You are on page 1of 20

Muhammad Ali Alfi

satu komando satu keluarga


Laporan Praktikum Fisiologi Tanaman Acara VIII Pengaruh Auksin Pada Pertumbuhan Akar
Desember 21, 2011 Laporan Praktikum Fisiologi Tanaman Acara VIII Pengaruh Auksin Pada Pertumbuhan Akar Disusun Oleh: Nama : Muhammad Ali Alfi NPM : E1J010089 Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu 2011 BAB I Pendahuluan 1.1 Landasan Teori Auksin mempunyai fungsi memacu pembentukan akar pada tanaman, terutama pada tanaman berkayu. Namun demikian, pengaruh auksin mempunyai batas konsentrasi, di mana pada konsentrasi rendah auksin akan memacu pembentukan dan pertumbuhan akar dan pada konsentrasi tinggi harus dilaporkan menghambar pembentukan dan pertumbuhan akar tanaman. Pada praktikum ini akan didemonstrasikan pengaruh konsentrasi auksin terhadap pembentukan dan pertumbuhan akar tanaman. 1.2 Tujuan Mempelajari pengaruh aplikasi auksin terhadap pertumbuhan akar tanaman. BAB II Tinjauan Pustaka Hormon tumbuh (auksin) merupakan hormon yang bereaksi dengan bahan kimia lain pada tumbuhan. Auksin disusun pada jaringan meristem di dalam ujung-ujung tanaman, seperti tunas, kuncup bunga, pucuk daun, dan juga pada ujung akar. Pada acara ini yang akan dibahas adalah pengaruh auksin dalam ujung tanaman pada akar. Fungsi auksin bukan hanya menambah kegiatan pembelahan sel pada jaringan meristem melainkan berupa pengembangan sel-sel yang ada di daerah belakang meristem. Sel-sel tersebut menjadi panjang dan banyak berisi air. Auksin mempengaruhi pengembangan dinding sel yang

mengakibatkan berkurangnya tekanan dinding sel terhadap protoplas (Heddy, 1990). Pertumbuhan adalah pertambahan jumlah sel pada suatu organisme dan bersifat tidak dapat dikembalikan (irreversible). Proses ini umumnya di ikurti dengan pertambahan bobot tubuh. Pertumbuhan akan di ikuti oleh proses perkembangan yang merupakan suatu proses yang saling berkaitan. Kedua hal ini terjadi melalui beberapa tahapan. Seperti halnya pada akar, yang merupakan bagian tumbuhan berbiji yang berada dalam tanah bewarana putih, dan seringkali berbentuk meruncing dan suka menembus dalam tanah. Akar memiliki baginbagian/ komponen-komponen penyusun akar, salah satunya adalah tudung akar yang berada dibagian ujung akar. Dibagian belakang tudung akar terdapat terdapat titik tumbuh yang berupa sel-sel meristem yang selalu membelah. Dibelakang titik tumbuh meristem terdapat kumpulan sel-sel besar yang memanjang atu disebut sebagi daerah perpanjangan. Perpanjangan bagian meristem ini sedikit banyak dapat dipengaruhi oleh adanya hormon tumbuh pada akar. (Diah Aryuliana,dkk.1999) Jika ujung suatu tanaman dipangkas, kemudian luka itu diberi pasta yang mengandung IAA dalam konsentrasi tinggi, maka akan terjadi pembelahan dan pengembangan sel-sel meristem yang luar biasa, yang mengakibatkan terjadinya tumor. Auksin juga mempercepat proses differensiasi di daerah meristem dan menggiatkan kambium membentuk sel-sel baru. Ujung-ujung lain spesies mempunyai zat yang fungsinya sama dengan auksin, yaitu auksin-b (C18H30O4). Auksin b ini tidak mempengaruhi pertumbuhan spesies lain. Selain itu, ada juga auksin a (C18H32O5) yang mempengaruhi avena. Auksin a ternyata serupa dengan auksin b, bedanya adalah auksin a mempunyai satu molekul air lebih banyak daripada auksin b ( Dwidjoseputro, 1986). BAB III Bahan dan Metodelogi 3.1. Alat dan Bahan Larutan auksin 100 mg/100 ml dan potongan cabang tanaman tradescanti atau tanaman lain. 3.2. Cara Kerja Membuat pengenceran auxin sebesar 0.1, 1.0, 10, 100 mg/ml. Ujung potongan cabang dimasukkan ke dalam larutan yang telah dibuat dan kelompok lain ke dalam air suling. Menunggu selama 1-2 jam Sementara menunggu, siapkan larutan hara komplit dan memasukkannya dalam botolbotol yang disediakan. Setelah 2 jam memindahkan potongan-potongan cabang ke dalam botol yang terisi larutan hara komplit dan diletakkan di tempat terang. Pertumbuhan akarnya diamati setelah satu minggu, sementara itu larutannya ditambah air suling bila selama pengamatan jumlahnya berkurang. Perhatikan jumlah akar dan panjangnya. Lakukan pengamatan dan bahaslah temuan Anda pada laporan praktikum. BAB IV Hasil dan Pengamatan 4.1 Table Hasil Pengamatan Perlakuan Pertambahan setelah 3 minggu (mm) 123 Auksin 10 ppm 7 0 0

