You are on page 1of 40

IRIGASI PASANG SURUT

Tania - Irigasi Rawa

Skema pembagian Rawa

Tania - Irigasi Rawa

Berdasarkan sifat airnya dibagi menjadi 3: a. Rawa Air Tawar Adalah raw yang airnya tawar karena letaknya di pinggiran sepanjang sungai. b. Rawa Air Payau Adalah rawa yang airnya percampuran antara tawar dan asin, biasanya letaknya di muara sungai menuju laut. c. Rawa Air Asin Adalah rawa yang airnya asin dan letaknya di daerah pasang surut laut.

Berdasarkan keadaan airnya dibagi menjadi 3 : a. Rawa yang airnya terlalu tergenang Adalah rawa yang selalu tergenang airnya, tidak dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian, karena lahannya tertutup tanah gambut yang tebal. Di daerah rawa ini sulit terdapat bentuk kehidupan binatang karena airnya sangat asam dengan warna air kemerah-merahan. b. Rawa yang airnya tidak selalu tergenang Adalah rawa yang menampung air tawar dilimpahkan air sungai pada saat air laut pasang dan airnya relatif mengering pada saat air laut surut.
Tania - Irigasi Rawa

Berdasarkan letaknya dibagi menjadi 3 : a. Rawa Pantai Adalah rawa yang berada di muara sungai. Air pada jenis rawa ini selalu mengalami pergantian karena dipengaruhi oleh pasang surut air laut. b. Rawa Pinggiran Adalah rawa sepanjang aliran sungai, terjadi akibat sering meletupnya sungai tersebut. c. Rawa Abadi Adalah rawa yang airnya terjebak dalam sebuah cekungan dan tidak memiliki pelepasan ke laut. Air hujan yang tertampung dalam rawa hanya dapat menguap tanpa ada aliran yang berarti

Tania - Irigasi Rawa

Definisi Rawa
daerah yang selalu tergenang atau pada waktu tertentu tergenang karena jeleknya ataupun tidak adanya sistem drainasi alami. Tempat terjadinya daerah rawa tidak dibatasi oleh ketinggian (elevasi) lahan. Di tempat yang tinggipun dapat ditemukan daerah rawa di daerah depresi geologis. Genangan air di daerah depresi ini terjadi karena terkumpulnya limpasan air hujan pada cekungan tersebut, sirkulasi air dapat terjadi karena adanya evaporasi dan tambahan lewat air tanah.

Tania - Irigasi Rawa

Definisi Rawa
ciri fisik: bentuk permukaan lahan yang cekung, kadang-kadang bergambut, ciri kimiawi: derajat keasaman airnya terendah dan ciri biologis: terdapat ikan-ikan rawa, tumbuhan rawa, dan hutan rawa.

Tania - Irigasi Rawa

Definisi Rawa
Rawa dibedakan kedalam 2 jenis, yaitu: rawa pasang surut yang terletak di pantai atau dekat pantai, di muara atau dekat muara sungai sehingga dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut rawa non pasang surut atau rawa pedalaman atau rawa lebak yang terletak lebih jauh jaraknya dari pantai sehingga tidak dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut.

Tania - Irigasi Rawa

rawa non pasang surut (RNPS) didefinisikan sebagai daerah rawa yang tidak dipengaruhi oleh pasang surut air sungai. Daerah rawa ini merupakan lahan tanah berbentuk cekungan dan dalam musim hujan seluruhnya digenangi air. Pada musim kemarau air tersebut berangsur-angsur kering bahkan kadangkadang ada yang kering sama sekali selama masa yang relatif sangat singkat (1-2 bulan). Untuk daerah yang berada dekat dengan sungai, air yang menggenangai daerah rawa berasal dari luapan sungai disekitarnya, dan ada pula daerah rawa yang mudah tenggelam terus menerus akibat hujan sebelum melimpahkan airnya ke daerah sekitarnya.

Tania - Irigasi Rawa

Berdasarkan ketinggian hydrotopografi, RNPS atau rawa lebak dibagi menjadi: Lebak Pematang : Memiliki topografi yang cukup tinggi, dimana jangka waktu tergenangnya relatif sangat pendek. Lebak Tengah : Terletak diantara lebak pematang dan lebak dalam Lebak Dalam : Memiliki topografi rendah sehingga jangka waktu tergenangnya relatif sangat lama (tergenang terus menerus).

