You are on page 1of 21

BAB II TINJAUAN KASUS

Tanggal Pengkajian Tanggal Masuk Ruang I. 1. PENGKAJIAN Identitas Klien Nama Alamat Umur Jenis Kelamin Status Agama Pendidikan Suku/Bangsa No. CM 2. Nama Umur Agama Pekerjaan Alamat II. KELUHAN UTAMA Klien mengatakan tidak bisa tidur akibat tidak minum obat, mondar mandir, dan suka mengancam. Klien mengatakan masih merasa jengkel dan marah jika keinginanya tidak terpenuhi, saat marah atau jengkel pasien mengamuk dan memukul pintu / jendela. Masalah Keperawatan : Perilaku Kekerasan III. ALASAN MASUK 4 hari sebelum masuk rumah sakit klien dirumah bingung, agresif, labil, gelisah dan tidak mengontrol diri. Klien juga marah marah dan memukul ayahnya karena klien merasa dibohongi dan keinginanya tidak dipenuhi. Kemudian oleh keluarga, klien dibawa ke RSJD Klaten untuk kembali di rawat inap. : : : : : : : : : : : : : : Tn. H Jombor, Ceper, Klaten 25 Tahun Laki - laki Belum Menikah Islam SMP (Putus Sekolah) Jawa/Indonesia 01 13 28 Tn. W 57 Tahun Islam Wiraswasta Jombor, Ceper, Klaten Ayah Kandung : : : 15 Januari 2013 26 Desember 2012 Perkasa

Identitas Penanggung Jawab

Hubungan dengan Klien :

Masalah Keperawatan : Prilaku Kekerasan IV. 1. 2. 3. 4. V. 1. 1) 2) 3) 4) 2. 1) 2) 3. VI. 1. FAKTOR PREDISPOSISI Klien mengalami gangguan jiwa sejak 11 tahun yang lalu dan pernah masuk rumah sakit jiwa klaten >35x. Tidak mau kontrol, dan putus obat selama 1 minggu. Klien mengatakan bahwa anggota keluarganya tidak ada yang mengalami gangguan jiwa. Klien mempunyai pengalaman yang tidak menyenangkan yaitu masuk penjara selama 3 minggu karena mencoba membobol ATM. PEMERIKSAAN FISIK Tanda tanda Vital : Tekanan darah Nadi Suhu badan Respirasi Ukuran Tinggi Badan Berat badan Kondisi Fisik Klien mengatakan kondisi tubuhnya saat ini baik baik saja dan tidak ada keluhan fisik. PSIKOSOSIAL Genogram : 168 cm : 70 Kg : 120 / 80 mmHg : 78 x/menit : 36.4 0C : 23 x/menit

Keterangan : Laki laki Perempuan Meninggal Klien 2. Konsep diri a. Citra tubuh Klien memandang terhadap dirinya ada bagian tubuh yang paling istimewa atau yang paling disukainya adalah bagian wajah, karena klien merasa wajahnya tampan.. b. Identitas diri Klien mempersepsikan dirinya sebagai laki laki dewasa dan belum menikah dan klien anak ke dua dari lima bersaudara. c. Peran Klien mengatakan bahwa dalam keluarganya adalah anak yang di saying dilingkungan masyarakat. klien juga aktif mengikuti kegiatan kemasyarakatan seperti gotong royong, pengajian, pemuda dll. d. Ideal diri Klien mengatakan menerima statusnya sebagai seorang anak, dan ingin cepat pulang dan bebas biar bisa bekerja dan menjadi orang kaya. e. Harga diri Klien mengatakan hubungan yang paling dekat, di sayang dan dapat di percaya adalah ayah dan adiknya. Masalah Keperawatan : - Koping Individu Tidak Efektif 3. Hubungan Sosial a. Orang yang terdekat Klien mengatakan mengatakan mempunyai orang yang berarti yaitu ayah dan adiknya, apabila ada masalah klien memilih diam diri dan memendamnya. Didalam keluarganya ayah dan adik adalah orang yang dipercaya oleh klien. b. Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat Satu Rumah Garis Perkawinan Garis Keturunan

