You are on page 1of 91

Volume 1 , Nomor 1, November 2012- Februari

2013

Alamat Redaksi ; SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA KUPANG Kampung Bajawa Nasipanaf - Baumata Barat - Kabupaten Kupang. Phone / Fax : (0380) 0411851483 Emial : maranathajim@ymail.com

ISSN : 2337-3830

Health Journal Penelitian dan Pengembangan


Diterbitkan Oleh
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA KUPANG

Healt h Journal

ISSN : 2337-3830

SUSUNAN PENGURUS JURNAL KESEHATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA KUPANG PENANGGUNG JAWAB
Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Maranatha Kupang Juleha Pua Geno, SKp. M.Kes

KETUA
Simon Sani Kleden, S.Kep, Ns., M.Kep

WAKIL KETUA
Stefanus Mendes Kiik, S.Kep., Ns

SEKRETARIS
Siti Sakinah, S.Kep., Ns

MITRA BESTARI
Dr. Muhammad D. Pua Upa, MS.

DEWAN REDAKSI
Aemilianus Mau, S.Kep., Ns., M.Kep. Sabinus Bungaama Kedang, S.Kep., Ns., M.Kep. Titik Susanti, S.Kep., Ns. Hermina Legimakeni, S.Kep., Ns., MPH. Ana Ceunfin, SST. Aqulina Akoit, SST, Tarsisius V. Tance, S.Kep., Ns, Servasius Ratu, S.Kep., Ns Beatrix Tokan, S.Kep., Apt. Orpha Diana Suek, S.Kep., Ns., M.Kep. Theresia Surat Bayo, S.Kep., Ns. Anak Agung Istri Feni, S.Kep., Ns. Damitha Palalangan, SKM., M.Hum, Belandina Nggadas, SST, Edit Natalia, SST, Virginia Moniz, SST, Maria Kredok, SST Merry Fangidae, SST, MPH, Dina Ludji, SST., M.Kes Valentina Somi, SST, Reynaldis Gerans, S.Kep., Ns Bendelina Kaka Monde., SST, Maria Ernestin, SST Agustina Seran, S.Sit., MPH, Rosalinda Untis, SST

PENERBIT :
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA KUPANG

ALAMAT REDAKSI :
Kampung Bajawa Nasipanaf
Baumata Barat Kabupaten Kupang Phone / Fax : (0380) 0411851483 Email : maranathajim@ymail.com

Health Journal

ISSN : 2337-3830

DAFTAR ISI (CONTENT)


Halaman (Page) 1 Pengaruh terapi musik terhadap kecemasan pasien pre operasi di ruang Anggrek. Cempaka dan Asoka RSU. Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang (Aemilianus Mau) Gambaran Ibu hamil yang mengalami Anemia di Puskesmas Oesao (Simon Sani Kleden) Pengaruh Mobilisasi Dini terhadap Waktu Pemulihan Peristaltik Usus pada Pasien Pasca Operasi Obdomen di Ruang ICU BPRSUD Labuang Baji Makassar (Stefanus Mendes Kiik) Gambaran pengetahuam ibu nifas tentang involusi uterus di ruang nifas RSUD W.Z. Yohanes Kupang Tahun 2012. (Juleha Pua Geno)
Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Trimester II dan III Tentang Nutrisi di Puskesmas Kota Soe, Kabupaten TTS Tahun 2012 (Hermina Legimakani)

1-6

7-12

13-20

4 5 6

21-25 26-31 32-36

Gambaran Karakteristik Bidan Dalam Menerapkan Standar Asuhan Persalinan Normal Di Puskesmas Sikumana (Sabinus Bungaama Kedang) Pengetahuan ibu primigravida tentang perawatan tali pusat pada bayi di Puskemas Alak, Kecamatan Alak Kabupaten Kupang (Aquilina Akoit) Tingkat pengetahuan ibu primigravida tentang pemberian ASI eklusif pada bayi baru lahir di Puskesmas Bakunase (Tarsisius Venansius Tance) Gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil tentang materi (isi) buku KIA di Puskesmas Bakunase Kupang. (Dina Suryani Ludji) Pengetahuan Akseptor KB Tentang Kontrasepsi Suntik Di Puskesmas Bakunase Kupang (Agustina Seran) Universal Precaution Petugas Laboratorium Dalam Melakukan Tindakan Pengambilan Darah Vena Di Instalasi Patologi Klinik BLUD RSUD. Prof. Dr. W. Johannes Kupang (Yosin Pella) Gambaran konsep diri ibu postpartum di Puskesmas Bakunase Kota Kupang (Belandina Nggadas) Pengetahuan ibu klimakterium umur 45-50 tahun tentang menopause di Puskesmas Tarus. (Virginia Moniz) Pengaruh hypnobirthing dengan terhadap emesis gravidarum pada ibu hamil trimester I di BPS Dwi Ristini Jetis Karangpandan Karanganyar. (Anak Agung Istri Feni Lestari)

7 8 9 10 11

37-41 42-46 47-52 53-57 58-66

12 13 14

67-72 73-77 78-85

Alamat Redaksi : SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA KUPANG Kampung Bajawa NasipanafBaumata Barat Kabupaten Kupang. Phone / Fax : (0380) 0411851483 Email : maranathajim@ymail.com

INFLUENCE WAS DAMPED DOWN BY MUSIC TO PRE OPERATIVE PATIENT ANXIETY AT ORCHID ROOM, FRANGIPANI AND ASOKA RSUD. PROF. DR. W. Z. JOHANNES KUPANG Aemilianus Mau*
ABSTRACT Operate for or dissection constitutes traumatik's experience sinister one any one that will trip dissection. In consequence oftentimes evoke dread for patient. Severally observational finds that 75% 85% worry patients before operation. so needs intervention to care. To the effect research to know music therapy influence to pre's patient dread hads out at Orchid room. Frangipani and Asoka RSU. Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang. This research constitute research type Pre Experimen with dOne is Group Pre Test Posttest Design ). Population in observational it is all pre's patient hads out that is nursed at Orchid room. Frangipani and Asoka RSU. Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang on moon 22nd May until 18th September 2009. Its sample plays favorites population member that took by accidental's tech sampling. Independent variable in observational it is damped down by dependennya's music and variable is patient dread. This observational instrument utilizes kuesioner and observation sheet crosses a cheque list to measure patient dread zoom bases Hamilton Scale Range for Anxiety (HRS A). Result tests statisitik utilizes Wilcoxon Signed Ranks is Test menunjukan there is influence which signifikan was damped down by music to dreads level decrease patient before oprasi which pointed out by p=0.000. and Z= -6.952a. In consequence encouraged that patient who will trip operation better listen music before is hadded out. Key word : music terapy, patient anxiety

Latar Belakang Operasi atau pembedahan merupakan pengalaman traumatik yang mengancam setiap orang yang akan menjalani pembedahan. Kecemasan ini biasanya dilatar belakangi berbagai alasan. di antaranya adalah ancaman kematian. nyeri. perdarahan. perubahan peran dan kemandirian. kerusakan integritas kulit. anestesi yang digunakan. kehilangan waktu kerja. kehilangan pekerjaan dan tanggung jawab terhadap keluarga. Besarnya kecemasan tergantung pada harapan hasil operasi. manfaat dan jenis organ yang diangkat. Beberapa penelitian menemukan bahwa 75%-85% pasien cemas sebelum operasi. sehingga membutuhkan intervensi keperawatan berupa pemberian pendidikan kesehatan. latihan teknik relaksasi. menerapkan praktek spiritual yang biasanya dilakukan oleh pasien seperti berdoa. membaca alkitab. menyanyi atau mendengarkan lagu rohani. sering spiritual (Brunner dan Suddarth. 2000. Asmadi. 2008. Aziz Alimul 2006. Ann Isaacs. 2005). Musik menjadi bahasa universal yang bisa dinikmati oleh semua orang. dari bayi sampai ke orang tua. Aktifitas hidup terasa hambar. tidak bergairah dan tak berwarna tanpa ada musik. Musik bisa dipakai sebagai sarana apresiasi. hiburan. gaya hidup. bisnis. penyeimbang dan
* Staf Pengajar Jurusan Keperawatan

sebagai therapy. Sebagai terapi musik telah dianggap memberikan kesembuhan secara psikologis seperti perasaan gembira. kuat. tenang. dan rileks ketika mendengarkan dan menikmati alunan dan irama musik dengan perasaan senang. Musik mempengaruhi gelombang alfa di otak sehingga mempengaruhi ketenangan dan rileksasi. Musik juga mempengaruhi ambang munculnya stress dan tekanan psikis lainnya. menyokong terjadi relaksasi otot dan menekan emosi. sehingga musik juga dapat dimanfaatkan untuk mengurangi kecemasan dan rasa takut. Pengaruh musik terhadap relaksasi tubuh dapat diukur dari denyut nadi. tekanan darah. kadar cortisol dan ephineprin, suatu enzim tubuh yang cenderung meningkat pada seseorang yang mengalami gejolak fisik mapun mental. Dengan begitu maka akan sangat bermanfaat jika musik itu diperdengarkan untuk pasien yang akan menjalani pembedahan. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh terapi musik terhadap kecemasan pasien pre operasi di ruang Anggrek. Cempaka dan Asoka RSU. Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang. Bahan Dan Cara Penelitian ini merupakan jenis penelitian Pra Experimen dengan rancangan Pra-Paska Test dengan Satu Kelompok (One Group Pra TestPosttest Design). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien pre operasi yang dirawat di ruang Anggrek. Cempaka dan Asoka RSU. Prof.
Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

POLTEKKES KEMENKES KUPANG


Jurnal Kesehatan (Health Journal) 1

Dr. W. Z. Johannes Kupang pada bulan 22 Mei s/d 18 September 2009. Sampelnya sebagian anggota populasi yang diambil dengan teknik aksidental sampling. dengan kriteria bersedia diteliti. bisa membaca dan menulis, memiliki tingkat kecemasan ringan, sedang, berat atau sangat berat yang menjalani perawatan minimal 1 (satu) hari sebelum operasi. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 60 orang Variabel independen/ intervensi dalam penelitian ini adalah terapi musik dan variabel dependennya adalah kecemasan pasien. Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner dan lembar observasi cek list untuk mengukur tingkat kecemasan pasien

berdasarkan Hamilton Scale Range for Anxiety (HRS-A). Cara pengumpulan data : sebelum pasien dioperasi. diukur tingkat kecemasan. Jika pasien cemas. maka dilakukan intervensi mendengarkan musik instrumen Kenny G. dan musik rohani sesuai pilihan pasien menggunakan hatset selama 2-3x/hari. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan Uji Wilcoxon Siged Rank Test. Hasil dan Pembahasan Hasil Penelitian

Tabel 1 Distribusi responden berdasarkan kecemasan sebelum terapi musik di Ruang Anggrek, Cempaka dan Asoka RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang
Tingkat kecemasan Ringan Sedang Berat Total Frekwensi 5 45 10 60 Prosentase (%) 8 75 17 100

Sumber: Data Primer Tabel diatas menggambarkan sebagian besar responden mengalami kecemasan sedang sebelum diberikan terapi musik: 45 orang (75%).

Tabel 2 Distribusi responden berdasarkan kecemasan setelah terapi musik di Ruang Anggrek, Cempaka dan Asoka RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang
Tingkat kecemasan Tidak Cemas Ringan Sedang Berat Total Frekwensi 27 30 3 0 60 Prosentase (%) 45 50 5 0 100.0

Sumber: Data Primer Tabel diatas menggambarkan sebagian besar responden mengalami penurunan kecemasan setelah dilakukan terapi musik.

Jurnal Kesehatan (Health Journal)

Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

Tabel 3 Hasil Uji Wilcoxon Signed Ranks Test


Ranks N Kecemasan Post Operasi Kecemasan Pre Operasi Negative Ranks Positive Ranks Ties Total 60 0 0
b c a

Mean Rank 30.50 .00

Sum of Ranks 1830.00 .00

60

a. Kecemasan Post Operasi < Kecemasan Pre Operasi b. Kecemasan Post Operasi > Kecemasan Pre Operasi c. Kecemasan Post Operasi = Kecemasan Pre Operasi

Test Statisticsb Kecemasan Post Operasi Kecemasan Pre Operasi Z Asymp. Sig. (2tailed) a. Based on positive ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test -6.952a .000

menghadapi hal yang mungkin akan dialaminya. Hal ini terbukti bahwa semua responden (100 %) mengalami kecemasan dengan tingkatan yang berbeda ; ringan. sedang. berat sebelum dioperasi. Taylor (1953) dalam Tailor Manifest Anxiety Scale (TMAS) mengemukakan bahwa kecemasan merupakan suatu perasaan subyektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak menentu ini pada umumnya tidak menyenangkan dan menimbulkan atau disertai perubahan fisiologis (misalnya gemetar. berkeringat. detak jantung meningkat) dan psikologis (misalnya panik. tegang. bingung. tidak bisa berkonsentrasi). Pada pasien yang akan menjalani operasi. faktor predisposisi kecemasan yang sangat berpengaruh adalah faktor psikologis. terutama ketidakpastian tentang prosedur operasi yang akan dijalani dan dampaknya yang menimbulkan nyeri. komplikasi bedah ; perdarahan. cacat dan ancaman kematian. Pasien yang mengalami kecemasan biasanya memiliki gejala-gejala yang khas dan terbagi dalam beberapa fase yaitu: Fase Pertama Keadan fisik sebagaimana pada fase reaksi peringatan. maka tubuh mempersiapkan diri untuk fight (melawan rasa cemas). atau flight (lari dari permasalahan). Pada fase ini tubuh merasakan tidak enak sebagai akibat dari peningkatan sekresi hormon adrenalin dan nor adrenalin. Oleh karena itu. maka gejala adanya kecemasan dapat berupa rasa tegang di otot dan kelelahan. terutama di otot -otot dada. leher dan punggung. Dalam
3
Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

Tabel diatas menggambarkan bahwa ada pengaruh yang signifikan terapi musik terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien sebelum operasi yang ditunjukkan dengan nilai p=0.000<0.05. Z = -6.952 (a). Pembahasan Kecemasan merupakan salah satu emosi yang paling menimbulkan stress yang dirasakan oleh banyak orang. Kadang-kadang kecemasan juga disebut dengan ketakutan atau perasaan gugup. Setiap orang pasti pernah mengalami kecemasan pada saat-saat tertentu. dan dengan tingkat yang berbeda-beda terutama akan menghadapi suatu tindakan operasi/pembedahan. Hal tersebut mungkin saja terjadi karena individu merasa tidak memiliki kemampuan untuk
Jurnal Kesehatan (Health Journal)

Kecemasan sedang: Memungkinkan pasien memusatkan perhatian pada masalah operasi dan mengesampingkan hal yang lain sehingga pasien mengalami perhatian yang selektif. namun dapat melakukan sesuatu yang terarah. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat. kecepatan denyut jantung dan pernapasan meningkat. ketegangan otot meningkat. bicara cepat dengan volume tinggi. lahan persepsi menyempit. mampu untuk belajar namun tidak optimal. kemampuan konsentrasi menurun. perhatian selektif dan terfokus pada rangsangan Fase Kedua yang tidak menambah ansietas. mudah Disamping gejala klinis seperti pada fase tersinggung. tidak sabar.mudah lupa. marah dan satu. seperti gelisah. ketegangan otot. gangguan menangis. tidur dan keluhan perut. penderita juga mulai tidak Kecemasan berat; sangat mengurangi lahan bisa mengontrol emosinya dan tidak ada motivasi persepsi pasien. Paien dengan kecemasan berat diri (Wilkie. 1985). Labilitas emosi dapat cenderung memusatkan perhatian pada sesuatu bermanifestasi mudah menangis tanpa sebab. yang operasi dan tidak dapat berpikir tentang hal lain. beberapa saat kemudian menjadi tertawa. Mudah Pasien memerlukan banyak pengarahan untuk menangis yang berkaitan dengan stres mudah dapat memusatkan pada suatu area yang lain. diketahui. Akan tetapi kadang-kadang dari cara Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah tertawa yang agak keras dapat menunjukkan tanda mengeluh pusing. sakit kepala. nausea. tidak dapat adanya gangguan kecemasan fase dua (Asdie. tidur (insomnia). sering kencing. diare. palpitasi. 1988). Kehilangan motivasi diri bisa terlihat pada lahan persepsi menyempit. tidak mau belajar keadaan seperti seseorang yang menjatuhkan secara efektif. berfokus pada dirinya sendiri dan barang ke tanah. kemudian ia berdiam diri saja keinginan untuk menghilangkan kecemasan tinggi. beberapa lama dengan hanya melihat barang yang perasaan tidak berdaya. bingung. disorientasi. jatuh tanpa berbuat sesuatu (Asdie. 1988). Selain perubahan psikologis diatas. pasien Fase Ketiga mengalami perubahan fisiolgis pada berbagai Keadaan kecemasan fase satu dan dua yang sistem tubuh akibat cemas seperti perubahan pada tidak teratasi sedangkan stresor tetap saja sistem kardiovaskuler; peningkatan tekanan darah. berlanjut. penderita akan jatuh kedalam palpitasi. jantung berdebar. denyut nadi kecemasan fase tiga. Berbeda dengan gejala-gejala meningkat. tekanan nadi menurun. syock dan lainyang terlihat pada fase satu dan dua yang mudah lain. sistem pernapasan; napas cepat dan dangkal. diidentifikasi kaitannya dengan stres. gejala rasa tertekan pada dada. rasa tercekik. sistem kecemasan pada fase tiga umumnya berupa integumen : perasaan panas atau dingin pada kulit. perubahan dalam tingkah laku dan umumnya tidak muka pucat. berkeringat seluruh tubuh. rasa mudah terlihat kaitannya dengan stres. Pada fase terbakar pada muka. telapak tangan berkeringat. ketiga ini dapat terlihat gejala seperti : intoleransi gatal-gatal. sistem gastro intestinal; anoreksia. dengan rangsang sensoris. kehilangan kemampuan rasa tidak nyaman pada perut. rasa terbakar di toleransi terhadap sesuatu yang sebelumnya telah epigastrium. nausea. diare. mampu ia tolerir. gangguan reaksi terhadap neuromuskuler; Reflek meningkat. reaksi kejutan. sesuatu yang sepintas terlihat sebagai gangguan mata berkedip-kedip. insomnia. tremor. kejang. kepribadian (Asdie. 1988). wajah tegang. gerakan lambat. persiapannya untuk berjuang. menyebabkan otot akan menjadi lebih kaku dan akibatnya akan menimbulkan nyeri dan spasme di otot dada. leher dan punggung. Ketegangan dari kelompok agonis dan antagonis akan menimbulkan tremor dan gemetar yang dengan mudah dapat dilihat pada jari-jari tangan (Wilkie. 1985). Pada fase ini kecemasan merupakan mekanisme peningkatan dari sistem syaraf yang mengingatkan kita bahwa system syaraf fungsinya mulai gagal mengolah informasi yang ada secara benar (Asdie. 1988). Perubahan fisik dan psikologis pasien Respon Psikologis terhadap Kecemasan akibat cemas sesuai dengan tingkat kecemasan Perilaku; gelisah. tremor. gugup. bicara cepat sebagai berikut: dan tidak ada koordinasi. menarik diri. Kecemasan ringan: kecemasan ringan menghindar. berhubungan dengan ketegangan akibat rencana Kognitif; gangguan perhatian. konsentrasi hilang. pembedahan seperti merasa kelelahan. iritabel. mudah lupa. salah tafsir. bloking. bingung. lapang persepsi meningkat. kesadaran meningkat. lapangan persepsi menurun. kesadaran diri yang mampu untuk belajar. motivasi meningkat dan berlebihan. kawatir yang berlebihan. obyektifitas tingkah laku sesuai situasi. menurun. takut kecelakaan. takut mati dan lainJurnal Kesehatan (Health Journal) 4
Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

lain. Afektif; tidak sabar. tegang. neurosis. tremor. gugup yang luar biasa. sangat gelisah dan lainlain. Menurut Dadang Hawari. 2002 dan Alimul Azis. 2006 adalah ; melakukan teknik relaksasi seperti napas dalam. mendengarkan musik. meditasi/yoga. berdoa. memberikan terapi anti cemas. psikoterapi suportif. kognitif. re-edukatif. re-konstruktif. psiko-dinamik. perilaku dan keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mendengarkan musik instrumental Kenny G.. dan rohani 60 orang respnden dapat menurunkan kecemasan mereka sebelum dioperasi. Hasil penelitian ini mendukung pendapat Hawari (2002). dan Alimul Azis. (2004) yang mengatakan bahwa musik dapat menciptakan relaksasi. Penelitian lainnya yang mendukung hasil penelitian ini adalah pengaruh pemberian terapi musik langgam jawa terhadap penurunan kecemasan pasien psikogeriatri. pengaruh terapi musik langgam jawa terhadap penurunan nyeri paska bedah. dan pengaruh mendengarkan musik metal terhadap tingkat kecemasan dan depresi. Musik ternyata bukan hanya sebagai sarana hiburan belaka. tetapi memiliki manfaat terhadap kesehatan fisik dan mental. yaitu mempengaruhi gelombang dalam otak. sehinggga daya berpikir dan ketajaman berkonsentrasi lebih tinggi. Gelombang nada rendah seseorang dapat berada pada level ketenangan untuk bisa melakukan meditasi secara baik. Musik juga akan mempengaruhi ambang munculnya stress dan tekanan psikis lainnya. menyokong terjadi relaksasi otot dan menekan emosi. Dengan mendengarkan music. kondisi vital seseorang mampu dipengaruhi dan diperbaiki yang dapat diukur secara obyektif. Pengukuran itu mencakup denyut nadi. tekanan darah. kadar cortisol dan ephineprin, suatu enzim tubuh yang cenderung meningkat pada seseorang yang mengalami gejolak fisik maupun mental. Mendengarkan musik sebelum operasi bisa membantu membuat pikiran dan tubuh pasien menjadi lebih rileks serta mengembalikan energi menjadi lebih segar/ bersemangat. Bahkan. bila mendengarkan musik secara teratur pada waktu yang tepat. ternyata bisa menjadi sebuah terapi yang mendatangkan manfaat yang lebih besar bagi kesehatan. Salah satunya menghilangkan cemas dan depresi. Terapi musik merupakan cara yang mudah yang bermanfaat positif bagi tubuh. psikis. serta meningkatkan daya ingat dan hubungan sosial.
Jurnal Kesehatan (Health Journal) 5

Bila terapi ini dilakukan secara khusus. hasilnya lebih baik (Cheryl Dileo. profesor musik serta Direktur Pusat Penelitian Seni dan Meningkatkan Kualitas Hidup. Universitas Temple. Philadelphia. Amerika Serikat). Menurut Dileo. manfaat terapi musik dibandingkan mendengarkan musik seorang diri sangat berbeda jauh. "Mendengarkan musik seorang diri itu bukan terapi meski banyak orang yang mendengarkan musik mendapatkan manfaat positif. seperti lebih rileks dan memperbaiki mood. Dileo menambahkan. terapi musik membutuhkan bantuan orang lain yang sudah teruji kemampuannya untuk mengelola sebuah terapi. "Meski banyak orang yang mengaku paham bagaimana cara menikmati musik bagi diri sendiri. di bawah kendali seorang pakar terapi musik akan memberikan manfaat yang lebih besar. Terapi musik akan memberikan tenaga baru. mental yang segar. dan hubungan sosial yang hangat. Selain itu. penggunaan terapi musik bisa diterapkan secara luas pada semua orang dalam berbagai kondisi. Terapi musik bisa dilakukan untuk mengurangi rasa khawatir pasien yang menjalani berbagai operasi atau serangkaian proses berat di rumah sakit. Sebab. musik akan membantu mengurangi timbulnya rasa sakit dan memperbaiki mood pasien. Musik dapat mengaktifkan syaraf menjadi rileks sehingga membantu pernapasan pasien menjadi lebih baik. Selain itu. musik mengurangi risiko serangan jantung. membuat tekanan darah lebih normal. dan membuat otot lebih rileks. Musiknya juga ternyata bermanfaat bagi pasien dengan berbagai penyakit. seperti penyakit kanker. musik membantu mereka tidur lebih nyenyak karena biasanya pasien kanker memiliki gangguan tidur (Puckett. 2008). dan juga bagi pasien stroke yang rajin mendengarkan musik setiap hari. ternyata mengalami peningkatan pada ingatan verbalnya dan memiliki mood yang lebih baik ketimbang penderita yang tidak menikmati musik. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan 1. Kecemasan pasien sebelum terapi musik : 5 orang (8%) mengalami kecemasan ringan. 45 orang (75%) mengalami kecemasan sedang. dan 10 oran (17%) mengalami kecemasan berat. 2. Kecemasan pasien setelah terapi musik : 27 orang (45%) tidak mengalami kecemasan sebelum dioperasi. 30 orang (50%) mengalami
Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

kecemasan ringan. dan 3 oran (5%) mengalami kecemasan sedang. 3. Hasil uji statisitik menggunakan Wilcoxon Signed Ranks Test menunjukan ada pengaruh yang signifikan terapi musik terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien sebelum oprasi yang ditunjukkan dengan nilai p=0.000. dan Z=--6.952a Saran Bagi Perawat dan RS

Isaacs, Ana. 2005. Keperawatan Kesehatan Jiwa & Psikiatrik. Jakarta : EGC Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta. Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta : Jakarta. Sugiono. 2002. Statistika Penelitian Aplikasi dengan SPSS for windows. Bandung Alfabeta.

