy Teugels dalam bukunya A Systematic Outline of the African Species of the Genus Glorias (1982), di Afrika paling kurang ditemukan 122 species walaupun kemudian ternyata nama-nama yang diberikan oleh penemunya setelah diteliti kembali banyak yang sinonim alias sama, jadi diberi nama dobel. Menurut W.J.A.R. Viveen dan kawan-kawan dalam bukunya Practical Manual for the Culture of the African Catfish (1907) dinyatakan bahwa di Afrika banyak sekali jenis lele, tetapi yang menonjol (dominan) ada 4 species, yaitu C lazera, C. mossambicus, C.

senegalensis, dan C. ariepinus. Oleh Burchell (1822) keempat species itu dinyatakan dilebur menjadi satu species, yaitu C gariepinus. Peleburan nama itu katanya, dengan mengingat bahwa ciri- ciri fisik keempat species itu sangat mirip, hanya berbeda tempat penyebaran (tempat ditemukannya). Demikian hasil telaah majalah pertanian TRUBUS berdasarkan beberapa buku. Sifat-sifat dari keempat species yang lebur menjadi C. gariepinus itu disajikan pada tabel. Kiranya menjadi jelas sekarang, lele dumbo itu walaupun bapaknya C mossambicus yang berasal dari Kenya dan induknya C. fuscus asli Taiwan, diberi nama C. gariepinus (C. mossambicus sinonim C. gariepinus), sedangkan lele dumbo itu banyak mewarisi sifatsifat bapaknya ! Sekarang diputuskanlah nama ilmiah lele dumbo adalah : Clarias gariepinus (hibrida), dari Kelas : Pisces, Ordo : Ostariophysi, Famili: Clariidae, Genus : Clarias. Menurut TP. Chen dalam bukunya Aquaculture Practices in Taiwan (1979), Clarias fuscus yang diambil betinanya dalam kawin silang dengan lele asal Afrika itu, selain di Taiwan juga terdapat di Amerika. Tetapi di Amerika ikan lele ini tidak disukai dan dianggap merugikan karena suka memangsa ikan lain. Di Taiwan, C. fuscus ini maksimal hanya dapat mencapai berat badan 500 gram, dan sangat digemari oleh orang Taiwan dan Hongkong. Konon orang Cina percaya bahwa sup ikan lele mengandung tonik, tetapikurang jelas apa khasiatnya yang pasti. Oleh karena itu sup ikan lele banyak dicari orang dan dijual di restoran. hun hanya dapat mencapai berat badan 150 gram. Lele asli Indonesia ialah C. batrachus juga terdapat di Taiwan. B Sifat-sifat Lele Dumbo Berdasarkan penelitian BPPAT Bogor, sifat-sifat lele dumbo dan lele lokal dapatlah disajikan pada daftar berikut. (TRUBUS, 1986).
Sifat - sifat Lele dumbo (c. geriepinus) Kalau terkejut atau menderita stress warna dan berubah menjadi loren- loren Gerakan lebih agresif Patil tidak beracun Tidak merusak pematang

Lele local (c. batrachus) Warna gelap Gerakan biasa Patil beracun Merusak pematang dengan membuat lubang pertumbuhan

Umur 2 hari ( larva) 5 minggu 24 minggu ( 5 6 bulan )

Lele dumbo (gram) 1,2 3 10 15 180 200

Lele local (gram) 0,2 2 1 1,5 40 - 50

Data pertumbuhan tersebut diperoleh dari uji coba pada kolam 1.000 m 2 berkedalaman 1 meter, benih 5 - 8 cm padat penebaran 30 - 50 ekor/m 2 selama 24 minggu (5 - 6 bulan) menghasilkan lele dumbo berat 200 - 300 gram/ekor, 'dengan mortalitas 30 %. Pakannya

terdiri atas campuran dedak dan ikan rucah dengan perbandingan masing-masing 3 bagian dengan 1 bagian, dengan perhitungan konversi pakan : 66 kg pakan menjadi 1 kg ikan). Pada perbandingan tersebut di atas, pertumbuhan lele lokal agaknya terlalu lambat apabila dalam 5 - 6 bulan, (24 minggu) dari benih 5 - 8 cm hanya menjadi 40 - 50 gram/ekor. Pada data yang penulis peroleh terdahulu (lihat BAB IV : Pemeliharaan Lele dalam Pecomberan, halaman 38) di mana setelah dipelihara oleh Pak Mulyono di Ungaran, benih lele lokal ukuran 5 - 8 cm setelah dipelihara 5 - 6 bulan juga dapat menjadi lele konsumsi dengan berat 4 - 5 ekor/kg atau 200 - 250 gram/ekor. Data lain lagi yang dikemukakan oleh majalah pertanian TRUBUS (Oktober 1986) benih lele dumbo ukuran 8 cm yang dipelihara oleh petani bernama Achmad setelah 3 bulan ada yang mencapai berat 500 gram (1/2 kg). Tetapi derajat mortalitasnya sangat tinggi, dari 30.000 ekor benih yang hidup hanya separohnya. Penulis mendapat laporan lagi dari Bekasi bahwa benih lele dumbo yang dipelihara petani di sana ternyata pertumbuhannya sangat tidak merata, ada yang tetap katai dan ada yang bongsor ! Soal variasi pertumbuhan sebenarnya banyak faktor sebabnya antara lain bila pakan kurang, yang lebih kuat lebih banyak kebagian pakan, mendesak yang kurang gesit, dengan akibat yang gesit makin lama makinjauh lebih cepat besar daripada yang sejak awal sudah kurang gesit. Dapat juga variasi tumbuh yang mencolok itu disebabkan benihnya dihasilkan dari perkawinan induk antar F-1 Ilmu genetika (ilmu tentang keturunan) mengajarkan kepada kita bahwa perkawinan antar F1 akan menghasilkan anak-anak yang bervariasi, ada yang mirip ibunya, ada yang mirip bapaknya, ada yang sifatnya tengah-tengah atau seperti F-1 lagi. Kalau benih lele dumbo yang diperoleh kebetulan mirip bapaknya (C. gariepinus) akan bongsor/cepat besar sekali. Kalau mirip ibunya (C. fuscus) tentu jadi kecil-kecil. Idealnya, benih lele dumbo harus hasil perkawinan dari jenis induk yang asli saja, supaya benih benar-benar F-1 yang bersifat jumbo. Ya, lele dumbo itu adalah turunan F-1 atau hibrida namanya. Masalah angka kematian (mortalitas) yang tinggi pada benih lele dumbo yang dipelihara Pak Achmad penulis sependapat dengan kepala BPPAT bahwa kematian itu mungkin sekali disebabkan oleh penanganan dan transportasi yang kurang baik. Jika ini sebabnya, masalah itu dapat diatasi dengan meningkatkan keterampilan para pelaksananya, agar benih tidak banyak luka-luka dan sekecil mungkin menderita stres. Karena luka-luka akan mudah diinfeksi oleh jamur, bakteria, dan sebagainya.