Klien mengatakan dalam masyarakat klien sering mengikuti kegiatan gotongroyong, pengajian, arisan, pemuda, setelah dirumah sakit klien juga mengikuti kegiatan sosial seperti bersosialisasi dengan teman-teman satu bangsalnya. c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain Kien mengatakan tidak ada hambatan dalam berhubungan dengan orang lain, setelah di rumah sakit hubungan klien dengan klien yang satu tidak ada masalah. 4. Spiritual Klien mengatakan beragama islam dan klien mengatakan saat di rumah tidak rutin beribadah dan saat di rumah sakit klien tidak beribadah karena merasa kalau doanya tidak pernah di kabulkan dan semua itu sia-sia. Masaalah Keperawatan : Distres spiritual VII. STATUS MENTAL 1. Penampilan Klien tampak agak rapi, rambutnya jarang disisir, gigi kuning, kulit bersih. Cara berpakaian sudah rapi, baju dan celana tidak terbalik. Klien menggunakan sandal. Masalah Keperawatan : 2. Pembicaraan Klien ketika bicara nada suara keras, tinggi, tidak meloncat-loncat dari tema yang dibicarakan dan dapat berkomunikasi dengan lancar. Masalah Keperawatan : 3. Aktifitas Motorik Pada kondisi sekarang klien terlihat tampak tenang, diam, tiduran, untuk saat ini klien sudah mampu mengendalikan emosinya yang labil. Masalah Keperawatan : 4. Alam Perasaan Alam perasaan klien sesuai dengan keadaan, saat gembira pasien tampak gembira, saat sedih klien tampak sedih. Masalah Keperawatan : 5. Afek Afek klien datar mempunyai emosi yang stabil. Masalah Keperawatan : Resiko Tinggi Cidera 6. Interaksi selama wawancara

Saat diwawancara klien kooperatif, cenderung selalu berusaha mempertahankan pendapat dan kebenaran dirinya. Masalah Keperawatan : 7. Persepsi Sampai saat dikaji klien mengatakan tidak mendengarkan suara-suara. 8. Proses pikir Pembicaraan klien normal biasa tidak berbelit-belit, tidak meloncat-loncat dan sampai tujuan karena dapat kooperatif. Masalah Keperawatan : 9. Tingkat Kesadaran Orientasi waktu, tempat dan orang dapat disebutkan dengan benar dan jelas yang ditandai dengan klien mampu menyebutkan hari, tanggal, tahun yang benar pada saat wawancara. Klien dapat mengenali orang-orang yang ada disekitarnya ditunjukkan dengan klien bias menyebutkan beberapa nama temannya. Masalah Keperawatan : 10. Memori Klien dapat mengingat kejadian saat dibawa rumah sakit dengan diantar oleh ayahnya. Dan klien dapat mengingat nama mahasiswa saat berkenalan dengan benar. Masalah Keperawatan : 11. Tingkat Konsentrasi Berhitung Klien dapat menghitung dengan baik misalnya 2x5 = 10, 5+5 = 10, Klien dapat memfokuskan konsentrasi dengan baik Masalah Keperawatan : 12. Kemampuan Penilaian Klien mampu menilai suatu masalah dan dapat mengambil keputusan sesuai tingkat atau mana yang lebih baik untuk dikerjakan pertama kali. Masalah Keperawatan : 13. Daya Tilik Diri Klien mampu mengenali penyakitnya dan tidak mengingkari terhadap penyakitnya karena klien mampu menjelaskan mengapa klien bisa seperti ini dan penyebab mengapa klien bisa sakit jiwa seperti ini. Masalah Keperawatan : VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG 1. Makan

