You are on page 1of 83

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Asuhan kebidanan komprehensif adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan laboratorium sederhana dan konseling (Varney, 2006). Asuhan kebidanan komprehensif mencakup empat kegiatan pemeriksaan berkesinambungan diantaranya adalah asuhan kebidanan kehamilan (antenatal care), asuhan kebidanan persalinan (intranatal care), asuhan kebidanan masa nifas (postnatal care), dan asuhan bayi baru lahir (neonatal care) (Varney, 2006). A. Antenatal (Kehamilan) 1. Pengertian Kehamilan Masa kehamilan normal dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari atau 40 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu serta perubahan sosial di dalam keluarga. Ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal (Saifuddin, 2002). 2. Antenatal Care Antenatal care adalah kegiatan pengamatan dan pengawasan secara seksama sebelum persalinan terutama ditujukan pada

pertumbuhan dan perkembangan janin dan rahim, yang dilaksanakan

oleh tenaga kesehatan. Antenatal care adalah pengawasan intensif sebelum kelahiran (Mochtar, 2006) Antenatal Care adalah pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Prenatal care adalah pengawasan intensif sebelum kelahiran

(Mochtar, 2006). 3. Tujuan Antenatal Care a. Tujuan umum Menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama kehamilan, persalinan dan nifas, sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat (Saifuddin, 2002) b. Tujuan khusus 1) Mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang mungkin

dijumpai dalam kehamilan, persalinan dan nifas. 2) Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin diderita sedini mungkin 3) Menurunkan angka mortalitas dan morbiditas ibu dan anak 4) Memberikan nasihat-nasihat tentang cara hidup sehari-hari dan keluarga berencana, kehamilan, persalinan, nifas dan laktasi 5) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi. 6) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi. 7) Mengenali secara dini adanya ketidak normalan dan komplikasi yang mungkin terjadi.

10

8) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu dan bayinya dengan trauma seminimal mungkin. 9) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan memberikan ASI eksklusif. 10) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal (Saifuddin, 2002) 4. Jadwal Pemeriksaan Antenatal a. Pemeriksaan pertama kali yang ideal adalah sedini mungkin ketika haidnya terlambat satu bulan b. Periksa ulang 1x sebulan sampai kehamilan 7 bulan c. Periksa ulang 2x sebulan sampai kehamilan 9 bulan d. Periksa ulang setiap minggu sesudah kehamilan 9 bulan e. Periksa khusus bila ada keluhan-keluhan (Saifuddin, 2002) 5. Standar Minimal Pelayanan Antenatal 7T a. Timbang berat badan b. Ukur Tekanan darah c. Ukur Tinggi badan d. Pemberian imunisasi TetanusToksoid TT lengkap e. Pemberian Tablet zat besi, minimal 90 tablet selama hamil f. Tes terhadap penyakit menular seksual

g. Temu wicara dalam rangka rujukan (Saifuddin, 2002)

11

Manfaat dari masing-masing pemeriksaan tersebut adalah: a. Timbang Berat Badan Pemantauan berat badan sangat penting selama masa kehamilan. Kenaikan berat badan menunjukan kesehatan dan petumbuhan janin. Oleh karena itu sebaiknya berat badan selama hamil jangan terlalu melonjak maupun terlalu minim. Ibu yang berat badannya terlalu melonjak akan berakibat pada preeklamsi, diabetes mellitus, jantung dan lain-lain.. Ibu yang memiliki berat badan kurang maka selama masa kehamilan kenaikan berat badannya harus mencapai 12-16 kg, ibu yang memiliki berat badan seimbang atau normal, kenaikan berat badan selama hamil antara 9-12 kg, dan ibu yang memiliki berat badan berlebih, kenaikan berat badan selama kehamilan adalah 6-9 kg. b. Tekanan Darah Saat kondisi tubuh normal , tekanan darah diastole berkisar antara 60-80 mmHg dan sistol 90-120 mmHg. Akan tetapi saat hamil terjadi penurunan tekanan darah. Setalah usia kehamilan 20-32 minggu tekanan darah kembali normal. Peningkatan tekanan darah harus selalu dilihat selama masa kehamilan untuk menghindari hal-hal buruk seperti eklamsia, gagal ginjal, penyakit jantung koroner dan lain-lain. Standar pemeriksaan tekanan darah adalah 4x selama masa kehamilan, yakni 1x pada trimester pertama, 1x pada trimester kedua dan 2x pada trimester ketiga.

12

c. Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid Imunisasi ini diberikan untuk memberikan pelindungan untuk ibu dan janin terhadap penyakit tetanus. Biasanya diberikan secara berulang dengan selang waktu (interval), diberikan inial 2x pada ibu hamil. Tabel 2.1 Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid Antigen TT 1 TT 2 TT 3 TT 4 TT 5 Interval ANC 1 4 mgg TT1 6 bln TT 2 1 th TT 3 1 th TT 4 Perlindungan 0 3 th 5 th 10 th 25 th Perlindungan % 0 80% 95% 99% 99%

Paling lambat 2 minggu sebelum melahirkan (Sumber: Saifuddin, 2002) d. Pemberian Tablet Besi Tablet besi diberikan minimal 90 tablet selama masa

kehamilan. Setiap tablet mengandung 320 mg FeSO4. Tablet ini berfungsi untuk pembentukan sel darah merah. Seorang ibu hamil akan mengalami penambahan volume darah selama kehamilannya, sehingga darah menjadi lebih encer dan kondisi ini yang dinamakan anemia kehamilan. Anemia pada kehamilan akan mengakibatkan kelelahan, asupan oksigen sedikit mengakibatkan kecacatan, atonia uteri pada saat kelahiran dan perdarahan pasca salin. e. Ukuran Tinggi Fundus Uteri Pengukuran fundus uteri selama kehamilan dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan janin di dalam rahim, tinggi fundus juga untuk menentukan tuanya kehamilan.

13

f.

Tes terhadap penyakit menular Hal ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya bibit penyakit (virus/mikroorganisme) yang dapat menimbulkan penyakit dan dapat mempengaruhi petumbuhan dan perkembangan janin.

g. Temu Wicara dengan ibu dan keluarga Hal ini dilakukan sebagai perencanaan, antisipasi dan

persiapan dini untuk pengambilan keputusan dalam melakukan rujukan jika terjadi komplikasi (Saifuddin, 2002) 6. Tanda dan Gejala pada Masa Antenatal Menurut Wiknjosastro (2005) dalam buku Ilmu Kebidanan bahwa pada wanita hamil terdapat beberapa tanda atau gejala, antara lain : a. Amenorhe Penting diketahui tanggal hari pertama haid terakhir, supaya dapat ditentukan tuanya kehamilan dan bila persalinan diperkirakan terjadinya. b. Mual dan Muntah. Pengaruh dari hormon progesteron, terjadi pengeluaran asam lambung yang berlebihan sehingga menimbulkan mual dan muntah yang berlebihan. c. Ngidam Sering terjadi pada bulan-bulan pertama akan tetapi

menghilang dengan makin tuanya kehamilan.

14

d. Pingsan/Singkope Terjadi ganguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral)

menyebabkan Iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan Singkope. Keadaan ini akan hilang setelah usia kehamilan minggu. e. Payudara tegang Pengaruh estrogen dan progesteron dan somatropin deposit lemak, air, dan garam pada payudara. f. Anoreksia/ tidak ada nafsu makan Pada bulan-bulan pertama terjadi anoreksia, tetapi setelah itu nafsu makan akan kembali timbul. g. Sering miksi/ kencing Oleh karena desakan rahim kedepan sehingga menekan Vesika Urinaria pada Trimester III h. Obstipasi Pengaruh progesteron sehingga menghambat Peristaltik usus menyebabkan kesulitan untuk buang air besar (BAB) i. Pigmentasi Kulit Sekitar pipi : Cloasma Gravidarum penyebab dari Melanophore Stimulating Hormon (MSH), Dinding perut : Striae livide, Striae Nigra, Linea Alba semakin hitam dan Sekitar payudara : Hiperpegemntasi Areola Mamae, puting susu makin menonjol dan kelenjar Montromery menonjol. j. Epulsi Hipertropi gusi disebut dapat terjadi bila hamil.

15

k. Varises/ penekanan pembuluh darah vena Karena pengaruh dari Estrogen Vena, dan Progesteron bagi mereka terjadi yang

penampakkan

pembuluh

terutama

mempunyai bakat penampakkan pembuluh darah, dapat terjadi disekitar genitalia ekterna, kaki, betis dan peyudara. Ini akan hilang setelah persalinan. Pada kehamilan muda bisa pula ditemukan : l. Tanda Hegar Hipertrofi ishmus mengakibatkan menjadi panjang dan lunak. m. Tanda Chadwick Vagina dan vulva merah agak merah agak kebiruan (livide). n. Tanda Piscaseck Uterus membesar kesalah satu jurusan. o. Tanda Braxton-Hicks Bila uterus dirangsang mudah berkontraksi. Tanda ini khas untuk uterus dalam masa hamil. 7. Pemeriksaan Ibu hamil Sebelum melakukan pemeriksaan kehamilan hendaknya

pemeriksa melakukan pendataan berdasarkan keluhan umum ibu sehingga dapat membuat suatu diagnosa adapun langkah-langkah dalam pemeriksaan ibu hamil adalah sebagai berikut: (Varney, 2006) : a. Anamnesa 1) Anamnesa identitas istri dan suami: nama, umur, agama, pekerjaan, alamat dan sebagainya

16

2) Anamnesa umum : a) Tentang keluhan-keluhan, nafsu makan, tidur, BAK, BAB, perkawinan dan sebagainya b) Tentang haid, kapan mendapat haid terakhir (HPHT) c) Tentang kehamilan, persalinan, keguguran dan kehamilan ektopik atau kehamilan mola sebelumnya

b. Pemeriksaan diagnostik 1) Pemeriksaan umum meliputi: 2) Keadaan umum 3) Keadaan status gizi 4) Keadaan jantung dan paru-paru 5) Adanya oedema 6) Reflek 7) Berat badan 8) Tanda-tanda vital (tekanan darah, suhu badan, dan respirasi) 9) Pemeriksaan laboratorium c. Pemeriksaan status obstetrikus 1) Inspeksi Pemeriksaan pandang seluruh tubuh meliputi muka, leher, dada, perut, vulva, ekstremitas atas dan bawah dan sebagainya. 2) Palpasi a) Pemeriksaan raba untuk menentukan umur kehamilan dengan mengukur besarnya rahim, menentukan berat janin dan lainlain.

17

b) Ibu hamil disuruh berbaring terlentang, kepala dan bahu sedikit lebih tinggi dengan memakai bantal. Pemeriksa berdiri di sebelah kanan ibu hamil. Lakukanlah palpasi bimanual terutama pada pemeriksaan payudara c) Palpasi perut untuk menentukan : (1) Besar dan konsistensi rahim (2) Bagian-bagian janin, letak persentasi Manuver palpasi menurut leopold : Leopold I Pemeriksaan menghadap ke arah muka ibu hamil Menentukan TFU bagian janin dalam fundus Konsistensi uterus

Variasi menurut Knebel Menentukan letak kepala atau bokong satu tangan di fundus dan tangan lain diatas simfisis Leopold II Menentukan batas samping rahim kanan kiri Menentukan letak punggung janin Pada letak lintang tentukan dimana kepala janin

Variasi menurut Budin : Menentukan letak punggung dengan satu tangan menekan di fundus Leopold III Menentukan bagian terbawah janin

18

Apakah bagian terbawah tersebut sudah masuk atau masih bisa digoyang

Variasi menurut Ahlfeld: Menentukan letak punggung dengan pinggir tangan kiri diletakan tegak perut Leopold IV Pemeriksa menghadap ke arah ibu hamil Bisa juga menentukan bagian terbawah janin apa dan seberapa jauh sudah masuk pintu atas panggul (3) Gerakan janin (4) Kontraksi rahim Braxton-Hicks dan his Tabel 2.2 Ukuran Tinggi Fundus Uteri menurut Spiegelberg Umur kehamilan dalam minggu 22-28 minggu 28 minggu 30 minggu 32 minggu 34 minggu 36 minggu 38 minggu 40 minggu 1 Tinggi Fundus Uteri dalam cm 24-25 cm diatas sympisis 26,7 cm diatas sympisis 29,5-30 cm diatas sympisis 29,5-30 cm diatas sympisis 31 cm diatas sympisis 32 cm diatas sympisis 33 cm diatas sympisis 37,7 cm diatas sympisis

Memantau Taksiran Berat Badan Janin (TBBJ) Taksiran berat badan janin ditentukan berdasarkan rumus Johnson-Tausak. pertimbangan secara spontan. perhitungan ini penting sebagai dasar

memutuskan

rencana

persalinan

pervaginam

19

Rumus tersebut :

(TBBJ)= [TFU (cm) - N] x 155 Keterangan : N= 13 bila kepala belum melewati pintu atas panggul N= 12 bila masih berada diatas spina isciadica N= 11bila sudah berada dibawah spina isciadica (Tim dokter FK UI, 2001) 3) Auskultasi Jantung janin merupakan janin dan observasi esensial pada tentang setiap apapun.

kesejahteraan pemeriksaan

harus

diauskultasi

abdomen

dan

setelah

pemeriksaan

Mengetahui presentasi dan posisi janin berarti mengetahui di bagian mana alat tersebut diletakkan di abdomen ibu agar dapat mendengar bunyi jantung janin. Jantung janin dikaji :

keberadaannya,

frekuensinya

normalnya

120/160

x/menit,

keteraturannya, dan variabilitasnya (Johnson, 2004). d. Pemeriksaan Laboratorium Ibu hamil hendaknya diperiksa air kencing dan darahnya sekurang-kurangnya 2x selama kehamilan, sekali pada permulaan dan sekali lagi pada akhir kehamilannya. e. Ultrasonografi Dibandingkan dengan pemeriksaan roentgen, USG tidak berbahaya untuk janin, karena memakai prinsip sonar 9 bunyi O. Jadi boleh dipergunakan pada kehamilan muda.

