You are on page 1of 13

Judul makalah Oleh NIM A.

Pengantar

: Islam Dalam Lintasan Teologi : Khoiril Anwar : 1110012000007

. , , , , , , . .
Islam adalah ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, yang pada saat itu sebagai ajaran juga agama yang baru. Namun tidaklah begitu, karena sebenarnya telah ada pada masa sebelumnya suatu ajaran dengan prinsip yang sama dengan islam itu sendiri yaitu pengabdian dengan mengesakan Allah, yang dikenal adalah agama tauhid atau monotheis. Akan tetapi terdapat perbedaan dari agama pra kenabian Muhammad juga pasca kenabian Muhammad. Islam mengamandemen atas agama sebelumnya dalam hal hubungan manusia dengan Allah (hablum-minallah), serta hubungan manusia dengan sesamanya (hablum-minannas) dengan yang lebih baru dan lebih mudah bagi umatnya, sehingga islam menjadi agama tauhid yang rahmatan lilalamin. Islam dari masa ke masa ternyata terus berkembang dan semakin berani untuk melakukan ditunjang ketakwaan. Itulah sedikit gambaran yang selanjutnya akan dijelaskan dalam uraian makalah ini yang berjudul islam dalam lintasan teologi. Selanjutnya saya mohon maaf apabila makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan banyak kesalahan, sehingga saya mohon koreksi atas kesalahan tersebut. B.Pengertian Teologi (Ilmu Kalam) Sebelum kita memasuki pembahasan lebih jauh mengenai keislaman dalam lintasan teologi, alangkah baiknya kita mengenal apa teologi itu sendiri. dengan perubahan, baik dari segi keilmuan, pemikiran, budaya, bertambah dan meningkatnya moral, keimanan, dan teknologi, bahkan bahasa sekalipun terus mengalami perubahan yang tentu hal itu

Teologi biasa disebut juga dengan ilmu kalam, ilmu tauhid, ilmu ushuluddin, bahkan imam Abu Hanifah menyebutnya dengan fiqh al-akbar 1. Berkaitan dengan hal itu, teologi yang dalam bahasa inggris berarti theology, dengan mengutip William L. Reese mengatakan Theology to be descipline resting on revealed truth and independent of both philosophy and science , yang jika diartikan secara bebas berarti teologi adalah bagian dari disiplin ilmu yang membicarakan tentang kebenaran petunjuk wahyu serta kebebasan filsafat dan ilmu pengetahuan.2 Kemudian selain dari pada itu Ibnu Khaldun mendefinisikan ilmu kalam sebagai berikut:


Artinya: Ilmu kalam itu adalah disiplin ilmu yang mengandung arti berbagai argumentasi tentang akidah keimanan yang dipekuat dengan dalil-dalil rasional. 3 Adapun menurut Harun Nasution, ilmu kalam itu merupakan ilmu tentang pemikiran dasar islam yang membahas tuhan dan hubungan manusia dengan tuhan,perbuatan manusia, perbuatan dan sifat tuhan, yang membahas soal akidah.4 Dari beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwasanya ilmu kalam adalah ilmu yang cakupannya membahas tentang ketuhanan dengan menggunakan argumentasi logika berdasarkan doktrin keislaman itu sendiri. C. Sumber-sumber ilmu kalam dalam islam Adapun sumber-sumber ilmu kalam itu diantaranya: 1. Al-Quran Sebagai sumber ilmu kalam, Al-Quran banyak mengungkapkan hal-hal yang berkenaan dengan masalah ketuhanan yang isinya menyangkut zat, sifat, asma, perbuatan, tuntunan, dan hal-hal lain yang yang berkaitan dengan eksistensi ketuhanan, namun penjelasan secara rincinya tidaklah ditemukan sehingga butuh para ahli untuk menginterpretasikan akan rincian ayat-ayat Al-Quran tersebut.

1 2

Abdul Rozak, Rosihan anwar, Ilmu Kalam, Pustaka Setia, Bandung,2003, hlm 13. William L. Reese, Dictionary of Phylosophy and Religion, tejemah. Humanities Press Ltd, 1980, hlm.28. 3 Rozak, Anwar, op. cit., hlm 14-15. 4 Lihat Harun Nasution, Islam Rasional, UI press, Jakarta, 1998, hlm. 368.