Taat, P. 2003. Psikoneuroimunologi. Surabaya : FK Unair. Memberikan terapi musik kepada pasien cemas sebelum operasi dengan cara Anonim. Konsep Dasar Kecemasan. Diakses dari mendengarkan musik kesukaannya melalui heatset http://2.bp.blogspot.com/Kecemasan.jpg. untuk menurunkan kecemasan yang dialami Tanggal akses: 30 Okt.2009 pasien. Pengadaan alat musik di setiap ruang Anonim. Perawatan Peri Operasi. Diakses dari perawatan. yang dapat diputarkan kepada seluruh http://spesialisbedah.com/2008/05/apa-yang pasien pada saat-saat tertentu. -perlu-anda-ketahui-tentang-kamaroperasi/. Tanggal akses: 01 Nopember Bagi Masyarakat 2009. Musik merupakan terapi yang murah dan mudah yang bisa digunakan oleh siapa saja untuk Artanto. Kumpulan Artikel Keperawatan. Diakses menciptakan relaksasi. ketenangan. dan dari http//www.Artanto.Com. Tanggal kesenangan pikiran. hati. dan emosi setiap hari. akses: 30 Oktober 2009. Daftar Pustaka Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawata.. Jakarta : EGC. Hamid, S. dan Yani. A. 2000. Aspek Spiritual dalam Keperawatan. Jakarta : Widya Medika. Brenda dan Barre. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume 1, Jakarta : EGC. Borst, J. 1981. Latihan Doa Kontemplatif. Yogyakarta : Penerbit Kanisius. Gero, P. S. 2005. Ketrampilan Komunikasi Klien dalam Situasi Khusus. Kupang : Gita Kasih. Gero, P. S. 2005. Dampak Perilaku Positif untuk Meningkatkan Komunikasi yang Asertif dan Tanggung Jawab. Kupang : Gita Kasih. Hidayat, A.A. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Hawari, D. 2002. Dimensi Religi Dalam Praktek Psikiatri dan Psikologi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Jurnal Kesehatan (Health Journal) 6
Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

Anonim. Kumpulan Artikel Keperawatan. Diakses dari http : // psikologi . tarumanagara. ac.id/ moodle /surket /skripsi /skripsi.php. Tanggal akses: 01 Nopember 2009. Anonim. Perawatan Peri Operasi. Diakses dari http://spesialisbedah.com/2008/05/apa-yang -perlu-anda-ketahui-tentang-kamaroperasi/. Tanggal akses: 01 Nopember 2009. Anonim. Perawatan Peri Operasi. Diakses dari http://spesialisbedah.com/2008/11/ pentingnya-bergerak-pasca-operasi/. Tanggal akses: 03 Nopember 2009.

ANAEMIA INSTANCE PICTURE PREGNANCY AT PUSKESMAS OESAO Simon Sani Kleden*


Abstract Mother mortality constitute one of failing indicator services health at a state. Mother death can happen since severally cause, amongst those because Anaemia. To the effect this research is subject to be know pregnant mother picture that experience anaemia at Puskesmas Oesao. Observational type that is utilized in this research is observational descriptive. Population that is utilized in this research is all pregnant mother that suffer anaemia at Puskesmas Oesao as much 219 person. Tekhnik is sample take is with tekhnik full scale sampling. Anaemia instance at Puskesmas Oesao Kupang Regency is defisiensi's anaemia ferrum substance as much 64.38%, anaemia because other disease as much 14.6 % and anaemias because about bloods as much 21.0%. Key word: Anaemia, defisiensi is ferrum substance

Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator kegagalan layanan kesehatan di suatu negara. Kematian ibu dapat terjadi karena beberapa sebab, di antaranya karena Anemia. Anemia pada kehamilan juga berhubungan dengan meningkatnya angka kesakitan ibu. Anemia karena defisiensi zat besi merupakan penyebab utama Anemia pada ibu hamil dibandingkan dengan defisiensi gizi lain. Oleh karena itu, anemia gizi pada masa kehamilan sering diidentikkan dengan anemia gizi besi. Anemia defisiensi zat besi merupakan masalah gizi yang paling lazim di dunia dan menjangkit lebih dari 600 juta manusia. Dengan frekuensi yang masih cukup tinggi, berkisar antara 10% sampai 20%. Pada kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu peningkatan produksi eritropoetin. Akibatnya volume plasma bertambah dan sel darah merah meningkat. Namun, peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi haemoglobin (Prawirohardjo, 2009). Menurut World Health Organization (WHO) memperkirakan lebih dari 500.000 ibu pertahunnya meninggal saat hamil atau bersalin. Sedangkan angka kejadian Anemia berkisar 20% sampai 89% dengan menetapkan Hb 11 gram% sebagai dasarnya. Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan
* Staf Pengajar Jurusan Keperawatan

Indonesia (SDKI) 2003, Angka kematian ibu mencapai 307 per 100.000 kelahiran hidup. Ini merupakan angka kematian tertinggi di ASEAN. Selain itu, berdasarkan data yang diperoleh dari puskesmas Oesao bahwa ibu hamil yang mengalami anemia berjumlah 54 orang dengan jumlah ibu hamil 78 orang selama bulan Agustus September 2012. Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat oksigen. Pada wanita Hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Resiko kematian maternal, angka kematian prematuritas, berat badan bayi lahir rendah dan angka kematian perinatal meningkat. Di samping itu pendarahan antepartum dan post partum lebih sering di jumpai pada wanita yang anemia dan lebih sering berakibat fatal sebab wanita yang anemia tidak dapat mengontrol kehilangan darah. Anemia dalam kehamilan dapat disebabkan oleh defisiensi zat besi, pendarahan, penyakit penyerta yang berpengaruh buruk terhadap kehamilan. Anemia dalam kehamilan dapat berpengaruh buruk terutama saat kehamilan, persalinan dan nifas. Pengaruh anemia saat kehamilan dapat berupa abortus, persalinan kurang bulan, ketuban pecah dini (KPD). Pengaruh anemia saat persalinan dapat berupa partus lama, gangguan His dan kekuatan mengedan serta kala pengeluaran uri memanjang sehingga dapat terjadi Retensio Plasenta. Pengaruh anemia saat masa nifas salah satunya subinvolusi uteri, pendarahan post partum, infeksi nifas dan penyembuhan luka perineum lama. Anemia gizi pada kehamilan adalah kondisi ketika kadar hemoglobin lebih rendah

POLTEKKES KEMENKES KUPANG


Jurnal Kesehatan (Health Journal) 7

Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

Anemia pada kehamilan dapat dicegah dan diatasi dengan pemberian tablet zat besi yang diberikan sedini mungkin setelah emesis berlalu dengan usia kehamilan lebih dari 3 bulan di samping pemberian makanan yang mengandung zat besi seperti sayur-sayur yang berwarna hijau dan jenis makanan lain dalam susunan makanan yang bergizi. Pencegahan dan pengobatan pada anemia dapat berhasil dengan baik apabila faktor-faktor penyebabnya dapat diatasi maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang Gambaran Kejadian Anemia Kehamilan di Puskesmas Oesao. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui Gambaran Ibu hamil yang mengalami Anemia di Puskesmas Oesao. Bahan dan Cara Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Pendekatan penelitian dengan menggunakan metode survey

untuk mendeskripsikan faktor-faktor penyebab anemia pada ibu hamil yang menderita anemia di puskesmas Oesao. Alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah lembaran dokumentasi puskesmas Oesao. Faktor penyebab anemia yang diteliti yaitu: anemia karena defisiensi zat besi, anemia karena pendarahan, dan anemia karena penyakit penyerta. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang menderita anemia di Puskesmas Oesao sebanyak 219 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang mengalami anemia. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling yaitu dengan mengambil semua anggota populasi menjadi sampel yaitu sebanyak 219 orang. HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL

Tabel 1. Distribusi Frekuensi gambaran kejadian Anemia Di Puskesmas Oesao Kabupaten Kupang Desember 2011 - November 2012
Anemia Ringan F 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Total 8 17 12 10 8 10 11 16 19 21 6 19 157 % 3.6 7.7 5.4 4.5 3.6 4.5 5.0 7.3 8.6 9.5 2.7 8.6 71.6 Anemia Sedang F 1 10 6 2 2 3 1 2 1 2 1 1 32 % 0.4 4.5 2.7 0.9 0.9 1.3 0.4 0.9 0.4 0.9 0.4 0.4 14.6 Anemia Berat F 1 6 6 1 4 4 1 1 1 4 1 1 31 % 0.4 2.7 2.7 0.4 1.8 1.8 0.4 0.4 0.4 1.8 0.4 0.4 14.1

No

Bulan

Sumber : Data sekunder


Jurnal Kesehatan (Health Journal) 8
Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

Dari tabel 1 menujukan bahwa data selama satu tahun terakhir didapatkan jumlah ibu hamil dengan anemia sebanyak 219 responden dengan anemia ringan sebanyak 157 responden (71.6%), anemia sedang sebanyak 32 responden (14.6%), dan anemia berat sebanyak 31 responden (14.1%), sedangkan dari data selama satu tahun terakhir dengan prosentase kejadian anemia tertinggi berada pada bulan September dengan prosentase anemia ringan sebanyak 21 responden (9.5%) dari jumlah keseluruhan ibu hamil pada bulan September adalah 49 orang. Hasil kejadian anemia ini, menunjukan melebihi dari target pemerintah dalam rangka menurunkan angka kejadian anemia.yang adalah 7.5%. Anemia merupakan keadaan adanya penerunan kadar hemoglobin, hematrokit dan jumlah eritrosit dibawah nilai normal. Pada penderita anemia, lebih sering disebut kurang darah. Penyebabnya bisa karena kurangnya zat gizi untuk pembentukan darah, misalnya zat besi, asam folat, vitamin B12 (Manuabah, 1998). Menurut Marmi, dkk (2011) faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya anemia adalah kekurangan zat besi, perdarahan, dan penyakit

penyerta. Kekurangan zat besi dapat disebabkan karena kehilangan darah tiap bulan waktu haid. Pada wanita yang hamil cadangan ini akan berkurang malahan akan habis karena kebutuhan janin akan besi sangat besar. faktor lain yang menyebabkan kekurangan zat besi pada ibu hamil yaitu keteraturran komsumsi zat besi. Faktor perdarahan adalah kehilangan darah dalam jumlah yang besar dapat menyebabkan anemia. Pendarahan mikro yang terjadi dalam waktu yang lama dapat menyebabkan anemia. Faktor penyakit penyerta contohnya penyakit Tubercolosis dan Malaria dapat menyebabkan terjadinya anemia. Kejadian anemia yang terjadi pada bulan September dapat disebabkan karena kesibukan responden sehingga membuat mereka tidak melakukan kunjungan antenatal care, hal ini terbukti dengan fakta jumlah prosentase pekerjaan responden tertinggi adalah ibu rumah tangga sebesar 92 responden (42%), dari hal tersebut, mengakibatkan ibu sering lupa mengkomsumsi tablet besi atau bisa juga karena ibu tidak memiliki tablet besi untuk dikomsumsi karena tidak melakukan kunjungan antenatal care.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi gambaran Kejadian Anemia karena pendarahan di Puskesmas Oesao Kabupaten Kupang Desember 2011- November 2012
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Bulan Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Total Anemia ringan F 1 9 3 1 1 1 1 3 1 5 1 2 29 % 0.4 4.1 1.3 0.4 0.4 0.4 0.4 1.3 0.4 2.2 0.4 0.9 13.2 Anemia Sedang F 1 2 2 0 0 1 1 1 1 2 1 1 13 % 0.4 0.9 0.9 0 0 0.4 0.4 0.4 0.4 0.9 0.4 0.4 5.9 Anemia berat F 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 4 % 0 0.4 0.4 0 0 0.4 0 0 0 0.4 0 0 1.8

Sumber : Data sekunder


Jurnal Kesehatan (Health Journal) 9
Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

daripada normal karena kekurangan satu atau lebih nutrisi Esensial (Ariawan, 2001). Dari tabel 2 tadi menunjukan bahwa dari 219 responden, didapatkan 29 responden yang mengalami anemia ringan (13.2%), 13 responden yang anemia sedang (5.9%), dan yang anemia berat sebanyak 4 responden (1.8%), sedangkan data pada satu tahun terakhir menunjukan prosentase kejadian anemia tertinggi berada pada bulan Januari sebanyak 9 responden (4.1%) dari jumlah keseluruhan ibu hamil pada bulan Januari adalah 117 ibu hamil. Menurut Manuabah (1998) menyebutkan bahwa kehilangan darah dalam jumlah yang besar dapat menyebabkan anemia. Pendarahan mikro yang terjadi dalam waktu yang lama dapat menyebabkan anemia. Perdarahan pada kehamilan yang dimaksud adalah abortus, kehamilan ektopik, mola hidatidosa, antepartum bleeding (solusio placenta dan placenta previa). Perdarahan mikro dapat terjadi kehamilan trimester satu yaitu terjadinya abortus imminen yaitu terjadinya perdarahan spoting yang dapat mengancam kehamilan (Marmi, 2011) Kejadian anemia yang terjadi pada bulan

januari dengan jumlah 9 responden (4.1%) dari 117 ibu hamil disebabkan karena abortus imminen sejumlah 9 orang, sehingga hal ini mengakibatkan banyaknya frekuensi kejadian anemia. Dari tabel 3 menunjukan bahwa dari 219 responden, didapatkan 19 responden (8.6%) yang mengalami anemia ringan, 7 responden yang mengalami anemia sedang (3.1%), dan 6 responden yang mengalami anemia berat (2.7%), sedangkan data pada satu tahun terakhir yang menunjukan prosentase tertinggi kejadian anemia karena penyakit penyerta berada pada bulan Februari dengan jumlah prosentase anemia ringan sebesar 5 responden (2.2%) dari 57 ibu hamil. Penyakit penyerta dapat menyebabkan anemia, contohnya malaria dan tubercolosis. Pada bulan Februari, jika ditinjau segi cuaca, masih mengalami musim hujan yang menyebabkan nyamuk plasmodium berkembangbiak dengan pesat, sehingga angka kejadian malaria pada ibu hamil meningkat dan perkembangan bakteri corinebacterium tubercolosis berkembang pesat tidak juga menutup kemungkinan untuk terjadinya penyakit

Tabel 3. Distribusi Frekuensi gambaran Kejadian Anemia karena Penyakit penyerta di Puskesmas Oesao Kabupaten Kupang Desember 2011- November 2012 Anemia ringan F 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Total Sumber : Data sekunder Jurnal Kesehatan (Health Journal) 10 1 2 5 2 1 2 0 1 1 2 1 1 19 % 0.4 0.9 2.2 0.9 0.4 0.9 0 0.4 0.4 0.9 0.4 0.4 8.6 Anemia Sedang F 0 1 2 0 0 1 0 1 0 1 0 1 7 % 0 0.4 0.9 0 0 0.4 0 0.4 0 0.4 0 0.4 3.1 Anemia berat F 0 0 2 0 0 1 1 1 0 1 0 0 6 % 0 0 0.9 0 0 0.4 0.4 0.4 0 0.4 0 0 2.7

No

Bulan

Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

Tabel 4 Distribusi Frekuensi gambaran Kejadian Anemia karena Defisiensi zat besi di Puskesmas Oesao Kabupaten Kupang Desember 2011- November 2012 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Bulan Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Total Anemia ringan F 4 9 5 6 5 10 9 7 7 9 4 12 87 % 1.8 4.1 2.2 2.7 2.2 4.5 4.1 3.1 3.1 4.1 1.8 5.4 39.7 Anemia Sedang F 1 5 4 3 3 1 1 4 7 3 1 2 35 % 0.4 2.2 1.8 1.3 1.3 0.4 0.4 1.8 3.1 1.3 0.4 0.9 15.9 Anemia berat F 1 3 2 1 3 0 0 1 4 2 0 2 19 % 0.4 1.3 0.9 0.4 1.3 0 0 0.4 1.8 0.9 0 0.9 8.6

Dari tabel 4 diatas menunjukkan bahwa data selama satu tahun terakhir didapatkan jumlah ibu hamil dengan anemia sebanyak 219 responden dengan anemia karena defisiensi zat besi yaitu anemia ringan sebanyak 87 responden (39.7%), anemia sedang sebanyak 35 responden (15.9%), dan anemia berat sebanyak 19 responden (8.6%), sedangkan data pada satu tahun terakhir yang menunjukan prosentase tertinggi kejadian anemia karena defisiensi zat besi berada pada bulan November dengan prosentase kejadian anemia ringan sebanyak 12 responden (5.4%) dari 74 ibu hamil. Anemia disebabkan karena pada umumnya cadangan besi pada wanita kurang.diantaranya, karena kehilangan darah tiap bulan waktu haid. Pada wanita yang hamil cadangan ini akan berkurang malahan akan habis karena kebutuhan janin akan besi sangat besar. faktor lain yang menyebabkan kekurangan zat besi pada ibu hamil yaitu keteraturran komsumsi zat besi. Kejadian anemia yang terjadi pada bulan November disebabkan karena faktor ibu hamil, yaitu dari tidak teraturnya mengkomsumsi tablet besi. Pembahasan Hasil penelitian yang diperoleh dari 219
Jurnal Kesehatan (Health Journal) 11

responden di Puskesmas Oesao Kabupaten Kupang tentang gambaran kejadian anemia adalah anemia ringan sebanyak 157 responden (71.6%), anemia sedang sebanyak 32 responden (14.61%), anemia berat sebanyak 31 responden (14.1%). Kejadian anemia karena perdarahan sebanyak 20 responden (21%), karena penyakit penyerta sebanyak 20 responden (16.6%), dan karena defisiensi zat besi sebanyak 75 responden (62.5%). Jika ditinjau faktor penyebab kejadian anemia karena perdarahan yang tergolong anemia ringan sebanyak 12.2%, anemia sedang 4.8%, anemia berat sebanyak 1.6%, sedangkan penyebab karena penyakit penyerta yang tergolong anemia ringan sebanyak 10%, anemia sedang sebanyak 5%, anemia berat sebanyak 2%, sedangkan karena faktor defisiensi zat besi yang tergolong anemia ringan sebanyak 41.3%, anemia sedang sebanyak 13%, anemia berat sebanyak 7.2%. Menurut Marmi dan suryaningsih (2011), faktor penyebab kejadian anemia adalah karena faktor perdarahan, faktor penyakit penyerta dan faktor kekurangan zat besi. Faktor perdarahan yaitu kehilangan darah dalam jumlah yang besar dapat menyebabkan anemia. pendarahan mikro yang terjadi dalam waktu yang lama dapat menyebabkan anemia, sedangkan faktor penyakit penyerta yaitu penyakit Tbc dan Malaria dapat menyebabkan terjadinya anemia, dan faktor
Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

kekurangan zat besi adalah Anemia disebabkan karena pada umumnya cadangan besi pada wanita kurang diantaranya, disebabkan karena kehilangan darah tiap bulan waktu haid. Pada wanita yang hamil cadangan ini akan berkurang malahan akan habis karena kebutuhan janin akan besi sangat besar. faktor lain yang menyebabkan kekurangan zat besi pada ibu hamil yaitu keteraturran komsumsi zat besi Berdasarkan fakta penelitian yang dikuatkan oleh teori yang ada maka dapat dijelaskan bahwa gambaran kejadian anemia disebabkan karena faktor perdarahan, faktor penyakit penyerta dan faktor defisiensi zat besi. hal ini terbukti dari hasil penelitian yang didapat dari data sekunder sebanyak 120 responden yang mengalami anemia ringan sebanyak anemia ringan sebanyak 66.42%, anemia sedang sebanyak 25.50%, anemia berat sebanyak 7.41% Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Kejadian anemia di Puskesmas Oesao Kabupaten Kupang adalah anemia defisiensi zat besi sebanyak 64.38%, anemia karena penyakit penyerta sebanyak 14.6 % dan anemia karena perdarahan sebanyak 21.0% Saran Bagi Ibu Hamil Diharapkan bagi ibu hamil untuk selalu menjaga kesehatannya, dengan rajin memeriksakan diri ke puskesmas atau sarana kesehatan yang ada serta meningkatkan pengetahuan tentang anemia agar mencegah terjadinya anemia serta komplikasinya. Bagi Puskesmas Diharapkan bagi puskesmas untuk terus meningkatkan pelayanan pelayanan pada ibu hamil dengan memberi penyuluhan kesehatan bagi ibu hamil tentang anemia sehingga dapat membantu menurunkan angka kejadian anemia. Bagi Peneliti Dari hasil penelitian ini peneliti dapat menambah pengetahuan dan dengan penelitian ini juga dapat mengidentifikasi gambaran pengetahuan ibu hamil tentang anemia.

Daftar Pustaka Manuaba, (2001). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC Marmi dkk, (2011). Asuhan Kebidanan Patologi. Jogyakarta: Pustaka Pelajar Mochtar, R. (1998). Sinopsis Obstetric Fisiologi, Obstetric Patologis. Edisi 2, jilid 1 dan 2. Jakarta: EGC Notoadmojdho, S. (2003). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Notoadmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Nursalam dan Pariani. (2001). Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: CV. Sagung Seto Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Sadikin, M. (2001). Biokimia Darah. Jakarta: Widya Medika. Sastrawinata, S. (1981). Obstetri Patologi. Bandung: Elstar offset Supandiman, I. (1997). Hematologi Klinik. Bandung: Alumni Prawirohardjo, S. (2009). Jakarta: Bina Pustaka Ilmu Kebidanan.

Jurnal Kesehatan (Health Journal)

12

Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

EARLY MOBILIZATION INFLUENCE TO PERISTALTIC'S RECOVERY TIME INTESTINE ON PASCA'S PATIENT HADS OUT ABDOMEN AT ICU BPRSUD LABUANG BAJI MAKASSAR Stefanus Mendes Kiik*
ABSTRACT Early postoperative mobilization for the patient of abdominal surgery should be doing soon at the first of 24 hours postoperative to speed up time of intestine peristaltic recovery. This research was aimed to identify the influence of early mobilization towards time of intestine peristaltic recovery. Design used in this research was pre experimental i.e. one group pretest-posttest designed. Sample in this research amount 18 persons. The sample was taken with non probability technique i.e. purposive sampling. The independent variable was early mobilization. The dependent variable was time of intestine peristaltic recovery. The instrument of this research used observation sheet, lytman stethoscope and watch. According to result of wilcoxon signed rank test with errors level =0,05 so p value = 0,005 (p<) for the second of 4 hours postoperative and p value = 0,002 (p<) for the third of 4 hours postoperative. Meaning Ha was accepted. It can be concluded that early mobilization has influence towards time of intestine peristaltic recovery. Further research involve larger respondents and better measurement tool to abtain more accurate results of research. Key word : Intestine peristaltic recovery

Latar Belakang Pembedahan akan mencederai jaringan yang dapat menimbulkan perubahan fisiologis tubuh dan akan mempengaruhi organ tubuh lainnya. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan membahayakan pasien. Hal ini terkait dengan berbagai prosedur asing yang harus pasien jalani dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat segala macam prosedur pembedahan dan tindakan pembiusan. Kemungkinan manipulasi usus selama pembedahan, immobilitas dan masukan oral yang dikurangi, semuanya dapat mempengaruhi fungsi usus. Gerakan peristaltik normal daripada usus akan hilang dalam beberapa hari, tergantung pada jenis dan lamanya pembedahan. Pengaruh agens anestesi dapat menghambat impuls saraf parasimpatis ke otot usus. Kerja anestesi tersebut memperlambat atau menghentikan gelombang peristaltik yang dapat berakibat terjadinya ileus paralitik. Pasien yang belum pulih peristaltik ususnya setelah pembiusan dapat menderita ileus obstruktif atau obstruksi intestinal bila dalam waktu tersebut diberikan asupan makanan. Obstruksi intestinal merupakan kegawatan dalam bedah abdominalis yang sering dijumpai,
* Pengajar STIKes Maranatha Kupang

yaitu sekitar 60-70 % dari seluruh kasus akut abdomen. Telah diperkirakan bahwa obstruksi usus bertanggung jawab bagi sekitar sepertiga dari semua perumahsakitan abdomen akut pada pelayanan bedah di seluruh Amerika Serikat. Fungsi usus akan lebih cepat bekerja seperti biasa dalam waktu dua sampai tiga hari pasca operasi (Oswardi, 1993). Pendapat lain disampaikan oleh Bulling dan Stokes (1982), bahwa eliminasi usus kadang tidak terjadi hingga hari ketiga sampai hari keempat setelah pembedahan. Hal ini disebabkan karena pembatasan intake minum serta pengaruh anestesi dan immobilisasi yang lama. Sjamsulhidajat dan Jong (1997), mengungkapkan bahwa, setelah laparatomi terjadi ileus adinamik atau ileus paralitik yaitu suatu keadaan di mana usus gagal atau tidak mampu melakukan konstraksi peristaltik untuk mengeluarkan isinya. Biasanya timbul satu sampai empat hari setelah laparatomi. Bila keadaan ini menetap sampai lebih dari empat hari maka perlu dicari penyebabnya.1 Bahkan pergerakan usus secara spontan pertama kali akan muncul empat sampai lima hari setelah pembedahan. Hal tersebut baru menunjukkan bahwa fungsi gastrointestinal sudah kembali normal (Shafeer, dkk, 1985). Kembalinya fungsi peristaltik usus akan memungkinkan pemberian program diet, membantu pemenuhan kebutuhan eliminasi serta mempercepat proses penyembuhan. Nettina (2002), mengatakan program diet pasca bedah
13
Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

