You are on page 1of 22

Review Akuntansi Keuangan 1

Nama : Gita Angga Dilla P. Nim : 115020307111057 Kelas : CB

Bab 8 Penilaian Persediaan (Pendekatan Dasar Biaya)


PENILAIAN PERSEDIAAN: PENDEKATAN DASAR BIAYA A. Klasifikasi dan Pengendalian Persediaan 1. Klasifikasi Persediaan adalah pos-pos aktiva yang dimiliki untuk dijual dalam operasi bisnis normal atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam memproduksi barang akan dijual. Deskripsi dan pengukuran persediaan membutuhkan kecermatan karena investasi dalam persediaan biasanya merupakan aktiva lancar paling besar dari perusahaan barang dagang (ritel) dan manufaktur. a. Biaya yang dibebankan ke barang dan bahan baku yang ada ditangan tetapi belum dialihkan ke produksi dilaporkan sebagai persediaan bahan baku. b. Biaya bahan baku untuk produk yang telah dibuat tetapi belum selesai, ditambah biaya tenaga kerja langsung yang diaplikasikan secara khusus kebahan baku ini dan biaya over head yang dialokasikan, merupakan persediaan barang dalam proses. c. biaya yang berkaitan dengan produk yang telah selesai tetapi belum terjual pada akhir periode fiskal dilaporkan sebagai persediaan barang jadi. 2. Pengendalian Karena berbagai alasan, manajemen sangat berkepentingan dengan perencanaan dan pengendalian persediaan. Jika pos-pos yang belum terjual telah tertumpuk dalam persediaan, maka perusahaan akan menghadapi kemungkinan kerugian. Penjualan dan pelanggan bisa hilang jika produk yang dipesan tidak tersedia dengan model, kualitas, dan kuantitas yang diinginkan. Begitu juga perusahaan, harus selalu memonitor tingkat persediaan secara seksama untuk membatasi biaya pembiayaan akibat banyaknya timbunan persediaan. -Sistem Perpetual Menurut system persediaan perpetual, catatan yang berkelanjutan menyangkut perubahan persediaan dicerminkan dalam akun persediaan. Yaitu semua pembelian dan penjualan (pengeluaran) barang dicatat secara langsung ke akun persediaan pada saat terjadi.

Karakteristik akuntansi dari sistem perpetual adalah: a. Pembalian barang untuk dijual atau pembelian bahan baku untuk produksi didebet ke persediaan dan bukan kepembelian. b. Biaya trasportasi masuk, retur pembelian dan pengurangan harga, serta diskon pembelian dicatat dalam persediaan bukan dalam akun terpisah. c. Harga pokok penjualan diakui untuk setiap penjualan dengan mendebet akun harga pokok penjualan, dan mengkredit persediaan. d. Persediaan merupakan akun pengendali yang didukung oleh buku besar pembantu yang berisi catatan persedian individual. -Sistem Periodik Menurut sistem persediaan periodik, kualitas persediaan ditangan ditentukan, seperti yang tersirat oleh namanya, secara periodik. Semua pembelian persediaan selama periode akuntansi dicatat dengan mendebet akun pembelian. Total akun pembelian pada akhir peiode akuntansi ditambahkan ke biaya persediaan di tangan pada awal periode untuk menentukan total biaya barang yang tersedia untuk dijual selama periode berjalan. Kemudian total biaya barang yang tersedia untuk dijual dikurangi dengan persediaan akhir untuk menentukan harga pokok penjualan. Kelebihan dan kekurangan persediaan perpetual umumnya merupakan salah saji harga pokok penjualan. Perbedaan ini mrupakan hal yang normal, yang mungkin diakibatkan oleh penciutan, kerusakan, pencurian, kesalahan pencatatan, dan sebagainya. Kelebihan dan kekurangan persediaan merupakan penyesuaian harga pokok penjualan. B. Kuantitas yang Dimasukkan sebagai Metode Pencatatan Sediaan 1. Barang dalam Perjalanan Barang dalam perjalan merupakan barang yang dikirim atas dasar f.o.b. shipping point yang masih berada dalam perjalanan pada akhir periode akan menjadi milik pembeli dan harus diperlihatkan dalam catatan pembeli. 2. Barang Konsinyasi Menurut kesepakatan ini, salah satu pihak mengirim barang kepihak lain , yang bertindak sebagai agen consignor dalam menjual barang konsinyasi. 3. Perjanjian Penjualan Khusus

