Professional Documents
Culture Documents
- Berat jenis kering permukaan jenuh (saturated surfaced dry)
Rumus =
Ba Bj
Bj
- Berat jenis semu (apparent specific grafity)
Rumus =
Ba - Bk
Bk
- Penyerapan
Rumus = % 100
Bk -
x
Bk
Bj
Dimana :
Bk = berat benda uji kering oven (gram)
Bj = berat benda uji kering permukaan jenuh (gram)
Ba = berat benda uji kering permukaan jenuh di dalam air (gram)
3.3.6 PELAPORAN
Hasil dilaporkan dalam bilangan desimal sampai dengan dua angka
dibelakang koma.
CATATAN
Bila dalam penyerapan dan harga berat jenis digunakan dalam
pekerjaan beton dimana agregatnya digunakan pada keadaan kadar air
aslinya maka tidak perlu dilakukan pengeringan di dalam oven.
Banyak jenis bahan campuran yang mempunyai bagian butir butir
berat dan ringan. Bahan semacam ini memberikan harga harga berat jenis
yang tidak tetap walaupun pemeriksaan dilakukan dengan sangat hati-hati.
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
40
Dalam hal ini beberapa pemeriksaan ulangan diperlukan untuk
mendapatkan harga rata rata yang memuaskan
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
41
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
FAKULTAS TEKNIK
LAB. JALAN RAYA
Material : Batu
Dikerjakan : Kelompok 10
PEMERIKSAAN BERAT JENIS AGREGAT KASAR
PB 0202 76
Berat Benda Uji Kering Oven (Bk) 4988,24
Berat Benda Uji Kering Permukaan Jenuh (Bj) 5003,59
Berat Benda Uji Dalam Air (Ba) 3199,33
Berat Jenis (Bulk) 2,765
Berat Jenis Kering Permukaan Jenuh (SSD) 2,773
Berat Jenis Semu (Apparent) 2,788
Penyerapan (Absorption) 0,308%
Spesifikasi Berat jenis min 2,5
Spesifikasi untuk penyerapan max 3%
Hasil Percobaan memenuhi spesifikasi
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
42
3.3.7 KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari hasil perhitungan pada permukaan berat jenis agregat kasar didapat
nilai :
1. Berat jenis (
oven
) sebesar 2,765
2. berat jenis semu (
app
) sebesar 2,788
3. Berat jenis kering permukaan jenuh sebesar 2,773
4. Penyerapan sebesar 0,308%
Berarti agregat tersebut memenuhi standar Bina Marga yaitu lebih dari
berat jenis minimum sebesar 2,5 dan penyerapannya yang kurang dari
penyerapan maksimal yaitu 3%.
B. SARAN
1. Untuk mendapatkan data data yang akurat dari hasil percobaan yang
telah dilakukan oleh praktikan, sebaiknya pengukuran atau
pengambilan data percobaan dilakukan lebih dari satu kali dan
dilakukan oleh beberapa orang sehingga peluang untuk suatu kesalahan
dapat di hilangkan sedemikian rupa.
2. Mahasiswa hendaknya menyiapkan diri terlebih dahulu didalam
penguasaan materi , sehingga didalam pelaksanaannya, mahasiswa
dapat lebih cekatan dan kreatif didalam melaksanakan praktikum
tersebut.
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
43
3.4 PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT
HALUS (AASHTO T 87 74) (ASTM G 128 68)
3.4.1 MAKSUD
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis kering
permukaan jenuh (saturated surfaced dry = SSD), berat jenis semu
(apparent), dan penyerapan dari agregat halus.
c. Berat jenis (bulk specific gravity) ialah perbandingan antara berat
agregat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat
dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu.
d. Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD) yaitu perbandingan antara
berat agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya
sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu.
e. Berat jenis semu (apparent specific graffity) ialah perbandingan antara
berat agregat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi
agregat dalam keadaan pada suhu tertentu.
f. Penyerapan ialah persentase berat air yang dapat diserap pori terhadap
berat air yang dapat diserap pori terhadap berat agregat kering.
3.4.2 PERALATAN
a. Timbangan, kapasitas 1 kg atau lebih dengan ketelitian 0,1 gram.
b. Piknometer dengan kapasitas 500 ml
c. Kerucut terpancung (cone), diameter bagian atas (4063) mm, diameter
bagian bawah (9063) mm dan tinggi (7563) mm dibuat dari logam tebal
minimum 0,8 mm.
d. Batang penumbuk yang mempunyai bidang penumbuk rata, berat
(340615) gram, diameter penumbuk (25 6 3) gram.
e. Saringan no.4
f. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memasang sampai
dengan (110 6 6) 8C.
g. Pengatur suhu dengan ketelitian pembacaan 18C.
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
44
h. Talam
i. Bejana tempat air.
j. Pompa hampa udara (vacuum pump) atau tungku.
k. Air suling
l. Desikator
3.4.3 BENDA UJI
Benda uji adalah agregat halus sebanyak 500 gram.
3.4.4 CARA KERJA
a. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (11065)8C, sampai berat
tetap. Yang dimaksud berat tetap adalah keadaan berat benda uji selama
tiga kali proses penimbangan dan pemanasan dalam oven dalam selang
waktu 2 jam berturut turut tidak akan mengalami perubahan kadar air
lebih besar daripada 0,1 %.
b. Buang air perendam dengan hati hati, jangan ada butiran yang hilang,
tebarkan agregat diatas talam, keringkan di udara panas dengan cara
membalik balikkan benda uji. Lakukan pengeringan sampai terjadi
keadaan kering permukaan jenuh.
c. Periksa keadaan kering permukaan jenuh dengan mengisikan benda uji
ke dalam kerucut terpancung, padatkan dengan batang penumbuk
selama 25 kali, angkat kerucut terpancung.Keadaan kering permukaan
jeuh tercapai apabila benda uji runtuh akan tetapi masih dalam keadaan
tercetak.
d. Segera setelah mencapai keadaan kering permukaan jenuh masukkan
500 gram benda uji ke dalam piknometer.
e. Masukkan air suling sampai mencapai 90 % isi piknometer. Putar
sambil diguncang sampai tidak terlihat gelembung udara didalamnya.
Untuk mempercepat proses ini dapat dipergunakan pompa hampa udara,
tetapi harus memperhatikan jangan sampai ada air yang ikut terhisap
dapat dilakukan dengan merebus piknometer.
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
45
f. Rendam piknometer dalam air dan ukur suhu air untuk penyesuaian
perhitungan suhu standar 25 8C.
g. Tambahkan air sampai mencapai tanda batas.
h. Timbang piknometer berisi air dan benda uji sampai ketelitian 0,1 gram
(Bt).
i. Keluarkan benda uji, keringkan dalam oven dengan suhu (110 65)8C
sampai berat tetap, kemudian dinginkan benda uji dalam desikator.
j. Setelah benda uji dingin kemudian ditimbang (Bk).
k. Tentukan berat piknometer berisi air penuh dan ukur suhu air guna
penyesuaian dengan suhu standar.
3.4.5 ANALISA DAN PERHITUNGAN
Berat jenis (Bulk Specific Graffity)
Rumus =
Bt B
Bk
+500
Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD)
Rumus =
t B Bt - 500
500
+
Berat jenis semu (apparent)
Rumus =
Bt Bk B
Bk
- +
Penyerapan
Rumus =
Bk
Bk 500
x 100%
3.4.6 PELAPORAN
Hasil dilaporkan dalam bilangan desimal dua angka di belakang koma.
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
46
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
FAKULTAS TEKNIK
LAB. JALAN RAYA
Material : Agregat halus
Dikerjakan : Kelompok 10
PEMERIKSAAN BERAT JENIS AGREGAT HALUS
PB 0203 -76
Agregat Kasar Notasi Jumlah Satuan
Berat benda uji kering oven Bk 495.04 Gram
Berat benda uji permukaan jenuh B 678.4 Gram
Berat benda uji dalam air Bt 983.22 Gram
Berat jenis (bulk)
2.536
Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD)
2.562
Berat jenis semu (Apparent)
2.602
Penyerapan (absorption)
1.002 %
Bt B
Bk
+ 500
Bt Bk B
Bk
+
% 100 x
Bk
Bk Bj
Bt B + 500
500
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
47
3.4.7 KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari hasil perhitungan pada permukaan berat jenis agregat halus (pasir)
didapat nilai :
1. Berat jenis (
oven)
sebesar 2,536
2. berat jenis semu (
app)
sebesar 2,602
3. Berat jenis kering permukaan jenuh sebesar 2,562
4. Penyerapan sebesar 1,002 %
Berarti agregat tersebut memenuhi standar Bina Marga yaitu lebih dari
berat jenis minimum sebesar 2,5 dan penyerapannya yang kurang dari
penyerapan maksimal yaitu 3 %.
B. SARAN
Proses penghitungan diharapkan lebih teliti di dalam penggunaan satuan
karena akan berakibat fatal pada perhitungan perhitungan lainnya.
