You are on page 1of 15

BAB I

Ilustrasi kasus :

Lagi, Praktik Aborsi Dibongkar Polisi

BEKASI, KOMPAS.com Polres Metro kota Bekasi mengamankan Siti Zubaedah, warga perumahan Taman Harapan Indah blok V III No 12 RT0 RW02, kecamatan Medan Satria, kota Bekasi, atas tuduhan melakukan praktik aborsi. Polisi membenarkan terjadinya penangkapan tersebut, namun tidak bersedia memberikan penjelasan mengenai kasus itu. Saksi mata yang juga tetangga pelaku, Marbun (49), di Bekasi, Kamis (28/5), mengatakan, penangkapan dilakukan aparat Polsek Medan Satria dan Polres Metro kota Bekasi. "Aparat membawa Siti Zubaedah dan satu perempuan yang tengah hamil muda. Dua pembantu Siti yang biasa membantu pelaku sudah lebih dahulu balik ke desa," ujarnya. Perbuatan aborsi dilakukan oleh Siti di tempat yang diduga menjadi kliniknya di kawasan Boulevard Bekasi. Marbun mengatakan, di rumah pelaku aktivitasnya normal, tidak ada yang mencurigakan layaknya tempat aborsi. Siti sendiri, menurut Marbun, baru tinggal di rumah tersebut sejak empat bulan lalu. Di rumah ia sangat tertutup dan sehari-hari hanya sebentar saja berada di rumah. Tetangga sebelah rumah pelaku yang rumahya berdempet dengan Siti, Olin Sinaga (29), mengatakan, hanya sesekali bertemu dengan pelaku, meski rumah mereka bersebelahan. Waktu ketemu dengan Siti, menurut Olin tidak ada yang aneh terhada sikap dan perilakunya. "Kadang ibu itu pulang pakai Kijang Innova diantar sopirnya. Dia hanya mau ngomong ke aku doang," ujar Olin. "Waktu ditangkap ada barang-barang yang dibawa. Siti biasa pulang malam hari ke rumah di Perumahan Taman Harapan Indah," jelasnya. Kapolres Metro kota Bekasi Kombes Mas Guntur Laupe belum bersedia memberikan komentar tentang tertangkapnya pelaku aborsi itu. ( Sumber : Kompas.com, Jumat 29 Mei 2009)

BAB II
II.1 Fakta Medis

Berdasarkan ilustrasi kasus di atas, fakta medis yang sesuai adalah mengenai masalah reproduksi terutama mengenai keguguran atau abortus atau miscariage. Di dalam dunia medis sendiri, pengertian dari abortus adalah keadaan dimana terhentinya proses kehamilan sebeolum mencapai umur 28 minggu atau berat janin sekitar 500 gram (Ida Ayu, et al., 2010). Pengertian mengenai abortus lainnya juga dikemukakan oleh Sarwono (2008) yaitu sebagai suatu peristiwa ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi yang usia kehamilannya kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Selain itu, ada juga pendapat lain yang dikemukakan oleh Abdul Munim (2008) mengenai abortus, dimana menurutnya abortus merupakan keadaan berakhirnya kehamilan disaat sebelum janin atau fetus dapat hidup sendiri diluar kandungan dan batasan umur kandungan yang dapat diterima didalam abortus adalah sebelum usia kehamilan mencapai 28 minggu serta berat janin yang keluar masih kurang dari 1000 gram. Pada awalnya, janin yang merupakan hasil konsepsi adalah seperti benda asing yang berimplantasi di dalam intra uterine sehingga terjadi upaya untuk dapat mempertahankan dan menolak benda asing tersebut dengan berbagai reaksi tubuh (Ida Ayu, et al., 2007). Ada beberapa faktor utama yang terbukti membantu mempertahankan hasil konsepsi tersebut, diantaranya : ; Sistem hormonal, dengan cara menghasilkan atau memproduksi human chorionic gonadotrophin (HCG) dan progesteron. ; Sistem imunologi lokal atau umum tubuh.

Dengan demikian, kehamilan dapat berlangsung sampai aterm dan sampai berlangsungnya persalinan (Ida Ayu, et al., 2010).