Auksin 1 ppm 0 0 15 Auksin 0,1 ppm 1 5 9 Kontrol 0 0 2 4.2 Pembahasan Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat dibahas mengenai pengaruh auksin terhadap pemanjangan akar. Dalam hal ini ada beberapa perlakuan yang dikerjakan diantaranya perlakuan untuk 10 ppm, 1 ppm, 0,1 ppm, dan kontrol. Dari beberapa perlakuan tersebut didapatkan hasil pengamatan seperti yang tertera pada table diatas, hasil dari pertambahan jumlah akar dan jumlah panjang berbeda-beda. Pada perlakuan penambahan auxin sebesar 10 ppm didapatkan hasil penamabahan jumlah dan panjang akarnya yaitu jumlah akarnya 7 pada minggu ke-1, minggu ke-2 dan ke-3 adalah 0. Sedangkan pada perlakuan untuk penambahan auxin sebesar 1 ppm didapatkan hasil pertambahan jumlah akar dan jumlah panjangnya yaitu 0,0, dan 15 berturut-turut pada minggu ke-1, ke2, dan ke-3. Untuk perlakuan yang 0,1 ppm didapatkan hasilnya yaitu 1, 5, dan 9 pada minggu ke-1, ke-2, dan ke-3 berturut-turut. Dari hasil data yang telah diamati, maka dapat dilihat dengan jelas bahwasanya pertambahan panjang akar pada kecambah yang paling cepat terdapat pada perlakuan 0,1 ppm hal ini dapat terjadi dibandingkan dengan perlakuan kontrol adalah karena adanya pengaruh auksin pada tanaman baik itu akar maupun batang dimana kita telah ketahui bersama bahwa auksin berfungsi sebagai merangsang pembelahan sel dalam kambium, tetapi dalam akar pengaruh auksin/IAA biasanya malah akan menghambat pemanjangan sel, kecuali pada konsentrasi yang rendah Sedangkan pada perlakuan 10 ppm pertambahan panjang akar 0, hal ini dapat terjadi karena kesalah praktikum yang tidak menseleksi terlebih dahulu tanaman yang akan dijadikan sebagai preparat baik itu tingkat kesuburan atau tingkat ketahanan lingkungan. Pada perlakuan 100 ppm, ini juga dapat disebabkan oleh terlalu tingginya kadar sehingga tanaman mati dimana suatu tanaman dapat tumbuh jika kadar kebutuhan hara dan unsur yang dibutuhkan seimbang dengan hara yang diperoleh sehingga Auksin mempengaruhi pengembangan dinding sel yang mengakibatkan berkurangnya tekanan dinding sel terhadap protoplas. Akibatnya pertumbuhannya lambat pada minggu ke-1 dan ke-2 walaupun dapat tumbuh pada minggu ke-3. BAB V Kesimpulan Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : Pertumbuhan adalah pertambahan jumlah sel pada suatu organisme dan bersifat tidak dapat dikembalikan (irreversible). Tanaman dapat tumbuh jika kadar kebutuhan hara dan unsur yang dibutuhkan seimbang dengan hara yang diperoleh sehingga Auksin mempengaruhi pengembangan dinding sel yang mengakibatkan berkurangnya tekanan dinding sel terhadap protoplas. Auksin merupakan hormon tumbuh yang berfungsi untuk pengembangan sel-sel yang ada di bawah belakang meristem. Pengaruh auksin pada tanaman baik itu akar maupun batang dimana kita telah ketahui bersama bahwa auksin berfungsi sebagai merangsang pembelahan sel dalam kambium, tetapi dalam akar pengaruh auksin/IAA biasanya malah akan menghambat pemanjangan sel, kecuali pada konsentrasi yang rendah

Semakin pekat auksin maka pertumbuhan akan semakin cepat. Daftar Pustaka Aryuliana, Diah, dkk.1999. Biologi. Erlangga. Jakarta Dwidjoseputro, D. 1986. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : PT. Gramedia Heddy, S. 1990. Biologi Pertanian. Jakarta : Rajawali
http://alviedotme.wordpress.com/2011/12/21/laporan-praktikum-fisiologi-tanaman-acara-viiipengaruh-auksin-pada-pertumbuhan-akar/

