You are on page 1of 16

PERCOBAAN I KERJA STEADY STATE

A. Tujuan Percobaan / Pemeriksaan Untuk mempelajari kelelahan otot saraf pada manusia yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti dalam keadaan kerja steadt-state, ganggguan peredaran darah, pengaruh istirahat dan massage dan iskemia. B. Alat-alat yang diperlukan 1. Kimograf + kertas +perekat 2. Manset stigmomanometer 3. Ergograf 4. Metronome (frekuensi 1 detik) C. Cara Kerja percobaan I 1. Pasang semua alat sesuai dengan gambar, 2. Sambil dicatat lakukan satu tarikan tiap 4 detik menurut irama alat yang diperdengarkan di ruang praktikum sampai putaran tromol. Setiap kali setelah melakukan tarikan, lepaskan segera jari saudara dari pelatuk sehingga kembali ke tempat semula. D. Hasil pemeriksaan / percobaan

PERCOBAAN II PENGARUH GANGGUAN PEREDARAN DARAH


A. Tujuan Percobaan / Pemeriksaan Untuk mempelajari kelelahan otot saraf pada manusia yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti dalam keadaan kerja steadt-state, ganggguan peredaran darah, pengaruh istirahat dan massage dan iskemia. B. Alat-alat yang diperlukan 1. Kimograf + kertas +perekat 2. Manset stigmomanometer 3. Ergograf 4. Metronome (frekuensi 1 detik) 5. Tensi Meter C. Cara Kerja percobaan II

1. Pasang manset stigmomanometer pada lengan atas kanan orang percobaan yang sama seperti pada percobaan I, 2. Sebagai latihan lakukan beberapa kali oklusi pembuluh darah lengan atasndengan jalan memompa manset dengan cepat sampai denyut nadi a. radialis tidak teraba lagi, 3. Dengan manset tetap terpasang tetapi tanpa okulasi, lakukan 12 kali tarikan dengan frekuensi satu tarikan tiap 4 detik sambil di catat pada kimograf, 4. Tanpa menghentikan pada tarikan ke-13, mulailah memompa manset dengan cepat sampai denyut nnadi a. radialis tidak teraba lagi. Selama pemompaan orang percobaan tetap melakukan latihan. 5. Berilah tanda pada kurva pada saat denyut nadi a. radialis tidak teraba lagi, 6. Setelah terjadi kelelahan otot, turunkan tekanan di dalam manset sehingga pengaruh darah pulih kembali, 7. Dengan frekuensi yang sama teruskan tarikan seingga pengaruh faktor oklusi tidak terlihat lagi.

D. Hasil pemeriksaan / percobaan

PERCOBAAN III PENGARUH ISTIRAHAT DAN MASSAGE


A. Tujuan Percobaan / Pemeriksaan Untuk mempelajari kelelahan otot saraf pada manusia yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti dalam keadaan kerja steadt-state, ganggguan peredaran darah, pengaruh istirahat dan massage dan iskemia. B. Alat-alat yang diperlukan 1. Kimograf + kertas +perekat 2. Manset stigmomanometer 3. Ergograf 4. Metronome (frekuensi 1 detik) C. Cara Kerja Percobaan III 1. Latihan ini dilakukan oleh orang percobaan lain,
4

2. Besarkan beban ergograf sampai hampir maksimal, 3. Sambil dicatat lakukan satu tarikan tiap 1 detik sampai terjadi kelelahan total, kemudian hentikan tromol, 4. Berilah istirahat selama 2 menit. Selama istirahat selama 2 menit, lengan tetap dibiarkan diatas meja, 5. Setelah tromol diputar dengan tangan sepanjang 2 cm, jalankan kimograf dan lakukan kembali tarikan dengan frekuensi dan beban yang sama sampai terjadi kelelahan total, kemudian hentikan tromol. 6. Berilah istirahat selama 2 menit lagi. Selama masa istirahat ini lakukanlah massage pada lengan orang percobaan. Massage dengan cara mengurut dengan tekanan kuat ke arah perifer, kemudian dengan tekanan ringan ke arah jantung. Massage dilakukan dari fossa cubbiti hingga ujung jari. 7. Setelah tromol diputar dengan tangan sepanjang 2 cm, jalankan kimograf dan lakukan kembali tarikan seperti langkah ke-5. 8. Bandingkan ke-3 ergogram yang diperoleh dan berusahalah menganalisisnya. D. Hasil pemeriksaan / percobaan