Diantara ayat-ayat Al-Quran yang menyinggung dengan masalah ketuhanan diantaranya pada Q.S Al-Ikhlas ayat 1- 4. Ayat ini menjelaskan tentang Allah itu Maha Esa, tempat bergantungnya sesuatu kepadaNya, tidak beranak juga diperanakkan, dan tidak ada sesuatupun di dunia ini yang sekutu denganNya. Tentang asbabunnuzul turunnya ayat tersebut dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa kaum musyrikin meminta penjelasan tentang sifat-sifat Allah kepada Rasulullah saw. dengan berkata: "Jelaskan kepada kami sifat-sifat Tuhanmu? ". Ayat ini turun berkenaan dengan peristiwa itu sebagai tuntunan untuk menjawab permintaan kaum musyrikin.5
2. Al-Hadits

Hadits yang merupakan segala perbuatan, perkataan,juga penetapan Nabi Muhammad SAW dalam masa kehidupan beliau adalah bagian daripada sumber hukum ilmu kalam. Diantaranya hadits Nabi yang menerangkan tentang iman, islam, dan ihsan. 6 Ketika itu Nabi ditanya oleh Malaikat Jibril yang menyamar menjadi sahabat, kemudian bertanya tentang apa yang dimaksud dengan iman?, apa yang dimaksud dengan islam?, dan apa yang dimaksud dengan ihsan?. Nabi menjawab bahwasanya iman adalah percaya kepada Allah, para Malaikat, kitab-kitab Allah yang diturunkan melalui utusanNya, hari akhir berupa pertemuan denganNya, para RosulNya, dan hari kebangkitan. Kemudian Nabi menuturkan kembali bahwa islam adalah pengabdian diri kepada Allah dengan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu apapun, mendirikan shalat yang difardukan, mengeluarkan zakat, serta berpuasa di bulan Ramadhan. Dilanjutkan Nabi menuturkan bahwasanya ihsan itu adalah beribadah kepada Allah seakan dia melihat Allah, jika tidak ketahuilah bahwasanya Allah melihat dan memperhatikannya. Itulah sebagian dari hadits yang menjelaskan tentang ketuhanan, dan masih banyak hadits lain yang membahas hal tersebut seperti tantang perpecahan umat islam, sifat-sifat Allah, dan perihal lainnya.
3. Pemikiran dan gagasan manusia7

K.H.Q. Shaleh, H.A.A. Dahlan, Prof Dr. H.M.D. Dahlan, Asbabun nuzul - Latar belakang historis turunnya ayat-ayat Al Quran, 2004, Info@alqurandigital.com. Al-Quran digital. 6 Al-Arbain An-Nawawi, Daar Al-Ihya Al-Arobiyyah. 7 Muhsin Abdul Hamid, Tajdid Al-Fikr Al-Islami, Daar Ash-Shahwah li An-Nasyr, Mesir, hlm. 24-26.

Mangenai rasio atau pemikiran manusia ini dapat berupa pemikiran dari umat islam maupun dari pemikiran non islam. Sebelum masuknya filsafat yunani dan lainnya berkembang di dunia islam, umat islam sendiri sudah mampu menganalogikan pemikiran rasionalnya untuk menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan ayat-ayat Al-Quran terutama yang belum jelas maknanya (mutasyabihat). Keharusan untuk menggunakan rasio ini mendapat pijakan dari beberapa ayat Al-Quran, yang diantara semuanya itu terdapat kata-kata tafakkur, tadabbur, tadzakkar, ulul ilmi, ulul abshar, ulin nuha , dan masih banyak lagi yang menyangkut anjuran dan motivasi dalam menggunakan rasionya. 8
4. Naluri atau insting9

