You are on page 1of 26

MOBILISASI (REVIEW ANATOMI SISTEM MUSKULOSKELETAL PADA TULANG,

OTOT, SENDI, FISIOLOGI GERAK, DAN PRINSIP MEKANIKA TUBUH SERTA JENIS GANGGUAN MOBILISASI)

KELAS KEPERAWATAN DEWASA II KELOMPOK FG 1

Annisa azwar Ike mareta Nailul Dina Afera Putri Nilasari Wafi Nubli Izazi Zuhriati Rahmi

1106053382 1106053161 1106053022 1106001302 1106006695 1106016033

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA 2012

KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya, kelompok Focus Group1 dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Mobilisasi (Review anatomi sistem muskuloskeletal pada tulang, otot, sendi, fisiologi gerak, dan prinsip mekanika tubuh serta jenis gangguan mobilisasi). Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Sukihananto SKM., M.Kep. yang telah membimbing dan memotivasi kelompok ini dalam menyelesaikan makalah ini. Kelompok juga berterima kasih kepada rekan mahasiswa FIK UI yang telah memberikan kritik dan saran untuk menulis makalah ini sesuai dengan yang diharapkan. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dalam pembelajaran keperawatan dewasa II. Semoga makalah ini memenuhi kriteria penilaian dan bermanfaat bagi pembaca.

Depok, 21 September 2012 Penyusun

(Kelompok Focus Group 1)

DAFTAR ISI COVER...................................................................................................................1 KATA PENGANTAR...........................................................................................2 DAFTAR ISI..........................................................................................................3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...........................................................................................4 1.2 Rumusan Masalah......................................................................................4 1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................5 1.4 Metode Penulisan.......................................................................................5 1.5 Sistematika Penulisan.................................................................................5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Sistem Muskuloskeletal Pada Tulang..........................................6 2.2 Anatomi Sitem Muskuloskeletal Pada Otot................................................9 2.3 Anatomi Sistem Muskuloskletal Pada Sendi............................................11 2.4 Fisiologi Gerak..........................................................................................13 2.5 Prinsip Mekanika Tubuh...........................................................................14 2.6 Jenis Gangguan Mobilisasi.......................................................................21 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan...............................................................................................24 3.2 Saran.........................................................................................................24 DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................25

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Salah satu yang kenyamanan, paling

menjadikajianutamadalamkeperawatanadalahklien.Kesembuhan, keamanan, dankesejahteraanklienadalahhal yang

pentinguntukdiperhatikanolehperawat.Untukitudalampelayanannya, perawatharusmemaksimalkanseluruhfaktor dapatmemengaruhikesejahteraanklien.Terutamadalamhalkeamananklien, perawatharusselaludapatmemastikankeamanankliendalamsetiapasuhan diberikannya. Salah satu yang yang yang

harusdiperhatikanperawatuntukmenjagakeamananklienadalahdalamhalmobilisasi. Mobilisasimengacu pada kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas.Perawatdiharapkandapatmenjagakliendengansepenuhhatiuntukmengurangit erjadinyaimobilisasi, yaitugangguan mobilisasi fisiksebagai suatu keadaan ketika individu mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan gerak

fisik.Imobilisasidapatterjadikarenaketidakpahamanperawatterhadapstrukturmusku loskeletalkliennya.Olehkarenaitu, perawatdituntutmemahamisecarautuhbagiandarisistemmuskuloskeletalmanusia yang berhubunganeratdenganpergerakan.Denganmengetahuisistemmuskuloskeletal, perawatdiharapkanmampumeminimalisasiimobilitas dapatmemengaruhiasuhankeperawatan yang yang

diberikannyakepadaklien.Setelahmenyadaripentingnyapemahamantersebut, maka kami selakupenyusunmembuatmakalahini muskuloskeletal, gerak, yang serta

sebagianbesarmembahastentanganatomi hubungannya dengan gangguan imobilisasi.

1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang sebelumnya, penulis menetapkan beberapa

rumusan masalah antara lain sebagai berikut: 1. Bagaimana anatomi muskuloskeletal (pada tulang, sendi, dan otot) 2. Apa saja jenis fisiologi gerak, dan prinsip mekanika tubuh? 3. Apa saja jenis-jenis gangguan mobilisasi?

1.3

Tujuan Penulisan
Hasil yang diharapkan penulis dalam pembuatan makalah ini, yaitu: 1. Agar memahami anatomi muskuloskeletal 2. Agar memahani jenis-jenis fisiologi gerak, dan prinsip mekanika tubuh 3. Agar memahami jenis-jenis gangguan mobilisasi

1.4

Metodologi Penulisan
Adapun penulisan makalah ilmiah ini memakai metode kualitatif dengan

menggunakan metode studi pustaka, yaitu dengan mencari referensi dari beberapa buku dan literatur digital yang relevan serta valid. Selain itu, untuk mendukung pembuatan makalah ini, penulis juga melakukan diskusi kelompok yang tidak terlepas dari arahan fasilitator.