Atas : lele local umur 11 bulan, bawah lele dumbo umur 2 bulan

Induk-induk lele local

Lele dumbo umur 2 bulan

Lele dumbo bobot 200 300 gr/ekor, umur 3 bulan

Hasil penelitian sementara ini dari BPPAT, Bogor, juga menyatakan bahwa lele dumbo tidak ditemukan membawa penyakit jenis baru dari tempat asalnya. Tetapi ternyata lele dumbo sama pekanya dengan lele lokal terhadap serangan bakteria ( Aeromonas, Pseudomonas, Vibrio, dan sebagainya) yang biasa menyerang ikan-ikan budidaya di Indonesia dan di negara lainnya. C. Pembibitan Lele Dumbo 1. Teknik penyuntikan hormon (hipofisasi) Ikan lele dumbo yang berupa bastar (hibrida) dari induk jantan Clarias gariepinus dan induk betina Glorias fuscus itu ternyata terjadinya bukan karena perkawinan secara alamiah, melainkan diatur dan dilakukan secara "paksa" (secara buatan) olehmanusia. Karena kedua species induk-induknya berbeda dan asal-usulnya dari tempat yang berlainan pula lingkungannya. Jika kita tengok di alam aslinya sana, Clarias gariepinus maupun Clarias fuscus dapat memijah (kawin) antarjenisnya masing-masing secara alamiah dengan mudah, sesuai dengan nalurinya, tanpa campur tangan manusia. Tapi di tempat pemeliharaan yang baru belum tentu mereka mau memijah (kawin). Maka orang "memaksanya", yaitu dengan cara merangsangnya dengan menyuntiknya dengan hormon yang diambil dari kelenjar hipofisa ikan juga. Bahkan tak hanya disuntik saja, disusul pula dengan mengeluarkan telur-telurnya dari rongga perut induk betina dan sperma dari mduk jantan, dicampurkan di dalam suatu wadah agar terjadi pembuahan (fertilisasi) secara buatan. Ternyata cara itu telah berhasil diperoleh suatu hibrida yang dinamakan lele dumbo. Kegunaan teknik hipofisasi yang disusul dengan fertilisasi buatan itu ialah :

1. Memungkinkan diperoleh hibrida dari dua species yang tidak mau kawin dengan sendirinya secara alami. 2. Memungkinkan dikawinkannya dua induk dari satu species yang dipelihara pada lingkunganhidup yang berbedadari alam aslinya. 3. Untuk mengadakan pengaturan dalam memproduksi benih ikan, agar memungkinkan diproduksi benih di luar musim pemijahan yang lazim/alamiah. 4. Untuk dapat diproduksi benih ikan sebanyak yang dikehendaki oleh orang, yaitu telur-telur dapat dibuahi, diteteskan, selanjutnya diipuk dan dibesarkan secara terkontrol (terkendali) bebas dari gangguan hama, penyakit, supaya kelangsungan hidupnya tinggi. a. Persiapan induk lele untuk dihipofisasi Maksud penyuntikan induk ikan dengan ekstrak kelenjar hipofisa (atau dengan hormon pengganti lainnya) adalah untuk merangsang telur-telur yang sudah masak di dalam indung telur (ovarium) ikan betina supaya siap untuk dikeluarkan, selanjutnya dibuahi. Oleh karena itu penyuntikan hormon itu hanya berhasil apabila di dalam ovarium ikan betina yang disuntik itu memang telurnya sudah masak. Apabila belum masak, maka hipofisasi itu akan sia-sia saja ! Karena itu, suatu perusahaan peternakan lele dumbo harus memelihara calon-calon induk dengan baik sehingga mengandung telur yang siap untuk dibuahi. Tanda-tanda induk lele dumbo betina yang sudah masak telur, adalah sebagai berikut : Perut gendut dan lembek jika dirabah Hendaknya dibedakan dari ikan lele yang perutnya besar karena kenyang (penuh makanan); perut ikan yang besar karena kenyang, jika diraba terasa padat. Dubur agak menonjol dan berwarna kemerahan.

Adapun ikan jantan yang siap memijah mempunyai tanda : Bagian perut langsing saja, jika bagian perut itu diurut ke arah dubur, akan mengeluarkan cairan putih, yaitu air mani. Ikan lele jantan tidak perlu dirangsang dengan suntikan hipofisa, karena pada umumnya mudah memijah Induk jantan dan induk betina yang sudah dipilih dikumpulkan secara terpisah di dalam happa yang dipasang di dalam bak berair bersih yang terpisah pula, menunggu saatnya diadakan perlakuan selanjutnya (lihat Gambar 15). Perlu diperhatikan bahwa cara penangkapan dan penanganan calon induk betina harus hati-hati benar, sebab jika lele betina yang sudah hamil tua menderita stres akan dapat mengeluarkan telurnya secara tak terkendali (keguguran). Lele dumbo jantan mengandung sperma relatif sedikit dan sukar dikeluarkan dengan cara diurut dari luar perutnya. Oleh karena itu pada pembiakan secara buatan, lele dumbo jantan harus dibunuh, dibedah

rongga perutnya untuk dikeluarkan seluruh kantong spermanya (gonada) lalu ditaruh dalam suatu banyak. b. Alat-alat yang diperiukan Pelaksanaan hipofisasi memerlukan alat-alat : (a) penggerus, (b) mangkuk, (c) cawan petri beberapa buah, (d) wadah berskala ukur dari plastik atau gelas, (e) waskom plastik, f) waring, (g) penyerok, (h) pisau operasi, (i) gunting operasi, (j) jarum pencukil, (k) alat suntik, wadah dan selanjutnya gonada dihancurkan untuk memperoleh air mani cukup

gambar 14. berbagai peranti yang di perlukan untuk hipofisasi lele dumbo

1) pinset, (m) pisau dapur yang tajam, (n) talenan, (o) kertas tisu, (p) Aqua bi-destilata, (q) larutan garam NaCI 0,7%, (r) botol penyemprot 2 buah, 1 diisi aqua bi-dest, 1 lagi diisi larutan garam 0,7%, (s) bulu ayam yang disterilkan, (t) handuk untuk lap, dan (u) timbangan berkapasitas 5 kg, (v) ember plastik besar dan kecil.