Hasil pemeriksaan USG hamil muda normal. Umur hamil 5 6 minggu Keterangan ; Gestation sac tampak, sampai umur 13 minggu, selanjutnya menghilang.

6 7 minggu

; ;

Jaringan janin mulai tampak. Penebalan dalam bentuk garis fetal plate

9 minggu

; Tampak gerak jantung janin mulai. ; Plasenta sudah dapat dikenali.

11 12 minggu

; Kepala janin dapat ditetapkan. ; Gerak ekstremitas suda tampak.

13 14 minggu

; Desidua parietalis dan kapsularis mulai bersatu. ; Ruang intra uterin sudah obliterasi.

Namun, menurut Sarwono (2008) pada beberapa kondisi, mekanisme pertahanan tubuh tersebut tidak mampu mempertahankan fetus untuk tetap berada di dalam uterus. Penyebab terjadinya hal tersebut bervariasi , umumnya lebih dari satu penyebab. Penyebab terbanyak diantaranya adalah sebagai berikut : a b c d e f g Faktor genetik Kelainan kongenital uterus Autoimun Defek fase luteal Infeksi Hematologik Lingkungan

Ditambahkan pula oleh Sarwono (2008) bahwa usia kehamilan saat terjadinya abortus dapat memberi gambaran tentang penyebabnya. Sebagai contoh, antiphospholipid sdyndrome (APS) dan inkompetensi serviks sering terjadi setelah trimester pertama. Di dalam dunia medis sendiri, abortus berdasarkan kejadiannya dibagi menjadi 2 (Ida Ayu, et al., 2007), yaitu :

Abortus spontan, dimana terjadinya abortus tanpa intervensi dari luar, dan berlangsung tanpa sebab yang jelas. Biasanya penyebab dari abortus spontan ini, antara lain : ; ; Faktor genetik, seperti adanya kelainan kromosom. Faktor hormonal, yang sering terjadi pada orang yang telah mengalami abortus berulang, gangguan kelenjar tiroid, dan diabetes mellitus. ; Kelainan anatomi uterus, seperti terjadinya kelainan

kongenital uterus. ; ; ; Faktor infeksi genitalia interna. Intoksikasi agen eksternal. Postur ibu hamil, pada keadaan ini dapat dijumpai ibu hamil yang berat badannya kurang dari 40 kg ataupun berat badan di atas 80 kg dapat menjadi faktor resiko terjadinya abortus. ; Faktor immunologis, yang dapat dijumpai dalam dua bentuk kelainan, yaitu berupa alloimmune dan antibodi autoimun. Abortus spontan ini juga dapat dibagi menjadi 4 jenis, yaitu : ; Abortus imminens, yaitu ancaman keguguran. Pada abortus ini masih dapat dipertahankan kehamilannya. Pada abortus jenis ini, hanya memerlukan tirah baring atau istirahat total. Obat-obatan seperti hormon atau tokolitik tidak dapat mencegah abortus. ; Abortus insipiens, yaitu keguguran yang sedang terjadi. Pada keguguran jenis ini, kehamilan tidak mungkin dipertahankan lagi. ; Abortus inkomplet, yaitu keguguran yang telah terjadi, namun hasil konsepsi belum semuanya keluar. ; Abortus komplit, yaitu keguguran dengan seluruh hasil konsepsi telah keluar, harus dipastikan dengan ultrasonografi.