Khayalan Tingkat Tinggi


Kamis, 14 Juni 2012
Laporan FisTum

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR DASAR FISIOLOGI TUMBUHAN ACARA X PENGARUH AUKSIN TERHADAP PEMBENTUKAN AKAR

Oleh :
Nama
NIM

: Aprian Aji Santoso

: A1L010222

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2005
I. PENDAHULUAN

Walaupun tanaman mudah memperoleh bahan-bahan mentah dalam jumlah yang cukup, serta dikelilingi oleh keadaan lingkungan yang menguntungkan untuk tumbuh dengan baik, akan tetapi tanaman tersebut masih memerlukan suatu mekanisme untuk pengaturan tumbuhnya. Pengaturan tumbuh ini pada tanaman diperlukan untuk menentukan kapan suatu bagian tanaman terus tumbuh dan kapan bagian lain berhenti tumbuh. Bahan pengatur tumbuh tersebut biasanya adalah hormon yang dibutuhkan dalam jumlah yang sangat kecil. Ketika istilah hormon untuk pertama kali diperkenalkan, istilah itu digunakan untuk menyatakan zat apapun yang dihasilkan dalam suatu bagian organisme yang ditranslokasi ke tempat dimana efeknya terhadap metabolisme dan pertumbuhan sangat besar, jadi berfungsi sebagai kurir kimia (chemical messenger). Sejak diperkenalkan istilah ini memiliki dua pengertian. Yang pertama

ialah bahwa hanya sejumlah kecil zat yang diperlukan untuk mempengaruhi proses fisiologis. Pengertian yang kedua ialah bahwa hormon-hormon ini merupakan zat yang terjadi secara alami. Sampai sekarang hanya ada lima kelompok hormon yang sudah dikenal, walaupun mungkin masih banyak lagi yang dapat dipastikan akan ditemukan. Kelima kelompok yang sudah dikenal itu meliputi auksin, giberelin, sitokinin, asam absisat, dan etilen. Tetapi pada laporan kali ini hanya akan dibahas mengenai auksin. Selain untuk melengkapi kegiatan perkuliahan Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan, praktikum ini juga bertujuan agar setelah selesai praktikum, praktikan diharapkan dapat : 1. Mengenal adanya hormon atau zat pengatur tumbuh. 2. Mengetahui dan mempelajari peranan zat pengatur tumbuh auksin pada pembentukan akar.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Zat tumbuh atau hormon adalah zat kimia yang dibuat dalam suatu bagian tanaman tertentu, tetapi mempengaruhi bagian lain dari tanaman tersebut (Darmawan, 1983). Sedangkan menurut Salisbury dan Ross (1995), hormon tumbuhan adalah senyawa organik yang disintesis di salah satu bagian tumbuhan dan dipindahkan ke bagian lain, dan pada konsentrasi yang sangat rendah mampu menimbulkan suatu respon fisiologis. Respon pada organ sasaran tidak perlu bersifat memacu, karena proses seperti pertumbuhan dan diferensiasi kadang malahan terhambat oleh hormon. Karena hormon harus disintesis oleh tumbuhan, maka ion anorganik seperti K+ atau Ca2+, yang dapat juga menimbulkan respon penting, dikatakan bukan hormon. Zat pengatur tumbuh organik yang disintesis oleh ahli kimia organik atau yang disintesis organisme selain tumbuhan juga bukan hormon. Batasan tersebut menyatakan pula bahwa hormon harus dapat dipindahkan di dalam tubuh tumbuhan (Salisbury dan Ross, 1995). Lain lagi dengan yang dikatakan oleh Abidin (1983) yang menyatakan bahwa zat pengatur tumbuh pada tanaman (plant regulator) adalah senyawa organik yang bukan hara (nutrient) yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung (promote), menghambat (inhibit), dan dapat merubah

proses fisiologi tumbuhan. Hormon tumbuh (plant hormone) adalah zat organik yang dihasilkan oleh tanaman yang dalam konsentrasi rendah dapat mengatur proses fisiologis. Hormon biasanya