Tania - Irigasi Rawa

Definisi Rawa
Di Indonesia, lahan rawa diperkirakan seluas 33,4 juta ha, sekitar 60 % (20 juta Ha) diantaranya merupakan lahan rawa pasang surut dan 40 persen selebihnya (13,4 juta Ha) adalah lahan rawa non pasang surut. Dari hasil survey tahun 1984, seluas 9 juta Ha dari lahan rawa pasang surut diidentifikasikan potensial untuk pengembangan pertanian. Sampai saat ini, sekitar 3,9 juta Ha dari lahan rawa dengan lokasi yang sebagian terbesarnya tersebar di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua, telah direklamasi, utamanya untuk pengembangan lahan pertanian. Lebih dari 60 persen diantaranya (2,4 juta Ha) dikembangkan secara swadaya sebagai lahan pertanian oleh para petani pendatang dan penduduk lokal. Seluas kurang lebih 0,2 juta ha lainnya dikembangkan oleh swasta untuk perkebunan kelapa. Selebihnya sekitar 1,3 juta ha adalah lahan rawa yang semenjak awal tahun 70-an telah dikembangkan oleh pemerintah sebagai lahan pertanian dan permukiman dalam rangka menunjang program transmigrasi.
Tania - Irigasi Rawa

LAHAN GAMBUT
Lahan gambut adalah bagian dari lahan rawa. Widjaya Adhi et al. (1992) dan Subagyo (1997) mendefinisikan lahan rawa sebagai lahan yang menempati posisi peralihan di antara daratan dan sistem perairan. Lahan ini sepanjang tahun atau selama waktu yang panjang dalam setahun selalu jenuh air (waterlogged) atau tergenang. Menurut PP No. 27 tahun 1991, lahan rawa adalah lahan yang tergenang air secara alamiah yang terjadi terusmenerus atau musiman akibat drainase alamiah yang terhambat dan mempunyai cici-ciri khusus baik fisik, kimiawi, maupun biologis. Keputusan Menteri PU No. 64 /PRT/1993 menerangkan, bahwa lahan rawa dibedakan menjadi (a) rawa pasang surut/rawa pantai dan (b) rawa non-pasang surut/rawa pedalaman. Lahan rawa tersebut terdiri ataslahan rawa tanah mineral,dan lahan rawa gambut

Tania - Irigasi Rawa

LAHAN GAMBUT

Tania - Irigasi Rawa

Tania - Irigasi Rawa

Tania - Irigasi Rawa

Tania - Irigasi Rawa

SIFAT FISIK DAN KIMIA LAHAN GAMBUT


Sifat kimia dan fisika tanah gambut merupakan sifat-sifat tanah gambut yang penting diperhatikan dalam pengelolaan lahan gambut. Sifat kimia seperti pH, kadar abu, kadar N, P, K, kejenuhan basa (KB), dan hara mikro merupakan informasi yang perlu diperhatikan dalam pemupukan di tanah gambut.

Sifat fisika gambut yang spesifik yaitu berat isi (bulk density) yang rendah berimplikasi terhadap daya menahan beban tanaman yang rendah. Selain itu agar tanah gambut dapat dipergunakan dalam jangka waktu yang lama,maka laju subsiden (penurunan permukaan tanah) dan sifat mengering tidak balik (irreversible drying) perlu dikendalikan

Tania - Irigasi Rawa

SIMPANAN KARBON DAN EMISI CO2 LAHAN GAMBUT


Tanah gambut menyimpan C yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tanah mineral.Setiap satu gram gambut kering menyimpan sekitar 180-600 mg karbon, sedangkan setiap satu gram tanah mineral hanya mengandung 5-80 mg kabon. Di daerah tropika, karbon yang disimpan olah tanah dan tanaman pada lahan gambut bisa 10 kali karbon yang disimpan oleh tanah dan tanaman pada tanah mineral (Agus dan Subiksa, 2008). Lahan gambut hanya meliputi 3% dari total luas daratan dunia, namun menyimpan 550 Gigaton C atau setara dengan 30% karbon tanah, 75% C dari seluruh C atmosfer, setara dengan seluruh C yang dikandung biomassa (masa total mahluk hidup) daratan, dan setara dengan dua kali simpanan C semua hutan di seluruh dunia (Joosten, 2007).Luas lahan gambut di Indonesia meliputi 10% dari total luas daratannya atau sekitar 20 juta ha (Rieley, 1996).Jaenicke et al. (2008) memperkirakan karbon yangtersimpan pada lahan gambut di Indonesia sekitar 55 Gigaton. Dalam kondisi alami simpanan karbon pada lahan gambut relatif stabil. Ketebalan gambut bisabertambah sampai 3 mm tahun-1(Parish et al., 2007). Namun jika kondisi alami tersebut terganggu, maka akan terjadi percepatan proses pelapukan (dekomposisi), sehingga karbon yang tersimpan di dalam lahan gambut akan teremisi membentuk gas rumah kaca (GRK) terutama gas CO2, sebagai dampak dari dilakukannya proses drainase yang selalu menyertai proses penggunaan lahan gambut.