Abortus buatan, yaitu suatu tindakan terminasi kehamilan atau abortus yang sengaja dilakukan untuk menghilangkan kehamilan sebelum umur 28 minggu (menurut Sarwono, usia kehamilan kurang dasri 20 minggu) atau berat janin 500 gram. Abortus buatan ini sendiri terbagi menjadi dua kelompok, yaitu : ; Abortus provokatus medisinalis, merupakan tindakan abortus yang dilakukan berdasarkan adanya indikasi vital medis karena apabila kehamilan tetap dilanjutkan maka kehamilannya akan lebih membahayakan jiwanya, dimana sebelum proses aborsi dilakukan minimal telah disetujui oleh tiga orang dokter yang merawat ibu hamil tersebut. ; Abortus provokatus kriminalis, merupakan abortus yang dilakukan tanpa berdasarkan adanya indikasi vital medis dan biasanya dilakukan pada kehamilan yang tidak diinginkan, diantaranya karena perbuatan yang tidak bertanggung jawab dan dilakukan diluar ikatan pernikahan yang sah. Pada kasus abortus ini, sebagian besar dilakukan oleh tenaga non medis atau tenaga yang tidak terlatih sehingga resiko yang terjadi jauh lebih besar atau yang dikenal dengan istilah trias komplikasi, yaitu perdarahan, trauma alat genitalia, dan infeksi sampai syok septik. Sehingga, pada keadaan tersebut diperlukan beberapa pemeriksaan penunjang, diantaranya pemeriksaan darah, urine, serviks, USGtransvaginal, dan foto abdomen. Sebagian besar kematian dalam abortus 5

terjadi pada abortus provokatus kriminalis ini (sepertiga dari kematian maternal di seluruh dunia). Di dalam bukunya, Sarwono (2008) mengatakan, angka kejadian dari abortus sangat sukar ditentukan. Hal ini disebabkan karena abortus provokatus banyak yang tidak dilaporkan, kecuali bila sudah terjadi komplikasi. Abortus spontan dan tidak jelas umur kehamilannya, hanya sedikit memberikan gejala atau tanda sehingga biasanya ibu tidak melapor atau berobat. Rata-rata terjadi 114 kasus abortus per jam, dimana sebagian besar studi menyatakan bahwa abortus spontan terjadi antara 15-20% dari semua kasus kehamilan.

II.2 Fakta Etis II.3 Fakta Hukum Untuk ketentuan-ketentuan yang mengatur mengenai tindakan aborsi ini dapat kita temukan baik acuan menurut yuridisnya maupun secara Etik Kedokteran). Berikut beberapa UU yang mengatur mengenai tindakan aborsi beserta hukumannya (http://www.asiamaya.com/konsultasi_hukum/pidana/aborsi.htm : ; Pasal 299 KUHPidana: (1) Barangsiapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh seseorang wanita supaya diobati dengan memberitahu atau menerbitkan pengharapan bahwa oleh karena pengobatan itu dapat gugur kandungannya, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya empat tahun atau denda sebanyakbanyaknya empat puluh lima ribu rupiah. (2) Kalau yang bersalah berbuat karena mencari keuntungan, atau melakukan kejahatan itu sebagai mata pencaharian atau kebiasaan atau kalau ia seorang dokter, bidan atau juru obat, pidana dapat ditambah sepertiganya. (3) Kalau yang bersalah melakukan kejahatan itu dalam pekerjaannya, maka dapat dicabut haknya melakukan pekerjaan itu. ; Pasal 346 KUHPidana:

Wanita yang dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati kandungannya, atau menyuruh orang lain menyebabkan itu, dipidana penjara selama-lamanya empat tahun. ; Pasal 347 KUHPidana: (1) Barangsiapa dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati kandungan seorang wanita tidak dengan izin wanita itu, dipidana dengan pidana penjara selamalamanya dua belas tahun. (2) Jika perbuatan itu berakibat wanita itu mati, ia dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima belas tahun. ; Pasal 348 KUHPidana: (1) Barangsiapa dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati kandungan seorang wanita dengan izin wanita itu, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun enam bulan. (2) Jika perbuatan itu berakhir wanita itu mati, ia dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya tujuh tahun.

Pasal 349 KUHPidana: (1) Bila seorang dokter, bidan atau juru obat membantu kejahatan tersebut dalam pasal 346, atau bersalah melakukan atau membantu salah satu kejahatan diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah sepertiganya dan dapat dicabut haknya melakukan pekerjaannya yang dipergunakan untuk menjalankan kejahatan itu. Berdasarkan keterangan dari pasal-pasal tersebut di atas, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa pihak-pihak yang dapat mewujudkan ataupun melakukan tindakan pengguguran kandungan adalah: 1. Wanita itu sendiri yang melakukan upaya atau menyuruh orang lain, sehingga dapat gugur kandungannya. 2. Seseorang yang melakukan pengobatan atau menyuruh supaya berobat terhadap wanita tersebut, sehingga dapat gugur kandungannya. 7