20

8. Nasehat-nasehat untuk Ibu pada Masa Antenatal a. Nutrisi (Diet) ibu hamil Wanita hamil yang menyusui harus betul-betul mendapat perhatian susunan dietnya, terutama mengenai jumlah kalori, protein yang berguna untuk pertumbuhan janin dan kesehatan ibu.

Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan anemia, abortus, partus prematurus, inertia uteri, perdarahan pascasalin, sepsis puerpuralis dan lain-lain.. Sedangkan makan berlebihan, karena dianggap untuk dua orang ibu dan janin, dapat mengakibatkan komplikasi seperti gemuk, pre eklampsi, janin besar, dan sebagainya. Zat-zat yang diperlukan dalam pemenuhan gizi ibu hamil antara lain: potein, karbohidrat, zat lemak, mineral dan bermacam-macam garam, terutama kalsium, fosfor dan zat besi (Fe), vitamin dan air Makanan diperlukan antara lain untuk pertumbuhan janin, plasenta, uterus, buah dada, dan kenaikan metabolisme sebagai pengawasan kecukupan gizi ibu hamil dan pertumbuhan

kandungannya dapat diukur berdasarkan kenaikan berat badannya. Kenaikan berat badan rata-rata 6,5 sampai 16 kg (10-12 kg) Kenaikan berat badan yang dianjurkan Committee of the national Academy of Science : 1) Untuk ibu dengan BB di bawah berat seharusnya ( underweight) kenaikan yang dianjurkan 12.5-18 kg 2) Untuk ibu dengan BB normal kenaikan yang dianjurkan adalah antara 11.5-16 kg

21

3) Untuk ibu dengan BB berlebih (overweight) kenaikan BB yang dianjurkan antara 7-11.5 kg Body Mass Index ( BMI ) Mengukur tubuh dengan dengan rumus Body Mass Index. Nutrisi dan kalori yang dibutuhkan selama kehamilan adalah 300 kalori. Kenaikan berat badan berdasarkan BMI yaitu : BMI= BB/TB2 Underweight : < 19,8 kg/m2 Normoweight : 19,8-26 kg/m2 Overweight : 26 kg/m2

b. Merokok Jelas bahwa bayi dari ibu perokok mempunyai berat badan lebih kecil. Karena itu wanita hamil dilarang merokok. c. Obat-obatan Prinsip jika mungkin dihindari pemakaian obat-obatan selama kehamilan terutama pada triwulan pertama. Perlu dipertanyakan mana yang lebih besar manfaatnya dibandingkan bahayanya terhadap janin, oleh karena itu harus dipertimbangkan pemakai obatobatan tersebut. d. Gerakan badan Gerakan badan atau olahraga ringan sangat berguna bagi ibu hamil, dimana dapat membantu sirkulasi darah menjadi lebih baik, nafsu makan bertambah, pencernaan lebih baik, dan tidur lebih

22

nyenyak. Dianjurkan berjalan-jalan pada pagi hari dalam udara yang masih segar e. Kerja Kehamilan bukanlah suatu penyakit yang mengharuskan ibu untuk istirahat, oleh karena ibu hamil tetap dapat melakukan aktivitas seperti biasa asalkan ibu hamil beristirahat dengan cukup dan makan secara teratur serta memeriksakan kehamilan dengan teratur. f. Bepergian Wanita hamil tetap dapat bepergian asalkan tidak terlalu melelahkan dan tidak duduk terlalu lama. Hal ini dikarenakan duduk lama dapat menyebabkan Vena Staganis yang mana dapat menyebabkan tromboflebitis dan kaki bengkak. g. Pakaian Pakaian wanita hendaknya memakai pakaian yang longgar, bersih dan tidak ada ikatan yang ketat pada daerah perut. Pemakaian kutang yang dapat menyokong payudara dan memakai pakaian dalam yang selalu bersih supaya ibu tetap nyaman. Sepatu dengan tumit yang terlalu tinggi dianjurkan tidak dipergunakan oleh wanita yang sedang hamil. h. Istirahat dan rekreasi Wanita hamil sangat memerlukan istirahat yang lebih, terutama pada kehamilan trimester ketiga. Waktu tidur pada malam hari sebaiknya selama 8-9 jam, dan pada minggu berikutnya ditambahkan tidur siang selama 2 jam dan sebaiknya dilakukan di tempat tidur atau di kursi panjang yang dapat menyangga kedua kaki

23

i.

Mandi Mandi diperlukan untuk kebersihan. Terutama perawatan kulit, karena fungsi ekskresi dan keringat bertambah. Dianjurkan

menggunakan sabun lembut/ringan j. Koitus Koitus tidak dihalangi kecuali ada riwayat: 1) Sering abortus/prematur 2) Perdarahan per vaginam 3) Pada minggu terakhir kehamilan, koitus harus hati-hati 4) Bila ketuban pecah koitus dilarang 5) Dikatakan orgasme pada hamil tua dapat menyebabkan kontraksi uterus partus prematurus k. Kesehatan jiwa Kehamilan dan persalinan adalah suatu hal yang fisiologis, namun banyak ibu-ibu yang tidak tenang. Merasa kuatir akan hal ini. Untuk itu bidan harus dapat menanamkan kepercayaan kepada ibu hamil dan menerangkan apa yang harus diketahuinya karena kebodohan, rasa takut, dan sebagainya dapat menyebabkan rasa sakit pada waktu persalinan ini akan mengganggu jalannya partus, ibu akan menjadi lelah dan kekuatan hilang. Untuk menghilangkan kecemasan harus ditanamkan kerja sama pasien-penolong l. Perawatan payudara Payudara merupakan sumber air susu ibu yang akan menjadi makanan utama bagi bayi, karena itu sebelumnya harus dirawat. Untuk mencegah puting susu kering dan mudah pecah, maka puting

24

susu dan areola payudara dirawat baik-baik dengan menggunakan air sabun. Bila puting susu masuk ke dalam, hal ini diperbaiki dengan jalan menarik-narik keluar atau dengan cara hoffman. m. Pergerakan Janin Berkurang atau hilangnya pergerakan janin dapat merupakan suatu tanda gawat janin yang dapat berakhir dengan kematian janin. Karena itu sebaiknya ibu mengerti cara menghitung pergerakan janin. Kepentingan dari menghitung gerakan janin ini adalah agar ibu terbiasa menyadari jika ada sesuatu yang salah pada janin yang dikandungnya. Berkurangnya gerakan janin berkaitan dengan

kesejahteraannya dalam rahim, jika ibu merasakan janinnya kurang bergerak, segera hubungi dokter karena kemungkinan janin ibu mengalami gangguan yang dapat menyebabkan gawat janin, jika tidak segera diatasi dapat berakibat kematian janin dalam rahim. Pemantauan gerakan janin harus sudah dimulai sejak awal, yakni sejak ibu mulai merasa pergerakan anak, karena ibu sendirilah yang paling tahu dan mungkin mendeteksi kesehatan janinnya, biasakan memperhatikan gerakan anak setiap hari. Dianjurkan untuk memperhatikannya pada malam hari, saat itu janin sedang bangun. Cara menghitung pergerakan janin ; Ibu berbaring (malam hari) dan menghitung pergerakan janin selama 20 menit . Janin yang sehat akan bergerak lebih dari 5x dalam 20 menit. Apabila ini terjadi janin ibu akan baik selama 24 jam berikutnya, sehingga dengan memantau gerakan janin ibu dapat memprediksi kesehatan janin setidaknya 24 jam ke depan. Apabila janin bergerak kurang dari 5x dalam 20 menit.

25

Segera hubungi rumah sakit untuk mendapatkan pemantauan yang lebih akurat dengan cara Non Stres Test. (Wiknjosastro, 2005). 9. Perubahan-perubahan yang Terjadi selama Masa Antenatal Pada antenatal terjadi perubahan pada seluruh tubuh wanita, khususnya pada alat genitalia eksterna dan interna dan pada payudara. Antenatal akan mengakibatkan terjadinya perubahan seluruh sistem tubuh yang cukup mendasar. Tentunya perubahan ini akan menunjang proses pertumbuhan dan perkembangan janin di dalam rahim. Setelah bayi lahir, perubahan-perubahan tersebut akan kembali keadaan semula secara perlahan.Pada dasarnya, perubahan sistem tubuh wanita terjadi karena pengaruh berbagai hormone (Wiknjosastro, 2005). Berikut ini diuraikan tentang organ-organ yang mengalami perubahan selama antenatal. a. Perubahan Fisiologis 1) Sistem reproduksi a) Uterus Pada keadaan normal, rahim mempunyai rongga dengan diameter sekitar 10 ml. Struktur rahim hampir padat yang beratnya sekitar 70 gram. Selama kehamilan, rahim akan berubah bentuk menjadi sebuah organ moskuler. Dinding rahim relatif tipis dengan kapasitas yang cukup untuk menerima janin, plasenta (ari-ari), dan cairan ketuban. Terjadinya perubahan rahim ditunjukan oleh otot-otot rahim yang menjadi lebih besar, lunak, dan dapat mengikuti pembesaran rahim yang terjadi selama antenatal.

26

Minggu ke-12, bagian atas rahim berada pada posisi 3 jari di atas tulang sympisis.

Minggu ke-16, tinggi bagian atas rahim pada pertengahan jarak antara bagian pusat dan garis lengkung bawah pusat (sympisis).

Minggu ke-20, tinggi bagian atas rahim sekitar 2 jari di bawah bagian pusat.

Minggu ke-24, posisi atas bagian rahim tepat di tepi atas bagian pusat.

Minggu ke-28, tinggi bagian atas rahim sekitar 3 jari di bagian atas pusat.

Minggu ke-32, tinggi bagian atas rahim sekitar 1 jari atau rahim pada pertengahan jarak antara pusat dan ujung tulang dada.

Minggu ke-40, tinggi bagian atas rahim turun sekitar 3 jari di bawah ujung tulang dada (Mochtar, 2006).

b) Serviks uteri Serviks mengalami perubahan karena hormon estrogen dan vaskularisasimya meningkat sehingga menimbulkan

konsistensi serviks menjadi lunak disebut tanda goodell. Kelenjar endoservikal membesar dan mengeluarkan banyak cairan mukus. Karena pertambahan dan pelebaran pembuluh darah, warnanya menjadi livid disebut tanda Chadwick. (Mochtar, 2006).