Klien mampu makan dengan mandiri dengan cara yang baik seperti biasanya, klien makan 3x sehari, pagi, siang dan sore, minum 6 gelas sehari. 2. BAB/BAK Klien BAB 1x sehari, BAK 5x sehari dan mampu melakukan eliminasi dengan baik, menjaga kebersihan setelah BAB dan BAK dengan baik. 3. Mandi Klien mengatakan mandi 2x sehari pagi dan sore hari, menyikat gigi saat mandi, kebersihan tubuh baik. 4. Berpakaian Klien mengatakan ganti pakaian 1x sehari dengan pakaian yang disediakan rumah sakit, klien dapat memilih dan mengambil pakaian dengan baik dan sudah sesuai dengan aturan rumah sakit. 5. Pola Istirahat Tidur Klien selama ini tidak mengalami gangguan tidur karena klien dapat tidur dengan kualitas 6-8 jam perhari, baik malam maupun siang. 6. 7. 8. IX. Penggunaan Obat Klien mengatakan dirumah sakit selalu minum obat. Aktivitas di dalam rumah Klien bisa membantu pekerjaan rumah seperti mencuci, menyapu, dll. Aktivitas diluar rumah Klien mengatakan bekerja sehari-hari sebagai buruh. MEKANISME KOPING Klien mampu berkomunikasi dengan orang lain. Klien mampu mengatasi masalah ringan seperti menjaga kebersihan diri dan menyiapkan makanan. X. 1. 2. 3. 4. 5. XI. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN Masalah dengan dukungan kelompok (-) Masalah berhubungan dengan lingkungan klien agak menarik diri dengan lingkungan. MK : Harga Diri Rendah Masalah dengan kesehatan (-) Masalah dengan perumahan, klien tinggal dengan ayah dan adiknya. Masalah dengan ekonomi, kebutuhan klien di penuhi oleh ayahnya. ASPEK MEDIK Terapi obat :

Inj. Lodomer Trihexiyl Phenidyl Haloperidol Resperidon

: 1amp IM extra : 3 x 2 mg : 3 x 5 mg : 2 x 2 mg

XII. MASALAH KEPERAWATAN 1. 2. 3. 4. Prilaku kekerasan Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan Harga diri rendah Disstres spiritual

XIII. ANALISA DATA NO 1 DATA DS : klien mengatakan dirumah marah-marah kepada ayahnya karena keinginanya tidak dipenuhi dan merasa dibohongi. Serta klien memukul ayahnya sampai berdarah. DO : face tegang, mudah tersinggung saat di ajak bicara, tatapan mata tajam, muka tampak merah. 2 DS : klien mengatakan saat Koping mempunyai bercerita. DO : pasien tidak banyak bicara, pasien berdiam diri masalah Efektif dipendam sendiri, tidak mau Individu Tidak Perilaku Kekerasan ETIOLOGI Perilaku Kekerasan PROBLEM Resiko mencederai

diri sendiri, orang lain dan lingkungan

XIV. ( Efek ) ( Core Problem )

( Causa / Penyebab ) POHON MASALAH Resiko Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain, Lingkungan Perilaku Kekerasan Koping Individu Tidak Efektif XV. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. 2. Resiko Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain, Lingkungan berhubungan dengan Perilaku Kekerasan Perilaku Kekerasan berhubungan dengan Koping Individu Tidak Efektif

XVI. RENCANA KEPERAWATAN

a TUM:

Tujuan

Criteria hasil 1. klien mau membalas salam 1. 2. 3. 4. 6. 3. klien mau menyebut nama 4. klien mau tersenyum 5. klien mau kontak mata perawat

Intervensi ber salam panggil nama sebutkan nama perawat sambil jabat tangan jelaskan maksud hubungan interaksi jelaskan kontrak yang akan dibahas beri rasa aman dan simpati lakukan kontak mata singkat tapi sering

rai diri

in dan

Kliendapat melanjutkan 2. klien mau menjabat tangan peran sesuai dengan tanggung jawab. TUK 1: Klien dapat membina

6. klien mau mengetahui nama 5.

hubungan saling percaya.