Tiga situasi penjualan khusus akan diilustrasikan untuk mengindikasikan jenis-jenis masalah yang dapat ditemukan dalam praktek, yaitu: a. Penjualan dengan perjanjian beli kembali. b. Penjualan dengan tingkat retur yang tinggi. c. Penjualan cicilan. C. Pengakuan Harga Perolehan Persediaan Biaya barang yang tersadia untuk dijual atau digunakan adalah jumlah dari (1) biaya barang yang ada ditangan pada awal periode dan (2) biaya barang yang dibeli atau diproduksi selama periode berjalan. Harga pokok penjualan adalah perbedaan antara biaya barang yang tersedia untuk dijual selama periode berjalan dengan biaya barang yang ada ditangan pada akhir periode. Penilaian persediaan bisa menjadi proses yang kompleks yang memerlukan penetuan atas: a. Barang fisik yang harus dimasukkan dalam persediaan. b. Biaya-biaya yang harus dimasukkan dalam persediaan. c. Asumsi arus biaya yang harus diadopsi. D. Metode Penilaian Sediaan 1.. Identifikasi Khusus Identifikasi khusus digunakan dengan cara mengidentifikasi setiap barang yang dijual dan setiap barang dalam pos persediaan. 2. Biaya Rata-Rata Metode biaya-rata-rata menghitung harga pos-pos yang terdapat dalam persediaan atas dasar biaya rata-rata barang yang sama yang tersedia selama satu periode. 3. First-In, First-Out (FIFO) Metode FIFO mengasumsikan bahwa barang-barang digunakan (dikeluarkan) sesuai urutan pembeliannya. Dengan kata lain, metode ini mengasumsikan bahwa barang pertama yang digunakan (dalam perusahaan manufaktur) atau dijual (dalam perusahaan dagang). Karena itu, persediaan yang tersisa merupakan barang yang dibeli paling terakhir.

4. Last-In, Firt-Out (LIFO) Metode LIFO menandingkan biaya dari barang-barang yang peling akhir dibeli terhadap pendapatan. Jiak yang digunakan adalah persediaan periodik, maka akan diasumsikan bahwa biaya dari total kuantitas yang terjual atau dikeluarkan selama suatu bulan berasal dari pembelian paling akhir.

Bab 09 Persediaan : Masalah Penilaian Tambahan

PERSEDIAAN MASALAH PENILAIAN TAMBAHAN

TERENDAH ANTARA BIAYA DAN HARGA PASAR


Batas atas dan batas bawah Bagaimana LCM bekerja Aplikasi LCM Pasar Evaluasi aturan

DASAR PENILAIAN
Nilai realisasi bersih Nilai penjualan relatif Komitmen pembelian

