You are on page 1of 12

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Masalah Telah banyak tantangan yang muncul di tengah-tengah kekeliruan manusia sepanjang sejarah, tetapi barangkali tidak ada yang lebih serius dan lebih merusak terhadap manusia daripada tantangan yang dibawa oleh peradaban Barat hari ini. Saya berani mengatakan bahwa tantangan terbesar yang muncul secara diam-diam di zaman kita adalah tantangan ilmu, sesungguhnya bukan sebagai lawan kejahilan, tetapi ilmu yang difahami dan disebarkan ke seluruh dunia oleh peradaban Barat; hakikat ilmu telah menjadi bermasalah karena ia telah kehilangan tujuan hakikinya akibat dari pemahaman yang tidak adil.1 Al-Attas mengidentifikasi bahwa kebingungan dalam ilmu dan pandangan alam (worldview) Islm menghasilkan pemimpin-pemimpin palsu muncul dan berkembang serta menimbulkan keadaan ketidakadilan dalam berbagai bidang. Ketidakadilan ini tetap berlangsung dalam tubuh ummat meskipun para pemimpin itu berganti. Al-Attas mengurutkan kerusakan dalam ummat sebagai berikut: 1. Kekeliruan dan kesalahan dalam ilmu yang menyebabkan keadaan: 2. Kehilangan adab di kalangan Umat. Keadaan yang timbul dari (1) dan (2) adalah: 3. Kemunculan pemimpin-pemimpin yang tidak layak untuk kepemimpinan yang sah bagi umat Islam, yang tidak memiliki taraf moral, intelektual dan spriritual yang tinggi yang disyaratkan untuk kepemimpinan Islm, yang melestarikan keadaan pada (1) di atas dan menjamin penguasaan urusan
1

Al-Attas, Syed Muammad Naquib, Islam dan Sekularisme, Institut Pemikiran Islam dan Pembangunan Insan, hlm. 169.

Umat yang berkelanjutan oleh pemimpin-pemimpin seperti mereka yang menguasai semua bidang. Ilmu menempati kedudukan yang sangat penting dalam ajaran islam, hal ini terlihat dari banyaknya ayat Al quran yang memandang orang berilmu dalam posisi yang tinggi dan mulya disamping hadis-hadis nabi yang banyak memberi dorongan bagi umatnya untuk terus menuntut ilmu. Didalam Al quran , kata ilmu dan kata-kata jadianya di gunakan lebih dari 780 kali, ini bermakna bahwa ajaran Islam sebagaimana tercermin dari Al quran sangat kental dengan nuansa nuansa yang berkaitan dengan ilmu, sehingga dapat menjadi ciri penting dari agama Islam sebagamana dikemukakan oleh Dr Mahadi Ghulsyani bahwa Salah satu ciri yang membedakan Islam dengan yang lainnya adalah penekanannya terhadap masalah ilmu (sains), 2 Al quran dan Al sunah mengajak kaum muslim untuk mencari dan mendapatkan Ilmu dan kearifan, serta menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada derajat tinggi.3 B. Rumusan Masalh Berdasarkan latar belakag masalah di atas maka dalam dirumuskan masalah yaitu : Bagaimana pandangan ilmu menurut Ibnu Khaldum

2 3

2.Dr.Mahadi Ghulsyani..............hal 231 3.Tim penyusun pustaka,Azet,Leksikori Islam,cet.1 ( Jakarta;pustaka Azet,1997 ) 250

BAB II PEMBAHASAN

A. Biografi Ibnu Khaldum lbnu Khaldun yang bernama Lengkap Abdurrahman Abu Zaid Waliuddin ibn Khalduni lahir di Tunisia pada awal Ramadhan 732 H atau bertepatan dengan 27 Mei 1332 M. Berdasarkan silsilahnya, Ibn Khaldun mempunyai hubungan darah dengan Wail bin Hajar, salah seorang sahabat nabi yang terkemuka. Keluarga Ibn Khaldun yang berasal dan Hadramaut, Yaman terkenal sebagai keluarga yang berpengetahuan luas dan berpangkat serta menduduki berbagai jabatan tinggi kenegaraan. Seperti halnya tradisi yang sedang berkembang di masa itu, lbn Khaldun mengawali pelajaran dari ayah kandungnya sendiri. Sejak kecil ia telah mempelajari tajwid, menghafal al-Quran, dan fasih dalam qiraat a1-sabzh. Di samping dengan ayahnya, ia juga mempelajari tafsir, hadis, fiqh, gramatika bahasa Arab, ilmu mantiq dan filsafat dengan sejumlah ulama Andalusia dan Tunisia. Pendidikan formalnya dilaluinya hanya sampai pada usia 17 tahun. Ia belajar al-Quran berikut tafsirnya, Fiqh, tasawuf dan filsafat. Dalam usia yang masih relatif muda ia telah mampu menguasai beberapa disiplin ilmu klasik, termasuk Pemikiran Intelektual Muslim tentang Pendidikan Islam.4 Sebagai anggota dari keluarga aristokrat, Ibn Khaldun sudah ditakdirkan untuk menduduki jabatan tertinggi dalam administrasi negara dan mengambil bagian dalam hampir semua pertikaian politik di Afrika Utara.
4