27

c) Vagina dan vulva Karena pengaruh estrogen terjadi perubahan pada vagina dan vulva. Akibat hipervaskularisasi. Vagina dan vulva terlihat

lebih merah atau kebiruan. Warna lipid pada vagina dan portio serviks disebut tanda chadwick (Mochtar, 2006). d) Dinding perut Pembesaran rahim menimbulkan peregangan dan

menyebabkan robeknya serabut elastic di bawah kulit, sehingga timbul striae gravidarum. Bila terjadi peregangan yang hebat, misalnya pada hidramnion dan kehamilan ganda, dapat terjadi diastasis rekti bahkan hernia. Kulit perut pada linea alba bertambah pigmentasimya disebut linea nigra (Mochtar, 2006). e) Ovarium darah Pada permulaan antenatal masih terdapat korpus luteum graviditatis sampai terbentuknya plasenta pada kira-kira kehamilan 16 minggu.Korpus luteum graviditatis berdiameter kira-kira 3 cm. Kemudian mengecil setelah plasenta terbentuk. Korpus luteum mengeluarkan hormon estrogen dan

progesterone. Lambat-laun fungsi ini akan di ambil oleh plasenta (Wiknjosastro, 2005). 2) Volume darah Selama kehamilan, volume darah semakin meningkat. Jumlah serum darah besar dari pertumbuhan sel darah sehingga terjadi semacam pengenceran darah (hemodilusi). Proses ini mencapai

28

puncaknya pada usia kehamilan 32 minggu. Serum darah (volume darah) bertambah sebesar 25-30%, sedangkan sel darah bertambah sekitar 20%. Curah jantung akan bertambah sekitar 30%. Bertambah pengenceran darah mulai tampak pada usia kehamilan 16 minggu (Manuaba, 2002). 3) Sistem respirasi Wanita hamil kadang-kadang mengeluh sesak nafas. Hal ini disebabkan oleh desakan diafragma karena dorongan rahim yang membesar pada umur kehamilan 32 minggu. Sebagian

kompensasi terjadi desakan rahim dan kebutuhan O2 yang meningkat, ibu hamil akan bernafas lebih dalam sekitar 20 sampai 25% dari biasanya (Mochtar, 2006) 4) Sistem pencernaan Karena pengaruh estrogen, pengeluaran asam lambung

meningkat yang dapat menyebabkan : a) b) c) Pengeluaran air liur berlebihan (hipersalivasi) Daerah lambung terasa panas Terjadi mual dan sakit/pusing kepala terutama pada pagi hari, yang disebut morning sickness d) e) Muntah, yang terjadi disebut emesis gravidarum Muntah berlebihan sehingga mengganggu kehidupan seharihari, disebut hiperemesis gravidarum f) Progesteron menimbulkan gerak usus semakin berkurang dan dapat menimbulkan obstipasi (Manuaba, 2002)

29

5) Traktus urinarius Pada kehamilan ureter membesar untuk dapat menampung banyaknya pembentukan urin, terutama pada ureter kanan karena peristaltik ureter terhambat karena pengaruh progesterone, tertekan rahim yang membesar dan terjadi perputaran ke kanan, dan terhambat kolon dan sigmoid disebelah kiri yang

menyebabkan perputaran rahim ke kanan. Tekanan rahim pada ureter kanan dapat menyebabkan infeksi pielonefritis ginjal kanan (Manuaba, 2002). 6) Payudara Payudara mengalami perkembangan sebagai persiapan

memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan payudara tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormon saat kehamilan, yaitu estrogen, progesterone, dan somatomammotropin. a) Estrogen berfungsi : Menimbulkan hipertropi system saluran payudara. Menimbulkan penimbunan lemak dan air serta garam sehingga payudara tampak makin membesar. Tekanan serat saraf akibat penimbunan lemak, air dan menyebabkan rasa sakit pada payudara. b) Progesterone berfungsi : Mempersiapkan asinus sehingga dapat berfungsi. Menambah jumlah sel asinus.

30

c) Somatomammotropin berfungsi : Mempengaruhi sel asinus untuk membuat kasein,

laktalbumin, dan laktoglobulin. Penimbunan lemak sekitar alveolus payudara. Merangsang pengeluaran kolostrum pada kehamilan.

Penampakan payudara pada ibu hamil adalah sebagai berikut: Payudara menjadi lebih besar. Areola payudara semakin hyperpigmentasi Glandula montgomeri makin tampak. Puting susu semakin menonjol. Pengeluaran ASI belum berlangsung karena prolaktin belum berfungsi karena hambatan dari PIH (Prolaktin Inhibiting Hormone) untuk mengeluarkan ASI. Setelah persalinan hambatan prolaktin tidak ada sehingga pembuatan ASI dapat berlangsung (Manuaba, 2002). 7) Kulit Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hipperpigmentasi karena pengaruh melanophore stimulating hormone lobus hipofisit anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis. Hiperpegmentasi ini terjadi pada striae gravidarum livide atau alba, areola mamae, linea nigra. Setelah persalinan hiperpigmentasi ini akan

menghilang (Manuaba, 2002). a) Metabolisme

31

BMR

meningkat

hingga

15-20%

pada

triwulan

ke-3

penambahan berat badan wanita hamil dalam triwulan pertama kurang lebih 1 kg, triwulan II kurang lebih 2,2 kg. Penambahan berat badan yang terjadi selama kehamilan dibutuhkan untuk bertambahnya berat janin, pertumbuhan plasenta, cairan ketuban, pembesaran payudara, peningkatan volume darah ibu dan menyimpan cadangan makanan ibu (Mochtar, 2006). b) Berat Badan Kenaikan berat badan selama hamil cukup bervariasi

tergantung dari kebudayaan dan pola makan. Umumnya, kenaikan berat badan yang normal 6,5 16,5 kg, bahkan ada juga yang lebih (Mochtar, 2006). b. Perubahan Psikologis Menurut Varney (2006) perubahan-perubahan psikologis yang terjadi pada ibu hamil adalah sebagai berikut: 1) Trimester pertama Pada trimester pertama seorang ibu akan selalu mencari tandatanda lebih meyakinkan bahwa dirinya memang hamil. Setiap perubahan yang terjadi pada tubuhnya akan selalu diperhatikan dengan seksama. Karena perutnya masih kecil, kehamilan merupakan rahasia seorang ibu mungkin diberitahukan kepada orang lain atau dirahasiakannya. Hasrat untuk melakukan hubungan seks, pada wanita pada trimester pertama ini berbeda-beda. Walaupun beberapa wanita

32

mengalami kegairahan seks yang lebih tinggi, kebanyakkan mereka mengalami penurunan libido selama periode ini, keadaan ini menciptakan kebutuhan untuk berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan suami. Banyak wanita merasa kebutuhan untuk dicintai dan merasakan kuat untuk mencintai, namun tanpa seks. Libido sangat besar dipengaruhi oleh kelelahan, rasa mual, pembesaran payudara, keprihatinan dan kekhawatiran. Semua ini merupakan bagian normal dari proses kehamilan pada trimester pertama. 2) Trimester kedua Trimester kedua biasanya adalah ibu merasa sehat. Tubuh ibu terbiasa dengan kadar hormon yang lebih tinggi dan rasa tidak nyaman karena hamil pun sudah berkurang, perut ibupun belum terlalu besar sehingga belum dirasakan sebagai beban. Pada trimester ini pula dapat dirasakan gerakan bayinya. Dan ibu mulai merasakan bayinya sebagai seseorang diluar dari dirinya sendiri. 3) Trimester ketiga Trimester ketiga ini sering kali disebut periode menunggu dan waspada. Sebab pada trimester ini ibu tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Trimester ketiga adalah persiapan aktif untuk kelahiran bayi dan menjadi orang tua, keluarga mungkin menduga-duga apakah bayinya laki-laki atau perempuan dan akan mirip siapa? 6. Ketidaknyamanan yang Terjadi pada Ibu Hamil Trimester III a. Konstipasi (susah buang air besar)

33

Pencegahannya : 1) Asupan air yang cukup (8 gelas/hari) 2) Banyak makan makanan sayuran dan buah-buahan yang mengandung serat 3) 4) Cukup istirahat Minum air hangat pada pagi hari untuk menstimulasi peristaltik

5) Biasakan buang air besar secara teratur 6) Tidak diperkenankan memberikan obat-obatan yang mengandung laxan. Gunakan pembentuk bahan padat atau emulsion. Hindari minyak mineral, perangsang saline. Tanda bahaya : 1) Rasa nyeri hebat di perut, tidak mengeluarkan gas 2) Rasa nyeri di kuadran kanan bawah b. Haemorhoid Pencegahan : 1) Hindari konstipasi, tindakan pencegahan paling efektif

menghalangi ketegangan selama defekasi 2) Mengurangi bengkak dan sakit dengan merendam dengan air hangat dan gunakan kompres c. Kram pada kaki Pencegahan : 1) Massage dan hangatkan otot yang terserang 2) Menghindari tekanan pada jari-jari kaki, pada waktu gunakan tumit 3) Latihan (senam) berjalan bokong

34

4) Diet yang mencakup kalsium

d. Oedema Pencegahan: 1) Menghindari pakaian yang ketat 2) Kaki ditinggikan jika tidur 3) Hindari berdiri lama, duduk lama 4) Posisi miring kiri jika berbaring e. Sering buang air kecil Pencegahan: 1) Kosongkan saat terasa dorongan untuk berkemih 2) Batasi minum bahan diuretic alami (teh, cola, kafein) 3) Perbanyak minum pada siang hari 4) Jangan mengurangi minum pada malam hari untuk menghindari nocturia. f. Pegal pada kaki dan pinggang Pegal pada kaki dan pinggang merupakan salah satu ketidak nyamanan pada ibu hamil. Hal ini terjadi karena tekanan yang disebabkan penyandangan beban yang tidak biasanya pada masamasa kehamilan, atau peningkatan distensi abdomen yang yang membuat pinggul miring ke depan, penurunan tonus otot dan peningkatan beban berat badan pada akhir kehamilan. Dan kompresi saraf panggul statis vaskuler, akibat pembesaran uterus dapat menyebabkan perubahan pada tungkai bawah. (Maria, A. Aros). g. Tanda-tanda bahaya pada ibu hamil

35

1) Sakit perut yang hebat atau bertahan lama 2) Perdarahan atau terjadi bercak di vagina 3) Muntah Ibu muntah terus-menerus dan tidak mau makan 4) Bengkak di kaki, tangan dan wajah atau sakit kepala kejang 5) Demam tinggi 6) Keluar air ketuban sebelum waktunya 7) Bayi dalam kandungan gerakannya berkurang atau tidak bergerak h. Risiko dan kegawat-daruratan obstetri pada kehamilan 1) Perdarahan pada kehamilan muda a) Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibatakibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan. b) Kehamilan ektopik terganggu adalah kehamilan dimana setelah fertilisasi, implantasi terjadi di luar endometrium kavum uteri. Hampir 90 persen kehamilan ektopik terjadi di tuba uterina. c) Kehamilan Mola adalah suatu kehamilan dimana setelah fertilisasi hasil konsepsi tidak berkembang menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi dari vili korialis disertai dengan degenerasi hidropik, kavum uteri hanya berisi oleh jaringan seperti rangkaian buah anggur. 2) Perdarahan pada kehamilan tua disertai

36

a) Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum b) Solusio Plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada uterus, sebelum janin dilahirkan (Saifuddin, 2002) 3) Hipertensi, preeklampsia dan eklampsi a) Hipertensi Sakit kepala, kaki bengkak dan nyeri ulu hati juga merupakan tanda terjadinya keracunan kehamilan. Kaki bengkak disini

merupakan kaki bengkak yang disebabkan oleh hipertensi dan menyebabkan kejang-kejang (Solihah, 2006) b) Preeklampsia Berat Kenaikan tekanan diastolik 25 mmHg atau lebih 90 mmHg dalam dua pengukuran berjarak 1 jam atau tekanan diastolik sampai 110 mmHg , protein uri lebih sama dengan +2, oliguria kurang dari 400 ml per 24 jam, nyeri epigastrium, gangguan penglihatan, nyeri kepala hebat tidak berkurang dengan analgesik biasa, hiperefleksia. c) Eklampsi Gejala-gejala preeklampsi berat dan kejang 10. Persiapan Persalinan Sejak awal kehamilan, pasangan suami istri dianjurkan untuk merencanakan hal-hal yang berhubungan dengan persalinan untuk mengantisipasi berbagai kesulitan yang mungkin terjadi.

37

a. Bekerjasama

dengan

ibu,

keluarga, kelahiran,

serta termasuk

masyarkat

untuk

mempersiapkan

rencana

mengidentifikasi

penolong, tempat bersalin, serta perencanaan tabungan untuk mempersiapkan biaya persalinan. b. Bekerjasama dengan ibu, keluarga, dan masyarkat untuk

mempersiapkan rencana jika terjadi komplikasi, termasuk : 1) Mengidentifikasi kemana harus pergi dan transportasi untuk mencapai tempat tersebut. 2) Mempersiapkan donor darah. 3) Mengadakan persiapan financial. 4) Mengidentifikasi pembuatan keputusan kedua jika pembuatan keputusan pertama tidak ada di tempat. (Depkes RI, 2004) 11. Promosi Kesehatan a. Memberikan umunisasi TT Tabel 2.3 Pemberian Imunisasi TT Antigen Intervensi (selang waktu minimal) Lama perlindungan % lindungan 80 95 99 99

Pada kunjungan antenatal pertama TT2 4 minggu setelah TT1 TT3 6 bulan setelah TT2 TT4 1 tahun setelah TT3 TT4 1 tahun setelah TT4 (Sumber : Saifuddin, 2002)

TT1

3 tahun 5 tahun 10 tahun 25 tahun/seumur hidup

b. Memberikan suplemen zat besi dan menjelaskan bagaimana cara mengkonsumsi dan memungkinkan efek samping. Tiap tablet

38

mengandung FeSO4320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 500 ug, minimal masing-masing 90 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak diminum bersama teh atau kopi, karena akan menggangu

penyerapan. c. Memberikan tambahan vitamin A jika diperlukan.