3. Seseorang yang dengan izin menyebabkan gugurnya kandungan seorang wanita. 4.. Seseorang yang tanpa izin menyebabkan gugurnya kandungan seorang wanita 5. Seseorang yang dimaksud dalam angka 1, 2, 3, dan 4 termasuk di dalamnya dokter, bidan, juru obat, serta pihak lain yang berhubungan dengan medis. Wewenang dokter dalam menjalankan praktek aborsi adalah sebagai berikut : 1 Dalam menjalankan profesinya seorang dokter terkait dengan kode etik profesi, dalam hal ini Kode Etik Kedokteran Indonesia (Kodeki). Dalam Kodeki tersebut tercakup hal-hal yang berkaitan dengan kewajiban seorang dokter ketika menjalankan profesi kedokteran: yakni kewajiban umum, kewajiban terhadap pasien, kewajiban terhadap teman sejawat, dan kewajiban terhadap diri sendiri. Jadi, Kodeki merupakan pedoman tingkah laku bagi para dokter Indonesia ketika melaksanakan profesinya atau tegasnya pedoman dalam melaksanakan kewajiban sebagai dokter Indonesia. 2 Bahwa dalam penjelasan pasal 10 Kodeki antara lain Dokter Indonesia harus berusaha mempertahankaan hidup makhluk insani. Berarti bahwa baik menurut agama dan undang-undang negara maupun menurut Etik kedokteran seorang dokter tidak dibolehkan : a b Menggugurkan kandungan (abortus provocatus); Mengakhiri hidup seorang penderita, yang menurut ilmu

pengetahuan tidak mungkin akan sembuh (eutanasia). 3 Bahwa pada bagian lain penjelasan pasal 10 Kodeki ditegaskan antara lain bahwa abortus provocatus dapat dibenarkan sebagai tindakan pengobatan, apabila merupakan satu-satunya jalan untuk menolong jiwa ibu dari bahaya maut (abortus provocatus therapeuticus). 4 Dikatakan bahwa Kodeki membenarkan aborsi dengan beberapa syarat dan untuk kepentingan menyelamatkan jiwa ibu adalah indikasi yang diperkenankan menurut Kodeki. 5 Bahwa, dalam penjelasan pasal 15 ayat (1) UU Kesehatan disebutkan bahwa "Tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan dengan alasan apapun dilarang karena bertentangan dengan norma hukum, norma 8

agama, norma kesusilaan dan norma kesopanan. Namun dalam keadaan darurat sebagai upaya menyelamatkan jiwa ibu dan atau janin yang dikandungnya, dapat diambil tindakan medis tertentu." Jadi satu-satunya indikasi yang diperbolehkan menurut UU Kesehatan ialah menyelamatkan jiwa si ibu hamil. 6 Bahwa, pihak-pihak yang diperbolehkan melakukan aborsi adalah dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan, yang sebelumnya telah meminta pertimbangan dari tim ahli yang terdiri dari pelbagai bidang keilmuan. Dengan demikian menurut UU Kesehatan, tidak semua dokter boleh melakukan tindakan aborsi terutama aborsi yang tidak disertai adanya indikasi medis.

II.4 Fakta Hukum Islam Hukum Aborsi secara khusus perlu dikaji secara lebih mendalam, karena Aborsi bukanlah dalam satu bentuk, tetapi mempunyai berbagai macam. Sementara itu Islam bukanlah agama yang kaku, tetapi agama yang memandang kehidupan manusia ini dari berbagai sudut pandang, sehingga ditemukan di dalamnya solusi atas segala problematika yang dihadapi oleh manusia. Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. ( Q.S. Al Israa: 33 ) Aborsi menurut bahasa Arab disebut dengan al-Ijhadh yang berasal dari kata ajhadha - yajhidhu yang berarti wanita yang melahirkan anaknya secara paksa dalam keadaan belum sempurna penciptaannya. Atau juga bisa berarti bayi yang lahir karena dipaksa atau bayi yang lahir dengan sendirinya. Aborsi di dalam istilah fikih juga sering disebut dengan isqhoth ( menggugurkan ) atau ilqaa ( melempar ) atau tharhu ( membuang ) ( al Misbah al Munir , hlm : 72 ) Aborsi tidak terbatas pada satu bentuk, tetapi aborsi mempunyai banyak macam dan bentuk, sehingga untuk menghukuminya tidak bisa disamakan dan dipukul rata. Sebelum menjelaskan secara mendetail tentan hukum Aborsi, lebih dahulu perlu dijelaskan tentang pandangan umum ajaran Islam tentang nyawa, janin dan pembunuhan, yaitu sebagai berikut (Copyright 2011 www.ahmadzain.com) : 9