Tania - Irigasi Rawa

Lahan gambut tropis memiliki keragaman sifat fisik dan kimia yang besar, baik secara spasial maupun vertikal. Karakteristiknya sangat ditentukan oleh ketebalan gambut, substratum atau tanah mineral dibawah gambut, kematangan, dan ada tidaknya pengayaan dari luapan sungai disekitarnya. Karakteristik lahan seyogianya dijadikan acuan arah pemanfaatan lahan gambut untuk mencapai produktivitas yang tinggi dan berkelanjutan. Sesuai dengan Keppres No. 32/1990 gambut dengan ketebalan >3 m diperuntukkan kawasan konservasi. Hal ini disebabkan makin tebal lapisan gambut, maka gambut tersebut semakin rapuh (fragile). Dengan mempertahankannya sebagai kawasan konservasi, maka fungsinya sebagai penyangga hidrologi tetap terjaga. Gambut dengan kedalaman < 3 m dapat dimanfaatkan untuk pertanian dengan syarat lapisan mineral dibawah gambut bukan pasir kuarsa atau liat berpirit, dan tingkat kematangan bukan fibrik. Lebih lanjut Departemen Pertanian merekomendasikan untuk tanaman pangan dan hortikultura diarahkan pada gambut dangkal (< 100 cm), dan untuk tanaman tahunan pada gambut dengan ketebalan 23 m (Sabiham et al., 2008). Dasar pertimbangannya adalah, gambut dangkal memiliki tingkat kesuburan relatif lebih tinggi dan risiko lingkungan lebih rendah dibandingkan gambut dalam. Pemanfaatan lahan gambut untuk pertanian sudah dilakukan sejak lama dan menjadi sumber kehidupan keluarga tani. Namun harus disadari bahwa pemanfaatan lahan gambut memiliki risiko lingkungan, karena gambut sangat rentan mengalami degradasi. Degradasi lahan gambut bisa terjadi bila pengelolaan lahan tidak dilakukan dengan baik, sehingga laju dekomposisi terlalu besar dan atau terjadi kebakaran lahan yang menyebabkan emisi GRK besar. Meniadakan emisi GRK dalam pemanfaatan lahan gambut adalah mustahil, karena proses dekomposisi adalah proses alamiah yang juga diperlukan dalam penyediaan hara bagi tanaman. Konsep pengelolaan lahan gambut berkelanjutan harus dilakukan dengan meningkatkan produktivitas secara maksimal dan menekan tingkat emisi yang ditimbulkan seminimal mungkin.

Tania - Irigasi Rawa

Pengembangan lahan pasang surut yang dilaksanakan pemerintah pada tahap awal (tahap I) -pembangunan sistem drainasi terbuka, tanpa bangunan pengendali aliran air, - dilengkapi dengan penyiapan lahan, rumah-rumah, jaringan jalan, jembatan, sekolah dan sarana kesehatan.

AKIBATNYA LAHAN BONGKOR

Tania - Irigasi Rawa

Subsiden, yaitu terjadinya penurunan permukaan lahan gambut diakibatkan karena sistem drainase yang salah, bahan gambut (nutrient) dan adanya pemanenan di lahan gambut itu sendiri (rotation of crop). Oksidasi Pirit

Poor accessibility yang diakibatkan water table yang tinggi. Resiko kebakaran (fire hazard) yang diakibatkan kandungan organik, wood debris, dll. Gambut memiliki sifat kering tak balik (irreversible dryness) disebabkan karena struktur tanahnya.
Tania - Irigasi Rawa