B. Intranatal (Persalinan) 1. Pengertian Intranatal Intranatal atau persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari rahim ibu, persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit (Depkes RI, 2002). Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar

(Wiknjosastro, 2005) 2. Tujuan Asuhan Persalinan Tujuan asuhan persalinan adalah memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman, dengan mempraktikan aspek sayang ibu dan sayang bayi (Saifuddin, 2002). . 3. Benang Merah dalam Persalinan Ada lima benang merah yang penting dan saling terkait dalam asuhan persalinan yang bersih dan aman. Berbagai aspek tersebut

39

melekat pada persalinan, baik normal maupun patologis. Lima benang merah tersebut adalah :

a. Membuat keputusan b. Asuhan sayang ibu dan sayang bayi c. Pencegahan infeksi d. Pencatatan (rekam medik) e. Rujukan 4. Perubahan-perubahan yang Terjadi dalam Persalinan a. Tenaga yang mendorong anak keluar 1) His His adalah kontraksi otot rahim pada persalinan a) Braxton Hicks (His palsu/His pendahuluan) His biasanya terjadi bulan terakhir kehamilan sebelum persalinan dimulai. Kontraksinya pendek dan tidak bertambah kuat bila dibawa berjalan, maka sering berkurang dan tidak mempunyai pengaruh pada serviks. b) His persalinan c) Kontraksi dari otot-otot rahim yang fisiologis dan bersifat nyeri yang disebabkan oleh anoxia dari sel-sel otot waktu kontraksi, gerakan pada ganglia dalam serviks dan segmen bahwa rahim oleh serabut-serabut otot-otot yang berkontraksi, regangan dari serviks karena kontraksi atau regangan dan tarikan pada peritoneum waktu kontraksi. 2) Tenaga Mengedan

40

Setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban pecah tenaga yang mendorong anak keluar selain his, terutama disebabkan oleh kontraksi otot-otot dinding perut yang mengakibatkan peninggian tekanan intraabdominal. Tenaga mengedan ini hanya dapat berhasil, kalau pembukaan sudah lengkap dan paling efektif sewaktu kontraksi rahim. b. Perubahan-perubahan pada uterus dan jalan lahir dalam persalinan 1) Keadaan segmen atas dan segmen bawah rahim pada persalinan a) Segmen atas rahim Memegang peranan yang aktif karena berkontraksi dan dindingnya bertambah tebal dengan majunya persalinan dan mendorong anak keluar. b) Segmen bawah rahim Memegang peranan pasif dan makin tipis dengan majunya persalinan karena direnggang, dan serviks mengadakan relaksasi dan dilatasi dan menjadi saluran yang tipis dan teregang yang akan dilalui bayi. 2) Perubahan bentuk rahim Pada tiap kontraksi sumbu panjang rahim bertambah panjang sedangkan ukuran melintang maupun ukuran muka belakang berkurang. Pengaruh perubahan bentuk ini ialah : a) Tulang punggung menjadi lebih lurus dengan demikian kutub atas anak tertekan pada fundus, sedangkan kutub bawah ditekan ke dalam pintu atas panggul

41

b) Karena rahim bertambah panjang, maka otot-otot memanjang diregang dan menarik segmen bawah dan serviks. Hal ini merupakan salah satu sebab dari pembukaan serviks.

3) Faal ligamentum rotundum dalam persalinan a) Pada tiap kontraksi, fundus yang tadinya bersandar pada tulang punggung berpindah kedepan mendesak dinding perut depan kedepan. b) Fundus uteri tertambat sehingga waktu kontraksi fundus tidak dapat naik ke atas. 4) Perubahan pada serviks Pembukaan serviks ini biasanya di dahului oleh pendataran dari serviks. 5) Pendataran dari serviks Adalah pemendekan dari canalis carvicalis, yang semula berupa sebuah saluran yang panjangnya 1-2 cm, menjadi suatu lubang dengan pinggir yang tipis. Pendataran dari serviks ini terjadi dari atas ke bawah, mula-mula bagian serviks didaerah ostium internum ditarik keatas dan menjadi lanjutan dari segmen bawah rahim sedangkan ostium extemum sementara tidak berubah. 6) Pembukaan dari serviks Pembesaran dari ostium externum yang tadinya berupa suatu lubang dengan diameter beberapa millimeter menjadi lubang yang dapat dilalui anak, kira-kira 10 cm. 7) Perubahan pada vagina dan dasar panggul

42

Dalam kala I ketuban ikut meregangkan bagian atas vagina, setelah ketuban pecah, panggul diregang menajdi saluran dengan dinding-dinding yang tipis. Waktu kepala sampai di vulva menghadap kedepan atas. Dari luar peregangan oleh bagian depan nampak pada perineum yang menonjol dan menjadi tipis sedangkan anus menjadi terbuka. 5. Fisiologis Persalinan Persalinan dan kelahiran seorang bayi yang merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga menantikannya selama 9 bulan. Ketika persalinan dimulai, peranan seorang ibu adalah untuk melahirkan bayinya, peran petugas kesehatan adalah memantau persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi, disamping itu bersama keluarga memberikan bantuan dan dukungan pada ibu bersalin. Persalinan dimulai (inpartu) pada saat uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi tidak mengakibatkan perubahan pada serviks. Adapun teori fisiologi persalinan adalah sebagai berikut a. Penurunan kadar progesterone Progesterone menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen meninggikan kerentanan otot rahim. Dengan menurunya kadar progesterone pada akhir kehamilan dapat menimbulkan his. b. Teory oxytosin Pada akhir kehamilan oxytosin bertambah sehingga timbul kontraksi otot-otot rahim.

43

c. Keregangan otot-otot Dengan majunya kehamilan makin teregang otot-otot dapat

menimbulkan kontraksi.

d. Pengaruh janin e. Teori prostaglandin f. Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua dapat menimbulkan kontraksi myometrium. 6. Pembagian Tahap/Fase Persalinan Tahapan-tahapan dalam persalinan dibagi menjadi 4 (empat) kala persalinan yaitu: a. Kala I Klinis dapat dinyatakan partus mulai bila timbul his dan wanita tersebut mengeluarkan lendir yang bersemu darah (Blood show). Lendir yang bersemu darah ini berasal dari lendir kanalis servikalis karena serviks mulai membuka dan mendatar. Sedangkan darahnya berasal dari pergeseran-pergeseran ketika serviks terbuka. Persalinan dimulai (inpartu) pada saat uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan pada serviks. Tanda-tanda inpartu termasuk diantaranya: 1) Penipisan dan pembukaan serviks 2) Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks (frekwensi minimal dua kali dalam 10 menit).

44

3) Keluarnya lendir bercampur darah melalui vagina Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm) persalinan kala satu dibagi menjadi dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif 1) Fase laten persalinan a) Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap b) Pembukaan serviks kurang dari 4 cm c) Biasanya berlangsung dibawah hingga 8 jam 2) Fase aktif persalinan a) Frekwensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih) b) Serviks membuka dari 4 ke 10 cm, biasanya dengan kecepatan 1 cm atau lebih per jam hingga pembukaan lengkap (10 cm) c) Terjadi penurunan bagian terbawah janin d) Fase aktif dibagi menjadi tiga fase yaitu: (1) Fase akselerasi: dalam waktu dua jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm (2) Fase dilatasi maksimal: dalam waktu dua jam pembukaan menjadi sangat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm

45

(3) Fase deselerasi: Pembukaan menjadi lambat kembali dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada

multigravida pun terjadi demikian, akan tetapi fase laten, fase aktif, fase deselerasi terjadi lebih pendek. Pertama primigravida, ostium uteri internum akan terbuka terlebih dahulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis, baru kemudian ostium uteri eksterrnum membuka. Sedangkan pada primigravida ostium uteri internum sudah sedikit terbuka. Ostium uteri internum dan eksternum serta penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang sama. Ketuban akan pecah sendiri pada saat pembukaan hampir lengkap atau telah lengkap. Bila ketuban pecah sebelum pembukaan 5 cm disebut ketuban pecah dini Tabel 2.4 Perbedaan antara Primigravida dan Multigravida Primigravida Serviks mendatar (effacement) dulu baru dilatasi Berlangsung 13 -14 jam Sumber : Wiknjosastro, 2005 Multigravida Mendatar dan membuka bisa bersamaan Berlangsung 6 7 jam

Selama fase laten persalinan semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan harus dicatat. Hal ini dapat direkam secara terpisah dalam catatan kemajuan persalinan atau kartu menuju sehat (KMS) ibu hamil. Tanggal dan waktu dituliskan setiap kali membuat catatan selama fase laten persalinan. Semua asuhan dan intervensi harus dicatat. Kondisi ibu dan bayi harus dicatat dengan seksama yaitu:

46

a) Denyut jantung janin : selama 30 menit b) Frekwensi dan lamanya kontraksi uterus: setiap 30 menit c) Nadi: setiap 30 menit d) Pembukaan serviks : selama 4 jam e) Tekanan darah dan suhu setiap jam f) Produksi urine, aseton dan protein: setiap 2-4 jam Jika ditemui tanda-tanda penyulit, penilaian kondisi ibu dan bayi harus lebih sering dilakukan. Lakukan tindakan yang sesuai apabila dalam diagnosis kerja ditetapkan adanya penyulit dalam persalinan. Jika frekwensi kontraksi berkurang dalam 1 atau 2 jam pertama, nilai ulang kondisi aktual ibu dan bayi. Bila tidak ada tanda-tanda kegawatan atau penyulit, ibu dipulangkan dan dipesankan untuk kembali jika kontraksi menjadi teratur dan lebih sering. Semua keadaan dalam fase aktif dicatat di dalam partograf. Adapun partograf dibagi menjad dua halaman yaitu: a) Halaman depan partograf Halaman depan partograf mencantumkan bahwa observasi dimulai pada fase aktif persalinan dan menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil pemeriksaan selama fase aktif persalinan, termasuk : (1) Kolom tentang ibu : (a) Nama dan umur (b) Gravida, para, abortus (c) Nomor catatan medis/puskesmas

47

(d) Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah, tanggal dan waktu persalinan mulai merawat ibu) (e) Waktu pecahnya selaput ketuban (2) Kondisi janin (a) DJJ (b) Warna dan adanya air ketuban (c) Penyusupan, molase kepala janin

(3) Kemajuan persalinan (a) Pembukaan serviks (b) Penurunan bagian terbawah janin atau persentasi janin (c) Garis waspada dan garis bertindak

(4) Jam dan waktu (a) Waktu mulai fase aktif persalinan (b) Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian (5) Kontraksi uterus Frekwensi dan lamanya (6) Obat-obatan dan cairan yang diberikan (a) Oksitosin (b) Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan (7) Kondisi ibu (a) Nadi, tekanan darah dan suhu tubuh (b) Urin (Volume, aseton dan protein) (8) Asuhan, pengamatan dan keputusan dan klinik lainnya (dicatat dalam kolom yang tersedia disisi partograf atau dicatatan kemajuan persalinan)

48

b) Halaman belakang partograf Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama proses persalinan kala I sampai kala IV (termasuk bayi baru lahir). Itulah sebabnya bagian ini disebut sebagai catatan persalinan. Nilai dan catatan asuhan yang diberikan pada ibu dalam masa nifas terutama selama persalinan kala IV untuk memungkinkan penolong persalinan mencegah terjadinya penyulit dan membuat keputusan klinik yang sesuai. Dokumentasi ini sangat penting untuk membuat keputusan klinik, terutama pada pemantauan kala IV (mencegah terjadinya perdarahan pascasalin). Selain catatan persalinan (yang diisi dengan lengkap dan tepat) dapat pula digunakan untuk menilai sejauh mana telah dilakukan asuhan persalinan yang bersih dan aman. b. Kala II Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II dikenal juga dengan kala pengeluaran. 1) Tanda dan gejala kala II a) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi b) Ibu merasakan semakin meningkatnya tekanan pada rektum dan vagina c) Perineum kelihatan menonjol d) Vulva vagina dan spingter ani terlihat membuka