gambar 15. Bak penampung induk jantang dan induk betina yang dilengkapi

C. Mengambil dan mempersiapkan larutan hipofisa Untuk merangsang telur yang sudah dewasa di dalam gonada, induk betina lele dumbo itu perlu disuntik dengan suatu hormon yang disebut Gonada Stimulating Hormone (GSH). GSH itu terdapat dan dihasilkan oleh kelenjar hipofisa atau disebut juga kelenjar pituitari. Setiap ikan (juga makhluk bertulang belakang lainnya) mempunyai kelenjar hipofisa yang terletak di bawah otak. Kelenjar hipofisa itu sangat penting fungsinya di dalam proses perkembangbiakan, ukurannya kira-kira hanya sebesar butir kacang hijau bahkan lebih kecil. Beratnya hanya 2 - 3 mg. Kelenjar hipofisa ini menghasilkan hormon GSH sejalan dengan proses kedewasaan kelamin ikannya. Pada ikan yang sudah dewasa hipofisa mengeluarkan GSH lebih banyak dibanding dengan ikan yang belum dewasa benar.

gambar 16. letak kelenjar hipofisa di bawah otak

Untuk penyuntikan ikan lele dumbo, diperlukan snjar hipofisa yang diambil dari lele dumbo juga yang orbankan untuk itu. Ikan yang diambil hipofisanya disebut "donor". Sebagai donor juga dapat dipakai ikan mas (Cyprinus carpio) atau ikan lele lokal (Clarias achus). Ikan yang menerima suntikan hipofisa diut "resipien". Dosis hipofisa Banyaknya hopifisa yang perlu disuntikkan kepada ikan lele dumbo adalah 3 dosis. Artinya, seekor ikan lele dumbo yang berat badannya 0,5 kg memerlukan hipofisa yang berasal dari ikan donor yang berat badannya 3 x 0,5 kg. Ikan donor seberat 1,5 kg itu dapat terdiri atas 3 ekor yang masing-masing beratnya 0,5 kg atau 2 ekor yang beratnya 1 kg dan 0,5 kg atau dapat dipakal 1 ekor donor yang beratnya 1,5 kg. Sebagai ikan dbnor sebaiknya dipakal ikan yang sudah dewasa, jantan atau betina boleh dan sama saja. Cara pengambilan hipofisa Ikan yang akan dijadikan donor itu dipegang pada bagian kepalanya. Kalau licin pegangannya dapat dibantu dengan kain lap. Sementara bagian kepala dipegang, bagian badan diletakkan di atas talenan sebagai landsannyan Kepala ikan itu dipotong di belakang tutup msangnya sampai kepala putus. Setelah terpotong, bagianatas kepala dipotong/disisir

tulang kepalanya di atas mata, hingga tulang tengkorak terbuka dan otak kehhato Otak ini kita singkap dengan menggunakan prnset dan akan kelihatan kelenjar hipofisa berwarna putm sebesar butir kacang hijau di bawah otak itu. Dengan tetap menggunakan pinset kelenjar hipofisa itu diangkat lalu ditaruh dalam tabung penggerus. Dengan sedikit larutan garam fisiologis, hipofisa itu di sihkan dari darah yang mungkin melekat. Larutan garam bersama kotoran-kotoran dibuang. Lalu kelenjar hipofisa itu digerus sampai hancur. Selanjutnya diencerkan dengan 1 - 1,5 ml aqua-bidest, maka GSH yang terkandung dalam kelenjar hipofisa itu akan terlarut di dalam aquabidest itu. Larutan tersebut kita endapkan (kalau ada gunakan centrifuge; kalau tak ada, biarkan saja beberapa menit sampai larutan itu kotorannya mengendap) Cairan bagian atas dapat diambil dengan tabung injeksi untuk disuntikkan kepada ikan (Imat Gambar 17 : 1 - 8). d. Cara penyuntikan hipofisa Induk betina (sebagai resipien) yang sudah dipersmkan sebelumnya, diambil dari happa. Dipegang dengan bantuan penyerok dari jaring supaya pegangan tidak licin. Penyuntikan di punggung dekat sirip punggung ke dalam dagingnya (intramuskular). Untuk induk lele yang beratnya 0,5 kg sebagai misal tadi, 3 dosis hipofisa yang sudah kita gems diendapkan dan dilarutkan dalam aquabidest 1 ml, diambil 1/3 ml, disuntikkan dahulu (suntikan pertama), lalu ikan itu dimasukkan lagi ke dalam happa terpisah. Selang 4 jam larutan hipofisa yang 2/3 ml tadi disuntikan lagi, lalu ikan dikembalikan ke dalam happa. Tiga jam sesudah penyuntikan kedua induk betina itu sudah dapat kita urut perutnya untuk mengeluarkan telurnya.

Kepala lele dipotong persis ditengkuknya

Tengkorak kepala disisir lalu hipofisa diangkat pakai pinset

Hipofisa disuntikkan ke lele betina

Perut lele jantan dibelah

Sperma diambil dan dimasukan ke dalam tabung

sang betina diurut untuk mengeluarkan telurnya.

Sperma dan telur dicampur (dibuahi)

Telur yang telah dibuahi sperma jantan Dimasukan ke dalam kolam penetasan

Kalau larutan hipofisa tadi dicampur dengan HCG (Human Chorianic Gonadotripin, yaitu hormon yang diekstrak dari air seni orang hamil, HCG itu dibuat oleh pabrik farmasi dan dijual di apotek) pemakaian hipofisa asli dari ikan donor dapat dihemat. Induk betina lele dumbo yang beratnya 0,5 kg cukup disuntik dengan 1 - 1,5 dosis hipofisa ditambah dengan 500 - 1.500 S.I. HCG. Sayangnya HCG di Indonesia tidak dijual bebas, malah mungkin harus diimpor lebih dulu. e. Fertilisasi telur tanpa pemijahan (fertilisasi buatan) Walaupun sudah matang telur dan sudah disuntik dengan hormon, ikan dumbo jantan dan betinanya jika dipertemukan kerapkali tidak juga mau kawin atau memijah sendiri. Maka peternak lebih suka melanjutkan penyurtikan hipofisa itu dengan cara pembuahan (fertilisasi) buatan. Telur dari induk betina diurut sampai keluar semua, lalu dicampur dengan air mani yang dikeuarkan dari induk jantan, di dalam suatu wadah. Setelah terjadi pertemuan antara sperma dan telur, selanutnya telur ditetaskan secara terkontrol pula di dalam bak penetasan menjadi burayak. Burayak juga dipelihara secara cermat agar kelangsungan hidupnya tinggi. Pengurutan telur