Secara naluriah manusia selalu ingin bertuhan. Oleh karenanya kepercayaan tehadap adanya tuhan telah berkembang sejak awal mula manusia di muka bumi ini yaitu Nabi Adam as. Lain halnya seperti keberadaan mitos berupa pemujaan tehadap benda-benda mati ( dinamisme), nenek moyang ( animisme), bendabenda alam (totemisme), dan bentuk pemujaan lain yang semakin lama berkembang lagi menjadi kepercayaan adanya keabadian dan balasan bagi yang melakukan perbuatan baik. D.Dasar-dasar Teologi Adapun dasar-dasar teologi meliputi tentang : 1. Khalik Adalah yang Maha menciptakan yaitu Allah SWT. Allah adalah tuhan semesta alam, prinsip awal dari segala yang ada ( maujudat) sedangkan yang selainnya mungkin adanya. Dialah Allah yang bersifat immateri dan Maha Suci. Namun tidaklah baik bahwa manusia membahas tentang ketuhanan itu melalui dzatNya secara mendalam, karena hakikatnya tidaklah mungkin hal itu dapat dilakukan. Sebagaimana yang difirmankan oleh Allah yang artinya bahwa
8

Berkat ayat-ayat tersebut umat islam termotivasi untuk melakukan kajian sehinggga pada masa pertengahan, umat islam mencapai masa keemasan. Bahkan, bangsa Eropa pada masa itu adalah murid-murid yang setia pada umat islam. Namun, mereka tidak mengetahui akan terima kasih kepada umat islam, sehingga mereka menyangkal atas teori-teori keilmuan itu milik merka sendiri. Lihat Omar Amir Hosein, Kultur Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1981, hlm. 57. 9 Lihat Abbas Mahmoud Al-Akkad, Ketuhanan Sepanjang Ajaran Agama-agama dan Pemikiran Manusia. Terj. A. Hanafi, Bulan Bintang, Jakarta, 1973, hlm. 32.

janganlah manusia memikirkan, tafakkur akan hal dzat Allah, melainkan pikirkan dan tafakkurkanlah akan hal ciptaan Allah. 2. Makhluk Adalah segala hal yang diciptakan oleh Allah SWT yang mungkin keberadaannya yang diciptakan oleh Allah hanya untuk mengabdi kepadaNya. Manusia sebagai makhluk yang paling disoroti dalam hal ini memiliki konsep tentang ketuhanan betapapun canggihnya harus di pandang relatif, dan bisa berkembang atau dikembangkan sesuai dengan perkembangan manusia secara positif. Sebagai makhluk fisik, manusia adalah makhluk paling maju dan sempurna secara biologis yang merupakan puncak evolusi alam. Dengan memiliki jiwa rasional yang memungkinkannya mampu mengambil premis rasional dan membimbing daya-daya dari jiwa yang lebih rendah. Karenanya manusia di karuniai roh oleh tuhan yang menyebabkan manusia punya dua dimensi yang membentuk sebuah entitas yang disebut diri ( al-nafs), kedua unsur itu berupa unsur jasmani dan rohani.10 E. Sejarah munculnya persoalan kalam dalam islam Sejarah dalam perkembangan pemikiran islam menemukan bahwa kemunculan persoalan mengenai kalam bermuara pada persoalan politik dalam islam. Memanglah aneh mengapa hal itu bisa terjadi dalam islam yang notabenya merupakan agama yang menyempurnakan ajaran-ajaran agama sebelumnya. Namun memanglah itu kenyataan yang ada dalam sejarah masa lampau. Sebagaiman diketahui, ketika Nabi membawa risalahnya pindah dari Mekkah ke Madinah sekitar tahun 622 M, saat itu Nabi tidak hanya sebagai pemimpin agama, melainkan sekaligus sebagai pemimpin pemerintahan dengan mendirikan kekuasaan politik yang dipatuhi di kota Madinah, padahal sebelumnya di Madinah belum pernah ada kekuasaan politik. Karena kenyataan yang nyata Nabi sebagai pemimpin pemerintahan, maka perhatian umat ketika beliau wafat terpusat pada masalah pengganti beliau dalam memimpin pemerintahan. Hal itu dibuktikan dengan proses pemakaman Nabi yang baru terlaksana setalah proses persoalan politik ini selesai, pengganti kepala
10

Lihat Harun Nasution, Teologi Islam Rasional, 2002, hlm 105.