PERCOBAAN IV PERUBAHAN WARNA DAN SUHU KULIT AKIBAT ISKEMIA


A. Tujuan Percobaan / Pemeriksaan Untuk mempelajari kelelahan otot saraf pada manusia yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti dalam keadaan kerja steadt-state, ganggguan peredaran darah, pengaruh istirahat dan massage dan iskemia. B. Alat-alat yang diperlukan 1. Kimograf + kertas +perekat 2. Manset stigmomanometer 3. Ergograf 4. Metronome (frekuensi 1 detik) 5. Tensi Meter C. Cara kerja percobaan IV 1. Latihan ini dilakukan pada orang perobaan lain dan tanpa pencatatan ergogram,

2. Pasanglah manset pada lengan atas kanan orang percobaan dan berikan pembebanan yang cukup berat sehinggapenarikan hanya akan memperlihatkan penyimpangan ujung pencatat yang kecil saja, 3. Perhatikan suhu dan warna kulit lengan bawah kanan orang percobaan, 4. Lakukan satu tarikan tiap satu detik sambil diadakan oklusi sehingga terjadi kelelahan total atau sa,pai terjadi rasa sakit yang tidak tertahan, 5. Hentikan tindakan oklusi segera setalah orang percobaan merasa nyeri yang hebat sekali. Perhatikan suhu dan warna kulit lengan bawah kanan orang percobaan. D. Hasil pemeriksaan / percobaan Suhu Suhu meningkat dan tangan menjadi lebih hangat Warna kulit Pucat-putih dan agak kebiru-biruan Keadaan OP Tangan lemas dan tangan terasa nyeri

PEMBAHASAN CARA KERJA OTOT


Tulang-tulang kita dapat digerakkan karena adanya otot yang berkontraksi, yang berkontraksi sebenarnya adalah sel-sel otot. Otot berkontraksi karena pengaruh suatu rangsangan melalui saraf. Rangsangan yang tiba ke sel otot akan mempengaruhi suatu zat (asetilkolin) yang peka terhadap rangsangan. Asetilkolin adalah zat pemindah rangsangan yang dihasilkan pada bagian ujung saraf. Ion kalsium menyebabkan protein otot, yaitu aktin dan miosin berikatan membentuk aktomiosin sehingga terjadilah kontraksi. Setelah berkontraksi, ion kalsium masuk kembali ke dalam plasma sel, sehingga menyebabkan lepasnya pelekatan aktin dan miosin sehingga otot melemas. Keadaan inilah yang disebut relaksasi. Untuk berkontraksi, otot memerlukan tenaga (energi) yang berasal dari energi yang tersimpan di dalam sel-sel otot. Otot
7

dalam keadaan bekerja juga menghasilkan zat sisa yang disebut asam susu (asam laktat). Untuk menguraikan asam susu diperlukan oksigen yang cukup banyak. Otot-otot yang sering dilatih akan berkembang atau membesar, disebut hipertropi. Otot yang tidak sering digunakan akan mengecil, disebut atropi.