1. klien mengungkapkan perasaanya 2. klien dapat mengungkapkan TUK 2: Klien dapat mengidentifikasi kemampuan penyebab kekerasan lingkungan atau orang lain 1. klien mampu mengungkapkan perasaan saat marah/jengkel 2. klien dapat menyimpulkan tanda-tanda marah yang dialami. 1. Anjurkan klien mengungkapkan apa yang dialami dan dirasakan saat marah 2. Observasi tanda-tanda perilaku kekerasan pada klien TUK 3 : Klien dapat mengidentifikasi tandatanda perilaku kekerasan 1. Klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan 2. Klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan 3. Klien dapat mengetahui cara yang biasa dilakukan untuk menyelesaikan masalah 1. Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan klien . 2. Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. 3. Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang dilakukan klien TUK 4; Klien dapat 1. Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan masalahnya selesai 3. Simpulkan bersama klien tanda dan gejala kesal yang di alami 1. beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan penyebab perasaan jengkel/kesal

penyebab perasaan marah dari 2. bantu klien untuk mengungkapkan

mengidentifikasi perilaku Akibat pada klien sendiri kekerasan yang biasa dilakukan Akibat pada orang lain akibat pada lingkungan

1. bicarakan akibat dan cara yang dilakukan klien 2. bersama klien menyimpulkan akibat cara yang digunakan oleh klien

1. klien dapat menyebutkan contoh pencegahan perilaku kekerasan secara : - Fisik: Tarik nafas dalam , olah raga, memukul bantal - Verbal: Mengatakan secara langsung dengan tidak TUK 5; Klien dapat mengidentikasi akibat perilaku kekerasan menyakiti. 2. klien dapat mendemonstrasikan cara fisik (memukul bantal) untuk mencegah perilaku kekerasan.

3. Tanya pada klien apakah ia ingin mempelajari cara yang baru dan yang sehat. 1. Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien 2. Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih 3. Bantu klien untuk menstimulasikan cara tersebut atau dengan role play 4. Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien menstimulasikan cara tersebut 5. Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang dipelajari saat jengkel atau marah.

1. Klien dapat menyebut kan obat TUK 6 : Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan obat yang di minum dan kegunaanya ( jenis ,waktu,dosis,dan efek ) 1.Jelaskan jenis-jenis obat yang di minum pada klien dan keluarga. 2.Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa seijin dokter 3.Jelaskan prinsip benar minum obat(baca nama yg tertera pd botol obat,dosis obat ,waktu dan cara minum) 2. Klien dapat minum obat sesuai 1.Anjurkan klien minum obat tepat program pengobatan waktu

2.Anjurkan klien melaporkan pada perawat atau dokter jika merasakan efek yang tidak menyenang kan 3.Beri pujian jika klien minum obat dengan benar.

TUK 7 : Klien dapat menggunakan obat dengan benar ( sesuai dengan program )

XVII. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Waktu Dx SP IMPLEMENTASI EVALUASI 1 SP 1 Selasa 1. Membina hubungan S : Klien senang karena disapa 15/01/13 17.00 saling percaya dengan mengungkapkan komunikasi terapeutik ramah,baik verbal maupun non verbal. 3. Memperkenal diri dengan sopan. 4. Menjelaskan tujuan pertemuan dengan lengkap 5. Menanyakan nama klien dengan lengkap. 6. Mengatakan dengan jujur dan menepati janji 7. Menunjukkan rasa empati dan menerima klien apa adanya. 8. Memberikan perhatian kepada klien dan SP 2 17.00 perhatikan S : Klien marah apabila keinginannya tidak terpenuhi 1. Mengkaji pengetahuan O: klien tentang perilaku Klien dapat kekerasan dan penyebab. mengungkapkan perasaan 2. Memberikan kesempatan marah atau jengkel. kepada klien untuk Klien tampak tegang mengungkapkan tegangan dan tatapan mata perasaan penyebab tajam. perilaku kekerasan A : Klien mampu 3. Memberikan pujian mengungkapkan penyebab terhadap kemampuan marah atau jengkel,SP 2 klien memngungkap kan tercapai. persaan nya. P : Lanjutkan SP 3, klien dapat kebutuhan dasar klien oleh perawat. O: Klien mau berjabat tangan tentang diri nya Kontak mata cukup A : Klien mampu membina hubungan saling percaya, SP 1 tercapai. P : Lanjutkan SP 2,klien dapat mengidentifikasi penyebab marah. mencari penyebab marah. K : Klien di minta untuk

2. Menyapa klien dengan Klien mau bercerita

mengontrol dan penanganan perilaku kekerasan dengan cara sholat dan berdoa. K : Klien diminta untuk mencari penyebab dan tanda marah yang belum di ungkapkan