Al-Rasyidin, Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam; Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), h. 91.

Pada tahun 1352 M, ketika masih berusia dua puluh tahun, ia sudah menjadi master of the seal dan memulai karier politiknya yang berlanjut hingga 1375 M. Perjalanan hidupnya beragam. Namun, baik di dalam penjara atau di istana, dalam keadaan kaya atau miskin, menjadi pelarian atau menteri, ia selalu mengambil bagian dalam peristiwa-peristiwa politik di zamannya, dan selalu tetap berhubungan dengan para ilmuwan baik itu Muslim, Kristen maupun Yahudi. Hal ini menandakan bahwa lbn Khaldun tidak pernah berhenti belajar. Selama 40 tahun, Khaldun hidup di Spanyol dan Afrika Utara. Di sini, ia senantiasa dihadapkan pada situasi pergolakan politik dan memegang beberapa jabatan penting di bawah para penguasa yang silih berganti. Sekembalinya ia ke Afrika Utara, Khaldun memutuskan untuk menunaikan ibadah haji. Pada tahun 1832 M, ia kemudian pergi ke Iskandariyah. Akan tetapi, dalam perjalanannya, ia terlebih dahulu singgah di Mesir karena popularitas dan kredebilitasnya sebagai seorang ilmuan, maka atas permintaan raja dan rakyat Mesir, ia ditawari mendudukj jabatan guru dan ketua Mahkamah Agung Dinasti Namluk. Tawaran ini akhirnya diterima, sehingga niatnya untuk melaksanakan haji terpaksa ditunda. Keinginannya ini baru dapat terealisasi pada tahun 1837 M. Dari tahun 1832 M hingga wafatnya, Ibn Khaldun memegang jabatan sebagai guru besar dan rektor di Madrasah Qamliyah serta ketua Hakim Agung (mufti) di Mesir selama 6 periode. Disinilah ia memanfaatkan sisa usianya untuk mengembangkan dan mengabdikan ilmu pengetahuan yang selama ini ditinggalkannya. Sisa hidupnya dihabiskan di Kairo hingga ia wafat pada tanggal 25 Ramadhan 808 H atau 17 Maret 1406 M.