Jurnal Kesehatan (Health Journal)

diberikan setelah kembalinya fungsi peristaltik usus yang menandakan saluran gastrointestinal telah normal. Menurut Simanjuntak, dkk (2000), bahwa kasus laparatomi yang terjadi di Inggris yaitu di Liverpool Hospital, setiap tahunnya rata-rata sebanyak 823 pasien. Laporan Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan RI bahwa pelayanan khusus untuk pasien miskin di Indonesia pada kasus laparatomi, meningkat dari 162 kasus pada tahun 2005, menjadi 983 kasus pada tahun 2006 dan 1.281 kasus pada tahun 2007.10 Pembedahan yang menyangkut luka insisi di abdomen menurut data dari ruang operasi gedung bedah pusat terpadu (GBPT) RSU Dr. Soetomo Surabaya dari bulan Januari sampai September 2004 terdapat 468 kasus dengan ratarata tiap bulan sekitar 52 kasus.11 Sedangkan menurut catatan medical record RS Wahidin Sudirohusodo Makassar, terdapat 579 pasien laparatomi pada tahun 2006. Berdasarkan data dari bagian Litbang BPRSUD Labuang Baji Makassar selama kurun waktu 3 tahun terakhir bahwa pada tahun 2006 sebanyak 593 pasien operasi abdomen di kamar bedah. Pada tahun 2007 tercatat sebanyak 548 pasien operasi abdomen di kamar bedah. Pada bulan januari-September 2008 sebanyak 420 pasien operasi abdomen. Dengan rata-rata setiap bulan terdapat 46 pasien. Banyak pasien yang tidak berani menggerakkan tubuh pasca operasi karena takut jahitan operasi sobek atau takut luka operasinya lama sembuh. Pandangan seperti ini jelas keliru karena justru jika setelah operasi dan pasien segera bergerak maka akan lebih cepat merangsang usus (peristaltik usus) sehingga pasien akan lebih cepat kentut atau flatus. Keuntungan lain adalah menghindarkan penumpukan lendir pada saluran pernafasan dan terhindar dari kontraktur sendi dan terjadinya dekubitus. Tujuan lainnya adalah memperlancar sirkulasi untuk mencegah stasis vena dan menunjang fungsi pernafasan optimal. Mobilisasi meningkatkan tonus saluran gastrointestinal, dinding abdomen dan menstimulasi peristaltik usus. Pemulihan pada luka abdomen lebih cepat terjadi bila mobilisasi dilakukan lebih dini. Kejadian eviserasi pasca operasi jarang terjadi bila pasien diperbolehkan untuk turun dari tempat tidur secepatnya. Nyeri berkurang bila mobilisasi dini diperbolehkan. Frekuensi nadi dan suhu tubuh kembali normal
Jurnal Kesehatan (Health Journal)

lebih cepat bila pasien berupaya untuk mencapai aktivitas normal pasca operasi secepat mungkin. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Boyer (1998), mobilisasi pasca operasi dapat mempercepat fungsi peristaltik usus. Hal ini didasarkan pada struktur anatomi kolon di mana gelembung udara bergerak dari bagian kanan bawah ke atas menuju fleksus hepatik, mengarah ke fleksus spleen kiri dan turun kebagian kiri bawah menuju rektum. Menurut Doenges, Marhouse dan Geissler (2000), bahwa mobilisasi dini yang berupa latihan di tempat tidur, berpindah ke tempat tidur lainnya dapat merangsang peristaltik dan kelancaran flatus. Penelitian yang dilakukan oleh Syam (2005) di RS Wahidin Sudirohusodo Makassar dengan perlakuan mobilisasi dini berupa latihan tungkai terhadap 30 pasien pasca operasi laparatomi ternyata pada kelompok perlakuan waktu pemulihan peristaltik ususnya lebih cepat empat jam dibandingkan dengan kelompok kontrol. Demikian pula dengan pasien pasca operasi diharapkan dapat melakukan mobilisasi sesegera mungkin, seperti melakukan gerakan kaki, bergeser di tempat tidur, melakukan nafas dalam dan batuk efektif dengan membebat luka dengan jalinan kedua tangan di atas luka operasi, dan teknik bangkit dari tempat tidur. Dengan melakukan mobilisasi sesegera mungkin, hari perawatan pasien akan lebih singkat dan komplikasi pasca operasi tidak terjadi. Akhirnya lama rawat di rumah sakit akan memendek dan lebih murah, yang merupakan keuntungan bagi rumah sakit dan pasien. Tujuan penelitian adalah diketahuinya pengaruh mobilisasi dini terhadap waktu pemulihan peristaltik usus pada pasien pasca operasi abdomen. Bahan dan Cara Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Pre-eksperimental (One group pretestposttest design). Penelitian ini melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah intervensi. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien pasca operasi abdomen di BPRSUD Labuang Baji Makassar selama 30 Maret-13 April 2009. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 24 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien pasca operasi abdomen yang menjalani pembedahan di
14
Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

BPRSUD Labuang Baji tanggal 30 Maret - 13 April 2009. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 18 orang. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode Nonprobability Sampling dengan teknik Purposive Sampling yaitu memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti. Analisis data dengan menggunakan uji statistik melalui uji Wilcoxon signed ranks test dengan tingkat signifikansi 0,05. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada pengaruh mobilisasi dini terhadap waktu pemulihan peristaltik usus pada pasien pasca operasi abdomen. Hasil Dan Pembahasan Hasil Tabel 1 Distribusi Frekuensi Pasien Pasca Operasi Abdomen berdasarkan Jenis kelamin di Ruang ICU BPRSUD Labuang Baji Makassar
Jenis Kelamin n Laki-laki Perempuan Jumlah Sumber : Data Primer 11 7 18 Frekuensi % 61,1 38,9 100

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa frekuensi kelompok responden terbanyak yang telah menjalani operasi abdomen adalah kelompok umur 33-41 tahun yaitu berjumlah 7 orang (38,9%), diikuti kelompok umur 42-50 tahun dan 51-60 tahun yang masing-masingnya berjumlah 4 orang (22,2%), kelompuk umur 24-32 tahun berjumlah 2 orang (11,1%) sedangkan kelompok umur yang paling sedikit adalah 15-23 tahun yang berjumlah 1 orang (5,6 %). Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pasien Pasca Operasi Abdomen berdasarkan jenis penyakit di Ruang ICU BPRSUD Labuang Baji Makassar
Jenis Penyakit Tumor intra abdomen Peritonitis akibat perforasi Ileus obstruktif Cholesistitis Hypertrophi prostat Tumor uterus Jumlah Sumber : Data Primer Frekuensi n 6 4 3 2 2 1 18 % 33,3 22,2 16,7 11,1 11,1 5,6 100

Dari tabel 1 menunjukkan bahwa frekuensi kelompok responden terbanyak yang telah menjalani operasi abdomen adalah kelompok responden berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 11 orang (61,1 %) sedangkan perempuan sebanyak 7 orang (38,9%). Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pasien Pasca Operasi Abdomen berdasarkan Umur di Ruang ICU BPRSUD Labuang Baji Makassar
Umur 15-23 tahun 24-32 tahun 33-41 tahun 42-50 tahun 51-60 tahun Jumlah Sumber : Data Primer Frekuensi n 1 2 7 4 4 18 % 5,6 11,1 38,9 22,2 22,2 100

Dari tabel 3 menunjukkan bahwa frekuensi kelompok responden terbanyak yang telah menjalani operasi abdomen berdasarkan jenis penyakit adalah yang terbanyak tumor intra abdomen berjumlah 6 orang (33,3%), peritonitis akibat perforasi berjumlah 4 orang (22,2%), ileus obstruktif berjumlah 3 orang (16,7%), cholesistitis dan hypertropi prostat masing-masing berjumlah 2 orang (11,1%) dan yang paling sedikit adalah tumor uterus berjumlah 1 orang (5,7%). Tabel 4 Distribusi Frekuensi Pasien Pasca Operasi Abdomen 4 jam pertama berdasarkan pemulihan peristaltik usus sebelum dan setelah perlakuan Mobilisasi dini di Ruang ICU BPRSUD Labuang Baji Makassar
Pemulihan Peristaltik usus Pulih Belum pulih Jumlah Perlakuan mobilisasi dini Sebelum n 0 18 18 % 0 100 100 n 0 18 18 Sesudah % 0 100 100

Sumber : Data Primer


15
Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

Jurnal Kesehatan (Health Journal)

Dari tabel 4.4 ditemukan bahwa frekuensi pemulihan peristaltik usus pasien pada 4 jam pertama pasca operasi abdomen sebelum dan setelah perlakuan mobilisasi dini ternyata tidak ditemukan adanya pemulihan peristaltik usus pada semua responden. Tabel 5. Distribusi Frekuensi Pasien Pasca Operasi Abdomen pada 4 jam kedua berdasarkan pemulihan peristaltik usus sebelum dan setelah perlakuan Mobilisasi dini di Ruang ICU BPRSUD Labuang Baji Makassar Pemulihan Peristaltik usus Pulih Belum pulih Jumlah Perlakuan mobilisasi dini Sebelum n 0 18 18 % 0 100 100 Sesudah n 8 10 18 % 44,4 65,6 100

Pembahasan Jenis Kelamin Berdasarkan data hasil analisis univariat menunjukkan bahwa frekuensi kelompok responden terbanyak yang telah menjalani operasi abdomen adalah berjenis kelamin Laki-laki yaitu sebanyak 11 orang (61,1 %) sedangkan perempuan sebanyak 7 orang (38,9%). Kasus tumor intra abdomen seperti karsinoma gaster, karsinoma kolorektal lebih banyak pada laki-laki (Grace dan Borley, 2006). Selain itu peneliti mendapatkan bahwa banyak pasien berjenis kelamin perempuan yang menjalani operasi abdomen seperti sectio caesarea menggunakan anestesi spinal sehingga tidak memenuhi kriteria inklusi penelitian. Umur Berdasarkan hasil analisis univariat ditemukan bahwa frekuensi kelompok responden terbanyak yang telah menjalani operasi abdomen adalah kelompok umur 33-41 tahun yaitu berjumlah 7 orang (38,9%), diikuti kelompok umur 42-50 tahun dan 51-60 tahun yang masingmasingnya berjumlah 4 orang (22,2%), kelompuk umur 24-32 tahun berjumlah 2 orang (11,1%) sedangkan kelompok umur yang paling sedikit adalah 15-23 tahun yang berjumlah 1 orang (5,6 %). Hal ini sesuai dengan pendapat Grace dan Borley (2006) bahwa penyakit divertikular lebih banyak terjadi pada usia 40 tahun, kasus apendisitis lebih banyak terjadi pada dekade kedua dan ketiga, jarang terjadi di bawah usia 2 tahun. Karsinoma kolorektal pada usia 50-an tahun sedangkan kasus hypertropi prostat terjadi pada umur lebih dari 50 tahun (Arkanda, 1989). Sedangkan menurut Grace dan Borley (2006) bahwa hypertropi prostat terjadi pada 50 % pria yang berusia 60-90 tahun. Jenis penyakit Berdasarkan hasil analisis univariat ditemukan bahwa frekuensi kelompok responden terbanyak yang telah menjalani operasi abdomen berdasarkan jenis penyakit adalah yang terbanyak Tumor intra abdomen berjumlah 6 orang (33,3%), peritonitis akibat perforasi berjumlah 4 orang (22,2%), ileus obstruktif berjumlah 3 orang (16,7%), cholesistitis dan hypertropi prostat masing-masing berjumlah 2 orang (11,1%) dan yang paling sedikit adalah tumor uterus berjumlah 1 orang (5,7%). Hal ini sesuai pendapat Grace dan Borley

Sumber : Data Primer Dari tabel 5 ditemukan bahwa frekuensi kelompok responden pada 4 jam kedua sebelum perlakuan mobilisasi dini tidak terdapat perubahan peristaltik usus pada semua responden sedangkan 4 jam setelah perlakuan ternyata terdapat 8 orang (44,4%) yang pulih peristaltik ususnya. Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Pasien Pasca Operasi Abdomen pada 4 jam ketiga berdasarkan pemulihan peristaltik usus sebelum dan setelah perlakuan Mobilisasi dini di Ruang ICU BPRSUD Labuang Baji Makassar
Pemulihan Peristaltik usus Pulih Belum pulih Jumlah Perlakuan mobilisasi dini Sebelum n 8 10 18 % 44,4 65,6 100 n 18 0 18 Sesudah % 100 0 100

Sumber : Data Primer

Dari tabel 4.6 ditemukan bahwa frekuensi kelompok responden pada 4 jam ketiga sebelum perlakuan mobilisasi dini terdapat 8 responden (44,4%) yang telah pulih peristaltik ususnya. Sedangkan 4 jam setelah perlakuan ternyata semua responden yaitu berjumlah 18 orang (100%) telah pulih peristaltik ususnya.

Jurnal Kesehatan (Health Journal)

16

Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

bahwa tumor intra abdomen (kolorektal, gaster) mengalami peningkatan karena saat ini pembedahan merupakan satu-satunya terapi kuratif untuk kasus tersebut. Sedangkan menurut Manaf (2008) bahwa obstruksi intestinal bertanggung jawab terhadap 60-70% kasus gawat abdomen di rumah sakit. Pengaruh mobilisasi terhadap pemulihan peristaltik usus pada 4 jam pertama pasca operasi Berdasarkan hasil analisis bivariat bahwa frekuensi kelompok responden pada 4 jam pertama sebelum perlakuan mobilisasi dini dan setelah perlakuan ternyata tidak ditemukan adanya pemulihan peristaltik usus pada semua responden. Berdasarkan hasil uji Wilcoxon sign rank test dengan tingkat kemaknaan =0,05 ternyata nilai p=1,000. Karena nilai p(1,000)> (0,05) maka Ha ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh mobilisasi dini terhadap pemulihan peristaltik usus pada 4 jam pertama pasca operasi abdomen. Hal ini terjadi karena jumlah mobilisasi yang diberikan masih kurang sehingga tidak mampu untuk merangsang otototot sepanjang saluran pencernaan untuk menghasilkan gerakan peristaltik. Pengaruh mobilisasi terhadap pemulihan peristaltik usus pada 4 jam kedua pasca operasi Berdasarkan hasil uji bivariat bahwa frekuensi kelompok responden pada 4 jam kedua sebelum perlakuan mobilisasi dini tidak terdapat perubahan peristaltik usus pada semua responden sedangkan 4 jam setelah perlakuan ternyata terdapat 8 orang (44,4%) yang pulih peristaltik ususnya. Berdasarkan hasil uji Wilcoxon sign rank test dengan tingkat kemaknaan =0,05 ternyata nilai p=0,005. Karena nilai p(0,005)< (0,05) maka Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh mobilisasi dini terhadap waktu pemulihan peristaltik usus pada 4 jam kedua pasca operasi abdomen. Pengaruh mobilisasi terhadap pemulihan peristaltik usus pada 4 jam ketiga pasca operasi Berdasarkan hasil analisis bivariat bahwa frekuensi kelompok responden pada 4 jam ketiga
Jurnal Kesehatan (Health Journal) 17

sebelum perlakuan mobilisasi dini terdapat 8 responden (44,4%) yang telah pulih peristaltik ususnya. Sedangkan 4 jam setelah perlakuan ternyata semua responden yaitu berjumlah 18 orang (100%) telah pulih peristaltik ususnya. Berdasarkan hasil uji Wilcoxon sign rank test dengan tingkat kemaknaan =0,05 ternyata nilai p=0,002. Karena nilai p(0,002)< (0,05) maka Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh mobilisasi dini terhadap pemulihan peristaltik usus pada 4 jam ketiga pasca operasi abdomen. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat dikatakan bahwa mobilisasi dini dapat mempengaruhi waktu pemulihan peristaltik usus. Yang artinya bahwa proses pemulihan organ tubuh bagian dalam lebih cepat. Hal ini didukung oleh pendapat Morison (2004) bahwa mobilisasi dini mempercepat stadium proliferasi dengan merangsang makrofag untuk menghasilkan angiogenesis sehingga fibroplasia meletakkan substansi dasar dan serabut kolagen serta pembuluh darah mulai menginfiltrasi luka. Dengan mobilisasi dini secara teratur maka sirkulasi di daerah insisi menjadi lancar sehingga jaringan insisi yang mengalami cedera akan mendapatkan zat-zat esensial untuk penyembuhan seperti oksigen, asam amino, vitamin dan mineral. Pemberian mobilisasi dini secara teratur pada pasien pasca bedah laparatomi di samping meningkatkan sirkulasi juga dapat merangsangkontraksi otot-otot abdomen pada dinding abdomen serta otot polos pada usus (Syam, 2005). Hal tersebut didukung juga oleh Barre (2002) bahwa mobilisasi dini memperlancar sirkulasi darah, mencegah terjadinya kontraktur serta merangsang kontraksi otot-otot dinding abdomen sehingga memungkinkan pasien kembali secara penuh ke fungsi fisiologisnya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Julian (2001), bahwa kontraksi dinding otot pada abdomen terbukti dapat menstimulasi gerakan peristaltik usus. Penelitian lain yang dilakukan oleh Stokes (1982) mengatakan mobilisasi dini menurunkan komplikasi merangsang tonus otot serta memperbaiki eliminasi usus. Mobilisasi meningkatkan tonus saluran gastrointestinal, dinding abdomen dan menstimulasi peristaltik usus. Pemulihan pada luka abdomen lebih cepat terjadi bila mobilisasi dilakukan lebih dini. Kejadian eviserasi pasca
Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

operasi jarang terjadi bila pasien diperbolehkan untuk turun dari tempat tidur secepatnya. Nyeri berkurang bila mobilisasi dini diperbolehkan. Frekuensi nadi dan suhu tubuh kembali normal lebih cepat bila pasien berupaya untuk mencapai aktivitas normal pasca operasi secepat mungkin. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Boyer (1998), mobilisasi pasca operasi dapat mempercepat fungsi peristaltik usus. Hal ini didasarkan pada struktur anatomi kolon di mana gelembung udara bergerak dari bagian kanan bawah ke atas menuju fleksus hepatik, mengarah ke fleksus spleen kiri dan turun kebagian kiri bawah menuju rektum. Menurut Doenges, Marhouse dan Geissler (2000), bahwa mobilisasi dini yang berupa latihan di tempat tidur, berpindah ke tempat tidur lainnya dapat merangsang peristaltik dan kelancaran flatus. Potter dan Perry (2006) mengatakan bahwa aktivitas meningkatkan peristaltik sementara immobilisasi menekan peristaltik, melemahkan otot-otot dasar panggul dan abdomen serta merusak kemampuan individu untuk meningkatkan tekanan intra abdomen. Penelitian yang dilakukan oleh Syam (2005) di RS Wahidin Sudirohusodo Makassar dengan perlakuan mobilisasi dini berupa latihan tungkai terhadap 30 pasien pasca operasi laparatomi ternyata pada kelompok perlakuan waktu pemulihan peristaltik ususnya lebih cepat empat jam dibandingkan dengan kelompok kontrol. Kembalinya fungsi peristaltik usus akan memungkinkan pemberian program diet, membantu pemenuhan kebutuhan eliminasi serta mempercepat proses penyembuhan. Nettina (2002), mengatakan program diet pasca bedah diberikan setelah kembalinya fungsi peristaltik usus yang menandakan saluran gastrointestinal telah normal. Perbandingan pengaruh mobilisasi terhadap pemulihan peristaltik usus pada 4 jam pertama, kedua dan ketiga pasca operasi Berdasarkan analisis bivariat ternyata pada 4 jam pertama tidak ada pasien yang pulih peristaltik ususnya. Hal ini didukung oleh hasil uji Wilcoxon sign rank test dengan tingkat kemaknaan =0,05 ternyata nilai p=1,000. Karena nilai p(1,000)>(0,05) maka Ha ditolak yang berarti tidak ada pengaruh mobilisasi dini terhadap pemulihan peristaltik usus pada 4 jam pertama pasca operasi pada pasien pasca operasi
Jurnal Kesehatan (Health Journal)

abdomen di BP RSUD Labuang Baji Makassar. Ada pengaruh perlakuan mobilisasi dini terhadap pemulihan peristaltik usus pada 4 jam kedua pasca operasi pada pasien pasca operasi abdomen di mana terdapat 8 orang (44,4%) yang pulih peristaltik ususnya. Hal ini didukung pula oleh uji wilcoxon sign rank test di mana nilai p (0,005)<(0,05) Sedangkan pada 4 jam ketiga diperoleh pengaruh yang yang lebih signifikan di mana terdapat 10 orang (66,6%) dan nilai p(0,002)< (0,05) . Karena nilai p pada 4 jam ketiga pasca operasi jauh lebih kecil dari nilai p pada 4 jam kedua maka dapat dikatakan bahwa pada 4 jam ketiga pengaruh mobilisasi dini lebih signifikan daripada 4 jam kedua. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa, tidak ada pengaruh mobilisasi dini terhadap pemulihan peristaltik usus pada 4 jam pertama pasca operasi pada pasien pasca operasi abdomen di BP RSUD Labuang Baji Makassar. Ada pengaruh mobilisasi dini terhadap pemulihan peristaltik usus pada 4 jam kedua pasca operasi pada pasien pasca operasi abdomen di BP RSUD Labuang Baji Makassar. Sedangkan pada 4 jam ketiga pasca operasi terdapat pengaruh yang signifikan dari perlakuan mobilisasi dini terhadap pemulihan peristaltik usus pada pasien pasca operasi abdomen di BP RSUD Labuang Baji Makassar. Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa semakin sering dilakukan mobilisasi dini maka akan semakin cepat waktu pemulihan peristaltik usus pada pasien pasca operasi abdomen. Saran Bagi institusi BPRSUD Makassar Labuang Baji

Agar dapat memberikan penyuluhan pre operasi secara lebih mendalam tentang mobilisasi dini kepada para pasien sehingga pasien telah memiliki pengetahuan lebih awal sehingga pada saat pemberian mobilisasi para pasien tidak kebingungan. Bagi Institusi STIK GIA Makassar Dengan makin berkembangnya ilmu
18
Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

keperawatan khususnya keperawatan pasca operasi diharapkan agar institusi STIK GIA dapat membantu meningkatkan keterampilan mahasiswa sehingga mahasiswa mampu melakukan tindakan non farmakologik pasca operasi. Bagi peneliti selanjutnya Besar harapan peneliti agar peneliti selanjutnya dapat meneliti variable-variabel lain seperti jenis insisi, lama operasi dan jenis penyakit yang lebih spesifik. Daftar Pustaka Sjamsulhidajat dan Jong. (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC. Jakarta. 387-392,1001. Rondhianto. (2008). Keperawatan Perioperatif Bagian Keperawatan Medikal Bedah dan Keperawatan Kritis Universitas Jember. (online). www.atherobiansyah.blogspot.com, diakses 18 Desember 2008. Smeltzer, S. dan Bare, B. G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Vol. 1 Edisi 8. EGC. Jakarta. 426 -442, 471-475. Anonim. (2008). Pengaruh Ambulasi Dini terhadap Pemulihan Peristaltik Usus pada Pasien Pasca Operasi Fraktur Femur dengan Anestesi Umum. (online). www.kumpulanskripsi.com, diakses 11 Desember 2008. Potter, P. A. dan Perry. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Konsep, Proses dan Praktik. Edisi 4, vol. 2. EGC. Jakarta. 1742-1745. Manaf, N. (2008). Obstruksi Ileus. (online). www.portalkalbe.com, diakses 12 Desember 2008. Adi. (2006). Obstruksi Usus. (online). www.healthy.com, diakses 12 Desember 2008.

Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 41. Pusat Komunikasi Publik Sekjen Depkes RI. (2008). Pelayanan Khusus Pasien Miskin. (online). www.depkes.go.id, diakses 7 Februari 2009. Wildan. (2005). Pengaruh Penyuluhan Pre Operasi terhadap Pelaksanaan Mobilisasi Post Operasi pada Pasien Bedah Abdomen di Instalasi Rawat Inap Bedah RSU Dr. Sutomo Surabaya. Skripsi (tidak diterbitkan). Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya. Kaba, J. (2007). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Stress pada Klien Pre Operasi di Ruang Bedah RS Wahidin Sudirohusodo Makassar. Skripsi (tidak diterbitkan). Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Makassar. Bagian penelitian dan pengembangan BPRSUD Labuang Baji Makassar. 2009. Awie, A. H. (2008). Konsep Dasar Operasi. (online). www.lensaprofesi.blogspot.com, diakses 10 januari 2009. Tjokronegoro, A. dkk. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Gaya Baru. Jakarta. 237. Guyton, A. C. dan Hall. (2008). Fisiologi Kedokteran, edisi revisi. EGC. Jakarta. 993994, 1007-1011 Priharjo, R. (2007). Pengkajian Fisik Keperawatan. Edisi 2. EGC. Jakarta. 127128. Rakhmawan, A. (2008). Pengkajian Fisik. (online). www.agungrachmawan.weblog.com, diakses 10 Januari 2009. Admin. (2008). Laparatomi. (online). www.catatanperawat.byethost15.com, diakses tanggal 7 januari 2009. Mansjoer, Arief. dkk. (2007). Kedokteran Perioperatif Evaluasi dan Tata Laksana di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Pusat Penerbitan IPD FKUI. Jakarta. 31,39,51. Erlina. (2008). Penanganan Pasien Post Laparatomy atas Indikasi Ileus Obstruksi di ICU. (online). www.kuliahbidan.wordpress.com, diakses tanggal 23 Januari 2009. Grace, Pierce A. dan Borley, Neil R. (2006). At a Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga. Erlangga.
19
Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

Syam , B. (2005). Pengaruh Latihan Tungkai terhadap Waktu Pemulihan Peristaltik Usus Pasien Pasca Bedah Laparatomi di RS Wahidin Sudirohusodo Makassar. Skripsi (tidak diterbitkan). Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Makassar. Simanjuntak, A, dkk (2000). Jurnal Kedokteran Fatmawati Vol. 2 no. 5 Bagian I; Penatalaksanaan Kedaruratan Trauma. Sub Bagian Bedah Digestif, Bagian Ilmu
Jurnal Kesehatan (Health Journal)

Laparatomy atas Indikasi Ileus Obstruksi di ICU. (online). www.kuliahbidan.wordpress.com, diakses tanggal 23 Januari 2009. Grace, Pierce A. dan Borley, Neil R. (2006). At a Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga. Erlangga. Jakarta. 117. Hidayat, A. Aziz Alimul. (2006). Pengantar KDM: Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan Vol.2. Salemba Medika.Jakarta. 173,201. Saryono, dan Kamaluddin, Ridlwan. (2008). Pemenuhan Kebutuhan Mobilitas Fisik pada Pasien di Ruang Bedah dengan Pendekatan Nanda, NOC dan NIC. Jakarta, Rekatama. 7-12. Garrison, Susan J. (2001). Dasar-dasar Terapi dan Rehabilitasi Fisik. Hipokrates. Jakarta. 142. Hidayat, A. Aziz Alimul. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Tekhnik Analisis Data. Salemba Medika.Jakarta. 60, 78-79.