Nilai terendah antara biaya dan harga pasar Persediaan dicatat pada biaya awalnya. Akan tetapi, penyimpangan yang besar terhadap biaya historis bisa dilakukan jika nilai persediaan menurun di bawah biaya awalnya. Aturan umumnya adalah bahwa prinsip biaya historis tidak dapat diterapkan apabila manfaat (kemampuan menghasilkan pendapatan) masa depan dari aktiva itu tidak lagi sebesar biaya awalnya. Oleh karena itu, perusahaan melaporkan persediaan pada nilai terendah antara biaya dan harga pasar (LCM) pada setiap periode pelaporan. Biaya atau harga pokok adalah harga perolehan persediaan yang di hitung dengan memakai salah satu metode berdasarkan biaya historis-identifikasi khusus, biaya ratarata, FIFO atau LIFO. Istilah pasar (market) dalam frase nilai terendah antara biaya dan harga pasar (LCM) umumnya berarti biaya untuk mengganti barang melalui pembelian atau reproduksi. Penyimpangan dari konsep biaya historis dapat dibenarkan karena hilangnya manfaat harus dibebankan terhadap pendapatan periode dimana kehilangan itu terjadi, bukan pada periode penjualan. Nilai Terendah Antara Biaya Dan Harga Pasar-Batas Atas Dan Batas Bawah Biaya pengganti digunakan untuk menyatakan nilai pasar karena penurunan biaya pengganti suatu barang biasanya mencerminkan atau meramalkan penurunan harga jual. Pemakaian biaya pengganti memungkinkan sebuah perusahaan untuk mempertahankan tingkat laba kotor yang konsisten atas penjualan (margin laba yang normal). Penurunan biaya pengganti suatu barang tidak menunjukkan penurunan manfaat (utilitas). Jadi, 2 pembatasan penilaiaan tambahan akan digunakan untuk menilai persediaan akhir-nilai realisasi bersih dan nilai realisasi bersih dikurangi margin laba normal. Nilai realisasi bersih didefinisikan sebagai estimasi harga jual dalam keadaan bisnis Normal dikurangin dengan estimasi biaya penyelesaiaan dan penjualan yang dapat diprediksi secara layak. Jumlah Tersebut dikurangkan dengan marjin laba normal. Aturan umum dari nilai terendah antara biaya dan harga pasar adalah persediaan dinilai pada nilai terendah antara biaya dan harga pasar, dengan harga pasar dibatasi hingga jumlah yang tidak melebihi nilai realisasi bersih atau lebih rendah dari nilai realisasi

bersih dikurangi marjin laba normal. Batas atas adalah nilai realisasi bersih persediaan sedangkan batas bawah adalah nilai realisasi bersih dikurangi marjin laba normal. Bagaimana Nilai Terendah Antara Biaya dan Harga Pasar Bekerja Jumlah yang dibandingkan dengan biaya, yang sering disebut nilai pasar yang ditetapkan selalu merupakan nilai tengah dari 3 jumlah: Biaya pengganti Nilai realisasi bersih Nilai realisasi bersih dikurangi margin laba normal. Aplikasi aturan nilai terendah antara biaya dan harga pasar hanya memperhitungkan kerugian nilai yang terjadi dalam kegiatan bisnis normal yang disebabkan oleh hal-hal seperti : perubahan model, perubahan permintaan atau keusangan akibat terlalu lama di pajang. Barang barang yang rusak atau kas dkurangi dari nilai realisasi bersihnya. Jika material, barang barang semacam itu dapat dicatat dalam akun persediaan yang terpisah. Metode Pengaplikasian LCM Dalam metode pengaplikasian LCM, dimisalkan kita mengansumsikan bahwa antara aturan yang terendah antara biaya dan harga pasar ( lower of cost market ), kita dapat langsung mengaplikasikannya pada setiap barang, setiap kategori atau total persediaan. Kenaikan harga pasar barang cenderung mengoffset penurunan harga pasar barang yang lain, jika pendekatan kategori atau total persediaan yang utama digunakan dalam mengaplikasikan aturan LCM. Praktek yang paling umum adalah menilai persediaan atas dasar barang per barang. Selain itu pendekatan per barang menyediakan penilaian yang paling konsevatif bagi tujuan penyajian pembaca. Persediaan sering dinilai atas dasar total persediaan jika hanya ada satu produk akhir ( yang terbuat dari banyak bahan baku yang berbeda ). Jika perusahaan membuat beberapa produk akhir, maka pendekatan kategori dapat dipakai. Metode yang di pilih harus merupakan metode yang paling jelas mencerminkan laba. Apapun metode yang pilih harus di aplikasikan secara konsisten dari satu periode ke periode lain.