; Pertama: Manusia adalah ciptaan Allah yang mulia, tidak boleh dihinakan baik dengan merubah ciptaan tersebut, maupun mengranginya dengan cara memotong sebagiananggota tubuhnya, maupun dengan cara memperjual belikannya, maupun dengan cara menghilangkannya sama sekali yaitu dengan membunuhnya, sebagaiman firman Allah swt : . Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan umat manusia ( Qs. al-Isra:70) ; Kedua: Membunuh satu nyawa sama artinya dengan membunuh semua orang. Menyelamatkan satu nyawa sama artinya dengan menyelamatkan semua orang. Barang siapa yang membunuh seorang manusia, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara keselamatan nyawa seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara keselamatan nyawa manusia semuanya. (Qs. Al Maidah:32) ; Ketiga: Dilarang membunuh anak ( termasuk di dalamnya janin yang masih dalam kandungan ) , hanya karena takut miskin. Sebagaimana firman Allah swt : Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut melarat. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu juga. Sesungguhnya membunuh mereka adalah dosa yang besar. (Qs al Isra : 31) ; Keempat : Setiap janin yang terbentuk adalah merupakan kehendak Allah swt, sebagaimana firman Allah swt

10

Selanjutnya Kami dudukan janin itu dalam rahim menurut kehendak Kami selama umur kandungan. Kemudian kami keluarkan kamu dari rahim ibumu sebagai bayi. (QS al Hajj : 5) ; Kelima : Larangan membunuh jiwa tanpa hak, sebagaimana firman Allah swt : Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah melainkan dengan alasan yang benar ( Qs al Isra : 33 )

Hukum Aborsi Dalam Islam. Di dalam teks-teks al Quran dan Hadist tidak didapati secara khusus hukum yang membahas aborsi, tetapi yang ada adalah larangan-larangan untuk membunuh jiwa orang tanpa hak, sebagaimana firman Allah swt (Copyright 2011 www.ahmadzain.com) : Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya adalah neraka Jahanam, dan dia kekal di dalamnya,dan Allah murka kepadanya dan melaknatnya serta menyediakan baginya adzab yang besar( Qs An Nisa : 93 ) Begitu juga hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Masud bahwasanya Rosulullah saw bersabda : Sesungguhnya seseorang dari kamu dikumpulkan penciptaannya di dalam perut ibunya selama empat puluh hari. Setelah genap empat puluh hari kedua, terbentuklah segumlah darah beku. Ketika genap empat puluh hari ketiga , berubahlah menjadi segumpal daging. Kemudian Allah mengutus malaikat untuk meniupkan roh, serta memerintahkan untuk 11