Ketidakmampuan sistem drainasi dan terjadinya akumulasi air tanah dan air permukaan mengakibatkan terjadinya akumulasi sedimen dan garam-garam yang terlarut. Deposit sedimen ini bervariasi jenisnya tergantung pada jenis sumber batuan atau tanah asalnya. Jenis tanah yang biasa ditemui di daerah rawa adalah tanah aluvial, tanah organik (gambut) dan tanah mineral yang belum matang. Di daerah rawa yang dekat dengan pantai, sering ditemui tanah mineral yang mengandung pirit (FeS) yang apabila teroksidasi akan menghasilkan asam sulfat yang berbahaya bagi tanaman. Demikian pula genangan yang menerus dan kondisi anaerobe menghambat proses pematangan tanah. Usaha pemanfaatan daerah rawa menjadi lahan pertanian perlu mempertimbangkan kemungkinan dilakukannya pencucian bahan toxic dan oksidasi guna proses pematangan tanah.

Tania - Irigasi Rawa

Jumlah Luas dalam Ha dan % dari LDR1) Nasional Lokasi Pasang surut Ha Sumatra 6,604,000 % 19,8 Non-PS2) Ha 2,768,000 % 8,3 Jumlah Ha 9,370,000 % 28

Jumlah Daerah Yang Sudah Dikembangkan Pasang Surut Ha 615,250 % 1,8 Non-PS2) Ha 279,450 % 0,8 Jumlah Ha 894,730 % 2,6

Kalimantan

8,126,900

24,4

3,580,500

10,7

11,707,400

36

219,950

0,7

192,190

0,5

412,140

1,2

Papua (Irja)

4,216,950

12,6

6,305,770

18,9

10,522,720

31

0,0

6,000

0,02

6,000

0,02

Sulawesi Jumlah

1,148,950 20,096,800

3,4 60,2

644,500 13,296,770

1,9 39,8

1,793,450 33,393,570*)

5 100

0 835,200

0,0 2,5

2,000 479,670

0,01 1,3

2,000 1,314,870

0,01 3,8

Tania - Irigasi Rawa

Untuk dapat dimanfaatkan, sebagian besar daerah rawa harus direklamasi dengan cara : Membangun jaringan irigasi rawa dimaksudkan untuk membuang air yang berlebih dan memberi suplesi air yang sesuai dengan yang dibutuhkan dengan membuat saluran yang dapat berfungsi sebagai saluran drainasi pada saat air surut dan suplesi pada saaat air pasang, ataupun membuat jaringan saluran drainasi dan suplesi yang terpisah Mengeringkan rawa diartikan menurunkan muka air hingga elevasi tertentu sehingga tanah dapat dimanfaatkan untuk budidaya pertanian. Penurunan muka air akan memberi kesempatan terjadinya oksidasi dan suasana aerobe di lapisan tanah permukaan yang dapat memberikan kemungkinan pematangan tanah. Menimbun rawa dilakukan apabila lahan tersebut sangat rendah sehingga apabila akan dibangun suatu bangunan tertentu, keberadaan genangan akan membahayakan stabilitas dan keamanan bangunan. Penimbunan rawa yang luas untuk keperluan pertanian akan sangat tidak feasible.
Tania - Irigasi Rawa

Tanah mineral

Tanah mineral

Gambut

Gambut

Lapisan mengandung pirit

Lapisan mengandung pirit

Tania - Irigasi Rawa

Reklamasi daerah rawa akan terdiri atas 4 langkah penting serta 4 kondisi yang mengikutinya. Penurunan elevasi muka air tanah. Pada semua daerah rawa, baik yang mengandung tanah sulfat masam maupun gambut, penurunan muka air tanah sangat dibutuhkan terutama untuk menunjang proses pematangan tanah, memberi ruang tumbuhnya akar, dan proses oksidasi pirit. Elevasi muka air tanah tersebut sebaiknya dapat diatur hingga kedalaman tertentu, sehingga kenaikan elevasi muka air tanah, dalam waktu yang diinginkan, dapat dicegah. Peningkatan Kemampuan Infiltrasi Air. Kemampuan infiltrasi air ke dalam tanah ditentukan oleh struktur dan tekstur tanah, kemampuan tanah meresapkan (porositas) serta kedalaman air tanahnya. Pelindihan dan pengenceran bahan toxic dari dalam tanah Pemberian air dalam jumlah yang cukup, baik berasal dari air irigasi maupun dari air hujan, dan memberikan kesempatan air untuk meresap dalam tanah akan melindih keasaman dan kegaraman yang ada di dalam tanah yang dapat menjadi bahan toxic bagi tanaman. Pelindihan yang berlebihan akan berakibat pada ikut larutnya nutrisi yang ada di dalam tanah terutama nitrat. Pengelolaan tanah yang cerdas. Reklamasi tentunya tidak hanya mengandung arti mengeringkan atau menimbun rawa, namun akibat dari pengeringan dan penimbunan rawa tersebut harus diantisipasi agar bekas daerah rawa tersebut dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya. Tania - Irigasi Rawa