Induk betina yang sudah 3 jam disuntik hormone dosis kedua (terakhir) tidak boleh terlambat diambil dari happa. Sebab kalau terlambat, telur dapat keburu keluar di dalam happa, sehingga menjadi mubazir. Sementara itu telah kita siapkan mangkuk yang cukup besar atau waskom plastik yang dapat diisi air 2 liter, serta sebuah bulu ayam untuk mengaduk telur setelah dikeluarkan nanti. Waskom dan bulu ayam itu sebelumnya sudah disterilkan. Induk ikan kita pegang bagian kepala dengan bantuan lap, agar tidak licin. Sementara tangan kiri memegang kepala ikan, tangan kanan melakukan pengurutan perut ikan itu. Dengan menggunakan ibu jari, telunjuk dan jari tengah, kita mulai menekan dan mengurut perut ikan mulai dari belakang kepala ke^arah dubur. Telur akan keluar dan ditampung dalam waskom atau mangkuk tadi. Pengurutan perut itu diulang 2 - 3 kali sampai telurnya keluar semua. Ini dapat dilakukan oleh satu orang. Pengeluaran sperma pada waktu yang bersamaan, satu orang lain menangkap ikan jantan yang sudah dipersiapkan tadi dala happa. Kepala ikan jantan itu dipotong persis di belakang sirip dada. Lalu dengan mempergunakan gunting, perut lele jantan itu digunting sepanjang sisi bawah badannya, untuk mengeluarkan usus dan isi perut lainnya. Maka tampaklah kantong sperma (gonada jantan) yang bentuknya pipih memanjang seperti pita, menempel pada bagian atas rongga perut. Pita gonada jantan itu bercabang 2. Gonada itu diangkat dengan pinset, semuanya ditaruh di dalam suatu cawan. Gonada yang seperti pita berwarna putih itu dipotong-potong, dan dipecahkan serta diurut-urut supaya cairan mani keluar. Lalu cairan mani itu dituangkan ke dalam mangkuk yang sudah diisi dengan telur yang dikeluarkan tadi. Pembuahan (fertilisasi) Telur dan air mani di dalam waskom atau mangkuk itu lalu diaduk perlahan-lahan dengan bulu ayam sampai bercampur merata. Setelah beberapa detik saja, telur lalu mengembang, maka dapat diberi air sedikit agar tidak terlalu kental. Telur yang telah dibuahi, akan menempel pada bulu ayam. Tetapi penempelannya tidak terlalu lekat. Segeralah telur itu dimasukkan ke dalam sebuah bak yang berisi air bersih, dan dipasangi/ditebar ijuk secara merata pula. Proses pengadukan telur dengan sperma ini harus di lakukan secara halus dan cepat, karena telur yang sudah dibuahi dapat menempel satu sama lain alias bergumpal. Kalau sampai bergumpal tentu hasil penetasannya kecil, karena banyak yang mati. f. Bak penetasan telur ijuk. Penebaran telur ke dalam bak penetasan itu harus merata, agar telur dapat melekat pada

Untuk penetasan telur yang telah dibuahi, disediakan bak penetasan yang cukup dangkal dan tidak terlalu besar. Dapat dipakai bak dari fiber-glass atau bak dari semen asalkan bersih. Ukurannya 1 x 2 meter atau 0,5 x 1 meter, kedalaman 0,5 meter. Ijuk yang sudah dibersihkan dan dijemur dimasukkan ke dalam bak, sehingga melapisi dasar bak itu. Ijuk itu sebagai "kakaban" tempat telur ikan lele melekat. Apabila induk-induk yang akan diambil telumya banyak, maka dapat disediakan beberapa buah bak penetasan. Dinding bak penetasan sebaiknya diberi lubang lubang kecil kira-kira 5 cm dari bibir bak. Dengan demikian air dapat diatur selalu dialiri air baru dan ada air yang keluar dari lubanglubang itu, sedangkan bak tidak akan luber. Air dapat dialirkan ke dalam bak penetasan tu dengan menggunakan slang yang kecil menjulur sampai dasar bak. Pada bak itu juga dipasang aerator, supaya kadar oksigen di dalam air tetap mencukupi bagi telur yang ditetaskan. Untuk mengisi bak penetasan, harus menggunakan air bersih dan tidak membawa bibit penyakit. Sebaiknya diambil dari air sumur. Air PAM tidak boleh dipergunakan sebab mengandung klorin.

gambar 18. bak penetasan dan perlengkapannya

Dalam waktu 24 jam, pada suhu yang normal di Indonesia, telur lele dumbo akan menetas. Burayak yang baru menetas sangat kecil hingga sulit dilihat dengan mata telanjang. Selama tiga hari setelah menetas, burayak masih menyerap kuning telurnya sendiri, dan belum dapat makan. Maka di dalam bak penetasan itu, tidak perlu diberi pakan untuk burayak. Pada hari kedua setelah telur menetas biasanya terlihat berwarna putih, lalu ditumbuhijamur. Telur yang tak menetas juga harus dikeluarkan dari bak, dengan mempergunakan serokan kecil atau menggunakan sebuah slang kecil untuk menyedot telur yang bangkar itu beserta kotoran air keluar. Aerator harus dijaga agar selalu bekerja dengan baik. Pada hari ketiga, burayak dipindahkan ke dalam bak pengipukan yang sudah dipersiapkan. Bak pengipukan hendaknya diletakkan di bawah atap, agar terlindung dari perubahan cuaca dan tidak kena hujan secara langsung, mengingat burayak itu masih lemah.

