You are on page 1of 14

Ikhtiyar, Volume 9 No. 1.

Januari April 2011


PROFILE PENDUDUK LANJUT USIA PENSIUNAN DI KOTA MAKASSAR Oleh: Sahade Fakultas Ekonomi UNM

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab masalah-masalah yang telah dirumuskan yaitu: (1) untuk mengetahui karakteristik sosial ekonomi lansia pensiunan pensiunan di Kota Makassar, (2) untuk mengetahui faktor-faktor sosial ekonomi dan sosial demografi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap aktivitas lansia laki-laki dalam mencari nafkah, (3) untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor sosial ekonomi dan sosial demografi terhadap aktivitas lansia perempuan dalam mencari nafkah, (4) untuk mengetahui perbedaan intensitas aktivitas ekonomi antara penduduk lansia laki-laki dan perempuan dalam mencari nafkah, (5) untuk mengetahui kendala yang dihadapi oleh lansia laki-laki dan perempuan dalam upaya melalukan aktivitas ekonomi baik formal maupun nonformal, dan (6) merumuskan rekomendasi yang dapat diajukan untuk mengatasi kendala yang dihadapi penduduk lansia sesuai dengan temuan penelitian yang diperoleh. Penelitian ini melibatkan 200 responden penduduk lansia pensiunan yang terdiri atas 150 laki-laki dan 50 perempuan atau 3:1 yang dipilih melalui teknik kuota, dengan mengambil sampel 3 kecamatan yaitu Kecamatan Panakukan, Ujung Tanah dan Kecamatan Tamalanrea dari 14 kecamatan yang ada di Kota Makassar. Data di kumpulkan dengan teknik wawancara dengan menggunakan panduan berupa angket. Data yang diperoleh dianalisis dengan teknik deskriptif berupa tabulasi dengan tabel frekuensi dan teknik inferensial berupa ujit-t, chi-kuadrat ( 2), dan regresi ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi, meskipun usia mereka sudah lanjut di antaranya ada yang masih aktif melakukan kegiatan untuk memperoleh biaya tambahan dalam rangka pemenuhan kebutuhan ekonomi mereka.Berdasarkan hasil analisis uji-t nilai thitung (0,76) < ttabel (1,98), maka terdapat perbedaan yang signifikan aktivitas ekonomi penduduk lansia pensiunan laki-laki (2-12 jam perhari, dengan rata-rata 7,58 jam) dan lansia perempuan (4-15 jam perhari dengan rata-rata 8,08 jam perhari). Sedangkan penghasilan mereka sekitar Rp 350.000 Rp.1.000.000 per bulannya. Berdasarkan hasil analisis uji-t menunjukkan bahwa jenis aktivitas sosial dan psikologis lansia pensiunan mempunyai hubungan yang signifikan dengan pola tempat tinggal, pendidikan, tingkat kesehatan, dan usia. Sedangkan jenis pekerjaan yang dilakukan tidak berhubungan secara signifikan dengan aktivitas sosial dan psikologis para penduduk lansia pensiunan di Kota Makassar. Kata kunci: PENDAHULUAN Semenjak tahun 1990-an Indonesia menghadapi masalah baru di bidang kependudukan. Keberhasilan yang dicapai dalam Aktifitas ekonomi, dan sosial demografi menekan laju partum-buhan penduduk melalui kegiatan keluarga berencana dan pembangunan sosial ekonomi, telah melahirkan problem baru. Angka kelahiran turun, usia rata-

143 UPT. Mata Kuliah Umum Universitas Negeri Makassar

Ikhtiyar, Volume 9 No. 1. Januari April 2011


rata penduduk meningkat, hal ini berarti bahwa pads awal abad 21 Indonesia menghadapi masalah pen-duduk lanjut usia (ageing population). Jika pada tahun 1971 di Indonesia baru terdapat 5,3 juta penduduk yang berusia 60 tahun ke atas, yang merupakan 4,5 persen dari jumlah penduduk seluruh-nya, maka dalam tahun 1995, jadi 25 tahun kemudian jumlah penduduk lansia naik hampir empat kali, yaitu 13,5 juta orang yang merupakan 6,7 persen dari jumlah penduduk pada tahun tersebut. Kondisi ini terus berlanjut, se-hingga pads tahun 2020 diproyeksikan penduduk lansia akan mencapai 29 juta jiwa yang merupakan 11,4 persen jumlah penduduk (Kartakusumah, 1993). Terjadinya pergeseran penduduk dari penduduk berusia muda ke pen-duduk berusia lanjut, akan melahirkan berbagai problem. Jumlah anak yang semakin sedikit dan mobilitas, anak yang semakin tinggi, menimbulkan masalah kepada siapa dan kemana penduduk lansia menyandarkan hidup-nya. Berbagai kebijakan yang dikeluar-kan pemerintah juga telah mengalami perubahan. Di bidang kesehatan missal-nya telah mulai nampak pergeseran dalam penggunaan dana kesehatan. Jika sebelumnya penyediaan obatobatan dan sarana kesehatan lainnya lebih ter-tuju pada penduduk usia muda, bayi dan anak balita, maka saat ini telah muncul obat-obat yang secara khusus diperuntukkan bagi penyakitpenyakit yang berkaitan dengan usia lanjut. Hal ini merupakan akibat terjadinya transisi penyakit, dimana terjadi perubahan dalam jenis penyakit yang diderita dan penyebab kematian penduduk. Jika sebelumnya penyakit yang merupakan penyebab kematian didominasi oleh penyakit infeksi, sekarang ini telah bergesek ke arah penyakit degeneratif dan neoplasma (Cholil et al; 1993). Berbagai kebijakan di bidang kepegawaian dan perburuhan harus dikaji ulang. Usia pensiun, jaminan kesehatan dan pengobatan serta dana jaminan hari tua harus diciptakan agar penduduk lanjut usia tertanggulangi secara struktural. Belum adanya mekanisme yang dapat menampung masalah kebutuhan ekonomi lansia merupakan hal yang memprihatinkan. Adanva upaya untuk menjamin kesejahteraan penduduk lanjut usia merupakan kebutuhan yang mcndesak. Dalam kaitan ini ide untuk merealisir transfer dana antar generasi (intergeneration transfer fund) merupa-kan suatu alternatif yang dapat diper-timbangkan. Kecenderungan pertumbuhan jum-lah penduduk lanjut usia dan berbagai permasahannya juga ditemukan di Kota Makassar dan Propinsi Sulawesi Selatan pada umumnya. Pada tahun 1980 di Sulawesi Selatan baru terdapat sekitar 338.000 penduduk usia lanjut, yaitu sekitar 5,5 persen jumlah penduduk, namun 10 tahun kemudian (1990) jum-lahnya meningkat menjadi 425.000'iwa atau merupakan 6,1 persen dari jumlah penduduk tahun itu. Pada tahun 2000 jumlah lansia meningkat menjadi 720.000 jiwa atau 7,0 persen dari jumlah penduduk Sulawesi Selatan (Diolah