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
48
3.5 PENETRASI BAHAN BAHAN BITUMEN (AASHTO T 49 68)
(ASTM D 5 71)
3.5.1 MAKSUD
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan penetrasi bitumen
keras atau lembek (solid atau semi solid) dengan memasukkan jarum
ukuran tertentu, beban dan waktu ke dalam pada suhu tertentu.
3.5.2 PERALATAN
a. Alat penetrasi yang dapat menggerakkan pemegang jarum naik turun
tanpa gesekan dan dapat mengukur penetrasi sampai 0,1 mm.
b. Pemegang jarum seberat (47,4 6 0,05) gr yang dapat dilepas dengan
mudah dari alat penetrasi untuk [eneraan.
c. Pemberat dari (50 6 0,005) gr dan (100 6 0,05) gr masing masing
dipergunakan untuk pengukuran penetrasi dengan beban 100 gr dan
200gr.
d. Jarum penetrasi dibuat dari stainless steel mutu tinggi 148C atau HRC
54 sampai 60 dengan ukuran dan bentuk menurut gambar N0. 2 ujung
jarum harus berbentuk kerucut terpancung.
e. Cawan terbuat dari logam atau gelas berbentuk silinder dengan dasar
yang rata rata berukuran sebagai berikut :
Penetrasi Diameter Kedalaman
Dibawah 200 55 mm 35 mm
200 300 70 mm 45 mm
f. Bak perendam (water bath)
Terdiri dari bejana dengan isi tidak kurang dari 10 lt dan dapat menahan
suhu tertentu dengan ketelitian lebih kurang 0,1 8C.
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
49
Bejana dilengkapi dengan pelat dasar berlubang lubang terletak 50
mm di atas dasar bejana dan tidak kurang dari 100 mm dibawah
permukaan air dalam bejana.
g. Tempat air untuk benda uji ditempatkan di bawah alat penetrasi. Tempat
tersebut mempunyai isi tidak kurang dari 350 ml, dan tinggi yang cukup
untuk merendam benda uji tanpa bergerak.
h. Pengukur waktu.
Untuk pengukuran penetrasi dengan tangan dpielukan stop watch
dengan skala pembagian terkecil 0,1 detik atau kurang dari kesalahan
tertinggi 0,1 detik per detik. Untuk pengukuran penetrasi dengan alat
otomatis kesalahan alat tersebut tidak boleh melebihi 0,1 detik.
i. Termometer.
3.5.3 BENDA UJI
Panaskan contoh perlahan lahan serta aduklah hingga cukup cair
untuk dapat dituangkan. Pemanasan conton untuk ter tidak lebih dari 60 8C
diatas titik lembek dan untuk bitumen tidak lebih dari 90 8C diatas titik
lembek. Waktu pemanasan tidak boleh melebihi 30 menit. Aduklah
perlahan lahan agar udara tidak masuk kedalam contoh.
Setelah contoh cair merata tuangkan ke dalam tempat contoh dan
diamkan hingga dingin. Tinggi contoh dalam tempat tersebut tidak kurang
dari angka penetrasi.
Tutuplah benda uji agar bebas dari debu dan diamkan pada suhu
ruangan selama 1 sampai 1,5 jam untuk benda uji kecil dan 1,5 sampai 2
jam untuk benda uji yang besar.
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
50
3.5.4 CARA KERJA
a. Letakkan benda uji dalam tempat air yang kecil dan masukkan tempat
air tersebut ke dalam bak perendam yang telah berada pada suhu yang
telah ditentukan. Diamkan bak tersebut selama 1 sampai 1,5 jam untuk
benda uji kecil dan 1,5 sampai 2 jam untuk benda uji besar.
b. Periksalah pemegang jarum agar jarum dapat dipasang dengan baik dan
bersuhkan jarum penetrasi dengan toluene atau pelarut lain kemudian
keringkan jarum tersebut dengan lap bersih dan pasanglah jarum pada
pemegang jarum.
c. Letakkan pemberat 50 gr di atas jarum untuk memeperoleh beban
sebesar (110 6 0,1) gr
d. Pindahkan tempat air dari bak perendam ke bawah alat penetrasi.
e. Turunkan jarum perlahan lahan sehingga jarum tersebut menyentuh
permukaan benda uji. Kemudian aturlah angka 0 arloji penetrometer,
sehingga jarum penunujuk berhimpit padanya.
f. Lepaskan penegang jarum dan serentak jalankan stop watch selama
jangka waktu (5 6 0,1) detik.
g. Putarlah arloji penetrometer dan bacalah angka penetrasi yang
berhimpit dengan jarum penunjuk. Bulatkan hingga angka 0,1 mm
terdekat.
h. Lepaskan jarum dari pemegang jarum dan siapkan alat penetrasi untuk
pekerjaan berikutnya.
i. Lakukan pekerjaan a sampai g diatas tidak kuarng dari 3 kali untuk
benda uji yang sama dengan ketentuan setiap titik pemeriksaan berjarak
satu sama lain dan dari tepi dinding tidak lebih dari 1 cm.
3.5.5 PELAPORAN
Laporkan angka penetrasi rata rata dalam bilangan bulat
sekurangkurangnya dari 3 pembacaan dengan ketentuan bahwa hasil
hasil pembacaan tidak melampaui ketentuan di bawah ini :
Hasil Penetrasi 0 49 50 149 150 249 200
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
51
Toleransi 2 4 6 9
3.5.6 CATATAN
a. Termometer untuk bak perendam harus ditera.
b. Bitumen dengan penetrasi kurang dari 150 dapat diuji dengan alat alat
dan cara pemeriksaan ini, sedangkan bitumen dengan penetrasi antara
350 sampai 500 perlu dilakukan dengan alat lain.
c. Apabila pembacaan stop watch tidak lebhi dari (5 6 0,1) detik dari hasil
tersebut tidak berlaku (diabaikan).
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
52
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
FAKULTAS TEKNIK
LAB. JALAN RAYA
Material : Aspal
Pengerjaan : Laston WC
Dikerjakan : Kelompok 10
PENETRASI BAHAN BAHAN BITUMEN
(AASTHO T-49-68)
Contoh Dipanaskan
Mulai jam :08.30
Suhu Oven : 170
o
C
Selesai jam :09.00
Didiamkan pada suhu ruang
Mulai jam :09.00
Suhu Water Bath : 25
o
C
Selesai jam :11.00
Direndam pada suhu 25
o
C
Mulai jam :11.00
Suhu Alat : 25
o
C
Selesai jam :12.00
Pemeriksaan Penetrasi
Pada suhu 25
o
C
Mulai jam :12.40
Selesai jam :13.00
Penetrasi Pada Suhu 25
o
C Percobaan
(100 gram selama 5 detik)
1 2
Pengamatan :
1 65 62
2 65 66
3 61 63
63,667 63,667
Rata - Rata 63,667
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
53
3.5.7 KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dengan diketahui penetrasi = 63,667 maka angka toleransinya adalah 4.
Karena angka penetrasi aspal masih berada pada kisaran harga 60 maka
aspal tersebut sesuai dengan spesifikasi Bina Marga untuk kategori aspal
Penetrasi 60/70.
B. SARAN
1. Pembacaan nilai nilai didalam pengambilan data data percobaan,
hendaknya dilakukan lebih teliti oleh beberapa orang sebagai
pembanding sehingga peluang suatu kesalahan dapat diminimalisir.
2. Sebagai hasil analisa perhitungan, sebaiknya perlu memperhatikan
satuan-satuan yang dipergunakan.
3. Alat di laboratorium jalan hendaklah diperbaiki sehingga tidak terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan.
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
54
3.6 DAKTILITAS BAHAN-BAHAN BITUMEN
(AASHTO T 51 74) (ASTM D -113 - 69)
3.6.1 MAKSUD
Maksud pemeriksaan ini adalah mengukur jarak terpanjang yang dapat
ditarik antara dua cetakan yang berisi dua bitumen keras sebelum putus,
pada suhu dan kecepatan tarik tertentu.
3.6.2 PERALATAN
a. Termometer
b. Cetakan daktilitas kuningan gambar 2
c. Bak perendam isi 10 liter yang dapat menjaga suhu tertentu selama
pengujian dengan ketelitian 0,1 C dan benda uji dapat direndam
sekurang-kurangnya 10 cm, dibawah permukaan air. Bak tersebut
dilengkapi dengan pelat dasar yang berlubang diletakkan 5 cm dari
dasar bak perendam untuk meletakkan benda uji.
d. Mesin uji dengan ketentuan sebagai berikut :
- Dapat menarik benda uji dengan kecepatan yang cepat
- Dapat menjaga benda uji tetap terendam dan tidak menimbulkan
getaran selama pemeriksaan
e. Methyl alkihol teknik dan sodium klorida teknik
3.6.3 BENDA UJI
a. Lapisi semua bagian dalam cetakan daktilitas dan bagian atas pelat
dasar dengan campuran glycerin dan dextrin atau glycerin dan kaolin
atau amalgam. Kemudian pasanglah cetakan daktilitas diatas pelat
dasar.
b. Panaskan contoh aspal kira-kira 100 gram sehingga cair dan dapat
dituang. Untuk menghindari pemanasan setempat, lakukan dengan hati-
hati. Pemanasan dilakukan sampai suhu antara 80C sampai 100C di
atas titik lembek. Kemudian contoh disaring dengan saringan No. 59
dan setelah diaduk dituang ke dalam cetakan.