Chandra, Budiman. (2008). Metodologi Penelitian Kesehatan. EGC. Jakarta. 32. Dahlan, M. S. (2006). Besar Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Seri 2. PT Arkans. Jakarta. 47-48. Murti, B. (2006). Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 2006. 111112. Riduan. (2008). Skala Pengukuran Variabelvariabel Penelitian. Alfabeta. Bandung. 16 -17. Uyanto, S. S. (2009). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Graha Ilmu. Yogyakarta. 311-319. Sugiyono. (2008). Statistik Penelitian Nonparametris. Alfabeta. Bandung. 44-45. Tim STIK GIA. (2004). Panduan Skripsi Mahasiswa STIK GIA. Makassar.

Jurnal Kesehatan (Health Journal)

20

Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

MOTHERS GNOSTIC ZOOM NIFAS ABOUT INVOLUSI UTERUS AT NIFAS ROOM RSUD PROF. DR. W. Z. JOHANNES KUPANG Juleha Pua Geno*
ABSTRACT Involusi Uterus or uterus's creasing constitutes a process where uterus returns to condition before pregnancy. Mother experiences this process partus's afters which is up to 6 weeks. This research constitute descriptive research that figures to hit Zoom Nifas's Mother Science About Involusi Uterus at spatial nifas RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang. Population is nifas's mother at spatial nifas RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang which is total as much 194 mothers by use of sampling tech which is tech aksidental samplings with big sample 33 person. menunjukan's observational result that gnostic nifas's mother about involusi uterus at spatial nifas RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang that good category as much 13 respondents (39%), enough science as much 16 respondents (48%), and reducing science as much 4 resonden (12%). Science about involusi uterus in nifas's term enough science category sebanyk 16 respondents (48%). This possible regarded by education, experience and work. Key word: Science, Nifas's mother, Involusi Uterus.

Latar Belakang Pembangunan di bidang kesehatan harus dilaksanakan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional, karena pada dasarnya pembangunan nasional di bidang kesehatan berkaitan erat dengan peningkatan mutu sumber daya manusia yang merupakan modal dasar dalam melaksanakan pembanguan. Salah satu indikator untuk menentukan derajat kesehatan suatu bangsa di tandai dengan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan bayi. Hal ini merupakan suatu fenomena yang mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan. Masa nifas merupakan hal penting untuk diperhatikan guna menurunkan angka kematian ibu dan bayi di Indonesia. Dari berbagai pengalaman dalam menaggulangi kematian ibu dan bayi di banyak Negara, para pakar kesehatan menganjurkan upaya pertolongan di fokuskan pada periode intrapartum. Upaya ini terbukti telah menyelamatkan lebih dari separuh ibu bersalin dan bayi baru lahir yang disertai dengan penyulit proses persalinan atau komplikasi yang mengancam keselamatan jiwa. Namun, tidak semua intervensi yang sesuai bagi suatu Negara dapat dengan serta merta di jalankan dan memberi dampak menguntungkan bila di terapkan pada Negara lain. Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih cukup tinggi menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI,
* Pengajar STIKes Maranatha Kupang

2007). AKI di Indonesia 228/100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu terutama komplikasi pada masa nifas (8%) dan infeksi 11%. Menurut Survey Dasar Kesehatan Indonesi (SDKI) terahir tahun 2007, angka kematian ibu akibat perdarahan post partum sebesar 236 ibu dari 100.000 kelahiran. (health.detik.com). Menurut SDKI terakhir tahun 2007, angka kematian ibu di NTT sebesar 306 ibu dari 100.000 kelahiran. Uterus adalah salah satu alat genetalia yang akan mengalami proses involusi. Pada proses persalinan uterus tentunya akan terluka, luka pada uterus inilah yang harus terus dipantau pada masa nifas. Perawatan terhadap uterus pada masa nifas sering mendapat tindakan yang salah dari para ibu karena kekurang tahuan mereka terhadap involusi uterus. Kekurang tahuan inilah yang mengakibatkan terjadinya kasus infeksi pada uterus. Salah satu kondisi yang akan dialami ibu setelah partus adalah after pains. After pains atau mules-mules sesudah partus atau kontraksi uterus kadang-kadang sangat mengganggu 2-3 hari postpartum. Pada keadaan inilah yang sering di anggap hal yang tidak normal sehingga melakukan tindakan yang mengakibatkan terjadinya infeksi. Pada masa nifas terjadi perubahan pada uterus dan pengeluaran pervaginam yang seiring disebut lochea. Kontraksi uterus meningkat setelah bayi lahir dan ukuran uterus mengecil kembali setelah 2 hari pasca persalinan
21
Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

Jurnal Kesehatan (Health Journal)

(Wisnuwardani,dkk, 2009). Uterus harus diawasi secara teliti pada masa nifas. Pada hari pertama post partum, tinggi fundus uteri kira-kira 1 jari dibawah pusat, setelah 5 hari post partum menjadi sepertiga jarak antara simfisis pusat, dan setelah 10 hari fundus uteri sukar teraba diatas simfisis (Wiknjosastro, M, 2005). Jika sampai 2 minggu post partum uterus belum masuk panggul, dicurigai terjadi subinvolusi. Subinvolusi dapat disebabkan oleh infeksi atau perdarahan lanjut (Wisnuwardani,dkk, 2009). Dari data bulan Januari - juni 2012 di RSUD W, Z, Yohanes Kupang. Terdapat 2 kasus ibu nifas yang mengalami subinvolusi karena terjadinya atonia uteri. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang involusi uterus diruang Nifas RSUD W.Z. Yohanes Kupang Tahun 2012. Penelitan ini bertujuan untuk menggambarkan pengetahuam ibu nifas tentang involusi uterus di ruang nifas RSUD W.Z. Yohanes Kupang Tahun 2012.

Tabel 1. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Pengertian Involusi Uterus Di Ruang Nifas RSUD.Prof. Dr. W. Z. Johanes Kupang Tahun 2012.
Pengetahuan Ibu Nifas tentang Pengertian Involusi Uterus Baik Cukup Kurang Jumlah

N o 1 2 3

N 33 0 0 33

% 100 0 0 100

Sumber: Data Primer Berdasarkan tabel 2 di atas menunjukan bahwa responden yang berpengetahuan baik tentang proses involusi uterus 14 orang (42%), sedangkan yang berpengetahuan cukup tentang proses involusi uterus 13 orang (39%) dan yang berpengetahuan kurang tentang pross involusi uterus 6 orang (18%). Tabel 2. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Proses Involusi Uterus Di Ruang Nifas RSUD.Prof. Dr. W. Z. Johanes Kupang Tahun 2012
Pengetahuan Ibu Nifas tentang Proses Involusi Uterus Baik Cukup Kurang Jumlah

Bahan dan Cara Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian deskriptif, dimana peneliti ingin mengetahui gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Involusi Uterus di Ruang Nifas RSUD W. Z. Yohanes Kupang. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas yang berada di Ruang Nifas RSUD W. Z. Yohanes Kupang periode Bulan September sebanyak 194 ibu. Sampel berjumlah 33 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan cara non random sampling dengan teknik accidental sampling. Pengumpulan data menggunakan data primer berupa lembar kuesioner yang dibagikan pada ibu calon responden. Tingkat pengetahuan ibu nifas diperoleh dengan memberikan 15 pernyataan dengan pilihan jawaban benar atau salah. Hasil dan Pembahasan Hasil Berdasarkan tabel 1 menunjukan bahwa responden yang berpengetahuan baik tentang pengertian involusi uterus 33 orang (100%) sedangkan yang berpengetahuan cukup dan kurang tidak ada (0%).

No 1 2 3

N 14 13 6 33

% 42 39 18 100

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 3 menunujkan bahwa responden yang berpengetahuan baik tentang perubahan normal pada uterus selama post partum 11 orang (33%). Sedangkan yang berpengetahuan kurang 16 orang (49%) dan yang berpengetahuan kurang 6 orang (18%).

Jurnal Kesehatan (Health Journal)

22

Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

Tabel 3. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang perubahan normal uterus post partum Di Ruang Nifas RSUD.Prof. Dr. W. Z. Johanes Kupang Tahun 2012.
Pengetahuan Ibu Nifas No 1 2 3 tentang perubahan normal uterus post partum Baik Cukup Kurang Jumlah N 14 5 14 33 % 42 15 42 100

Tabel 5. .Distribusi pengetahuan ibu nifas tentang involusi uterus Di Ruang Nifas RSUD.Prof. Dr. W. Z. Johanes Kupang Tahun 2012.
Pengetahuan Ibu Nifas tentang involusi uterus Baik Cukup Kurang Jumlah Sumber: Data Primer

No 1 2 3

N 13 16 4 33

% 39 48 12 100

Sumber: Data Primer Berdasarkan tabel 4 menunjukan bahwa responden yang berpengetahuan baik tentang Pengeluaran pervaginam terhadap involusi uteri 14 orang (42%), sedangkan yang berpengetahuan cukup 5 orang (15%) dan yang berpengetahuan kurang 14 orang (42%). Tabel 4. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang pengeluaran pervaginam Di Ruang Nifas RSUD.Prof. Dr. W. Z. Johanes Kupang Tahun 2012.
Pengetahuan Ibu Nifas tentang pengeluaran pervaginam Baik Cukup Kurang Jumlah Sumber: Data Primer Pembahasan Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Pengertian Involusi Uterus Dari hasil penelitian menunjukan bahwa berdasarkan distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu nifas tentang pengertian involusi uterus diketahui dari 33 responden keseluruhannya (100%) berpengetahuan baik. Menurut Nursalam 2001 bahwa pendidikan seseorang berpengaruh pada pengetahuannya, dimana semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang rendah/ kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai baru yang diperkenalkan sehingga pengetahuan kurang. Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang mengadakan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terhadap objek terjadi melalui penca indra manusia diantaranya indra penglihatan (Notoadmodjo,2003). Hal ini terbukti dari hasil penelitian yang didapatkan 100% berpengetahuan baik. Responden benar-benar memahami bahwa setelah persalinan rahim akam mengalami proses kembalinya rahim kekeadaan semula. Seperti yang pernah dilihat responden disekitar lingkunganya, selama kehamilan perut (rahim) membesar dan setelah persalinan rahim kembali mengecil secara perlahan hingga beberapa minggu. Perut akan tampak rata (kenbali mengecil) dan ini menandakan rahim sudah kenbali kekeadaan semula.

No 1 2 3

N 14 5 14 33

% 42 15 42 100

Berdasarkan tabel 5 menunjukan bahwa responden yang berpengetahuan baik tentang involusi uterus 13 responden (39%), sedangkan yang berpengetahuan cukup 16 responden (48%) dan yang berpegetahuan kurang 4 resonden (12%). Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Proses Involusi Uterus
Berdasarkan tabel 2 distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu nifas tentang proses involusi uterus

dari 33 responden 14 orang (42%) berpengetahuan


Jurnal Kesehatan (Health Journal) 23
Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

baik, 13 orang (39%) berpengetahuan cukup, 6 orang (18%) berpengetahuan kurang. Menurut (Huriok 2002) Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja dikembangakan memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya. Ini berarti makin cocok bakat dan minat seseorang dalam mempelajari dan mencari informasi maka makin tinggi pula tingkat kepuasan dan pengetahuan yang diperoleh Menurut Latipun (2006) Remaja lebih fleksibel dalam mengubah sikap dan tingkah lakunya dibandingkan dengan orang yang sudah dewasa. Remaja mendapatkan pengetahuan lebih banyak dari pendidikan formal, namun orang dewasa cenderung mendapatkan pengetahuan dari pengalamannya. Salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri. Teori WHO (World Healt Organization) Yang dikutip oleh Notoadmodjo (2007). Hal ini terbukti dari hasil penelitian didapatkan beberapa orang yang sudah dewasa dan berpendidikan rendah namun mempunyai pengetahuan yang baik tentang proses involusi uterus. Ini berarti makin cocok bakat dan minat sesorang dalam mempelajari dan mencari informasi maka makin tinggi pula tingkat kepuasan dan pengetahuan yang diperoleh. (M Wawan, 2010). Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perubahanperubahan Normal Selama Post Partum Pada tabel 3 distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu nifas tentang PerubahanPerubahan Normal Pada Uterus Selama Post Partum di ketahui dari 33 responden 11 orang (33%) berpengetahuan baik. 16 orang (49%) berpengetahuan cukup, 6 orang (18%) berpengetahuan kurang. Menurut Anna. Mariner yang dikutip dari Nursalam (2003) lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik taupun tidak, yang akan direspon bagi pengetahuan oleh setiap individu. Pengetahun merupakan hasil dari tahu,
Jurnal Kesehatan (Health Journal)

dan terjadi setelah melakukan pengindraan, diantaranya indra peraba. Setelah persalinan rahim akan mengalami perubahan secara bertahap. Untuk mengetahui perubahan pada rahim yaitu dengan cara melakukan palpasi pada abdomen dan menentukan tinggi fundus uteri. Kurangnya pengetahuan ibu karena rata-rata ibu nifas jarang meraba bagian perutnya, sehingga meraka kurang mengetahui perubahan-perubahn normal selama post partum (R Mochar,1998) Menurut Notoatmodjo (2010), untuk meningkatkan pengetehuan kesehatan perlu diberikan penyuluhan yang bertujuan untuk tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga maupun masyarakat, dalam membina dan memelihara hidup sehat serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Pengeluaran Pervaginam terhadap Involusi Uterus Berdasarkan tabel 4 distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu nifas tentang pengeluaran pervaginam terhadap involusi uterus diketahui dari 33 responden 14 orang (42%) berpengetahuan baik, 5 orang (15%) berpengetahuan cukup, 14 orang (42%) berpengetahuan kurang. Pekerjaan merupakan kegiatan utama yang dilakukan untuk mencari nafka. Lingkungan pekerjaan dapat digunakan sebagai sarana dalam mendapatkan informasi yaitu dengan bertukar pikiran dengan teman-teman di lingkungan kerja (Nursalam dan Pariani, 2001). Ibu Rumah Tangga cenderung memiliki kesibukan dalam rumah tangga sehingga informasi yang diperoleh kurang termasuk tentang involusi uterus, dimana mereka memiliki kesibukan maka jarang berkumpul dengan teman-teman untuk bertukar pikiran (Simatupang, 2006). Berdasarkan teori pengukuran pengetahuan, solusi untuk yang berpengetahuan kurang adalah dengan mencari informasi, bertanya berdasarkan pengalaman orang lain, mencari tahu kepada orang lain, menonton televisi juga bisa menmbah pengetahuan seseorang (Wawan, 2011). Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Involusi Uterus Pengetahuan ibu nifas tentang involusi uterus di ruang nifas RSUD Prof. Dr. W. Z. Johanes Kupang berdasarkan analisa dan interpretasi data yang didapat ibu berpengetahuan baik 13 responden (39%), yang berpengetahuan cukup 16 responden (48%) dan yang berpegetahuan kurang 4 resonden (12%). Pendidikan berhubungan pengetahuan, sikap, kepercayaan, ketrampilan dan aspek kelakuan
24
Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

yang lain dan merupakan proses belajar dan mengajar (Notoatmodjo,2003). Hal ini dapat dilihat dari jawaban benar pada kuesioner. Rata rata tingkat pengetahuan ibu nifas tentang Involusi uterus di ruang nifas RSUD Prof. Dr. W. Z. Johanes Kupang dikategori cukup. Jika tingkat pendidikan rendah upaya yang kita lakukan agar sesorang dapat tahu dan memahami yaitu dengan memberikan penyuluhan dengan bahasa yang mudah dimengerti atau dengan media leaflet tentang Involusi Uterus.(Sunar, 2011). Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Tingkat pengetahuan ibu Nifas Tentang Involusi Uterus Di Ruang Nifas RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang Pada Tahun 2012 yaitu 13 responden (39%) berpengetahuan baik, 16 responden (48%) berpengetahuan cukup dan 4 resonden (12%) berpengetahuan kurang. Saran Bagi Peneliti Peneliti tidak hanya meneliti tentang Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang involusi Uterus tetapi dapat mencari tahu lebih jauh tentang factor-factor yamg berhubungan dengan Pemahaman Ibu Nifas tentang Involusi Uterus. Bagi Responden Di sarankan bagi ibu kususnya ibu-ibu terutama ibu nifas untuk lebih aktif mencari informasi tentang pasca persalinan terutama mengenai involusi uterus untuk menambah pengetahuan ibu. Bagi Intitusi Pendidikan Penulis Mengharapkan agar penelitian ini dapat digunakan oleh mahasiswa/I sebagai bahan referensi yang berhubungan dengan pengetahuan yang diperoleh. Bagi Profesi Bagi petugas kesehatan dapat meningkatkan penyuluhan dan KIE tentang involusi uterus, sehingga ibu dapat tahu dan memahami mengenai involusi uterus.

DAFTAR PUSTAKA Wawan dan Dewi M, 2011, Teori dan Pengukuran Pengetahuan Sikap dan Perilaku Manusia. Yokyakarta: Nuha medika. Ambarwati E, R dan Wulandari Diah, 2010, Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta : Nuha Medika. Arikunto dan Suharsimi, 2010, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. http://cerminanhatial-insan.blogspot.com/2012/08/ konsep-dasar-masa-nifas.html. http://health.detik.com/ read/2012/06/18/150023/1944052/763/ disclamer.html. Latipun, 2006, Psikologi Konseling. Malang: UNMUH. Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri, Edisi kedua. Jakarta : EGC. Notoadmodja,S. 2010, Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta. Notoadmodja,S. 2003, Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta. Notoadmodja,S., 2007, Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta. Nursalam.(2001). Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta :Salemba Medika. Nursalam.(2003). Konsep Dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta :Salemba Medika. Prawirohardjo Sarwono, 2010. Buku asuhan nasional Pelayanan Kesehatan maternal dan Neonatal. Jakarta: Bina pustaka. Setiadi, 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu. Simatupang E,2006. Penerapan Unsur-unsur Menejemen Dalam Praktek Kebidanan. Jakarta: Awan Indah. Buku Panduan Karya Tulis Ilmiah. 2012. Wiknjosastro, M. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Jurnal Kesehatan (Health Journal)

25

Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

MOTHERS GNOSTIC ZOOM PREGNANT TRIMESTER II AND III ABOUT NUTRISI AT PUSKESMAS SOE'S CITY TTS'S REGENCY Hermina R. Legimakani*
ABSTRACT Subtracted nutrient state prevalence on pregnant mother at Indonesian year 2007 which is 50,9%. Base studi advance at Puskesmas Soe's City TTS'S Regency exists 37,6% pregnant mothers that its nutrient state reducing whereas 62,3% pregnant mothers that its nutrient state good. Cause of nutrient state less for example enough mother science about benefit nutrisi, nutrisi's requirement and impact / effect reducing it nutrisi on trimester's pregnant mother II. & III.. This observational type is observational descriptive by use of research instrument as kuesioner. This observational sample is all trimester's pregnant mother II. & III., one that total 58 by use of totaled its sampling populations. Result observationaling to point out that trimester's pregnant mother II. and III. one understands about benefit nutrisi is as much 23 respondents (39,65%) having enough science, one that understands about requirement nutrisi as much 23 respondents (39,65%) having science less, and one understands about impact / effect reducing it nutrisi as much 31 respondents (33,44%) having enough science. Largely respondent have science with enough category about nutrisi trimester's pregnancy mother II. & III.. Therefore expected by health energy especially midwife / nurse gets to give KIE, and flyer or leafleat about benefit nutrisi, nutrisi's requirement, and impact / effect reducing it nutrisi. Key word: Science, Trimester's Pregnant mother II. and III., Nutrisi, Puskesmas

Latar Belakang Banyak ibu hamil tidak mengetahui asupan nutrisi yang baik dan berat badan yang ideal selama kehamilan.Seringkali ibu pada saat hamil menurunkan berat badannya karena merasa tidak nyaman, padahal tindakan tersebut merupakan tindakan yang kurang baik karena akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin. Kenaikan berat badan pada trimester I hanya 1 kg, trimester II 3 kg dan trimester III 6 kg dan pada setiap minggunya sekitar 0,3 hingga 0,5kg. Kenaikan tersebut disebabkan karena adanya pertumbuhan janin, plasenta dan air ketuban (Kristiyanasari Weni,2010). Kebutuhan makanan bukan dilihat dari porsi tetapi harus ditentukan mutu zat-zat gizi yang terkandung dalam makanan yang dikonsumsi. Bila ibu hamil kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan masalah baik pada ibu maupun janin antara lain anemia, berat badan ibu tidak bertambah secara normal, persalinan sulit dan lama, prematur, perdarahan setelah persalinan, kurang gizi juga dapat mempengaruhi pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan abortus, cacat bawaan, berat bayi lahir rendah (Weni, 2010).
* Pengajar STIKes Maranatha Kupang

Trimester pertama kehamilan merupakan masa penyesuaian ibu hamil terhadap kehamilannya.Karena pertumbuhannya masih lambat, maka penambahan kebutuhan zat-zat gizinya pun masih relatif kecil (vitamin dan mineral, bahkan boleh dikatakan pada periode ini kebutuhan gizi ibu hamil masih sama dengan wanita dewasa biasa. Memasuki trimester kedua,janin mulai tumbuh pesat dibandingkan dengan sebelumnya. Untuk itu, peningkatan kualitas gizi sangat penting karena pada tahap ini ibu mulai menyimpan lemak dan zat gizi lain (kalori dan protein) untuk cadangan energi/tenaga, pertumbuhan payudara,volume darah, danbahan pembentuk ASI pada saat menyusui nanti. Sedangkan pada tahap terakhir atau trimester ketiga dibutuhkan vitamin dan mineral untuk mendukung pesatnya pertumbuhan janin dan pertumbuhan otak. Kebutuhan energi janin didapat dari cadangan energi yang disimpan selama tahap sebelumnya (Siti & Proverawati, 2009). Berdasarkan data menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT). Indonesia merupakan negara dengan angka kematian ibu yang sangat tinggi yaitu 226 per 100.000 kelahiran hidup (SKRT 2011). Pada SKRT tahun 2003 di Indonesia dilaporkan bahwa 65,5% ibu hamil yang status gizinya kurang dan SKRT tahun 2007 prevalensi status gizi kurang pada ibu hamil terjadi 50,9% (Depkes RI 2012). Sesuai data yang
26
Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

Jurnal Kesehatan (Health Journal)

diambil di Puskesmas Kota Soe, jumlah ibu hamil trimester II dan III yang datang memeriksakan kehamilannya pada bulan Januari sampai Juli 2012 sebanyak 138 ibudengan status gizi baik 86 orang atau 62,3% dan status gizi kurang 52 orang 37,6%. (Buku Laporan Status Gizi Ibu Hamil, 2012). Dilihat dari masalah diatas maka tindakan yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan adalah memberikan penyuluhan kepada masyarakat khususnya ibu hamil trimester II dan III tentang pentingnya makanan bergizi. Selain itu juga tenaga kesehatan harus bekerjasama dengan pemerintah setempat agar memberikan bantuan pangan kepada masyarakat miskin yang benarbenar membutuhkan. Dengan demikian angka kekurangan gizi di Indonesia khususnya ibu hamil dan menyusui dapat berkurang. Berdasarkan masalah diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian sederhana tentang Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Trimester II dan III Tentang Nutrisi di Puskesmas Kota Soe, Kabupaten TTS Tahun 2012. Tujuan penelitian untuk mengetahui tingkatpengetahuan ibu hamil trimester II dan III tentang nutrisi. Bahan dan Cara Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian deskriptif. Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu hamil trimester II dan III yang melakukan pemeriksaan kehamilan pada bulan Januari- Juli sebanyak 138 ibu hamil di Puskesmas Kota Soe Kabupaten TTS. Sampel berjumlah 58 responden. Teknik pengambilan sampel yaitu diambil secara non random sampling dengan teknik accidental sampling. Pengumpulan data menggunkan data primer berupa lembar kuesioner yang akan dibagikan pada ibu calon responden. Tingkat pengetahuan ibu hamil trimester II dan III diperoleh dengan memberikan 16 pernyataan dengan pilihan jawaban benar atau salah. Hasil dan Pembahasan Hasil

