Professional Documents
Culture Documents
TUGAS ESSAY ANALISIS FARMASI METODE ANALISIS VITAMIN C DENGAN TITRASI 2,6-DIKLOROFENOL INDOFENOL
Vitamin C atau asam askorbat mempunyai berat molekul 176,13 dengan rumus molekul C6H8O6. Vitamin C dalam bentuk murni merupakan kristal putih, tidak berwarna, tidak berbau dan mencair pada suhu 190-192C. Senyawa ini bersifat reduktor kuat dan mempunyai rasa asam. Vitamin C tidak stabil dalam bentuk larutan, terutama jika terdapat udara, logam-logam seperti Cu,Fe, dan cahaya. Vitamin C sangat mudah larut dalam air (1 gram dapat larut sempurna dalam 3 ml air), sedikit larut dalam alkohol (1 gram larut dalam 50 ml alkohol absolut atau 100 ml gliserin) dan tidak larut dalam benzena, eter, kloroform, minyak dan sejenisnya. Rumus bangun vitamin C dapat dilihat pada Gambar di bawah ini (Ditjen POM, 1995):
Metode resmi yang digunakan dalam analisis vitamin C pada produk pangan adalah metode titrasi dengan larutan 2,6-diklorofenol (AOAC Method 967.21). Larutan 2,6-diklorofenol indofenol dalam suasana netral atau basa akan berwarna biru sedangkan dalam suasana asam akan berwarna merah muda. Apabila 2,6-diklorofenol indofenol direduksi oleh asam askorbat maka akan menjadi tidak berwarna, dan bila semua asam askorbat sudah mereduksi 2,6-diklorofenol indofenol maka kelebihan larutan 2,6-diklorofenol indofenol sedikit saja sudah akan terlihat terjadinya warna merah muda (Sudarmadji, 1989).
Titrasi dan ekstraksi vitamin C harus dilakukan dengan cepat karena banyak faktor yang menyebabkan oksidasi vitamin C misalnya pada saat penyiapan sampel atau penggilingan. Oksidasi ini dapat dicegah dengan menggunakan asam metafosfat, asam asetat, asam trikloroasetat, dan asam oksalat sebagai pengekstraksi. Titrasi harus selesai dalam waktu 2 menit. Suasana larutan yang asam akan memberikan hasil yang lebih akurat dibandingkan dalam suasana netral atau basa. Penggunaan asam-asam di atas juga berguna untuk mengurangi oksidasi vitamin C oleh enzim-enzim oksidasi yang terdapat dalam jaringan tanaman. Selain itu, larutan asam metafosfat-asetat juga berguna untuk pangan yang mengandung protein karena asam metafosfat dapat memisahkan vitamin C yang terikat dengan protein (Garrat, 1964; Higuchi dan Hansen, 1961; Counsell, 1996). Metode ini pada saat sekarang merupakan cara yang paling banyak digunakan untuk menentukan kadar vitamin C dalam bahan pangan. Metode ini lebih baik dibandingkan metode iodimetri karena zat pereduksi lain tidak mengganggu penetapan kadar vitamin C. Reaksinya berjalan kuantitatif dan praktis spesifik untuk larutan asam askorbat pada pH 1-3,5. Larutan standar harus distandarisasi setiap hari. Untuk perhitungan maka perlu dilakukan standarisasi larutan 2,6-diklorofenol indofenol dengan vitamin C standar (Andarwulan dan Koswara, 1989; Ranganna, 2000; Sudarmadji, 1989). Prinsip Percobaan Kadar vitamin C ditetapkan berdasarkan titrasi dengan 2,6-diklorofenol indofenol dimana terjadi reaksi reduksi 2,6- diklorofenol indofenol dengan adanya vitamin C dalam larutan asam. Sebagai reduktor, asam askorbat akan mendonorkan satu elektron membentuk semidehidroaskorbat yang tidak bersifat reaktif dan selanjutnya mengalami reaksi disproporsionasi membentuk dehidroaskorbat yang bersifat tidak stabil. Dehidroaskorbat akan terdegradasi membentuk asam oksalat dan asam treonat (Hashmi 1986). Asam askorbat akan mereduksi indikator dye (2,6-diklorofenol indofenol) dalam suatu larutan yang tidak berwarna. Titik akhir titrasi asam askorbat yang terkandung dalam sampel yang telah ditambahkan dye ditandai dengan adanya
kelebilhan dye yang tidak tereduksi dan akan merubah warna larutan menjadi warna merah muda dalam kondisi asam (Nielsen 2010). Larutan 2,6-Diklorofenol Indofenol berfungsi sebagai dye atau indikator yang memberi perubahan warna selama titrasi. Larutan 2,6-diklorofenol indofenol dalam suasana netral atau basa akan berwarna biru sedang dalam suasana asam akan berwarna merah muda. Apabila 2,6-diklorofenol indofenol direduksi oleh asam askorbat maka akan menjadi tidak berwarna, dan bila semua asam askorbat sudah mereduksi 2,6-diklorofenol indofenol maka kelebihan larutan 2,6-diklorofenol indofenol sedikit saja sudah akan terlihat dengan terjadinya pewarnaan (Sudarmadji 1989). Asam oksalat berperan sebagai pengekstraksi dan membuat larutan sampel dalam kondisi asam sehingga reaksi antara larutan sampel vitamin C dengan larutan diklorofenol Indofenol dapat berlangsung optimal (Hashmi 1986; Garrat, 1964; Higuchi dan Hansen, 1961; Counsell, 1996). Perhitungan kesetaraan pentiter 2,6-Diklorofenol Indofenol dapat ditentukan dengan larutan standar asam askorbat sehingga untuk perhitungan perlu dilakukan standarisasi larutan dengan vitamin C standar. Sampel makanan dalam larutan kemudian dapat dititrasi dengan indikator dye dan volume dari titrasi digunakan untuk menghitung kandungan asam askorbat (Nielsen 2010) Reaksi yang terjadi antara 2,6-diklorofenol indofenol dan vitamin C dapat dilihat pada gambar di bawah ini (Hashmi, 1986):
Dye = zat warna Bahan yang digunakan untuk titrasi dengan metode ini adalah: 1. Larutan Pengekstraksi Larutan asam metafosfat-asam asetat dibuat dengan melarutkan 15 g asam metafosfat dalam 40 mL asam asetat dan 200 mL aquades dengan penggojogan lalu diencerkan sampai 500 mL. 2. Larutan Baku Asam Askorbat Dibuat dengan menimbang seksama 50 mg asam askorbat baku yang telah disimpan dalam desikator dan dihindarkan dari pengaruh cahaya lalu memindahkannya ke labu takar 50mL, melarutkannya dan mengencerkannya sampai batas tanda dengan larutan asam metafosfat-asam asetat. 3. Larutan Baku Diklorofenol-indofenol (DCIP) Dibuat dengan melarutkan 50 mg garam Na 2,6-diklorofenolindofenol (DCIP) yang telah disimpan dalam desikator dalam 50 mL air yang telah ditambah 42 mg natrium bikarbonat, lalu digojog kuat. 4. Indikator pH timol biru 0,04% Dibuat dengan menggunakan 100 mg biru timol dengan 10,75 mL NaOH 0,02 N disertai penghangatan.