49

e) Peningkatan pengeluaran lendir dan darah

2) Diagnosis Kala II Diagnosis kala II dapat ditegakan atas dasar hasil pemeriksaan dalam yang menunjukan antara lain : a) Pembukaan serviks telah lengkap b) Terlihatnya bagian kepala bayi dan introitus vagina atau kepala janin sudah tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm Tabel 2.5 Kategori Kala II Kategori Kala II berjalan dengan baik Kondisi kegawatdaruratan pada kala II Keretangan Ada kemajuan penurunan kepala bayi Kondisi kegawat daruratan membutuhkan perubahan dalam penatalaksanaan atau tindakan segera. Contoh kondisi tersebut termasuk eklamsi, kegawatdaruratan bayi, penurunan kepala terhenti, kelelahan ibu

(Sumber : Saifuddin, 2002) 3) Penanganan Kala II persalinan merupakan pekerjaan yang sulit bagi ibu. Suhu tubuh ibu akan meninggi, ia mengedan selama kontraksi dan ia kelelahan. Petugas harus mendukung ibu atas usahanya untuk melahirkan bayinya. Berikut tindakan yang harus dilakukan selama kala II Tabel 2.6 Asuhan Kala II Tindakan Memberikan dukungan terus-menerus kepada ibu Deskripsi dan keterangan Kahadiran seseorang untuk ; 1. Mendampingi ibu agar merasa nyaman 2. Menawarkan minum, mengipasi dan

50

Menjaga kebersihan diri

memijit ibu 1. Ibu tetap dijaga kebersihannya agar terhindar dari infeksi. 2. Bila ada darah, lendir atau cairan ketuban segera dibersihkan. Menambah kenyamanan bagi ibu Untuk mengurangi kecemasan dan ketakutam ibu dengan cara : 1. Menjaga privasi ibu 2. Penjelasan tentang proses dan kemajuan persalinan 3. Penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan dan keterlibatan ibu Dalam meminpin mengedan dapat dipilih posisi: 1. Jongkok menungging 2. Tidur miring 3. Setengah duduk 4. Posisi tegak ada kaitanya dengan berkurangnya rasa nyeri, mudah mengedan, kurang trauma vagina dan perineum dan infeksi Ibu dianjurkan untuk berkemih sesering mungkin 1. Ibu dipimpin mengedan selama his, anjurkan kepada ibu untuk mengambil napas 2. Mengedan tanpa diselingi bernapas kemungkinan dapat menurunkan pH pada arteri umbilikalis yang dapat menyebabkan denyut jantung tidak normal dan nilai apgar rendah Minta ibu untuk bernapas selagi kontraksi ktika kepala akan lahir. Hal ini menjaga agar perineum meregang pelan dan mengontrol lahirnya kepala dan mencegah robekan Periksa DJJ setelah setiap kontraksi untuk memastikan janin tidak mengalami bradikardi (<120). Selama mengedan yang lama akan terjadi pengurangan aliran darah dan oksigen ke janin 1. Menolong kelahiran kepala a. Letakan satu tangan ke kepala bayi agar defleksi tidak terlalu cepat b. Menahan perineum dengan satu tangan lainnya bila diperlukan c. Mengusap muka bayi untuk membersihkan ari kotoran lendir/ darah 2. Periksa tali pusat Bila lilitan tali pusat terlalu ketat di klem pada dua tempat kemudian digunting antara dua klem tersebut, sambil melindungi leher bayi

Melakukan masase Memberikan dukungan mental

Mengatur posisi yang nyaman buat ibu

Menjaga kandung kemih tetap kosong Memimpin mengedan

Bernapas selama persalinan Pemantauan denyut jantung janin Melahirkan bayi

51

Bayi dikeringkan dan dihangatkan dari kepala sampai seluruh tubuh Lakukan rangsangan taktil pada bayi

3. Melahirkan bahu dan anggota seluruhnya a. Tempatkan kedua tangan pada kedua sisi kepala dan leher bayi b. Lakukan tarikan lembut ke bawah untuk melahirkan bahu depan c. Lakukan tarikan lembut keatas untuk melahirkan bahu belakang d. Selipkan satu tangan anda ke bahu dan lengan bagian belakang bayi sambil menyangga kepala dan selipkan satu tangan lainnya ke punggung bayi untuk mengeluarkan tubuh bayi seluruhnya e. Pegang erat bayi agar janin jangan sampai jatuh Setelah bayi lahir segera selimuti dan keringkan dengan menggunakan handuk atau sejenisnya, letakan pada perut ibu dan berikan bayi untuk menetek 1. Biasanya dengan melakukan pengeringan cukup memberikan rangsangan pada bayi 2. Dilakukan dengan cara mengusap-ngusap pada bagian punggung atau menepuk telapak kaki bayi

(Sumber : Saifuddin, 2002) c. Kala III Waktu yang paling kritis untuk mencegah perdarahan post partum adalah ketika plasenta lahir dan sesegara setelah itu. Ketika plasenta lepas atau sepenuhnya terlepas tapi tidak keluar, maka perdarahan terjadi di belakang plasenta sehingga uterus tidak dapat sepenuhnya berkontraksi karena plasenta masih di dalam. Kontraksi pada otot uterus merupakan mekanisme fisiologis yang menghentikan perdarahan. Kala III batasanya adalah dimulai setelah bayi lahir dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. 1) Fisiologi kala III

52

Pada kala III persalinan, otot uterus berkontraksi mengikuti berkurangnya ukuran rongga uterus secara tiba-tiba telah lahirnya bayi. Penyusutan rongga uterus ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat implantasi plasenta. Karena tempat implantasi menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan menekuk. Menebal kemudian dilepaskan dari dinding uterus. Setelah terlepas plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau bagian atas vagina. Tanda-tanda pelepasan plasenta, yaitu: a) Perubahan bentuk dan tinggi fundus : uterus berbentuk bulat penuh (diskord) dan tinggi fundus biasanya turun hingga dibawah pusat. Pada saat berkontraksi uterus menjadi bulat dan fundus berada diatas pusat b) Tali pusat memanjang. Tali pusat terlihat keluar memanjang atau terjulur melalui vulva dan vagina (tanda ahfeld) c) Semburan darah tiba-tiba. Menandakan bahwa darah yang terkumpul diantara tempat melekatnya plasenta dan

permukaan maternal plasenta, keluar melalui tepi plasenta yang terlepas (Depkes RI, 2004) 2) Pimpinan kala uri a) Memeriksa keadaan ibu tentang : status lokalis obstertik dengan cara palpasi fundus uteri dan konsistensinya,

memeriksa keadaan vital ibu :TD, nadi, respirasi b) Mengawasi perdarahan c) Mencari tanda-tanda pelepasan uri

53

d) Memberi tekanan pada fundus 3) Manajemen aktif kala tiga Tujuannya adalah untuk menghasilkan kontraksi uteus yang lebih efektif sehingga dapat memperpendek waktu kala III persalinan dan mengurangi kehilangan darah dibandingkan dengan

penatalaksanaan fisiologis. Keuntungan-keuntungan manajemen aktif kala III : a) Kala III persalinan yang lebih singkat b) Mengurangi jumlah kehilangan darah c) Mengurangi kejadian retensio plasenta. Manajemen aktif kala III terdiri dari tiga langkah utama: a) Pemberian suntikan oksitosin b) Melakukan penegangan tali pusat terkendali c) Rangsangan taktil (pemijatan) fundus uteri (masase) (Depkes RI, 2004). d. Kala IV Batasannya adalah dua jam setelah plasenta lahir. Masa post partum merupakan saat yang paling kritis untuk mencegah kematian ibu terutama kematian disebabkan karena perdarahan. Selama kala IV petugas harus memantau ibu setiap 15 menit pada jam pertama setelah kelahiran plasenta dan setiap 30 menit pada jam kedua setelah persalinan. Yang dipantau pada kala IV adalah tekanan darah, nadi, temperatur, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, kandung kemih dan perdarahan.

54

Darah yang keluar harus ditajar sebaik-baiknya. Kehilangan darah pada persalinan biasa disebabkan oleh luka pada pelepasan uri dan robekan pada serviks dan perineum. Rata-rata dalam batas normal, jumlah perdarahan adalah 250 cc biasanya 100-300 cc. Bila perdarahan lebih dari 500 cc ini sudah dianggap abnormal. Sebelum meninggalkan ibu yang baru melahirkan, harus memperhatikan 7 (tujuh) pokok penting, yaitu: 1) Kontraksi rahim : baik atau tidak dapat diketahui dengan palpasi. Bila perlu lakukanlah masase dan berikan uterotonika 2) Perdarahan : ada atau tidak, banyak atau biasa 3) Kandung kencing : harus kosong, kalau penuh ibu disuruh kencing dan kalau tidak bisa lakukan kateter. 4) Luka -luka : jahitannya baik atau tidak, ada perdarahan atau tidak 5) Uri dan selaput ketuban harus lengkap 6) Keadaan umum ibu : Tensi, nadi, pernapasan, rasa sakit 7) Bayi dalam keadaaan baik 7. Posisi ibu dalam Persalinan Ibu bersalin dapat mengganti posisi secara teratur selama kala II persalinan karena hal inidapat mempercepat kemajuan persalinan. Posisi ibu dalam kala II persalinan diantaranya : a. Posisi duduk atau setengah duduk Seringkali nyaman bagi ibu dan ibu bisa beristirahat dengan mudah diantara kontraksi jika merasa lelah. Keuntungan dari kedua posisi ini adalah memudahkan melahirkan kepala bayi. b. Posisi jongkok atau berdiri

55

Dapat membantu mempercepat kemajuan kala II persalinan dan mengurangi rasa nyeri yang hebat. c. Posisi merangkak atau berbaring miring ke kiri. Bisa lebih nyaman dan lebih efektif bagi ibu untuk meneran. Kedua posisi ini mungkin baik jika ada masalah bayi yang akan berputar posisi oksiput anterior. Merangkak seringkali merupakan posisi yang baik bagi ibu yang mengalami nyeri punggung saat persalinan. d. Posisi berbaring miring ke kiri Merupakan posisi yang baik bagi ibu jika kelelahan karena ibu bisa beristirahat dengan mudah diantara kontraksi, posisi ini juga bisa membantu mencegah laserasi perenium. (Depkes RI, 2002). 8. Tanda Bahaya Persalinan Tanda-tanda bahaya yang perlu diwaspadai pada saat persalinan diantaranya : a. Bayi tidak lahir dalam 12 jam sejak mulai terasa mules. b. Perdarahan sebelum melahirkan dan setelah lahir. c. Air ketuban berbau busuk atau berwana keruh. d. Tali pusat atau anggota badan bayi keluar lebih dulu. e. Ibu tidak kuat mengedan. f. Ibu kejang-kejang.

9. Asuhan Sayang Ibu pada Masa Persalinan Salah satu prinsip dasar sayang ibu adalah dengan mengikut sertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran

56

bayi. Adapaun asuhan sayang ibu selama persalinan tersebut adalah sebagai berikut: 1) Panggil ibu sesuai namanya, hargai dan perlakukan ibu sesuai martabatnya. 2) Jelaskan asuhan dan perawatan yang akan diberikan pada ibu sebelum memulai asuhan tersebut. 3) Jelaskan proses persalinan. 4) Anjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut dan khawatir. 5) Dengarkan dan tanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu. 6) Berikan dukungan, berdasarkan hatinya dan tentramkan perasaan ibu beserta anggota keluarga yang lain. 7) Anjurkan ibu untuk ditemani suami atau keluarga yang lain selama persalinan dan kelahiran bayinya. 8) Ajarkan suami dan anggota keluarga mengenai cara-cara bagaimana mereka dapat memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan dan kelahiran bayinya. 9) Lakukan praktek-praktek pencegahan infeksi. 10) Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik, dan bahan-bahan perlengkapan dan obat-obatan yang diperlukan. Siap melakukan resusitasi bayi baru lahir pada setiap kelahiran bayi.

C. Postnatal (Masa Nifas) 1. Pengertian

57

Masa nifas (peurperium) dimulai setelah kelahiran plasenta berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu (Saifuddin, 2002).

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis b. Melaksanakan skrining yang komperhensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya c. Memberikan perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat d. Memberikan pelayanan keluarga berencana Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam jam pertama. Masa neonatus merupakan masa kritis dari kehidupan bayi, dua pertiga kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60% kematian bayi baru lahir dalam waktu 7 hari setelah lahir. Dengan pemantauan melekat dan asuhan pada ibu dan bayi masa nifas dapat mencegah beberapa kematian ini. 3. Kunjungan pada Masa Nifas a. Kunjungan I ( 6- 8 jam)

58

Tujuannya: 1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. 2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan merujuk bila perdarahan berlanjut. 3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan pada masa nifas karena atonia uteri. 4) Pemberian ASI awal. 5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir. 6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi. b. Kunjungan 11 (6 hari pasca persalinan) Tujuan: 1) Memastikan involusi uterus berjalan, uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal. 2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal. 3) Memastikan ibu mendapat cukup makan, cairan dan istirahat. 4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyakit. 5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat dan menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-ari. c. Kunjungan III (2 minggu pasca persalinan) Asuhan yang diberikan sama dengan 6 hari post partum. d. Kunjungan IV (6 minggu pasca persalinan) 1) Menanyakan ibu tentang penyakit yang dialami ibu dan bayi.