TATA AIR LAHAN RAWA

Tania - Irigasi Rawa

ditinjau dari jangkauan luapan air pasang, sebagai akibat terjadinya pasang surut air laut, lahan rawa dibedakan menjadi empat tipe luapan yaitu: Rawa Tipe Luapan A, Rawa dalam klasifikasi ini merupakan rawa yang selalu terluapi oleh air pasang tertinggi karena pengaruh variasi elevasi pasang surut air sungai, baik pasang tertinggi saat musim kemarau maupun musim penghujan. Rawa Tipe Luapan B, Rawa yang termasuk dalam kategori ini ialah rawa yang kadang-kadang (tidak selalu terluapi) oleh air pasang tinggi karena pengaruh pasang surut air sungai, paling tidak terluapi pada saat musim penghujan. Rawa Tipe Luapan C, Daerah rawa (RPS) dalam kategori ini didefinisikan sebagai daerah rawa yang tidak pernah terluapi oleh air pasang tertinggi karena pengaruh variasi elevasi pasang surut air sungai, namun memiliki kedalaman muka air tanah tidak lebih dari 50 cm dari permukaan tanah. Rawa Tipe Luapan D, Daerah rawa (RPS) ini adalah rawa yang menurut hydrotopografinya tidak pernah terluapi oleh air pasang tertinggi karena pengaruh variasi elevasi pasang surut air sungai, dan memiliki kedalaman air tanah > 50 cm dari permukaan tanah.
Tania - Irigasi Rawa

Mengingat pengaruh pengeringan atau penurunan muka air tanah tersebut, maka dalam proses reklamasi rawa perlu dilakukan pengendalian penurunan muka air tanah yang terkendali. Oksidasi untuk proses pematangan tanah hanya diperlukan hingga lapisan yang dibutuhkan untuk pertanian. Lapisan dibawahnya sebaiknya tetap dijaga pada kondisi tereduksi (tergenang). Proses oksidasi yang berlebihan akan mengakibatkan terjadinya oksidasi pirit (FeS) yang berlebihan dan memproduksi bahan toxic (asam sulfur dan kation-kation) yang banyak dan membutuhkan waktu yang lama untuk mengencerkan dan mencucinya. Pencucian dan pengenceran bahan toxic tersebut dapat memanfaatkan air hujan yang jatuh ke lahan ataupun dengan memanfaatkan luapan air sungai pada waktu air pasang. Untuk itu diperlukan suatu tata saluran yang memungkinkan terjadinya proses pencucian dan pengenceran yang baik. Selain proses pencucian tersebut, disarankan juga untuk memperbaiki tanah dengan memberi amelioran (kapur tohor/ CaCO3) untuk mengikat ion H+ sehingga dapat menetralisir keasaman. Sebagai gambaran, kapur tohor yang dibutuhkan untuk memperbaiki keasaman tanah sulfat masam ini adalah sebesar 20 hingga 30 ton per hektar.
Tania - Irigasi Rawa

KONSEP DASAR PENGEMBANGAN


Mengingat kondisi fisik dan lingkungan daerah rawa, pemanfaatan daerah rawa akan mencakup pekerjaan: a. pembuatan sistem tata saluran untuk menurunkan muka air di lahan, b. reklamasi atau perbaikan kualitas tanah, c. penangkapan air segar dari sumber air (hujan, sungai) untuk keperluan pemberian air, d. pengendalian banjir, e. preservasi ikan dan kehidupan binatang lainnya, f. konservasi kemampuan hidrologis daerah rawa dalam menunjang satu kesatuan sistem sumberdaya air.