Tabel 1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan di Puskesmas Kota Soe Kabupaten TTS Pada bulan Nopember 2012
Pendidikan SD SMP SMA/SMK PT Jumlah

No 1 2 3 4

N 2 30 36 9 58

% 5,18 13,80 62,06 18,96 100

Sumber: Data Primer Berdasarkan tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa karakteristik responden berdasarkan pendidikan di Puskesmas Kota Soe Kabupaten TTS diantaranya yang berpendidikan SD 2 responden (5,18%), SMP 10 responden (13,80%) SMA/SMK 36 responden (62,06%) dan Perguruan Tinggi 9 responden (18,96%). Tabel 1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Pekerjaan di Puskesmas Kota Soe Kabupaten TTS Pada bulan Nopember 2012
Pekerjaan No 1 2 3 4 IRT PNS Pegawai Swasta Pegawai Honorer Jumlah N 44 7 3 4 58 % 75,90 12,00 5,20 6,90 100

Sumber: Data Primer Berdasarkan tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa karakteristik responden berdasarkan pekerjaan di Puskesmas Kota Soe Kabupaten TTS diantaranya Ibu Rumah Tangga 44 responden (75,90%), PNS 7 responden (12,00%), Pegawai Swasta 3 responden (5,20%), dan Pegawai Honorer 4 responden (6,90%).
27
Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

Jurnal Kesehatan (Health Journal)

Tabel 3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Umur di Puskesmas Kota Soe Kabupaten TTS Pada bulan Nopember 2012
No 1 2 Umur <20 20-35 Jumlah N 7 51 58 % 12,06 87,94 100

Berdasarkan tabel 5 diatas menjelaskan bahwa 18 responden (31,03%) memiliki pengetahuan baik, 23 responden (39,65%) memiliki pengetahuan cukup dan 17 responden (29,32%) memiliki pengetahuan kurang. Tabel 6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan ibu hamil trimester II dan III tentang kebutuhan nutrisi di Puskesmas Kota Soe Kabupaten TTS
No Kategori Baik Cukup Kurang Jumlah N 23 20 15 58 % 39,65 34,48 25,87 100

Sumber: Data Primer Berdasarkan tabel 3 diatas dapat diketahui bahwa karakteristik responden berdasarkan usia di Puskesmas Kota Soe Kabupaten TTS yaitu yang berusia < 20 tahun 7 responden (12,06%) dan usia 20-35 tahun 51 responden (87,94%) . Tabel 4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Jumlah anak di Puskesmas Kota Soe Kabupaten TTS Pada bulan Nopember 2012
No 1 2 Jumlah anak Primipara Multipara Jumlah N 25 33 58 % 43,10 56,90 100 1 2 3

Sumber: Data Primer Berdasarkan tabel 6 diatas, menjelaskan bahwa terdapat 23 responden (39,65%) memiliki pengetahuan baik, 20 responden (34,48%) memiliki pengetahuan cukup dan 15 responden (25,87%) memiliki pengetahuan kurang. Tabel 7 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan ibu hamil trimester II dan III tentang akibat kurang nutrisi di Puskesmas Kota Soe Kabupaten TTS
Kategori Baik Cukup Kurang Jumlah

Sumber: Data Primer Berdasarkan tabel 4 diatas dapat diketahui bahwa karakteristik responden berdasarkan paritas di Puskesmas Kota Soe Kabupaten TTS sebagian besar responden adalah multipara 33 responden (56,90%) dan sebagian kecil primipara 33 responden (43,10%). Tabel 5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan ibu hamil trimester II dan III tentang manfaat nutrisi di Puskesmas Kota Soe Kabupaten TTS
No 1 Kategori Baik N 18 % 31,03

No 1 2 3

N 13 31 14 58

% 22,43 33,44 24,13 100

Sumber: Data Primer 7 diatas menjelaskan Berdasarkan tabel bahwa terdapat 13 responden (22,43%) memiliki pengetahuan baik, 31 responden (33,44%) memiliki pengetahuan cukup dan 14 responden (24,13%) memiliki pengetahuan kurang.

2 3

Cukup Kurang Jumlah

23 17 58

39,65 29,32 100

Sumber: Data Primer

Jurnal Kesehatan (Health Journal)

28

Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

Tabel 8 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu hamil trimester II dan III tentang nutrisi berdasarkan paritas di Puskesmas Kota Soe Kabupaten TTS pada bulan Nopember 2012
Kategori Paritas F Primipara Multipara Total 7 15 22 Baik % 12,06 25,86 37,93 f 15 16 31 Cukup % 25,86 27,60 53,45 f 3 2 5 Kurang % 5,17 3,44 8,62

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 9 diatas menjelaskan bahwa ibu primigravida yang berpengetahuan baik 7 responden (12,06%), berpengetahuan cukup 15 responden (25,86%) dan berpengetahuan kurang 3 responden (5,17%). Sedangkan ibu multigravida yang berpengetahuan baik 15 responden (25,86%), berpengetahuan cukup 16 responden (27,60%) dan yang berpengetahuan kurang 2 responden (3,44%). Pembahasan Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan di Puskesmas Kota Soe Kabupaten TTS pada bulan Nopember 2012. Berdasarkan hasil analisa data diatas pada tabel 1 maka dapat diketahui bahwa karakteristik respoden berdasarkan tingkat pendidikan di Puskesmas Kota Soe Kabupaten TTS pada bulan Nopember tahun 2012 sebagian besar responden (62,06%) berpendidikan SMA/SMK. Menurut IB. Mantra (1990) yang dikutip oleh Koentjoroningrat (1997) bahwa makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi. Pendidikan juga dapat memberikan pengaruh mengenai pengertian tentang tradisi, kepercayaan masyarakat mana yang menguntungkan dan mana yang merugikan, sehingga jika menguntungkan maka akan dilanjutkan dan perlu diingat juga faktor pendidikan merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang, sebaliknya orang yang mempunyai pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan/pengetahuan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Notoatmojdo, 2003). Walaupun pendidikan secara formal menengah atau tinggi tetapi bila saat menerima informasi tidak dapat memahami
Jurnal Kesehatan (Health Journal) 29

dengan baik atau terdapat masalah lain yang menyebabkan orang tersebut tidak dapat menerima informasi dengan baik, sebab salah satu faktor yang mempengaruhi penerimaan informasi meliputi kondisi jasmani dan rohani serta tingkat kecakapan (Depkes RI, 1991). Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa masih ada sebagian kecil ibu yang berpendidikan menengah memiliki pengetahuan kurang. Dimana pendidikan tinggi pun tidak menjamin seseorang memiliki pengetahuan baik, karena setengah dari ibu yang berpendidikan tinggi memiliki pengetahuan cukup, dimana seharusnya ibu tersebut memiliki pengatahuan baik sedangkan sebagian besar ibu yang berpendidikan dasar malah memiliki pengetahuan yang cukup. Hal ini menunjukkan pendidikan dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang. Dan ini sesuai dengan pendapat Nursalam (2001) bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang semakin tinggi pula pengetahuan yang didapat yang akhirnya mempengaruhi terhadap pola pikir dan daya nalar seseorang atau tingkat pendidikan seseorang sangat besar pengaruhnya terhadap pengetahuan seseorang, semakin tinggi pendidikan seseorang kemampuan untuk menyerap informasi yang diterima akan lebih mudah. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan di Puskesmas Kota Soe Kabupaten TTS pada bulan Nopember 2012. Berdasarkan hasil analisa data pada tabel 2 maka dapat diketahui bahwa sebagian besar responden sebagai ibu rumah tangga (IRT) sebanyak 44 reponden (75,90%). Menurut Notoatmodjo (2003) yang menyatakan bahwa dengan adanya pekerjaan seseorang akan memerlukan banyak waktu dan tenaga untuk
Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

menyelesaikan pekerjaan yang sibuk sehingga hanya memiliki waktu yang sedikit untuk memperoleh informasi maka tingkat pengetahuan yang mereka peroleh juga berkurang informasi yang diperoleh dari berbagai sumber akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Bila seseorang memperoleh banyak informasi maka ia cenderung mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Dari teori yang dijelaskan jelas sekali jika ibu yang bekerja kurang memiliki waktu untuk memperoleh informasi sehingga pengetahuan yang dimilikipun jauh lebih sedikit dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja. Jadi dapat disimpulkan bahwa adanya kesesuaian dimana semakin seseorang tidak mempunyai kesibukan dalam arti tidak bekerja maka semakin banyak informasi yang mereka dapatkan sehingga semakin baik pula pengetahuan yang mereka miliki. Karakteristik responden berdasarkan usia di Puskesmas Kota Soe Kabupaten TTS pada bulan Nopember 2012. Berdasarkan hasil analisa data pada tabel 3 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berusia 20-35 tahun sebanyak 51 responden (87,94%). Pada usia 20-an terdapat perkembangan biologis yang menimbulkan perubahan-perubahan fisiologis baik kualitatif maupun kuantitatif serta mempunyai kemampuan mental untuk mempelajari dan menyesuaikan diri dengan situasi yang baru, misalnya dengan mengingat hal- hal yang dulu pernah dipelajari. Penalaran analogis dan berpikir kreatif sendiri puncaknya pada usia dua puluhan. Sekitar awal 30-an kebanyakan orang biasa menyelesaikan masalah mereka dengan baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin cukup usia seseorang semakin mantap dalam mengambil keputusan. Juga menurut Notoatmodjo (2005) bahwa usia juga mempengaruhi pengetahuan seseorang karena dengan bertambahnya usia biasanya lebih dewasa pula intelektualnya. Maka kesimpulan yang dapat diambil adalah Ibu yang mempunyai pengetahuan baik dan cukup sebagian besar pada usia 20- 30 tahun, dimana semakin cukup umur seseorang semakin mantap dalam mengambil keputusan karena pengetahuan dan wawasan yang dimiliki juga lebih baik. Karakteristik responden berdasarkan paritas di Puskesmas Kota Soe Kabupaten TTS pada bulan Nopember 2012.
Jurnal Kesehatan (Health Journal)

Ditinjau dari jumlah anak berdasarkan tabel 4 didapatkan data bahwa hampir setengah ibu 33 responden (27,60%) yang multipara memiliki pengetahuan cukup. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah anak dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang. Dan ini sesuai dengan pendapat Nursalam (2001) bahwa paritas/jumlah anak dapat mempengaruhi seseorang sebagai akibat dari pengalaman yang didapatnya. Juga menurut Notoatmodjo (2005) bahwa semakin banyak paritas/jumlah anak semakin baik pula pengetahuannya karena dengan memiliki jumlah anak yang banyak maka seseorang akan mempunyai banyak pengalaman yang didapat. Jadi dapat disimpulkan bahwa ibu yang multipara yang memiliki pengetahuan baik dikarenakan oleh pengalaman yang pernah dialami . Tingkat pengetahuan ibu hamil trimester II dan III tentang manfaat nutrisi di Puskesmas Kota Soe Kabupaten TTS pada bulan Nopember 2012. Berdasarkan tabel 5 menjelaskan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan cukup tentang manfaat nutrisi pada ibu hamil trimester II dan III yaitu 23 responden ( 39,65%). Pengetahuan responden tentang manfaat nutrisi pada ibu hamil trimester II dan III menurut Kristiyanasari weni (2010) diantaranya: untuk pembentukan dan pertumbuhan janin, untuk pembentukan placenta, untuk persiapan produksi ASI yang dibutuhkan bayi setelah lahir dan sebagai cadangan untuk persalinan secara kuantitatif terletak pada kategori cukup. Hal itu menunjukkan bahwa pengetahuan responden yang diteliti tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan. Maka dapat disimpulkan bahwa responden yang memahami tentang manfaat nutrisi hanya sebagian kecil saja artinya responden ada yang sekedar tahu tetapi tidak memahami dan sebagiannya sudah memahami. Menurut Nursalam (2001) pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya pendidikan, pengalaman dan informasai. Tingkat pengetahuan ibu hamil trimester II dan III tentang kebutuhan nutrisi di Puskesmas Kota Soe Kabupaten TTS pada bulan Nopember 2012. Berdasarkan tabel 6 diatas maka diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik tentang kebutuhan nutrisi pada ibu hamil trimester II dan III yaitu 23 responden (39,65%).

30

Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

Pengetahuan responden tentang kebutuhan nutrisi secara kuantitatif terletak pada kategori baik, berarti sebagian besar responden memahami tentang kebutuhan akan nutrisi diantaranya kebutuhan akan kalori, protein, vitamin dan mineral (Asfuah siti & atikah proverawati, 2009), tetapi masih ada sebagian responden 15 responden (25,87%) yang belum mengetahui tentang kebutuhan nutrisi selama hamil. Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ibu hamil mengetahui tentang kebutuhan nutrisi selama hamil, namun masih ada responden yang pengetahuannya kurang. Menurut Nursalam (2001) pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya pendidikan, pekerjaan/pendapatan dan pengalaman.

dan menurunkan prevalensi gizi kurang pada ibu hamil. Bagi Ibu dan keluarga Ibu diharapkan lebih aktif untuk mencari atau mendapatkan informasi yang bermanfaat terutama dalam hal ini tentang nutrisi ibu hamil. Bagi peneliti selanjutnya Penelitian ini dapat di rekomendasikan untuk penelitian lebih lanjut dan guna kesempurnaan penelitian hendaknya dapat di tindak lanjuti dengan meneliti hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan nutrisi ibu hamil.

Tingkat pengetahuan ibu hamil trimester II Daftar Pustaka dan III tentang dampak/akibat dari kurangnya Hidayat, A.A.A. 2006. Pengantar Kebutuhan Danutrisi pada ibu hamil di Puskesmas Kota Soe sar Manusia. Jakarta: Rineka Cipta. Kabupaten TTS pada bulan Nopember 2012. Arikunto S. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Berdasarkan tabel 7 diatas dapat diketahui Rineka Cipta bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan cukup tentang dampak/akibat kurangnya Siti & Proverawati. 2009. Buku Ajar Gizi Untuk Kebidanan. Yokyakarta: Nuha Medika nutrisi pada ibu hamil trimester II dan III yaitu sebanyak 31 responden (33,44%). Pengetahuan Depkes RI. 2012. Profil Kesehatan responden cukup tentang dampak/akibat kuIndonesia. Jakarta: Depkes RI rangnya nutrisi pada ibu hamil trimester II dan III ini sangat berpengaruh baik ibu maupun janin. Huliana. 2009. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil. http.// bascom metro.blogspot.com (diakses Menurut Kristiyanasari (2010) salah satunya tanggal 3 Oktober 2012) dampak/akibat dari kekurangan nutrisi pada ibu hamil, yaitu anemia akut, keguguran, BBLR dan Karyadi. 2001 & Haryanto. 2000. Kebutuhan cacat bawaan. Maka dapat disimpulkan bahwa Nutrisi Ibu Hamil Dan Janin. masih banyak responden yang belum memahami www.google.co.id (diakses tanggal 3 tentang dampak/ akibat dari kurangnya nutrisi oktober 2012) pada ibu hamil trimester II dan III. Kristiyanasari. 2010. Gizi Ibu Hamil. Yokyakarta: Nuha Medika Kesimpulan dan Saran Notoatmodjo S.2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta Kesimpulan Dari tujuan khusus diatas maka dapat Natoatmodjo S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan ibu hamil trimester II & III tentang nutrisi sebagian Notoatmodjo S. 2010. Promosi Kesehatan Teori besar ibu hamil memiliki pengetahuan yang baik. Dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta Saran Nursalam. 2001. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : CV Bagi petugas kesehatan Infomedika. Dalam rangka meningkatkan kualitas pengetahuan ibu hamil trimester II dan III tentang Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan Metodologi Ilmu Keperawatan. Jakarta: nutrisi perlu untuk diadakan KIE, penyuluhan ditSalemba medika ambah program puskesmas yang ada dengan menggunakan media atau metode yang mudah Register Ibu Hamil Puskesmas Kota Soe.2012. dimengerti oleh ibu hamil sehingga penerimaan Buku Laporan Status Gizi Ibu Hamil .TTS. informasi menjadi maksimal dapat mengurangi
Jurnal Kesehatan (Health Journal) 31
Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

MIDWIFES CHARACTERISTIC PICTURE IN APPLY UPBRINGING DEFAULT ABOUT NORMAL LABOR AT PUSKESMAS SIKUMANA Sabinus Bungaama kedang*
ABSTRACT About normal copy is process happening fetus expenditure on moons enough pregnancy, come into the world spontanous with heads back presentation which happen dala 18 hours without mothers good complications and also fetus. To the effect about normal copy is endeavor life and up to tall health degree for mother and its baby, via integrated effort sort and fledged and minimal intervention so security principle and service quality can awake on optimal zoom. Design observationaling to constitute research framework that will be done to variable. Observational type that is utilized in this research is observational descriptive with population all midwife that is at puskesmas sikumana in particular commisioned midwife at spatial gets saline by total 10 person. menunjukan's observational result that all good knowledgeable midwife (100%), enough science (0%),Subtracted science (0%) with education zoom AT 2 person (20%),and DIII'S education zoom 4 person (40 %), and education zoom AT v 4 person (40 %) at Puskesmas Sikumana Period Kupang City 2012 See this research result therefore needs to mark sense attention of health officer to give support and penkes about midwife characteristic picture in apply upbringing default about normal copy. Key word: science, midwife, upbringings standard implement about normal labor

Latar Belakang Masalah kematian ibu dan bayi di Indonesia masih merupakan masalah besar bagi bangsa. Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2011 ditargetkan menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup. Menurut data SKRT tahun 2011, penyebab kematian ibu di Indonesia adalah sebagai berikut; perdarahan, eklamsia, Infeksi, komplikasi puerperium, persalinan macet, abortus, trauma obstetric, emboli obstetric. Sedangkan angka kematian bayi baru lahir menurut SDKI tahun 2011 25 per 1000 kelahiran hidup. Adapun penyebab kematian adalah BBLR, Asfiksia, masalah pemberian minum, tetanus, gangguan hematologik, infeksi. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia merupakan tertinggi di ASEAN yaitu 390 per 100.000 kelahiran hidup, penurunan AKI adalah program prioritas Indonesia. Oleh karena itu pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas dekat dengan masyarakat yang difokuskan pada tiga pesan kunci Making Pregnancy Safer (MPS), yaitu setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, setiap komplikasi obstetrik dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat dan setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran merupakan salah satu
* Staf Pengajar Jurusan Keperawatan

POLTEKKES KEMENKES KUPANG

upaya dalam penurunan angka kematian tersebut (Depkes, 2002). Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, penyebab langsung kematian ibu hampir 90 persen terjadi pada saat persalinan dan segera setelah persalinan. Sementara itu, risiko kematian ibu juga makin tinggi akibat adanya faktor keterlambatan, yang menjadi penyebab tidak langsung kematian ibu. Ada tiga risiko keterlambatan, yaitu terlambat mengambil keputusan untuk dirujuk (termasuk terlambat mengenali tanda bahaya), terlambat sampai di fasilitas kesehatan pada saat keadaan darurat dan terlambat memperoleh pelayanan yang memadai oleh tenaga kesehatan. Sedangkan pada bayi, dua pertiga kematian terjadi pada masa neonatal (28 hari pertama kehidupan). Penyebabnya terbanyak adalah bayi berat lahir rendah dan prematuritas, asfiksia (kegagalan bernapas spontan) dan infeksi. Kematian ibu atau kematian maternal adalah kematian seorang ibu sewaktu hamil atau dalam waktu 42 hari sesudah berakirnya kehamilan, tidak bergantung pada tempat atau usia kehamilan. Indikator yang digunakan dalam kematian ibu adalah angka kematian ibu (maternal mortality ratio) yaitu: jumlah kematian kematian ibu dalam 100.000 kelahiran hidup. Angka ini mencerminkan resiko obstetrik yang dihadapi oleh dihadapi oleh seorang ibu sewaktu ia hamil. Jika ibu tersebut hamil beberapa kali, resikonya meningkat dan digambarkan sebagai
32
Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

Jurnal Kesehatan (Health Journal)

resiko kematian ibu sepanjang hidupnya, yaitu probabilitas menjadi hamil dan probabilitas kematian karena kehamilan sepanjang masa reproduksi. Kematian ibu dibagi menjadi kematian langsung dan tidak langsung. Kematian ibu langsung adalah sebagai akibat komplikasi kehamilan, persalinan atau masa nifas dan segala intervensi atau penanganan tidak tepatdari komplikasi tersebut. Kematian ibu tidak langsung merupakan akibat dari penyakit yang sudah ada atau penyakit yang timbul sewaktu kehamilan yang berpengaruh terhadap kehamilan, misalnya malaria, anemia, HIV/AIDS dan penyakit kardiovaskuler. Secara global 80 % kematian ibu tergolong pada kematian ibu langsung. Pola penyebab langsung dimana-mana sama, yaitu perdarahan (25 %, biasanya perdarahan pascapersalinan), sepsis ( 15 % ), hipertensi dalam kehamilan (12%), partus macet (8%), komplikasi aborsi tidak aman (13%), dan penyebab lainnya (8%). WHO memperkirakan sekitar 10% kelahiran hidup mengalami komplikasi persalinan pasca persalinan. Komplikasi sering dari perdarahan pasca persalinan adalah anemia. Jika pasca persalinan dapat memperberat keadaan anemia dan dapat berakibat fatal. Infeksi juga merupakan penyebab penting kematian dan kesakitan ibu. Komitmen komunitas internassional adalah penurunan AKI dari 50% pada tahun 2000 dan selanjutnya penurunan 50% pada tahun 2015 dengan penurunan AKI seharusnya 75% menjadi 115 / 100.000 KH dan AKB menjadi 35 / 1000 KH dalam tahun 1990-2015. Gerakan pembangunan berwawasan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 gerakan ini dicanangkan oleh presisen RI pada tanggal Maret 1999 dalam pembukaan rapat kerja kesehatan nasional yang merupakan komitmen nasional dengan polah dasar paradigma sehat, bersifat promotif preventif dengan dukungan pelayanan kuratif rehabilitatif dalam pemeliharaan kesehatan komprehensif. Target indonesia sehat 2010 sehat adalah (1) penurunan AKI dari 450 / 100.000 KH tahun 1988 menjadi 125 / 100.000 KH ditahun 2010, (2) Bidan desa ditiap desa, (3) perawatan kehamilan 95%, (4) persalinan tenaga kesehatan 90%, (5) penanganan ibu resiko tinggi dan komplikasi persalinan 80%, (6) ketersediaan informasi mengenai keluarga berencana 90%, dan (7) toksoit tetanus imunisasi pada ibu hamil 90%. Pola pikir paradigma sehat dalam pelanyanan kesehatan ibu hamil, diharapkan meningkatkan perilaku upaya pencegahan proaktif terhadap komplikasi dalam persalinan melalui peningkatan
Jurnal Kesehatan (Health Journal) 33

persiapan dan perencanaan persalinan aman bagi setiap ibu hamil dangan pemberdayaan ibu hamil, suami, dan keluarga dalam upaya: Make Pregnancy a Blessing dan Lets Make It Safer . Making Pregnancy Safer , mendukung target internasional yang telah disepakati. Pada tanggai 12 oktober 2000 Presiden RI mencanangkan Making Pregnancy Safer sebagai strategi sektor kesehatan yang bertujuan untuk mempercepat penurunan AKI dan AKB. Melalui MPS diharapkan seluruh pejabat yang berwewenang, mitra pembangunan dan pihak terkait lainnya melakukan upaya bersama dengan kegiatan peningkatan akses dan pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu yang cost-effective dan berkualitas kepada ibu hamil, bersalin, dan nifas berdasarkan bukti ilmiah. Dalam Rencana Strategi Nasional Making Pregnancy Safer di Indonesia 2001-2010 oleh DepKes, tahun 2000 telah mengacu tujuan global MPS yaitu (1) menurunkan AKI sebesar 75 % pada tahun 2015 menjadi 115/100 000 KH dan (1) menurunkan AKB menjadi kurang dari 35/1.000 KH pada tahun 2015 (Prawirohardjo, 2009). Menurunkan AKI dan AKB sangat dipengaruhi juga oleh tenaga kesehatan terutama bidan dalam menjalankan tugasnya. Dimana berperan mulai dari ANC hingga postnatal atau pasca persalinan. Dari data yang diambil di Puskesmas Sikumana pada tahun 2012 terdapat Angka Kematian Ibu sebesar tiga orang dan Angka Kematian Bayi sebesar tiga bayi. Dan bidan yang bertugas sebanyak 10 orang yang berpendidikan D III sebanyak 4 orang, D IV sebanyak 4 orang dan D I sebanyak 2 orang, dengan lamanya kerja diatas 5 tahun 6 orang sedangkan dibawah 5 tahun 4 orang. Tujuan penelitian untuk mengetahui Gambaran Karakteristik Bidan Dalam Menerapkan Standar Asuhan Persalinan Normal Di Puskesmas Sikumana Bahan dan Cara Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian Deskriptif, dengan pendekatan evaluasi yaitu suatu penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi dimasyarakat (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah semua bidan yang sedang bertugas dipuskesmas sikumana yang berjumlah 10 orang. Besar sampel pada penelitian ini adalah keseluruhan objek yang diteliti atau seluruh populasi dengan tekhnik total sampling. Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapat
Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep dengan pilihan jawaban B dan S. Responden pengertian tertentu (Nursalam, 2009). Variabel memberi tanda (v) pada jawaban yang benar. dalam penelitian ini adalah variabel tunggal Analisis data dilakukan dengan cara univariat. Yaitu Gambaran Karakteristik Bidan Dalam Digambarkan secara presentase atau Menerapkan Standar Asuhan Persalinan menjelaskan karakteristik masing-masing Normal.Instrumen penelitian yang digunakan variabel yang diteliti untuk mengukur tingkat dalam penelitian yang digunakan dalam pengetahuan yang di kategorikan baik, cukup, penelitian ini adalah dengan menggunakan kurang. lembaran kuisioner berupa pertanyaan tertutup dan terbuka dengan metode chek list di mana Hasil dan Pembahasan peneliti telah menyiapkan 10 pertanyaan terkait pentingnya gambaran karakteristik bidan dalam Hasil menerapkan standar asuhan persalinan normal Tabel 1 Distribusi berdasarkan karakteristik responden berdasarkan umur di Ruang Bersalin Puskesmas Sikumana Kupang Tanggal 12 November - 26 November 2012
No 1 2 3 Karakteristik (umur) <25 tahun 25-35 tahun >35 tahun Total F 3 3 4 10 % 30 30 40 100

Sumber: data primer Berdasarkan tabel, responden terbanyak adalah yang berusia > 35 tahun yaitu sebanyak: 40%

Tabel 2. Distribusi berdasarkan karakteristik responden berdasarkan pendidikan di Ruang Bersalin Puskesmas Sikumana Kupang Tanggal 12 November - 26 November 2012
No 1 2 3 Pendidikan DI DIII DIV Total F 2 4 4 10 % 20 40 40 100

Sumber: Data Primer Tabel di atas menunjukkan bahwa masih ditemukan responden dengan pendidikan DI dengan jumlah 2 orang (20%).