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
55
c. Pada waktu mengisi cetakan, contoh dituang hati-hati dari ujung ke
ujung hingga penuh berlebihan.
d. Dinginkan cetakan pada suhu ruang selama 30 sampai 40 menit lalu
pindahkan seluruhnya ke dalam bak perendam yang telah disiapkan
pada suhu pemeriksaan (sesuai dengan spesifikasi) selama 30 menit,
kemudian ratakan contoh yang berlebihan dengan pisau atau spatula
yang panas sehingga cetakan terisi penuh dan rata.
3.6.4 CARA MELAKUKAN
a. Benda uji didiamkan pada suhu 25C dalam bak perendam selama 85
95 menit, kemudian lepaskan benda uji dari plat dasar dan sisi-sisi
cetakan.
b. Pasanglah benda uji pada saat mesin uji dan tariklah benda uji secara
teratur dengan kecepatan 5 cm/menit sampai benda uji putus. Perbedaan
kecepatan lebih kurang 5 % masih diijinkan.
c. Baca jarak antara pemegang cetakan, pada saat benda uji putus (dalam
cm). Selama percobaan berlangsung benda uji harus selalu terendam
sekurang-kurangnya 2,5 cm dari air dan suhu dipertahankan tetap (25
9,5) C.
3.6.5 HASIL PERCOBAAN DAKTILITAS
Berdasarkan hasil pengamatan dilaboratorium selama percobaan
berlangsung dapat dilaporkan hal-hal sebagai berikut :
- Didalam bak perendaman tidak digunakan zat-zat aditif seperti yang
disarankan hanya menggunakan air suling sehingga berat jenis air tidak
sama dengan berat jenis benda uji, air rendaman hanya berfungsi
sebagai pengambang agar benda uji tidak menyentuh dasar bak
perendam.
- Dari hasil pengamatan akhir benda uji (masih elastis) berhasil ditarik
sampai jarak 125 cm dan belum putus, hanya berupa lembaran yang
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
56
sangat tipis seperti helai rambut. Hal ini menunjukkan bahwa aspal
tersebut memiliki kegetasan yang baik.
- Percobaan dilakukan satu kali saja sehingga tidak dapat dibuat rata-rata.
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
57
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
FAKULTAS TEKNIK
LAB. JALAN RAYA
Material : Aspal Pen 60/70
Pengerjaan : Laston WC
Dikerjakan : Kelompok 10
Pemeriksaan Daktilitas (Kegetasan) Aspal
(SNI-06-2432-1991)
(AASTHO T-51-89)
(ASTM D-5-71)
Contoh Dipanaskan
Mulai jam : 09.00
Suhu : 170
o
C
Selesai jam : 10.20
Didiamkan pada suhu
ruangan
Mulai jam : 10.30
Suhu Water
Bath
: 25
o
C
Selesai jam : 11.15
Direndam pada suhu 25
o
C
Mulai jam : 11.20
Suhu Alat : 25
o
C
Selesai jam : 12.05
Pemeriksaan Penetrasi pada
suhu 25
o
C
Mulai jam : 13.10
Selesai jam : 13.30
Daktilitas Pada Suhu 25
o
C
Percobaan
(100 gram selama 5 detik)
1 2
Pengamatan :
1 > 100 cm > 100 cm
2 > 100 cm > 100 cm
3 > 100 cm > 100 cm
Rata-rata > 100 cm
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
58
3.6.6 ANALISA
Dari analisa kegetasan bitumen cukup baik karena belum putus setelah
jarak 100 cm.
CATATAN
- Jarak lebih dari 1 meter layak digunakan.
- Benda uji menyentuh dasar mesin uji. Karena air tidak sesuai standar
(Bj Air = Bj Aspal)
3.6.7 KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari percobaan hasil percobaan yang didapat diatas dimana bitumen tidak
putus di atas jarak 100 cm, dapat disimpulkan bahwa aspalnya sangat baik
untuk digunakan sebagai bahan pengikat perkerasan karena tingkat
elastisitasnya sangat baik.
B. SARAN
Pembacaan nilai nilai didalam pengambilan data data percobaan,
hendaknya dilakukan lebih teliti oleh beberapa orang sebagai pembanding
sehingga peluang suatu kesalahan dapat diminimalisir.
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
59
3.7 PEMERIKSAAN BERAT JENIS BITUMEN KERAS DAN TER
(ASSHTO T 228 68) (ASTM D 70 72)
3.7.1 MAKSUD
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menetukan berat jenis bitumen
keras dan ter dengan piknometer. Berat jenis bitumen atau ter adalah
perbandingan antara berat air suling dengan isi yang sama pada suhu
tertentu.
3.7.2 PERALATAN
a. Thermometer
b. Bak perendam yang dilengkapi dengan pengatur suhu dengan ketelitian
(2560,1) 8C
c. Piknometer
d. Air suling sebanyak 1000 m
3
.
e. Bejana gelas
3.7.3 BENDA UJI
1. Panaskan contoh bitumen keras atau ter sejumlah 50 gram sampai
menjadi air dan aduklah untuk mencegah pemanasan setempat.
Pemanasan tidak boleh lebih dari 30 menit pada suhu 568 C diatas titik
lembek.
2. Tuangkan contoh tersebut ke dalam piknometer yang telah kering
hingga terisi bagian.
3.7.4 CARA KERJA
a. Isilah bejana dengan air suling sehingga diperkirakan bagian atas
piknometer yang tidak terendam 40 mm. kemudian rendam dan jepitlah
bejana tersebut dalam bak perendam sehingga terendam sekurang
kurangnya 100 mm, aturlah bak perendam pada suhu 258C.
b. Bersihkan, keringkan dan timbanglah piknometer dengan ketelitian 1
mg (A)
c. Angkatlah bejana dari bak perendam dan isilah piknometer dengan air
suling, kemudian tutuplah piknometer tanpa ditekan.
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
60
d. Letakkan piknometer ke dalam bejana dan tekanlah penututp sehingga
rapat. Kembalikan bejana berisis piknometer ke dalam bak perendam.
Diamkan bejana tersebut di dalam bak perendam selama sekurang
kurangnya 30 menit, kemudian angkatlah piknometer dan keringkan
dengan lap. Timbanglah piknometer dengan ketelitian 1 mg (B)
e. Tuangkan benda uji tersebut ke dalam piknometer yang telah kering
hingga terisi bagian
f. Biarkan piknometer sampai dingin, waktu tidak kurang dara 40 menit
dan timbanglah dengan penutupnya dengan ketelitian 1 mg (C)
g. Isilah piknometer yang tersisi benda uji dengan air suling dan tutuplah
tanpa ditekan, diamkan agar gelembung udara keluar.
h. Angkatlah bejana dari bak perendam dan letakkan piknometer di
dalamnya dan kemudian tekanlah penutup hingga rapat. Masukkan dan
diamkan bejana ke dalam bak perendam selama sekurang kurangnya
30 menit. Angkat, keringkan dan timbanglah piknometer (D).
3.7.5 ANALISA DAN PERHITUNGAN
Perhitungan berat jenis aspal dengan rumus :
BJ =
) )( (
) (
C D A B
A C
Dimana :
A = berat piknometer
B = berat piknometer berisis air
C = berat piknometer berisi aspal
D = berat piknometer berisis aspal dan ter
3.7.6 PELAPORAN
Laporan berat jenis bitumen keras atau ter sampai tiga angka dibelakang
koma
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
61
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
FAKULTAS TEKNIK
LAB. JALAN RAYA
Material : Aspal
Dikerjakan : Kelompok 10
BERAT JENIS BITUMEN KERAS DAN TER
AASHTO T22868
No. Uraian Satuan
Percobaan
1
a Berat Pikno gram 33.43
b Berat Pikno + Air gram 56.25
c Suhu Air
o
C 28
d Berat Pikno + Aspal gram 49.82
e Berat Pikno + Aspal + Air gram 57.11
f Suhu Air
o
C 26.2
g Berat Jenis [(d-a)/( b-a )-(e-d)] gram /cc 1.05538
h Berat Jenis Rata - rata gram /cc 1.055
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
62
3.7.7 KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari hasil perhitungan berat jenis Bitumen keras (aspal) diatas didapat
bahwa berat jenis aspal aspal yang digunakan adalah sebesar 1,055 gr/cc
dan memenuhi standar dari Bina Marga yaitu lebih dari 1,00.