Rabu 16/01/2013 12.30

Kamis 18/01/2013 11.15

SP 3 1. Mendiskusikan bersama S : klien saat marah akan klien tentang apa yang berbicara dengan nada dirasakan saat klien tinggi, tangan mengepal, marah matanya menatap tajam, 2. Mendiskusikan bersama wajahnya tampak merah. klien tentang tanda-tandaO : pasien menunjukkan perilaku kekerasan. tanda-tanda : a. Nada suara tinggi b. Mata menatap tajam c. Tangan mengepal. A : klien mampu mengidentifikasi tanda dan gejala saat marah atau jengkel. SP 3 tercapai. K : klien diminta untuk mengidentifikasi perilaku kekerasan yang sering dilakukan. SP 4 1. Menganjurkan klien S : klien akan marah-marah untuk mengungkapkan apabila keinginanya tidak perilaku kekerasan yang dipenuhi dan memukul bias dilakukan. pintu / jendela. 2. Membantu klien bermain O : klien tampak :Tegang, peran sesuai dengan tangan mengepal, mata perilaku kekerasan. menatap tajam, wajah 3. Membicarakan dengan memerah. klien apakah dengan cara A : klien mampu yang dilakukan oleh mengungkapkan perilaku klien masalah akan kekerasan yang bisa teratasi. dilakukan. SP 4 tercapai. P : lanjutkan SP 5, klien dapat mengungkapkan perilaku yang sering dilakukan saat marah. K :klien diminta untuk mengingat kembali akibat yang akan ditimbulkan. SP 5 1. Membicarakan akibat S : klien sangat menyesal atau kerugian dan cara dan ingin minta maaf yang dilakukan kilen setelah dirinya marah

12.00

marah dan memukul ayahnya. O : klien tampak : sedih, ingin menangis, mata menatap tajam, wajah memerah. A : klien mampu mengungkapkan akibat atau kerugian dari perilaku kekerasan yang dilakukannya, SP 5 tercapai. P : lanjutkan SP 6, klien dapat mengontrol perilaku yang sering dilakukan saat marah. K : klien diminta untuk berlatih mengontrol marah dengan cara sholat dan berdoa. SP 6 1. Melatih klien S : Klien mengatakan jarang mengontrol perilaku sholat dan merasa doa nya kekerasan dan tidak dikabulkan. penanganan dengan cara O : Klien tidak melaksanakan sholan dan berdoa sholat dan berdoa. 2. Menganjurkan klien A : SP 6 belum tercapai memasukkan dalam P : Ulangi dan Pertahankan SP jadwal kegiatan. 6, K : Klien diminta berlatih untuk meminum obat secara teratur SP 7 1. Melatih klien minum obat dengan teratur 2. menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan S : Klien mengatakan minum obat secara teratur setelah makan. O : Klien mau minum obat tanpa paksaan perawat. A : SP 7 tercapai P : Ulangi SP 6, dan pertahankan SP 1 SP 7. K : Klien diminta untuk mempertahankan apa yang telah dilakukan tadi.

pada saat marah 2. Menyimpulkan bersama klien akibat dari cara yang digunakan oleh klien 3. Menanyakan kepada klien apakah klien mau mempelajari cara-cara yang baru dan sehat