B. Pandangan Tentang Ilmu Meneurut Ibnu Khaldum Ilmu diperoleh dari dua sumber utama, yaitu Al-Quran (Wahyu), dan melalui penalaran (Aqli). Dalam pandangan Ibnu Khaldum ada tiga tingkatan proses berpikir menurut Ibnu Khaldun, yaitu: Tingkatan pertama, al-aql al-tamyizi, yaitu pemahaman intelektual manusia terhadap segala sesuatu yang ada di luar alam semesta dalam tatanan alam yang berubah, dengan maksud supaya manusia mampu menyelesaikan dengan kemampuannya sendiri. Tingkatan kedua, al-aql altajribi, yaitu pikiran yang memperlengkapi manusia dengan ide-ide dan perilaku yang dibutuhkan dalam pergaulan dengan orang lain.Tingkat ketiga, alaql alnazhari, yaitu pikiran yang memperlengkapi manusia dengan pengetahuan mengenai sesuatu yang berada di belakang persepsi indra tanpa tindakan praktis yang menyertainya .Pembagian Ilmu Menurut Ibnu Khaldum mengklasifikasikan ilmu kepada dua, yaitu ilmu yang diperolehi oleh manusia daripada rasul-rasul dan ilmu yang diperolehi berdasarkan proses akal. Ilmu yang pertama dinamakan al-Ulum alNaqliyyah al-Wadiyyah (the traditional sciences),yaitu ilmu yang didapati melalui rasul Allah berdasarkan al-Quran dan al-Sunnah dan yang kedua dinamakan alUlum al-Hikmiyyah al-Falsafiyyah (the philosophical sciences), yaitu ilmu yang diusahakan oleh akal manusia. Dalam al-Ulum al-Naqliyyah al-Wadiyyah, Ibn Khaldun menjelaskan ilmu yang terkandung dalamnya seperti berikut : (1) Ilmu Tafsir yang menjelaskan lafaz-lafaz al-Quran, (2) Ilmu Qiraah yang menyatakan bacaan al-Quran, (3) Ulum Hadith yang menjelaskan sanad dan perkhabaran perawi-perawi tentang Sunnah Rasulullah, (4) Usul Fiqh yang menjelaskan bagaimana mengeluar hukum-hukum Allah, (6) Ilmu Fiqh yang merupakan hukum yang diperolehi daripada perbuatan manusia, (7) Ilmu Kalam yang membahaskan aqidah keimanan dan hujah-hujahnya, (8) Ilmu Bahasa yang meliputi lughah, nahu, bayan dan adab. Jelasnya, semua ilmu ini adalah berdasarkan al-Quran dan asSunnah. Ibn Khaldun juga membahaskan ilmu Tasauf, dan Ramalan mimpi dalam khasifikasi ilmu pertama ini.

Dalam klasifikasi kedua, iaitu al-Ulum` al-Hikmiyyah al-Falsafiyyah (akal) terdapat beberapa jenis ilmu, iaitu (1) Ilmu Matematik yang menjelaskan sukatan dan ukuran, (2) Ilmu Handasah (Geometri) yang membahaskan persoalan ukuran dan timbangan, (3) Ilmu Hayah (Astronomi) yang melihat kepada pergerakan cakrawala, (4) Ilmu Mantiq yang menyatakan cara menjaga akal dari kesalahan, (5) Ilmu Tabie (Nature) yang mengkaji hal jisim dan persoalan-persoalan fizik, (6) Ilmu Ilahiyyat (Metafizik) yang membahaskan persoalan ketuhanan, (7) Ilmu Sihir, (8) Ilmu Rahsia Huruf, dan (9) Ilmu Kimia. Setiap ilmu ini mempunyai cabang-cabang ilmu yang lain. Sebagai contohnya, ilmu Matematik akan melahirkan ilmu Arithmatik, ilmu Hisab, ilmu Muamalat dan ilmu Faraid; ilmu Tabie / Fizik akan melahirkan ilmu kedoktoran dan ilmu Pertanian. Secara ringkasnya ilmu ini adalah berdasarkan pengalaman dan pemikiran manusia. Pengklafikasian ilmu oleh Ibn Khaldun secara umumnya mempunyai persamaan dengan tokoh-tokoh sebelumnya seperti al-Farabi dalam kitabnya Ihsa al-Ulum dan al-Ghazali dalam Ilya Ulumuddin, Kitab al-Ilm. Al-Ghazali sebagai contohnya menggunakan istilah syariyah (syariah) dan ghayr al-syariyah (bukan syariah) sebagai ganti kepada pembahagian Ibn Khaldun (Kamaruddin, 1996).5 Dari sudut lain, Ibnu Khaldun membahagi ilmu kepada dua bahagian, iaitu : (1) ilmu asas seperti ilmu Tafsir, Hadith dan Kalam dalam ilmu-ilmu syariah dan ilmu Fizik dan Metafizik dalam falsafah, (2) ilmu alat seperti ilmu Bahasa dan Matematik dalam ilmu-ilmu syariah dan ilmu Mantiq dalam ilmu falsafah yang menjadi wasilah bagi memahami ilmu asas. Mengenai kandungan ilmu asas berbanding dengan ilmu alat, Ibn Khaldun menyatakan skop perbincangan, penghuraian, pembuktian ilmu asas perlu diperluaskan dan diperinci, sedangkan skop ilmu alat cuma perlu setakat mana ia dapat membantu pelajar memahami ilmu asas (Ibrahim, 1996).6

5 6

5,Kamaruzaman,kitab al-qhazali , 1996 6. Ibrahim, Ilmu fizik dan metafisik dalam falsafat.1996