Pencatatan Harga Pasar dan Bukan Biaya Salah satu dari 2 metode digunakan untuk mencatat persediaan pada harga pasar. Dalam metode pertama, yaitu metode langsung, biaya digantikan dengan harga pasar (yang lebih rendah) ketika menilai persediaan. Akibatnya, tidak ada kerugian yang dilaporkan dalam harga pokok penjualan. Metode kedua, yaitu metode tidak langsung atau metode penyisihan, tidak mengubah angka biaya, tetapi membentuk akun kontra/ aktiva yang terpisah dan akun kerugian untuk mencatat penghapusan. Keunggulan dari pengidentifikasian atas pencatatan kerugian yang diakibatkan oleh penurunan harga pasar adalah bahwa kerugian ini diperlihatkan secara terpisah dari harga pokok penjualan dalam laporan laba rugi, jadi harga pokok penjualan untuk tahun berjalan tidak terdistorsi. Sebagian akuntan membiarkan akun ini dalam pembukuan dan hanya menyesuaikan saldonya pada akhir tahun berikutnya agar sesuai dengan selisih antara biaya dengan LCM pada tanggal neraca. Jadi, jika harga menurun, maka kerugian dicatat dan jika harga naik, kerugian yang telah dicatat pada tahun sebelumnya dipulihkan dan keuntungan (yang sebetulnya bukan merupakan keuntungan, tetapi pemulihan kerugian yang diakui sebelumnya) dicatat. Evaluasi atas aturan LCM Aturan LCM memiliki beberapa defisiensi atas kelemahan konseptual : Penurunan nilai aktiva dan pencatatannya sebagai beban di akui pada periode ketika kerugian utilitas ini terjadi bukan pada periode penjualan. Aplikasi aturan LCM menghasilkan inkonsistensi karena persediaan perusahaan mungkin dinilai menurut biaya dalam 1 tahun dan pada harga pasar dalam tahun berikutnya. LCM menilai persediaan dalam neraca secara konservatif, tetapi dampaknya terhadap laporan laba rugi mungkin atau tidak mungkin bersifat konservatif. Aplikasi aturan LCM menggunakan Laba normal dalam menentukan nilai persediaan.

DASAR PENILAIAN Penilaian Menurut Nilai Realisasi Bersih Secara umum, persediaan mencatat pada biayanya atau menurut aturan LCM. Akan tetapi, banyak pihak yang percaya bahwa harga pasar harus selalu didefinisikan sebagai nilai realisasi bersih ( harga jual dikurangi estimasi biaya penyelesaian dan penjualan), bukan biaya pengganti, untuk tujuan pengaplikasian aturan LCM. Dalam situasi terbatas, pencatatan persediaan menurut nilai realisasi bersih mendapat dukungan dari banyak pihak sekalipun jumlah ini melampaui biaya. Pengecualian atas aturan pengakuan norma ini dibolehkan oleh GAAP. Jika : Terdapat pasar terkendali dengan harga kuota yang berlaku bagi semua kuantitas. Tidak ada biaya penjualan yang signifikan. Kadang-kadang angka biaya terlalu sulit untuk di hitung

Penilaian dengan Menggunakan Nilai Penjualan Relatif Suatu masalah khusus muncul ketika sekelompok unit yang berbeda dibeli dengan satu harga lump sum (lump sum price), yang juga disebut basket purchase. Komitmen Pembelian-Satu Masalah Khusus Dalam banyak lini bisnis, kelangsungan hidup dan profitabilitas perusahaan tergantung pada tersedianya persediaan barang dagang yang mencukupi untuk memenuhi semua permintaan pelanggan. Akibatnya, sangat wajar bagi sebuah Perusahaan untuk membuat komitmen pembelian, setuju untuk membeli persediaan beberapa minggu, bulan, atau bahkan beberapa tahun di muka. Umumnya, hak atas barang dagang atau bahan baku yang terkait dengan komitmen pembelian ini belum berpindah ke pembeli. Biasanya pembeli tidak perlu atau tidak harus membuat setiap ayat jurnal untuk mencerminkan komitmen pembelian barang yang belum di kirimkan oleh penjual. Pesanan yang umum, yang harganya sudah di tentukan pada saat di kirimkan dan bisa

dibatalkan sewaktu-waktu oleh pembeli maupun penjual, bukan merupakan aktiva atau kewajiban bagi pembeli. Jadi, komitmen pembelian ini tidak perlu dicatat dalam pembukuan atau dilaporkan dalam laporan keuangan.

Rata Rata Tertimbang kapitalisasi dan Pelepasan Aset (Substansi Komersial)


Perlakuan atas kos bunga yang timbul selama pembangunan aset telah menjadi kontroversi yang berlarut-larut dalam akuntansi. Setidaknya terdapat tiga pendekatan yang diajukan untuk memperlakukan bunga yang timbul dalam rangka pendanaan aset tetap yang dibangun sendiri: 1. Tidak mengkapitalisasi kos bunga selama pembangunan.