Tania - Irigasi Rawa

sistem tata air tiap daerah khas, tergantung pada kondisi fisik (gerakan pasang surut, jenis tanah, kualitas tanah) lahan yang dikembangkan. Di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah yang didomisasi oleh tanah mineral berpotensial asam sulfat, dikenal tata saluran sistem garpu dengan kolam pasangnya, di Kalimantan Barat yang didominasi oleh tanah gambut dikenal sistem sisir, Di Sumatera Selatan dikenal sistem anjir. Semua sistem tersebut memanfaatkan air sungai dan air hujan sebagai sumber air irigasi. Di beberapa daerah dengan tipe luapan A dan B, air sungai dapat meluap ke lahan karena adanya gerakan air pasang. Di beberapa daerah dengan tipe luapan C dan D, sumber air utama adalah air hujan, air sungai hanya mungkin dimanfaatkan untuk pembasahan tanah lewat aliran air tanah.
Tania - Irigasi Rawa

Tania - Irigasi Rawa

Tanggul Air Asin

Skema Barambai

Eks. Kolam Saluran Sekunder Kanan

Saluran Primer Eks. Kolam

Saluran Sekunder Kiri

Tanggul Air Asin

Tania - Irigasi Rawa

Sungai Barito

Tipikal Tata Saluran di Sumatera Selatan dengan Saluran Navigasi


Tania - Irigasi Rawa

variabel yang mempengaruhi pemilihan sistem tata air adalah sebagai berikut ini. a. b. c. d. Sumber Air (elevasi dan kualitas air) Elevasi lahan Jenis dan kualitas tanah Budidaya pertanian yang akan dikembangkan e. Kualitas Lingkungan

Tania - Irigasi Rawa

Pada keadaan awal daerah rawa, konsep pengembangan yang dilakukan biasanya mencakup usaha-usaha : a. Pembuangan air berlebih, yang menggenang di lahan yang berasal dari air hujan maupun air banjir dari sungai, b. Pemberian air irigasi c. Perbaikan kualitas tanah dengan reklamasi atau ameliorisasi d. Pencucian bahan toxic (pirit) e. Pengenceran air saluran hasil pencucian bahan toxic f. Perlindungan banjir

Tania - Irigasi Rawa

Pengelolaan tata air ini dapat dibedakan antara pengelolaan tata air mikro (on farm water management) dan pengelolaan tata air makro (canal water management). Pengelolaan tata air mikro dapat juga biasa disebut on-farm water management, mempunyai beberapa tujuan utama yaitu menjaga ketersediaan air untuk tanaman, membuang air yang berlebih di petah sawah, menghalangi tumbuhnya gulma di lahan, memperbaiki kualitas air, mencuci keasaman dan toxiditas tanah, meningkatkan proses pematangan tanah, dan mengubah tanah organic menjadi tanah yang lebih subur. Pengelolaan tata air makro yang dapat disebut sebagai canal water management, lebih bersifat mendukung kegiatan pengelolaan tata air mikro. Tujuan utama pengelolaan tata air makro adalah pembuangan air yang berlebih dan banjir, mencegah terjadinya genangan yang merusak, mencegah terjadinya intrusi air asin ke lahan pertanian, mengusahakan proses pemberian air irigasi, mencegah terjadinya penurunan muka air tanah yang membahayakan, mengencerkan dan membuang air asam keluar dari tanah dan saluran, menyediakan air untuk keperluan rumah tangga, menjamin kedalaman yang cukup guna keberlangsungan transportasi air.
Tania - Irigasi Rawa

Tania - Irigasi Rawa

Tania - Irigasi Rawa

Pola pengelolaan tata air di daerah rawa juga dipengaruhi oleh kondisi hidraulik di sekelilingnya (hydraulic boundary condition), yaitu a. gerakan air di sungai yang meliputi fluktuasi pasang-surut, b. fluktuasi muka air karena pengaruh musim (musim hujan dan kemarau), c. intrusi air laut, d. serta dipengaruhi oleh aliran yang berasal dari lahan disekitarnya.

Tania - Irigasi Rawa

Irigasi dan Perkembangannya, Sistem Irigasi Pasang Surut, Pengertian Pasang Surut, Klasifikasi Pasang Surut, Model Perambatan Pasang Surut, Estuary, Hidrolika Inlet, Kebutuhan Air Irigasi Budi Daya Air Payau, Pola Sirkulasi Air Pasang Surut, Petak Areal Tambak, Saluran Irigasi Pasang Surut, Bangunan Irigasi Pasang Surut, Bangunan Irigasi Pasang Surut, Operasi dan Pemeliharaan.

Tania - Irigasi Rawa

You might also like