KEMUNGKINAN LETAK DAN PENYEBAB KELELAHAN OTOT


Di dalam tubuh, otot atau sekelompok otot dapat mengalami kelelahan karena kegagalan salah satu atau keseluruhan dari perbedaan mekanisme neuromuskuler yang terlibat di dalam kontraksi otot. Sebagai contoh, kegagalan otot untuk berkontraksi secara sadar, dapat terjadi karena: 1. syaraf motor yang mensyarafi serabut-serabut otot di dalam kesatuan motor untuk mengirimkan rangsangan-rangsangan persyarafan (nervous impulses) 2. persimpangan neuromuskuler junction memancarkan rangsangan-rangsangan persyarafan dari syaraf motor ke serabut-serabut otot. 3. mekanisme kontraktil itu sendiri untuk menghasilkan tenaga 4. sistem syaraf pusat, seperti otak dan spinal cord memulai dan memancarkan rangsangan-rangsangan persyarafan ke otot. Kebanyakan penelitian mengenai kelelahan otot lokal tercurah pada neuromuscular junction, mekanisme kontraktil, dan sistem syaraf pusat. Sedangkan penelitian yang dilakukan terhadap kemungkinan syaraf motor sebagai letak dan penyebab kelelahan tidak terlalu banyak. KELELAHAN DALAM MEKANISME KONTRAKTIL Beberapa faktor yang terlibat dalam kelelahan itu adalah mekanisme kontraktil itu sendiri. Beberapa diantaranya adalah: Penumpukan Asam Laktat

Terjadinya kelelahan otot yang disebabkan oleh penumpukan asam laktat telah lama dicurigai. Bagaimanapun juga, baru belakangan ini orang menentukan hubungan antara penumpukan asam laktat pada intramuskuler dengan menurunnya puncak tegangan. Pendapat bahwa penumpukan asam laktat menyertai didalam proses kelelahan selanjutnya diperkuat oleh fakta dimana dua mekanisme secara fisiologis yang karenanya asam laktat menghalangi fungsi otot. Kedua mekanisme tersebut tergantung kepada efek asam laktat pada pH intraseluler atau konsentrasi ion hidrogen (H+) (Strauss, R.H. 1979) Dengan meningkatnya asam laktat, konsentrasi H+ meningkat, dan pH menurun. Di lain pihak, peningkatan konsentrasi ion H+ menghalangi proses rangkaian eksitasi oleh menurunnya sejumlah Ca+ yang dikeluarkan dari retikulum sarkoplasma dan gangguan kapasitas mengikat Ca+ troponin. Di lain pihak peningkatan konsentrasi ion H+ juga menghambat kegiatan fosfofruktokinase, enzim kunci yang terlibat di dalam anaerobik glikolisis. Demikian lambatnya hambatan glikolisis, mengurangi penyediaan ATP untuk energi. Pengosongan Penyimpanan ATP dan PC Karena ATP merupakan sumber energi secara langsung untuk kontraksi otot, dan PC digunakan untuk resintesa ATP secepatnya, pengosongan fosfagen intraseluler mengakibatkan kelelahan. Bagaimana penelitian terhadap manusia telah disimpulkan bahwa kelelahan tidak berasal dari rendahnya konsentrasi fosfagen di dalam otot (Fox, E.L. 1989) Sebagai contoh, sejumlah energi dilepaskan bila 1 molekul ATP dipecah menjadi ADP + Pi dan dihitung untuk menurunkan hampir 15% dari 12.9 kilokalori (Kkal) pada waktu istirahat, dan sampai serendah 11.0 Kkal setelah latihan yang melelahkan (Lamb. D.R. 1984). Alasan dari penurunan ini mungkin dihubungkan dengan peningkatan konsentrasi ion H+ dalam jumlah kecil sampai besar di dalam intraseluler, dan merupakan penyebab utama dari penumpukan asam laktat (Stegemann, 1981) Pengosongan Simpanan Glikogen Otot

Latihan yang lama ( 30 menit 4 jam), simpanan glikogen otot di dalam beberapa serabut (terutama ST) hampir seluruhnya dikosongkan. Karena pengosongan glikogen demikian hebatnya, sehingga menyebabkan kelelahan kontraktil. Hal ini benar walaupun asam lemak bebas (free fatty acid) dan glikogen (dari hati) lebih dari cukup yang masih tersedia sebagai bahan bakar untuk serabut-serabut otot (B. Bigland-Ritchie, dkk., 1986 dan Strauss, R.H., 1979). Seperti halnya dengan asam laktat dan kelelahan, hubungan sebab akibat antara pengosongan glikogen otot dan kelelahan otot tidak dapat ditentukan dengan tegas (Astrand, P.O., 1986). Faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kelelahan selama periode latihan yang lama (Fox, E.L., dkk., 1989) adalah sebagai berikut:

Rendahnya level glukosa darah, menyebabkan pengosongan cadangan glikogen hati Kelelahan otot lokal disebabkan karena pengosongan cadangan glikogen otot Dehidrasi dan kurangnya elektrolit, menyebabkan temperatur tubuh meningkat Rasa jenuh

Faktor-faktor Lain Beberapa Faktor lain sebagai tambahan, tetapi kurang diperhatikan, yang mungkin mempunyai andil terhadap kelelahan otot adalah kurangnya oksigen dan tidak memadainya aliran darah di serabut-serabut otot. Contohnya adalah iskemia. Iskemia adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan suplai oksigen terhadap suatu jaringan atau organ tertentu, iskemia pada suatu organ menyebabkan terjadinya hipoksia pada sel-selnya, karena sel mengalami pengurangan suplai oksigen menyebabkan metababolise di dalam sel mengalami penurunan. Akibatnya terjadi penurunan produksi ATP sebagai sumber energi terhadap berbagai aktifitas sel, termasuk didalammya adalah penurunan energi untuk aktifitas transport aktif. transport aktif menggerakan pompa natrium memompa natrium dari intrasel ke luar sel, karena adanya penurunan sumber energi untuk menggerakan pompa natrium maka terjadi kelebihan ion natrium di dalam sel. Sebagai dampak kelebihan ion natrium intraselular ini terjadi pemindahan
10

air dari ekstrasel ke dalam intrasel sehingga terjadilah penumpukan cairan dalam sel/ oedem sel (pembengkakan seluler). Pada kondisi ini sitoplasma secara mikroskopik akan tampak pucat. Apabila kondisi berlangsung terus menerus organela-organela dapat mengalami pembengkakan pula. Kalau penyebeb keadaan ini segera teratasi maka sel akan berangsur kepada fungsi dan struktur semula, akan tetapi kalau faktor penyebabnya tidak hilang dan terus menerus (persisten) terjadi kondisi yang kekurangan oksigen maka bisa terjadi penurunan fungsi mitokondria dan organela lain seperti Retikulo Endoplasma yang mensintesa protein dan lipid untuk regenerasi membran sel, akibatnya membran sel bisa mengalami kebocoran dan isi sitoplasma keluar dari sel maka dapat terjadi kematian sel.

Metabolisme kontraksi otot


Perubahan metabolisme yang terjadi ketika serabut otot berkontraksi menekankan kerumitan fungsi ini dan mengindikasikan kemungkinan terjadinya berbagai disfungsi. Tibanya Impuls saraf pada pertautan neuromuskular yang mengakibatkan dilepaskannya asetilkolin akan menghasilkan perubahan permeabilitas membran yang mengelilingi serabut otot. Hal ini memungkinkan aliran ion K keluar dari sel-sel serabut dan aliran ion Na masuk ke dalam sel. Pertukaran ini disertai dengan depolarisasi membran yang diikuti oleh kontraksi serabut. Melalui pemeriksaan mikroskop cahaya, sarkolemma serabut otot terdiri dari nukleus yang banyak, mitokondria, sitoplasma yang tidak terdiferensiasi ( sarkoplasma ), dan material bersilia ( cross-striated ). Melalui mikroskop elektron akan terlihat bahwa silia ini terdiri atas sarkomer yaitu unit kontraktil terkecil dari serabut otot. Setiap sarkomer terdiri atas filamen tebal dan tipis yang tersusun teratur. Filamen tebal diduga terdiri atas miosin dan yang tipis terdiri dari aktin, yaitu suatu protein yang penting untuk berkontraksi. Miosin memiliki sifat-sifat enzim dan dalam otot yang istirahat kecenderungan untuk membentuk aktomiosin dicegah oleh keberadaan ATP. Setelah otot terstimulasi, ATP akan terhidrolisis menjadi ADP dan terbentuklah aktinomiosin. Dalam reaksi ini dihasilkan asam fosfat. Reaksi ini bisa diatur oleh keberadaan sarkoplasma yang menegeluarkan ion K yang tinggi konsentrasinya. Jika ion K berkurang, reaksi kimia antara aktin dan miosin akan berhenti dan otot berelaksasi. Pada saat yang sama berlangsung 3 reaksi yang menyediakan energi yang diperlukan bagi kontraksi otot. Pertama, pemakaian glikolitik dari glikogen melalui aksi enzim fosforilasi dan fosfofruktokinase yang akan mengeluarkan asam piruvat dan asam laktat. Kedua, kreatinin fosfat
11