pemerintahan rampung dimusyawarahkan. Dari sinilah awal timbulnya persoalan khilafah, pengganti Nabi sebagai kepala pemerintahan yang dalam masa perkembangannya dari masa ke masa melahirkan berbagai macam pandangan dikalangan tokoh politik di dunia islam. Pada masa khalifah Abu Bakar dan Umar bin Khattab roda pemerintahan dalam islam dapat dikatakan cukup tenang, teutama paruh kedua dari 12 tahun masa pemerintahannya. Pada masa kekhalifahan Usman bin Affan berbeda dengan dua khalifah pendahulunya. Namun sayangnya, keluarga Usman dari golongan Bani Umayah terus merongrong sehingga Usman sendiri ternyata lemah dalam menghadapi rongrongan yang penuh dengan ambisi tersebut, dengan keadaan terpaksa ia memberikan fasilitas dan kedudukan itu kepada mereka, diantaranya mengangkat mereka sebagai gubernur-gubernur di daerah yang sudah dikuasai oleh umat islam. Akibat atas tindakan yang telah dilakukan Usman, ternyata muncullah pihak yang memprotes dan menolak atas hal itu, sehingga berbuntut pada terbunuhnya khalifah Usman bin Affan. Sepeninggal Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib terpilih dan dibaiat sebagai khalifah keempat. Namun situasi politik yang dihadapinya terlanjur sudah terganggu bahkan lebh buruk dari kondisi sebelumnya. Naiknya kepemimpinan Ali ternyata tidak disetujui oleh berbagai pihak, yaitu pelawanan dari pihak Thalhah dan Zubair yang mendapat dukungan dari Aisyah dan ditambah lagi dari pihak Muawiyah sebagai Gubenur Damaskus, dengan didukung keluarga dekat Usman bin Affan. Ketegangan antara Ali dengan Thalhah, Zubair dan Aisyah semakin menjadi dengan adanya perang jamal pada tahun 656 M di Irak, pertempuran itu dimenangkan oleh pihak Ali. Disusul dengan ketegangan antara Ali dan Muawiyah yang dibantu pihak keluarga Usman kemudian mengkristal menjadi perang shiffin pada tahun 658 M, yang berakhir dengan keputusan tahkim (arbitrase). Sikap Ali dalam menerima tahkim yang saat itu mengutus Abu Musa al-Asyari, sungguhpun dalam keadaan terpaksa dan tidak menyetujuinya, ternyata tipu muslihat belaka yang dilakukan Amr bin Ash utusan Muawiyah dalam tahkim. Akhirnya saat itu Ali turun dalam kekhalifahan digantikan oleh Muawiyah bin Abi Sufyan11.
11

Tarikh At-Tabari, Kairo, terjemah, Daar al-Maarif, 1963, jilid V, hlm 7.

Akibat dari kejadian itu ternyata ada segolongan yang tidak setuju atas tindakan Ali, mereka berpendapat bahwasanya persoalan yang terjadi saat itu tidak dapat diputuskan melalui tahkim, tetapi putusan itu hanya datang dari Allah dengan mengembalikan sepenuhnya kepada hukum-hukum Allah yang ada dalam Al-Quran ( ) , itulah semboyan yang digemborkan oleh mereka. Mereka memandang atas apa yang dilakukan oleh Ali adalah perbuatan yang salah sehingga mereka meninggalkan barisannya dan mengatasnamakan khawarij, yaitu orang-orang yang keluar dan memisahkan diri. Dilain pihak ternyata terdapat sebagian golongan lain yang tetap mendukung Ali yang kemudian kelak berkembang menjadi kelompok syiah. Kelompok khawarij memandang bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam peristiwa tahkim yaitu Ali, Muawiyah, Abu Musa al- Asyari, Amr bin Ash, dan pasukan-pasukan lainnya telah melakukan dosa besar dan dianggap kafir berdasarkan atas firman Allah:
12