BAB IV PEMBAHASAN
A. PENGKAJIAN Nama klien : Tn. H, umur 25 tahun, Jenis Kelamin : Laki-Laki, Agama : Islam, Pendidikan : SMP, Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia, Status Perekawinan : Belum Kawin, Alamat : Jombor, Ceper, Klaten, No CM : 01.13.28 . klien mengatakan keinginan harus selalu diterpenuhi. klien marah-marah dan memukul ayahnya. Saat marah klien suka memukuli ayah, pintu/jendela. Apabila punya masalah klien tidak mau bercerita dan memilih untuk diam diri dan memendamnya sendiri. Klien sudah pernah opname 35 kalli di RSJ klaten IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB Sesuai dengan data yang di dapat dari klien, klien menunjukkan tanda-tanda gejala marah : muka merah tegang, pandangan tajam dan data yang didapat menampakkan gejala perilaku kekerasan seperti mudah tersinggung dan setiap keinginannya harus terpenuhi, perilaku kekerasan yang sering dilakukan klien adalah marah-marah, membentak-bentak dan mengamuk serta memukul pintu/ jendela rumahsesuai data yang ada didalam teori. B. DIAGNOSA KEPEARAWATAN Dengan adanya data-data haail pengkajian pada kasus Tn. H penulis menyimpulkan terdapat diagnosa keperawatan yaitu resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan b.d perilaku kekerasan dan perilku kekerasan b.d koping individu tidak efektif. Diagnosa yang pertama yaitu resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan b.d perilaku kekerasan hal ini didukung karena pada kasus Tn. H didapatkan hasil sebagai berikut : saat dirumah klien mengamuk dan memukuli pintu/jendela rumah serta memukuli ayahnya. Menurut Budi Anna Keliat S.Kp (1998), mengatakan bahwa perilaku yang berhubungan dengan perilaku kekerasan adalah sebagai berikut : mata merah, memaksakan kehendak, menyerang atau menghindar, mengatakan dengan jelas (asertivines), memberontak (acting out), amuk atau kekerasan (violence). Dari data teori yang ditanyakan Budi Anna Keliat S.Kp 1998 pad dasarnya tidak efektif berbeda tetapi pada saat pengkajian tidak ditemukan klien klien muka merah. Diagnosa kedua adalah perilaku kekerasan b.d koping individu tidak efektif hal ini didukung karena pada saat kasus Tn. H didapatkan data sebagai berikut : klien apabila ada masalah tidak mau bercerita dan memilih berdiam diri dan memendamnya sendiri. C. INTERVENSI DAN I MPLEMENTASI

Penulis akan menguraikan rencana dan penatalaksanaan yang telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada pada Tn. H. Diagnosa pertama yaitu resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Pada diagnosa pertama ini terdapat 7 rencana keperawatan serta 7 tindakan yang telah dilaksanakan. Untuk SP 1 adalah bina hubungan saling percaya. Dengan mengungkapkan komunikasi terapeutik yaitu sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal, perknalkan diri dengan sopan, tanyakan nama lengkap klien nama panggilan yang disukai klien, jelaskan tujuan pertemuan, tunjukkan sikap empati dan menerima keadaan klein apa adanya, beri perhatian pada klien, dan perhatikan kebutuhan dasar klien. Pada SP 1 kelompok tidak mengalami hambatan karena klien dpat diajak bekerja sama dengan cukup kooperatif. Rencana keperawatan yang telah disusun oleh kelompok untuk SP 2 adalah memberikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaanya. Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab jengkel dan marah. Tindakan yang telah dilakukan kelompok adalah memberikan kesempatan klien untuk menungkapkan perasaannya, membantu klien mengungkapkapkan rasa jengkel/ kesal pada diri sendiri. Pada SP 2 kelompok tidak mengalami kesulitan atau kendala, karena klien mampu mengungkapkan penyebab marah yang dialami yaitu karena keinginan yang tidak dipenuhi. Rencana keperawatan yang telah dilakukan penulis untuk SP 3 adalah anjurkan klien untuk mengungkapkan perasaan yang dialami saat marah, jengkel, observasi tanda, perilaku kekerasan pada klien. Pada SP 3 ini kelompok tidak mengalami kendala karena klien mampu untuk mengungkapkan perasaan saat marah, jengkel, klien dapat menyimpulkan tanda-tanda jengkel dan marah, yaitu saat marah klien berbicara keras, banyak bicara, perilaku tidak wajar dan sulit diarahkan. Rencana keperawatan yang kelompok susun untuk SP 4 adalah anjurkan klien mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. Bicarakan dengan klien apakah yang klien lakukan masalahnya selesai. Tindakan keperawatan untuk SP 4 ini kelompok tidak mengalami kesulitan kendala karena klien dapat menyebutkan perilaku kekerasan yang dilakukan yaitu berbicara keras dan berguling-guling ditanah. Rencana keperawatan untuk SP 5 yang kelompok susun adalah bicarakan akibat atau kerugian dari cara yang dilakukan klien, bersama klien menyimpulkan akibat atau cara yang digunakan oleh klien. Tanyakan pada klien apakah klien ingin membicarakan cara baru yang sehat. Tindakan kelompok yang telah dilakukan bersama dengan klien membicarakan akibat dan kerugian yang klien lakukan dan menyimpulkan akibat atau kerugian yang klien lakukan