1.5

Sistematika Penulisan
Penulis menyusun makalah menjadi beberapa bagian, yaitu bagian

pendahuluan, isi, dan penutup. Pada Bab I Pendahuluan, kami menguraikan tentang latar belakang penulisan, perumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan makalah ini. Pada Bab II Tinjauan Pustaka, kami membahas tentang informasi-informasi yang berkaitan dengananatomi muskuloskeletal, fisiologi gerak, dan prinsip mekanika tubuh serta jenis gangguan mobilisasi. Pada Bab III Penutup, penulis menyimpulkan hal-hal yang telah dibahas pada bab sebelumnya dan memberikan rekomendasi untuk beberapa pihak yang berkaitan dengan tema.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Anatomi Sistem Muskuloskeletal Pada Tulang Skeletal adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang: panjang, pendek, pipih, dan irreguler/tidak beraturan. (Potter, P.A. & Perry, A.G., 2006). A. Tulang Panjang, sebagai pembentuk tinggi tubuh, misalnya: 1. Humerus. Merupakan tulang tunggal pada lengan. Humerus terdiri dari bagian kepala yang membulat, bagian leher anatomis, dan bagian batang yang memanjang ke arah distal. a. Tuberkel besar dan kecil, terletak pada bagian ujung atas batang tulang. Bagian ini berfungsi sebagai tempat untuk pelekatan otot. b. Leher surgikal, bagian di bawah tuberkel yang menyempit menuju suatu bidang. Pada bagian inilah humerus cenderung mengalami fraktur. c. Tuberositas deltoid, terletak di bagian tengah batang tulang ke bawah yang berfungsi sebagai tempat pelekatan otot deltoid. d. Epikondilus medial dan lateral, terletakdi bagian ujung bawah dari tulang humerus yang menonjol. e. Permukaan artikular humerus yang tersusun dari kapitulum lateral (tempat tulang radius lengan bawah) dan troklea (tempat tulang ulna lengan bawah) f. Prosesus koronoid, terletak di atas troklea pada permukaan anterior sedangkan prosesus olekranon di permukaan prosterior. 2. Femur. Merupakan tulang terpanjang, terkuat, dan terberat dari semua tulang pada rangka tubuh

a. Terdapat kepala yang membulat untuk dapat berartikulasi dengan asetabulum. Terdapat fovea kapitis untuk tempat pelekatan ligamen untuk menyangga kepala tulang agar tetap berada di tempatnya dan membawa pembuluh darah ke kepala tersebut. b. Terdapat bagian leher, yang terletak pada bagian bawah kepala yang tirus yang memanjang. Bagian leher dan bagian batang di bawahnya dibatasi oleh krista intertrokanter dan garis intertrokanter. c. Trokanter besar dan trokanter kecil, merupakan ujung atas batang yang menonjol. Bagian ini berfungsi sebagai tempat pelekatan otot untuk menggerakkan persendian panggul. d. Linea aspera, yaitu lekuk kasar untuk pelekatan beberapa otot. e. Kondilus medial dan kondius lateral, merupakan ujung bawah batang yang melebar.

B. Tulang

Pendek,

dapat

menghasilkan

gerakan

ekstremitas

jika

dikombinasikan dengan ligamen dan kartilago. 1. Karpal, terdapat empat tulang karpal yang terbentuk dalam dua baris, sehingga seluruhnya berjumlah delapan yang membentuk tulang

pergelangan tangan . a. Barisan tulang karpal proksimal dari sisi ibu jari dalam posisi anatomis terdiri dari: Navikular (skafoid), berbentuk seperti perahu. Lunatum, bentuknya seperti bulan sabit. Trikuetral (triangular), memiliki tiga sudut. Pisifom, memiliki bentuk dan ukuran yang seperti kacang. b. Barisan tulang karpal distal, terdiri dari: Trapezium, permukaannya banyak Trapezoid, berukuran kecil dan multi-sisi Kapitatum, kepala tulangnya berbentuk bulat dan besar. Hamatum, memiliki tonjolan yang menyerupai kait, yang meluas pada sisi medial pergelangan tangan. C. Tulang Pipih, membentuk struktur bentuk.