Dalam pendekatan ini, bunga dianggap sebagai kos pendanaan dan tidak termasuk kos pembangunan aset. Jika perusahaan menerbitkan ekuitas (saham), tidak mendanai pembangunan asetnya melalui utang, kos bunga tidak akan terjadi. Sanggahan utama terhadap pendekatan ini menyatakan bahwa, penggunaan kas, dari manapun sumbernya, menimbulkan kos bunga meskipun implisit, yang tidak seharusnya diabaikan. 2. Membebankan seluruh kos pendanaan, baik yang teridentifikasi ataupun tidak, ke pembangunan aset. Menurut pendekatan ini, kos pembangunan aset harus mencakup kos pendanaannya, apakah tunai, berasal dari pinjaman, atau melalui penerbitan saham. Pendukung pendekatan ini menyatakan, seluruh kos yang diperlukan untuk mempersiapkan aset sesuai tujuan penggunaannya, termasuk bunga, menjadi bagian dari kos aset. Bunga, entah itu sungguhsungguh terjadi atau implisit, adalah kos, seperti halnya tenaga kerja dan bahan mentah. Sanggahan utama terhadap pendekatan ini menyatakan bahwa, diperhitungkannya kos yang terkait dengan penerbitan saham (pendanaan ekuitas) bersifat subjektif dan menyimpang dari rerangka kos historis. 3. Hanya mengkapitalisasi bunga sesungguhnya yang terjadi selama perioda pembangunan. Pendekatan ini menyepakati sebagian logik yang mendasari pendekatan keduabahwa bunga adalah kos seperti halnya tenaga kerja dan bahan mentah. Tetapi pendekatan ini hanya mengkapitalisasi kos bunga yang terjadi dari pendanaan melalui utang. Kos yang terkait dengan pendanaan melalui penerbitan saham diabaikan. Dengan pendekatan ini, kos aset yang pembangunannya didanai melalui utang akan lebih tinggi dibandingkan dengan jika aset itu didanai melalui penerbitan saham. Sebagian kalangan tidak puas dengan pendekatan ini karena mereka meyakini kos aset harusnya sama, entah itu diperoleh secara tunai, didanai melalui utang, atau didanai melalui penerbitan saham.

Gambar berikut menunjukkan bagaimana pengaruh kapitalisasi bunga terhadap kos aset menurut ketiga pendekatan di atas.

Sumber: Kieso, et al (2012) IFRS menganut pendekatan ketigamengkapitalisasi bunga yang sesungguhnya terjadi (dengan modifikasi). Metoda ini sejalan dengan konsep kos historis pemerolehan aset yang mencakup seluruh kos (termasuk bunga) yang timbul agar aset berada dalam kondisi dan lokasi siap digunakan. Dasar pemikiran yang melandasi pendekatan ini adalah, selama pembangunannya, aset belum menghasilkan pendapatan, sehingga perusahaan harus menangguhkan (mengkapitalisasi) kos bunga. Setelah pembangunan selesai, aset siap digunakan dan perusahaan akan menghasilkan pendapatan dengan aset tersebut. Pada saat itulah perusahaan harus mngakui bunga sebagai biaya (expense) dan mempertemukannya dengan pendapatan yang dihasilkannya. Implikasinya, jika aset dibeli dan langsung bisa digunakan, bunga yang timbul dalam pemerolehannya juga harus langsung dibiayakan. Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menerapkan pendekatan di atas adalah: 1. 2. 3. Kualifikasi aset Perioda kapitalisasi Jumlah bunga yang dikapitalisasi

