You are on page 1of 8

PRE PLANNING TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI KOGNITIF PADA LANSIA WISMA MELATI DI BPSTW KHUSNUL KHOTIMAH PEKANBARU

A. Latar Belakang Tingkat kesejahteraan individu dan kesejahteraan masyarakat dari tahun ke tahun semakin membaik. Seiring dengan itu terjadi pergeseran pada umur harapan hidup. Tingginya umur harapan hidup seseorang akan meningkat jumlah individu yang mencapai usia lanjut. Lansia merupakan orang yang berusia diatas 60 tahun (Hardiwinoto, 1999). Seluruh dunia terdiri dari 500 juta lansia dengan usia rata-rata 60 tahun, dan diperkirakan pada tahun 2025 akan semakin bertambah mencapai 1,9 miliar. Di Indonesia pertumbuhan lansia tergolong cepat yakni berjumlah 16 juta. Tahun 2020 diperkirakan jumlah lansia di Indonesia akan semakin meningkat dan menempati peringkat ke empat setelah Cina, India dan Amerika Serikat (Bondan, 2006). Proses menua (aging) merupakan suatu perubahan progresif pada organisme pad a organisme yang mencapai kematangan instrinsik dan bersifat irreversibel yang disertai dengan penurunan kondisi fisik, psikososial, sosial, dan interaksi satu sama lain. Proses menua mengakibatkan lansia memiliki persepsi yang berbeda-beda tentang kehidupan. Oleh karena itu, perlu stimulus eksternal yang kuat untuk memutuskan rangsangan internal yang telah menguasai dirinya dan tidak mampu membedakannya dengan realita. Di PSTW Khusnul Khotimah khususnya wisma Melati, terdapat lansia yang mempunyai permasalahan yang berbeda-beda dan mempunyai karakteristik yang berbeda pula, dimana 11 orang lansia terdapat 1 orang lansia yang mengalami gangguan jiwa sedangkan lansia lainnya masih memiliki konsentrasi yang cukup baik dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu, mahasiwa tertarik untuk melakukan terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif. Terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif dilakukan pada kelompok lansia karena dengan permainan ini dapat meningkatkan daya konsentrasi dan daya ingat pada lansia, serta menurunkan resiko demensia. Selain itu, terapi ini merupakan bentuk aktivitas yang ringan, menyenangkan, dan dapat meningkatkan harga diri serta membawa klien pada kondisi realitas. Salah satu bentuk terapi aktivitas kelompok yang dipilih mahasiswa untuk menstimulasi kemampuan kognitif lansia adalah

permainan puzzle. Puzzle merupakan suatu bentuk permainan menyusun gambar yang membutuhkan konsentrasi dan kemampuan berfikir. Melalui terapi menyusun puzzle ini diharapkan dapat melatih kemampuan kognitif dan mengarahkan perilaku serta emosi lansia ke arah yang positif. B. Rencana Keperawatan Tujuan Umum: Setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok mengenai penyusunan, lansia mampu melatih konsentrasi lansia dalam menyusun puzzle dengan benar dan cepat. Tujuan Khusus Setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok diharapkan: 1. Klien mampu menyusun puzzle dengan benar dan cepat 2. Klien mampu berkonsentrasi dalam melakukan penyusunan puzzle 3. Klien mampu mengungkapkan perassan setelah melakukan penyusunan puzzle C. Rancangan Kegiatan 1. 2. 3. 4. Topik: stimulasi kognitif Metode: demonstrasi Media: puzzle Kriteria evaluasi a. Struktur 1) LP disiapkan 2) Alat bantu /media disiapkan b. Proses 1) Pelaksanaan dilakukan pada.(hari,tanggal,jam) 2) Lansia diharapakan aktif dalam berbagai kegiatan 5. Kriteria peserta a. Peserta tidak demensia b. Peserta tidak mengalami gangguan jiwa c. Peserta yang kooperatif d. Peserta mamapu mengikuti kegiatan TAK (tidak memiliki keterbatasan fisik).

D. Setting Tempat

Keterangan Gambar : Klien : fasilitator :Leader : Co leader : Observer E. Pengorganisasian 1. Leader Tugas : Indah Melati : Memimpin acara

2. Co leader : Dona Febriandari Tugas : a. Membuka acara b. Memperkenalkan anggota kelompok c. Membuat kontrak waktu d. Menjelaskan tujuan kegiatan e. Membantu leader dalam acara TAK 3. Fasilitator : Ika Purnama Sari, Bibing Rahmano Marjoko, Siti Shoimah, dan Eni Firda Julianti Tugas : Memotivasi peserta untuk berperan aktif selama kegiatan 4. Observer Tugas : Syafni Meilisa : Mengevaluasi jalan kegiatan

F. Uraian Kegiatan

No 1

Waktu Pembukaan (15 menit)

Kegiatan Mahasiswa Mengucapkan salam Memperkenalkan diri Menjelaskan tujuan Menjelaskan kontrak waktu Menjelaskan peraturan dalam permainan

Kegiatan Peserta Menjawab salam Memperhatikan Memperhatikan Memperhatikan Memperhatikan