B. SARAN
1. Proses penghitungan diharapkan lebih teliti di dalam penggunaan satuan
karena akan berakibat fatal pada perhitungan perhitungan lainnya.
2. Mahasiswa hendaknya menyiapkan diri terlebih dahulu dalam
penguasaan materi , sehingga dalam pelaksanaannya, mahasiswa dapat
lebih cekatan dan kreatif dalam melaksanakan praktikum tersebut.
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
63
3.8 VISKOSITAS DENGAN ALAT SAYBOLT FUROL
(KEKENTALAN ASPAL) (AASTHO T-72-90)
3.8.1 MAKSUD
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kekentalan
viskositas absolut pada suhu tertentu dan menentukan viskositas kinematik
yang dinyatakan oleh waktu yang dibutuhkan oleh bitumen cair dengan
suhu tertentu untuk mengisi penuh labu gelas.
3.8.2 PERALATAN
a. Saybolt iscometer dan bak perendam.
b. Penyumbat lubang tabung viscometer.
c. Dudukan atau penyangga termometer.
d. Termometer untuk viskositas Saybolt.
Suhu Pengujian Standar
ASTM Termometer
No.
Termometer
Batas (C) Ketelitian (C)
21,11 17 C 19-27 0,1
25,0 17 C 19-27 0,1
37,8 18 C 34-42 0,1
50,01 19 C 49-57 0,1
54,4 19 C 49-57 0,1
60,0 20 C 57-65 0,1
82,2 21 C 79-87 0,1
98,6 22 C 95-103 0,1
e. Termometer untuk bak perendam.
f. Saringan dengan ukuran saringan no. 100.
g. Labu penampung.
h. Alat pencatat waktu dengan interval 0,1 detik dan mempunyai
ketelitian hingga 0,1% bila diuji dengan menggunakan interval 60
menit.
i. Lubang universal, digunakan untuk bahan yang mempunyai kekentalan
(32-1000) detik.
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
64
j. Lubang furol, digunakan untuk bahan yang mempunyai kekentalan
yang lebih besar dari 25 detik.
3.8.3 BENDA UJI
a. Sampel adalah contoh uji sebanyak 60 ml.
b. Panaskan contoh, yang kental dan sulit untuk dituang pada suhu
ruangan, pada suhu 50C beberapa menit sampai dapat dituang.
c. Jangan memanaskan bahan yang cepat menguap atau sedang menguap
pada wadah yang terbuka.
d. Apabila suhu pengujian di atas suhu ruang, panaskan contoh uji tidak
lebih dari 37C di atas suhu penguapan.
3.8.4 CARA KERJA
a. Siapkan bak perendam dengan memilih suhu pengujian tertentu.
b. Suhu pengujian standard untuk mengukur viskositas Saybolt Universal
adalah 21.1C, 37.8C, 54.4C, dan 98.8C.
c. Suhu pengujian standard untuk mengukur viskositas Saybolt Furol
adalah 25.0C, 37.8C, 50.0C, dan 98.9C.
d. Jika suhu pengujian yang dipilih berada diatas suhu kamar, pengujian
bisa dipercepat dengan cara pemanasan contoh sampai mencapai suhu
yang tidak lebih dari 1.7 C di tas suhu pengujian;
e. Aduk contoh hingga merata kemudian saring contoh melalui saringan
dan langsung masukan ke tabung viscosimeter sampai pinggir di atas
lubang viscosimetri;
f. Aduk contoh dalam viscosimeter dengan termometer viscosimeter yang
telah dilengkapi penyangga dengan kecepatan 30 50 putaran per
menit. Apabila suhu contoh tetap konstan dengan toleransi 0.05 C dari
suhu pengujian selama pengadukan 1 menit, angkat termometernya;
g. Ambil contoh yang berlebihan dengan penyedot sampai batas over
flow;
h. Cabut gabus dari viscosimeter dan mulai nyalakan pencatat waktu saat
contoh menyentuh dasar labu;
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
65
i. Matikan pencatat waktu apabila contoh tepat pada batas 60 ml labu
viscosimeter.
j. Catat waktu alir (t) dalamm detik sampai 0.1 detik terdekat;
k. Tutup lubang viscosimeter dengan alat penyumbat.
3.8.5 ANALISA DAN PERHITUNGAN
Viskositas Kinetik (cst) = SFS (detik) x FK
Dimana:
SFS : kekentalan Saybolt Furol yang telah dikoreksi dalam detik;
FK : Faktor Koreksi; FK = 2,18
Berikut adalah Daftar Viskositas Penentu Suhu:
3.8.6 PELAPORAN
Laporan viskositas dengan alat Saybolt Furol sampai tiga angka
dibelakang koma.
Bahan Pengikat Campuran Pemadatan
Kinematik
Saybolt
Furol
Engler Kinematik
Saybolt
Furol
Engler
C st. Det.S.F C.st Det.S.F
Aspal panas 170 6 20 85 6 10 280 6 30 140 6 15
Aspal dingin 170 6 20 83 6 10 280 6 30 140 6 15
TER 25 6 10 40 6 5
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
66
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
FAKULTAS TEKNIK
LAB. JALAN RAYA
Material : Aspal
Dikerjakan : Kelompok 10
VISKOSITAS DENGAN ALAT SAYBOLT FUROL
(KEKENTALAN ASPAL)
AASHTO T-72-90
Pemb. Suhu
Pengamatan
Waktu (detik) Viskositas Kinatik (cst)
120 305.6 416.28
140 91.61 250.77
160 49.52 185.94
180 30.06 155.32
Suhu pemadatan aspal panas pada cst (280+30) = 135
Suhu Pencampuran aspal panas pada cst (170+20) = 160
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
67
3.8.7 KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari hasil perhitungan viskositas diatas didapat bahwa
Suhu pemadatan pada cst (280+30) = 135
Suhu Pencampuran pada cst (170+30) = 160
B. SARAN
1. Proses penghitungan diharapkan lebih teliti di dalam penggunaan
satuan karena akan berakibat fatal pada perhitungan-perhitungan
lainnya.
2. Mahasiswa hendaknya menyiapkan diri terlebih dahulu dalam
penguasaan materi, sehingga dalam pelaksanaannya, mahasiswa
dapat lebih cekatan dan kreatif dalam melaksanakan praktikum
tersebut.
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
68
3.9 PEMERIKSAAN BERAT JENIS FILLER
3.9.1 MAKSUD
Untuk menentukkan berat jenis filler yang dinyatakan dalam
perbandingan antar filler dengan berat jenis air suling yang mempunyai isi
yang sama pada 25 cc mengacu pada MPBJ PB 0108-076 (AASHTO T
10074/ ASMTD85458).
3.9.2 PERALATAN
a. Timbangan dengan kapasitas 5000 gram ketelitian 0,01 gram.
b. Piknometer dengan kapasitas 100 cc.
c. Bak perendam.
d. Air suling.
3.9.3 BENDA UJI
a. Debu batu yang lolos saringan No.200 (0,08 mm).
3.9.4 CARA KERJA
a. Timbang piknometer kosong, kering dengan penutupnya.
b. Timbang benda uji debu kedalam piknometer kira-kira 50 0,01 gram
(W
2
).
c. Tambahkan air suling kedalam piknometer yang berisi debu batu
tersebut secukupnya (cukup untuk merendam debu batu). Panaskan
piknometer selama 10 menit untuk menghilangkan gelembung udara
yang ada pada partikel-partikel debu batu.
d. Setelah dingin, isilah piknometer dengan air suling sampai penuh dan
biarkan 24 jam pada bak air pada suhu 25 C.
e. Bersihkan piknometer dari selaput air dengan kain lap, kemudian
timbang (W
3
).
f. Kosongkan piknometer dari debu batu dan bersihkan, kemudian isi
dengan air suling sampai penuh dan biarkan di dalam bak perendam
pada suhu 25C selama 24 jam, kemudian timbang (W
4
).
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
69
3.9.5 ANALISA DAN PERHITUNGAN
Perhitungan berat jenis filler dengan rumus:
V5 = V1 (A) / V4
Dimana :
A = Berat Isi Air Pada Suhu 25
o
C
V1 = Berat contoh
V4 = Isi Cairan yang Dipindahkan
V5 = Berat jenis filler
3.9.6 PELAPORAN
Laporan berat jenis filler sampai tiga angka dibelakang koma
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
70
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
FAKULTAS TEKNIK
LAB. JALAN RAYA
Material : Filler (Portland Cement)
Pengerjaan : Laston WC
Dikerjakan : Kelompok 10
Berat Jenis Filler (Portland Cement)
(AASHTO T10074)
(ASMTD85458)
Percobaan 1 2
Berat Contoh V1 64.00 gr 64.00 gr
Pembacaan Pertama (Skala Botol) V2 0.50 ml 0.50 ml
Pembacaan Kedua (Skala Botol) V3 20.84 ml 21.15 ml
Isi Cairan yang Dipindahkan (V3 - V2) V4 20.34 ml 20.65 ml
Berat Isi Air Pada Suhu 25
o
C A 1.00 gr/ml 1.00 gr/ml
Berat Jenis Filler, V5
3,15 3,10
V5 = V1.(A) / V4
Rata-rata 3,123
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
71
3.9.7 KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari hasil perhitungan diatas didapat bahwa berat jenis filler
adalah 3,123 gr/ml
B. SARAN
1. Proses penghitungan diharapkan lebih teliti di dalam penggunaan
satuan karena akan berakibat fatal pada perhitungan-perhitungan
lainnya.