KUALIFIKASI ASET
Untuk mengkapitalisasi bunga, penyiapan aset untuk digunakan sesuai tujuannya harus memakan waktu yang cukup lama. Kapitalisasi bunga dimulai sejak pembayaran yang terkait aset pertama kali dilakukan. Kapitalisasi berlanjut sampai dengan pembangunan selesai dan aset siap digunakan. Aset yang memenuhi kualifikasi kapitalisasi bunga meliputi aset dalam masa pembangunan yang nantinya akan digunakan sendiri oleh perusahaan (termasuk bangunan, pabrik, dan mesin) dan aset

dengan maksud untuk dijual atau disewaguna yang dibangun atau diproduksi melalui projek-projek yang dipisahkan dari aktivitas-aktivitas lainnya (discrete projects) (misalnya, pembuatan kapal atau pembangunan real estate). Aset yang tidak memenuhi kualifikasi kapitalisasi bunga misalnya adalah (1) aset-aset yang sedang digunakan atau siap digunakan sesuai tujuannya, dan (2) aset-aset yang tidak digunakan dalam aktivitas normal serta tidak sedang dalam proses penyiapan untuk digunakan sesuai tujuannya. Contoh kategori kedua adalah lahan tidur dan aset yang tidak digunakan karena usang, kelebihan kapasitas, atau memerlukan perbaikan.

PERIODA KAPITALISASI
Perioda kapitalisasi adalah kurun waktu diharuskannya kapitalisasi bunga dilakukan. Perioda kapitalisasi dimulai dengan terpenuhinya tiga kondisi berikut: 1. 2. 3. Pengeluaran untuk aset yang dibangun telah dilakukan. Aktivitas yang diperlukan untuk menyiapkan aset sesuai tujuan penggunaannya Kos bunga sedang terjadi.

sedang berlangsung.

Kapitalisasi bunga berlanjut sepanjang tiga kondisi di atas terpenuhi. Perioda kapitalisasi berakhir pada saat aset hampir selesai dan siap digunakan sesuai tujuannya.

JUMLAH YANG DIKAPITALISASI


Jumlah bunga yang dikapitalisasi ditentukan dengan memilih yang lebih rendah antara bunga yang sesungguhnya terjadi selama perioda atau bunga yang dapat dihindari. Bunga yang dapat dihindari (avoidable interest) adalah jumlah kos bunga selama perioda yang secara teoretis dapat dihindari jika perusahaan tidak melakukan pembayaran terkait aset. Sebagai contoh, jika kos bunga sesungguhnya Rp90.000 dan bunga yang dapat dihindari Rp80.000, bunga yang dikapitalisasi hanya Rp80.000. Sebaliknya, jika kos bunga sesungguhnya Rp80.000 dan bunga yang dapat dihindari Rp90.000, bunga yang dikapitalisasi juga hanya Rp80.000. Kos bunga tidak termasuk kos kapital yang timbul dalam penerbitan saham. Lebih lanjut, IFRS mengharuskan kapitalisasi bunga untuk aset yang memenuhi kualifikasi hanya jika dampaknya material, jika dibandingkan dengan dampak yang timbul seandainya bunga dibiayakan.

Untuk menerapkan konsep avoidable interest, jumlah bunga yang mungkin akan dikapitalisasi selama satu perioda akuntansi dihitung dengan cara mengalikan suku bunga pinjaman dengan rata-rata tertimbang akumulasi pengeluaran terkait aset yang memenuhi kualifikasi selama perioda yang bersangkutan.

Rata-rata tertimbang akumulasi pengeluaran


Untuk menghitung rata-rata tertimbang akumulasi pengeluaran, pengeluaran-pengeluaran dalam rangka pembangunan aset dibobot menurut lamanya waktu (pecahan dari satu tahun atau perioda akuntansi) yang menimbulkan terjadinya kos bunga. Sebagai contoh, projek pembangunan jembatan direncanakan memakan waktu 17 bulan, dan selama tahun berjalan pembayaran kepada kontraktor dilakukan pada tanggal 1 Maret sebesar Rp240.000, 1 Juli sebesar Rp480.000, dan 1 Nopember sebesar Rp360.000. Rata-rata tertimbang akumulasi pengeluaran untuk tahun yang berakhir tanggal 31 Desember dihitung sebagai berikut:

Rata-rata tertimbang akumulasi pengeluaran dihitung dengan membobot tiap-tiap pengeluaran menurut lamanya waktu yang menimbulkan terjadinya kos bunga. Untuk pengeluaran tanggal 1 Maret, kos bunga yang dikaitkan dengan pengeluaran tersebut adalah 10 bulan. Untuk pengeluaran tanggal 1 Juli, kos bunga yang diperhitungkan hanya untuk 6 bulan. Untuk pengeluaran tanggal 1 Nopember, kos bunganya adalah untuk 2 bulan.