1. Tulang Rusuk, mengandung sumsum tulang merah, yang terdiri dari: a. Tulang rusuk sejati, terdiri dari tulang pertama sampai ketujuh yang berartikulasi dengan sternum di sisi anterior. b. Tulang rusuk semu, terdiri dari tulang ke-8 sampai ke-10 yang berartikulasi secara tidak langsung dengan sternum melalui rusuk di atasnya. c. Tulang rusuk melayang, terdiri dari tulang rusuk ke-11 sampai ke-12 yang tidak memiliki pelekatan di sisi anteriornya. 2. Skapula. Merupakan tulang pipih dengan tiga tepi; tepi vertebra (medial) yang panjang terletak paralel dengan kolumna vetebra; tepi superior yang pendek melandai ke arah ujung bahu; dan tepi lateral yang mengarah ke lengan. a. Spina, merupakan tulang yang berawal dari tepi vertebra dan melebar saat mendekati ujung bahu. b. Proseus akromion, berartiulasi dengan klavikula, dan menggantung persendian bahu. c. Proseus korokoid, bagian yang menonjol membentuk kait pada tepi superior yang berfungsi sebagai tempat pelekatan sebagian otot dinding dada dan lengan. d. Rongga glenoid, bagian ini mempertahankan letak kepala humerus. D.Tulang Irreguler, membentuk kolumna vertebrata dan beberapa tulang tengkorak. 1. Mandibula, merupakan tulang rahang bagian bawah. a. Bagian alveolar berisi soket gigi bawah. b. Ramus mandibular, terletak di kedua sisi rahang yang memiliki dua prosesus. Prosesus kondiloid berfungsi untuk artikulasi dengan tulang temporal pada fosa mandibular. Prosesus koronoid berfungsi sebagai tempat pelekatan otot temporal.

Skelet merupakan tempat melekatnya otot dan ligamen, yang dapat menyebabkan pergerakan. Skelet juga dapat berfungsi untuk melindungi organorgan vital, seperti otak dan jantung. Untuk dapat melakukan pergerakkan, dibutuhkan integrasi dari sistem skelet, otot skelet, dan sistem saraf karena itu ketiga sistem ini merupakan satu unti fungsional yang saling berhubungan erat. Tulang dapat membantu mengatur keseimbangan kalsium dengan menyimpan dan mengedarkannya ke aliran darah jika dibutuhkan. Klien yang mengalami gangguan pengaturan dan metabolisme tulang akan berisiko mengalami osteoporosis dan fraktur patologis (fraktur yang disebabkan oleh kelemahan jaringan tulang). Selain itu, tulang juga mengandung sumsum tulang yang berperan dalam pembentukkan sel darah merah dan cadangan untuk darah yang kalau terjadi gangguan akan menyebabkan kurangnya produksi darah yang menyebabkan klien mudah lelah dan lemah sehingga mobilisasi berkurang dan klien berisiko jatuh. 2.2 Anatomi Sistem Muskolaskeletal Pada Otot Otot membentuk 43% berat badan> 1/3 nya merupakan protein tubuh & nya tempat terjadinya aktivitas metabolik saat tubuh istirahat. Proses vital di dalam tubuh (seperti Kontraksi jantung, kontraksi pembuluh darah, bernapas, peristaltik usus) terjadi karena adanya aktivitas otot.Ada 3 jenis otot yaitu : 1. Otot rangka Otot rangka adalah otot lurik, volunter, dan melekat pada rangka. Serabut otot sangat panjang yaitu sampai 30 cm, berbentuk silindris, memiliki banyak inti, kontraksinya cepat dan kuat. Otot rangka terdiri dari dari berkas sel sel otot yang panjang dan silindris yang dikenal sebagai serat otot dan dibungkus oleh jaringan ikat. Serat otot penuh dengan myofibril, dengan setiap myofibril terdiri dari rangkaian filamen tebal dan tipis yang bertumpuk dan sedikit bertumpang tindih. Susunan seperti ini menyebabkan serat otot rangka tampak bergaris garis. Filamen tebal terdiri dari protein myosin. 2. Otot polos

Otot polos adalah otot tidak berlurik dan involunter. Jenis otot ini dapat ditemukan pada dinding organ berongga seperti kandung kemih, uterus. Serabut otot berbentuk spindel dengan nucleus sentral yang terelongasi, Serabut berukuran kecil yaitu 20 mikron 0,5 mm. Kontraksinya kuat dan lamban. Filamen tebal dan tipis pada otot polos tidak tersusun secara teratur, sehingga serat seratnya tidak memperlihatkan seran lintang. Kontraksi otot polos bersifat hemat energi, sehingga jenis otot ini mampu secara ekonomis melakukan kontraksi jangka panjang tanpa kelelahan. 3. Otot Jantung Otot jantung adalah otot otot lurik, involunter, dan hanya ditemukan pada jantung. Serabut terelongasi dan membentuk cabang dengan satu nucleus sentral, Panjangnya sekitar 85 mikron 100 mikron dan diameternya sekitar 15 mikron. Kontraksi otot kuat dan berirama. Struktur Otot Rangka a. Tendon Hampir semua otot rangka menempel pada tulang. Tendon merupakan jaringan ikat fibrosa (tidak elastis) yang tebal dan berwarna putih yang menghubungkan otot rangka dengan tulang. b. Fascia Otot rangka merupakan kumpulan fasciculus (berkas sel otot berbentuk silindris yang diikat oleh jaringan ikat). Seluruh serat otot dihimpun menjadi satu oleh jaringan ikat yg disebut epimysium (fascia). Setiap fasciculus dipisahkan oleh jaringan ikat perimysium. Di dalam fascicle, endomysium mengelilingi 1 berkas sel otot. Di antara endomysium & berkas serat otot tersebar sel satelit yang berfungsi dalam perbaikan jaringan otot yang rusak. c. Sarcolemma (membran sel / serat otot) & Sarcoplasma Unit struktural jaringan otot ialah serat otot (diameter 0,01- 0,1 mm ; panjang 1-40 mm). Di dalam matriks serat otot terbenam unit fungsional otot berdiameter 0,001 mm yg disebut miofibril. d. Miofibril (diameter 1-2mm)