g. Bak atau kolam pengipukan Kolam pengipukan sebaiknya dibuat dari semenan, yang ukurannya dapat disesuaikan dengan luas ruangan. Yaitu berkisar antara 2 - 10 m 2 atau volume air 2 - 10 ton, dengan kedalaman 0,5 - 0,75 m. Bak ipukan dipasang di bawah atap. Apabila memungkinkan, sebaiknya air di dalam bak ipukan selalu mengalir lambatlambat, cukup 2 - 3 liter per detik. Jika ada aliran air, maka tidak perlu benar diberi aerator, mengingat burayak lele dumbo dapat mengambil pernapasan dari udara. Padat penebaran dalam bak ipukan dapat mencapai 100 - 200 ekor/m2. Tiga hari pertama di dalam bak pengipukan burayak lele diberi pakan binatang-binatang renik seperti Brachionus dan Moina yang masih kecil-kecil. Brachionus dan Moina itu dikultur di tempat tersendiri. Hari keempat, pakan dapat diganti dengan nauplii danArtemia yang baru ditetaskan, atau Moina yang sudah besar dan Daphnia (dikultur tersendiri pula). Setelah 10 hari, burayak dapat diberi pakan cacing tubifex yaitu cacing pecomberan yang kecil-kecil itu. Pengipukan dilakukan selama 2 minggu saja, diperkirakan burayak lele dumbo sudah cukup kuat dan gesit untuk dipindahkan dan dipelihara lebih lanjut di dalam kolam pembenihan di luar, tanpa atap. Perlu diperhatikan, apabila pakan hidup diperoleh dari tempat-tempat umum (pecomberan) harus dibersihkan lebih dahulu agar tidak membawa benih penyakit yang dapat menulari burayak lele yang dipelihara. Maka dianjurkan agar peternak lele memelihara sendiri binatang-binatang renik yang disebutkan dj atas. Cara membudidayakan binatang renik tersebut dapat dipelajari dari buku-buku/brosur yang diterbitkan oleh Dinas Perikanan atau oleh Direktorat Jenderal Perikanan. Pakan bagi burayak lele dalam ipukan juga dapat diberikan dalam bentuk butiran halus dari adonan semacam roti yang mengandung banyak protein hewani (tepung ikan< kuning telur dicampur sedikit tepung terigu, dan ragi, lalu dikukus). Tetapi pakan buatan itu menyebabkan airnya cepat kotor. Oleh karena itu pemberian pakan harus sedikit demi sedikit dan air harus sering diganti (sebagian atau seluruhnya). Pakan alami yang terdiri atas binatang-binatang renik lebih dianjurkan, karena selalu memberikan hasil yang lebih baik : burayak lebih sehat dan cepat besar. 2. Pemijahan teknik imbas (sistem Cangkringan) Ada cara lain lagi untuk memijahkan lele dumbo, yaitu teknik imbas atau sistem Cangkringan. Teknik ini tidak terlalu rumit pelaksanaannya dan tidak perlu mengorbankan

ikan lain yang harus dibunuh untuk memperoleh hipofisanya. Pada prinsipnya dengan mengatur pasangan lele dumbo yang sudah matang telur dan matang sperma supaya ikutikutan memijah bila melihat jenis ikan lain, ikan mas misalnya, yang sedang memijah. Ikan mas adalah jenis ikan yang dikenal gampang memijah bila sudah saatnya. Karena itu, ikan ini dijadikan anutan agar merangsang ikan lele dumbo untuk memijah. Tak hanya lele dumbo saja, jenis-jenis ikan lain yang sukar dipijahkan di Indonesia seperti ikan grass carp (koan) dan ikan jambal bangkok (Pangasius sp.), juga mau mengikuti pemijahan ikan mas secara imbas itu. Jadi dasar teknik ini adalah "ikut-ikutan", atau dalam istilah yang lebih canggih : induksi atau imbas. Mengapa pula disebut "sistem Cangkringan" ? Karena teknik pemijahan ini telah dilakukan pertama kali, dan sekarang sudah secara rutin, dipraktekkan di Balai Benin Ikan Cangkringan di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Keberhasilan pemijahan lele dumbo dengan sistem imbas di Cangkringan itu berkat ketekunan mencoba-coba dari Pak Rabiman Taniprawiro, yang menjabat Kepala Balai Benih Ikan tersebut. Bahkan sistem imbas itu sudah dipraktekkan sejak awal dasawarsa 70 an terhadap berbagai jenis ikan lain yang tidak mudah dipijahkan seperti ikan grass carp (koan) dan jambal (lele) bangkok (Pangasius sutchi). a. Bak pemijahan Dinding dan dasar kolam atau bak pemijahan system imbas, sebaiknya dari beton, supaya mudah dibersihkan. Airnya juga tidak cepat keruh. Ukuran bak harus cukup besar, yaitu panjang 5 - 10 m, lebar 3 - 5 m, dan dalam 1 - 1,25 m. Bak itu diberi atap, agar terlindung dari panas matahari dan tidak terkena curah hujan. Untuk mengairinya sebaiknya digunakan air yang sudah diendapkan. Air demikian cukup jernih serta memenuhi persyaratan umum untuk kehidupan ikan secara sehat. Pemasukan air ke dalam bak pemijahan diatur melalui pipa dengan kecepatan aliran 2 - 3 liter/detik. Sebelum dipergunakan untuk memijahkan ikan, ba dibersihkan, lalu diisi air sedalam 60 80 cm. Pipa pelimpas harus diatur agar air dapat masuk dan mengalir keluar melalui pipa pelimpas itu tanpa menyebabkan meluap. Dengan demikian kedalaman air tetap 70 - 80 cm. b. Happa dan kakaban Happa yaitu kantong berbentuk empat persegi pan jang yang terbuat dari kain tipis, misalnya kain kelambu atau strimin. Sebaiknya happa terbuat dari bahan nilon agar awet, tidak mudah robek, karena terendam dalam air.

Panjang happa 2 m, lebar 1 m, dan dalam 0,75 m. Ukuran tersebut cukup untuk memijahkan sepasang lele dumbo. Dapat juga dipergunakan happa berukuran 4 x 2 x 0,75m dan cukup untuk memijahkan 2 - 3 pasang lele dumbo. Beberapa buah happa dapat dipasang di sepanjang sisi bak pemijahan sedemikian rupa sehingga l/4 bagian bak pemijahan itu leluasa untuk arena memijahnya ikan Kakaban adalah tempat ikan mas telumya. Kakaban terbuat dari ijuk yang diikat-ikat dan dijepit berderetderet pada sebilah bambu. Kakaban dipasang terendam air di dalam bak pemijahan. Di dalam happa juga ditaruh ijuk berupa serabut untuk melekatkan telur lele dumbo.

gambar 19. bak pemijahan system imbka ( cangkringan )

C. Pemilihan induk lele dumbo Lele dumbo dan ikan mas yang hendak dipijahkan dipilih yang betul-betul sudah siap untuk memijah. Tanda anda induk lele yang matang gonada atau siap menetas diuraikan dalam Bab III butir 4 hukum. namun demikian, untuk mengenalnya secara tepat dan di Perlukan keterampilan dan latihan mengenal bagi orang yang menanganinya. Bila salah pengenalan maka lele tidak akan dapat memijah alias gagal bagi petani, terutama teknisi Balai Benih Ikan yang dah biasa, pemijahan sistem Cangkringan ini 75 % selalu berhasil. d. Proses pemijahan Pada hari hendak memijahkan, di pagi hari induk-induk ikan mas yang siap memijah dipilih sebanyak sepasang atau dua pasang. Dipilih pula induk-induk lele dumbo yang hendak dipijahkan. Lewat tengah hari, induk ikan mas dilepas ke dalam bak pemijahan yang sudah dipersiapkan tadi. Ikan mas ditempatkan di luar happa. Sedangkan pasangan lele dumbo yang hendak memijah itu ditempatkan di dalam happa. Air yang jernih terus-menerus dialirkan masuk dan keluar dari ke dalam bak pemijahan sehingga air tetap segar.