dan menyimpulkan akibat atau kerugian dari cara yang digunakan klien. Pada SP 5 kelompok tidak mengalami kendala karena klien kooperatif sehingga klien mampu menyebutkan akibat dan kerugian dari cara yang telah klien gunakan adalah klien bisa menyakiti diri sendiri, klien bisa dijauhi teman-temannya. Rencana keperawatan untuk SP 6 adalah apakah klien klien ingin belajar cara yang baru yang sehat, berikan pujian jika klien mengetahui cara klien yang sehat, didiskusikan dengan klien cara yang sehat tindakan yang telah kelompok lakukan menanyakan pada klien apakah klien mau mempelajari cara baru sehat, berikan pujian pada klien jika mengetahui cara baru dan sehat tersebut, mendiskusikan cara yang baru dan sehat. Pada SP 6 ini kelompok mengalami kendala karena klien kurang kooperatif, klien juga tidak dapat melakukan Sholat dan berdoa karena beranggapan sia - sia. D. EVALUASI Pengkajian inervensi dan implementasi yang telah dilakukan menghasilkan sebagai berikut : Diagnosa 1 yaitu resiko mencederai diri sndiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan. Pada diagnosa pertama, akan menjabarkan atau menjelaskan hasil yang diperoleh. Evaluasi SP 1 klien sudah mampu membina hubungan saling percaya dengan menunjukkan ekspresi wajah yang bersahabat: menunjukkan rasa senang: kontak mata kurang: mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, duduk berdampingan dengan perawat dan mau mengutarakan masalah yang dihadapi. Pada SP 1 tidak ada kendala karena klien kooperatif. Kesimpulan pada SP 1 telah dapat dilakukan dan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun oleh penulis. Evaluasi SP 2 klien dapat mengungkapkan perasaannya dan klien dapat mengungkapkan penyebab perasaan jengkel atau marah(dari diri sendiri, orang lain dan lingkungan). Pada SP 2 ini kelompok tidak mengalami kendala karena klien bisa mengungkapkan penyebab jengkel: bila keinginannya tidak dipenuhi. Kesimpulan SP 2 dapat dilakukan dengan baik dan sudah sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan dan disusun oleh kelompok. Evaluasi SP 3 klien dapat mengungkapkan perasaan pada saat marah atau jengkel dan klien menyimpulkan tanda-tanda jengkel atau marah yang dialami yaitu : suka marah-marah, bicara keras, perilaku tidaak wajar dan sulit diarahkan. Pada SP 3 kelompok tidak mengalami kendala dalam pelaksanaan dengan baik dan sesuai dengan rencana yang disusun.

Evaluasi SP 4 klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan yaitu : marah-marah, suara keras dan suka memukul pintu rumah tetangganya. Klien dapat bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan dan dapat mengetahui cara yang biasa dapat menyelesaikan masalah atau tidak. SP 4 ini penulis tidak mengalami kendala dalam pelaksanaan tersebut, klien kooperatif dan dapat diajak kerjasama. Kesimpulan SP 4 dapat terlaksanan dengan baik sesuai dengan rencana yang telah disusun. Evaluasi SP 5 klien dapat mengungkapkan akibat cara marah yang di lakukan oleh klien yaitu : dapat merugikan orang lain dan diri sendiri maupun orang lain. Dalam SP 5 ini penulis tidak mengalami kendala dalam pelaksanaan tersebut, klien kooperatif dan dapat diajak kerjasama. Kesimpulan SP 5dapat terlaksanan dengan baik sesuai dengan rencana yang telah disusun. Evaluasi SP 6 klien dapat memilih cara yang sehat dan dapat mempraktekan cara yang sehat menyalurkan kemarahanya yaitu dengan sholat dan berdoa. Dalam SP 6 ini penulis mengalami kendala dalam pelaksanaan tersebut, klien kurang kooperatif dan tidak dapat diajak kerjasama. Kesimpulan SP 6 belum dapat terlaksanan dengan baik sesuai dengan rencana yang telah disusun. Evaluasi SP 7 klien dapat minum obat secara teratur. Dalam SP 6 ini penulis tidak ada kendala dalam pelaksanaan tersebut, klien kooperatif dan dapat diajak kerjasama. Kesimpulan SP 7 dapat terlaksanan dengan baik sesuai dengan rencana yang telah disusun.