Suku bunga
Prinsip pemilihan suku bunga yang seharusnya diterapkan atas rata-rata tertimbang akumulasi pengeluaran adalah:

1.

Bagian rata-rata tertimbang akumulasi pengeluaran hingga sama dengan jumlah

pinjaman khusus untuk mendanai aset dikalikan dengan suku bunga yang berlaku atas pinjaman khusus tersebut.

2.

Bagian rata-rata tertimbang akumulasi pengeluaran yang lebih besar dibandingkan

jumlah pinjaman khusus untuk mendanai pembangunan aset dikalikan dengan rata-rata tertimbang suku bunga yang berlaku atas semua pinjaman lainnya.[1] Penghitungan rata-rata tertimbang suku bunga untuk pinjaman selebihnya dari yang khusus dilakukan untuk mendanai pembangunan aset diilustrusikan sebagai berikut:

CONTOH KOMPREHENSIF KAPITALISASI BUNGA


Untuk mengilustrasikan isu-isu yang terkait dengan kapitalisasi bunga, misalkan pada tanggal 1 Nopember 2011, PT ABC mengontrak PT KTR untuk membangun sebuah gedung dengan nilai kontrak Rp1.400.000 di atas tanah dengan kos Rp100.000 (dibeli dari kontraktor yang sama yang pembayarannya digabungkan dengan pembayaran pertama). Tanggal dan jumlah pembayaran PT ABC kepada PT KTR selama tahun 2012 adalah sebagai berikut:

PT KTR menyelesaikan pembangunan gedung dan siap digunakan pada tanggal 31 Desember 2012. Pinjaman PT ABC tanggal 31 Desember 2012.

Rata-rata tertimbang akumulasi pengeluaran dihitung sebagai berikut:

Pengeluaran yang dilakukan pada tanggal 31 Desember (akhir tahun fiskal) tidak menimbulkan kos bunga. Bunga yang dapat dihindari (avoidable interest) dihitung dengan cara sebagai berikut:

Jumlah Rp70.000 adalah rata-rata tertimbang akumulasi pengeluaran selebihnya dari jumlah pinjaman khusus untuk mendanai pembangunan aset (Rp820.000 Rp750.000). Suku bunga 11,04% adalah rata-rata tertimbang suku bunga pinjaman lainnya yang dihitung dengan cara sebagai berikut:

Kos bunga sesungguhnya yang merupakan jumlah maksimum bunga yang boleh dikapitalisasi selama tahun 2012 dihitung sebagai berikut:

Selanjutnya, PT ABC memilih yang lebih rendah antara bunga yang dapat dihindari (Rp120.230) dengan bunga sesungguhnya (Rp239.500). Bunga yang dapat dihindari ternyata lebih kecil, sehingga jumlah itulah yang dikapitalisasi terhadap gedung yang dibangun. Dampak transaksi pembangunan gedung terhadap akun-akun PT ABC selama tahun 2012 disajikan sebagai berikut:

Sepanjang gedungnya belum selesai dan belum siap digunakan, pendebitan bisa juga dilakukan ke akun Pembangunan dalam Proses, tidak langsung ke akun Bangunan. Dari pencatatan tanggal 31 Desember terlihat, kapitalisasi bunga sebesar Rp120.230 menambah kos gedung yang dibangun. PT ABC akan menghapus kapitalisasi bunga dengan sendirinya ketika kos gedung didepresiasi selama umur manfaat gedung, bukan selama jangka waktu utangnya. Laporan keuangan PT ABC juga harus mengungkapkan total kos bunga yang terjadi selama periode, berapa yang dibiayakan dan berapa yang dikapitalisasi. Jumlah kapitalisasi bunga bisa diungkapkan pada seksi nonoperasi di laporan laba-rugi atau di catatan atas laporan keuangan. Kedua bentuk pengungkapan diilustrasikan sebagai berikut:

1. Pada seksi nonoperasi

2. Pada catatan atas laporan keuangan

MASALAH-MASALAH KHUSUS TERKAIT KAPITALISASI BUNGA


Dua isu terkait kapitalisasi bunga memerlukan perhatian khusus: 1. 2. Pengeluaran untuk tanah Pendapatan bunga

Pengeluaran untuk tanah Kos bunga yang terkait dengan pembelian tanah yang akan dikembangkan untuk tujuan penggunaan tertentu memenuhi kualifikasi untuk dikapitalisasi. Jika tanah dibeli untuk dijadikan lokasi bangunan (misalnya untuk lokasi pabrik), kos bunga yang dikapitalisasi selama perioda pembangunan menjadi bagian kos pabrik, bukan tanah. Sebaliknya, jika tanah dikembangkan untuk dijual kembali berupa kapling (lot), kos pemerolehannya akan mencakup kapitalisasi bunga. Jika tanah dibeli dan dimiliki untuk maksud spekulasi harga, kapitalisasi bunga tidak boleh dilakukan karena aset tersebut telah siap sesuai tujuan penggunaannya.

Pendapatan bunga Banyak perusahaan meminjam uang untuk mendanai pembangunan aset. Dana pinjaman yang berlebih untuk sementara bisa saja diinvestasikan dalam surat-surat berharga untuk memperoleh pendapatan bunga hingga dana itu benar-benar diperlukan untuk membayar pembangunan aset. Pada

tahap awal pembangunan, pendapatan bunga yang diperoleh bisa saja lebih besar daripada kos bunga yang timbul atas dana pinjaman. Menurut ketentuan IFRS, pendapatan bunga yang dihasilkan dari pinjaman tertentu harus dikurangkan (di-offset) atas kos bunga yang dikapitalisasi. Dasar pemikiran ketentuan ini adalah, pendapatan bunga yang diperoleh memiliki keterkaitan langsung dengan kos bunga yang timbul atas pinjaman tertentu.

Exercise 8-9
(a) 4 Januari 11 Jan 13 Jan 20 Jan 27 Jan 31 Jan Piutang .......................................................... 640 Penjualan (80 X $ 8) ...................................................... 640 Pembelian ($ 150 x $ 6,50) ........................... 975 Utang Usaha ................................................................... 975 Piutang ....................................................... 1.050 Penjualan (120 X $ 8,75) ............................................ 1.050 Pembelian (160 X $ 7) ............................... 1.120 Utang Usaha ................................................................ 1.120 Piutang ......................................................... 900 Penjualan (100 x $ 9) ..................................................... 900 Persediaan ($ 7 X 110) ................................ 770 Beban Pokok Penjualan ............................ 1.925 * Pembelian ($ 975 + $ 1.120) ...................................... 2.095 Persediaan (100 X $ 6) ................................................. 600 * ($ 600 + $ 2.095 - $ 770) (b) Penjualan ($ 640 + $ 1.050 + $ 900) ....................... $ 2.590 Beban pokok penjualan ........................................... Laba kotor ............................................................... (c) 4 Januari 1.925 $ 665

Piutang ................................................................ 640 Penjualan (80 X $ 8) ...................................................... 640 Beban Pokok Penjualan ...................................... 480 Inventory (80 X $ 6) ...................................................... 480

11 Jan

Inventaris ............................................................ 975

Hutang Usaha (150 x $ 6,50) ......................................... 975 13 Jan Piutang ........................................................... 1.050 Penjualan (120 X $ 8,75) ............................................ 1.050 Beban Pokok Penjualan ..................................... 770 Persediaan ([(20 X $ 6) + (100 x $ 6,50)] .............................................................. 770 20 Jan 27 Jan Persediaan ...................................................... 1.120 Hutang Usaha (160 X $ 7) ......................................... 1.120 Piutang ............................................................. 900 Penjualan (100 x $ 9) .................................................... 900 Beban Pokok Penjualan ................................... 675 Persediaan [(50 x $ 6,50) + (50 X $ 7)] ..................................................................... 675 (d) Penjualan ................................................................ $ 2.590 Beban pokok penjualan ($ 480 + $ 770 + $ 675) ............................................. 1.925 Laba kotor .................................................................. $ 665

You might also like