Ikan mas kemudian terlihat aktif berkejar-kejaran dan biasanya malam harinya memijah. Telur-telumya yang telah terbuahi menempel pada kakaban. Sementara ikan mas memijah, biasanya pasangan lele dumbo di dalam happa meniru memijah pula, dan telur yang dibuahi akan menempel pada serabut-serabut ijuk yang ada di dalam happa tadi. Keesokan harinya, induk-induk ikan mas maupun lele dumbo yang telah memijah itu akan diam pada sudut-sudut kolam dan happa. Perlahan-lahan dan tidak mengejutkan, induk lele dumbo dan ikan mas itu ditangkap dan dipindahkan ke kolam pemeliharaan. Selanjutnya, bak pemijahan dipasangi aerator yang cukup kuat, agar telur-telur yang dihasilkan tadi dapat menetas dengan sempurna. Setelah 24 jam sampai 48 jam telur mulai menetas, terlihatlah burayak ikan mas maupun lele dumbo bergerak-gerak lemah di antara serabut-serabut ijuk. Maka dengan sekali proses pemijahan, petani dapat menghasilkan benih ikan mas dan benih lele dumbo. e. Perawatan burayak Ada kemungkinan timbul gangguan jamur pada telur-telur yang sedang ditetaskan. Peternak harus mengamati telur-telur yang melekat pada serabut-serabut ijuk dengan cermat. Bila ada telur yang tampak berwarna putih karena mati atau tak terbuahi, sebelum ditumbuhi jamur, telur yang mati itu harus segera dibuang. Harus dilakukan dengan cermat memang! Untuk mencegah serangan jamur, telur direndam dalam larutan Malachyte green 2 - 3 ppm selama 1 jam.

gambar 20. pemijahan system imbas

Caranya, dengan menggunakan bak penetasan telur seperti pada Gambar 18. Bak 1 diisi air bersih, lalu ke dalamnya dilarutkan 2 - 3 gram serbuk Malachyte green. Setelah larutan merata, serabut-serabut berikut telur-telur lele dumbo yang melekat dipindahkan dari happa pemijahan ke dalam bak penetasan tersebut. Telur biarkan terendam selama 1 jam, sambil diaerasi. Setelah 1 jam air bersih dialirkan perlahan-lahan ke dalam bak sehingga larutan menjadi semakin encer, sementara terjadi air masuk dan keluar dari bak ke bak itu. Selanjutnya telur-telur akan menetas setelah 24 jam sampai 48 jam kemudian. Ketika baru menetas sampai umur 3 - 5 hari burayak tak perlu diberi pakan, karena masih menyerap kuning telurnya sendiri. Pada hari kelima, burayak dipindahkan ke dalam kolam ipukan, seperti diuraikan dalam butir 7 (Bak dan kolam ipukan). D. Pemeliharaan Benih Lepas dari pemeliharaan dalam kolam/bak pengipukan 2 minggu lamanya tadi, panjang burayak menjadi 2 - 3 cm dan bentuk tubuhnya langsing tetapi gesit. Kepalanya sudah tidak kelihatan lebih besar dari tubuhnya. Siap untuk dipindahkan ke dalam kolam tanah biasa di luar, tanpa atap. Kedalaman air 0,5 - 0,75 meter. Kolam pembenihan ukurannya luas, dapat diatur sesuai dengan kehendak peternak. Dapat dipakai kolam pemeliharaan ikan yang biasa. Tanggul dan dasar kolam dari pemeliharaan. Sebelum dipergunakan untuk memelihara benih lele dumbo, kolam dikeringkan, tanggul diperkuat, bocoran-bocoran ditutup, pintu air diperbaiki, hama yang muhgkin ada (ketam, belut, ulat dan sebagainya) diberantas. Tanah dasar kolam dikapur dengan dosis 1 kg/100 m 2 untuk membunuh bibit penyakit dan memperbaiki struktur tanah. Setelah dibiarkan 2 - 3 hari, lalu dipupuk dengan pupuk kandang (kotoran ayam atau kotoran kuda yang sudah kering) sebanyak 50 kg/100 m2. Lalu diairi macak-macak 3 - 5 hari agar terjadi demineralisasi pupuk itu. Barulah diairi menjadi 25 - 30 cm, tunggu 3 - 5 hari agar di kolam itu banyak tumbuh fitoplankton dan zooplankton. Ketika diairi itu sebaiknya ditebarkan juga Moina sebagai bibit sebanyak 100 ml, supaya di dalam kolam itu banyak terdapat pakan hidup yang cukup untuk benih lele. Jika air kolam sudah berwarna sedikit kehijauan dan jika diperiksa dengan kaca pembesar banyak terdapat berbagai macam binatang renik (zooplankton), benih lele dumbo dari bak ipukan dapat dipindahkan ke dalam kolam itu. Lebih dahulu air di kolam itu ditambah menjadi sedalam 50 cm. Kepadatan benih 50 - 100 ekor/m2. Selama dalam kolam itu tumbuh subur pakan alami, biasanya sampai 1 minggu awal penebaran benih, air tidak perlu dialirkan, supaya tidak ada air mengalir keluar yang akan