59

2) Memberikan konseling untuk KB secara dini e. Kunjungan Rumah Suatu proses untuk membantu klien atau keluarga mempelajari dan menemukan kebutuhan kesehatan dengan tujuan untuk

membantu menyadari adanya masalah kesehatan, menegakkan pengertian melaksanakan bersama tindakan mempelajari yang sesuai kebutuhan wewenang, kesehatan memberikan

keyakinan dukungan dan menurunkan stress. (Saifuddin, 2002) 4. Pembagian Masa Nifas Masa nifas dibagi menjadi tiga periode, yaitu: b. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan c. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6-8 minggu d. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa

bermingguminggu, bulanan, atau tahunan. 5. Perubahan Fisiologi yang terjadi pada masa nifas Terdapat dua perubahan penting pada masa puerperium, yaitu : a. Involusi uterus dan pengeluaran lochea Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan bobot hanya 60 gr. Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :

60

1) Autolisys Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi didalam otot uterin, enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga sepuluh kali panjangnya dari semula dan lima kali lebar dari semula selama kehamilan. 2) Terdapat polymorphin phagolitik dan macrophages didalam sistem vaskuler dan system limphatik. 3) Efek oksitosin Penyebab kontraksi dan retraksi otot uterin sehingga akan mengkompres pembuluh darah yang akan mengurangi

masukanya darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi perdarahan. Tabel 2.7 Proses Involusi Uteri Involusi Plasenta Lahir 7 hari (1 minggu) 14 hari (2 minggu) 42 hari (6 minggu) 56 hari (8 minggu) (Mochtar.R, 1998) Tinggi Fundus Sepusat Pertengahan pusat simpisis Tak teraba Sebesar hamil 2 minggu Normal Berat Uterus 1000 gram 500 gram 350 gram 50 gram 30 gram tempat implantasi plasenta serta mengurangi

Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas, lochea mempunyai reaksi biasa yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal, lochea mengalami perubahan karena proses involusi.

61

Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya, sebagai berikut : a) Lochea Rubra (Kruenta) 1 sampai 3 hari, berwarna merah hitam. Terdiri dari sel desidua, vemiks caseosa, rambut lanugo, sisa mekoneuml, sisa darah. b) Lochea Senginolenta 3 sampai 7 hari Berwarna putih bercampur darah.

c) Lochea Serosa 7 sampai 14 hari Berwarna kuning kekuningan

d) Lochea Alba Setelah hari ke 14 Berwarna putih (Mochtar, 2006).

b. Perubahan Psikis Tiga tahap perilaku ibu post partum menurut Rubin : 1) Talking in (1-2 hari) a) Ibu menceritakan pengalaman persalinan membandingkan dengan yang lain. b) Membutuhkan bantuan orang lain dan terlihat pasif c) Susah mengambil keputusan d) Berfokus pada diri sendiri e) Depresi

62

2) Talking hold (3-5 hari) a) Menerima peran baru dan belajar b) Merasa lebih nyaman dan tenang mulai pulih kembali c) Ibu berkeinginan merawat bayinya d) Letting go (2-4 hari) e) Ibu telah sembuh f) Ibu menerima peran baru sebagai orang tua

g) Dapat melakukan sehari-hari h) Merasa tanggung jawab terhadap perawatan bayi. c. Laktasi/pengeluaran Air Susu Ibu Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, ibu yang selalu ada dalam keadaan sedih, tertekan, kurang percaya diri dan berbagai bentuk ketegangan emosional akan menurunkan volume ASI bahkan memungkinkan tidak terjadi produksi ASI. Terdapat dua refleks yang dipengaruhi oleh keadaan jiwa ibu, yaitu : 1) Refleks Prolaktin Pada waktu bayi menghisap payudara ibu, maka ibu menerima rangsangan nero hormonial pada puting dan aerola, rangsangan ini melalui nervus vagus diteruskan ke hypophysa lalu ke lobus anterior, lobus anterior akan mengeluarkan hormone prolaktin dan masuk melalui peredaran darah sampai pada kelenjar-kelanjar, pembuatan ASI terangsang untuk memproduksi ASI. 2) Refleks Let Down

63

Refleks ini mengakibatkan memancarnya ASI keluar, isapan bayi akan merangsang puting susu dan aerola yang dikirim lobus posterior melalui nervus vagus dari grandula pituitary posterior dikeluarkan hormon oksitosin kedalam peredaran darah yang menyebabkan adanya kontraksi otot-otot myoepitel dari saluran air susu, karena adanya kontraksi ini maka ASI akan terperas ke arah ampulla. 6. Tindakan yang Baik Selama Asuhan Masa Nifas a. Kebersihan diri 1) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh. 2) Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. 3) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut setidaknya 2 hari sekali. 4) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya. 5) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka. b. Istirahat 1) Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan. 2) Sarankan ia untuk kembali ke kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat pada saat bayi tidur. 3) Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal: a) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi

64

b) Memperlambat perdarahan.

proses

involusi

dan

memperbanyak

c) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.

c. Latihan Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat membantu, seperti : 1) Dengan tidur terlentang dengan lengan di samping, menarik otot perut selagi menarik otot perut selagi menarik nafas, tahan nafas ke dalam dan angkat dagu ke dada, tahan satu hitungan sampai 5, rileks dan ulangi sebanyak 10 kali. 2) Untuk memperkuat tonus otot jalan lahir dasar panggul (latihan kegel). 3) Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot-otot pantat dan pinggul dan tahan sampai lima hitungan. Kendurkan dan ulangi latihan sebanyak lima kali. Mulai dengan mengerjakan lima kali latihan untuk setiap gerakan. Setiap minggu naikan jumlah latihan lima kali lebih banyak. Pada minggu ke-6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 kali. d. Gizi Ibu menyusui harus : 1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari.

65

2) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan viatamin yang cukup. 3) Minum sedikitnya tiga liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui). 4) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca bersalin. 5) Minum kapsul viatamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI-nya. e. Menyusui ASI mengandung semua bahan yang diperlukan bayi, mudah dicerna, memberi perlindungan terhadap infeksi, selalu segar, bersih dan siap untuk diminum. 1) Tanda ASI cukup a) Bayi kencing setidaknya enam kali dalam 24 jam dan warnanya jernih sampai kuning muda. b) Bayi sering buang air besar berwarna kekuningan berbiji. c) Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun dan tidur cukup. Bayi yang selalu tidur bukan pertanda baik. d) Bayi setidaknya menyusu 10-12 kali dalam 24 jam. e) Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali selesai menyusui. f) Ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI setiap kali bayi mulai menyusu. g) Bayi bertambah berat badannya. 2) ASI tidak cukup

66

Bayi harus diberi ASI setiap kali ia merasa lapar (setidaknya menyusu 10-12 kali dalam 24 jam) dalam dua minggu pasca persalinan. Jika bayi dibiarkan tidur lebih dari 3-4 jam atau bayi diberi jenis makanan lain atau payudara tidak dikosongkan dengan baik tiap kali menyusui, maka pesan hormonal yang diterima otak ibu adalah untuk menghasilkan susu lebih sedikit. 3) Meningkatkan Produksi ASI a) Untuk Bayi Menyusui bayi setiap dua jam siang dan malam hari dengan menyusi 10-15 menit setiap payudara. Bangunkan bayi, lepaskan baju yang menyebabkan rasa gerah dan duduklah selama menyusui. Pastikan bayi menyusu dengan posisi menempel yang baik dan denganrkan suara menelan yang aktif. Susui bayi ditempat yang tenang dan nyaman, serta minumlah setiap kali menyusui. Tidurlah bersebelahan dengan bayi.

b) Untuk Ibu Ibu harus meningkatkan istirahat dan minum. Petugas kesehatan harus mengamati ibu yang menyusui bayinya dan mengoreksi setiap kali terdapat masalah pada posisi penempelan antara mulut bayi dengan puting. Yakinkan bahwa ia dapat memproduksi susu lebih banyak dengan melakukan hal-hal tersebut diatas. f. Perawatan payudara

67

1) Menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama puting susu. 2) Menggunakan BH yang menyokong payudara. 3) Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan dimulai dari puting susu yang tidak lecet. 4) Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok. 5) Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat minum parasetamol 1 tablet setiap 4-6 jam. 6) Apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI, lakukan : a) Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat selama lima menit. b) Urut payudara dari arah pangkal munuju puting. c) Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga puting susu menjadi lunak. d) Susukan bayi setiap 2-3 jam. Apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI sisanya keluarkan dengan tangan. e) Letakan kain dingin pada payudara setelah menyusui. g. Keluarga Berencara 1) Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya dua tahun sebelum ibu hamil kembali. 2) Biasanya wanita tidak akan menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia mendapatkan lagi haidnya selama meneteki (amenore laktasi). Oleh karena itu metode amenore laktasi dapat dipakai sebelum

68

haid pertama kembali untuk mencegah terjadinya kehamilan baru. Resiko cara ini ialah 2% kehamilan. 3) Meskipun beberapa metode KB mengandung resiko, penggunaan kontrasepsi tetap lebih aman, terutama apabila ibu sudah haid lagi. 4) Sebelum menggunakan metode KB, hal-hal berikut sebaiknya dijelaskan dahulu kepada ibu : a) Bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan dan efektivitasnya. b) Kelebihan/keuntungannya. c) Kekurangannya d) Efek samping e) Bagaimana menggunakan metode itu f) Kapan metode itu dapat mulai digunakan untuk wanita pasca salin yang menyusui. 5) Jika seorang ibu/pasangan telah memilih metode KB tertentu, ada baiknya untuk bertemu dengan lagi dalam dua minggu untuk mengetahui apakah ada yang ingin ditanyakan oleh ibu/pasangan itu untuk mengetahui apakah metode tersebut bekerja dengan baik (Saifuddin, 2002). 7. Tanda Bahaya pada Masa Nifas Sebagian besar kematian ibu terjadi selama masa post partum oleh karena itu sangatlah penting untuk membimbing para ibu dan keluarganya mengenai tanda-tanda bahaya yang mendakan bahwa ia

69

perlu segera mencari bantuan medis, ibu juga perlu mengetahui kemana ia mencari bantuan tersebut (Saifuddin, 2002) Beritahulah ibu jika mengetahui adanya masalah-masalah berikut, maka ia perlu segera menemui bidan : a. Perdarahan vagina yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak (lebih dari perdarahan haid biasa atau bila memerlukan penggantian pembalut dua kali dalam setengah jam). b. Pengeluaran vagina yang baunya menusuk. c. Rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung. d. Sakit kepala yang terus menerus, nyeri ulu hati atau masalah penglihatan. e. Pembengkakan diwajah atau di tangan. f. Demam, muntah, rasa sakit pada waktu buang air kecil atau jika merasa tidak enak badan. g. Payudara yang berubah menjadi merah, panas dan atau terasa sakit. h. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama. i. j. Rasa sakit, merah, lunak dan/atau pembengkakan di kaki. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya atau diri sendiri. k. Merasa sangat letih atau nafas terengah-engah (Saifuddin, 2002) 8. Asuhan sayang ibu pada masa Nifas a. Anjurkan ibu untuk selalu berdekatan dengan bayinya (rawat gabung). b. Bantu ibu untuk memulai membiasakan menyusui dan anjurkan memberikan ASI sesuai permintaan.

70

c. Anjurkan ibu dan keluarganya mengenai nutrisi dan istirahat yang cukup setelah melahirkan. d. Anjurkan suami dan anggota keluarga untuk memeluk bayi dan mensyukuri kelahiran bayi. e. Ajarkan ibu dan anggota keluarga tentang bahaya dan tanda-tanda bahaya yang dapat diamati dan anjurkan mereka untuk mencari pertolongan jika terdapat masalah atau kekhawatiran

(Saifuddin, 2002) 9. Kebijakan Program Nasional Masa NifasProgram dan Kebijakan Teknis Paling sedikit 4 kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi. Tabel 2.8 Kunjungan Masa Nifas Kunjungan 1 Waktu 6-8 jam setelah persalinan Uraian 1. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri 2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain pada perdarahan, rujuk bila perdarahan 3. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana cara mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri 4. Pemberian ASI awal 5. Melakukan hubungan antara ibu dan BBL 6. Menjaga bayi tetap sehat dengan mencegah hipotermia 1. Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi fundus di bawah u8mbilicus, tidak ada perdarahan abnormal.