bergerak dari bagian tanaman yang menghasilkan menuju ke bagian tanaman lainnya. Hormon nabati yang paling dulu dikenal dan paling banyak diteliti termasuk ke dalam kelompok auksin. Auksin adalah merupakan salah satu dari zat pengatur tumbuh yang didefinisikan sebagai senyawa yang dicirikan oleh kemampuannya dalam mendukung terjadinya perpanjangan sel (cell elongation) pada pucuk dengan struktur kimia dicirikan oleh adanya indole ring (Abidin, 1983). Hormon ini dihasilkan pada ujung pucuk yang sedang tumbuh, dan setelah bergerak ke bagian-bagian atau organ lain menghasilkan berbagai efek. Yang paling khas diantaranya adalah pengaturan pembelahan sel. Berbagai zat yang memiliki keaktifan auksin telah dapat diisolasi secara murni dari jaringan tumbuhan, tetapi yang paling umum dan paling penting ialah zat yang relatif sederhana, yaitu asam indol asetat (IAA). Selain auksin yang terjadi secara alami, banyak senyawa sintetik memiliki struktur kimia serupa dengan IAA dan sangat aktif sebagai zat perangsang tumbuhan. Zat-zat sintetik ini berbeda dengan auksin alami dalam hal sifatnya yang sangat beracun jika kelebihan sedikit saja dalam penggunaannya. Lebih lanjut diketahui bahwa ambang konsentrasi sebagai racun sangat bervariasi menurut jenis tumbuhan, jadi memungkinkan penggunaan zat-zat ini sebagai pemberantas gulma yang sangat efisien dan selektif (Loveless, 1991). Auksin bukan hanya terbentuk pada pucuk yang sedang tumbuh tetapi juga pada daerah lain termasuk beberapa yang terlibat pada tahap reproduksi, misalnya serbuk sari, buah, dan biji. Salah satu gejala yang terkenal yang diperantarai, setidak-tidaknya sebagianoleh auksin ialah dormansi ujung. Akar lateral seperti halnya kuncup lateral juga dipengaruhi oleh auksin dan pemakaian zat-zat ini dariluar sangat mendorong pembentukan akar lateral. Penggunaan praktis yang sangat penting gejala ini adalah dalam menggalakkan pembentukan akar pada perbanyakan tanaman dengan setek. Salah satu hasil utama penyerbukan bunga adalah peningkatan kandungan auksin dalam bakal buah. Pemberian auksin sintetik telah lama dikenal untuk mendorong proses yang sama tanpa penyerbukan dan menghasilkan buah tanpa biji (Loveless, 1991). Pengaruh auksin terhadap berbagai aspek perkembangan tumbuhan (Heddy, 1989), yaitu : 1. Pemanjangan sel IAA atau auksin lain merangsang pemanjangan sel, dan juga akan berakibat pada pemanjangan koleoptil dan batang. Distribusi IAA yang tidak merata dalam batang dan akar menimbulkan pembesaran sel yang tidak sama disertai dengan pembengkokan organ. Sel-sel meristem dalam

kultur kalus dan kultur organ juga tumbuh berkat pengaruh IAA. menghambat pemanjangan sel-sel jaringan akar. 2. Tunas ketiak

Auksin pada umumnya

IAA yang dibentuk pada meristem apikal dan ditranspor ke bawah menghambat perkembangan tunas ketiak (lateral). Jika meristem apikal dipotong, tunas lateral akan berkembang. 3. Absisi daun Daun akan terpisah dari batang jika sel-sel pada daerah absisi mengalami perubahan kimia dan fisik. Proses absisi dikontrol oleh konsentrasi IAA dalam sel-sel sekitar atau pada daerah absisi. 4. Aktivitas kambium Auksin merangsang pembelahan sel dalam daerah kambium. 5. Tumbuh akar Dalam akar, pengaruh IAA biasanya mengahambat pemanjangan sel, kecuali pada konsentrasi yang sangat rendah. Di dalam jaringan yang tumbuh aktif terdapat dua macam auksin, yaitu auksin bebas yang dapat berdifusi, dan auksin terikat yang tak dapat berdifusi. Dengan pelarut seperti eter dapat dipisahkan kedua macam auksin tersebut. Auksin yang terikat merupakan pusat dari kegiatan hormon di dalam sel, sedangkan auksin bebas adalah kelebihan di dalam keseimbangannya. Maka auksin yang terikat adalah zat yang aktif di dalam proses pertumbuhan (Kusumo, 1984). Hasil penelitian terhadap metabolisme auksin menunjukkan bahwa konsentrasi auksin di dalam tanaman berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. mempengaruhi konsentrasi IAA (Abidin, 1983) adalah : 1. Sintesis auksin. 2. Pemecahan auksin. 3. Inaktifnya IAA sebagai akibat proses pemecahan molekul. Adapun faktor-faktor yang