Inilah awal sejarah munculnya persoalan kalam dalam diskusi umat islam, pernyataan kaum khawarij yang semula lahir ditengah perkembangan politik, mulai membicarakan soal kalam. Setelah itu berkembanglah berbagai aliran .teologi dalam islam F. Kelahiran berbagai aliran ilmu kalam dalam islam Pembicaraan politik yang tenyata menjalar dan terus berkembang menjadi persoalan kalam, ternyata menimbulkan beberapa aliran kalam dalam islam, diantaranya: 1. Aliran Khawarij Istilah khawarij berasal dari kata kharaja yang berarti keluar. Ada yang berpendapat pemberian nama itu didasarkan atas surat An-Nisa ayat 100 yang didalamnya disebutkan, Keluar dari rumah lari kepada Allah dan RosulNya. Sedangkan dalam konsep ilmu kalam, penamaan tersebut disandangkan kepada mereka maksudnya adalah kelompok pengikut Ali bin Abi Thalib yang keluar dari barisan perang karena ketidaksepakatan terhadap keputusan Ali yang
12

Q.S Al-Maidah ayat 44, Barang siapa yang tidak menentukan hukum dengan apa yang telah ditentukan Allah adalah kafir.

menerima tahkim dalam perang shiffin dengan kelompok Muawiyah bin Abi Sufyan tentang persengketaan khalifah.13 Pernyataan mereka menegaskan bahwa orang yang berdosa besar itu adalah kafir, dalam arti telah keluar dari islam, atau murtad, serta wajib untuk dibunuh. Ajaran-ajaran pokoknya: Memalingkan ayat-ayat Al-Quran yang mutasyabihat, khalifah harus dipilih secara bebas oleh seluruh umat islam, tanpa harus dari keturunan orang arab, yang dipilih secara permanen selama bersikap adil dan menjalankan syariat islam dengan baik, dan harus dijatuhkan apabila malakukan perbuatan zalim,14 khalifah Ali dan Usman adalah tidak sah dan dianggap kafir, sebagaimana pula mereka yang ikut dalam perang jamal dan perang shiffin, 15 seseorang yang berdosa besar tidak disebut muslim kembali, melainkan telah kafir dan harus dibunuh, amar maruf dan nahi munkar, serta manusia bebas memutuskan perbuatannya bukan dari tuhan.16 2. Aliran Syiah Dilihat dari segi bahasa syiah berati pengikut, pendukung setia. Sedangkan secara terminologi ilmu kalam sendiri, syiah itu sebagian dari kelompok muslim yang perujukan bidang spiritual dan keagamaannya pada Nabi Muhammad SAW dan keturunannya (ahl al-bait), serta menolak petunjuk-petunjuk keagamaan lain yang bersumber dari para sahabat, pengikutnya yang bukan ahl al-bait.17 Asal-usul kemunculan untuk pertama kalinya muncul berkaitan dengan pengganti Nabi setelah wafat, mereka menolak kekhalifahan Abu Bakar, Umar, dan Usman. Mereka beranggapan bahwa yang berhak menggantikan kekhalifahan saat itu adalah Ali. Ajaran-ajaran pokoknya:
13

At-tauhid (kepercayaan pada keesaan Allah),

Lihat Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, UI press, 2002, hlm 13. 14 Rozak, Anwar, op. cit., hlm 51. 15 Nurcholis madjid, Khazanah Intelektual Islam, cet. II, jakarta 1995, hlm 12. 16 Ibid. 17 Rozak, Anwar, op. cit., hlm 89.

an-nubuwwah (kepercayaan pada kenabian), al-maad (kepercayaan adanya hidup di akhirat), al-imamah (kepercayaan adanya imamah atau pemimpin yang merupakan hak ahl al-bait),18 al-adl (keadilan ilahi). 3. Aliran Murjiah Istilah murjiah berasal dari kata arjaa yang beratikan menunda,