Jurnal Kesehatan (Health Journal)

34

Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

Tabel.3. Distribusi berdasarkan karakteristik responden berdasarkan lama kerja di Ruang Bersalin Puskesmas Sikumana Kupang Tanggal 12 November - 26 November 2012
No 1 2 Lama kerja <5 tahun >5 tahun Total F 4 6 10 % 40 60 100

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bawah lama kerja ada 4 orang (40 %) dengan lama kerja dibawah 5 tahun dan 6 orang(60 %) dengan lama kerja diatas 5 tahun. Tabel 4 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan bidan dalam menerapkan standar asuhan persalinan normal di Puskesmas Sikumana Kupang 2012.
Jumlah No 1 2 3 Kategori Ferkuensi (f) Baik Cukup Kurang Total 10 0 0 10 Presentasi (%) 100 0 0 100

Sumber: Data Primer Dari tabel diatas menunjukkan bahwa seluruh responden yang diteliti berpengetahuan baik yaitu sebanyak 10 orang (100 %) Berdasarkan karakteristik yang dipaparkan pada tabel 4 menunjukkan bahwa masih ditemukan bidan dengan pendidikan DI 2 orang (20 %). Hal ini dapat berpengaruh terhadap proses penerapan standar asuhan persalinan normal, bila tidak melakukan salah satu langkah dari 58 langkah-langkah asuhan persalinan normal bisa menyebabkan infeksi terhadap ibu maupun janin dan tingkat pendidikan juga sangat berpengaruh terhadap pengetahuan bidan dimana dengan yang baik dapat membantu bidan dalam melakukan tindakan asuhan persalinan normal.

Pembahasan Gambaran karakteristik pengetahuan bidan dalam menerapakan standar asuhan persalinan normal. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa tingkat pengetahuan bidan dalam menerapkan standar asuhan persalinan normal semua berpengetahuan baik yaitu 10 responden (100%). Dimana responden mengetahui semua pertayaan yang di berikan. Gambaran karakteristik pendidikan bidan dalam menerapkan standar asuhan persalinan normal dipuskesmas sikumana.
Jurnal Kesehatan (Health Journal) 35

Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

Gambaran karakeristik lama kerja bidan dalam menerapkan standar asuhan persalinan normal di puskesmas sikumana. Berdasarkan karakteristik yang di paparkan pada tabel 4 menunjukan tentang faktor lama kerja dengan presentasi 4 orang (40 %) dengan lama kerja < 5 tahun dan 6 orang (60 %) dengan lama kerja >5 tahun.

Daftar Pustaka Arikunto dan Suharsini. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusu Dini. (2008) Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. (2002 ) Jakarta : Yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo. Hidayat, A. A.A. (2007). Riset keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Notoatmodjo S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Obstetri Fisiologi. (1983). Bandung : Elemen. Kerja sama World Health Organization Dan Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Tenaga Kesehatan (2011). Panduan Asuhan Intranatal. Prawirohardjo. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka

Kesimpulan dan saran Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa bidan yang bertugas di Puskesmas Sikumana sebanyak sepuluh orang sebagian besar memahami langkah - langkah Asuhan Persalinan Normal yang di dalamnya terdapat 58 langkah APN. Saran. Responden (Bidan di Sikumana) Dianjurkan kepada para bidan untuk tetap mempertahankan dan terus menggunakan 58 langkah asuhan persalinan normal yang baik dan benar. Institusi Pendidikan Dianjurkan agar memotivasi mahasiswa dalam melakukan penelitian lebih lanjut tentang langkah - langkah asuhan persalinan normal dengan mendesain penelitan yang lain dan menggunanan responden dalam jumlah yang besar. Tempat Penelitian Diharapkan agar para bidan tetap mempertahankan sistimatika kerja yang sudah menjadi prosedur.

Jurnal Kesehatan (Health Journal)

36

Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

PRIMIGRAVIDA'S MOTHER SCIENCE ABOUT STRING CARE CENTERS ON NEWBORN BABY AT PUSKEMAS ALAK KUPANG CITY Aquilina Akoit*
ABSTRACT According to The World Health Report 2008, AKB at Indonesian up to 20 / 1000 natal lives. The root cause newborn infant death is prematuritas and BBLR (29%), asphyxia (respiratory trouble) newborn baby (27%), tetanus neonatorum (10%) (Depkes RI, 2009). To the effect Research: to know how primigravida's mother science about string care centers on newborn baby at Puskesmas Alak Kupang City. Observational type that is utilized is quantitative, with deskritif's method with tech taking sample is accidental sampling. sample in observational it is all primigravida's mother that total 35 respondents. Tool that is utilized in this research is kuesioner . Observational result : Gotten that primigravida's mother science about string care centers on bari's baby comes into the world at Puskesmas Alak Kupang city 42,9 good knowledgeable percents, 34,2 enough knowledgeable percents, dare string care centers, and 8 respondents 22,9 subtracted knowledgeable percents about string care center that right. Base this observational result can be concluded that primigravida's mother those are on Puskesmas Alak Kupang city have enough science about string care centers on newborn baby. Key word: Science, primigravida, string care centers, newborn baby

Latar Belakang Pada era globalisasi yang semakin maju diharapkan bangsa Indonesia dapat menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, salah satunya dalam bidang kesehatan ibu dan anak. Kebanyakan perawatan bayi baru lahir yang dialami masyarakat adalah kurangnya pengetahuan dalam perawatan bayi baru lahir terutama perawatan tali pusatnya. Selain itu juga dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingnya pelayanan neonatal atau bayi baru lahir (DepKes RI, 2009). Tali pusat atau umbilical cord adalah saluran kehidupan bagi janin selama dalam kandungan karena saluran inilah yang menyuplai zat - zat gizi dan oksigen pada janin. Tali pusat memerlukan perawatan yang baik agar tidak terjadi infeksi. Bila infeksi tidak segera diobati,akan terjadi penyebaran ke daerah sekitar tali pusat yang akan menyebabkan kemerahan dan bengkak pada daerah tali pusat, keluar nanah, bau busuk. Oleh sebab itu, penting dilakukan perawatan tali pusat dengan rutin dan cermat,dan melaporkan sedini mungkin bila dijumpai tanda tanda kemerahan atau pengeluaran secret dari putung tali pusat. (Sodikin,2009). Perawatan tali pusat yang baik dan benar akan menimbulkan dampak positif yaitu tali pusat akan puput pada hari ke-5 sampai hari ke-7 tanpa ada komplikasi, sedangkan dampak negative dari perawatan tali
* Pengajar STIKes Maranatha Kupang

pusat yang tidak benar adalah bayi akan mengalami penyakit tetanus neonatorum dan dapat mengakibatkan kematian (Depkes,2007). Tubuh bayi yang baru lahir belum cukup kuat menangkal kuman infeksi. Karena itu, tali pusat harus dalam keadaan bersih dan tetap kering sampai tali pusat mengering, menyusut, dan lepas dari pusat bayi (Iis Sinsin, 2008). Salah satu upaya atau cara untuk mengatasi masalah dan mengurangi angka kematian bayi karena infeksi tali pusat (Tetanus Neonatorum) seperti yang disampaikan Menteri Kesehatan RI yaitu menggunakan strategi yang pada dasarnya menekankan pada penyediaan pelayanan maternal dan neonatal berkualitas yang Cost - Efective yang setiap kehamilan diberikan Toksoid Tetanus yang sangat bermanfaat untuk mencegah tetanus neonatorum. Hendaknya sterilitas harus diperhatikan benar pada waktu pemotongan tali pusat demikian pula perawatan tali pusat selanjutnya. Penyuluhan mengenai perawatan tali pusat yang benar pada masyarakat.. Menurut The World Health Report 2008, AKB di Indonesia mencapai 20/1000 kelahiran hidup (SDKI 2007/2008). Berarti setiap jam terdapat 10 bayi baru lahir meninggal, setiap hari ada 246 bayi meninggal dan setiap tahun ada 89.770 bayi baru lahir yang meninggal. Kematian bayi lahir sebesar (79%) terjadi setiap minggu pertama kelahiran terutama pada saat persalinan. Sebanyak (54%) terjadi pada tingkatan keluarga yang sebagian besar disebabkan tidak memperoleh layanan rujukan dan kurangnya
37
Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

Jurnal Kesehatan (Health Journal)

pengetahuan keluarga akan kegawatdaruratan pada bayi . Penyebab utama kematian bayi baru lahir adalah prematuritas dan BBLR (29%), asfiksia (gangguan pernapasan) bayi baru lahir (27%), tetanus neonatorum (10%) dan masalah pemberian ASI (10%). kunjungan orang tua yang datang di Puskesmas Alak dalam 3 bulan terakhir berjumlah 36 orang.Ternyata terdapat 11 orang (31%) infeksi tali pusat,dan 25 orang (69%) tidak infeksi tali pusat. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengetahuan ibu primigravida tentang perawatan tali pusat pada bayi di Puskemas Alak, Kecamatan Alak Kabupaten Kupang. Bahan dan Cara Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan deskriptif dengan melakukan survei pada subjek penelitian untuk menjawab pertanyaan - pertanyaan yang diajukan. Populasi

yang diambil dalam penelitian ini adalah semua orang tua yang mempunyai bayi umur 0-7 hari yang datang di Puskesmas Alak. berjumlah 36 orang.( Agustus - oktober 2012). Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah orang tua sebanyak 35 orang dengan kriteria umur 20 - 35 tahun yang membaca dan menulis dan bersedia menjadi responden Sampling penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu berupa lembar kuesioner. Lembar kuesioner berisi 4 pertanyaan untuk setiap variabel yang akan dibagikan kepada responden untuk diisi kemudian dikumpulkan kembali, dan akan melakukan survey terhadap Tingkat Pengetahuan Ibu Primigravida Tentang Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Di Puskemas Alak Kota Kupang. Hasil dan Pembahasan Hasil

Table 1 Karateristik responden berdasarkan pendidikan di Puskesmas Alak tahun 2012


No 1 2 3 4 Total Pendidikan SD SMP SMA PT n 9 8 15 3 35 % 25,7 22,8 42,9 8,6 100

Sumber: Data primer Dari tabel diatas didapatkan bahwa ibu primigravida yang berada di Puskesmas Alak sebagian besar berpendidikan tinggi (SMA - PT ) 18 responden (51,4 %), sedangkan masih didapatkan yang berpendidikan rendah (SD - SMP) 17 responden (48,6%) Tabel 2 Karateristik Responden berdasaarkan Umur di Puskesmas Alak tahun 2012
No 1 2 3 Total Umur <20 20-35 >35 n 2 33 0 35 % 5,7 94,3 0 100

Sumber: Data primer Berdasarkan tabel diatas bahwa Ibu Primigravida yang berada di Puskesmas Alak Kupang memiliki umur yang dominan yaitu (20 -35 tahun) 33 responden (94,3%).

Jurnal Kesehatan (Health Journal)

38

Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

Tabel 3. Karateristik responden berdasarkan pekerjaan di Puskesmas Alak tahun 2012

N o 1 2 3

Pekerjaan PNS IRT Pegawai Honor Total

n 4 21 10 35

% 11,4 60 28,6 100

Sumber: Data primer

Berdasarkan tabel diatas bahwa ibu primigravida yang berada di Puskesmas Alak pekerjaan yang paling dominan adalah IRT 21 responden (60%). Tabel 4. Karakteristik responden berdasarkan Pengetahuan Ibu Primigravida tentang perawatan tali pusat pada bayi baru lahir di puskesmas Alak tahun 2012
No 1 2 3 Pengetahuan Baik Cukup Kurang Total Sumber: Data primer n 15 12 8 35 % 42,9 34,2 22,9 100

Berdasarkan tabel diatas menujukkan bahwa 15 responden (42,9%) mempunyai pengetahuan baik tentang cara perawatan tali pusat,12 responden (34,2%) mempunyai pengetahuan cukup tantang perawatan tali pusat,dan 8 responden (22,9%) mempunyai pengetahuan kurang tentang perawatan tali pusat yang benar. Tabel 5. Pengetahuan ibu primigravida tentang pengertian perawatan tali pusat pada bayi baru lahir di Puskesmas Alak kupang tahun 2012
NO 1 2 3 Pengetahuan Baik Cukup Kurang Total Sumber: Data primer n 11 11 13 35 % 31,4 31,4 37,2 100

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa pengetahuan ibu primigravida tentang perawatan tali pusat pada bayi baru lahir di Puskesmas Alak kupang 31,4 persen berpengetahuan baik, 31,4 persen berpengetahuan cukup pengetahuan dan 37,2 persen berpengetahuan kurang.
Jurnal Kesehatan (Health Journal) 39

Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

Tabel 6. Pengetahuan ibu primigravida tentang tujuan dan manfaat perawatan tali pusat pda bayi baru lahir di Puskesmas Alak tahun 2012
NO 1 2 3 Pengetahuan Baik Cukup Kurang Total n 16 13 6 35 % 45,7 37,1 17,2 100

Sumber: Data primer Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa pengetahuan tentang tujuan dan manfaat perawatan tali pusat pada bayi baru lahir, di Puskesmas Alak Kupang 45,7 persen berpengetahuan baik, 37,1 persen berpengetahuan cukup dan, 17,2 berpengetahuan kurang. Tabel 7. Pengetahuan ibu tentang penatalaksanaan dan pencegahan tali pusat pada bayi baru lahir di Puskesmas Alak tahun 2012.
NO 1 2 3 Pengetahuan Baik Cukup Kurang Total n 20 11 4 35 % 57,2 31,4 11,4 100

Sumber: Data primer Berdasarkan tabel diatas menujukan bahwa pengetahuan ibu tentang penatalaksanaan dan pencegahan perawatan tali pusat pada bayi baru lahir,di Puskesmas Alak Kupang, 57,2 persen ber pengetahuan baik, 31,4 persen berpengetahuan cukup dan 11,4 persen berpengetahuan kurang. Pembahasan Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Alak kota kupang pada tanggal 10 sampai 17 November 2012. Penelitian ini ditujukan pada ibu primigravida,dengan jumlah responden 35 orang. Memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda mulai dari SD,SMP,SMA dan PT. Berdasarkan Tabel 1 diatas didapatkan bahwa ibu primigravida yang berada di Puskesmas Alak sebagian besar berpendidikan tinggi 51,4 persen. sedangkan masih didapatkan pendidikan rendah 48,6 persen, semakin rendah pendidikan seseorang akan berpengasruh pada pola pikir seseorang dan akan menghambat dalam penyerapan informasi sehingga ilmu yang dimiliki juga lebih rendah yang berdampak pada kehidupan, semakin tinggi pendidikan seseorang maka makin mudah
Jurnal Kesehatan (Health Journal)

menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo,2003). Berdasarkan pada Tabel 2 diatas didapatkan Ibu Primigravida yang berada di Puskesmas Alak memiliki umur yang dominan yaitu (20 -35 tahun) 94,3 persen, sedangkan masih didapatkan umur yang beresiko (< 20 tahun) 5,7 persen. Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Jadi semakin matang usia seseorang maka dalam memahami suatu masalah akan lebih muda dan dapat menambah pengetahuan (Notoatmodjo, 2010).

40

Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

Berdasarkan pada Tabel 3 diatas didapatkan bahwa ibu primigravida di Puskesmas Alak memiliki pekerjaan yang paling dominan adalah IRT 60 persen. Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan keluarga.pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan,berulang dan banyak tantangan.semakin rendah pekerjaan seorang ibu,semakin rendah pula pengetahuannya. Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 4 tentang pengetahuan ibu primigravida tentang perawatan tali pusat yang berpengetahuan baik 42.9 persen, berpengetahuan cukup 34,2 persen dan berpengetahuan kurang 22,9 persen. Pengetahuan ibu baik tentang cara perawatan tali pusat karena ibu banyak memperoleh informasi dari teman dan tenaga kesehatan dan ibu mampu mengaplikasikan informasi yang diterima sehingga ibu dapat merawat tali pusat dengan benar. Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 5 tentang karakteristik responden berdasarkan pengetahuan ibu tentang pengertian perawatan tali pusat pada bayi baru lahir di Puskesmas Alak didapatkan bahwa yang berpengetahuan baik 31,4 persen, berpengetahuan cukup 31,4 persen dan masih ada respoden yang berpengetahuan kurang 37,2 persen, hal ini membuktikan bahwa dimana responden belum mengerti dan tahu tentang cara perawatan tali pusat yang baik dan benar. Berdasarkan hasil penelitian Tabel 6 tentang Tujuan dan manfaat perawatan tali pusat pada bayi baru lahir di Puskesmas Alak didapatkan yang berpengetahuan baik 45,7 persen,berpengetahuan cukup 37,1 persen dan berpengetahuan kurang 17,2 persen Berdasarkan hasil penelitian Tabel 7 tentang penatalaksanaan dan pencegahan perawatan tali pusat pada bayi baru lahir di puskesmas alak didapatkan yang berpengetahuan baik 57,2 persen, berpengetahuan cukup 31,4 persen dan berpengetahuan kurang 11,4 persen. Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyak tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra pengelihatan, penciuman, rasa dan raba.Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh dari mata dan telinga.Pengetahuan atau kognitif adalah domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoadmojo. 2003).

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian secara umum peneliti mengambil kesimpulan bahwa pengetahuan ibu primigravida tentang perawatan tali pusat di Puskesmas Alak yaitu mempunyai pengetahuan cukup tentang perawatan tali pusat. Saran Bagi responden Diharapkan para ibu-ibu lebih memperhatikan cara merawat tali pusat yang benar Bagi petugas kesehatan Diharapkan agar meningkatkan penyuluhan tentang pentingnya cara perawatan tali pusat yang benar kepada ibu-ibu khususnya ibu primigravida Bagi institusi pendidikan Diharapkan agar hasil penelitian ini dapat menambah literature perpustakaan dan dapat menjadi refrensi bagi yang ingin melakukan penelitian selanjutnya Bagi Peneliti Lain Melakukan penelitian lanjut dengan menggunakan metode lain yang dapat menyempurnakan penelitian ini Daftar Pustaka Astuti, (2003). Angka kematian bayi, Rineka Cipta, Jakarta Wiknjosastro, (2008). JNPK-KR, Asuhan Persalinan Normal, Jakarta Mocthar, 1998, Sinopsis Obstetric, EGC, Jakarta. Notoatmodjo,S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta Notoatmodjo, S. (2003). Metode Penelitian Kesehatan, Rineka cipta.Jakarta Notoatmodjo,S. (2005). Metode Penelitian Kesehatan, Rineka cipta. Jakarta Nursalam, (2003), Metodologi Penelitian Kebidanan, EGC.Jakarta Rustam Mochtar (1998). Sinopsis Obstetri: Obstetric Fisiologi, Obstetri Patologi, Ed.2. EGC, Jakarta Sodikin, (2009). Perawatan Tali Pusat. EGC, Jakarta Prawirohardjo, (2009). Ilmu Kebidanan, Jakarta Saifuddin, A. (2002), Buku Acuan Nasional Pelayanan Maternal dan Neonatal. Cetakan 7. Jakarta. http://www.geocities.comDepkes RI, http://www.depkesRI.2009.go.id. Dinkes, 2007 Anonim.(2009). Perawatan Tali Pusat dan Cara Merawatnya.Available at http:// blogspot.com.
Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

Jurnal Kesehatan (Health Journal)

41

MOTHERS GNOSTIC ZOOM PRIMIGRAVIDA ABOUT EXCLUSIVE'S ATTENTION APPLICATION ON NEWBORN BABY AT PUSKESMAS BAKUNASE Tarsisius Venansius Tance*
ABSTRACT Mothers gnostic zoom primigravida about ekslusif's Attention application on newborn baby at puskesmas Bakunase. Research that gets descriptive character with this kualitatif's approaching that take research region at mussel city. Meanwhile observational region sample at puskesmas Bakunase city district reigns that total 57 person that wants to be assessed deep observational it is level gnostic primigravida's mother about ekslusif's Attention application on newborn baby, ekslusif's Attention savvy, ekslusif's Attention benefit, Attention application trick that good and right, and enough baby sign Attention. primigravida's mother science about ekslusif's Attention application on newborn baby at puskesmas bakunase bases analisis and data interpretation that gotten by good knowledgeable mother which is 22 respondents (38,7%), knowledgeable enough 33 respondents (57,8%) and knowledgeable less 2 respondents (3,50%). Of acquired data at puskesmas Bakunase, ought to health energy on notably nutrient energy midwife a more regular gives counselling about ekslusif's Attention application on newborn baby with media and easy language accepted society. Key word: Gnostic zoom, primigravida's mother, exclusives attention.

Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan merupakan salah satu aspek dari kehidupan. Terjadinya kerawanan gizi pada bayi disebabkan karena selain makan yang kurang juga karena air susu ibu (ASI) banyak diganti dengan susu botol dengan cara dan jumlah yang tidak memenuhi kebutuhan. Hal ini pertanda adanya perubahan sosial budaya yang negatif dipandang dari segi gizi. Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI yang diperoleh termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung dalam ASI tersebut, (Prasetyono, 2012). Dalam pembangunan bangsa, peningkatan kualitas manusia harus dimulai sedini mungkin yaitu sejak masih bayi, salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas manusia adalah pemberian air susu ibu (ASI). Pemberian ASI semaksimal mungkin merupakan kegiatan penting dalam pemeliharaan anak dan persiapan generasi penerus di masa depan. Di kota-kota besar saat ini, terlihat adanya penurunan pemberian dan penggunaan ASI yang dikhawatirkan akan meluas sampai ke pedesaan. Hal ini terjadi karena adanya kecendrungan dari masyarakat untuk meniru sesuatu yang dianggap modern yang datang dari negara maju. ASI ekslusif adalah pemberian ASI tanpa makanan lain pada bayi 0-6 bulan. Bagi ibu yang pertama kali mengandung merupakan pengalaman * Pengajar STIKes Maranatha Kupang
Jurnal Kesehatan (Health Journal)

pertama oleh karena, itu ibu harus mempersiapkan sedini mungkin sejak awal kehamilan mengenai aspek-aspek menyusu. Persiapan menyusui selama kehamilan penting dilakukan. Ibu yang menyiapkan sedini mungkin akan lebih siap menyusui bayinya terutama adalah persiapan psikologis ibu karena keberhasilan menyusui didukung oleh persiapan psikologis. Persiapan ini sangat berarti karena keputusan atau sikap ibu yang positif terhadap pemberian ASI harus sudah terjadi pada saat kehamilan,atau bahkan jauh sebelumnya. (Yanti, 2011). Salah satu kondisi yang menyebabkan pemberian ASI ekslusif rendah adalah masih kurangnya pengetahuan masyarakat di bidang kesehatan,khususnya ibu-ibu yang mempunyai bayi dan tidak menyusui bayi secara ekslusif. (Soetjiningsih, 1997). Tingkat pengetahuan ibu yang kurang tentang pemberian ASI mengakibatkan kita lebih sering melihat bayi diberi susu botol dari pada disusui ibunya,bahkan kita juga melihat bayi yang baru berusia 1 bulan sudah diberi makanan pendamping ASI. Pemberian susu formula atau makanan padat terlalu dini dapat menggangu pemberian ASI ekslusif serta meningkatkan angka kesakitan pada bayi. Dari Kemajuan teknogi dan perubahan sosial budaya juga mengakibatkan ibuibu diperkotaan umumnya bekerja diluar rumah. Ibu-ibu golongan ini mengganggap lebih praktis membeli dan memberikan susu formula dari pada menyusui, (Sundawati, 2011). Pemberian ASI ekslusif merupakan salah satu bentuk perilaku kesehatan masyarakat.
42
Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

Ketidaktahuan ibu tentang ASI ekslusif menyebabkan ibu lebih memilih susu formula bagi bayinya. Melihat fenomena tersebut maka perlu upaya meningkatkan promosi kesehatan tentang pemberian ASI ekslusif oleh petugas kesehatan (Yanti, 2010). Bersasarkan hasil survei kesehatan rumah tangga(SKRT) di propinsi NTT di tahun 2007 presentase pemberian ASI ekslusif sebesar 62,2% menurun menjadi 56,2% di tahun 2008 dari data surfei kesehatan menunjukan adanya penurunan 40% (2009) menjadi 28,6% (2010) dan kemudian menjadi 24,3% (2011) kususnya di kota kupang di perolah data bahwa angka pemberian ASI ekslusif pada bayi yakni berkisar 50,1% dan pada bayi yang tidak diberikan ASI ekslusif sebanyak 6,25%. Berdasarkan data yang didapat dari puskesmas Bakunasedari data satu bulan terakhir yaitu bulan september 2012 sebanyak 133orang ibu primigravida (data puskesmas Bakunase). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu primigravida tentang pemberian ASI eklusif pada bayi baru lahir di Puskesmas Bakunase Bahan dan Cara Desain yang digunakan penulis adalah deskriptif yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara obyektif (Notoatmodjo,2010) sedangkan jenis penelitian ini adalah kuantitatif yaitu bentuk angka-angka hasil perhitungan atau pengukuran (Arikunto,2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu primigravida di Puskesmas Bakunasedaridata satu bulan terakhir yaitu bulanseptember 2012 sebanyak 133 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah 57 orang. Dengan teknik pengambilan sampel Non Random yaitu pengambilan sampel yang tidak didasarkan atas kemungkinan yang dapat diperhitungkan. Dalam metode ini, peneliti menggunakan teknik accidental sampling yaitu metode pengambilan sampel dengan mengambil ibu hamil yang kebetulan ada di suatu tempat sesuai konteks penelitian (Notoatmodjo, 2010). Instrumen penelitian adalah kuesioner. Hasil dan Pembahasan Hasil

Tabel 1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur di Puskesmas Bakunase Tahun 2012

No 1 2 3

Umur <20 Tahun 20-30 Tahun >30 Tahun Jumlah

Jumlah 3 54 0 57

Presentase 5,26% 94,7% 0% 100%

Sumber: Data Primer

Dari data diatas dapat dijelaskan bahwa dari 57 responden sebagian besar 54 orang (94,7%) dalam umur 20-30 tahun dan sebagian kecil 3 orang berumur < 20 tahun(5,26%).
Tabel 4.2 Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan di Puskesmas Bakunase Tahun 2012

No 1 2 3 4 5

Pendidikan SD SMP SMU DIII S1

Jumlah 1 7 38 2 9 57

Presentase 1,75% 12,2% 66,6% 3,50% 15,7% 100%

Jumlah
Sumber: Data Primer

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa dari 57 responden sebagian besar responden 38 orang (66,6%) berpendidikan SMA,dan sebagian kecil berpendidikan 1 orang(1,75%) berpendidikan SD.