III. MATERI PRAKTIKUM

A. Alat 1. Polybag 2. Pisau 3. Penggaris 4. Plastik 5. Tali rafia

B. Bahan 1. Setek pucuk jeruk nipis 2. Larutan yang terdapat hormon auksin. 3. Pasir

IV. CARA KERJA

1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. 2. Mengisi 10 buah polybag dengan pasir sebagai media tanam dan menanaminya dengan setek pucuk jeruk nipis yang 5 diantaranya terlebih dahulu bagian bawahnya dibenamkan atau direndamkan ke dalam larutan yang berisi hormon auksin selama 5 menit dan 5 yang lainnya tidak dicelupkan karena dijadikan kontrol. 3. Menyiram setek tersebut dengan air sampai pada kondisi kapasitas lapang dan mencungkupinya dengan plastik lalu mengikatnya dengan tali rafia dan meletakkannya di tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung selama 3 minggu. 4. Pada terakhir kali pengamatan praktikan mengamati jumlah tunas, jumlah akar utama, jumlah akar cabang, dan panjang akar. 5. Mencatat semua hasil pengamatan yang dilakukan.

V. HASIL PENGAMATAN

Perlakuan

Ulangan I 1 2 3 0 0 0 0 0 0 0

tunas II 0 3 0 0 0 3 0,6 III 0 0 2 0 0 2 0,4

akar utama I 0 0 1 3 0 4 0,8 II 8 5 5 8 23 49 9,8 III 8 4 11 4 5 32 6,4

akar cabang I 0 0 1 0 0 1 0,2 II 52 46 26 14 8 146 29,2 III 23 2 3 0 17 45 9

Panjang akar (cm) I 0 0 7,5 4,2 0 II 6,6 9,7 6,2 10,8 6,8 III 8,2 5,7 6,1 2,5 7

Kontrol

4 5 Ratarata

11,7 39,1 29,5 2,34 7,82 5,9

1 2 3 Auksin 4 5 Ratarata

0 0 0 0 0 0 0

1 0 0 0 0 1 0,2

1 0 2 1 0 4 0,8

4 2 3 2 2 13 2,6

7 9 1 2 7 26 5,2

2 2 10 7 0 21 4,2

0 0 0 0 0 0 0

15 5 16 0 10 46 9,2

25 19 13 4 0 61 12,2

2 1 1 3 0,5 7,5 1,5

10,4 4,7 7,6 1 7,1

8 5,7 6,2 7,8 0

30,8 27,7 6,16 5,54

VI. PEMBAHASAN

Dari hasil pengamatan yang ada menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata mengenai jumlah tunas antara setek jeruk nipis yang diberi auksin dengan yang tidak (kontrol). Sedangkan mengenai jumlah akar utama dan jumlah akar cabang justru lebih banyak yang dihasilkan tanaman kontrol dibandingkan dengan tanaman jeruk yang diberi auksin. Begitu juga dengan panjang akarnya yang tetap menunjukkan bahwa tanaman kontrol lebih panjang dibandingkan dengan tanaman jeruk yang diberi auksin.

Padahal seharusnya tanaman yang diberi auksin panjang akarnya harus lebih panjang dibandingkan dengan tanaman kontrol karena salah satu peranan auksin adalah membantu pertumbuhan dalam hal perpanjangan atau pembesaran sel. Yang menyebabkan bisa terjadi Karena

demikian mungkin dikarenakan konsentrasi yang berlebih dari auksin yang diberikan. konsentrasi yang berlebih justru membuat kerja auksin menjadi terhambat.