Di bawah mikroskop, miofibril akan tampak seperti pita gelap & terang yang bersilangan. Pita gelap (thick filament) dibentuk oleh myosin. Pita terang (thin filament) dibentuk oleh aktin, troponin & tropomiosin)

e. Sarkomer 1 terdiri dari : filamen tebal, filamen tipis, protein yg menstabilkan posisi filamen tebal & tipis, protein yang mengatur interaksi antara filamen tebal & tipis. Pita gelap (pita/ bands A~anisotropic); pita terang (pita/bands I~isotropic). Filamen tebal terdapat di tengah sarkomer Pita A terdiri dari 3 bagian yaitu : garis M ; zona H ; dan zona overlap. Filamen tebal tdp pd pita I. Garis Z merupakan batas antara 2 sarkomer yang berdekatan & mengandung protein Connectins yg menghubungkan filament tiois pada sarkomer yang berdekatan. f. Retikulum sarkoplasma Jejaring kantung dan tubulus yang terorganisir pada jaringan otot. Retikulum endoplasma di sel lain. Terdapat tubulus-tubulus yang sejajar dengan miofibril, yang pada garis Z dan zona H bergabung membentuk kantung yang dekat dengan sistem tubulus transversal. Tempat penyimpanan ion Ca2+.Tubulus T saluran untuk berpindahnya cairan yang mengandung ion.Tubulus T dan retikulum sarkoplasma berperan dalam metabolisme, eksitasi dan kontraksi otot.

2.3

Anatomi Sistem Muskuloskeletal Pada Sendi Sendi adalah hubungan di antara tulang. Setiap sendi diklasifikasikan sesuai

dengan struktur dan tingkat mobilisasinya. Ada empat klasifikasi sendi : 1. Sendi sinostotik Mengacu pada ikatan antara tulang dengan tulang. Tidak ada pergerakan pada tipe sendi ini, dan jaringan tulang yang dibentuk diantara tulang mendukung kekuatan dan stabilitas. Contoh dari ripe sendi ini adalah sacrum pada sendi vertebra

2. Sendi Kartilaginus Nama lain dari sendi ini adalah sendi sinkondrondial, memiliki sedikit pergerakan, tetapi elastis dan menggunakan kartilago untuk menyatukan permukaannya. Sendi kartilago dapat ditemukan ketika tulang mengalami penekanan yang konstan, seperti sendi, kostosternal antara sternum dan iga.

3. Sendi Fibrosa Atau sendi sindesmodial adalah sendi tempat kedua permukaan tulang disatukan dengan ligament atau membrane. Serat atau ligamennya feksibel dan dapat diregangkan, dapat bergerak dengan jumlah terbatas. Misalnya, sepasang tulang pada kaki bawah (tibia dan fibia) adalah sendi sindosmotik (McCance dan Huether, 1994).

4. Sendi Sinovial Adalah sendi yang dapat ddigerakkan secara bebas karena permukaan tulang yang berdekatan dilapisi oleh kartilago articular dan dihubungkan oleh ligament sejajar dengan membrane synovial. Humerus radius dan ulna adalah sendi balland-socket seperti sendi pinggul dan sendi hinge seperti sendi interfalang pada jari.

2.4

Fisiologi Gerak Fisiologi gerak yaitu ilmu yang mempelajari

tentang fungsi gerak pada tubuh. Fungsi gerak dapat dijelaskan dalam masing-masing jenis gerak. Berikut ada beberapa jenis gerak, yaitu (Sloane, 2003) : 1. Fleksi. Fleksi adalah gerakan yang memperkecil sudut antara dua tulang atau dua bagian tubuh. Gerak fleksi digunakan saat menekuk siku atau menggerakkan kearah depan, menekuk lutut atau menggerakkan tungkai kearah belakang, dan menekuk torso kearah samping. Gerak fleksi terbagi dua, yaitu: a. Dorfleksi. Gerak dorfleksi merupakan gerakan yang digunakan untuk menekuk telapak kaki di pergelangan kearah depan. b. Plantar fleksi. Gerak plantar fleksi adalah gerakan meluruskan telapak kaki pada pergelangan tangan. 2. Ekstensi. Merupakan gerakan yang memperbesar sudut antara dua tulang atau dua bagian tubuh. Gerak ekstensi terbagi dua, yaitu: a. Ekstensi. Yaitu bagian tubuh kembali ke posisi anatomis. Gerakan ini digunakan untuk meluruskan persendian pada siku dan lutut setelah fleksi b. Hiperekstensi. Gerakan yang memperbesar sudut pada bagian tubuh melebihi 1800. Gerakan ini digunakan saat menekuk torso atau kepala kearah belakang. 3. Abduksi.