144 UPT. Mata Kuliah Umum Universitas Negeri Makassar

Ikhtiyar, Volume 9 No. 1. Januari April 2011


dari data Sulawesi Selatan dalam Angka Tahun 2000). Masalah utama yang dihadapi lansia pada umumnya adalah menyang-kut pemenuhan kebutuhan ekonomi dan kesehatan. Di samping itu masalah-masalah sosial dan psikologi dari para lansia juga harus mendapatkan perhatian. Masalah ekonomi terutama ber-kaitan dengan ketergantungan ekonomi, lapangan kerja yang sesuai dengan usia, tingkat pendidikan dan kesehatan penduduk lansia. tersebut. Penduduk lansia sampai taraf tertentu merupakan potensi yang masih dapat dimanfaatkan bagi kepentingan kesejahteraan bangsa. Pengalaman yang luas, perilaku dan pola tindak mereka yang umumnya lebih hati-hati akibat tempaan berbagai pengalaman hidup, merupakan asset yang dapat mereka sumbangkan bagi generasi muda. Masih banyak kegiatan sektor-sektor produktif yang cocok bagi kelompok ini, terutama di bidang pen-didikan, pelatihan, agama, organisasi sosial dan sebagainya. Dalam kaitan pemberdayaan lansia pertimbangan yang lebih ditekankan pada upaya mengurangi aspek ketergantungan ekonomi dan psikologis dari penduduk lansia tersebut, sehingga dapat meng-angkat harga diri dan kebanggaan. Jadi pertimbangan kebijakan jangan terlalu ditekan pada pertimbangan cost benefit saja. Masalah psikologi berkaitan dengan kondisi kejiwaan. Pada waktu masih muda, kondisi kesehatan me-mungkinkan mereka berkarya dan ber-prestasi dalam berbagai bidang pekerja-an dan menerima imbalan pendapatan dan penghargaan yang merupakan kebanggaan. Namun setelah tua atau pensiun dari pekerjaan, sebagian peng-hasilan hilang. Badan yang semakin uzur tidak memungkmkan lagi untuk meraih prestasi. Penghargaan dan prestasipun hilang, sebagian penduduk lansia tidak siap menghadapi masa suram ini. Untuk mengatasi hal itu, se-yogyanya penduduk lansia memahami hal yang merupakan kondisi alamiah ini. Mereka harus siap menerimanya dengan kearifan dan tawakal kepada Pencipta alam semesta ini. Dengan kearifan dan persiapan, maka penduduk lansia dicegah dari ancaman post power syndrome. Masalah ketiga yang tidak kalah pentingnya ialah masalah kesehatan. Dampak dari keberhasilan KB dan pembangunan sosial menimbulkan perubahan pada komposisi penduduk. Hal ini terlihat dari jumlah penduduk lansia yang semakin besar dalam komposisi penduduk. Penduduk lanjut usia pada umumnya menderita berbagai penyakit degeneratif dan neoplasma (kanker). Penyakitpenyakit semacam ini memer-lukan biaya pengobatan yang mahal. Jumlah penduduk lanjut usia yang semakin banyak dan menderita berbagai penyakit kronis yang memerlukan pengobatan rutin, dan biaya pengobatan yang semakin mahal. Hal ini merupakan masalah yang sangat memberatkan baik bagi individu maupun pemerintah. Kondisi ini merupakan tantangan yang berat mengingat kondisi perekonomian kita saat ini. Tingkat pertumbuhan ekonomi dan