menghanyutkan zooplankton yang tumbuh banyak itu. Biarkanlah benih lele itu memakan zooplankton, sambil diamati setiap waktu kalau-kalau ada hama atau gangguan lain. Katak adalah binatang pengganggu yang mungkin memakan benih di kolam itu, karena itu harus segera dienyahkan ! Apabila terjadi hujan lebat, ada kemungkinan terjadi gangguan juga pada kolam benih lele, di mana planktonnya dapat mati, sehingga pakan alami menjadi kurang. Jika hari akan hujan maka harus diperiksa agar pintu air dipasang saringan sambil mengatur ketinggian air kolam agar tidak akan meluap jika turun hujan lebat. Jika ternyata zooplankton berkurang karena hujan ataupun karena habis dimakan oleh benih lele, maka perlu diberi dedak halus (bekatul) sebanyak 2 - 3 kg/100 m 2 . Bekatui itu dapat dimakan benih lele secara langsung dan sisanya akan menjadi pupuk pula bagi pertumbuhan zooplankton itu. Pemberian bekatui itu dua hari sekali saja. Pemeliharaan benih itu perlu diteliti, diperiksa dengan cara mengambil sampel (contoh) sebanyak 5 - 10 ekor, taruhlah di dalam wadah dari gelas (backer glass) agar mudah melihatnya. Periksa apakah pertumbuhan benih merata ataukah perbedaan yang terkecil dan yang terbesar sangat nyata ? Kalau berbeda nyata, berarti kurang pakan ! Periksa dengan kaca pembesar (loupe), apakah benih itu badannya tidak ada yang rusak kena penyakit ? Kalau ada gejala kerusakan kulit, harus segera diobati ! Apabila terlihat gejala kurang pakan tadi, maka perlu dibuatkan pakan tambahan. Pakan tambahan dianjurkan mengandung banyak protein hewani, karena lele dumbo adalah pemakan ikan (karnivora). Campuran dari berbagai bahan dapat saja dibuat, tetapi salah satu ramuan yang cukup baik adalah : Cacahan daging ikan yang segar : 150 gram, bekatui : 25 gram, tepung kedelai : 75 gram, diaduk dengan sedikit air panas. Diaduk sampai kental sekali (dapat dibuat kepalan). Adonan itu yang beratnya 250 gram cukup untuk benih lele sebanyak 1.000 ekor, diberikan seiap hari. Atau banyaknya pakan diperkirakan 5 10 % berat seluruh benih yang dipelihara/hari. Jika pada pemeriksaan ada ikan yang kena penyakit, maka hari itu kolam harus dikeringkan, benih dikumpulkan di dalam bak ipukan kembali dan diobati untuk beberapa hari. Memang menjadi sangat sibuk mengerjakannya, tetapi kalau tidak segera diobati, ada kemungkinan seluruh benih dapat mati ! (Cara pengobatan dikemukakan dalam bab lain). Kolam pemeliharaan benih itu lalu harus dikeringkan, dikapur lagi dan dibiarkan kering untuk beberapa hari, supaya benih penyakitnya musnah. Sesudah 1 minggu baru dapat mulai dipupuk untuk dipergunakan lagi. Pemeriksaan dengan pengambilan sampel itu harus serim, dilakukan, sebaiknya 2 - 3 hari sekali. Tujuannya agar jika ada penyakit segera dapat diberantas, dan jika kurang pakan, gejalanya segera dapat diketahui pula dan diberi pakan tambahan yang cukup.

Pemeliharaan di kolam pembenihan itu lamanya 1 bulan. Setelah masa pemeliharaan ini berakhir, benih lele yang dihasilkan mencapai ukuran 5 - 8 cm dengan berat badan ratarata 10 - 15 gram. Benih lele ukuran ini dapat dijual kepada petani ikan yang membesarkannya menjadi ikan konsumsi. Sebagai benih, ukuran 5 - 8 cm itu cukup tahan diangkut ke tempat yang jauh, sedangkan harganya cukup menguntungkan bagi pengusaha pembenihan. Bagi pemelihara selanjutnya juga menguntungkan, karena benih ukuran 5 - 8 cm itu daya tahannya cukup tinggi terhadap penyakit, mudah penanganannya dan cepat pertumbuhannya serta mortalitas biasanya rendah. E. Pembesaran Pemeliharaan pembesaran lele dumbo menjadi ikan konsumsi dimulai dari benih ukuran 5 - 8 cm. Kolam untuk memeliharanya dapat dipergunakan kolam yang dasar dan tanggulnya tanah, yaitu kolam yang lazim untuk memelihara ikan. Konstruksi yang khusus pun tidak dipersyaratkan. Kedalaman air 1 meter. Airnya tidak perlu terlalu jernih, air dari saluran irigasi sawah dianggap memadai. Pencemaran dari pestisida sawah maupun dari limbah industri harus dihindarkan. Aliran air tidak perlu deras. Bahkan pergantian air secara sebagian seminggu sekali saja sudah cukup baik. Ikan lele memang secara alamiah dan naluriah biasa hidup di air yang tergenang, serta banyak bahan organiknya. Airnya harus tawar. Kolam pekarangan paling umum dipakai untuk pembesaran lele dumbo itu. Konstruksi pintu air seperti untuk lele lokal pada Gambar 8 dapat dipakai. Dapat juga dipasang air yang berupa pipa goyang yang dilukiskan pada Gambar 21 Sederhana cara membuatnya karena hanya dibuat dari potongan pipa paralon yang dapat dibeli di toko bahan bangunan. Hanya perlu dibuat konstruksi sambungan pipa sedemikian rupa, sehingga memudahkan pipa digoyang arah nya miring atau tegak untuk mengatur ketinggian air di dalam kolam atau dikebawahkan sekali untuk mengalirkan air keluar secara total (pengeringan). Besarnya pipa paralon itu bergaris tengah 2 inci sampai 4 inci sesuai dengan luas kolam (Gambar 21) Kolam berdinding dan dasar semenan juga dapat dipakai, tetapi itu tidak dianjurkan. Kolam berdasar tanah lebih baik, sebab dapat dipupuk secara efektif untuk menumbuhkan pakan alami bagi lele yang dipelihara itu. Mempersiapkan kolam pembesaran itu juga seperti lazimnya dilakukan pada kolam untuk pemeliharaan ikan yang lain.

gambar 21.bagan kolam/bak pembesaran leledumbo

Padat penebaran di dalam kolam pembesaran dapat diatur dari hanya 10 ekor/m 2 sampai 50 ekor/m2. Jika kepadatan tinggi, pakan yang diberikan harus banyak dan harus disertai dengan penggantian air yang lebih sering karena lele yang banyak di dalam suatu kolam mengeluarkan kotoran yang banyak pula ke dalam air, belum lagi sisa-sisa pakannya yang tertinggal dan tentu mengotori airnya. Kotoran lele itu sendiri akan membentuk bahanbahan (urium, ammonia, dan sebagainya) di dalam air yang sifatnya dapat menghambat pertumbuhan lele itu sendiri, maka harus dibersihkan, diganti dengan air yang segar. Makin tinggi padat penebaran, tentu pakan alami makin tidak mencukupi, karena itu harus diberi pakan buatan. Telah dikemukakan bahwa lele dumbo adalah binatang karnivora (pemakan daging), jadi pakan buatan harus mengandung protein hewani yang tinggi juga. Pellet untuk ikan mas dengan kadar protein 35 % juga dapat diberikan kepada lele dumbo dengan pertumbuhan yang cukup baik. Sayang belum ada hasil penelitian secara ilmiah yang mengemukakan berapa kadar protein dan kadar bahan lain yang paling baik bagi lele dumbo. Sehingga orang hanya mencoba-coba saja. Memang lele dumbo dapat memakan dengan lahap bungkil kacang, cacahan ikan, cacahan bekicot, dan sisa-sisa bangkai, rayap, cacing, dan sebagainya. Jadi sepertijuga halnya dengan lele lokal. Meriurut pengalaman, biasanya ikan karnivora sehari dapat menghabiskan ransum sebanyak 5 10 % dari berat badannya. Sedangkan konversi pakannya tinggi, diperkirakan lebih dari 5 (5 kg pakan menjadi 1 kg ikan lele). Kenyataannya orang memelihara ikan lele dumbo itu menyenangkan dan menguntungkan, sebab cepat besar, dan harga ikan ukuran konsumsi cukup mahal! Tak kurang dari Rp 3.000,00/kg. Sehingga walaupun harga pakannya mahal, masih untung juga. Lama pemeliharaan dalam kolam pembesaran itu berkisar antara 4 - 5 bulan, bergantung pada ukuran besarnya ikan yang dikehendaki konsumen. Untuk hidangan di restoran, ukuran 200 - 250 gram banyak disukai. Apabila lebih besar daging lele dumbo lebih banyak lemaknya.