Gerakan bagian tubuh menjauhi garis tengah tubuh. Gerakan ini digunakan saat lengan berabduksi atau menjauhi aksis longitudinal tungkai, seperti gerakan abduksi jari tangan dan jari kaki. 4. Aduksi yaitu kebalikan dari aduksi. Gerakan bagian tubuh saat kembali ke aksis utama tubuh atau aksis longitudinal tungkai 5. Rotasi. Gerakan tulang yang berputar disekitar aksis pusat tulang itu sendiri tanpa mengalami dislokasi lateral, seperti saat menggelengkan kepala untuk menyatakan tidak. Gerak rotasi terbagi dua, yaitu: a. Pronasi. Yaitu rotasi medial lengan bawah dalam posisi anatomis. Gerak ini mengakibatkan telapak tangan menghadap kebawah b. Supinasi. Yaitu gerak rotasi lateral lengan bawah yang mengakibatkan telapak tangan menghapap kedepan 6. Sirkumduksi. Kombinasi dari semua gerakan angular dan berputar untuk membuat ruang berbentuk kerucut, seperti saat mengayunkan lengan membentuk putaran. Gerak ini dapat berlangsung pada persendian panggul, bahu, pergelangan tangan, dan persendian lutut. 7. Inversi. Merupakan gerkan sendi pergelangan kaki yang memungkinkan telapak kaki menghadap kedalam atau kearah medial 8. Eversi. Gerakan sendi pergelangan kaki yang memungkinkan telapak kaki menghadap kearah luar. Gerak inversi dan eversi sangat berguna untuk berjalan diatas daerah yang rusak dan berbatu-batu 9. Protraksi. Memajukan bagian tubuh, seperti saat menonjolkan rahang bawah kedepan. 10. Retraksi. Gerakan menarik bagian tubuh kearah belakang, seperti saat meretraksi girdel pektorat untuk membusungkan dada. 11. Elevasi.

Pergerakan struktur kearah superior, seperti saat mengatup mulut (mengelevasi mandibula) atau mengangkat bahu (mengelevasi skapula). 12. Depresi. Menggerakkan suatu struktur kearah inferior, seperti saat membuka mulut.

2.5

Prinsip Mekanika Tubuh Mekanika tubuh adalah istilah yang digunakan dalam menjelaskan

penggunaan tubuh yang aman, efisien, dan terkoordinasi untuk menggerakkan objek dan melakukan aktifitas hidup sehari-hari (Kozier, B., Erb, G., Berman A., Snyder S, 2009). Mekanika tubuh adalah suatu usaha mengoordinasikan sistem muskuloskeletal dan sistem saraf dalam mempertahankan keseimbangan, postur, dan kesejajaran tubuh selama mengangkat, mengbungkuk, bergerak, melakukan aktivitas sehari-hari. (Potter&Perry, 2005). A. Mekanika tubuh meliputi 3 elemen dasar ( Kozier & Erb, 2009), yaitu: 1. Kesejajaran tubuh (Postur) Menjaga agar seseorang berada pada posisi di mana tubuh dapat berfungsi sebaik-baiknya. mengacu pada posisi sendi, tendon, ligamen, dan otot selama berdiri, duduk, dan berbaring. Kesejajaran tubuh yang benar mengurangi ketegangan pada struktur muskuloskeletal, mempertahankan tonus otot secara kuar dan menunjang keseimbangan. 2. Keseimbangan/Balance Seseorang dikatakan seimbang jika garis gravitasi(suatu garis imajiner yang ditarik melalui pusat gravitasi objek) melewati pusat gravitasi(titik tempat berpusatnya seluruh massa objek dan dasar tumpuan(pondasi tempat bersandarnya suatu objek). Keseimbangan bergantung pada hubungan timbal balik antara pusat gravitasi, garis gravitasi, dan dasar tumpuan. Saat orang itu bergerak, semakin dekat garis gravitasi ke pusat dasar tumpuan,semakin baik satbilitas orang tersebut (gambar A). sebaliknya, semakin dekatdengan garis gravitasi ke tepi dasar tumpuan, semakin sulit

keseimbangannya(gambar B). orang yang akan jatuh bila garis gravitasi berada di luar dasartumpuan (gambar C)

Ket: (A) Keseimbangan dapat dipertahankan bila garis gravitasi jatuh di dekat dasar tumpuan. (B) Keseimbangan sulit dipertahankan bila garis gravitasi jatuh di tepi dasar tumpuan. (C) Keseimbangan tidak dapat dipertahankan bila garis gravitasi jatuh di luar dasar tumpuan.

3. Koordinated body movement (gerakan tubuh yang terkoordinir) Mekanika tubuh melibatkan fungsi sistem muskuloskeletal dan sistem saraf yang terintegrasi. Tonus otot, refleks neuromuskular, dan pergerakan yang terkoordinasi dari kelompok volunter yang berlawanan menciptakan pergerakan yang seimbang, halus, memiliki tujuan.