145 UPT. Mata Kuliah Umum Universitas Negeri Makassar

Ikhtiyar, Volume 9 No. 1. Januari April 2011


pendapatan per kapita yang masih rendah semenjak krisis moneter tahun 1997 merupakan kendala bagi upaya peningkatan kesejahteraan rakyat pada umumnya. Upaya perawat-an kesehatan tidak hanya menyangkut usaha kuratif atau pengobatan penyakit, tetapi yang lebih penting ialah upaya preventif seperti pengaturan pola hidup, makan dan aktivitas agar terhindar dari berbagai gangguan penyakit. Penduduk lansia sebagaimana manusia pada umumnya mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang harus di-penuhi. Penduduk lanjut usia pen-siunan, walaupun mendapat tunjangan hari tua (uang pensiun), namun diduga bahwa besarnya tunjangan yang di-terima pada umumnya belum men-cukupi bagi pemenuhan kebutuhan pokok. Karena itu sebagian mereka masih melakukan aktivitas ekonomi untuk mencukupi kebutuhannya. Aktivitas yang dapat dilakukan oleh para lansia sangat terkait dengan karakteristik sosial ekonomi dan sosial demo-grafi penduduk lansia tersebut. Dalam kaitan itu yang diartikan dengan karak-teristik sosial ekonomi, ialah, pendidikan/keterampilan status perkawin-an, jumlah tanggungan keluarga, status perkawinan dan derajat kesehatan. Sedangkan karakteristik demografi ialah umur, jenis kelamin dan tempat tinggal. Di samping itu terdapat faktorfaktor atau nilai-nilai budaya yang diduga mempengaruhi keterlibatan lansia perempuan dalam mencari nafkah. Jika nilai-nilai tersebut memang ada, maka diduga akan terdapat perbedaan bidang aktivitas yang dilakukan oleh lansia laki-laki dan lansia perempuan. Ber-dasarkan hal-hal yang dikemukan di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut: Bagaimana karakteristik sosial ekonomi penduduk lansia pensiunan di Kota Makassar? 146 UPT. Mata Kuliah Umum Universitas 1. Apakah faktor-faktor sosial ekonomi dan sosial demografi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap aktivitas lansia laki-laki dalam mencari nafkah? 2. Apakah faktor-faktor sosial ekonomi dan sosial demografi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap aktivitas lansia perempuan dalam mencari nafkah? 3. Apakah terdapat perbedaan inten-sitas aktivitas ekonomi antara pen-duduk lansia laki-laki dan perem-puan yang mencari nafkah tersebut?. 4. Kendala apakah yang dihadapi oleh lansia laki-laki dan perempuan dalam upaya melalukan aktivitas ekonomi tersebut? 5. Rekomendasi apakah yang dapat diajukan untuk mengatasi kendala yang dihadapi penduduk lansia sesuai dengan temuan penelitian? Untuk menjawab masalah pene-litian di atas, maka diadakan penelitian survei. Survei dilakukan di Kota Makassar, terhadap penduduk lansia yang telah pensiun dari pekerjaan formal. Yang dimaksudkan dengan lansia pensiunan pada penelitian ini ialah pensiunan pegawai negeri, ABRI dan polisi, dan BUMN. Jumlah sampel ditetapkan sebanyak 200 orang, yang terdiri atas laki sebanyak 150 orang dan perempuan 50 orang atau dengan perbandingan laki dan perempuan 3 : 1. Angka tersebut ditetapkan berdasarkan asumsi bahwa jumlah lansia pensiunan laki-laki adalah sekitar 3 kali perempu-an. Data yang dikumpulkan menyang-kut karakteristik sosial ekonomi, kondisi kesehatan, aktivitas sosial, psikologis dan hal-hal yang berkaitan dengan itu. Data diolah secara deskriptif dan inferensial. Melalui metode inferensial
Negeri Makassar

Ikhtiyar, Volume 9 No. 1. Januari April 2011


digunakan untuk menguji beberapa hipotesis yang dirumuskan. METODE PENELITIAN bekerja, status dalam rumah tangga, status perkawin-an, serta aktivitas ekonomi dan sosial/kemasyarakatan yang dilakukan saat ini, pola tempat tinggal, apakah tinggal bersama anak, menantu atau mandiri. Kedua menyangkut kegiatan atau keterlibatan dalam organisasi sosial kemasya-rakatan, organisasi agama saat ini. Masalah ketiga akan ditanyakan kondisi kesehatan, penyakit yang diderita, pengobatan yang dijalani, fasilitas rumah sakit yang didapat dan cara-cara yang dilakukan untuk menjaga kesehatan, misalnya olah raga, senam kebugar-an dan sebagainya. Masalah keempat akan ditanyakan menyangkut akativitas psikologis, seperti mengunjungi relasi, sanak saudara dan apakah masih mendapatkan kunjungan anak-anak, menantu, teman dan sebagainya. Se-bagai tambahan akan ditanyakan bagai-mana persepsi lansia mengenai masalah sosial, psikologis dan pelayanan/fasilitas ekonomi, sosial, kesehatan yang mereka terima serta penerimaan masyarakat terhadap para lansia. Selanjutnya akan ditanyakan kepada mereka saran-saran yang diajukan untuk perbaikan kondisi sosial ekonomi para lansia. Variabel yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas berbagai jenis pengukuran yaitu variabel nominal, ordinal, interval dan rasio. Terdapat dua jenis analisis yaitu pertama analisis deskriptif, yang dilakukan dengan penyajian tabeltabel frekuensi, per-sentase dan diberi interpretasi secara ilmiah. Kedua ialah analisis inferensial, untuk menguji beberapa hipotesis dengan menggunakan model regresi ganda logistik. Statistik inferensial ini digunakan untuk menguji hipotesis pertama, yang

Penelitian ini merupakan pene-litian survei. Survei dilakukan terhadap penduduk lanjut usia lakilaki maupun perempuan yaitu pensiunan pegawai negeri sipil, BUMN, ABRI dan Polri yang berdomisili di Kota Makassar. Populasi penelitian ialah penduduk lanjut usia pensiunan pegawai negeri sipil, BUMN, ABRI dan Polri yang berdomisili di Kota Makassar. Sampel ditetapkan sebanyak 200 orang responden dengan rasio laki-laki dan perempuan sebesar 3:1. Rasio ini di-tetapkan berdasarkan asumsi bahwa jumlah pensiunan lansia laki-laki adalah 3 kali perempuan. Jadi responden terdiri atas 150 orang laki dan 50 orang perempuan. Lokasi penelitian ialah dengan mengambil tiga kecamatan di kota Makassar, yaitu satu kecamatan tengah kota dengan kepadatan yang tinggi, satu kecamatan lainnya dengan kepadatan sedang dan satu lagi dengan kepadatan rendah. Jumlah lansia pada setiap kecamatan ditetapkan secara proporsi-onal, berdasarkan rasio jumlah pen-duduk pada tiga kecamatan lokasi pengambilan sampel. Data dikumpulkan dengan me-wawancarai para lansia pada setiap lokasi yang ditentukan. dengan bantuan pedoman wawancara yang telah disiap-kan. Data yang dikumpulkan menyangkut karakteristik para lansia seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, jenis pekerjaan sebelum pensiun, departemen atau jawatan tempat 147 UPT. Mata Kuliah Umum Universitas Negeri Makassar

