You are on page 1of 4

umat, 31 Mei 2013

Penundaan kehamilan pada usia dibawah 20 tahun ini dianjurkan dengan menggunakan alat kontrasepsi sebagai berikut:
a. Prioritas kontrasepsi adalah oral pil, oleh karena peserta masih muda dan sehat b. Kondom kurang menguntungkan, karena pasangan sering bersenggama (frekuensi tinggi) sehingga akan mempunyai kegagalan tinggi. c. AKDR/Spiral/IUD bagi yang belum mempunyai anak merupakan pilihan kedua. AKDR/Spiral/IUD yangdigunakan harus dengan ukuran terkecil. ________________________________________________________________________ Masa Menjarangkan kehamilan : __________________________________________ Masa menjarangkan kehamilan terjadi pada periode PUS berada pada umur 20-35 tahun. Secara empirik diketahui bahwa PUS sebaiknya melahirkan pada periode umur 20-35 tahun, sehingga resiko- resiko medik yang diuraikan diatas tidak terjadi. Dalam periode 15 tahun (usia 20-35 tahun) dianjurkan untuk memiliki 2 anak. Sehingga jarak ideal antara dua kelahiran bagi PUS kelompok ini adalah sekitar 7-8 tahun. Patokannya adalah jangan terjadi dua balita dalam periode 5 tahun. Untuk menjarangkan kehamilan dianjurkan menggunakan alat kontrasepsi. Pemakaian alat kontrasepsi pada tahap ini dilaksanakan untuk menjarangkan kelahiran agar ibu Dapat menyusui anaknya dengan cukup banyak dan lama. Semua kontrasepsi, yang dikenal sampai sekarang dalam program Keluarga Berencana Nasional, pada dasarnya cocok untuk menjarangkan kelahiran. Akan tetapi dianjurkan setelah kelahiran anak pertama langsung menggunakan alat kontrasepsi spiral (IUD). ___________________________________________________________________ Masa Mencegah Kehamilan : ________________________________________________ Masa pencegahan kehamilan berada pada periode PUS berumur 35 tahun keatas. Sebab secara empirik diketahui melahirkan anak diatas usia 35 tahun banyak mengalami resiko medik. Pencegahan kehamilan adalah proses yang dilakukan dengan menggunakan alat kontrasepsi. Kontrasepsi yang akan dipakai diharapkan berlangsung sampai umur reproduksi dari PUS yang bersangkutan yaitu sekitar 20 tahun dimana PUS sudah berumur 50 tahun. Alat kontrasepsi yang dianjurkan bagi PUS usia diatas 35 tahun adalah sebagai berikut: a. Pilihan utama penggunaan kontrasepsi pada masa ini adalah kontrasepsi mantap (MOW, MOP). b. Pilihan ke dua kontrasepsi adalah IUD/AKDR/Spiral c. Pil kurang dianjurkan karena pada usia ibu yang relatif tua mempunyai kemungkinan timbulnya akibatsampingan.

Ilustrasi (dok:Istimewa) Sindonews.com - Dibanding alat kontrasepsi suntik, pil, dan kondom, metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dinilai lebih menguntungkan wanita. Namun sayangnya, keberadaannya kurang populer. Ada beberapa hal yang membuat metode kontrasepsi jangka panjang tak populer yakni, banyaknya orang yang kurang mendapat informasi terkini mengenai penggunaan yang tepat dan kurangnya sinergi antara tenaga medis, guna memasang alat kontrasepsi tersebut. "Memang metode kontrasepsi jangka panjang atau MKJP ini banyak kendala atau tantangan yang harus dihadapi agar keberadaannya sepopuler kontrasepsi hormonal," kata Deputi Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Dr Sudibyo Alimoeso, dalam rilisnya, Minggu (16/6/2013). Menurutnya, metode ini memerlukan ketrampilan khusus untuk bisa dipakai oleh peserta seperti implant dan IUD. Sedangkan dua metode lainnya yaitu Kontap Pria dan Kontap Wanita (sterilisasi) hanya dokter yang ahli yang boleh melakukan, sehingga tenaga menjadi terbatas. Lebih jauh, Sudibyo menjelaskan pemintaan terhadap metode MKJP ini juga terbatas, baik karena keengganan pemakaian (misal IUD harus dimasukkan ke rahim) atau pasangan implan ke dalam tubuh, dan lain sebagainya. "Karenanya, sosialisasi sangat penting, agar mitos-mitos atau ketakutan terhadap MKJP bisa

dihilangkan atau diminimalisir," jelasnya. Tak hanya itu, BKKBN juga telah membuat alat Bantu Pengambilan Keputusan (ABPK) untuk memberikan edukasi dan pemahaman yang cukup kepada masyarakat dan keluarga akan pentingnya menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang. Sebagai badan yang menaungi masalah keluarga berencana dan kependudukan, BKKBN tak segan-segan untuk melatih tenaga medis agar lebih trampil untuk memasang alat kontrasepsi jangka panjang, seperti IUD dan implan. "Tenaga bidan kita inventarisir dan yang belum terampil kemudian kita latih. Tahun 2011 BKKBN melatih sekitar 35.000 bidan," pungkasnya.