Peristiwa perpanjangan akar ke arah bumi atau yang lazim disebut geotropisme disebabkan oleh gravitasi bumi yang menyebabkan konsentrasi auksin di bagian bawah lebih tinggi. Perbedaan konsentrasi ini menyebabkan geotropisme negatif pada batang dan geotropisme positif pada akar sehingga akan membelok ke arah bumi (Darmawan, 1983). Pada banyak tanaman, pucuk lateral tidak mau tumbuh bila pucuk terminalnya utuh. Bila pucuk terminal dipotong maka pucuk lateral mulai tumbuh. Ternyata pucuk terminal menghasilkan auksin dalam jumlah besar sehingga konsentrasinya menghambat pertumbuhan pucuk lateral. Bila disingkirkan, maka sumber auksin hanya dari pucuk lateral saja yang menghasilkan auksin dalam jumlah kecil sehingga merangsang pertumbuhan (Darmawan, 1983). Mengapa konsentrasi yang lebih justru menghambat cara kerja auksin pada pertumbuhan akar ? Sudah sejak lama diduga bahwa sebagian penghambatan ini disebabkan oleh etilen, sebab semua jenis auksin memacu berbagai jenis sel tumbuhan untuk menghasilkan etilen, terutama bila sejumlah besar auksin ditambahkan. Terdapat bukti yang kuat bahwa auksin dari batang sangat berpengaruh pada awal pertumbuhan akar. Bila daun muda dan kuncup (yang kaya akan auksin) dipangkas, jumlah pembentukan akar samping berkurang. Bila hilangnya organ tersebut diganti dengan auksin, kemampuan membentuk akar sering menjadi pulih kembali (Salisbury dan Ross, 1995). Daerah pembentukan akar liar pada batang sebagian besar spesies terletak pada bagian basal fisiologis yang menjauhi apeks batang (bagian distal). Bahkan, jika potongan tajuk diletakkan terbalik dalam lingkungan atmosfer yang lembab, biasanya akar akan terbentuk di dekat puncak, jauh dari ujung batang yang asli dan di tempat yang diperkirakan auksin terkumpul akibat pergerakan secara polar. Pada banyak spesies, akar liar terbentuk di daerah dasar batang tumbuhan utuh, kadang hanya berupa primordia. Akar liar tidak hanya muncul dari dasar batang, tetapi dapat pula terbentuk di permukaan bawah batang yang diletakkan pada posisi mendatar, asalkan dijaga kelembapannya. Kandungan auksin meningkat di daerah munculnya akar, sebelum akar

berkembang (Salisbury dan Ross, 1995).

Pada peristiwa pemanjangan akar juga tak lepas dari peristiwa pembelahan sel. Karena pemanjangan akar disebabkan adanya pembelahan sel apalagi kalau ditambah dengan adanya auksin dalam konsentrasi rendah. Karena adanya auksin, dinding selulosa menjadi kenyal (plastic) dan diperluas oleh potensi osmosis cairan sel. Anyaman fibril selulosa yang menyusun kerangka dinding menjadi kendur, dan hal ini memungkinkan penambahan fibril selulosa. Auksin ditranslokasi keluar dari tempat sintesis oleh suatu mekanisme pengangkutan yang sangat terpolarisasi yang memerlukan energi metabolisme dan menggerakkan auksin hanya searah. Arah ini selalu menjauhi ujung pucuk, jadi secara anatomi mudah ditentukan (Loveless, 1991). Disamping struktur kimiawi, aktivitas suatu senyawa tergantung pula pada faktor luar dan dalam (Heddy, 1989), antara lain : 1. Lingkungan luar (suhu, radiasi, kelembaban). 2. Kemampuan senyawa untuk melalui kutikula atau menbran sel. 3. Translokasi dalam tumbuhan ke daerah kegiatan. 4. Cara inaktivasi dalam tumbuhan. 5. Ketersediaan ATP atau nukleotida lain. 6. Kebutuhan akan logam atau kofaktor jika terlibat reaksi-rekasi enzimatik. Pada praktikum kali ini auksin diberikan pada setek jeruk nipis. Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemakaian hormon untuk setek (Kusumo, 1984), adalah : 1. Hormon hanya menambah atau mendorong perakaran, bukannya menggantikan pengalaman dan teknik. 2. Hormon tidak dapat mengubah kebiasaan dalam pengambilan bahan setek walaupun adakalanya pemberian hormon dapat berhasil baik pada keadaan yang kurang menguntungkan. 3. Perlu hati-hati dengan dosis pemakaian hormon dalam mempersiapkan zat yang akan diberikan.

VII. SIMPULAN

1. Hormon atau zat pengatur tumbuh adalah suatu senyawa organic yang disintesis di suatu bagian tumbuhan dan dapat dipindahkan ke bagian tumbuhan yang lain, yang dalam konsentrsi kecil dapat berpengaruh pada proses fisiologis. 2. Ada 5 macam zat pengatur tumbuh, yaitu auksin, giberelin, sitokinin, asam absisat, dan etilen. 3. Auksin adalah zat pengatur tumbuh yang berperan dalam pemanjangan sel dan pembelahan sel dalam jumlah konsentrasi yang kecil. 4. Setek jeruk nipis yang diberi auksin ternyata pertumbuhan akarnya terhambat yang dikarenakan terlalu tingginya konsentrasi auksin yang diberikan, dibandingkan dengan tanaman kontrol.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Ir. Zainal. 1983. Dasar-Dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh. Bandung : Angkasa Darmawan, Dr. Ir. Januar dan Baharsjah, Dr. Ir. Justika S. 1983. Dasar-Dasar Fisiologi Tanaman. Semarang : Suryandaru Utama Heddy, Ir. Suwasono. 1989. Hormon Tumbuhan. Jakarta : CV Rajawali Kimball, John W. 1992. Biologi Jilid 2. Jakarta : Erlangga Kusumo, Surachmat. 1984. Pengatur Tumbuh Tanaman. Bogor : CV Yasaguna Loveless, A. R. 1991. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik. Jakarta : Erlangga Salisbury, Frank B dan Ross, Cleon W. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Bandung : ITB Wilkins, Malcolm B. 1992. Fisiologi Tanaman 1. Jakarta : Bumi Aksara Diposkan oleh Apri Santoz di 02:18 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook http://aprisantoz.blogspot.com/2012/06/laporan-fistum.html

