You are on page 1of 6

Anoreksia nervosa Definisi Anoreksia nervosa merupakan salah satu sindroma yang amat khas mengenai gangguan somatik

yang penyebabnya berasal dari faktor psikis. Anoreksia nervosa adalah gangguan perilaku yang berkaitan dengan pola makan. Dewasa ini pengertian anoreksia nervosa lebih banyak diartikan sebagai peristiwa penolakan makan seseorang, yang biasanya oleh gadis remaja, karena ia takut menjadi gemuk atau oleh karena sebab histerik lainnya.(2)

Etiologi Faktor biologi, sosial, dan psikososial terlibat dalam penyebab dari anoreksia nervosa. Faktor biologi. Kelaparan menghasilkan beberapa perubahan biokimia, yang sebagian juga ada pada pasien depresi, seperti hiperkortikolemia dan non supresi dari dexamethason. Fungsi tiroid juga tertekan. Kelaparan juga menyebabkan amenorrhea yang menunjukkan kadar hormon (LH, FSH, gonadotropin, RH).. Meskipun begitu, beberapa pasien anoreksia nervosa menderita amenorrhea sebelum kehilangan berat badan yang signifikan. Faktor sosial. Pasien anoreksia nervosa menemukan dukungan atas perilaku mereka dan pandangan masyarakat akan kekurusan tubuh dan olah raga. Tidak ada gambaran yang spesifik untuk anoreksia nervosa dalam keluarga, namun bukti menunjukkan pasien-pasien anoreksia nervosa mempunyai masalah hubungannya dengan keluarga dan penyakit mereka. Yaitu sejarah keluarga yang depresi, ketergantungan alkohol, atau gangguan makan. Faktor Psikososial dan psikodinamik. Anoreksia nervosa adalah sebagai suatu reaksi dari tuntutan remaja untuk kebebasan yang lebih dan peningkatan fungsi sosial dan sexual mereka. Pasien-pasien anoreksia nervosa merasa keinginan makan adalah suatu kerakusan dan tidak bisa diterima. Oleh karena itu, keinginan tersebut harus diabaikan. Orang tua merespon hal ini dengan ketakutan apakah anak mereka akan makan dan pasien mengabaikan ketakutan orang tua mereka.(1)

Diagnosis Kriteria diagnostik untuk anoreksia nervosa, (DSM IV) A. Menolak untuk mempertahankan berat tubuh pada taraf berat normal dipandang dari segi umur, dan tinggi contoh : kehilangan berat tubuh dan dipertahankan pada tingkat 15% dibawah berat tubuh rata-rata, atau gagal dalam mencapai berat tubuh pada masa pertumbuhan, menyebabkan berat tubuhnya 15% dibawah yang semestinya.(3) B. Ketakutan yang sangat terhadap pertambahan berat tubuh atau menjadi gemuk, walau sebenarnya masih kurang beratnya.(3) C. Gangguan pada daya untuk merasakan perubahan berat, ukuran dan bentuk tubuh seseorang.(3) D. Pada wanita, terjadinya paling sedikit amenorhea 3 kali berturut-turut yang biasanya mesti datang teratur.(3)

Depersonalisasi Defenisi Depersonalisasi adalah perasaan bahwa tubuh seseorang atau diri pribadi seseorang adalah asing dan tidak nyata; derealisasi adalah persepsi objek di dunia luar sebagai asing dan tidak nyata. Perbedaan tersebut memberikan deskripsi yang lebih akurat untuk masing-masing fenomena dibandingkan mengelompokkan mereka bersama-sama di dalam bagian depersonalisasi.1 Etiologi Gangguan depersonalisasi mungkin disebabkan oleh penyakit psikologis, neurologis, atau sistemik. Pengalaman depersonalisasi telah dihubungkan dengan epilepsi, tumor otak, pemutusan sensorik, dan trauma emosional. Gangguan depersonalisasi adalah berhubungan dengan berbagai macam zat, termasuk alkohol, barbiturat, benzodiazepin, scopolamine (Donnagel), clioquinol (Vioform), antagonis adrenergik-beta, marijuana, dan hampir semua zat mirip phencyclidine atau halusinogen. Fenomena depersonalisasi telah dihasilkan oleh stimulasi listrik di korteks lobus frontalis selama bedah saraf. Penyebab sistemika adalah gangguan endokrin pada tiroid dan pankreas. Kecemasan dan depresi adalah faktor predisposisi, dan juga stres berat, seperti yang dialami seseorang di medan peperangan atau pada

kecelakaan kendaraan bermotor. Depersonalisasi sering sebagai gejala yang ditemukan berhubungan dengan gangguan kecemasan, gangguan depresif, dan skizofrenia.1,4

Diagnosis Kriteria diagnostik menurut DSM IV1,4: A. Pengalaman yang persisten dan rekuren perasaan terlepas dari, dan seakan-akan merupakan pengamat di luar dari, proses mental atau tubuh pasien sendiri (misalnya, perasaan seperti berada di dalam mimpi). B. Selama pengalaman depersonalisasi, tes realitas tetap utuh. C. Depersonalisasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain. D. Pengalaman depersonalisasi tidak terjadi semata-mata selama perjalanan gangguan mental lain, seperti skizofrenia, gangguan panik, gangguan stres akut, atau gangguan disosiatif lain, dan tidak karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, epilepsi obus temporalis).