B. Prinsip mekanika tubuh (A. Aziz Alimul Hidayat, 2008). Prinsip yang digunakan dalam mekanika tubuh adalah sebagai berikut: 1. Gravitasi. Merupakan prinsip yang pertama yang harus diperhatikan dalam melakukan mekanika tubuh dengan benar, yaitu memandang gravitasi sebagai sumbu dalam pergerakan tubuh. Terdapat tiga faktor yang perlu diperhatikan dalam gravitasi: a. Pusat gravitasi (center of gravity), titik yang berada di pertengahan tubuh. b. Garis gravitasi (line of gravity), merupakan garis imajiner vertikal melalui pusat gravitasi. c. Dasar dari tumpuan (base of support), merupakan dasar tempat seseorang dalam posisi istirahat untuk

menopang/menahan tubuh. 2. Keseimbangan. Keseimbangan dalam penggunaan mekanika tubuh dicapai dengan cara mempertahankan posisi garis gravitasi di antara pusat gravitasi dan dasar tumpuan.

3. Berat. Dalam menggunakan mekanika tubuh, yang sangat diperhatikan adalah berat atau bobot benda yang akan di angkat karena berat benda tersebut akan memengaruhi mekanika tubuh. Pergerakan dasar dalam mekanika tubuh (A. Aziz Alimul Hidayat, 2008). Sebelum melakukan mekanika tubuh, terdapat beberapa 5 pergerakan dasar yang harus diperhatikan, di antaranya: 1. Gerakan (ambulating) Gerakan yang benar dapat membantu dalam mempertahankan

keseimbangan tubuh. Sebagai contoh, keseimbangan pada saat orang berdiri dan saat orang berjalan akan berbeda. Orang yang berdiri akan lebih mudah stabil dibandingkan dengan orang yang berjalan karena pada saat berjalan terjadi perpindahan dasar tumpuan dari sisi satu dan pusat gravitasi selalu berubah pada posisi kaki. pada saat berjalan terdapat dua fase, yaitu fase menahan berat dan fase mengayun, yang kan menghasilkan gerakan halus dan berirama. 2. Menahan (squatting) Dalam melakukan pergantian, posisi menahan selalu berubah. Sebagai contoh, posisi orang yang duduk akan berbeda dengan orang yang jongkok, dan tentunya berbeda dengan posisi membungkuk. Gravitasi adalah hal yang perlu diperhatikan untuk memberikan posisi yang tepat dalam menahan. Dalam menahan, sangat diperlukan dasar tumpuan yang tepat untuk mencegah kelainan tubuh dan memudahkan gerakan yang akan dilakukan. 3. Menarik (pulling) Menarik dengan benar akan memudahkan dalam memindahkan benda. Terdapat beberapa hal yang diperhatikan sebelum menarik benda, diantaranya: a. Ketinggian. b. Letak benda (sebaiknya berada didepan orang yang akan menarik). c. Posisi kaki dan tubuh dalam menarik (seperti condong kedepan dari panggul). d. Sodorkan telapak tangan dan lengan atas dibawah pusat gravitasi pasien. e. Lengan atas dan siku diletakkan pada permukaan tempat tidur, serta pinggul, lutut dan pergelangan kaki ditekuk.

4. Mengangkat (lifting) Merupakan cara pergerakan dengan menggunakan daya tarik ke atas. Ketika melakukan pergerakan ini, gunakan otot-otot besar dari tumit, paha bagian atas, kaki bagian bawah, perut, dan pinggul untuk mengurangi rasa sakit pada daerah tubuh bagian belakang 5. Memutar (pivoting) Merupakan gerakan untuk berputarnya anggota tubuh dengan bertumpu pada tulang belakang. Gerakan memutar yang baik adalah dengan memerhatikan ketiga unsur gravitasi dalam pergerakan agar tidak memberi pengaruh buruk pada postur tubuh.

C. Kemudian, dalam Potter & Perry, juga terdapat prinsip mekanika tubuh, yaitu: Kegiatan Ketika merencanakan untuk memindahkan klien, atur untuk bantuan yang adekuat. Menggunakan alat bantu mekanik jika bantuan tidak mencukupi Dorongan klien untuk membantu sebanyak mungkin Jaga punggung, leher, pelvis, dan kaki lurus serta cegah terpelincir. Fleksikan lutut: buat kaki tetap lebar Dekatkan tubuh tenaga kesehatan dengan klien Dasar yang luas meningkat kestabilan. Meminimalkan gaya pengangkatan 5 kg pada setinggi pinggang sama dengan 50 kg pada setinggi lengan Gunakan lengan dan tungkai (bukan puggung) Otot tungkai lebih kuat, makin besar otot makin besar kemampuan kerja tanpa cidera Rapatkan otot abdomen dan gluteal untuk persiapan bergerak Mempersiapkan otot serentak dan meminimalkan usaha mengangkat Hal ini mendukung kemampuan dengan meminimalkan beban kerja Mengurangi resiko cidera terpelintir Rasional Dua orang tenaga kesehatan dan membagi beban kerja menjadi 50%

beban.