Ikhtiyar, Volume 9 No. 1. Januari April 2011


menyatakan bahwa aktivitas ekonomi lansia dipengaruhi oleh variabel-variabel sosial ekonomi dan demografi. Secara umum hubungan tersebut dapat ditulis sebagai berikut: Y = F (X1, X2, X3, ., X6)
Dimana: Y = aktivitas ekonomi. sebagai variabel terikat. Variabel ini merupakan variabel dikhotomi, yaitu Y = 1, jika lansia melakukan aktivitas bekerja, dan Y = 0, jika lansia tidak mempunyai pekerjaan. Sedangkan variabel bebasnya terdiri atas 6 variabel yaitu: X1 = umur, dalam tahun genap (variabel kontinyu) X2 = pendidikan dalam tahun sekolah (formal), variabel kontinu. X3 = derajat kesehatan, variable dikhotomi, X3 = 0, jika responden menderita suatu penyakit, X3 = 1, jika responden tidak sakit. X4 = status perkawinan, dimana, X4 = 1, jika responden berstatus kawin, X4 = 0, jika responden belum kawin atau dudu/janda. X5 = kedudukan dalam rumah tangga, dimana, X5 = 1, jika responden sebagai kepala rumah tangga, X5 = 0, jika responden bukan kepala rumah tangga. X6 = jenis kelamin, dimana, X6 = 1, jika responden berjenis kelamin lakilaki, X6 = 0, jika responden berjenis kelamin perempuan.

Dengan menggunakan paket program komputer SPSS Ver 15, maka nilai-nilai estimasi dari 1, 2, 3, ........ 6 yang nantinya hasil olahan tersebut akan dikeluarkan hasil print out. Penaf-siran signifikansi setiap variabel bebas dilakukan dengan analisis Uji-Wald dan Chi-kuadrat. Walaupun penggunaan model regresi logistik adalah umum di-gunakan oleh ilmu kesehatan masya-rakat dan kedokteran, namun peng-gunaan metode ini masih baru pada bidang ekonomi. Oleh karena itu penafsiran hasil pengolahan data akan dikon-sultasikan kemudian. Sedangkan hipotesis kedua, yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan intensitas kerja antara lansia laki-laki dan perempuan yang bekerja baik pada sektor formal maupun non formal akan diuji dengan menggunakan statistik Uji-t beda dua rata-rata dengan meng-gunakan program SPSS versi 15 sebagai mana rumus yang dikemukakan oleh Tiro dan Ilyas, 2002 sebagai berikut: 2 2 T0 = ( 1 2 ) /( S1 / N + S 2 / N )
Dimana : T0 = nilai t hitung (1 + 2) = selisih intensitas kerja ratarata lansia laki-laki dan perempuan S1 = standar deviasi intensitas kerja lansia laki-laki S2 = standar deviasi intensitas kerja lansia perempuan N = jumlah sampel

Dalam penelitian ini berhubung variabel terikat (Y) berupa variabel di-kotomi, dan sebagian variabel bebas juga merupakan variabel dikotomi, maka model analisis yang cocok digunakan ialah model regresi ganda logistik (Agung, 2000). Dengan rumus probabilitas responden yang mempunyai pekerjaan sesudah pensiun adalah sebagai berikut:
Ln RK =0 + 1X1 + 2X2 + 3X3 + .+ 6X6

HASIL ANALISIS BAHASAN

DAN

PEM-

Penduduk lansia pensiunan di Kota Makassar berdasarkan usia mereka berada pada usia 55 sampai 77 tahun dan dengan umur tersebut mereka masih produktif untuk dapat bekerja dalam usianya yang sudah pensiun demi untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka atau masih tergolong usia angkatan kerja 45-65 tahun. Ada kecenderungan bahwa usia

148 UPT. Mata Kuliah Umum Universitas Negeri Makassar

Ikhtiyar, Volume 9 No. 1. Januari April 2011


angkatan kerja pada masa yang akan datang akan semakin meningkat, seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia. Pada tahun 2010 Indonesia diperkirakan memiliki tam-bahan pen-duduk lanjut usia sebesar 25 juta (Doewes, 1996), dengan demikian antisi-pasi mengenai lapangan kerja atau kegiatan lainnya yang sesuai sudah harus direncanakan dari sekarang. Di lihat dari aspek tingkat pendidikan lansia dari tiga kecamatan yang di amati yakni Kecamatan Panakukang, Ujung Tanah dan Tamalanrea, maka tingkat pendidikan mereka tergolong cukup tinggi yakni berada pada jenjang pendidikan Diploma/Akademi dan se-bagian lainnya sudah Sarjana (S1, dan S2). Oleh karena itu ada kecenderungan bahwa masyarakat sudah mulai sadar tentang arti pentingnya pendidikan. Selanjutnya mengenai jumlah tanggung dalam keluarga, hingga saat ini penduduk lansia pensiunan di Kota Makassar tetap mempertahankan kelu-arga besar (extended family). Hal ini ter-lihat dari keinginan para lansia pensiunan untuk tetap menanggung anggota keluarga seperti cucu, menantu, dan keluarga lainnya. Dari segi ekonomi, keluarga mereka memerlukan biaya yang mungkin sekali sudah me-lebihi dari pendapatan mereka, sementara pekerjaan yang dapat menghasilkan pendapatan tambahan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi mereka semakin sulit. Tambahan biaya yang diharapkan berupa kiriman dari anak , menantu dan keluarga lainnya tidak dapat diandal-kan. Berdasarkan hasil survey dengan menggunakan tabel frekuensi diperoleh hanya sekitar 58,72 persen (tabel 50) yang memperoleh kiriman uang minmal satu kali sebulan, sedangkan yang mem-peroleh kiriman uang yang tidak reguler atau jarang sekitar 41,28 persen. Berbagai kegiatan dalam meme-nuhi kebutuhan sosial dan psikologis yang mereka lakukan, antara lain ber-kunjung ke rumah teman-teman atau saling mengunjungi di antara mereka, menjadi anggota organisasi sosial ke-masyarakatan (ORMAS) atau organisasi yang diperuntukkan kepada para lansia pensiunan. Banyak pula di antara mereka sehari-harinya menunggui rumah dengan menjaga cucu. Tentu saja kegiatan bisa menjadi penghibur sambil mengisi atau menghabiskan waktu mereka. Alangkah baiknya jika mereka memiliki pengetahuan dan keteram-pilan mengasuh yang lebih baik se-hingga mereka turut membantu pen-didikan cucu mereka dalam keluarga yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Hal ini pasti memerlukan pembekalan dan latihan dengan waktu yang tidak sedikit serta perhatian bagi instansi/lembaga terkait bagi mereka yang masih merasa kurang. Beberapa jenis aktivitas sosial psikologis para penduduk lansia pen-siunan, seperti partisipasi dalam organ-isasi sosial kemasyarakatan dan saling mengunjungi antara teman dan anak mereka mempunyai hubungan yang signifikan dengan pola tempat tinggal, pendidikan, tingkat kesehatan, dan usia. Sedangkan jenis pekerjaan yang sering dilakukan pada masa muda dan status-nya sebagai pensiunan pegawai atau pensiunan non pegawai tidak ber-hubungan secara signifikan dengan aktivitas sosial psikologis para lansia pensiunan. Sehingga sebagai suatu rekomendasi perlu kiranya dirancang wadah kegiatan yang dapat memenuhi kebutuhan sosial dan kebutuhan psiko-logis bagi penduduk Kota Makassar yang sudah berusia lanjut. Sedangkan data mengenai tingkat kesehatan dijelaskan bahwa penduduk lansia pensiunan yang ada di Kota Makassar dari tiga kecamatan yang di amati, mereka menderita beberapa penyakit kronis antara lain; tekanan darah tinggi, reumatik, jantung koroner, diabetes dan penyakit kronis

