You are on page 1of 3

PENATALAKSANAAN HIPERTENSI 1.

DIURETIKA Diuretika merupakan lini pertama untuk hipertensi pada guideline JNC7 sedangkan guideline AHA menggunakan ACE inhibitor, ARB, dan CCB. Walaupun terdapat penelitian yang menyatakan bahwa potensi dari ketiga obat yang lebih baru (ACE inhibitor, ARB, dan CCB) untuk menurunkan kelainan pada kardiovaskuler mirip, namun karena penelitian tersebut tidak menggunakan komparator diuretika menyebabkan belum pastinya kesamaan potensi tersebut. Namun, bisa disimpulkan bahwa keempat golongan obat antihipertensi tersebut dapat digunakan sebagai lini pertama untuk terapi (Dipiro et al., 2008).

Gambar 1: Lokasi Aksi Diuretika (Mende, 1990). Diuretika dibagi menjadi empat subkelas, yakni golongan thiazide, loop diuretics, potassium-sparing agents, dan antagonis aldosteron. Tiap-tiap golongan memiliki mekanisme kerja dan tempat bekerja yang berbeda-beda, namun pada dasarnya mekanisme hipotensi yang terjadi disebabkan oleh diuresis. Diuresis menyebabkan reduksi volume plasma dan stroke volume yang mana menurunkan tekanan darah dan cardiac output. Penurunan cardiac output menyebabkan peningkatan tahanan pada tekanan darah vaskuler perifer (homeostasis melalui mekanisme tubuloglomerular feedback) (Dipiro et al., 2008). Diuretik Tiazid

Prinsip kerja obat golongan ini adalah menghambat reabsorbsi natrium klorida pada Hulu tubuli distal, yang menyebabkan diuretik ringan (Olson, 2003).

dan

Mekanisme kerja thiazide (contoh Hydrochlorothiazida) adalah menghambat reabsorpsi NaCl dari sisi luminal sel apitel dalam tubulus distal. Tiazid memiliki aksi yang lebih rendah dari loop diuretika karena NaCl yang diserap oleh tubulus distal sedikit jumlahnya hanya sekitar 10% dari NaCl tersaring daripada tubulus proksimal dan cabang thick ascending limb karena sekitar 90% dari filtrasi Na+ sebelum mencapai tubulus distal (Katzung, 2001). loop diuretic Prinsip kerjanya adalah menginhibisi reabsorpsi air pada nefron dengan mengeblok sodium-potassium-chloride cotransporter (NKCC2) pada pars ascendens tebal di lengkung Henle. Furosemide merupakan loop diuretic, yang mana menginhibisi reabsorpsi air pada nefron dengan mengeblok sodium-potassium-chloride cotransporter (NKCC2) pada pars ascendens tebal di lengkung Henle. Furosemide menghambat dengan inhibisi kompetitif pada binding site klorida di kotransporter (symporter) sehingga terjadi penghambatan menghambat transpor natrium dari lumen di lengkung Henle ke basolateral interstitium. Dengan demikian, lumen menjadi hipertonis dan bagian interstisium menjadi kurang hipertonis yang mana akan menurunkan gradien osmotik untuk reabsorpsi air pada seluruh nefron. Dengan menurunnya gradien osmotik untuk reabsopsi air, maka jumlah air yang diekskresikan keluar meningkat (diuresis). Oleh karena bagian pars ascendens tebal melakukan reabsorpsi natrium sebanyak 25% pada keseluruhan nefron, furosemide dapat dikatakan sangat poten sebagai antihipertensi (Anonim, 2005). Di samping itu, furosemide juga dapat menyebabkan penurunan potensial positif lumen dari recycle ion K+. Pada keadaan normal, potensial positif lumen dari recycle ion K+ digunakan untuk reabsorpsi kation divalen seperti Mg2+ dan Ca2+. Dengan adanya penurunan potensial positif lumen tersebut, maka ion Mg 2+ dan Ca2+ akan lebih cepat diekskresikan. Diuretik hemat-kalium diserap

Diuretik hemat kalium ini bekerja pada hilir tubuli distal dan duktus koligentes daerah korteks dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan sekresi kalium dengan jalan antagonisme kompetitif (sipironolakton) atau secara langsung (triamteren dan amilorida). Diuretik Osmotik Diuretik osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan elektrolit yang mudah dan cepat diekskresi oleh ginjal. Suatu zat dapat bertindak sebagai diuretic osmotic apabila memenuhi 4 syarat: (1) difiltrasi secara bebas oleh glomerulus. (2) tidak atau hanya sedikit direbasorbsi sel tubulus ginjal. (3) secara farmakologis merupakan zat yang inert, dan (4) umumnya resisten terhadap perubahan-perubahan metabolic (Sulistia dkk, 2005). Diuretik Osmotik (manitol) adalah Diuretik yang digunakan dan mempuyai efek meningkatkan produksi urin, dengan cara meningkatkan tekanan osmotic di Filtrasi Glomerulus dan tubulus. Mencegah tubulus mereabsorbsi air. Tubulus proksimal dan ansa henle desenden sangat permeable terhadap reabsobsi air. Diuretik osmotik yang tidak ditransportasi menyebabkan air dipertahankan disegmen ini, yang dapat menimbulkan diuresis air (Olson, 2003)..

You might also like