Ket: Prinsip mekanika tubuh untuk tenaga kesehatan

D. Prinsip mekanika tubuh selanjutnya, yaitu terdapat 6 posisi dasar untuk pasien di tempat tidur. 1. Rekumben dorsal, rekumben horisontal, atau telentang (gambar 1). Posisi ini juga disebut sebagai posisi telentang (supine) a. Tempat tidur berada pada posisi horisontal b. Pasien telentang c. Sebuah bantal ditempatkan di bawah kepala pasien untuk kenyamanan d. Kedua lengan eksternal dan tahan oleh bantal-bantal kecil e. Gulungan handuk dapat dipakai untuk menahan bagian belakang f. Bantalan kecil atau gulungan handuk ditempatkan sepanjang sisi paha dan dilipatan untuk menghindari perputaran pinggul bagian luar g. Bantalan papan penyangga kaki dapat ditambahkan ke tempat tidur untuk menahan kaki pada posisi ke tempat tidur untuk menahan kaki pada posisi yang tepat dan untuk menghindari foot drop h. Bantalan yang dilipat atau busa yang menhan diantara betis dan pergelngan kaki akan mengurangi tekanan pada tumit

(Telentang)

2. Posisi rekumben lateral kanan . Pasien dimiringkan ke sisi kanan. Tulang belakang harus lurus. a. Bantalan dapat ditempatkan di bawah kepala di antara kaki dan punggung b. Lengan kanan ditekuk dan diletakan di bawah bantal

c. Lengan kiri diletakkan lurus di atas pinggul seperti pasien dalam posisi tegak. Posisi ini memelihara kesejajaran tubuh yang tepat untuk bagian bahu d. Kaki kiri ditekuk sedikit. Ditopang dengan bantal untuk mepertahankan hubungan yang tepat antara kaki dengan panggul

(rekumben lateral kanan)

3. Posisi telungkup (Prone). Pasien diposisikan pada bagian perut. Tulng belakang lurus. Kaki merentang. Lengan ditekuk dan diletakkan di sisi kepala. Wajah pasien miring ke samping a. Bantal kecil diletakkan di bawah perut. Mengurani tekanan payudara b. Bantal lain ditempatkan dibagian bawah kaki

(Telungkup)

4. Posisi semi fowlers. Pasien ditumpukkan pada bagian punggung. a. Digunakan satu, dua, atau tiga bantal untuk menopang kepala dan bahu b. Lutut dapat ditekuk sedikit dan ditopang dengan bantal c. Bantal dapat ditempatkan di bawah masing-masing lengan penopang d. Bantalan kaki mempertahankan kaki pada posisinya

(semi fowlers)

5. Posisi sims. Pasien ditempatkan pada sisi kiri dengan kaki kiri lurus dan kaki kanan ditekuk. a. Lengan kiri ditempatkan di belakang punggung dan diluruskan b. Lengan kanan sitekuk dan diletakkan dibagian depan tempat tidur. Lengan ini ditopang oleh batal c. Bantal kecil diletakkan dibawah kepala

6. Posisi duduk. Pasien ditempatkan pada kursi yang nyaman dan baik, agar kepala dan tulang belakng tegak. Kaki harus rata dilantai a. Bantal/penyokong postur mungkin diperlukan b. Handuk kecil dilipat dan ditempatkan di punggung c. Jangan biarkan bagian belakang lutut pasien bersandar pada kursi\

2.6

Jenis Gangguan Mobilisasi Sebelum menjelaskan jenis-jenis gangguan mobilisasi, perlu kita ketahui

terlebih dahulu apa itu mobilisasi. Menurut buku Fundamental of Nursing ( 1997) mobilisasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas. Sedangkan imobilisasi adalah gangguan mobilisasi fisik didefinisikan oleh North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) sebagai suatu keadaan ketika individu mengalami atau beresiko mengalami keterbatsan gerak fisik (Kim et al,

1995. Ada berbagai jenis gangguan yang yang menyebabkan imobilitas. Pada imobilisasi fisik disebabkan karena adanya perubahan sistem muskuloskeletal. Pengaruh imobilisasi pada sistem muskuloskeletal meliputi gangguan mobilisasi permanen. Keterbatasan mobilisasi mempengaruhi otot klien melalui kehilangan daya tahan, penurunan massa otot, atrofi, dan penurunan stabilitas gangguan sendi dan tulang, penyakit rematik seperti pengapuran tulang atau patang tulang.