Judi Patologis Gambaran yang esensial dari gangguan ini adalah berjudi secara berulang yang menetap (persistently repeated gambling), yang berlanjut dan seringkali meningkat meskipun ada konsekuensi sosial yang merugikan seperti menjadi miskin, hubungan dalam keluarga terganggu, dan kekacauan kehidupan pribadi.6

Etiologi

Etiologi perjudian patologis masih tidak diketahui. Walau bagaimanapun, faktor biokimia, perilaku, psikodinamik, dan kecanduan dikatakan berperan kepada terjadinya perjudian patologis ini.4

Komorbiditi

Komorbiditas yang signifikan terjadi antara judi patologis dan gangguan mood (terutama, depresi berat dan bipolaritas) dan gangguan penyalahgunaan zat (terutama, alkohol dan penyalahgunaan kokain dan ketergantungan kafein dan nikotin).

Komorbiditas juga ada dengan ADHD (terutama di masa kanak-kanak), gangguan kepribadian berbagai (terutama, narsis, antisosial, dan gangguan kepribadian borderline), dan gangguan impuls lain. Meskipun penjudi patologis banyak memiliki ciri kepribadian obsesif, jarang ditemukan yang bergejala obsesif-kompulsif.5

Perjalanan penyakit

Judi patologis biasanya dimulai pada masa remaja dalam laki-laki dan sedikit lambat pada wanita. Onset biasanya tersembunyi dan tiba-tiba, mungkin dimulai dengan rasa "terpancing" oleh taruhan pertama. Ia mungkin bermula dengan episode perjudian sosial bertahun lamanya, boleh juga tiada riwayat sama sekali, diikuti dengan onset tiba-tiba perjudian patologis yang dapat diendapkan oleh paparan yang lebih besar untuk judi, atau dengan stressor psikososial. Pola perjudian mungkin biasa atau episodik, dan tentu saja dari gangguan, cenderung menjadi kronis. Seiring waktu, biasanya ada peningkatan dalam frekuensi perjudian, jumlah taruhan, dan keasyikan dengan perjudian untuk memperoleh uang berjudi. Dorongan untuk berjudi dan aktivitas perjudian umumnya meningkat selama periode stres atau depresi, sebagai suatu mekanisme pemulihan.1 Curi Patologis ( Kleptomania ) Gambaran yang esensial dari gangguan ini adalah :10

1. Adanya peningkatan rasa tegang sebelum, dan rasa puas selama dan segera sesudahnya, melakukan tindakan pencurian; 2. Meskipun upaya untuk menyembunyikan biasanya dilakukan, tetapi tidak setiap kesempatan yang ada digunakan; 3. Pencurian biasanya dilakukan sendiri (solitary act) , tidak bersama-sama dengan pembantunya; 4. Individu mungkin tampak cemas, murung dan rasa bersalah pada waktu di antara episode pencurian, tetapi hal ini tidak mencegahnya mengulangi perbuatan tersebut.

Individu kleptomania biasanya mencuri barang-barang yang tidak membawa kepentingan kewangan maupun pribadi kepada dirinya. Kebanyakan kecurian yang

dilakukan kleptomaniak adalah tidak dirancang, dan barang yang dicuri kadangkala disimpan tanpa digunakan. Barang yang dicuri juga mungkin diberi kepada orang lain, dibuang, dan mungkin juga dikembalikan. Individu kleptomania, kebanyakannya mencuri apabila mereka cemas atau frustrasi dengan sesuatu.9

Etiologi

Etiologi sebenarnya masih belum diketahui. Kleptomania merupakan suatu gejala, dan bukan gangguan.6

Epidemiologi

Kajian menunjukkan bahwa, dalam sampel klinis, sekitar dua pertiga individu kleptomania adalah perempuan. Populasi individu dengan kleptomania adalah kurang dari 5% dari golongan pencuri. Walaubagaimanapun, prevalensi dalam populasi umum masih belum diketahui.8

Komorbiditi

Pasien dengan kleptomania dikatakan memiliki komorbiditas seumur hidup tinggi untuk penyakit afektif (biasanya, depresi), dan berbagai gangguan kecemasan. Kondisi yang terkait lainnya juga termasuk gangguan kebiasaan dan impuls lain (terutama, judi patologis dan belanja kompulsif), gangguan makan, dan gangguan penyalahgunaan zat dan alkoholisme.7

Daftar pustaka

1. Kaplan, HI. Sadock, BJ. Grebb, JA. 2010. Sinopsis Psikiatri. Jilid II. Tangerang: BinarupaAksara 2. Wapadji S, et al : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2, Balai penerbit FK UI, Jakarta, 2001, Hal : 773-7. 3. Diagnostic And Statistical Manual Of Mental Disorders, Text Revision (DSM IV-TR) Fourth Edition.

4. Elvira, SD.

Hadisukanto G. 2010. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan

Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 5. First, Michael B. . Tasman, Allan. Clinical Guide To The Diagnosis And Treatment of Mental Disorders. John Wiley & Sons, Inc. 7. The Gale Encyclopaedia Of Psychology. Second Edition. 8. Ebert, H. Michael. Loosen, T. Peter. Nurcombe, Barry. Current Diagnosis & Treatment in Psychology. Lange Medical Books / McGraw-Hill. 9. Sadock, James Benjamin, Sadock, Alcott Virgina. Kaplan & Sadocks Synopsis Of Pcyshiatry Behavioral Science/Clinical Psychiatry. Tenth edition. Lippincott Williams & Wilkins. 10. Maslim, Rusdi Dr. Pedoman Diagnostik dari PPDGJ III. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. 2003. Jakarta : PT. Nuh Jaya

You might also like