2. Mahasiswa hendaknya menyiapkan diri terlebih dahulu dalam
penguasaan materi, sehingga dalam pelaksanaannya, mahasiswa
dapat lebih cekatan dan kreatif dalam melaksanakan praktikum
tersebut.
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
72
3.10 PEMERIKSAAN KADAR LUMPUR AGREGAT HALUS
(SAND EQUIVALENT TEST)
(KEKENTALAN ASPAL) (AASTHO T-72-90)
3.10.1 MAKSUD
Untuk mengetahui kebersihan agregat dari debu halus atau pun
lempung/ lumpur.
3.10.2 PERALATAN
a. Larutan Stock Solution
b. Tabung Gelas Berskala
c. Beban 1050 gr (terbuat dari logam)
3.10.3 BENDA UJI
Pasir lolos saringan No.4 (4,76 mm) sebanyak 150 gr
3.10.4 CARA KERJA
a. Isi tabung gelas dengan larutan stock solution sampai skala 5.
b. Masukkan contoh pasir lolos saringan No.4 (4,76 mm) sebanyak 150
gr, dan biarkan selama 10 menit.
c. Tabung ditutup dengan tutup karet kemudian kocok 90 kali arah
mendatar.
d. Isi larutan zat kimia sampai skala 15, biarkan selama 20 menit 15
detik.
e. Masukkan beban, baca skala beban.
3.10.5 ANALISA DAN PERHITUNGAN
Nilai SE =
3.10.6 PELAPORAN
Laporan sand equivalent sampai tiga angka dibelakang koma.
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
73
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
FAKULTAS TEKNIK
LAB. JALAN RAYA
Material : Pasir
Dikerjakan : Kelompok 10
Tanggal : 30 Desember 2010
PEMERIKSAAN SAND EQUIVALENT
(AASTHO T-72-90)
No. Uraian Sampel 1
1
Skala Lumpur (bacaan tinggi lumpur pada
tabung skala sebelum pembebanan)
4,6
2
Skala Pasir (bacaan tinggi pasir pada tabung
skala setelah pembebanan)
3,2
3 SE =
Skala pasir
/
Skala lumpur
100%
3.2
4.6
100 69.565 =
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
74
3.10.7 KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari hasil perhitungan nilai sand equivalent yang diperoleh
sebesar 69,57 %. Hasil tersebut memenuhi persyaratan minimal 50%.
B. SARAN
1. Proses penghitungan diharapkan lebih teliti di dalam penggunaan
satuan karena akan berakibat fatal pada perhitungan-perhitungan
lainnya.
2. Mahasiswa hendaknya menyiapkan diri terlebih dahulu dalam
penguasaan materi, sehingga dalam pelaksanaannya, mahasiswa
dapat lebih cekatan dan kreatif dalam melaksanakan praktikum
tersebut.
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
75
3.11 PENGUJIAN TITIK LEMBEK ASPAL (SOFTENING POINT WITH
RING AND BALL TEST) (SNI 06-2434-1991)
3.11.1 PENDAHULUAN
Aspal adalah material termoplastik yang secara bertahap mencair,
sesuai dengan pertambahan suhu dan berlaku sebaliknya pada pengurangan
suhu. Namun demikian perilaku/respon material aspal tersebut terhadap
suhu pada prinsipnya membentuk suatu spektrum/beragam, tergantung cari
komposisi unsur-unsur penyusunnya.
Percobaan ini diciptakan karena pelembakan (softening) bahan-
bahan aspal dan ter, tidak terjadi secara sekejap pada suhu tertentu, tapi
lebih merupakan perubahan gradul seiring penambahan suhu. Oleh sebab
itu, setiap prosedur yang dipergunakan untuk menentukan titik lembek aspal
atau ter, hendaknya mengikuti sifat dasar tersebut, artinya penambahan suhu
pada percobaan hendaknya berlangsung secara gradual dalam jenjang yang
halus.
Dalam percobaan ini, titik lembek ditunjukkan dengan suhu pada
saat bola baja, dengan berat tertentu, mendesak turun suatu lapisan aspal
atau ter tersebut menyentuh pelat dasar yang terletak pada tinggi tertentu
sebagai akibat kecepatan pemanasan.
Titik lembek menjadi salah satu batasan dalam penggolongan aspal
dan ter. Titik lembek haruslah diperhatikan saat akan membangun
konstruksi perkerasan jalan. Titik lembek aspal dan ter adalah 30 C 200
C, yang artinya masih ada nilai-nilai titik lembek yang hampir sama
dengan suhu permukaan jalan pada umumnya. Untuk itu dilakukan usaha
untuk mempertinggi titik lembek ini antara lain dengan menggunakan filler
terhadap campuran beraspal.
Metoda Ring and Ball yang pada umumnya diterapkan pada bahan
aspal dan ter ini, dapat mengukur titik lembek bahan semisolid sampai
solid. Titik lembek adalah besarnya suhu dimana aspal mencapai derajat
kelembekan (mulai meleleh) di bawah kondisi spesifik dari tes. Berdasarkan
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
76
tes/apparatus yang ada disimpulkan bahwa pengujian titik lembek
dipengaruhi banyak faktor.
Spesifikasi Bina Marga tentang titik lembek untuk aspal keras PEN
40 (Ring and Ball Test) adalah 51 C (minimum) dan 63 C (maksimum),
sedangkan untuk PEN 60 adalah minimum 48 C dan maksimum 58 C.
Faktor yang mempengaruhi pengujian titik lembek adalah: kualitas
dan jenis cairan penghantar, berat bola besi, jarak antara ring dengan dasar
plat besi serta besarnya suhu pemanasan.
Gambar 3. Pemeriksaan Titik Lembek
3.11.2 TUJUAN PENGUJIAN
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui suhu dimana aspal dan
juga ter mulai lembek dan dapat digunakan dengan menggunakan alat
Ring and Ball. Suhu ini pun yang menjadi acuan di lapangan atas
kemampuan aspal dan juga ter menahan suhu permukaan yang terjadi
untuk tidak lembek sehingga dapat mengurangi daya lekatnya.
3.11.3 PERALATAN
1. Cincin kuningan.
2. Bola baja, diameter 9,53 mm dan berat 3,45 gram sampai 3,55 gram.
3. Dudukan benda uji, lemgkap dengan pengarah bola baja dan plat
dasar yang mempunyai jarak tertentu.
4. Bejana gelas tahan pemanasan mendadak diameter dalam 8,5 cm
dengan tinggi 12 cm berkapasitas 800 ml.
5. Termometer.
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
77
6. Penjepit.
7. Alat pengarah bola.
8. Benda uji yang digunakan adalah aspal sebanyak 25 gram.
3.11.4 CARA KERJA
1. Pasang dan aturlah benda uji di atas kedudukan dan letakkan pengarah
bola di atasnya. Kemudian masukan seluruh peralatan tersebut ke
dalam bejana gelas.
2. Isilah bejana dengan air suling baru, dengan suhu (5 1) C sehingga
tinggi permukaan air berkisar antara 101,6 sampai 108 mm.
3. Letakkan termometer yang sesuai untuk pekerjaan ini diantara kedua
benda uji (kurang lebih dari 12,7 mm dari tiap cincin).
4. Periksalah dan aturlah jarak antara permukaan pelat dasar benda uji
sehingga menjadi 25,4 mm.
5. Letakkan bola-bola baja yang bersuhu 5 C di atas dan di tengah
permukaan masing-masing benda uji yang bersuhu 5 C menggunakan
penjepit dengan memasang kembali pengarah bola.
6. Panaskan bejana sehingga kenaikan suhu menjadi 5 C per menit.
Kecepatan pemanasan rata-rata dari awal dan akhir pekerjaan ini.
Untuk 3 menit pertama perbedaan kecepatan pemanasan tidak boleh
melebihi 0,5 C.
3.11.5 ANALISA DATA
Catatlah waktu setiap kenaikan suhu 5 C. Suhu mulai pengujian
adalah 5 C. Dan laporkan suhu pada saat setiap bola menyentuh pelat
dasar. Laporkan suhu titik lembek bahan bersangkutan dari hasil
pengamatan rata-rata dan bulatkan sampai 0,5 C terdekat untuk tiap
percobaan ganda (duplo).