1.2 Pembahasan Pada pengamatan hipokotil yang diberi perlakuan air, terjadi pertambahan panjang sebesar 0.14 cm yaitu dari 3 cm menjadi 3.14 cm. Begitu pula halnya dengan hipokotil yang diberi perlakuan IAA 0.01, 0.03, 0.05, 0.07, 0.09, terjadi perubahan panjang hipokotil masing-masing sebesar 1.14 cm, 0.64 cm, 0.26 cm, 0.62 cm, dan 0.38 cm. Pertambahan panjang tersebut terjadi karena adanya

pengaruh dari auksin yang diberikan pada hipoktil dimana IAA (Asam Indol Asetat) berperan untuk merangsang dan memacu pertumbuhan batang serta dapat memacu pembelahan meristematik pada bagian apikal (ujung). Auksin adalah salah satu bentuk hormon yang paling banyak diteliti. Terutama berpengaruh terhadap pertumbuhan dengan merangsang pembesaran sel. Dalam merangsang pembelahan sel dan perubahan-perubahan lainnya, auksin ini bekerja sama dengan hormon- hormon lain (Anonim, 2009). Auksin merupakan istilah generik untuk substansi pertumbuhan yang khususnya merangsang perpanjangan sel, tetapi auksin juga menyebabkan suatu kisaran respon pertumbuhan yang agak berbeda-beda. Respon auksin berhubungan dengan konsentrasinya. Konsentrasi yang tinggi bersifat menghambat (Anonim, 2008). Auksin adalah zat aktif dalam sistem perakaran. Senyawa ini membantu proses pembiakan vegetatif. Pada satu sel auksin dapat mempengaruhi pemanjangan sel, pembelahan sel dan pembentukan akar (Anonim, 2009). Auksin adalah zat yang ditemukan pada ujung batang, akar, pembentukan bunga yang berfungsi sebagai pengatur pembesaran sel dan memicu pemanjangan sel di daerah belakang meristem ujung. Hormon auksin adalah hormon pertumbuhan pada semua jenis tanaman. Nama lain dari hormon ini adalah IAA atau asam indol asetat. Letak dari hormon auksin ini terletak pada ujung batang dan ujung akar. Fungsi dari hormon auksin ini adalah membantu dalam proses mempercepat

pertumbuhan, baik itu pertumbuhan akar maupun pertumbuhan batang, mempercepat perkecambahan, membantu dalam proses pembelahan sel, mempercepat pemasakan buah, mengurangi jumlah biji dalam buah. Kerja hormon auksin ini sinergis dengan hormon sitokinin dan hormon giberelin (Anonim, 2008). Istilah auksin diberikan pada sekelompok senyawa kimia yang memiliki fungsi utama mendorong pemanjangan kuncup yang sedang berkembang. Beberapa auksin dihasilkan secara alami oleh tumbuhan, misalnya IAA (Indo-leacetic Acid), PAA (Phenylacetic Acid) dan IBA (Indolebutric Acid). Auksin juga sudah diproduksi secara sintetik, seperti NAA (Napthalene Acetic Acid) 2,4 D dan MCPA (2-Methyl-4 Chlorophenoxyacetic Acid). Auksin adalah ZPT yang memacu

pemanjangan sel yang menyebabkan pemanjangan batang dan akar. Auksin bersifat memacu perkembangan meristem akar adventif sehingga sering digunakan sebagai zat perangsang tumbuh akar pada stek tanaman. Auksin juga mempengaruhi perkembangan buah, dominasi apikal,

fototropisme dan geotropisme. Kombinasi auksin dengan giberelin memacu perkembangan jaringan