direduksi menjadi kreatinin dan asam fosfat. Ketiga, terdapat pasokan oksigen yang mengatur reaksi biokimia ini dan pembuangan karbondioksida, yang pada gilirannya memainkan perannya dalam kontrol respirasi yang diperlukan untuk memasukan oksigen. Pasokan darah arteri dan pengambilan vena jelas diperlukan untuk memasok elemen biokimia ini dan menghilangkan produk samping metabolisme. Produk-produk samping ini meliputi asam yang telah disebutkan tadi dan garam-garam yang terbentuk kemudian ; semuanya berpotensi meniritasi ujung saraf sensoris dalam otot jika dibiarkan tetap berada disana. Oleh karena itu, banyak kebutuhan agar fungsi bisa efektif dan banyak kemungkinan untuk terjadinya suatu disfungsi termasuk kelelahan, spasme, dan cedera.

Kelelahan
Proses rinci yang mengakibatkan kelelahan otot belum diketahui benar. Bell, Davidson dan Emslie-Smith (1972) menduga bahwa penurunan daya kontraksi mungkin disebabkan oleh kegagalan disejumlah tempat, termasuk di sinapsis pusat, lempeng ujung motoris dan proses kontraksi, tetapi penyebab kelelahan otot terletak dalam serabut otot itu sendiri. Horrbin(1968) mengatakan bahwa kelelahan tidak disebabakan oleh kegagalan dalam transmisi neuromuskular, selain itu bukti-bukti eksperimen mengisyaratkan bahwa kelelahan dikarenakan kegagalan pasokan darah untuk memasok elemen metabolisme yang esensial atau membuang hasil metabolisme atau untuk melaksanakan kedua fungsi itu. Kurangnya oksigen dan akumulasi metabolit asam mungkin terlibat disini. Kemungkinan lain adalah keterlibatan respon volunter terhadap kelelahan oleh pusat-pusat yang lebih tinggi yang akan menyebabkan kelelahan atau upaya-upaya lebih lanjut, keduanya dapat mengganggu fungsi yang efisien. Selain itu, terdapat pula komponen psikologik dalam kelelahan yang sebagian besar bergantung pada motivasi. Jangan dilupakan pula fenomena postur dan ketegangan yang dapat dipertahankan dalam waktu lama tanpa menimbulkan kelelahan pada subyek yang dihipnotis. Pengaruh pusat-pusat yang lebih tinggi terhadap aksi normal dan proses penyakit telah diketahui dengan baik, jika tidak dikatakan telah dipahami dengan baik, dan mungkin dapat menerangkan mengapa sejumlah orang meninggal akibat sindrom disfungsi mandibula dan sejumlah lainnya tidak, padahal gejala kliniknya sama.
12

Ketidakpastian lain adalah timbulnya nyeri akibat kelelahan. Telah lama diketahui bahwa metabolit dari fungsi otot berpotensi mengiritasi ujung saraf sensoris yang berada di dalam otot. Respon terhadap stimulan demikian itu dapat diinterpretasikan sebagai nyeri yang akan mereda ketika ototnya menyembuh. Walaupun demikian nyeri adalah suatu entitas yang terpisah dan tidak melulu akibat suatu stimulasi yang berlebih terhadap ujung saraf, sehingga sangat menyulitkan penentuan diagnosisnya. Otot bisa juga mengadakan respon akibat spasme, atau jika upaya lebih lanjut diperlukan oleh pusat-pusat yang lebih tinggi, akibat cedera serabut otot terkait.