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
78
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
FAKULTAS TEKNIK
LAB. JALAN RAYA
Dikerjakan : Kelompok 10
Material : Aspal Pen 60/70
Diperiksa : Laboran Lab.Jalan Raya Fakultas Teknik UNTAN
Tanggal : 31 Desember 2010
PENGUJIAN TITIK LEMBEK (RING & BALL)
(AASTHO T 53 74)
(ASTM D 36 86)
(SNI 06 2434 1991)
No
Suhu yang diamati
( C)
Waktu ( detik ) Titik Lembek ( C ) Keterangan
1 15 0'0"
2 20 1'44"
3 25 2'54"
4 30 3'38"
5 35 5'44"
6 40 6'45"
7 45 7'46"
8 50 8'
9 55 9'11" 55 BOLA 1 JATUH
10 57 930 57 BOLA 2 JATUH
Titik Lembek rata-rata 56
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
79
3.11.6 KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari hasil perhitungan nilai titik lembek aspal diperoleh nilai
sebesar 56C. Hasil tersebut memenuhi persyaratan antara 48C-58C.
B. SARAN
1. Proses penghitungan diharapkan lebih teliti di dalam penggunaan
satuan karena akan berakibat fatal pada perhitungan-perhitungan
lainnya.
2. Mahasiswa hendaknya menyiapkan diri terlebih dahulu dalam
penguasaan materi, sehingga dalam pelaksanaannya, mahasiswa
dapat lebih cekatan dan kreatif dalam melaksanakan praktikum
tersebut.
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
80
3.12 PENGUJIAN TITIK NYALA DAN TITIK BAKAR ASPAL (FLASH
AND FIRE POINTS BY CLEVELAND OPEN CUP) (SNI 06-2433-
1991)
3.12.1 MAKSUD
Metode ini dimaksudkan sebagai acuan and pegangan dalam
pelaksanaan pengujian titik nyala dan titik bakar bahan aspal dengan
cleveland open cup.
3.12.2 PERALATAN
1. Termometer.
2. Cleveland open cup.
3. Pelat pemanas, terdiri dari logam untuk meletakkan cawan clevenland.
4. Sumber pemanasan: pembakaran melalui gas.
5. Penahan angin.
3.12.3 CARA KERJA
1.
dipersiapkan dengan cara sebagai berikut :
2. cair.
Kemudian isilah cawan cleveland sampai garis batas.
3. Letakkan cawan diatas pelat pemanas dan aturlah sumber pemanas
sehingga terletak di bawah titik tengah cawan.
4. Letakkan nyala api penguji dengan poros pada jarak 75 mm dari titik
tengah cawan.
5. Tempatkan termometer tegak lurus di dalam benda uji diatas dasar
cawan dan letakkan pada satu garis yang menghubungkan titik tengah
cawan dan titik poros nyala penguji, kemudian aturlah sehingga poros
termometer terletak pada jarak diameter cawan dari tepi.
6. Tempatkan penahan angin di depan nyala penguji.
7. Nyalakan sumber pemanas dan aturlah pemanasan sehingga kenaikan
suhu 1)C per menit sampai benda uji mencapai suhu
56C di bawah titik nyala perkiraan.
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
81
8. Kemudian aturlah kecepatan pemanasan 5C sampai 6C per menit
pada suhu antara 56C dan 28C dibawah titik nyala perkiraan.
9. Nyalakan nyala penguji dan aturlah agar diameter nyala penguji
tersebut menjadi 3,2 mm sampai 4,8 mm.
10. Putarlah nyala penguji sehingga melalui permukaan cawan (dari tepi ke
tepi cawan) dalam waktu satu detik, ulangi pekerjaan tersebut setiap
kenaikan suhu 5C.
11. Lanjutkan pengujian sampai terlihat nyala singkat pada suatu titik di
atas permukaan benda uji, baca suhu pada termometer dan catat.
12. Lanjutkan pengujian sampai terlihat nyala yang agak lama sekurang-
kurangnya 5 detik di atas permukaan benda uji, baca suhu pada
thermometer dan catat.
3.12.4 PELAPORAN
Laporan hasil rata-rata pemeriksaan titik nyala dan titik bakar dengan
memperhatikan suhu minimum titik nyala yaitu 200C.
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
82
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
FAKULTAS TEKNIK
LAB. JALAN RAYA
Dikerjakan : Kelompok 10
Material : Aspal Pen 60/70
Diperiksa : Laboran Lab.Jalan Raya Fakultas Teknik UNTAN
Tanggal : 30 Desember 2010
PENGUJIAN TITIK NYALA DAN TITIK BAKAR
(SNI 06-2433-1991)
Contoh Dipanaskan Pkl: 14.23 Suhu oven: 180C
Penuangan Pkl: 14.37 Suhu penuangan: 180C
Pemeriksaan Pkl: 14.37 Suhu oven: 180C
Selesai Pkl: 16.41 Suhu: 255C
Pembacaan suhu (C)
Hasil
Nyala (C) Bakar (C)
199
214
229
242
255 255
257 257
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
83
3.12.5 KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari hasil perhitungan nilai titik nyala aspal diperoleh nilai
sebesar 255C dan titik bakar diperoleh nilai sebesar 257C. Hasil
tersebut memenuhi persyaratan minimal 200C.
B. SARAN
1. Proses penghitungan diharapkan lebih teliti di dalam penggunaan
satuan karena akan berakibat fatal pada perhitungan-perhitungan
lainnya.
2. Mahasiswa hendaknya menyiapkan diri terlebih dahulu dalam
penguasaan materi, sehingga dalam pelaksanaannya, mahasiswa
dapat lebih cekatan dan kreatif dalam melaksanakan praktikum
tersebut.
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
84
3.13 TES CAMPURAN ASPAL DENGAN ALAT MARSHALL
(AASHTO T 245 74)(ASTM D 1559 62)
3.13.1 MAKSUD
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan ketahanan
(stabilitas) terhadap kelelehan plastis (flow) dari campuran aspal.
Ketahanan (stabilitas) adalah kemampuan suatu campuran aspal
untuk menerima beban sampai terjadi kelelehan plastis yang dinyatakan
dalam kilogram atau pound.
Kelelehan plastis adalah keadaan perubahan bentuk suatu campuran
aspal yang terjadi akibat suatu beban sampai batas runtuh yang dinyatakan
dalam mm atau 0,01.
3.13.2 PERALATAN
1. 3 buah cetakan benda uji yang berdiameter 10 cm (4) dan tinggi 7,5 cm
(3) lengkap dengan pelat alas dan leher sambur.g.
2. Alat pengeluar benda uji.
Untuk benda uji yang sudah dipadatkan dari dalam cetakan benda uji
dipakai sebuah alat objector.
3. Penumbuk yang mempunyai permukaan tumbuk rata berbentuk silinder
dengan berat 4,536 kg (10 pound), dan tinggi jatuh bebas 45,7 cm (18).
4. Landasan pemadat terdiri dari balok kayu (jati atau sejenisnya)
berukuran kira kira 20 X 20 X 45 cm (8X8X8) yang dilapisi
dengan pelat baja berukuran 30X30X3,5 cm (12x12x1) dan
diikatkan pada lantai beton dengan empat bagian siku.
5. Silinder cetakan benda uji.
6. Mesin tekan lengkap dengan :
Kepala penekan berbentuk lengkung (breaking head)
Cincin penguji yang berkapasitas 2500 kg (5000 pound)dengan
ketelitian 12,5 kg (25 pound) dilengkapi denganarloji tekan dengan
ketelitian 0,0025 cm
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
85
Arloji kekelehan dengan ketelitian 0,25 mm dengan
perlengkapannya.
7. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
(200 6 3) 8C.
8. Bak perendam (water bath) dilengkapi dengan pengatur suhu minimum
200 8C.
9. Perlengkapan lain :
Panci panic untuk memanaskan agregat, aspal, dan campuran aspal.
Pengukur suhu dari logam (metal thermometer) berkapasitas 2508C
dengan ketelitian 0,5 atau 1 % dari kapasitas.
Timbangan yang dilengkapi penggantung benda uji berkapasitas 2
kg dengan ketelitian 0,1 gr dan timbangan berkapasitas 5 kg dengan
ketelitian 1 gr.
Kompor
Sarung asbes dan karet
Sendok pengaduk dan perlengkapan lainnya.
3.13.3 BENDA UJI
1. Persiapan benda uji.
Keringkan agregat sampai beratnya tetap pada suhu (105 6 5) 8C.
Pisahkan agregat dengan cara penyaringan kering ke dalam fraksi
fraksi yang dikehendaki atau seperti berikut ini :
1 sampai 3/4,3/4 sampai 3/8,3/8 sampai No.4, No 4 sampai No.6,
lewat No 6, dll.