149 UPT. Mata Kuliah Umum Universitas Negeri Makassar

Ikhtiyar, Volume 9 No. 1. Januari April 2011


lainnya. Jenis penyakit yang sering dialami dan dikeluhkan oleh penduduk lansia pen-siunan ini relatif sesuai dengan pen-jelasan Astawan (1988:75-76) mengatakan bahwa orang lanjut usia, aktivitas jasmaninya kurang serta di tambah dengan faktor-faktor psikologis menim-bulkan gangguan dalam tubuh yang pada akhirnya bisa menimbulkan penyakitpenyakit seperti reumatik, gangguan pada pencernaan, dan hiper-tensi. Oleh karena itu untuk menjaga kesehatan tubuh diperlukan pengaturan konsumsi makanan sehari-hari dan melakukan aktivitas fisik seperti banyak berolah raga, serta menghindari stress sambil berupaya mencari hiburan, ketenangan dan lebih banyak mendekat-kan diri kepada Yang Maha Kuasa. Berdasarkan hipotesis yang peneliti ajukan yakni hipotesis satu: aktivitas ekonomi lansia pensiunan baik laki-laki maupun perempuan di-pengaruhi oleh variabel-variabel sosial ekonomi dan demografi. Aktivitas ekonomi lansia pensiunan terdiri ats dua aspek, yaitu keterlibatan mereka dalam kegiatan ekonomi dan ketidak terlibatan mereka saat ini dalam ke-giatan pekerjaan yang menghasilkan uang dalam upaya memenuhi ke-butuhan ekonomi keluarga mereka, dan waktu yang digunakan dalam melaku-kan pekerjaan tersebut (dihitung dengan jumlah jam per hari. Untuk menilai masing-masing tersebut, maka digunakan model regresi ganda sebagai berikut:
Dimana : Yij = aktivitas ekonomi. sebagai variabel terikat. Variabel ini merupakan variabel dikhotomi, yaitu Y = 1, jika lansia melakukan aktivitas bekerja, dan Y = 0. jika lansia tidak mempunyai pekerjaan. Sedangkan variabel bebasnya terdiri atas 6 variabel yaitu: X1, X2,........X6 = masing-masing adalah nilai-nilai dari variabel bebas ke i. e = suku-suku kesalahan random yang diasumsikan menyebar secara normal dengan rata-rata 0 dan varian 0 2. Tabel 1. Hasil perhitungan regresi ganda di-sajikan dalam bentuk tabel ringkasan analisis varians sebagai berikut:
Std. Error: 64,877
F-test 5,487 p = 8,000 0E-4 ,000 Sig.

R-squared

195

, 578

,760
SquaresSum of

,182
Mean Square 1,039 ,341

Source

Regression Residual Total

5 1 9 5 2 0 0

DF:

7,194 37,85 4 36,66 7

Yij = b0 + b1x1j + b2x2j + b3x3j + b4x4j + b5x5j + e

Berdasarkan tabel 1 daftar Anova, maka diperoleh nilai Fhitung sebesar 4,687 lebih besar daripada Ftabel pada tingkat signifikansi 0,05 dengan derajat ke-bebasan pembilang 5 dan penyebut 195 (dk, 5, 195), sehingga berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis nol di tolak, dan menerima hipotesis satu yang menyatakan bahwa secara bersama-sama variabel usia, pendidikan, derajat kesehatan, status perkawinan, dan status dalam rumah tangga mempunyai pengaruh terhadap aktivitas ekonomi penduduk lansia pensiunan di Kota Makassar. Jika melihat koefisien regresi beta variabel derajat kesehatan (sebesar -0,168) dengan nilai t hitung 3,573 (lebih besar daripada nilai ttabel pada 0,05; p = 0,00185), dan

150 UPT. Mata Kuliah Umum Universitas Negeri Makassar

Adj. Rsquared

DF

R:

Ikhtiyar, Volume 9 No. 1. Januari April 2011


koefisien regresi variabel status dalam rumah tangga (sebesar 0,438) dengan nilai thitung 4,692 (lebih besar daripada nilai ttabel pada 0,05; p = 0,208), maka dapat disimpulkan bahwa sekurang-kurangnya kedua variabel tersebut memberikan pengaruh (kontri-busi nyata) terhadap setiap perubahan pada aktivitas ekonomi penduduk lansia pensiunan baik lansia laki-laki maupun lansia perempuan yang ada di Kota Makassar. Hasil analisis regresi ganda untuk menguji ada tidaknya pengaruh ke-5 variabel di atas yakni (usia, pendidikan, kesehatan, status perkawinan, dan status dalam rumah tangga) terhadap aktivitas ekonomi yang dihitung dengan jumlah jam kerja per hari menunjukkan hipotesis nol diterima (Fhitung = 2,315 lebih kecil daripada nilai Ftabel = 0,05, dk. 5,75 = 2,35). Berdasarkan hasil analisis tersebut dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel usia, pen-didikan, kesehatan, status perkawinan, dan status dalam rumah tangga secara bersamasama tidak mempunyai peng-aruh terhadap aktivitas ekonomi yang dihitung berdasarkan jumlah jam kerja per hari bagi penduduk lansia pensiun-an di Kota Makassar. Selanjutnya untuk menguji hipotesis kedua yang peneliti ajukan yakni: terdapat perbedaan intensitas kerja antara lansia lakilaki dan perempuan yang bekerja baik pada sektor formal maupun non formal di dalam usaha memenuhi kebutuhan ekonominya, maka untuk menguji hipotesis tersebut digunakan analisis Uji-t dengan hasil perhitungan Uji-t, nilai thitung diperoleh sebesar 0,76 lebih kecil daripada nilai ttabel pada tingkat signifikansi 0,05, dk. 105, yaitu 1,98. Berdasarkan hasil tersebut , maka hipotesis nol diterima atau hipotesis alternatif ditolak. Dengan kata lain bahwa terdapat perbedaan aktivitas ekonomi penduduk lansia pensiunan laki-laki dengan lansia pensiunan perempuan di dalam usaha memenuhi kebutuhan ekonominya. Adapun kisar-an dan rata-rata jam kerja responden berdasarkan jenis kelamin dan hasil Uji-t dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut:
Tabel 2. Kisaran dan Rata-rata Jam Kerja Res-ponden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Hasil Uji-t.
Kisaran Jam Kerja Per Hari 2 12 4 15 Jam Kerja Per Hari Rata-rata s.d 7,58 jam 8,08 jam 1,9 9 2,6 2 Hasil Uji-T

Jenis Kelamin

Laki-Laki Perempua n

thit = 0,76 p > 0,05

Untuk menguji ada tidaknya hubungan yang signifikan antara aktivitas ekonomi sosial dan psikologis para penduduk lansia dengan berbagai variabel bebas, maka dilakukan dengan uji statistik chi-kuadrat (2). Rangkuman hasil uji 2 tersebut dapat di lihat pada tabel 3 sebagai berikut:
Tabel 3. Rangkuman Hasil Uji 2
X Jenis Kelamin Pendidikan Kesehatan Usia Jenis Kelamin Pendidikan Kesehatan Usia Jenis Kelamin Pendidikan Kesehatan Usia Jenis Kelamin Pendidikan Kesehatan Usia Status Y Partisipasi dalam Ormas Kunjungan Anak Penerimaan Surat/Telpo n Berkunjung ke Teman Di kunjungi 2 2,128 34,628 0,19 4,866 0,005 3,852 7,01 18,41 1,55 36,33 12,311 45,708 5,32 6,497 4,093 13,788 1,549 Probabiliti 0,145 0,001*) 0,66 0,67 0,94 0,796 0,008*) 0,010*) 0,67 0,02*) 0,006*) 0,001*) 0,02*) 0,48 0,043*) 0,055 0,213

151 UPT. Mata Kuliah Umum Universitas Negeri Makassar

Ikhtiyar, Volume 9 No. 1. Januari April 2011


Pekerjaan Tinggal di rumah Sendiri Tinggal di rumah Teman Jumlah Tanggungan Status dalam Keluarga Status Pekerjaan Tinggal di rumah Sendiri Tinggal di rumah Teman Jumlah Tanggungan Status dalam Keluarga Status Pekerjaan Tinggal di rumah Sendiri Tinggal di rumah Teman Jumlah Tanggungan Status dalam Keluarga Teman 1,205 12,99 1,893 2,299 0,27 0,023*) 0,168 0,129

Berkunjung ke Teman

1,549 5,428 17,129 3,817 8,703

0,213 0,019*) 0,004*) 0,050 0,003*)

Kunjungan Anak

0,156 4,453 7,595 13,703 1,874

0,69 0,034*) 0,18 0,002*) 0,17

Sumber: Hasil Olah Statistik dengan Mengguna-kan SPSS versi 15.

Berdasarkan rangkuman hasil analisis uji statistik chi-kuadrat (2) di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tidak seluruh variabel bebas memiliki hubungan yang signifikan dengan jenis-jenis aktivitas sosial dan psikologis penduduk lansia pensiunan di Kota Makassar. Di antara variabel yang memiliki hubungan yang signifikan adalah variabel pendidikan dengan Partisipasi Dalam Organisasi Sosial Kemasyarakatan dan organisasi para pensiunan (ORMAS) pada probabiliti 0,001. Selanjutnya kunjungan anak/-menantu memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat kesehatan dan usia penduduk lansia pensiunan masing-masing pada probabiliti 0,008 dan 0,010. Hal ini dilihat dari kedua variabel tersebut (tingkat kesehatan dan usia) adalah wajar oleh karena pen-duduk lansia pensiunan yang sering kali menderita penyakit sudah dapat dipastikan bahwa anak-