Pengelolaan kolam pembesaran lele dumbo tidak berbeda dengan pengelolaan kolam lele lokal maupun ikan lainnya. Petani perlu teliti terhadap hama, terutama ular. Penggantian air sebagian 30 % - 50 % bila dipandang perlu dilakukan seminggu sekali atau dua kali sudah cukup. Apabila pakan yang diberikan berupa cacahan daging ikan/bekicot atau bungkil dan tepung basah, sebaiknya pakan diberikan secara ditaruh di dalam sebuah atau dua buah kalo/ayakan dari bambu yang diikat pada sebilah bambu lalu diturunkan ke dasar kolam (Gambar 22). Teknik pemberian pakan secara ini dimaksudkan agar pakan tidak terbenam di lumpur dan tidak tersebar ke mana-mana. Beberapa buah tempat pakan perlu dipergunakan bila koamnya cukup luas dan lele yang dipelihara juga banyak, sehingga lele tidak saling berebutan. Jika berebutan, lele yang besar akan menang, dan lele yang kecil dan yang lemah akan makin tertinggal dalam pertumbuhannya, karena pakan yang diperoleh kurang.

gambar 22.tempat pemberian pakan

F. Penyakit dan Pemberantasannya Lele dumbo juga seperti lele lokal dan ikan lain, dapat peka terhadap penyakit bila keadaannya lemah, kurang pakan atau sudah luka lebih dahulu karena penanganan kurang baik. Penyakit yang dapat menyerang ialah yang disebabkan oleh binatang renik yang melekat pada kulit tubuh dan insangnya, seperti Protozoa, Copepoda, sebangsa lintah, dan sebagainya. Untuk pencegahannya, induk lele yang ditangkap dari kolam sebelum ditampung untuk dipijahkan/ hipofisasi, lebih dulu direndam di dalam formalin 100 ppm selama 2 - 3 menit saja. Caranya : Buat larutan formalin 100 cc dalam 1 ton air di dalam bak fiber-glass. Induk-induk ikan yang sudah dipilih, taruh di dalam happa kecil lalu happa itu beserta ikanikan direndam di dalam bak penampungan. larutan tersebut selama 2 - 3 menit. Lalu angkat semuanya dan pindahkan ke dalam happa besar yang sudah dipasang dalam

Dalam larutan formalin itu, binatang-binatang renik yang melekat pada tubuh lele akan rontok dan mati. Apabila burayak dan benih lele terkena penyakit, tidak mustahil penyakit itu disebabkan oleh bakteri (Pseudo, monas, Aeromonas) dengan gejala pertama yang terlihat : kulit dan sirip ikan rusak, atau timbul bisul-bisul kecil berwarna merah. Sebenarnya penyakit ini sangat berbahaya karena mudah menular kepada ikan lain dan penyembuhannya sulit pula. Maka bak atau kolam harus segera dikeringkari, ikan dipilih yang gejala penyakitnya parah, dipisahkan dari ikan yang masih tampak utuh. Kelompok ikan yang sakit (parah) dan yang utuh dipisahkan, masing-masing diobati di tempat terpisah. Tempat pengobatan berupa bak dari fiber-glass seperti bak untuk penetasan telur (Gambar 18). Ikan-ikan direndam di dalam larutan antibiotika (tetracyclin atau kemicitin) 10 ppm yaitu 10 mg dalam 1 liter air. Biarkan dalam obat itu sehari semalam, diaerasi dan diberi pakan Artemia atau Moina. Keesokan harinya air diganti dan diberi obat yang sama lagi. Demikian berturut-turut 3 hari 5 hari. Setiap hari harus diamati, apakah ada kesembuhan pada gejala penyakitnya. Biasanya apabila penyakit belum parah, ikan-ikan yang tadinya masih tampak sehat (walaupun diduga sudah terinfeksi) dapat sembuh. Ikan yang parah banyak yang matijuga, tetapi ada juga yang sembuh. Apabila penyakitnya tampak sebagai bintik-bintik putih, biasanya disebabkan oleh Protozoa (Ichthyophthipius), maka pengobatannya dengan malachyte green (MG) 0,05 ppm. Caranya : 1. Buat larutan MG 5 /oo : 5 gram serbuk MG dalam 1 liter air. 2. ml larutan MG 5 /oo diencerkan dalam 1 liter air. Hasilnya ialah larutan 0,05 ppm MG. Perendaman dalam MG 0,05 ppm itu lamanya harus sampai 10 hari, dengan setiap hari diganti air dan obat diperbaharui. Diaerasi dan diberi makan Artemia dan Moina. Memang penyakit pada ikan sukar disembuhkan, malahan cepat sekali penularannya. Oleh karena itu pencegahan harus lebih diutamakan, caranya dengan mengganti air sesering mungkin dan pakan selalu cukup agar ikan memiliki kekebalan alami. .

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1986. lele dumbo. Trubus 203, oktober, 1986. Djajadiredja, R., R. Soeyanto, dan Martono, 1973. peningkatan usaha pemeliharaan ikan di kolam pekarangan. Ditjen Perikanan, Jakarta. Dinas Perikanan Kabupaten Blitar. 1980. pembenihan ikan lele (Tidak diterbitkan). Saanin, H. 1968. taksonomi dan kunci identifikasi ikan jilid II. Bina cipta, bandung. Susanto, H. 1985. Pembenihan ikan lele secara perkosaan,trubus 192, November 1985. Suseno, D. 1980. lele Clarias batrachus (Linnaeus) Bleeker, warta pertanian 56, ISSN 0126 009 X. Suyanto, S. Rachmatun, 1983. parasit ikan dan cara-cara pemberantasannya. Penebar swadaya, Jakarta. Van Duijn, C. Jr. 1967. Diseases of fishes. Eliffe book, London. Woynarovich, e. dan L. Horvath. 1980. the artificial propagation of warm-water fin-fishes. A manual for extension. FAO Fisheries Tech. paper No. 201 Rome, 1980.

You might also like