2. Penentuan suhu pencampuran dan pemadatan.
Suhu pencampuran dan pemadatan harus ditentukan sehingga
bahan pengikat yang dipakai menghasilkan viskositas seperti daftar
No.1. Suhu pemadatan aspal panas untuk test marshall ini adalah 135 C
dan suhu pencampuran aspal panas pada test marshall ini adalah 160 C.
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
86
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
87
Daftar Viskositas Penentu Suhu:
3. Persiapan pencampuran
Untuk tiap benda uji diperlukan agregat sebanyak 6 1200 gram,
sehingga menghasilkan tinggi benda uji kira kira 6,25 cm & 0,125 cm.
Panaskan panci pencampur beserta agregat kira kira 288C diatas
suhu pencampur untuk aspal panas dan TER dan aduk sampai merata,
untuk aspal dingin pemanasan sampai 148C diatas suhu pencampuran.
Sementara itu panaskan aspal sampai suhu pencampuran. Tuangkan
aspal sebanyak yang dibutuhkan ke dalam agregat yang sudah dipanaskan
tersebut, kemudian aduklah dengan cepat pada suhu sesuai 3,6 sampai
agregat terlapis merata.
4. Pemadatan benda uji.
Bersihkan perlengkapan cetakan benda uji serta bagian muka benda
uji serta bagian muka penumbuk dengan seksama dan panaskam sampai
suhu antara 93,3 dan 148,98C.
Letakkan selambar kertas saring atau kertas penghisap yang sudah
digunting menurut ukuran cetakan ke dalam dasar cetakan, kemudian
masukkanlah, sebelum campuran kedalam cetakan dan tusuk tusuk
campuran keras keras dengan spatula yang dipanaskan atau diaduklah
dengan sendok semen 15 kali keliling pinggirannya dan 10 kali dibagian
dalamnya.
Bahan Pengikat Campuran Pemadatan
Kinematik
Saybolt
Furol
Engler Kinematik
Saybolt
Furol
Engler
C st. Det.S.F C.st Det.S.F
Aspal panas 170 6 20 85 6 10 280 6 30 140 6 15
Aspal dingin 170 6 20 83 6 10 280 6 30 140 6 15
TER 25 6 10 40 6 5
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
88
Lepaskan lehernya, ratakanlah permukaan campuran dengan sendok
semen menjadi bentuk yang sedikit cembung.
Waktu akan dipadatkan suhu campuran dalam batas batas suhu
pemadatan, seperti disebut pada 3.B.
Letakkanlah cetakan diatas landasan pemadat dalam pemegang,
samakan.
Lakukan pemadatan dengan alat penimubuk sebanyak 75,50,35
sesuai kebutuhan dengan tinggi jatuh 45 cm (18) , selama pemadatan
tahanlah agar sumbu palu pemadat selalu tegak lurus pada alas cetakan.
Lepaskan keping alas dan lehernya. Balikkan alat cetak berisi benda
uji. Dan pasanglah kembali perlengkapannya.
Terhadap permukaan benda uji yang sudah dibalik ini tumbuklah
dengan jumlah tumbukan yang sama. Sesudah pemadatan lepaskan
keping alas dan pasanglah alat pengeluar benda uji pada permukaan ujung
ini.
Dengan hati hati keluarkan dan letakkan benda uji diatas
permukaan yang rata dan halus, biarkan selama kira kira 24 jam pada
suhu ruang.
3.13.4 CARA KERJA
1. Bersihkan benda uji dari kotoran kotoran yang menempel.
2. Berilah tanda tanda pengenal masing masing benda uji.
3. Ukur tinggi benda uji dengan ketelitian 0,1 mm.
4. Timbang benda uji.
5. Rendam dalam air kira kira 24 jam pada suhu ruang.
6. Timbang dalam air untuk mendapatkan isi.
7. Timbang benda uji dalam kondisi kering permukaan jenuh.
8. Rendamlah benda uji aspal panas atau benda uji ter dalam bak
perendam selama 30 menit sampai 40 menit atau dipanaskan dalam
oven selama 2 jam dengan suhu tetap (60 6 1)8C, untuk benda uji aspal
panas dan (38 6 1) 8C , untuk benda uji ter. Untuk benda uji aspal
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
89
dingin masukkan benda uji kedalam oven selama minimum 2 jam
dengan suhu tetap (25 6 1) 8C.
Sebelum melakukan pengujian bersihkan batang penuntun (gruide road)
dan permukaan dalam dari kepala penekan (test head). Lumasi batang
penuntun sehingga kepala penekan yang atas dapat meluncur bebas, bila
dikehendaki kepala penekan direndam bersama sama benda uji pada
suhu antara 21 38 8C.
Keluarkan benda uji dari bak perendam atau dari oven atau dari
pemanas udara diletakkan ke dalam segmen bawah kepala penekan.
Pasang segmen diatas benda uji dan letakkan keseluruhannya dalam
mesin penguji.
Pasang arloji kelelehan (flow meter) pada kedudukannya diatas salah
sbatang penentu dan atur kedudukan jarum penunjuk angka nol,
sementara selubung tangkai arloji (sleeve) dipegang tegah rethadap
segmen atas kepala penekan (breaking head).
Tekan selubung tangkai arloji kelelehan tersebut pada segmen atas dari
kepala penekan selama pembebanan berlangsung.
9. Sebelum pembebanan diberikan, kepala penekan benda ujinya
dinaikkan hingga menyentuh alas cincin penguji.
Atur kedudukan jarum arloji tekan pada angka nol. Berikan
pembebanan kepada benda uji dengan kecepatan tetap sebesar 50 mm
per menit samapi pembebanan maksimum tercapai. Lepaskan selubung
tangkai arloji kelelehan (sleeve) pada saat pembebanan mencapai
maksimum dan catat nilai kelelehan yang ditunjukkan oleh jarum arloji
kelelehan. Waktu yang diperlukan dan saat diangkat benda uji dari
rendaman air samapai terfapainya beban maksimum tidak boleh
melebihi 30 detik.
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
90
3.13.5 PELAPORAN
Kadar aspal dilaporkan dalam bilangan desimal atau angka
dibelakang koma.Berat isi dilaporkan dalam ton/m
3
dua angka dibelakang
koma. Persen rongga terhadap batuan dilaporkan dalam bilangan bulat.
Persen rongga terhadap campuran dilaporkan dalam bilangan desimal satu
angka dibelakang koma. Persen rongga terisi aspal dilaporkan dalam bilangan
bulat. Stabilitas dilaporkan dalam bilangan bulat. Untuk setiap benda uji
diperiksa laporan harus meliputi keterangan sebagai berikut :
a. Tinggi benda uji percobaan
b. Benan maksimum dalam pon, bila perlu dikoreksi
c. Nilai kelelehan dalam persatuan inchi
d. Suhu pencampuran
e. Suhu pemadatan
f. Suhu percobaan
3.13.6 CATATAN
Untuk benda uji yang tebalnya sebesar 2,5 inchi, koreksilah
bebannya dengan menggunakan faktor perkalian yang bersangkutan dari
daftar Bina Marga.Umumnya benda uji harus didinginkan seperti yang
dilakukan di atas. Bila perlu pendinginan yang cepat dapat digunakan kipas
angin. Campuran campuran yang daya kohesinya kurang sehingga pada
waktu dikeluarkan dari cetakan segera sesudah pemadatan tidak dapat
menghasilkan bentuk silinder yang diperlukan bisa didinginkan bersama
sama cetakannya di udara sampai terjadi cukup kohesi untuk menghasilkan
bentuk silinder yang semestinya.