pembuluh dan mendorong pembelahan sel pada kambium pembuluh, sehingga mendukung pertumbuhan diameter batang (Anonim, 2008). Pengaruh auksin terhadap pertumbuhan jaringan tanaman diduga melalui dua cara, yaitu menginduksi sekresi ion H+ keluar sel melalui dinding sel. Pengasaman dinding sel menyebabkan K+ diambil dan pengambilan ini mengurangi potensial air dalam sel. Akibatnya air masuk ke dalam sel dan sel membesar. Mempengaruhi metabolisme RNA yang berarti metabolisme protein, mungkin melalui transkripsi molekul RNA. Memacu terjadinya dominansi apikal. Dalam jumlah sedikit memacu pertumbuhan akar (Anonim, 2008). Auksin menginisiasi pemanjangan sel dengan cara mempengaruhi pengendoran /pelenturan dinding sel. Auksin memacu protein tertentu yang ada di membran plasma sel tumbuhan untuk memompa ion H+ ke dinding sel. Ion H+ ini mengaktifkan enzim tertentu sehingga memutuskan beberapa ikatan silang hidrogen rantai molekul selulosa penyusun dinding sel. Sel tumbuhan kemudian memanjang akibat air yang masuk secara osmosis. Setelah pemanjangan ini, sel terus tumbuh dengan mensintesis kembali material dinding sel dan sitoplasma (Anonim, 2008). Fungsi auksin ialah untuk merangsang pembesaran sel, sintesis DNA kromosom, serta pertumbuhan aksis longitudinal tanaman, gunanya untuk merangsang pertumbuhan akar pada stekan atau cangkokan. Auksin sering digunakan untuk merangsang pertumbuhan akar dan sebagai bahan aktif sering yang digunakan dalam persiapan hortikultura komersial terutama untuk akar batang. Mereka juga dapat digunakan untuk merangsang pembungaan secara seragam, untuk mengatur pembuahan, dan untuk mencegah gugur buah. Peran auksin bagi tanaman ialah auksin sebagai salah satu hormon tumbuh bagi tanaman mempunyai peranan terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pertumbuhan batang (stemgrowth). Apabila ujung koleoptil dipotong, kemungkinan tanaman tersebut akan terhenti pertumbuhannya. jaringan muda terdapat pada apikal meristem (Anonim, 2009). IAA dan auksin lain merangsang pemanjangan sel, akibatnya ialah terjadi pemanjangan pada koleoptil dan batang. Distribusi IAA yang tidak merata dalam batang dan akar menimbulkan perbedaan dalam pembesaran sel disertai dengan pembengkokan organ (geotropisme, fototropisme). Sel-sel meristem dalam kultur kalus dan kultur organ juga tumbuh berkat pengaruh IAA. Auksin pada umumnya menghambat pemanjangan sel-sel jaringan akar (Anonim, 2009). Meristem tunas apikal adalah tempat utama sintesis auksin. Pada saat auksin bergerak dari ujung tunas ke bawah ke daerah perpanjangan sel, maka hormon auksin mengstimulasi Di dalam tanaman, jaringan-

pertumbuhan sel, mungkin dengan mengikat reseptor yang dibangun di dalam membran plasma. Pada konsentrasi tinggi, auksin akan menghambat perpanjangan sel (Anonim, 2009).

II. KESIMPULAN DAN SARAN


2.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. 2. Hipokotil yang diberi perlakuan IAA mengalami pertambahan panjang. IAA (Asam Indol Asetat) berperan untuk merangsang dan memacu pertumbuhan batang serta dapat memacu pembelahan meristematik pada bagian apikal (ujung). 3. Beberapa auksin dihasilkan secara alami oleh tumbuhan, misalnya IAA (Indo-leacetic Acid), PAA (Phenylacetic Acid) dan IBA (Indolebutric Acid). Auksin juga sudah diproduksi secara sintetik,

seperti NAA (Napthalene Acetic Acid) 2,4 D dan MCPA (2-Methyl-4 Chlorophenoxyacetic Acid). 2.2 Saran Diharapkan agar fasilitas-fasilitas yang terdapat di laboratorium dapat ditambah sehingga praktikum dapat berjalan dengan lebih baik dan efisien.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008. Hormon Pada Tumbuhan. http://sobatbaru.blogspot.com. Diakses pada tanggal 23 November 2009. , 2008. Fungsi Auksin. http://mukhtarom-ali.blogspot.com. Diakses pada tanggal 23 November 2009. , 2009. Zat Pengatur Tumbuh. http://b4nd1tx.wordpress.com . Diakses pada tanggal 23 November 2009. , 2009. Pengaruh Auksin. http://21ildahshiro.blogspot.com. Diakses pada tanggal 23 November 2009. , 2009. Zat Pengatur Tumbuh. http://blog.unila.ac.id. Diakses pada tanggal 23 November 2009.

Diposkan oleh Dwi Kurniawati Danial d http://wieleroux.blogspot.com/2011/01/laporan-fisiologi-tumbuhan-pengaruh_01.html

You might also like