Tabel 3 Distribusi responden berdasarkan Pekerjaan di Puskesmas Bakunase No 1 2 3 4 Tingkat pekerjaan PNS Guru Pegawai honor Ibu rumah tangga Jumlah Jumlah 9 2 2 44 57 Presentase 77,1% 3,50% 3,50% 15,7% 100%

Sumber: Data Primer


Jurnal Kesehatan (Health Journal) 43
Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

Dari data pada tabel 3 dapat dijelaskan bahwa dari 57 responden sebagian besar 44 orang (15,7%) IRT dan sebagian kecil 2 orang (3,50%) guru. Tabel 4. Distribusi frekuensi pengetahuan ibu tentang pengertian ASI ekslusif di puskesmas Bakunase Tahun 2012
Pengertian ASI ekslusif Baik Cukup Kurang Jumlah Sumber: Data Primer

Tabel 6 Distribusi frekuensi pengetahuan ibu primigravida tentang cara pemberian ASI ekslusif pada bayi baru lahir di puskesmas Bakunase
N o 1 2 Cara pemberian ASI yang baik dan benar Baik Cukup Kurang Jumlah Sumber: Data Primer N 35 19 3 57
Persentase (%)

61,40 33,33 5,26 100

No 1 2 3

N 32 17 8 57

Persentase(%) 56,14 29,82 14,04 100

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa tingkat pengetahuan ibu primigravida tentang cara pemberian ASI ekslusif pada bayi Baik 35 (61,40%) cukup 19(33,33%) kurang 3 (5,26%). Tabel 7 Distribusi frekuensi pengetahuan ibu primigravida tentang tanda bayi cukup ASI di puskesmas Bakunase Tahun 2012
No 1 2 3 Tanda bayi cukup ASI Baik Cukup Kurang Jumlah N 11 27 19 57 Persentase (%) 19,29 47,36 33,33 100

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa tingkat pengetahuan ibu primigravida tentang pengertian ASI ekslusif pada bayi Baik 32 responden (56,24%),cukup 17 responden (29,83%) kurang 8 responden (14,04%). Tabel 5 Distribusi frekuensi pengetahuan ibu tentang manfaat ASI ekslusif pada bayi baru lahir di puskesmas Bakunase Tahun 2012
Manfaat ASI ekslusif Baik Cukup Kurang Jumlah Sumber: Data Primer

No 1 2 3

N 12 29 16 57

Persentase% 21,05 50,87 28,07 100

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel diatas tingkat pengetahuan ibu primigravida tentang tanda bayi cukup ASI pada bayi, Baik 11(19,29%) ,cukup 27 (47,36%) kurang 19 (33,33%). Tabel 8 Distribusi frekuensi pengetahuan ibu primigravida tentang pemberian ASI ekslusif pada bayi baru lahir di puskesmas Bakunase
N o 1 2 3 Pengetahuan ibu Baik Cukup Kurang Jumlah Sumber: Data Primer N 22 33 2 57 Persentase (%) 38,7 57,8 3,50 100

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa tingkat pengtahuan ibu primigravida tentang manfaat pemberian ASI ekslusif pada bayi Baik 12 responden (21,05%), cukup 29 responden (50,87%) kurang 16 responden (28,07%).

Jurnal Kesehatan (Health Journal)

44

Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

Berdasarkan tabel 8 tingkat pengetahuan ibu primigravida tentang pemberian ASI ekslusif pada bayi baru lahir 57 responden 22 orang (38,7%) berpengetahuan baik,33 orang (57,8%) berpengetahuan cukup,2 orang (3,50%) berpengetahuan kurang. Pembahasan Tingkat pengetahuan ibu primigravida ditinjau dari pengertian ASI ekslusif Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 57 responden 32 orang(56,14%) berpengetahuan baik, sedangkan 17 orang (29,82%) berpengetahuan cukup dan 8 orang (14,04%) berpengetahuan kurang. Dari hasil data tersebut 32 orang(56,14%) responden mempunyai pengetahuan baik.Nursalam(2003) MengatakanInformasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek(immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa seperti televisi,radio,surat kabar ,majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai petugas pokoknya.adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan bagi hal tersebut. Tingkat pengetahuan ibu primigravida tentang manfaat ASI ekslusif pada bayi baru lahir Diketahui dari 57 responden 12 orang (21,05%) berpengetahuan Baik, 29 orang(50,87%) berpengetahuan cukup,dan 16 orang (28,07%) berpengetahuan kuran, .dari hasil data tersebut 29 orang (50,87%) berpengetahuan cukup. Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.Ini berarti makin cocok bakat dan minat seseorang dalam mempelajari dan mencari informasi maka makin tinggi pula tingkat kepuasan dan pengetahuan yang diperoleh (Nursalam 2003).
Jurnal Kesehatan (Health Journal) 45

Pengalaman adalah guru yang baik demikian kata pepatah ini mengandung makna bahwa pengalaman merupakan sumber dari pengetahuan semakin banyak pengalaman maka makin banyak pula pengetahuan dan keterampilan yang di miliki.(A.wawan 2010). Tingkat pengetahuan ibu primigravida tentang cara pemberian ASI ekslusif yang baik dan benar pada bayi baru lahir Dari 57 responden 35 orang(61,40%) berpengetahuan Baik, 19 orang (33,33%) berpengetahuan cukup,3 orang(5,26%) berpengetahuan kurang. Responden yang mempunyai pengetahuan Baik 61,40%. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan terjadi melalui pasca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba sebagian besar manusia di peroleh melalui mata dan telinga.(Nursalam,2003). Tingkat pengetahuan ibi primigravida tentang tanda bayi cukup ASI pada bayi baru lahir Diketahui dari 57 responden 11 orang (19,29%) berpengetahuan Baik, 27 orang(47,36%) berpengetahuan cukup,19orang(33,33%) berpengetahuan kurang. Responden yang berpengetahuan cukup dapat dipengaruhi oleh kurangnya informasi hal ini dimungkinkan kebanyakan ibu-ibu sekarang bekerja. umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu sehingga informasi yang diperolehpun kurang,dan faktor pengalaman.ibu yang baru pertama kali menyusui merupakan pengalaman pertama bagi mereka dalam hal pemberian ASI hal ini mengakibatkan pengalaman yang mereka miliki kurang (Arikunto,2010) Pengetahuan ibu primigravida tentang pemberian ASI ekslusif pada bayi baru lahir di puskesmas Bakunase Berdasarkan analisa dan interpretasi data yang didapat ibu berpengetahuan baik yaitu 22 responden(38,7%),berpengetahuan cukup yaitu 33 responden(57,8%) dan berpengetahuan kurang yaitu 2 orang(3,50%). Pendidikan berhubungan pengetahuan, sikap, kepercayaan, ketrampilan,dan aspek kelakuan yang lain dan merupakan proses belajar dan mengajar (Notoatmodjo,2003). Hal ini dapat dilihat dari jawaban benar pada kuesioner. Rata rata tingkat pengetahuan ibu primigravida tentang pemberian ASI ekslusif di puskesmas Bakunase dikategori cukup. Jika tingkat pendidikan rendah upaya yang
Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

kita lakukan agar sesorang dapat tahu dan memahami yaitu dengan memberikan penyuluhan dengan bahasa yang mudah dimengerti atau dengan media leaflet atau dengan cara pemutaran video tentang ASI ekslusif.(Sunar,2012). Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Dari hasil penelitian tentang Tingkat Pengetahuan Ibu primigravida tentang manfaat ASI ekslusif pada bayi baru lahir di puskesmas Bakunase,dapat disimpulkan bahwa Tingkat Pengetahuanibu primigravida tentang pemberian ASI ekslusif ditinjau dari tingkat pengetahuan ibu primigravida tentang pengertian ASI ekslusif dapat diketahui bahwa dari 57 responden 32 orang (56,14%) berpengetahuan baik.Ditinjau dari tingkat pengetahuan ibu primigravida tentang manfaat ASI ekslusif pada bayi baru lahir diketahui dari 57 responden 29 orang (50,87%) berpengetahuan cukup.Dilihat dari tingkat pengetahuan ibu primigravida tentang cara pemberian ASI ekslusif yang baik dan benar pada bayi baru lahir dari 57 responden 35 orang (61,40%) berpengetahuan Baik. Dilihat dari tingkat pengetahuan ibu primigravida tentang tanda bayi cukup ASI pada bayi baru lahir di ketahui dari 57 responden 27 orang(47,36%) berpengetahuan cukup. Saran Bagi masyarakat Dengan adanya penelitian ini diharapkan masyarakat khususnya ibu-ibu yang mempunyai bayi dapat memberikan ASI ekslusif dan mengerti tentang pentingnya ASI ekslusif. Bagi petugas kesehatan Dari data yang diperoleh di puskesmas Bakunase,hendaknya tenaga kesehatan pada khususnya bidan dan tenaga gizi lebih sering memberikan penyuluhan tentang pemberian ASI ekslusif pada bayi baru lahir dengan media dan bahasa yang mudah diterima masyarakat. Bagi peneliti Sebagai sarana untuk belajar menerapkan teori yang telah diperoleh dalam bentuk nyata dan meningkatkan daya berpikir dalam menganalisa suatu masalah.

Daftar Pustaka Yanti D. dan Sundawati, D. (2011). Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Rineka Cipta: Jakarta. Bunda. (2008). Pentingnya ASI Ekslusif. (http:// www.kelymom.com/new) diakses pada 4 oktober 2012. Depkes. RI. (2003). Buku Panduan Manajemen Laktasi. Suara Merdeka (www.aimiasi.org) Diakses pada 4 Oktober 2012. Notoatmodjo. (2010). Kesehatan Metodologi Penelitian. Rineka Cipta: Jakarta Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian. Rineka Cipta:Jakarta. Siswono. (2005). Hidup ASI ekslusif. (http:// www.republika.co.id) Diakses pada tanggal 5 0ktober 2012. Prasetyono. (2012). Buku Pintar ASI Ekslusif. Diva press. Jogjakarta. Wawan dan Dewi, M. (2010). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Medika Book.

Jurnal Kesehatan (Health Journal)

46

Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

GNOSTIC LEVEL PICTURE PREGNANT MOTHER ABOUT MATERIAL (CONTENT) KIA'S BOOK AT PUSKESMAS BAKUNASE Dina Suryani Ludji*
ABSTRACTEDLY Material Binds Books Mother and Child health (KIA'S book) contain mother medical record (pregnant mother, mother gets to copy, nifas's mother and family planning) and child (newborn baby, balita's baby and child) and a variety trick information pets and nurse mother and child health. This observational type utilize descriptive design with quantitative type that figures to increase pregnant mother science about material (content) KIA'S book at territorial Puskesmas Bakunase's job Kupang City with sample amount as big as 35 pregnant mothers that has To Bind Books health and Child (KIA'S book). One that wants to be assessed deep observational it is how big Pregnant Mother Science about Material (content) Mother health book and Child that gets bearing with sectioned mother and child part. Observational yielding reality points out that mothers gnostic zoom pregnant about material (content) Mother health book and Child (KIA'S book) largely enough. Of respondent that its science enough, available some bodies that tofu but not understands material (content) KIA'S book as a whole but there is too respondent that doesn't know to make self pretend material tofu (content) That KIA'S book. Respondent that doesn't understand To Bind Books KIA Dsebabkan its low even no yen reads. To increase health science needs to be given by counselling that aims to be reached its changing individual behaviour, family and also society, in builds and pet healthy life and get active role in the effort render optimal health degree. Key word: Science, Pregnant mother, Material (content) Mother health book and Child (KIA'S book)

Latar Belakang Kesehatan merupakan Investasi dan Hak Asasi dan semua warga berhak atas kesehatannya termasuk ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi baru lahir. Ibu dan anak merupakan kelompok yang paling rentan terhadap berbagai masalah kesehatan seperti kesakitan dan gangguan gizi yang seringkali berakhir dengan kecacatan bahkan kematian. Kesehatan Ibu dan Anak masih menjadi prioritas saat ini dalam dunia kesehatan karena masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) sehingga diupayakan program yang dilaksanakan oleh organisasi internasional yaitu World Health Organization (WHO) di Nairobi Kenya tahun 1987. Selain itu, WHO pada tahun 1997 di Hari Kesehatan Sedunia menyatakan Safe Motherhood merupakan upaya global untuk mencegah/ menurunkan kematian ibu dengan slogan Making Pregnancy Safer (Prawirohardjo, 2008). Berdasarkan data tentang kualitas penduduk Indonesia 2011 tercatat Angka Kematian Ibu (AKI) masih sebesar 228/100.000 kelahiran hidup. Selanjutnya angka kematian bayi usia 0-11 bulan (AKB) adalah 34 per 1.000 kelahiran hidup kemudian 60 persen penduduknya tamat SD atau lebih rendah dan Angka Harapan hidup Indonesia sekitar 68/72 tahun. Target *Pengajar STIKes Maranatha Kupang

Nasional tahun 2015, AKI akan turun dari 228/ 100.000 kelahiran hidup menjadi 102/ 100.000 kelahiran hidup. Begitu juga dengan angka kelahiran bayi turun menjadi 23/ 1.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) masih sangat tinggi bila dibandingkan dengan nasional yaitu: AKI di Provinsi NTT (Surkesnas Tahun 2004) yaitu : 554/ 100.000 KH, Nasional : 307/ 100.000 KH, SDKI tahun 2007 menunjukkan penurunan AKI yang signifikan yaitu 554/ 100.000 KH menjadi 306/ 100.000 KH, jadi penurunan 248 point (3 kali lipat) dibandingkan nasional dari 307/100.000 KH menjadi 228/ 100.000 KH, berarti turun hanya 79 point. AKB di Provinsi NTT menurut Surkesnas 2004 yaitu : 62/ 1000 KH dan Nasional 34/ 1000 KH. Namun demikian, AKI dan AKB di Provinsi NTT masih lebih tinggi dibandingkan nasional ( Dinas Kesehatan Provinsi NTT, 2009 ). Untuk mengurangi AKI dan AKB, maka dilakukan pemantauan intensif pada ibu hamil. Selain untuk kesehatan ibu hamil dan persiapan persalinan, juga untuk memenuhi hak atas kelangsungan hidup, tumbuh kembang dan perlindungan anak. Hal ini dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien melalui pemberdayaan masyarakat, kemitraan petugas kesehatan dengan masyarakat serta mewujudkan kesadaran dan kemandirian keluarga untuk menjaga kesehatan ibu dan anak. Salah satu bentuknya adalah
47
Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

Jurnal Kesehatan (Health Journal)

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga melalui penggunaan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA) (Departemen Kesehatan dan JICA, 2009). Buku KIA berisi catatan kesehatan ibu (hamil, bersalin dan nifas) dan anak (bayi baru lahir, bayi dan anak balita) serta berbagai informasi cara memelihara dan merawat kesehatan ibu dan anak (Kementerian Kesehatan dan JICA , 2011). Buku KIA merupakan kumpulan materi standar penyuluhan, informasi serta catatan tentang gizi, kesehatan ibu dan anak. Dalam Buku KIA terdapat stiker Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) sebagai alat pemantauan intensif bagi setiap ibu hamil di seluruh Indonesia, dalam upaya mempercepat penurunan kematian ibu dan bayi (Depkes RI, 2009). Berbagai kumpulan materi dalam Buku KIA diharapkan dapat dipahami oleh ibu hamil sehingga dapat diinterpretasikan secara benar, Hal-hal non teknis seperti pendidikan, rendahnya minat dan kebiasaan membaca serta keengganan untuk bertanya pada petugas sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang dalam memperoleh informasi (Depkes dan JICA ,2009). Buku KIA adalah sarana yang tepat dalam upaya meningkatkan pengetahuan ibu hamil mengenai pemeriksaan kehamilan, dan juga sebagai salah satu intervensi pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan ibu dan anak sehingga diharapkan setiap ibu hamil dapat mengetahui isi dari buku KIA tersebut. Menurut data bulan Agustus tahun 2012 di Puskesmas Bakunase kota Kupang, menunjukkan total ibu hamil yang memiliki buku KIA sebanyak 353 orang namun ibu hamil yang membawa buku KIA saat kunjungan hanya 266 orang dan yang melakukan pengisian buku KIA secara benar dan sesuai untuk kunjungan balita yaitu sebanyak 282 orang. Berarti ibu hamil yang sudah memiliki buku KIA tetapi tidak membawa saat kunjungan sebanyak 87 orang sedangkan yang tidak melakukan pengisian buku KIA secara benar sebanyak 71 orang. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil tentang materi (isi) buku KIA di Puskesmas Bakunase Kupang. Bahan dan Cara Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan rancangan deskriptif. Dalam hal ini, peneliti menggambarkan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Materi (isi) Buku KIA di Puskesmas Bakunase Kupang. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil sebanyak
Jurnal Kesehatan (Health Journal)

353 orang yang memiliki buku KIA di Puskesmas Bakunase Kupang. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang memeriksakan kehamilan di Puskesmas Bakunase. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 35 orang. Metode sampling yang digunakan adalah metode Non Random Sampling dengan teknik accidental sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan jumlah pernyataan sebanyak 20 soal. Jenis instrumen yang digunakan dalam bentuk dichotomous choice, dimana peneliti menyediakan 2 jawaban; benar dan salah dan responden hanya memilih satu diantaranya. Hasil dan Pembahasan Hasil Tabel 4.1 Tabel Distribusi Berdasarkan Umur di Puskesmas Bakunase Kupang Tahun 2012
No 1 2 3 Umur (tahun) <20 20-35 >35 Total Jumlah 2 30 3 35 Persentase (%) 5,7 85,7 8,6 100

Sumber : Data Primer Dari tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa dari 35 responden di Puskesmas Bakunase sebagian besar berumur 20- 35 tahun yakni 30 orang (85,7%) dan hanya 2 orang (5,7%) yang berumur <20 tahun. Tabel 4.2 Distribusi Berdasarkan Pendidikan di Puskesmas Bakunase Kupang Tahun 2012
No 1 2 3 4 Jenis Pendidikan SD SMP SMA SARJANA Total Jumlah 5 3 25 2 35 Persentase (%) 14,3 8,6 71,4 5,7 100

Sumber : Data Primer Dari tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa dari 35 responden di Puskesmas Bakunase sebagian besar berpendidikan SMA yakni 25 orang (71,4%),dan hanya 2 orang (5,7%) ibu hamil yang pendidikannya sarjana.
48
Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

Tabel 4.3 Tabel Distribusi Berdasarkan Pekerjaan di Puskesmas Bakunase Kupang Tahun 2012
No 1 2 3 4 Jenis Pekerjaan Mahasiswi IRT Wiraswasta PNS Total Jumlah 5 25 4 1 35 Persentase 14,3 71,4 11,4 2,9 100

Bakunase Kupang tentang materi (isi) buku KIA yang berkaitan dengan bagian ibu sebagian besar berpengetahuan baik yakni sebanyak 30 orang (85,7%) dan 4 orang (11,4%) berpengetahuan cukup sedangkan hanya 1 orang (2,9% ) ibu hamil berpengetahuan kurang. Tabel 4.6 Distribusi Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Materi (isi) Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang Berkaitan dengan Bagian Anak di Puskesmas Bakunase Kupang Tahun 2012
No 1. 2. 3. Tingkat Pengetahuan Baik Cukup Kurang Total Jumlah 11 23 1 35

Sumber : Data Primer Dari tabel di atas menunjukkan bahwa dari 35 responden di Puskesmas Bakunase sebagian besar pekerjaannya sebagai IRT yakni 25 orang (71,4%) dan hanya 1 orang (2,9%) ibu hamil yang bekerja sebagai PNS. Tabel 4.4 Tabel Distribusi Berdasarkan Paritas di Puskesmas Bakunase Kupang Tahun 2012
No 1. 2 Paritas Primigravida Multigravida Total Jumlah 14 21 35 Persentase 40 60 100

Persentase 31,4 65,7 2,9 100

Sumber: Data Primer Dari tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu hamil di Puskesmas Bakunase Kupang tentang materi (isi) buku KIA yang berkaitan dengan bagian anak sebagian besar berpengetahuan cukup yakni sebanyak 23 orang (65,7%) ibu hamil dan 11 orang (31,4%) berpengetahuan sedangkan hanya 1 orang (2,9%) ibu hamil berpengetahuan kurang. Tabel 4.7 Distribusi Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Materi (isi) Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Puskesmas Bakunase Kupang Tahun 2012
N o 1. 2. 3. Tingkat Pengetahuan Baik Cukup Kurang Total Jumlah 15 20 0 35 Persentase 42,9 57,1 0 100

Sumber: Data Primer Dari tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa dari 35 responden di Puskesmas Bakunase sebagian besar terdapat ibu multigravida yakni 21 orang (60%) dan 14 orang (40%) ibu primigravida. Tabel 4.5 Distribusi Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Materi (isi) Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang Berkaitan dengan Bagian Ibu di Puskesmas Bakunase Kupang Tahun 2012
No 1. 2. 3. Tingkat Pengetahuan Baik Cukup Kurang Total Jumlah 30 4 1 35 Persentase 85,7 11,4 2,9 100

Sumber : Data Primer Dari tabel 4.7 di atas didapatkan bahwa tingkat pengetahuan ibu hamil di Puskesmas Bakunase Kupang tentang materi (isi) buku KIA sebagian besar berpengetahuan cukup yakni sebanyak 20 orang (57,1%) dan hanya 15 orang (42,9%) yang berpengetahuan baik.