menulis empat perkara, yaitu penentuan rizki, waktu kematian, amal, serta nasibnya, baik yang celaka, maupun yang bahagia. ( Bukhari dan Muslim ) Maka, untuk mempermudah pemahaman, pembahasan ini bisa dibagi menjadi dua bagian sebagai berikut : 1 Menggugurkan Janin Sebelum Peniupan Roh Dalam hal ini, para ulama berselisih tentang hukumnya dan terbagi menjadi tiga pendapat : Pendapat Pertama : Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya boleh. Bahkan sebagian dari ulama membolehkan menggugurkan janin tersebut dengan obat. ( Hasyiat Al Qalyubi : 3/159 ) Pendapat ini dianut oleh para ulama dari madzhab Hanafi, SyafiI, dan Hambali. Tetapi kebolehan ini disyaratkan adanya ijin dari kedua orang tuanya,( Syareh Fathul Qadir : 2/495 ) Mereka berdalil dengan hadist Ibnu Masud di atas yang menunjukkan bahwa sebelum empat bulan, roh belum ditiup ke janin dan penciptaan belum sempurna, serta dianggap benda mati, sehingga boleh digugurkan. Pendapat kedua : Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya makruh. Dan jika sampai pada waktu peniupan ruh, maka hukumnya menjadi haram. Dalilnya bahwa waktu peniupan ruh tidak diketahui secara pasti, maka tidak boleh menggugurkan janin jika telah mendekati waktu peniupan ruh , demi untuk kehati-hatian . Pendapat ini dianut oleh sebagian ulama madzhab Hanafi dan Imam Romli salah seorang ulama dari madzhab SyafiI . ( Hasyiyah Ibnu Abidin : 6/591, Nihayatul Muhtaj : 7/416 ) Pendapat ketiga : Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya haram. Dalilnya bahwa air mani sudah tertanam dalam rahim dan telah bercampur dengan ovum wanita sehingga siap menerima kehidupan, maka merusak wujud ini adalah tindakan kejahatan . Pendapat ini dianut oleh Ahmad Dardir , Imam Ghozali dan Ibnu Jauzi ( Syareh Kabir : 2/ 267, Ihya Ulumuddin : 2/53, Inshof : 1/386) 12

Adapun status janin yang gugur sebelum ditiup rohnya (empat bulan) , telah dianggap benda mati, maka tidak perlu dimandikan, dikafani ataupun disholati karena hukumnya belum wajib utntuk dimandikan. Sehingga bisa dikatakan bahwa menggugurkan kandungan dalam fase ini tidak dikatagorikan pembunuhan, tapi hanya dianggap merusak sesuatu yang bermanfaat. Ketiga pendapat ulama di atas tentunya dalam batas-batas tertentu, yaitu jika di dalamnya ada kemaslahatan, atau dalam istilah medis adalah salah satu bentuk Abortus Profocatus Therapeuticum, yaitu jika bertujuan untuk kepentingan medis dan terapi serta pengobatan. Dan bukan dalam katagori Abortus Profocatus Criminalis, yaitu yang dilakukan karena alasan yang bukan indikasi vital medis dan melanggar hukum yang berlaku, sebagaimana yang telah dijelaskan di atas. 2 Menggugurkan Janin Setelah Peniupan Roh Secara umum, para ulama telah sepakat bahwa menggugurkan janin setelah peniupan roh hukumnya adalah haram. Peniupan roh terjadi ketika janin sudah berumur empat bulan atau 16 minggu di dalam perut ibu. Ketentuan ini berdasarkan hadist Ibnu Masud di atas. Janin yang sudah ditiupkan roh dalam dirinya, secara otomatis pada saat itu dia telah menjadi seorang manusia, sehingga haram untuk dibunuh. Hukum ini berlaku jika pengguguran tersebut dilakukan tanpa ada sebab yang darurat atau dengan kata lain mengancam keselamtan ibu apabila kehamilan tetap diteruskan. Namun jika disana ada sebab-sebab darurat, seperti jika sang janin nantinya akan membahayakan ibunya jika lahir nanti, maka dalam hal ini, para ulama berbeda pendapat: Pendapat Pertama : Menyatakan bahwa menggugurkan janin setelah peniupan roh hukumnya tetap haram, walaupun diperkirakan bahwa janin tersebut akan membahayakan keselamatan ibu yang mengandungnya. Pendapat ini dianut oleh Mayoritas Ulama. Dalilnya adalah firman Allah swt :