anak/menantu mereka akan lebih sering mengunjungi sebagai wujud pengabdian dan kasih sayang mereka kepada orang tuanya daripada mereka yang tidak menderita penyakit kronis. Jika kunjungan tidak mampu dilakukan, dengan sendirinya mereka menelpon atau mengirimi surat untuk mengetahu keadaan orang tuanya hal ini adalah wajar untuk dilakukan, dengan demikian juga variabel kiriman surat/telepon juga mempunyai hubung-an secara signifikan dengan tingkat pendidikan, kesehatan dan usia penduduk lansia pensiunan masing-masing 0,02 untuk (tingkat pendidikan), 0,006 (tingkat kesehatan) dan 0,001 (usia). Demikian juga kebiasaan berkunjung ke teman-teman memiliki kaitan yang erat dan berhubungan secara signifikan dengan jenis kelamin (0,02) dan tingkat kesehatan (0,043). Hal ini cukup rasional karena berkunjung ke tempat teman-teman mereka memerlu-kan tingkat kesehatan yang baik, di lain pihak juga jenis kelamin menentukan pula kekerapan berkunjung ke luar sesuai dengan budaya dan kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat Kota Makassar. Selanjutnya kunjungan teman, berkunjung ke teman dan kunjungan anak/menantu juga mempunyai hu-bungan yang signifikan. Dikunjungi teman mempunyai hubungan yang signifikan dengan teman tinggal (0,023), berkunjung ke teman mempunyai hu-bungan yang signifikan dengan tinggal di rumah sendiri (0,019), teman tinggal (0,004) dan status sebagai kepala rumah tangga dalam keluarga (0,003), juga kunjungan anak/menantu mempunyai hubungan yang signifikan dengan tinggal di rumah sendiri (0,034) dan jumlah tanggungan (0,002).

152 UPT. Mata Kuliah Umum Universitas Negeri Makassar

Ikhtiyar, Volume 9 No. 1. Januari April 2011


PENUTUP a. Kesimpulan Berdasarkan penyajian hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Secara administrasi Kota Makassar terdiri dari 14 kecamatan dan 143 kelurahan. Kota ini berada pada ketinggian antara 0-25 m dari per-mukaan laut. Penduduk Kota Makassar pada tahun 2000 adalah 1.130.384 jiwa yang terdiri dari laki-laki 557.050 jiwa dan perempuan 573.334 jiwa dengan pertumbuhan rata-rata 1,65 %. 2. Profil penduduk lansia pensiunan berdasarkan beberapa karakteristik yang diamati yakni: (a) rentang usia lansia pensiunan antara 55-70 tahun dengan usai rata-rata 62,5 tahun; (b) tingkat pendidikan para lansia pensiunan di tiga Kecamatan yang dijadikan sampel adalah relatif sama antara lansia lakilaki yang tamat SLTA, Diploma/Akademi dan Sarjana (S1&S2) sebesar 41,34 persen yang sudah menikmatik jenjang pendidikan tersebut, sedangkan lansia perempuan sekitar 40,00 persen. Hal ini disebabkan bahwa perempuan sudah mempunyai ke-bebasan untuk dapat mengenyam pendidikan tinggi untuk men-sejajarkan diri mereka dengan kaum laki-laki; (c) dilihat dari jumlah anak pada umumnya memiliki anak antara 1 sampai 12 orang secara rata masing-masing mereka memiliki anak sekitar 6 orang; (d) sebagian besar di antara penduduk lansia pensiunan yang menyatakan punya tanggung baik anak maupun cucu yakni sekitar 65,00 persen; (e) se-bagian besar dari mereka memiliki rumah sendiri dan tinggal di rumah mereka sendiri; (f) sedangkan mereka adalah kepala rumah tangga dalam keluarga; (g) para lansia pensiunan yang bukan kepala rumah tangga pada umumnya tinggal pada anak atau menantunya. 3. Di lihat dari aktivitas ekonomi, meskipun usia mereka sudah lanjut di antaranya ada yang masih aktif melakukan kegiatan untuk memper-oleh biaya tambahan dalam rangka pemenuhan kebutuhan ekonomi mereka. Jenis pekerjaan tersebut relatif sama antara lansia pensiunan laki-laki dengan perempuan, yakni berjualan, bekerja kembali pada instansi swasta dan BUMN tempat mereka bekerja sebelumnya, meng-ajar bagi lansia yang pensiunan guru dan dosen, dan juga mereka bekerja dengan cara memelihara ternak dan bunga. Berdasarkan hasil analisis uji-t nilai thitung (0,76) < ttabel (1,98), dengan demikian bahwa terdapat perbedaan yang signifikan aktivitas ekonomi penduduk lansia pensiun-an laki-laki (2-12 jam perhari, dengan rata-rata 7,58 jam) dan lansia perempuan (415 jam perhari dengan rata-rata 8,08 jam perhari). Sedangkan penghasilan mereka dari pekerjaan ini dirasa cukup yakni sekitar Rp 350.000 Rp. 1.000.000 per bulannya dan ini dicukup-cukupkan untuk sekedar memenuhi tuntutan kebutuhan biaya hidup se-harihari. Jika kurang mereka mengharapkan bantuan dari anak dan menantunya. 4. Gambaran tingkat kesehatan lansia pensiunan pada umumnya relatif sama, yaitu tekanan dara tinggi (hipertensi),