BAB IV PENUTUP
Kesimpulan Pada kasus perilaku kekerasan yang dialami pada Tn. H tindakan yang dilakukan sesuai dengan konsep teori adalah membina hubungan saling percaya, membantu klien mengungkapkan penyebab perasaan jengkel atau marah, membantu klien mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan, membantu mengungkapkan akibat atau kerugian dari cara yang digunakan klien, membantu klien mengidentifikasi cara yang konstruktif dalam berespon terhadap kemarahannya dan mengajarkan cara untuk menyalurkan energy marah yang sehat agar tidak menciderai diri sendiri, oarng lain dan lingkungan. (Budi Anna Keliat , S.Kp 1998) Saran Untuk pasien : Usulan penulis pada klien dengan ekspresi marah untuk mengatasi masalah yang dihadapi. 1. 2. 3. 4. 5. Hindarkan hal-hal yang bisa menyebabkan marah yaitu mengungkit masalah tentang keinginan yang tidak terpenuhi, menjauhi hal-hal yang menyebabkan klien jengkel. Ekspresikan marah dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti dan diterima tanpa menyakiti orang lain Anjurkan klien untuk mengikuti kegiatan atau aktivitas sehari-hari baik didalam ruangan maupun diluar ruangan. Anjurkan klien minum obat secara teratursesuai dengan ketentuan dokter. Anjurkan klien kontrol dengan teratur setelah pulang dari rumah sakit Untuk perawat : 1. 2. Perawat perlu mengeksplorasikan perasaan marah dengan : mengkaji pengalaman marah masa lalu dan bermain peran dalam mengungkapkan marah. Perawat perlu mengembangkan tingkah laku asertif bagi klien yaitu menganjurkan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya secara berkelompok misal dengan keluarga untuk dapat pemecehan masalahya. 3. Perawat perlu mengembangkan dan menyalurkan nergi kemarahannya dengan cara yang konstruktif.

4. 5.

Melakukan aktivitas fisik seperti olahraga, lari pagi, angkat berat dan aktivitas lain yang membantu relaksasi otot seperti olahraga. Mengikutsertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok. Untuk di Rumah Sakit :

1. 2.

Dapat memperthankan keperawatan yang komprehensif yang telah dilakukan selama ini. Pertahankan kerjasama dalam keperawatan kepada pasien, dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan disetiap sub keperawatan. Untuk mahasiswa :

1. 2.

Tingkatkan semangat individu dan kerjasama kelompok, mengelola kasus kelompok agar dapat memberikan asuhan keperawatan secara profesional. Mempersiapkan diri baik fisik maupun materi sebelum praktek khususnya dalam bidang keperawatan jiwa.

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jendral Kes. Wa, 1998, Standar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Direktorat Kesehatan Jiwa RSJP, Bandung Keliat B.A, 1998, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, ( Terjemahan ). Penerbit Buku Kedokteran , EGC, Jakarta. Maramis, WF. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press. Surabaya. Stuart G. W, Sundeen. S. J. 1998 Buku Saku Keperawatan Jiwa. (Terjemahan) Edisi 3, Alih Bahasa Yasmin Asih, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Stuart G. W, dan Laria M. T, 2001, Erinciple and Practice of Phychitric Nursing. (Terjemahan) (7 th ed), St. Lois : Mosby Townsend M. C, 1998, Buku Saku Diagnosa Keperawatan Psikiatri, (terjemahan), Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

You might also like