A. Jenis Gangguan tulang : 1. Kiposis Kiposis adalah suatu gangguan pada tulang belakang di mana tulang belakang melengkung ke depan yang mengakibatkan penderita menjadi terlihat bongkok. 2. Lordosis Lordosis adalah suatu gangguan pada tulang belakang di mana tulang belakang melengkung ke belakang yang mengakibatkan penderita menjadi terlihat bongkok ke belakang. 3. Skoliosis / Scoliosis / Skeliosis Skoliosis adalah suatu gangguan pada tulang belakang di mana tulang belakang melengkung ke samping baik kiri atau kanan yang membuat penderita bungkuk ke samping. 4. Sublubrikasi Sublubrikasi adalah kelainan pada tulang belakang pada bagian leher yang menyebabkan kepala penderita gangguan tersebut berubah arah ke kiri atau ke kanan. 5. Fraktur Tulang

Fraktura tulang adalah ratak tulang atau patah tulang yang umumnya terjadi akibat benturan, kelebihan beban, tekanan, dan lain sebagainya. Fraktura tulang sederhana yaitu keretakan tulang yang tidak melukai organ-organ yang ada di sekelilingnya. Fraktura kompleks adalah keretakan tulang yang menyebabkan luka pada organ di sekitarnya. 6 Osteoporosis Osteoporosis dalah kondisi di mana tulang rapuh. keropos dan mudah patah. Umumnya osteoporisis disebabkan oleh hormon jantan atau betina yang kurang sempurna atau akibat kekurangan asupan kalsium untuk tulang.

7. Rakitis / Rachitis / Rakhitis Rakitis adalah penyakit tulang yang terjadi akibat kurang vitamin D sehingga umumnya menyebabkan bentuk tulang kaki bengkok membentuk huruf O atau X. 8. Osteroartritis Nyeri sendi akibat tulang rawan yang terkikis.

B. Jenis Gangguan sendi: 1. Keseleo / Terkilir / Sprained Terkilir atau keseleo adalah gangguan sendi akibat gerakan pada sendi yang tidak biasa, dipaksakan atau bergerak secara tiba-tiba. Umumnya kesleo bisa menyebabkan rasa yang sangat sakit dan bengkak pada bagian yang keseleo. 2. Dislokasi / Dislocation Dislokasi adalah gangguan pada sendi seseorang di mana terjadi pergeseran dari kedudukan awal. 3. Artritis / Arthritis

Artritis adalah radang sendi yang memberikan rasa sakit dan terkadang terjadi perubahan posisi tulang. Salah satu contoh artritis yang terkenal adalah rematik. 4. Ankilosis / Ankylosis Ankilosis adalah gangguan pada sendi di menyababkan sendi tidak dapat digerakkan di mana ujung-ujung antar tulang serasa bersatu. Jadi, secara umum imobilisasi merupakan keterbatasan gerak fisik yang mengakibatkan sendi, otot dan tulang mengalami kelainan yang tentunya berpengaruh pada proses pergerakan tubuh kita.

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan Tubuh manusia merupakan hal yang sangat kompleks untuk dipelajari karena satu sama lain yang ada di dalamnya saling berhubungan. Seperti halnya dalam memehami sistem gerak pada manusia, kita membutuhkan anatomi sistem muskuloskeletal untuk mendasarinya, fisiologi gerak, dan apa saja prinsip prinsip dasar mekanika tubuh dan berbagai alat alat gerak seperti otot, sendi, dan rangka, dan tentunya ada pula gangguan pergerakan seperti fraktur tulang dan sebagainya. Dengan memahami itu semua diharapkan perawat mampu melayani klien dengan sebaik mungkin. 3.2 Saran Dengan adanya pembelajaran yang lebih mendalam, perawat tentunya harus mempu memahami apa itu mobilisasi. Selain itu pula perawat harus mampu mengetahui anatomi dan fisiologi dari sistem muskuloskeletal serta gerak pada manusia. Hal itu dapat membantu perawat dalam menangani klien secara akurat,

dan apa bila terdapat gangguan-gangguan mobilisasi pada kilen maka perawat sudah mengetahuinya.

DAFTAR PUSTAKA
Craven, Ruth F. ( 1996). Human Health and fuction. ( 2 nd ed ). Philadelpia: Lippincott Raven. Henger, Barbara R. (2003). Asistensi Keperawatan: Suatu Pendekatan Proses Keperawatan, Ed 6. Jakarta: EGC Hidayat, A. Aziz Alimul. (2008). Keterampilan Dasar Praktik Klinis Kebidanan Eds 2. Jakarta : Salemba Medika Kozier, B., Erb, G., Berman A., Snyder S. (2009). Buku Ajar Keperawatan Klinis Eds 5. Jakarta : EGC Pramiswari, Ayu. ( 2011). http://ml.scribd.com/doc/58045699/LaporanPendahuluan-Mobilisasi. ( diakses 12 september 2012, pukul 17.80).

Potter & Perry. (2005). Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik Ed 4. Jakarta: EGC Potter, PA. and Perry, A.G. (2001). Fundamentals of nursing. ( 4 th ed ). Sydney: Mosby.

Suhartini. ( 2011 ). http://ml.scribd.com/doc/55232028/ASKEP-IMMOBILISASI. ( diakses 14 September 2012, Pukul 20 : 43).

You might also like