BKKBN Genjot Program KBdi 10 Provinsi

JAKARTA (Pos Kota)- Sepuluh propinsi penyangga akan mendapatkan foks perhatian lebih besar dalam program kependudukan dan keluarga berencana tahun 2014. Propinsi-propinsi tersebut memiliki penduduk lebih dari 7 juta jiwa. Hal itu dikemukakan Kepala BKKBN Fasli Jalal terkait rencana pemerintah menaikkan anggaran untuk revitalisasi program kependudukan dan KB senilai Rp 200 miliar pada 2014. Semula anggaran BKKBN hanya Rp 2,6 triliun dan rencananya akan dinaikkan menjadi Rp 2,8 triliun. Kita akan tingkatkan pelayanan program KB di propinsi-propinsi penyangga agar total kelahiran penduduk secara nasional bisa ditekan lebih rendah, papar Fasli pada temu pengelola kependudukan dan KB teladan tingkat nasional 2013, kemarin. Ke-10 propinsi tersebut adalah Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Kalimantan Barat dan NTT. Ditambah dengan 3 propinsi yang perlu mendapat perhatian khusus karena TFR-nya yang tinggi yakni DKI Jakarta, Papua dan Papua Barat. Adapun pelayanan program KB yang dimaksud antara lain penyediaan alat kontrasepsi gratis terutama untuk alat kontrasepsi jangka panjang dan meningkatkan akses masyarakat kepada layanan KB. Sebab penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang seperti IUD, vasektomi, tubektomi dan pemasangan implant masih sangat rendah. Masyarakat masih memilih menggunakan alat kontrasepsi jangka pendek seperti pil dan suntik yang memiliki risiko kegagalan lebih tinggi, tambah Fasli. Untuk meningkatkan penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang, BKKBN akan menggerakkan semua lini termasuk SKPD-SKPD yang ada di Pemda. Mereka diharapkan memberikan dukungan program KB dan kependudukan antara lain melalui pembinaan kader KB dibawah SKPD yang ada serta program sosialisasi KB disemua unit.

Targetnya penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang yang saat ini baru 15 persen bisa ditingkatkan minimal menjadi 17,5 persen pada akhir 2014. BKKBN sendiri sejauh ini dikatakan Fasli belum berencana menambah jumlah petugas lapangan KB (PLKB). Kita akan lebih memaksimalkan tugas PLKB yang sudah ada, pungkasnya. Data BKKBN, jumlah PLKB hingga awal 2013 tercatat 21.600 orang dimana 12 ribu diantaranya merupakan penyuluh KB berstatus PNS. Diluar PLKB, BKKBN akan meperkuat jalinan kerjasama dengan LSM, organisasi perempuan, organisasi masyarakat, TNI/Polri untuk menjadi penyuluh program KB dilapangan. ( inung/d)

Kontrasepsi Suntik & Pil Rawan Hamil Ketimbang Spiral


Angkasa Yudhistira - Okezone
MINGGU, 22 SEPTEMBER 2013 17:47 wib

BKKBN

RENDAHNYA penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang berupa spiral (IUD) dan implan atau susuk, membuat Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) terus mengkampanyekan pada masyarakat. Sebab, alat kontrasepsi IUD sangat efektif mengendalikan jumlah penduduk mengingat masa pakainya yang hingga 3-8 tahun, sementara kontrasepsi jangka pendek rentan lupa sehingga merepotkan. "Memang menggunakan alat kontrasepsi itu pilihan, tetapi untuk spiral dan implan itu yang paling efektif dibandingkan alat. Kontrasepsi yang harian atau bulanan, yang ternyata banyak lupanya. Kalau jangka panjang kan tidak harus repot," kata Plt Deputi Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan BKKBN, Wendy Hartanto, di Jakarta, Minggu (22/9/2013). Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, Wendy mencatat, setidaknya sebanyak 62 persen masyarakat sudah menggunakan alat kontrasepsi modern dan tradisional. Dengan rincian, 4 persen IUD, suntik 32 persen, susuk 3 persen, pil 14 persen. Namun, penggunaan IUD sendiri angkanya terus menurun. Pada 1991 mencapai 13 persen, lalu menurun 10 persen, menurun lagi hingga 4 persen. "Trennya banyak yang memilih suntik dan pil karena dianggap lebih praktis, padahal banyak yang drop," ungkapnya. Padahal, lanjut Wendy, pemakaian alat kontrasepsi jangka pendek akan berisiko gagal lebih besar ketimbang IUD yang berjangka panjang. Sebab, akseptor bisa saja lupa melakukan suntik KB yang dilakukan setiap bulan sekali. Dan angka kegagalan metode suntik pun cukup tinggi, mencapai 6 berbanding 100. Artinya 6 dari 100 penggunanya hamil setelah menggunakan suntik. Sementara untuk metode IUD, angka kegagalannya sangat rendah hanya 0,8 per 100. Selain itu alat kontrasepsi IUD juga bisa bertahan hingga 8 tahun. "Padahal pemasangan IUD dan implant bagi akseptor tidak mampu diberikan secara gratis. Setiap tahun BKKBN mengalokasikan dana sebanyak Rp500 miliar untuk alat kontrasepsi, tetapi yang banyak dipilih ya suntik dan pil," tuturnya.

Sementara itu, Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BKKBN, Julianto Witjaksono menambahkan, alat kontrasepsi implan satu batang sama efektif dengan IUD atau spiral. Proses pemasangannya pun lebih mudah. Ini adalah salah satu metode kontrasepsi efektif jangka panjang, implant efektif mencegah kehamilan selama 3 tahun. Tingkat kegagalan lebih sedikit dibanding IUD. Sementara alat KB berupa pil dan suntikan sifatnya jangka pendek dan kerap gagal, ung kap Julianto. Jika dipasang dengan benar, sambungnya, metode kontrasepsi ini memiliki efektivitas sampai 99 persen dengan tingkat kegagalan hanya 0,05 dari 100 wanita yang memakainya. "Ini semata-mata untuk kelangsungan hidup anak agar status kesehatannya tetap terjaga. Jangan sampai terjadi kemiskinan struktural lagi," tandasnya.(ren) (tty)

You might also like