mengharapkan. Maksud dari pada hal tersebut bahwasanya kelahiran aliran ini merupakan mereka yang tidak ikut campur tangan dalam pelbagai polemik saat itu, tentang siapa yang benar, dan siapa yang salah. Gerakan ini dimotori oleh cucu Ali bin Abi Thalib dari pernikahan kedua setalah Fatimah wafat yaitu Hasan bin Muhammad Al-Hanafiyah. Mereka menggunakan pegangan dalil dari Al-Quran surat At-Taubah 106 yang artinya Dan ada orang-orang lain yang ditangguhkan sampai adanya keputusan Allah, adakalanya Allah akan mengazab mereka dan adakalanya Allah akan menerima taubat mereka. Ajaran-ajaran pokoknya: Dasar keselamatan hanya berdasar pada iman semata, mengakui amal perbuatan manusia, penilaian tehadap seseorang itu cukup dilihat dari hatinya saja, dan menyerahkan sepenuhnya kepada Allah, orang mukmin yang melakukan dosa besar masih tetap mukmin dan bukan kafir, hal itu terserah kepada Allah untuk mengampuni atau menghukumnya. 19 4. Aliran Qadariyah Kata qadariyah berasal dari akar kata qadara yang berarti mampu atau kuat. Sedang menurut pengertian terminologi adalah suatu kaum yang tidak mengakui adanya qadar bagi tuhan, bahwasanya tiap-tiap menusia itu pencipta bagi segala perbuatannya, dengan dapat berbuat sesuatu atau meninggalkann kehendaknya sendiri.

18

Ajaran inilah yang membedakan antara syiah dan sunni, (Lihat Harun Nasution , Ensiklopedi Islam Indonesia, Djambatan, Jakarta, 1998, hlm 904. 19 Nasution, Teologi Islam, op. cit., hlm 22-23.

Aliran ini dibawa oleh Mabad al-Jauhani dan temannya Ghailan al-Dimasyqi, karena terpengaruh dari agama Nasrani dengan faham free will-nya dan reaksi atas paham jabariyah yang pada saat itu dianut oleh pemerintahan. Ajaran-ajaran pokoknya: Keyakinan atas kekuasaan manusia itu tanpa adanya campur tangan Allah, dengan artian manusia bebas berkehendak atas segala sesuatu, 20 takdir yang ditentukan oleh Allah bagi alam semesta dan seluruh isinya itu ada sejak zaman azali, yaitu sunnatullah.21 5. Aliran Jabariyah Aliran ini dalam istilah asing dikenal dengan fatalisme atau predestination dan dalam bahasa arab itu berasal dari kata jabara yang berarti memaksa. Sedangkan dalam pengertiannya adalah paham yang menyandarkan segala perbuatan manusia itu kepada tuhan, dengan artian manusia itu tidak kuasa atas sesuatu dengan tidak diberikannya sifat mampu ( istithoah). Benih atas pemahaman ini sebenarnya telah ada jauh hari pada masa Nabi Muhammad dan masa sahabat (Khulafa al-Rasyidin), kemudian berkembang dan mencuat pada masa Bani Umayah dan terbukti menjadi bagian dari sebuah madzhab. Diantara para pemuka yang membawa paham ini diantaranya, Jaad bin Dirham ( Maulana bin Hakim), Jahm bin Shafwan (Abu Mahrus Jahm bin Shafwan), An-Najjar ( Husain An-Najjar), dan Ad-Dhirar (Dhirar bin Amr). Ajaran-ajarannya: Kalam tuhan (Al-Quran) adalah makhluk, surga dan neraka itu tidak kekal, Allah tidak memiliki sifat yang sama dengan makhluk, tuhan menciptakan segala perbuatan manusia, sehingga manusia tidak berkuasa penuh, hanya dapat mengambil peranan dalam melakukan sesuatu, tuhan tidak dapat dilihat di akhirat. Adapun diantaranya:
20

pegangan

mereka

dalam

mengambil

pemahaman

tersebut

Berpijak pada ayat Al-Quran yang mendukung ajaran tersebut, diantaranya Q. S ArRadu ayat 11, artinya: Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri .
21

Yunan Yusuf, Alam pikiran Islam, Jakarta, 1999.