Sebagaimana kita maklumi bahwa ilmu banyak sekali macam ragamnya, sebab ilmu Allah sangat luas. Ibnu khladun membagi ilmu pengetahuan menjadi tiga macam, yaitu:7 1. Ilmu Lisan (bahasa) yaitu ilmu tentang tata bahasa (gramatikal), sastra atau bahasa yang tersusun secara puitis (syair). 2. Ilmu Naqli, yaitu ilmu yang diambil dari kitab suci dan sunnah Nabi. Ilmu ini berupa membaca kitab suci Al-quran dan tafsirnya, sanad, dan hadis pentashihannya serta istimbat tentang kaidah-kaidah fiqh. Manusia akan dapat mengetahui hukum-hukum Allah dan dari Al-quran didapati ilmu-ilmu tafsir, ushul fiqh yang dipakai untuk menganalisa hukum-hukum Allah. Adapun yang termasuk kedalam ilmu naqliyah antara lain; Ilmu tafsir, ilmu qiraat, ilmu hadits,ilmu ushul figh,ilmu fiqh, ilmu kalam, ilmu bahasa Arab,ilmu tasawuf dan ilmu ta'bir mimpi. 3. Ilmu Aqli, yaitu ilmu yang dapat menunjukkan manusia dengan daya pikir atau kecenderungan kepada filsafat dan semua ilmu pengetahuan, termasuk ilmu mantiq (logika), ilmu alam, ilmu ketuhanan, ilmu teknik, ilmu hitung, ilmu tingkah laku (behavior) manusia, termasuk juga ilmu sihir dan ilmu nujum (perbintangan). Ibnu khaldun menganggap ilmu nujum sebagai ilmu yang fasid, karena dapat dipergunakan untuk meramalkan segala macam kejadian sebelum terjadi dan hal itu adalah sesuatu yang bathil, berlawanan dengan ilmu tauhid yang menegaskan bahwa tidak ada yang menciptakan kecuali Allah. Di samping itu juga ada disebut dengan ilmu tradisional. Adapun Macammacam ilmu tradisional diantaranya adalah:

Rasyidin, Nizar, Filsafat Pendidikan Islam; Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis , h.

93.

1. Ilmu Tafsir, adalah ilmu yang mengkaji al-Quran yakni dengan menerangkan lafadz-lafadznya;8 2. Ilmu Qiraat, adalah ilmu yang di dalamnya menerangkan tentang perbedaan riwayat-riwayat para pembaca di dalam membaca al-Quran; 3. Ilmu-ilmu Hadits, dengan menyandarkan Sunnah kepada Nabi Muhammad Saw. dan membicarakan perawi-perawi yang menukilkannya, serta mengetahui hal ihwal serta keadilan mereka untuk menemui kebenaran objektif mengenai informasi-informasi mereka, dengan mengetahui apa yang harus dikerjakan berdasar tuntutan daripadanya; 4. Ushul Fiqih, dari prinsip-prinsip dasarnya harus ditarik kesimpulan hukum-hukum melalui aspek hukum legal yang berguna untuk sampaikepada bagaimana kesimpulannya (istimbath); 5. Fiqih, setelah mempelajari ushul fiqih dicapailah sebuah pengetahuan hukumhukum Allah pada tindakan-tindakan kaum Muslimin yangtelah dibebani tanggungjawab. Beban-beban tanggungjawab (takalif) ada yang bersifat badani dan ada yang bersifat qalbi; 6. Ilmu Kalam, taklif yang bersifat qalbi adalah taklif yang dikhususkan berkenaan dengan keimanan, serta apa yang wajib diyakini dan apayang tidak. Inilah dia aqidah-aqidah keimanan mengenai esensi (zat) dan sifaty-sifat, dan persoalanpersoalan hari dikumpulkannya manusia, masalah surga, masalah siksa, dan masalah taqdir. Melalui ilmu kalam dapat memberikan pembuktian terhadap persoalan-persoalan berdasardalil-dalil logis; 7. Ilmu Lughah, Ilmu Nahwi, dan Ilmu Adab. Ilmu-ilmu inilah yang digunakan sebelum memulai pengkajian terhadap alQuran dan al-Hadits haruslah seseorang lebih dahulu membekali diri dengan ilmu
8

8. M.Yatim Abdullah,M,A.Studi Islam Kontemporet ( Pekan baru,2004 ) hal:

34.