13

Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. ( Q.S. Al Israa: 33 ) Kelompok ini juga mengatakan bahwa kematian ibu masih diragukan, sedang keberadaan janin merupakan sesuatu yang pasti dan yakin, maka sesuai dengan kaidah fiqhiyah : Bahwa sesuatu yang yakin tidak boleh dihilanngkan dengan sesuatu yang masih ragu., yaitu tidak boleh membunuh janin yang sudah ditiup rohnya yang merupakan sesuatu yang pasti , hanya karena kawatir dengan kematian ibunya yang merupakan sesuatu yang masih diragukan. ( Hasyiyah Ibnu Abidin : 1/602 ). Selain itu, mereka memberikan perumpamaan bahwa jika sebuah perahu akan tenggelam, sedangkan keselamatan semua perahu tersebut bisa terjadi jika sebagian penumpangnya dilempar ke laut, maka hal itu juga tidak dibolehkan. Pendapat Kedua : Dibolehkan menggugurkan janin walaupun sudah ditiupkan roh kepadanya, jika hal itu merupakan satu-satunya jalan untuk menyelamatkan ibu dari ancaman kematian. Karena, menjaga kehidupan atau keselamatan nyawa ibu lebih diutamakan dari pada menjaga kehidupan janin, karena kehidupan ibu lebih dahulu dan ada secara yakin, sedangkan kehidupan janin belum yakin dan keberadaannya terakhir.( Mausuah Fiqhiyah : 2/57 ) Prediksi tentang keselamatan Ibu dan janin bisa dikembalikan kepada ilmu kedokteran, walaupun hal itu tidak mutlak kebenarannya. Wallahu Alam. Dari keterangan di atas, bisa diambil kesimpulan bahwa para ulama sepakat bahwa Abortus Profocatus Criminalis, yaitu aborsi yang termasuk dalam tindakan kriminal yang menggugurkan kandungan setelah ditiupkan roh ke dalam janin tanpa suatu alasan syarI hukumnya adalah haram dan termasuk kategori membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah swt. Adapun aborsi yang masih diperselisihkan oleh para ulama adalah Abortus Profocatus Therapeuticum, yaitu aborsi yang bertujuan untuk penyelamatan jiwa, khususnya janin yang belum ditiupkan roh di dalamnya.

14

BAB III PEMBAHASAN Dari ilustrasi kasus yang ada dan juga fakta-fakta yang telah dibahas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa tindakan yang dilakukan oleh TSK SZ merupakan suatu tindakan yang bukan hanya melanggar hukum pidana melainkan juga telah melanggar hukumhukum atau ajaran islam yang ada. Tindakan praktek aborsi yang dilakukan oleh TSK SZ merupakan suatu bentuk tindakan yang bersifat ilegal, karena tanpa disertai dengan indikasi medis yang jelas dan dillakukan dengan cara-cara yang melanggar ajaran agama islam. Tempat praktek ataupun klinik yang ada hanya dijadikan kedok untuk menyembunyikan tindakan-tindakan aborsi yang telah dilakukan. Dalam hal ini, TSK SZ telah melanggar kode etik dan juga sumpah dokter yang didalamnya termuat poin penting yaitu berjanji untuk menjaga dan menghormati setiap hidup insani, mulai dari saat pembuahan (Ida Ayu, et al., 2010). Pada pembahasan bab sebelumnya juga telah dijelaskan secara rinci mengenai berbagai macam pembagian aborsi juga beserta jenis aborsi yang diperbolehkan baik dari segi medis, hukum maupun ajaran islam. Namun, pada kasus SZ ini ketiga komponen tersebut telah dilanggar, perbuatan yang dilakukan oleh SZ dilakukan atas dasar mencari keuntungan semata tanpa mempertimbangkan aspek indikasi vital tindakan medis maupun resiko dari tindakan aborsi yang dilakukan terhadap pasiennya. Karena hal inilah, SZ juga akan dikenai hukuman karena telah ikut membantu seseorang untuk menggugurkan kandungan diluar indikasi medis yang seharusnya menjadi bahan pertimbangan. Seperti yang sudah dijabarkan, pada kasus praktek aborsi yang telah dilakukan oleh SZ ini dapat dikenai beberapa pasal mengenai tindak pidana, diantaranya hukuman selamalamanya empat tahun penjara bagi orang yang menjadikan tindakan aborsi sebagai mata pencahariannya, serat tambahan hukuman lainnya bagi orang yang membantu terjadinya aborsi yang dilakukan diluar indikasi medis ( pasal 299 KUHP, 348 KUHP, 349 KUHP).

15

You might also like