22

berupa itazala yang berartikan

6. Aliran Mutazilah Mutazilah mempunyai kata dasar memisahkan diri. Mengapa demikian?, hal itu dikarenakan awal terbentuknya kelompok ini adalah berpisahnya segolongan yaitu Washil bin Atho dengan rekanrekannya dari kelompok majlis ilmu Hasan al-Bashri, karena adanya perbedaan pendapat yang tidak sesuai dengan apa yang diajarkan oleh gurunya. Kemudian Washil memisahkan diri dan membentuk kelompok baru yang kemudian bernama mutazilah. Dapat dikatakan pula bahwasanya konsep yang diterapkan dalam kelompok ini merupakan pembaharuan dari konsep ajaran Qadariyah. Ajaran yang mula-mula menyebabkan lahirnya madzhab
23

ini

yakni

penegasannya bahwa orang yang melakukan dosa besar itu bukan sebagai kafir, tetapi bukan pula sebagai orang mukmin. Mereka mengambil posisi diantara mukmin dan kafir. Ajaran-ajaran mutazilah, yang biasa juga disebut dengan Al-Usul alKhamsah, diantaranya: At-tauhid (mengesakan allah), al-adl (keadilan), al-amru bil maruf wa al-nahyu an al-munkar (menganjurkan berbuat baik dan mencegah kemunkaran), al-wadu wal-waid (janji dan ancaman), bahwa perbuatan manusia diwujudkan oleh manusia sendiri dan akan mendapat hasil sebagaimana atas apa yang dilakukannya dan yang telah dijanjikan oleh tuhan, al-manzilah bainal manzilatain ( tempat diantara dua tempat). 7. Aliran Ahlus Sunnah wal Jamaah Aliran ini pada awalnya muncul atas keberanian dan usaha Abu Hasan aiasyari (875 M 935 M) juga Abu Manshur al-Maturidi (852 M 944 M) atas perlawanan dari aliran Mutazilah. Ajaran-ajarannya:

22

Artinya, Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila Allah menghendaki. Q.S Al-Insan 30. 23 Ghufron insan, Sejarah Pemikiran Dalam Islam, (Qadariyah, pemuka dan ajarannya), Pustaka Antara, Jakarta, 1996, hlm 29.

Keberlakuannya wahyu dalam hubungannya perbuatan baik dan buruk dengan tidak selalu berdasarkan akal, perbuatan manusia itu diciptakan oleh tuhan, manusia bertanggung jawab atas perbuatannya yang bersifat pasif dalam dalam kenyataannya, Allah mempunyai sifat-sifat yang azali dan qadim yang mana sifat-sifat tersebut tidak disamakan dengan sifat yang ada pada manusia, karena sifat itu bukan dari pada zatNya,24

Al-Quran itu qadim, kepercayaan terhadap Allah dapat dilihat di akhirat kelak, keadilan tuhan itu bersifat mutlak, orang mukmin yang melakukan dosa besar itu tetap merupakan mukmin. Aliran yang dibawa oleh Asyari dan Maturidi ini sebenarnya mengambil jalan

tengah atas berbagai macam aliran yang ada. Sehingga aliran ini masih ada sampai zaman sekarang. G. Kesimpulan Teologi sebagai bagian dari khazanah islam yang membahas tentang ketuhanan dengan menggunakan argumentasi logika berdasarkan doktrin keislaman banyak sekali melahirkan pengaruh dalam perkembangan islam. Adanya berbagai aliran yang berbeda, tidak lain hanyalah perbedaan yang ditimbulkan atas interpretasi dalam pembahasan ayat-ayat Al-Quran dan hadits. Walaupun demikian, kesemuanya itu tetap berpegang kepada dasar-dasar yang dimiliki, seperti halnya yang telah disebutkan yaitu Al-Quran, Al-Hadits, pemikiran manusia, dan insting yang didapat oleh mereka. Oleh karenanya, perbedaan dalam masalah teologi kita tanggapi dengan baik dengan menelaah lebih dalam terlebih dahulu, seperti halnya perbedaan dalam hukum islam atau fiqih. Karena hakikat pebedaan aliran tersebut tidak keluar dari tatanan islam, sebagaimana pula yang telah disabdakan oleh nabi bahwa perbedaan itu adalah rahmat.

24

Noorwhidah Haisyi, Sejarah Pemikiran Dalam Islam, (Asyariyah dan pemikirannya), op. cit., hlm 92.

Namun, memanglah rahmat yang besar bagi kita selaku generasi penerus umat islam dalam menjumpai dan memihak kepada aliran yang sesuai dengan jiwa dan pembawaannya yang baik dan benar.

You might also like