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
91
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
FAKULTAS TEKNIK
LAB. JALAN RAYA
UJI MARSHALL PADA CAMPURAN ASPAL
Material : LASTON
Dikerjakan : Kelompok 10
Rekapitulasi proporsi campuran laston
Dari Grafik Gabungan yang telah diplot didapat:
CA (batu) : 61
FA (pasir): 32
Filler : 7
Kadar Aspal perkiraan (Pb)
Pb = 0,035(%CA) + 0,045(%FA) + 0,18(% Filler) + Konstanta
Untuk laston konstanta 0,5-1, diambil 1
Pb = 0,035 (61) + 0,045 (32) + 0,18 (7) + 1 = 5,835 % 6 %
Keterangan %
CA (batu) : 61
FA (pasir): 32
Filler : 7
Pb 5,835
Dibulatkan 6
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
92
Proporsi campuran Laston
Berat sampel: 1200 gram
Kadar aspal (%)
berat aspal berat batu berat pasir berat filler jumlah total
(gram) (gram) (gram) (gram) (gram)
5 60.00
695.40 364.80 79.80
1200.00
5.5 66.00
691.74 362.88 79.38
1200.00
6 72.00
688.08 360.96 78.96
1200.00
6.5 78.00
684.42 359.04 78.54
1200.00
7 84.00
680.76 357.12 78.12
1200.00
DATA MARSHALL
Sampel
KADAR
ASPAL
% Rongga
Dalam
Campuran
(VIM)
%
Rongga
Dalam
Agregat
(VMA)
%
Rongga
Terisi
Aspal
(VFB)
Tinggi
Benda
Uji
(mm)
Korelasi
Tinggi
Benda
Uji
STABILITAS (Kg)
Flow
(mm)
Marshall
Quotiont
(Kg/mm)
Dibaca Dikoreksi
1 5 8.118 18.564 59.272 67.000 0.923 171.000 1867.888 2.900 644.099
2 5.5 9.891 21.135 55.755 63.000 1.013 103.000 1234.868 2.500 493.947
3 6 6.601 19.276 68.624 63.550 0.999 179.000 2116.890 6.000 352.815
4 6.5 5.167 19.059 75.795 62.300 1.030 166.000 2024.574 4.800 421.786
5 7 4.803 19.759 78.472 62.200 1.033 135.000 1650.487 10.900 151.421
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
93
3.13.7 ANALISA PERHITUNGAN DATA MARSHALL
Sample 1
Menghitungi BD bulk
BD bulk =
(()())
(
)
=
) 123 , 3 / 7 ( ) 536 , 2 / 32 ( ) 765 , 2 / 61 (
) 7 32 61 (
+ +
+ +
= 2,708
Menghitung BD eff
BD eff =
((()()))
(
=
2 / 708 , 2 ) 123 , 3 / 7 536 , 2 / 32 765 , 2 / 61 (
)) 7 32 671 ( 5 , 0 (
+ + +
+ + x
= 2,727
Menghitung BD max campuran
BD max =
aspal jenis berat
bulk BD
eff BD
bulk BD
+
100
100
=
055 , 1
2,708
2,727
2,708 100
100
+
= 2,527
Menghitung isi benda uji
Isi benda uji = berat kering benda uji SSD berat benda uji di dalam air
= 1178,88 672,05 = 506,8
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
94
Menghitung BD bulk campuran
BD bc =
uji benda isi
udara di uji benda berat
=
8 , 506
73 , 1176
= 2,322
Menghitung VIM
VIM =
campuran BD
campuran bulk BD campuran BD x
max
) max ( 100
=
2,527
) 2,322 2,527 ( 100 x
= 8,118
Menghitung VMA
VMA = 100 -
(
bulk BD
campuran bulk BD
x aspal kadar ) 100 (
= 100 -
(
2,708
2,322
) 5 100 ( x = 18,564
Menghitung VFB
VFB =
VMA
x
aspal jenis berat
campuran bulk BD
x aspal kadar 100
|
|
.
|
\
|
=
18,564
100
055 , 1
2,322
5 x x |
.
|
\
|
= 59,272
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
95
Menghitung korelasi tinggi benda uji
Tinggi benda uji = 67,0mm angka korelasi = 0,923
Menghitung koreksi stabilitas
Koreksi =korelasi tinggi x pembacaan stabilitas x 11,841
= 0,923 171 11,841
= 1867,888
Menghitung MQ
MQ =
flow
koreksi stabilitas
=
9 , 2
888 , 1867
= 644,10
Rincian data lebih lanjut disediakan pada tabel perhitungan Test Marshal di
halaman selanjutnya:
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
96
Hubungan Kadar Aspal dengan Sifat-Sifat Marshall
Kadar
Aspal
Stabilitas Flow VIM VFB MQ
5
1867.888 2.900 8.118 59.272 644.099
5.5
1234.868 2.500 9.891 55.755 493.947
6
2116.890 6.000 6.601 68.624 352.815
6.5
2024.574 4.800 5.167 75.795 421.786
7
1650.487 10.900 4.803 78.472 151.421
Syarat Min. 800 Min. 3 3 - 6 Min. 68 Min. 250
Dari data uji Marshall di atas di-plot berbagai grafik antara hubungan parameter
Marshall untuk setiap variasi kadar aspal yang ditunjukkan dibawah :
y = -130.42x
2
+ 1636x - 3276.9
R = 0.0555
700
800
900
1000
1100
1200
1300
1400
1500
1600
1700
1800
1900
2000
2100
2200
4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5
S
t
a
b
i
l
i
t
a
s
(
K
g
)
Kadar Aspal (%)
KADAR ASPAL VS STABILITAS
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
97
y = 2.3714x
2
- 24.797x + 67.646
R = 0.8418
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5
F
l
o
w
(
m
m
)
Kadar Aspal (%)
KADAR ASPAL VS FLOW
y = -0.6906x
2
+ 6.016x - 3.9739
R = 0.7428
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5
V
I
M
(
%
)
Kadar Aspal (%)
KADAR ASPAL VS VIM
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
98
y = 1.9115x
2
- 11.25x + 65.315
R = 0.8704
50
55
60
65
70
75
80
85
4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5
V
F
B
(
%
)
Kadar Aspal (%)
KADAR ASPAL VS VFB
y = -8.6637x
2
- 107.54x + 1374.3
R = 0.8472
100
150
200
250
300
350
400
450
500
550
600
650
700
4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5
M
Q
(
K
g
/
m
m
)
Kadar Aspal (%)
KADAR ASPAL VS MQ
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
99
Menentukan Nilai KAO
Data KAO Min Max Max-Min Syarat
Stabilitas
5.000 7.000 2 min. 800
Flow
5.486 7.000 1.514 min. 3
VIM
6.459 7.000 0.541 3 - 6
VFB
6.125 7.000 0.875 min. 68
MQ
5.000 6.765 1.765 min. 250
Min Terbesar 6.459
Max Terkecil 6.765
KAO 6.612
Dari grafik diatas maka didapat persamaan berikut, antara lain:
- Hubungan antara Kadar Aspal vs. Stabilitas:
y = -130,4x
2
+ 1636x 3276
R
2
= 0,055
- Hubungan antara Kadar Aspal vs. Flow:
y = 2,371x
2
24,79x + 67,64
R
2
= 0,841
- Hubungan antara Kadar Aspal vs. VIM:
y = -0,690x
2
+ 6,016x 3,973
R
2
= 0,742
- Hubungan antara Kadar Aspal vs. VFB:
y = 1,911x
2
11,25x 65,31
R
2
= 0,870
- Hubungan antara Kadar Aspal vs. MQ:
y = -8,663x
2
107,5x + 1374
R
2
= 0,847
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
100
Subtitusi Nilai KAO ke dalam Persamaan:
- Hubungan antara Kadar Aspal vs. Stabilitas:
y = -130,4x
2
+ 1636x 3276
= -130,4(6,612)
2
+ 1636(6,612) 3276
= 1840,334
- Hubungan antara Kadar Aspal vs. Flow:
y = 2,371x
2
24,79x + 67,64
= 2,371(6,612)
2
24,79(6,612) + 67,64
= 7,385
- Hubungan antara Kadar Aspal vs. VIM:
y = -0,690x
2
+ 6,016x 3,973
= -0,690(6,612)
2
+ 6,016(6,612) 3,973
= 5,639
- Hubungan antara Kadar Aspal vs. VFB:
y = 1,911x
2
11,25x 65,31
= 1,911(6,612)
2
11,25(6,612) 65,31
= 74,471
- Hubungan antara Kadar Aspal vs. Stabilitas:
y = -8,663x
2
107,5x + 1374
= -8,663(6,612)
2
107,5(6,612) + 1374
= 284,476
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
101
Grafik Kadar Aspal Optimum
3.8.7 KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
- Dari grafik di atas, maka dapat ditarik bahwa kadar aspal optimum
adalah 6,612
- Kesalahan ini dapat disebabkan karena adanya ketidaktelitian saat
perhitungan dan pelaksanaan pembuatan sampel yang kurang baik,baik
saat pemanasan, pencampuran bahan maupun pemadatannya.
- Dari grafik diatas maka didapat persamaan berikut, antara lain :
Antara KadarAspal vs. Stabilitas : y = -130,4x
2
+ 1636x 3276
R
2
= 0,055
Antara KadarAspal vs. Flow : y = 2,371x
2
24,79x + 67,64
R
2
= 0,841
Antara KadarAspal vs. VIM : y = 0,690x
2
+ 6,016x 3,973
R
2
= 0,742
Antara KadarAspal vs. VFB : y = 1,911x
2
11,25x 65,31
R
2
= 0,870
Antara Kadar Aspal vs. MQ : y = -8,663x
2
107,5x + 1374
R
2
= 0,847
5.000 5.500 6.000 6.500 7.000 7.500
Stabilitas
Flow
VIM
VFB
MQ
6.612
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
102
B. SARAN
Hendaknya dalam melakukan percobaan tekanan dilakukan dengan
sungguh-sungguh dan teliti, baik pada waktu pengamatan, pengoperasian
dan pencatatan serta hitungan, Sehingga setelah melakukan percobaan ini
dapat mengerti dan memahami maksud dan tujuan dilakukan percobaan ini
dan juga menghasilkan data-data dan analisa perhitungan yang akurat.
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
103
DOKUMENTASI
Laporan Praktikum Perancangan Perkerasan J alan
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
104