6 hari setelah persalinan

71

3 4

2 minggu setelah persalinan 6 minggu setelah persalinan

2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal. 3. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat 4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit 5. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, perawatan tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi seharihari. Sama seperti kunjungan ke 2 (6 hari setelah persalinan) 1. Menanyakan ibu tentang penyulitpenyulit yang ia atau bayi alami 2. Memberikan konseling untuk KB secara dini

(Sumber : Saifuddin, 2002)

D. Bayi Baru Lahir 1. Definisi Bayi yang mampu hidup diluar rahim dengan berat badan lebih dari 2500 gram, asuhan segera pada bayi adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah kehamilan

(Depkes RI, 2004) 2. Tujuan Asuhan Bayi baru Lahir a. Membersihkan jalan nafas b. Memotong dan merawat tali pusat. c. Mempertahankan suhu tubuh bayi. d. Identifikasi. e. Pencegahan infeksi (Depkes RI, 2004) 3. Perubahan Fisiologis pada Bayi Baru Lahir

72

a. Sistem Sirkulasi Setelah bayi lahir bayi akan bernafas, ini akan menjadikan penurunan pada tekanan arteri pulmonalis, sehingga banyak darah mengalir ke paru-paru, duktus arterius botali menutup 1-2 menit setelah bayi bernafas. Dengan diguntingnya tali pusat maka akan terjadi penurunan pada vena cava inferior, sehingga tekanan pada atrium kanan berkurang sebaliknya tekanan pada atrium kiri bertambah maka terjadi penutupan foramen ovale (Saifuddin, 2002). O2 janin lebih rendah dari pada orang dewasa. Untuk mengimbangi ini peredaran janin lebih cepat, kadar Hb janin tinggi (18gr%) dan eritoctnya (5,5 juta/mm3) (Saifuddin, 2002) Perbedaan Hb janin dan orang dewasa : 1) Hb janin dibuat dalam hati, Hb dewasa pada sumsum merah. 2) Hb janin lebih mudah mengambil dan menyerahkan O2 dari pada orang dewasa. 3) Hb janin baru diganti seluruhnya oleh Hb biasa pada umur 4 bulan atau lebih (Saifuddin, 2002) b. Sistem Respirasi Pernafasan bayi baru lahir tidak teratur, kedalamannya, kecepatannya dan bervariasi 30-60x/menit. Rangsangan gerakan nafas pertama kali karena tekanan mekanis pada toraks sewaktu melalui jalan lahir sehingga terjadi kehilangan setengah dari jumlah cairan yang ada di paru-paru, sehingga sesudah lahir cairan yang hilang diganti dengan udara, paru-paru berkembang dan rongga dada kembali ke bentuk semula.

73

1) Penurunan tekanan oksigen dan kenaikan CO2 merangsang dengan masuknya darah dari paru-paru kedalam atrium kiri, menyebabkan foramen ovale menutup, sirkulasi janin berubah menjadi sirkuit bayi yang hidup diluar badan ibu. 2) Kemoreseptor pada sinus karotis rangsangan dingin didaerah muka dapat merangsang permulaan gerakan pernafasan

(Saifuddin, 2002). c. Suhu Tubuh Saat lahir suhu bayi sama dengan suhu ibu, tapi bayi memiliki insulasi lemak, luas permukaan tubuh yang besar, sirkulasi yang relative buruk serta belum dapat berkeringat dan menggigil maka suhu lingkungan harus diatur 36,5-37,20C. Untuk mengurangi kehilangan panas dilakukan pengaturan suhu kamar, membungkus badan dan kepala bayi, disimpan ditempat tidur hangat

(Saifuddin, 2002). d. Saluran Pencernaan Pada kehamilan 4 bulan pencernaan telah terbentuk dan janin telah dapat menelan air ketuban dalam jumlah yang cukup, absorpsi air ketuban terjadi melalui mukosa seluruh saluran pencernaan. Bila dibandingkan dengan pencernaan orang dewasa pencernaan neonatus lebih berat dan lebih panjang. Enzim pencernaan sudah terdapat pada neonatus kecuali amylase, aktivitas lipase terjadi pada janin 7-8 bulan (Saifuddin, 2002). e. Keseimbangan Air dan Fungsi Ginjal

74

Glomerolus mulai dibentuk pada janin umur 8 minggu. Pada kehamilan 28 minggu jumlahnya sekitar 350.000, ginjal janin mulai berfungsi pada usia kehamilan 3 bulan. Hingga umur tiga hari ginjal bayi belum dipengaruhi oleh pemberian air minum, sesudah 5 hari ginjal mulai memproses air yang didapat dari luar (Saifuddin, 2002). f. Susunan Saraf Pada trimester akhir hubungan antara saraf dan fungsi otot-otot menjadi lebih sempurna, sehingga janin di atas 32 minggu dapat hidup diluar kandungan. Pada kehamilan 7 bulan mata janin sangat sensitif terhadap cahaya (Saifuddin, 2002). Aspek-aspek penting dari asuhan segera bayi baru lahir : 1) Jagalah agar bayi tetap kering dan hangat 2) Usahakan adanya kontak antara kulit bayi dengan kulit ibunya sesegera mungkin segera setelah melahirkan badan bayi. 3) Sambil secara cepat menilai pernafasan, letakan bayi dengan handuk diatas perut ibu. 4) Dengan kain bersih dan kering atau kasa lap darah atau lendir dari wajah bayi untuk mencegah jalan udaranya terhalang. Periksa ulang pernafasan bayi (Saifuddin, 2002). 4. Pantalaksanaan Bayi Baru lahir a. Penilaian Awal Nilai kondisi bayi baru lahir secara cepat dengan menilai hal-hal berikut : 1) Bayi menangis kuat atau bernafas tanpa kesulitan. 2) Bayi bergerak dengan aktif atau dalam keadaan lemas.

75

3) Warna kulit bayi merah muda, pucat atau biru (Varney, 2006). b. Membersihkan Jalan Nafas Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir. Apabila bayi tidak langsung menangis, penolong segera

membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai berikut : 1) Letakan bayi pada posisi terlentang ditempat yang keras dan hangat. 2) Gulung sepotong kain dan letakan dibawah bahu sehingga leher bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk. 3) Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari tangan yang dibungkus dengan kassa steril. 4) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi dengan kain kering dan kasar. c. Memotong dan Merawat Tali Pusat 1) Klemlah tali pusat dengan dua buah klem, pada titik kira-kira 2 dan 3 cm dari pangkal pusat bayi (tinggalkan kira-kira 1 cm diantara klem-klem tersebut). 2) Potonglah tali pusat diantara kedua klem sambil melindungi bayi dari gunting dengan tangan kiri anda. 3) Pertahankan kebersihan pada saat memotong tali pusat. 4) Periksa tali pusat setiap 15 menit. Apabila masih terjadi perdarahan, lakukan pengikatan ulang yang lebih kuat. d. Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi 1) Pastikan bayi tersebut tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi dengan kulit ibu.

76

2) Gantilah handuk/kain yang basah dan bungkus bayi tersebut dengan selimut dan jangan lupa memastikan bahwa kepala telah terlindung dengan baik untuk mencegah keluarnya panas tubuh. 3) Pastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapak bayi setiap 15 menit : a) Apabila telapak bayi tetap dingin, periksalah suhu aksila bayi. b) Apabila suhu bayi kurang dari 36,50C, segera hangatkan bayi tersebut. Mekanisme kehilangan panas c) Evaporasi adalah cara kehilangan panas yang utama pada tubuh bayi. Kehilangan panas karena menguapnya cairan ketuban pada permukaan tubuh setelah bayi lahir karena tubuh bayi tidak segera dikeringkan. d) Konduksi adalah kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. e) Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi terpapar dengan udara sekitar yang lebih dingin. f) Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi ditempatkan dekat benda yang mempunyai temperature tubuh lebih rendah dari temperatur tubuh bayi (APN, 2002). e. Memberi Vitamin K Kejadian perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir dilaporkan cukup tinggi, untuk mencegah perdarahan tersebut semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberi

77

vitamin K peroral 1 mg/hari selama 3 hari sedangkan bayi resiko tinggi diberi vitamin K perparenteral dengan dosis 0,5-1 mg IM. f. Member Obat Tetas/Salep Mata Di beberapa Negara perawatan mata bayi baru lahir secara hukum diharuskan untuk memcegah terjadinya oftalmia neonatorum. Pemberian obat mata eritomisin 0,5 % atau tetraksiklin 1 % dianjurkan untuk mencegah penyakit mata karena penyakit menular seksual (klamidia). g. Identifikasi Bayi Apabila bayi dilahirkan ditempat bersalin yang persalinannya mungkin lebih dari satu persalinan, maka sebuah alat pengenal yang efektif harus diberikan kepada setiap bayi baru lahir dan harus tetap ditempatnya sampai waktu bayi dipulangkan. Ukurlah berat lahir, panjang bayi, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar perut, dan catat dalam rekam medik. h. Pemantauan Bayi Baru Lahir Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut kesehatan. i. Kontak Dini Dengan Ibu 1) Berikan bayi pada ibu secepat mungkin. Kontak dini antara ibu dan bayi penting untuk: a) Kehangatan mempertahankan panas yang benar pada bayi baru lahir.

78

b) Ikatan batin dan pemberian ASI. 2) Dorongan ibu untuk menyusui bayinya apabila bayi telah siap (dengan menunjukan reflex rooting) (Varney, 2006).

5. Pemantauan Pada Bayi Baru Lahir Yang harus diperhatikan adalah: a. Suhu badan dan lingkungan b. Tanda-tanda vital c. Berat badan d. Mandi dan perawatan kulit e. Pakaian f. Perawatan tali pusat

Dengan mencatat semua hasil pemantauan (Varney, 2006). 6. Asuhan pada Bayi Baru Lahir a. Asuhan yang diberikan pada periode transisional 1) Periode Pertama Reaktivitas a) Periode ini berakhir kira-kira 30 menit setelah kelahiran dengan memantau frekuensi jantung dan pernafasan setiap 30 menit pada 4 jam pertama. b) Menjaga kehangatan tubuh bayi (suhu di aksila 36,50 C dan 370 C ), Tempatkan ibu dan bayi bersama-sama. c) Tunda pemberian tetes mata pada 1 jam pertama untuk meningkatkan interaksi antara ibu dan bayi.

79

2) Fase Tidur a) Dimulai 30 menit setelah periode pertama reaktifitas dan dan berakhir sampai 2-4 jam b) Kebutuhan perawatan yang khusus di perlukan selama fase tidur, bayi tidak berespon terhadap stimulus eksternal namun ibu dan keluarga dapat memeluk dan menggendongnya 3) Periode Kedua Setelah Reaktifitas a) Periode ini terjadi sekitar 4-6 jam

b) Memantau bayi terhadap kemungkinan tersedak, metode stimulus segera jika terjadi apneu c) b. Kaji keinginan bayi (menelan, menghisap)

Asuhan Pasca Tradisional Perawatan bayi baru lahirnormal yang mencakup : 1) Pengkajian tanda-tanda vital 4 jam dan 8 jam

2) Perawatan tali pusat selama 8 jam 3) Pemberian ASI setap 3-4 jam 4) Mengganti popok bayi jika di perlukan 5) Menimbang berat badan bayi 1 kali setiap 24 jam c. Rencana Asuhan 2-6 Hari Melakukan pengkajian dan penyuluhan mengenai : 1) Minum Kebutuhan cairan bayi diberikan pada hari pertama masuk sebanyak 60 ml/kg BB dan setiap hari ditambah sehingga pada hari ke-14 dicapai 200 ml/kg BB sehari. Dalam hari pertama berat badan akan turun karena pengeluaran mekonium dan masuknya