Hubungan Kecepatan Konstraksi dan Beban


Suatu otot berkonstraksi dengan sangat cepat sekali, bila otot berkontraksi tanpa

melawan beban untuk rata-rata otot, keadaan kontraksi penuh kira-kira 1/20 detik. Akan tetapi, bila beban diberikan, kecepatan kontraksi secara progresif menjadi berkurang bila beban diberikan, kecepatan, kecepatan kontraksi secara progresif menjadi berkurang bila beban ditambah, sampai sama dengan daya maksimal yang ditimbulkan oleh otot, kecepatan kontraksi menjadi nol dan tidak menghasilkan kontraksi sama sekali, walaupun serabut otot diaktifkan. Penurunan kecepatan ini tampaknya terutama disebabkan oleh kenyataan bahwa beban pada otot yang sedang berkontraksi adalah daya kebalikan yang melawan daya kontraksi yang disebabkan oleh kontraksi otot. Oleh karena itu, daya bersih yang tersedia untuk menyebabkan kecepatan pemendekan berkurang.

Kelelahan Otot
Kontraksi kuat otot yang berlangsung lama mengakibatlan keadaan yang dikenal sebagai kelelahan otot. Kelelahan ini diakibatkan dari ketidakmampuan proses kontraksi dan metabolisme serabut-serabut otot untuk melanjutkan suplai output kerja yang sama. Saraf terus bekerja dengan baik, impuls saraf berjalan secara normal melalui hubungan otot-saraf masuk kedalam serabut-serabut otot,tetapi kontraksi makin lama makin lemah karena dalam serabutserabut otot sendiri kekurangan ATP. Hambatan aliran darah yang menuju ke otot yang sedang berkontraksi mengakibatkan kelelahan otot hampir sempurna dalam satu menit atau lebih karena kehilangan suplai nutrien dengan nyata.
13

Sumber Energi
Telah kita ketahui bahwa kontraksi otot tergantung pada energi yang disuplai oleh ATP. Sebagian besar energi ini diperlukan untuk mekanisme roda pasak yang tepat dimana jembatan penyebrang tertarik filamin aktin, tetapi dalam jumlah sedikit diperlukan untuk 1) memompa kalsium dari sarkoplasma ke dalam retikulum sarkoplasma, 2) memompa ion natrium dan kalsium melalui membran serabut otot untuk mempertahankan lingkungan ionik yang cocok untuk pembentukan potensial aksi. Akan tetapi, jumlah ATP dalam serabut otot cukup untuk mempertahankan kontraksi penuh selama kurang dari 1 detik. Untungnya, setelah ATP dipecahkan menjadi ADP, ATP mengalami refosforilasi membentuk ATP baru kurang dalam 1 detik. Terdapat beberapa sumber energi yang diperlukan untuk refosforilasi ini: sumber energi pertama yang digunakan untuk membentuk kembali ATP adalah zat kreatin fosfat, yang membawa ikatan fosfat berenergi tinggi yang sama seperti ATP. Ikatan berenergi tingggi dari kreatin fosfat dipecahkan dan dilepaskan energi yang mengakibatkan pengikatan ion fosfat baru pada ADP untuk membentuk kembali ATP. Akan tetapi , jumlah total kreatin fosfat juga sangat sedikit, hanya sekitar lima kali jumlah ATP. Oleh karena itu, energi yang disimpan dari ATP cadangan dan kreatin fosfat dalam otot masih mampu menyebabkan kontraksi maksimal selama tidak lebih dari beberapa detik. Sumber energi berikutnya yang digunakan untuk membentuk kembali kreatin fosfat dan ATP adalah energi yang dikeluarkan dari bahan makanan. Sebagian besar energi ini dilepaskan dalam perjalanan oksidasi bahan makanan tersebut. Oksidasi ini mengeluarkan energi yang seluruhnya berlangsung dalam mitokondria, yang menggunakan energi yang dikeluarkan untuk membentuk ATP baru. Jadi, sumber akhir energi untuk kontraksi otot adalah makanan dasar dan oksigen. Hubungan energi yang diperlukan otot yang kerja yang dilakukan. Proses pemendekan otot dapat menggeser objek atau menggerakan objek dan melawan gaya dan karena itu melakukan kerja. Jumlah oksigen dan nutrien-nutrien lain yang di konsumsi oleh otot sangat meningkat bila otot melakukan kerja, bila dibandingkan kontraksi tanpa menyebabkan kerja. Hal ini dinamakan efek Fenn . Walaupun hal ini tampaknya merupakan efek yang nyata yang diharapkan seseorang, walaupun demikian dasar kimianya belum ditemukan. Dalam beberapa
14