bahasa, sebab keberhasilan dan kebenaran pengkajian itu amat tergantug kepada ilmu-ilmu tersebut. Macam-macam ilmu yang menggunakan alat berpikir (al-ulum al-aqliyyah), diantaranya adalah: 1. Ilmu Logika (manthiq). Ilmu ini untuk menghindarkan kesalahan pemikiran dalam proses

penyusunan fakta-fakta yang ingin diketahui,yang berasal dari berbagai fakta yang tersedia.9 Faedahnya memberikan kemungkinan bagi penuntut ilmu untuk membedakan yang benar dariyang salah; 2. Ilmu Fisika Para filosof dapat mempelajari substansi elemental yangdapat dirasa dengan indera, seperti: benda-benda tambang, tumbuh-tumbuhan, binatang yang diciptakan dari substansi-substansielemental, benda-benda angkasa, gerakan alami, dan jiwa yangmerupakan asal dari gerakan. 3. Metafisika Ilmu yang mempelajari masalah-masalah spiritual 4. Matematika Ilmu ini studi tentang berbagai ukuran, mencakup empatmacam, yaitu: a. Geometri. Ilmu ini mempelajari ukuran-ukuran secara umum, adayang terputus seperti yang berbentuk angka-angka, ataubersambung seperti bentuk-bentuk geometris; b. Aritmatika. Pengetahuan tentang sifat-sifat essensial dan assidentaldaripada kwantitas yang terputus, yaitu angka.

c. Musika.
9

9 .Atang Abdul Hakim dan jauh Mubarak, Metodologi study islam, (Bandung Remaja Rosdakarya,1999 ) hal 8.

Pengetahuan tentang ukuran suara dan nada serta pengukurannya dengan angka-angka. Hasilnya merupakan pengetahuan teng nada-nada musik. d. Astronomi. Ilmu yang menetapkan bentuk daerah angkasa, posisi dan jumlah planet dan bintang tertentu, dan dengannya memungkinkan mempelajari semuanya ini dari gerakan benda-benda dilangit yang kelihatan terdapat di setiap ruang angkasa, gerakan-gerakannya, prosesi dan resesinya.

BAB III 10

PENUTUP A. Kesimpulan Ibnu Khaldum membagi ilmu kepada tiga macam yaitu: Ilmu Lisan (bahasa) yaitu ilmu tentang tata bahasa (gramatikal), sastra atau bahasa yang tersusun secara puitis (syair). Ilmu Naqli, yaitu ilmu yang diambil dari kitab suci dan sunnah Nabi. Ilmu ini berupa membaca kitab suci Al-quran dan tafsirnya, sanad, dan hadis pentashihannya serta istimbat tentang kaidah-kaidah fiqh. Ilmu Aqli, yaitu ilmu yang dapat menunjukkan manusia dengan daya piker atau kecenderungan kepada filsafat dan semua ilmu pengetahuan, termasuk ilmu mantiq (logika), ilmu alam, ilmu ketuhanan, ilmu teknik, ilmu hitung, ilmu tingkah laku (behavior) manusia, termasuk juga ilmu sihir dan ilmu nujum (perbintangan). B. Saran Kaum muslimin memiliki kewajiban untuk menuntut Ilmu terutama ilmu agama. Namun bukan berarti ilmu umum seperti ekonomi ditinggalkan. Oleh karena itu hendaknya kaum muslimin memiliki dan menguasai berbagai macam ilmu baik agama maun sains.

DAFTAR PUSTAKA 11

Al-Rasyidin, Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam; Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis, Jakarta: Ciputat Press, 2005. Rasyidin, Nizar, Filsafat Pendidikan Islam; Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis, 1995. Jujun S. Suriasumantri, Ilmu Dalam Perspektif, Jakarta: Gramedia, 1989. Atang Abdul Hakim dan jaih Mubarak,Metodelogi study islam ( Bandung Remaja Rosdaliarya,1999 ) hal ,8 Tim penjusun pustaka Azil,leksikori islam,cet,1 (jakarta;Pustaka azit perkasa,1997 ) Hal.250. Dr Mahyadi Ibrahim ilmu fisik dan Metafisik dalam filsafat.1996 Kamaruzzaman, kitab Al-qhazali ,1996 Al-Rasyidin, samsul Nizar, Filsafat pendidikan Islam,Historis dan praktis ( jakarta:cip Patat press,2005 ) hal 91. Al-Alfas,syed Muhammad Naqiub,islam dan sukalarisme,institut pemikiran islam dan pembagunan insan, hal 169

12

You might also like