80

cairan belum mencapai. Turunnya berat badan tidak lebih dari 10%, berat badan akan naik lagi pada hari ke-10 dan seterusnya. 2) Buang Air Besar Mekonium akan mulai keluar pada waktu 24 jam berlangsung sampai hari ke 2-3. Pada hari ke 4-5 warna tinja menjadi coklat kehijau-hiajuan, defekasi dapat terjadi 3-8 kali/hari. 3) Buang Air Kecil Air kencing dapat keluar dalam 24 jam. 4) Tidur Siklus tidur bayi erat kaitannya dengan seberapa sering bayi makan dan penyesuaian dengan lingkungan. Bayi akan tidur 1220 jam dalam 24 jam 5) Kebersihan Kulit Ibu harus sudah mampu memandikan bayi secara mandiri 6) Memandikan Bayi a) Persiapan alat: pakian bersih, popok, sabun, handuk, selimut, parnel, klem tali pusat, waslap, bak mandi, selemek, kassa steril/DDT b) Cuci tangan c) Pastikan ruangan dalam keadaan hangat d) Siapkan air hangat tapi tidak terlalu panas dalam bak mandi e) Siapkan pernel, handuk dan pakaian bayi siap pakai f) Lepaskan pakaian bayi

g) Bersihkan tinja daerah pantat sebelum di mandikan agar air mandi tetap segar

81

h) Letakkan bayi pada pernel i) Cuci tali pusat dengan menggunakan air bersih dan sabun, lakukan pengikatan ulang tali pusat bila terdapat perahan j) Sanggalah bayi bersihkan bagian kepala bayi lalu keringkan

k) Cuci mukanya terlebih dahulu l) Basahi dan sabuni badan bayi lalu keringkan

m) Jika bayi laki-laki tarik katup (prepesium) ke belakang dan bersihkan. Bila bayi perempuan bersihkan labia minora dan mayora n) Keringkan betul-betul bayi dengan handuk yang hangat dan kering o) Tempatkan bayi pada alas dan popok yang hangat dan kering p) Pertahankan sisa tali pusat dalam keadaan terbuka agar terkena udara dan tutupi dengan kain bersih q) Lipat popok di bawah tali pusat r) Jika tali pusat terkena kotoran atau tinja cuci tinja dengan sabun dan air bersih dan keringkakan betul-betul s) Yakinkan bahwa ujung atas popok berada di bawah sisa tali pusat t) Kenakan pakaian yang bersih dan kering

u) Selimutilah bayi (Wiknjosastro, 2006) 7. Refleks-refleks Pada Bayi Baru Lahir a. Refleks Moro

82

Reflek ini adalah salah satu reflek yang didapat oleh bayi, sebab reflek ini menunjukan status neurologist, ini juga sering disebut reflek kejutan b. Refleks Palmar Grap Refleks ini adalah suatu reflek ketika sebuah benda diletakan ditelapak tangan noenatus, refleks menggenggam menyebabkan jari menggenggam benda tersebut, refleks ini dapat terlihat sampai umur satu tahun. c. Refleks Tonik Neck Refleks ini dapat diobservasi pada neonatus dalam posisi terlentang. Refleks ini tidak dapat dilihat pada bayi yang berusia 1 hari, meskipun refleks ini dapat diamati sampai usia bayi 3-4 bulan. d. Refleks Rooting Refleks ini ditandai dengan penghisapan secara kuat jari atau putting susu ketika dimasukan ke dalam mulut. e. Refleks Menelan Refleks ini ditandai dengan menelan secara tepat cairan yang dimasukan ke dalam mulut, reflek ini dapat dengan mudah di observasi pada saat makan. f. Refleks Babinski Refleks ini disebut juga refleks hiperektensi jari kaki, terjadi ketika bagian lateral dari telapak kaki bayi digores dari tumit ke atas dan menyilang pada kaki, reflek ini menghilangkan setelah satu tahun. g. Refleks Menginjak

83

Bayi dapat membuat gerakan menginjak yang kadang-kadang disebut gerakan menari. Reflek ini kadang-kadang sulit diperoleh sebab tidak semua bayi kooperatif, dan menghilang berangsur-angsur pada usia 4 bulan (Wiknjosastro, 2006) 8. Imunisasi Pengertian imunisasi adalah memberikan kekebalan pada bayi, anak dengan maksud mengurangi timbulnya kesakitan, menurunkan angka kematian dan mencegah akibat buruk lebih lanjut.

Macam-macam imunisasi : a. Hepatitis B Vaksinasi dimaksudkan untuk mendapat kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis B/lever. Imunisasi ini dilakukan dengan cara pemberian suntikan dasar sebanyak 3 kali dengan jangka waktu 4 minggu antara suntikan pertama dan ke-2 dan 4 minggu lagi antara suntikan ke-2 dan ke-3 imunisasi ulang diberikan 5 tahun setelah imunisasi dasar. Jadwal pemberian Imunisasi Hepatitis B : 1) Hepatitis B1, bisa di berikan pada usia 0 7 hari 2) Hepatitis B2, bisa diberikan 4 minggu setelah Hepatitis B1 3) Hepatitis B3, bisa diberikan 4 minggu setelah Hepatitis B2 4) Kekebalan vaksin Hepatitis B cukup tinggi. Yaitu berkisar antara 94-96% Reaksi Imunisasi Hepatitis B :

84

Biasanya berupa nyeri pada tempat suntikan mungkin disertai dengan pembengkakan/rasa panas yang mungkin juga disertai dengan demam ringan b. BCG Pemberian imunisasi BCG bertujuan untuk menimbulkan aktif terhadap penyakit tuberculosis (TBC). Vaksin BCG mengandung kuman BCG (Bacillus Calmette Geurin) yang masih hidup. Jenis kuman TBC ini telah dimatikan. Imunisasi ini cukup diberikan satu kali saja. Sebaiknya dilakukan ketika bayi baru lahir sampai berumur 11 bulan sesuai dengan program pemberiannya satu kali. Jenis Pemberian Imunisasi BCG : 1) Bayi 0 11 bulan sebaiknya diberikan pada umur 0 2 bulan dengan dosis 0,01 mg. 2) Vaksin diulang pada umur 5 tahun, dan sebelum divaksin sebaiknya dilakukan uji mantoux tes dahulu. c. DPT Pemberian imunisasi ini untuk memberi kekebalan aktif secara bersamaan (stimulasi ) terhadap penyakit Difteri, Pertusis, Tetanus. Jadwal pemberian Imunisasi DPT : 1) Pada bayi umur 2-11 bulan sebanyak 2 -3 kali suntikan selang waktu 4 minggu secara IM atau Sub Cutan. 2) Imunisasi lainnya diberikan setelah bayi umur 1,5 2 tahun 3) Diulang kembali dengan vaksi DT pada usia 5-6 tahun (kelas 1 SD) 4) Diulang lagi pada umur 10 tahun ( menjelang tamat SD kelas 4)

85

Reaksi dari pemberian Imunisasi DPT : 1) Demam ringan 2) Pembengkakan dan rasa nyeri pada tempat penyuntikan 1-2 hari 3) Kadang-kadang reaksi yang lebih berat demam tinggi dan kejang disebabakan unsur pertusisnya. d. Polio Tujuan pemberian vaksin ini untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit poliomyelitis (penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh virus polio).

Jadwal pemberian imunisasi polio : Sejak anak baru lahir atau berumur beberapa hari, sebanyak 4 kali pemberian dengan dosis 2 tetes dengan jarak pemberian 4 minggu. 1) Pemberian ulang pada umur 1,5 2 tahun. 2) Vaksin polio diberikan secara bersama-sama dengan vaksin BCG, Hepatitis B dan DPT. 3) Kekebalan yang diperoleh dari vaksinasi polio 45 100 % e. Campak Tujuan pemberian vaksin campak untuk mendapat kekebalan terhadap penyakit campak. Vaksin campak mengandung virus campak hidup yang telah dilemahkan. Jadwal pemberian imunisasi campak : 1) Umur 9 bulan. 2) Kekebalan yang diperoleh 96 99%. Reaksi Imunisasi Campak

86

1) Demam ringan. a) Sedikit bercak merah pada pipi, dibawah telinga pada hari ke-7 dan ke-8 setelah penyuntikan. b) Pembengkakan pada tempat penyuntikan. 2) Kejang-kejang ringan pada hari ke-10 sampai ke-12 tidak berbahaya. 3) Demam sampai 38C. 4) Anak mempunyai riwayat kejang diberikan dengan pengawasan dokter (Mansjoer, 2000)

9. Tanda-tanda Bahaya yang Harus Diwaspadi pada Bayi Baru Lahir a. Pemafasan sulit atau lebih dari 60 kali per menit b. Kehangatan terlalu panas (38 atau terlalu dingin 36 derajat celcius) c. Warna kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru atau pucat, memar d. Pemberian makan hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak muntah e. Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah f. Infeksi - suhu meningkat, merah, bengkak, keluar cairan (nanah), bau busuk, pemafasan sulit g. Tinja/kemih tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek, sering, hijau tua, ada lendir atau darah pada tinja h. Aktivitas menggigil, atau tangis tidak biasa, sangat mudah tersinggung lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang, kejang halus, tidak bisa tenang, menangis terus-menerus (Wiknjosastro, 2006).

87

E. Serotinus 1. Pengertian Serotinus adalah suatu keadaan dimana plasenta tidak sanggup memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2 sehingga janin mempunyai risiko asfiksia dan bahkan kematian dalam rahim (Manuaba, 2002). Istilah lain dari serotinus adalah kehamilan postmatur yaitu kehamilan yang berlangsung lebih lama dari 42 minggu, dihitung berdasarkan rumus Naegele dengan siklus haid rata-rata 28 hari (Mochtar, 2006). Kurangnya sirkulasi darah menuju plasenta dapat mengakibatkan hal-hal berikut di bawah ini: a. Pertumbuhan janin semakin lambat b. Terjadinya perubahan metabolism pada janin c. Air ketuban berkurang dan semakin lembek d. Sebagian janin bertambah berat sehingga memerlukan tindakan operasi persalinan e. Berkurangnya nutrisi dan oksigen ke janin yang menyebabkan asfiksia dan kematian dalam rahim f. Pada saat proses persalinan janin lebih mudah mengalami asfiksia Kematian janin pada kehamilan serotinus dapat terjadi sekitar 2535% dalam rahim dan menyebabkan persalinan dengan tindakan operasi persalinan (Manuaba, 2002). 2. Etiologi

88

Etiologi

yang

pasti

masih

belum

diketahui,

Faktor

yang

dikemukakan adalah hormonal yaitu kadar progesterone tidak cepat turun walaupun kehamilan tidak cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang. Faktor lain adalah factor hereditas, karena postmaturitas sering dijumpai pada suatu keluarga tertentu. 3. Tanda-tanda 1) Biasanya lebih berat dari bayi matur 2) Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur 3) Rambut lanugo hilang atau sangat kurang 4) Verniks kaseosa di badan kurang 5) Kuku kuku panjang 6) Rambut kepala agak tebal 7) Kulit agak pucat dengan deskuamasiepitel (Mochtar, 2006). 4. Pengaruh terhadap Ibu dan Janin a. Terhadap ibu Persalinan postmatur dapat menyebabakan distosia karena aksi uterus tidak terkoordinir, janin besar, dan moulding (kepala kurang). Maka akan sering dijumpai partus lama, kesalahan letak, inersia uteri, distosia bahu, dan perdarahan postpartum. b. Terhadap janin Jumlah kematian bayi pada kehamilan 43 minggu 3 kali lebih besar dari kehamilan 40 minggu, karena postmaturitas akan menambah bahaya pada janin diantaranya: berat badan janin dapat bertambah besar, tetap dan ada yang berkurang, sesuai dengan

89

kehamilan 42 minggu dan ada pula yang bisa terjadi kematian janin dalam kandungan. c. Penatalaksanaan 1) Setelah usia kehamilan lebih dari 40 42 minggu yang penting adalah monitoring janin sebaik baiknya. 2) Apabila tidak ada tanda tanda insufisiensi plasenta, persalinan spontan dan di tunggu dengan pengawasan ketat. 3) Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks, kalau sudah matang boleh dilakukan induksi persalinan dengan atau tanpa amniotomi. 4) Bila riwayat kehamilan yang lalu ada kematian janin dalam rahim, terdapat hipertensi, pre-eklamsi, dan kehamilan ini adalah anak pertama karena infertilitas atau pada kehamilan lebih dari 40 42 minggu maka ibu dirawat dirumah sakit. 5) Tindakan operasi seksio sesarea dapat dipertimbangkan pada insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang, pembukaan yang belum lengkap, persalinan lama dan terjadi tanda gawat janin atau pada pimigravida tua, kematian janin dalam kandungan, pre-eklamsia, hipertensi menahun, infertilitas, dan kesalahan letak janin. 6) Pada persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama akan sangat merugikan bayi, janin postmaturus kadangkadang besar, dan kemungkinan disproporsi sefalo pelviks dan distosia janin perlu dipertimbangkan. Selain itu janin postmatur lebih peka terhadap sedative dan narkosa, jadi harus dipakai

90

anastesi

induksi

dan

jangan dibawah

lupa

perawatan

neonatus anak

postmaturitas (Mochtar, 2006).

perlu

pengawasan

dokter

You might also like