hal kontraksi otot melawan suatu beban menyebabkan kecepatan pemecahan ATP menjadi ADP meningkat. Hal ini akibat dari kenyataan bahwa peningkatan jumlah tempat-tempat reaktif dan jembatan penyebrang yang harus diaktifkan untuk melawan beban. Efisiensi kontraksi otot. Efisiensi suatu mesin atau motor dihitung sebagai presentase input energi yang diubah menjadi kerja, bukan panas. Presentase input energi pada otot (energi kimia dalam nutrien) yang dapat diubah menjadi kerja kurang dari 20-25 %, sisanya menjadi panas. Efisiensi maksimal dapat di wujudkan hanya bila otot berkontraksi dengan kecepatan sedang. Bila kontraksi otot sangat lamban, sebagian besar maintenance heat dilepaskan selama proses kontraksi, karena itu menurunkan efisiensi. Sebaliknya kontraksi terlalu cepat, energi banyak digunakan untuk melawan gesekan cairan kental dalam otot itu sendiri dan hal ini terlalu mengurangi efisiensi kontraksi. Biasanya efisiensi maksimal timbul bila kecepatan kontraksi sekitar 30 % maksimal.

KESIMPULAN Kelelahan otot adalah ketidak mampuan otot untuk mempertahankan tenaga yang diperlukan atau yang diharapkan. Beberapa faktor yang terlibat didalam kelelahan itu adalah mekanisme kontraksi. Beberapa diantaranya adalah :

Penumpukan asam laktat Terjadinya kelelahan otot yang disebabkan oleh penumpukan asam laktat. Terdapat

hubungan antara penumpukan asam laktat pada intramuscular dengan menurunnya puncak tegangan (ukuran dari kelelahan).

15

Apabila rasio asam laktat pada otot merah dan otot putih meningkat, puncak tegangan otot menurun. Jadi bias diartikan bahwa besarnya kelelahan pada serabut-serabut otot putih berhubungan dengan besarnya kemampuan mereka untuk membentuk asam laktat. Dengan meningkatnya asam laktat, konsentrasi H meningkat, dan pH menurun. Jadi, peningkatan konsentrasi ion H menghalangi proses rangkaian eksitasi, oleh menurunnya sejumlah Ca yang dikeluarkan dari reticulum sarkoplasma dan gangguan kapasitas mengikat troponin. Di lain pihak peningkatan konsentrasi ion H juga menghambat kegiatan fosfofruktokinase, enzim kunci yang terlibat di dalam anaerobic glikolisis. Demikian lambatnya hambatan glikolisis, mengurangi penyediaan ATP untuk energi.

Pengosongan penyimpanan ATP dan PC Karena ATP merupakan sumber energi secara langsung untuk kontraksi otot, dan PC

dipergunakan untuk Resintesa ATP secepatnya, pengosongan Fosfagen intraseluler mengakibatkan kelelahan. Sebagai contoh, telah diingatkan bahwa selama kegiatan kontraksi, konsentrasi ATP didaerah miofibril mungkin lebih berkurang daripada dalam otot keseluruhan. Oleh karena itu, ATP menjadi terbatas didalam mekanisme kontraktil, walaupun hanya terjadi penurunan yang moderat dari jumlah total ATP didalam otot. Kemungkinan yang lain adalah bahwa hasil energi didalam pemecahan ATP lebih sedikit dari jumlah ATP yamg tersedia didalam batas-batas untuk kontraksi otot.

16

You might also like