153 UPT. Mata Kuliah Umum Universitas Negeri Makassar

Ikhtiyar, Volume 9 No. 1. Januari April 2011


reumatik, jantung koriner, diabetes, kolestrol, asam urat dan maag. Pada umumnya mereka yang menderita penyakit lebih gampang berobat ke Puskes-mas, sedangkan yang lainnya yang mempunyai kelebihan/kecukupan uang lebih memilih untuk berobat di Rumah Sakit Umum atau ke Dokter Praktek. Pada umumnya mereka mempunyai presepsi yang baik tentang perawatan dokter baik di Puskesmas maupun di RSU. Demi-kian pula tentang pelayawan perawat dan mutu obat yang diberi-kan baik di Puskesmas, RSU mau-pun di Dokter Praktek. Sebagian lainnya memilih tidak berobat jika mereka sakit, mereka tidak berobat karena mengeluhkan mahalnya biaya pengobatan dan juga tidak memberikan perubahan dan lebih memilih untuk berobat sendiri dengan obat tradisional atau ke dukung. 5. Dalam kegiatan sosial dan psiko-logis berbagai kegiatan yang di-lakukan para penduduk lansia pensiunan antara lain; berkunjung ke rumah temanteman atau saling mengunjungi; menjadi anggota organisasi kemasyarakatan atau organisasi yang diperuntukkan ke-pada para pensiunan.Sebagian besar lainnya mereka sehari-harinya menunggui rumah dan menjaga cucu mereka. Berdasarkan hasil analisis uji-t menunjukkan bahwa jenis aktivitas sosial dan psikologis para penduduk lansia pensiunan, seperti partisipasi dalam orgnisasi kemasyarakatan dan saling mengun-jungi antara teman atau anak mem-punyai hubungan yang signifikan dengan pola tempat tinggal, pen-didikan, tingkat kesehatan, dan usia. Sedangkan jenis pekerjaan yang dilakukan pada masa muda dan status sebagai 154 UPT. Mata Kuliah Umum Universitas pensiunan atau non-pensiunan tidak berhubungan secara signifikan dengan aktivitas sosial dan psikologis para penduduk lansia pensiunan di Kota Makassar. b. Saran-Saran Adapun saran-saran yang dapat peneliti ajukan sebagai suatu rekomen-dasi dari hasil penelitian ini sebagai berikut: 1. Perlunya pembekalan pengetahuan dan keterampilan tertentu bagi meraka yang masih memiliki tingkat pendidikan dan keterampilan yang masih rendah agar pada masa pensiunnya telah tiba mereka dapat melaksanakan pekerjaan atau kegiat-an yang menghasilkan pendapatan tambahan bagi keluarganya; misalkan pengetahuan dan keteram-pilan kewirausahaan. 2. Perlu adanya pembekalan penge-tahuan praktis untuk memelihara kesehatan sejak dini, terutama dalam hal pengaturan pola makan, jenis kegiatan fisik (olah raga) yang wajar dan sesuai, serta perlunya di-sediakan wadah hiburan bagi lansia pensiunan yang dapat memberikan ketenangan dan jauh dari stress. 3. Perlu adanya penyuluhan secara rutin bagi warga masyarakat, ter-utama para penduduk lansia pen-siunan tentang tersedianya organ-isasi kemasyarakatan yang dapat mengikut sertakan para penduduk lansia pensiunan di Kota Makassar. 4. Diharapkan penelitian lebih lanjut yang dapat mengungkapkan kapasitas dan motivasi kerja para penduduk lansia pensiunan di Kota Makassar. DAFTAR PUSTAKA
Negeri Makassar

Ikhtiyar, Volume 9 No. 1. Januari April 2011


Agung, I. G. N. 2000. Statistika: Analisis Hubungan Kausal Berdasarkan Data Kategorik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Amidjojo, Senosastro, 1966. Masalah Masa Tua dan Ilmu Penyakit Tua. Gerontology dan Geriatri. Jakarta: PN Balai Pustaka. Ananta, Aris dan Evi Nurvadya. 1991. Beberapa Implikasi Sosial Dinamika Kependudukan Indonesia Masa Depan. Jakarta: Lembaga Demografi FE Universitas Indonesia. Callen, John NlC. 1998. Role and Contribution of the Elderly in Economic and Social Development. dalam United Nation. Population Ageing in Asia. New York: United Nation. Chen Ai and Cavin Jones. 1998. Ageing in Asean. Its Socioeconomic Consequnces, Social Issue in South Asia. Singapore: Institute of South Asia Studies. Cholil, Abdullah; Siswanto Agus Wilopo and Sudibyo Alimuso. 1993. Dinamika Kependudukan dan Perubahan Sosial Budaya. Makalah Seminar Sehari yang Diadakan atas Kerjasama IPADI dan BKKBN Pusat. Jakarta. 1991. Psikologi Bandung: PY Logistic Regression, Second Edition. New York: John Wiley and Sons. Ilyas, Baharuddin et all. 1996. Profile Penduduk Usia Lanjut di Ujungpandang. Analisis Lansia dalam Perspektif Gender. Jakarta: DIKTI, Laporan Penelitian.

Ilyas, Baharuddin dan Muh. Arif Tiro. 2001. Metode Penelitian uniuk Ilmu Sosial dan Ekonomi. Makassar: Andira Publisher. Kartakusumah, Djauhari. 1993. Pengembangan Kebijakan Lokal tentang Konsekwensi Penduduk Lanjut Usia. Jakarta: Lembaga Demografi FE Universitas Indonesia. Oppenheim Mason, Karen. 1991. Family Change and Support of the Elderly in Asia. Dalam Population Ageing in Asia. Asian Population Studies Series Mo. 108. United Natiom. Rahardjo, Sri Pamoedji. 1981. Menuju Keadaan Penduduk Tua di Indonesia. Jakarta: Lembaga Demografi FE UI. Singgih. 2002. Buku Latihan SPSS Statistik. Jakarta: Elex. Niedia Komputindo. Hananto. 1988. A Socioeconomic Profile of Elderly in Indonesia. Jakarta: Lembaga Demografi FE UI.

Santoso,

Gerungan, W.A. Sosial. Eresco.

Sigit,

Hosmer, David W and Lemeshow, Stanley. 2000. Applied

155 UPT. Mata Kuliah Umum Universitas Negeri Makassar

Ikhtiyar, Volume 9 No. 1. Januari April 2011


Tiro, Muh. Arif dan Baharuddin Ilyas. 2002. Statistika Terapan untuk ilmu Ekonomi dan Sosial. Makassar: Andira Publisher.

156 UPT. Mata Kuliah Umum Universitas Negeri Makassar

You might also like