Acari inti (40 menit)

Menjelaskan tentang penyusunan puzzle Menjelaskan waktu untuk penyusunan puzzle Penyusunan puzzle (dilakukan 2 kali dengan gambar yang berbeda) Memberika reinforcement positif

Memperhatikan dan mendengarkan Memperhatikan dan mendengarkan Mendemonstrasikan

Memperhatikan dan mendengarkan

Lansia yang pertama menyelesaikan akan diberikan hadiah Meminta pendapat peserta lain untuk menanggapi hasil puzzle yang telah disusun peserta 3 Penutup (10 Memberikan hadiah kepada lansia yang pertama

Memperhatikan

Menjelaskan

Memperhatikan dan mendengarkan

menit)

menyelesaikan puzzle nya Mengevaluasi perasaan lansia setelah menyusun puzzle Memberikan reinforcement positif atas jawaban yang diberikan peserta Menyimpulkan dan menutup diskusi Mengucapkan salam Memperhatikan Memperhatikan Memperhatikan dan mendengarkan Memperhatikan

G. Peraturan kegiatan TAK 1. Jika peserta ingin meninggalkan ruangan tempat kegiatan atau berhenti dari kegiatan, peserta diharuskan meminta izin dengan alasan yang tepat kepada mahasiswa yang berada disekitarnya. 2. Peserta kegiatan diharuskan menyusun puzzle sendiri dan tidak dibenarkan mengganggu peserta yang lain. 3. Apabila terdapat peserta yang tidak mengerti atau kurang jelas mengenai peraturan permainan peserta dapat bertanya kepada fasilitator. H. Hasil 1. 70 % lansia mengikuti acara TAK sampai selesai 2. 70 % lansia mampu menyusun puzzle dengan tepat 3. Semua mahasiswa berperan sesuai dengan tugas yang sudah ditetapkan 4. Kegiatan berlangsung dengan tertib

MATERI A. Definisi Terapi stimulasi kognitif adalah rangsangan yang memulai sebuah aktifasi respon prosesor kognitif di otak. Terapi kognitif adalah metode perawatan psikoterapi yang membantu sesorang mengatasi masalah yang terkait dengan emosi, perilaku dan kognisi melalui metodis dan berorientasi pada tujuan. Terapi kognitif berfokus pada masalah, orientasi pada tujuan, kondis dan waktu saat itu. Terapi ini memandang individu sebagai pembuat keputusan. Terapi kognitif telah menunjukkan keefektifan penanganan dalam masalah klinik misalnya cemas, skizoprenic, substance abuse, gangguan kepribadian, gangguan mood. B. Tujuan Terapi Stimulasi Kognitif 1. Meningkatkan aktifitas 2. Menurunkan perilaku yang tidak diinginkan 3. Meningkatkan kepuasan 4. Meningkatkan kemampuan sosial 5. Membebaskan tekanan emosi 6. Mengurangi simptom depresi 7. Mengecek tata berpikir dan asumsi yang keliru C. Manfaat Stimulasi Kognitif pada Lansia Pendekatan kognitif menekankan bahwa tingkah laku adalah proses mental, dimana individu aktif dalam menangkap, menilai, membandingkan, dan menanggapi stimulus sebelum melakukan reaksi. Individu menerima stimulus lalu melakukan proses mental sebelum memberikan reaksi atas stimulus yang datang. Pada lansia proses ini digunakan untuk merangsang daya pikir lansia yang sudah mengalami penurunan sehingga dapat meminimalkan terjadinya demensia.

D. Hubungan Permainan Puzzle dengan Daya Ingat Lansia Dalam sebuah survei yang digelar University of Alabama terdapat ahmpir 3000 pria dan wanita, meraka yang berpartisipasi dalam 10 sesi latihan pendongkrak otak selama 60-75 menit mampu menajamkan kemampuan mental mereka sehingga otak berfungsi layaknya orang yang berusia 10 tahun lebih muda. Vutalitas emosi dan mental itu sendiri sangant erat hubungannya dengan vitalitas fisik. Gangguan pada fikiran dapat berpengaruh pada kondisi tubuh, begitu juga sebaliknya. Para pakar anti aging dunia selalu menekankan the most powerfull anti aging medicine that we have, is our mind dengan kata lain, pikiran adalah obat anti penuaan paling hebat yang dimiliki individu. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perlambatan dari proses penuaan yaitu aktivitas fisik, aktivitas sosial, dan aktivitas mental. Aktivitas mental berguna untuk mencegah demensia seperti bermain puzzle.

DAFTAR PUSTAKA Gunarsa, S.D. (2007). Konseling dan psikologi. Jakarta: Gunung Mulia Hibbert, A., Godwin, A. & Dear, F. (2004). Rujukan cepat psikiatri. Jakarta: EGC Robbert, A. R & Green, G.J. (2008). Buku pintar pekerja sosial: socia workers desl reference. Jakarta: Gunung Mulia Semium, Y. (2006). Kesehatan mental 3: gangguan-gangguan mental yang sangat berat, simptologi, proses diagnosis dan proses terapi gangguan-gangguan mental. Yogyakarta: Kanisius

You might also like