Sumber : Data Primer Dari tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu hamil di Puskesmas
Jurnal Kesehatan (Health Journal) 49
Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

Pembahasan Tingkat pengetahuan ibu hamil di Puskesmas Bakunase tentang materi (isi) buku KIA yang berkaitan dengan bagian ibu. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu hamil tentang materi (isi) Buku KIA yang berkaitan dengan bagian ibu sebagian besar, baik yakni sebanyak 30 orang (85,7%) dan 4 orang (11,4%) berpengetahuan cukup sedangkan 1 orang (2,9%) ibu hamil yang berpengetahuan kurang. Dari hasil data tersebut dalam menjawab materi (isi) Buku KIA yang berkaitan dengan bagian ibu sebagian besar 85,7% responden mempunyai pengetahuan baik karena sering mendapat informasi dari berbagai sumber. Menurut (Notoatmodjo, 2003) menyatakan bahwa sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi perantara dalam menyampaikan informasi, merangsang pikiran dan kemampuan, menambah pengetahuan. Sumber informasi dapat diperoleh melalui media cetak (surat kabar, majalah, buku), media elektronik (tv, radio, internet) dan melalui tenaga kesehatan seperti pelatihan dan penyuluhan yang diadakan (dokter, perawat, bidan). Sedangkan 11,4% responden pengetahuannya cukup. Responden mempunyai pengetahuan cukup karena lebih mendasari pengetahuannya berdasarkan pengalaman yang telah terjadi daripada membaca Buku KIA tersebut. Pengalaman sebagai sumber pengetahuan merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu (Hurlock, 1998). Rendahnya minat membaca buku karena dipengaruhi oleh pekerjaan yang membuat ibu tidak mempunyai untuk membaca dan membahas bersama suami dan keluarga. Bekerja umumya merupakan kegiatan yang menyita waktu dan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga (M, Wawan, 2010). Hal ini menyebabkan ibu hamil tahu tetapi tidak memahami materi (isi) Buku KIA yang berkaitan dengan bagian ibu. Tingkat pengetahuan ibu hamil di Puskesmas Bakunase tentang materi (isi) buku KIA yang berkaitan dengan bagian anak. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu hamil di
Jurnal Kesehatan (Health Journal)

Puskesmas Bakunase tentang materi (isi) buku KIA yang berkaitan dengan bagian anak sebagian besar, cukup yakni 23 orang (65,7%) dan hanya 1 orang (2,9%) ibu hamil yang pengetahuannya kurang. Responden yang berpengetahuan cukup sering mendengarkan informasi dari penyuluhan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan, sering membaca buku yang berhubungan dengan kesehatan anak. Nursalam (2003) mengatakan, informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Pendidikan non formal seperti membaca artikel kesehatan yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak serta sering mendengarkan informasi dari media massa maupun media elektronik. Sedangkan 1 orang (2,9%) ibu hamil yang berpengetahuan kurang karena sibuk dengan pekerjaan sehingga tidak mempunyai waktu untuk membaca dan membahas Buku KIA bersama suami dan keluarga. Bekerja bagi ibu- ibu merupakan kegiatan yang menyita waktu dan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga (M, Wawan, 2010). Berdasarkan teori pengukuran pengetahuan, solusi untuk berpengetahuan kurang adalah dengan mencari informasi, bertanya berdasarkan pengalaman orang lain, mencari tahu kepada orang lain dan menonton televisi juga bisa menambah pengetahun (M, Wawan, 2010). Tingkat pengetahuan ibu hamil di Puskesmas Bakunase tentang materi (isi) buku KIA di Puskesmas Bakunase Kupang. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu hamil di Puskesmas Bakunase tentang materi (isi) buku KIA di Puskesmas Bakunase Kupang sebagian besar cukup, yakni sebanyak 20 orang (57,1%) dan 15 orang (42,9%) ibu hamil pengetahuannya baik. Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Responden yang pengetahuannya cukup, terdapat beberapa orang yang tahu tetapi tidak memahami materi (isi) Buku KIA secara keseluruhan tetapi ada pula Responen yang tidak tahu membuat diri seolah- olah tahu materi (isi)
50
Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

Buku KIA tersebut. Responden yang tidak memahami Buku KIA dsebabkan rendahnya bahkan tidak ada minat membaca karena sibuk dengan berbagai hal atau pekerjaan. Bekerja umumnnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupannya sehingga ibu tidak punya banyak waktu untuk mendapatkan informasi (M, Wawan, 2010). Sedangkan responden yang pengetahuannya baik sering mendapat informasi dari berbagai sumber baik itu media massa maupun media elektronik. Semakin banyak informasi yang didapat maka semakin banyak pula pengetahuan yang didapat karena informasi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 2010). Selain itu, mereka juga mendapat informasi dari pengalaman seseorang di berbagai lingkungan. Pengalaman sebagai sumber pengetahuan merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik itu lingkungan fisik,biologis maupun social yang berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada di lingkungan tersebut (Nursalam, 2003). Menurut Notoatmodjo (2010), untuk meningkatkan pengetehuan kesehatan perlu diberikan penyuluhan yang bertujuan untuk tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga maupun masyarakat, dalam membina dan memelihara hidup sehat serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil di Puskesmas Bakunase tentang Materi (isi) Buku KIA yang berkaitan dengan bagian ibu sebagian besar, baik yakni sebanyak 30 orang (85,7%) dan 4 orang (11,4%) berpengetahuan cukup sedangkan 1 orang (2,9%) ibu hamil yang berpengetahuan kurang. Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil di Puskesmas Bakunase Kupang tentang Materi (isi) Buku KIA yang berkaitan dengan bagian anak sebagian besar berpengetahuan cukup yakni
Jurnal Kesehatan (Health Journal) 51

sebanyak 23 orang(65,7%) ibu hamil dan 11 orang (31,4%) berpengetahuan sedangkan hanya 1 orang (2,9%) ibu hamil berpengetahuan kurang. Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil di Puskesmas Bakunase Kupang tentang Materi (isi) Buku KIA sebagian besar berpengetahuan cukup yakni sebanyak 20 orang (57,1%) dan hanya 15 orang (42,9%) yang berpengetahuan baik. Saran Bagi institusi pendidikan Penulis mengharapkan agar penelitian ini dapat digunakan oleh mahasiswa/i sebagai bahan referensi yang berhubungan dengan pengetahuan yang diperoleh. Bagi peneliti Peneliti tidak hanya meneliti tentang tingkat pengetahuan ibu hamil tentang materi (isi) Buku KIA tetapi dapat mencari tahu lebih jauh tentang faktor- faktor yang berhubungan dengan pemahaman ibu hamil tentang Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA). Untuk Institusi Pelayanan/Puskesmas Petugas kesehatan khususnya bidan harus lebih meningkatkan frekuensi dalam memberikan penjelasan tentang materi (isi) Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA) kepada ibu hamil. Bagi Masyarakat Masyarakat khususnya ibu hamil harus lebih sering membaca Buku KIA karena terdapat banyak informasi yang dapat bermanfaat bagi kesehatan ibu terutama ibu hamil dalam menghadapi masa kehamilan, persalinan, nifas dan perawatan bayi yang baru lahir hingga balita. Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi VI. Jakarta : Rineka Cipta Departemen Kesehatan. 2009. Petunjuk Teknis Penggunaan Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta : Departemen Kesehatan dan JICA Kementrian Kesehatan RI. 2011. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta : Kementrian
Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

Kesehatan dan JICA M, Wawan. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo, hal 23- 24, hal 214-220, hal 278- 287 Seran ,S. dkk. 2009. Pedoman Revolusi di Provinsi NTT Percepatan Penurunan Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir. Kupang : Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur http://kesehatan ibu- anak. Blogspot. Com/2012/05/ angka- kematian- ibu- diIndonesia- saat-html)

Jurnal Kesehatan (Health Journal)

52

Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

KB'S ACCEPTOR KNOWLEDGE ABOUT INJECTION CONTRACEPTIVE AT PUSKESMAS BAKUNASE KUPANG CITY Agustina seran*

ABSTRACT Injection Contraceptive is contraceptive device as liquid as just contains progestin's hormone and also meaty affiliate (combine) among estrogen's hormone and progesteron which is inseminated into ala woman body periodic. (Handayani, 2010). Acceptor frequenting to choose Injection contraceptive because avoids or fear utilize IUD'S contraceptive in consideration gets to do check in. Meanwhile KB Hormonal may not utilize to be more than age 35 years. Quite a few Injection contraceptive acceptor that DO (droup out) since acceptor not know about indication con and contraceptive side effect Injection (Handayani, 2003). To the effect Research which is know acceptor science zoom KB about injection contraceptive at Puskesmas Bakunase Kupang City. Observational method that utilized by quantitative ala by methodics descriptive wield simple random's design sampling. Instrument in observational it is as Quesioner's sheet and sample in observational is exhaustive contraceptive acceptor participant Injection that coming at Puskesmas Bakunase Kupang and one has the honour to become respondent. Observational result to be gotten that KB's acceptor knowledge about Injection contraceptive 54,7 % have knowledge that adequately, 37,3 % knowledgeable good and 8,0 % knowledgeable less. Base that observational result suntik's contraceptive acceptor at Puskesmas Bakunase Kupang City have science that adequately about Injection contraceptive. Key word : knowledgee, Acceptor, Injection contraceptive.

Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan berbagai jenis masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah di bidang kependudukan yang masih tinggi pertumbuhannya. Semakin tinggi pertumbuhan penduduk maka semakin besar usaha pemerintah yang harus dilakukan untuk mempertahankan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu Pemerintah terus berupaya untuk menekan laju pertumbuhan penduduk dengan merintis Program Keluarga Berencana (KB) sejak tahun 1951 dan terus berkembang, sehingga pada tahun 1970 terbentuk Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Sasaran pada program ini adalah penjarangan kehamilan menggunakan metode kontrasepsi demi menciptakan pertumbuhan ekonomi secara positif dan kesejahteraan sosial bagi seluruh masyarakat melalui usaha perencanaan dan pengendalian penduduk. Berdasarkan data dari BKKBN Propinsi NTT 2011, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), merupakan provinsi dengan jumlah peserta KB terendah ke dua setelah Papua. Kontrasepsi yang tidak mencapai 100 persen adalah Intra Uterin
* Staf Pengajar Jurusan Kebidanan

Device (IUD) (71,78%), suntikan (95, 56%) dan Pil (95,15%). Untuk mengatasi persoalan tersebut, strategi yang dikembangkan BKKBN pada tahun 2011 adalah meningkatkan akses, kualitas dan kemitraan dalam pembinaan kesertaan berKB, meningkatkan pelayanan KB bagi Pasangan Usia Subur (PUS). Berdasarkan data dari Puskesmas Bakunase, jumlah akseptor dari tiga bulan terakhir yaitu dari bulan Juli - September berjumlah 141 akseptor KB. Kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah kontrasepsi suntik sebanyak (53,20%) dan paling sedikit adalah IUD (9,22%) (Buku Register KB Puskesmas Bakunase Kupang, 2012). Akseptor sering memilih jenis kontrasepsi suntikan karena menghindari atau takut menggunakan kontrasepsi IUD dengan alasan harus melakukan pemeriksaan dalam dan juga rasa malu. Sedangkan KB hormonal tidak boleh menggunakan lebih dari umur 35 tahun dan tidak mengkonsumsi rokok tetapi sering dilanggar oleh akseptor diakibatkan beberapa kondisi pemahaman yang keliru seperti yang dijelaskan diatas. Banyak juga akseptor KB yang DO (drope out) karena akseptor tidak mengetahui tentang kontra indikasi dan efek samping dari KB suntik. (Handayani, 2010). Jika ditinjau sesuai dengan beberapa tinjauan medis mengatakan kontrasepsi KB suntik dapat digunakan pada akseptor usia
Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

POLTEKKES KEMENKES KUPANG


Jurnal Kesehatan (Health Journal) 53

reproduksi yaitu usia 20 - 30 tahun.( Saifudin, 2006). Jika semua kodisi diatas dipahami secara benar oleh akseptor maka bisa dikatakan bahwa salah satu jenis kontrasepsi efektif yang menjadi pilihan akseptor adalah KB suntik, ini disebabkan karena aman, efektif, sederhana dan murah, tidak berpengaruh pada hubungan suami istri, tidak memerlukan pemeriksaan dalam. Cara ini mulai disukai masyarakat dan diperkirakan setengah juta pasangan memakai kontrasepsi suntikan untuk mencegah kehamilan (Mochtar, 2002). Berdasarkan uraian dan pemikiranpemikiran diatas, maka penulis tertarik dan merasa penting untuk melakukan penelitian tentang: Pengetahuan Akseptor KB Tentang Kontrasepsi Suntik Di Puskesmas Bakunase Kupang Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat pengetahuan akseptor KB tentang penggunaan kontrasepsi suntik. Bahan Dan Cara Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskritiptif. Populasi dalam penelitian ini adalah semua akseptor kontrasepsi suntik di Puskesmas Bakunase Kupang. Sampel dalam penelitian ini adalah akseptor kontrasepsi suntik yang datang di Puskesmas Bakunase Kupang. Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara total populasi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan jumlah pernyataan sebanyak 10 soal. Jenis instrumen yang digunakan dalam bentuk dichotomous choice, dimana peneliti menyediakan 2 jawaban benar dan salah dan responden hanya memilih satu diantaranya. Hasil dan Pembahasan Hasil Penelitian Tabel 1. Karakteristik responden berdasarkan umur di Puskesmas Bakunase Kota Kupang tahun
No 1. 2. 3. Umur <20 20-35 >35 Total n 0 68 7 75 % 0 90,7 9,3 100

Dari tabel tersebut menunjukan bahwa peserta akseptor kontrasepsi suntik yang berada di Puskesmas Bakunase Kupang terdapat 90,7 persen umur antara 20-35 tahun dan 9,3 persen umur >35 tahun. Tabel 2 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan di Puskesmas Bakunase Kota Kupang
No 1. 2. 3. 4. 5. Pendidikan SD SMP SMA D-III S1 Total n 14 19 38 2 2 75 % 18,7 25,3 50,7 2,7 2,7 100

Sumber : Data Primer Dari data di atas menunjukan bahwa peserta akseptor kontrasepsi suntik yang berada di Puskesmas Bakunase Kupang sebagian besar berpendidikan tinggi. SMA 38 orang (50,7%) sedangkan DIII dan SI sebanyak 2 orang (2,7%) dan berpendidikan rendah SD dan SMP(44%). Tabel 3 Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan di Puskesmas Bakunase Kota Kupang tahun 2012
No 1. 2. 3. 4. Pekerjaan IRT Wiraswasta Swasta PNS Total n 55 6 12 2 75 % 73,3 8,0 16,0 2,7 100

Sumber : Data Primer Dari tabel di atas menunjukan bahwa akseptor kontrasepsi suntik yang berada di Puskesmas Bakunase paling banyak bekerja sebagai IRT yaitu sebanyak 55 orang (73,3%).

Sumber : Data Primer


Jurnal Kesehatan (Health Journal) 54
Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

Tabel 4. Karakteristik responden akseptor KB berdasarkan pengetahuan tentang pengertian dan kontra indikasi kontrasepsi suntik di Puskesmas Bakunase Kota Kupang tahun 2012
Pengetahuan tentang No pengertian dan kontra indikasi 1 2 3 Baik Cukup Kurang Total 34 33 8 75 45,3 44 10,7 100 n %

Tabel 6. Karakteristik responden akseptor KB berdasarkan pengetahuan tentang pengertian kontrasepsi suntik di Puskesmas Bakunase Kota Kupang tahun 2012.
N o 1 2 3 Pengetahuan tentang pengertian kontrasepsi suntik Baik Cukup Kurang Total

28 41 6 75

37,3 54,7 8 100

Sumber : Data Primer Tabel di atas didapatkan bahwa pengetahuan akseptor KB di Puskesmas Bakunase Kupang tentang pengertian dan kontra indikasi dari kontrasepsi suntik 45,3 persen berpengetahuan baik, 44 persen berpengetahuan cukup dan 10,7 persen berpengetahuan kurang. Tabel 5. Karakteristik responden akseptor KB berdasarkan pengetahuan tentang keuntungan dan efek samping kontrasepsi suntik di Puskesmas Bakunase Kota Kupang tahun 2012.
Pengetahuan tentang No 1 2 3 keuntungan dan efek samping Baik Cukup Kurang Total 41 25 9 75 54,7 33,3 12 100 n %

Sumber : Data Primer Dari tabel di atas didapatkan bahwa pengetahuan akseptor KB di Puskesmas Bakunase Kupang tentang kontrasepsi suntik 54,7 persen berpengetahuan cukup, 37,3 persen berpengetahuan baik, dan 8 persen berpengetahuan kurang. Pembahasan Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Bakunase Kota Kupang pada tanggal 5-13 November tahun 2012 dengan jumlah responden 75 orang. Dan berdasarkan data awal di Puskesmas Bakunase Kota Kupang akseptor KB sebanyak 141 orang sedangkan khusus kontrasepsi suntik sebanyak 75 orang (53, 19 %) sedangkan 46, 81 % kontrasepsi Pil, Kondom, Implant, dan IUD. Berdasarkan pada Tabel 1 tentang karakteristik responden akseptor kontrasepsi suntik berdasarkan umur di Puskesmas Bakunase Kota Kupang didapatkan bahwa umur antara 20 30 tahun (90,7%) dan umur > 35 tahun (9,3%). Dimana umur lebih dari 35 tahun memiliki faktor resiko. Hal ini tidak di anjurkan karena akan menimbulkan efek samping seperti berat badan bertambah atau meningkat sehingga dapat menyebabkan serangan jantung dan Diabetes Melitus (DM). ( Handayani, 2010) Berdasarkan pada Tabel 2 tentang karakteristik responden akseptor kontrasepsi suntik berdasarkan pendidikan di Puskesmas Bakunase Kota Kupang menunjukan bahwa sebagian besar berpendidikan tinggi (56%) (SMA, DIII dan S1) dan berpendidikan rendah (44%)(SD dan SMP). Menurut Nursalam, 2003, semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah dalam menerima informasi. Pendidikan diperoleh dari proses belajar baik dari formal maupun
Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

Sumber : Data Primer Dari tabel di atas didapatkan bahwa pengetahuan akseptor KB di Puskesmas Bakunase Kupang tentang keuntungan dan efek samping dari kontrasepsi suntik 54,7 persen berpengetahuan baik, 33,3 persen berpengetahuan cukup, dan 12 persen berpengetahuan kurang.

Jurnal Kesehatan (Health Journal)

55

informal. Pendidikan formal meliputi status bertingkat dan melewati proses, dengan proses tersebut dapat memperoleh pengetahuan yang lebih baik khususnya pengetahuan akseptor KB tentang kontrasepsi suntik sehingga dapat membawa perubahan pengetahuan sasaran (Notoatmodjo, 2003). Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal- hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup (M, Dewi 2010). Pada Tabel 3 tentang karakteristik responden akseptor kontrasepsi suntik berdasarkan pekerjaan di Puskesmas Bakunase Kota Kupang didapatkan bahwa lebih banyak bekerja sebagai IRT(73,3%). Pekerjaan merupakan kegiatan utama yang dilakukan untuk mencari nafkah. Lingkungan pekerjaan dapat digunakan sebagai sarana dalam mendapatkan informasi yaitu dengan bertukar pikiran dengan teman - teman dilingkungan kerja. Hal ini sesuai dengan pendapat Koentjaraningrat yang dikutip oleh Nursalam dan Pariani (2001). Berdasarkan penelitian pada Tabel 4 tentang karakteristik responden akseptor kontrasepsi suntik berdasarkan pengetahuan tentang pengertian dan kontra indikasi di Puskesmas Bakunase Kota Kupang didapatkan bahwa akseptor kontrasepsi suntik berpengetahuan baik dalam memahami hal tersebut (45,3%). Responden yang mempunyai pengetahuan baik karena sering mendapat informasi dari berbagai sumber misalnya dari seseorang yang mempunyai pengalaman dalam lingkungan media media cetak maupun media elektronik dan juga dari penyuluhan dari tenaga kesehatan. Pengetahuan merupakan sesuatu yang ada dalam pikiran manusia. Hidayat (2004) Berdasarkan pada Tabel 5 tentang karakteristik responden akseptor kontrasepsi suntik berdasarkan pengetahuan tentang keuntungan dan efek samping di Puskemas Bakunase Kota Kupang didapatkan bahwa pengetahuan akseptor kontrasepsi suntik baik dalam memahami hal tersebut. akseptor 41 orang (54,7%) memahami dengan baik, 25 orang (33,3%) cukup memahami dan 9 orang (12%) kurang memahami. Responden yang mempunyai pengetahuan baik karena sering mendapat informasi dari berbagai sumber seperti media cetak, media elektronik dan juga dari pengalaman dari seseorang di lingkungan sekitar. Responden yang mempunyai pengetahuan cukup banyak mendapat informasi dari media cetak maupun media elektronik. Sedangkan responden yang mempunyai pengetahuan kurang disebabkan karena kurang mendapat informasi dari berbagai
Jurnal Kesehatan (Health Journal)

sumber dan juga kurang mendapat informasi dari lingkungan sekitar. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. ( Notoatmodjo, 2003). Berdasarkan pada Tabel 6 tentang karakteristik responden akseptor kontrasepsi suntik berdasarkan pengetahuan tentang kontrasepsi suntik di Puskesmas Bakunase Kota Kupang menunjukan bahwa cukup memahami penggunaan kontrasepsi suntik, 41 orang (54,7%) berpengetahuan cukup, 28 orang (37,3%) berpengetahuan baik dan 6 orang (8%) berpengetahuan kurang. Responden yang mempunyai pengetahuan baik karena sering mendapat informasi dari berbagai sumber misalnya dari seseorang yang mempunyai pengalaman dalam lingkungan, media cetak dan juga penyuluhan dari tenaga kesehatan. Responden yang berpengetahuan cukup sering mendengar informasi dari media cetak maupun media elektronik dan juga pengalaman seseorang diberbagai lingkungan selain itu dari petugas kesehatan( Bidan ) tidak memberikan konseling awal secara tepat dan benar. Sedangkan responden yang berpengetahuan kurang karena kurang mendapat informasi dari berbagai sumber atau kurang mendapat informasi dari pengalaman orang lain dan juga dari tenaga kesehatan yang tidak memberikan konseling dan penyuluhan secara tepat dan benar . Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. (Notoatmodjo,2003). Menurut Nursalam, 2003, semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin muda dalam menerima informasi. Begitupun sebaliknya jika seseorang berpendidikan rendah maka ia akan sulit menerima informasi yang berguna untuk dirinya bahkan menolak untuk mendapatkan informasi tersebut karena ia menganggap bahwa informasi tersebut tidak bermanfaat bagi kehidupannya. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa akseptor kontrasepsi suntik yang berada di Puskesmas Bakunase Kota Kupang mempunyai pengetahuan baik tentang pengertian dan kontra indikasi kontrasepsi suntik, berpengetahuan baik tentang keuntungan dan efek samping kontrasepsi suntik dan berpengetahuan cukup tentang kontrasepsi suntik.

56

Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

Saran Bagi Responden

Hartanto, H. (2010). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Pustaka Sinar Harapan: Jakarta.

Agar lebih menambah pengetahuan dalam Mansjoer, A. (2001). Kapita Selekta Kedokteran menggunakan kontrasepsi suntik. Jilid 1. Fakultas Kedokteran Universitas Bagi Tempat Penelitian Indonesia: Jakarta. Perlu adanya konseling secara tepat dan Manuaba, I. B. Gede.( 2007). Ilmu Kebidanan, benar dalam penggunaan kontrasepsi suntik. Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. EGC: Bagi Institusi Pendidikan Jakarta. Menambah literatur kepustakaan yang dapat dipakai sebagai refrensi bagi peneliti lain Notoatmodjo, S. ( 2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta. yang berkepentingan. Saifudin B. A.dkk. (2006). Buku Panduan Praktis Bagi Peneliti Pelayanan Kontrasepsi. Yayasan Bina Melakukan penelitian lebih lanjut dengan Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta. menggunakan metode lain yang dapat Sugiono. (2009). Metode Penelitian Administrasi. menyempurnakan penelitian ini. CV. Alfabeta Daftar Pustaka Wiknjosastro, H. (2009). Imu Kandungan. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta. http://forbetterhealth.wordpress.com/2012/10/12/ kontrasepsi-suntik.

Arikunto, S. (2006). Konsep Pengetahuan. Rineka Cipta: Jakarta. Arikunto, S. (2010). Definisi Sampel Pada

http://creasoft.wordpress.com/category/ keperawatankesehatanMetode Penelitian. Rineka Cipta: Jakarta. masyarakatkebidanan/kb/ Departeman Kesehatan Republik Indonesia. http://G:/kontrasepsi-kb-suntikan.html (1994). Rencana Strategi Departemen Kesehatan. Departemen Kesehatan: Jakarta. Handayani, S. (2010). Buku Ajar Pelayanan Keluarga berencana. Pustaka Rihama: Jakarta.

Jurnal Kesehatan (Health Journal)

57

Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

UNIVERSAL PRECAUTION LABORATORY OFFICER IN DO BLOOD TAKE ACTION VENA AT CLINIC PATHOLOGY INSTALLATION BLUD PROF. DR. W. Z. JOHANES KUPANG Yossin Pella*
ABSTRACT Hospital constitutes its flock place sick person and also medical energy so hard prevent media disease infection infection of patient to health energy, one of it right usually get interaction with patient is laboratory officer which is in particular in do blood take action vena. It will water down infection happening traverses patient to go to labour which is needful universal precaution which is infection operation action that by done all health energy to reduce infection broadcast jeopardy its example as washes hand, purpose handscoen , oxygen mask and sterile chasuble. To the effect this research is subject to be know universal precaution laboratory officer in do blood take action vena. This research gets descriptive character. Observational population is all laboratory officer by total as much 30 person at Clinic Pathology Installation BLUD. RSUD. Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang, so utilizes tech full scale sampling. Result observationaling to 30 laboratory officers that work at Clinic Pathology Installation BLUD. RSUD. Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang is known that 4 person (13,3%) laboratory officer does activity to wash hand before utilizes handscoen and 26 laboratory officers (86,6%) don't do activity washes hand before utilize handscoen , 7 person (23,3%) officer laboratory not does activity to wash hand after purpose handscoen in and laboratory officer 23 person (76,6%) one that washes hand. 7 person (23,3%) officer laboratory not does activity to wash hand after purpose handscoen and laboratory officer 23 person (76,6%) one that wash hand after purpose handscoen. 3 person (10%) laboratory officer utilize oxygen mask in bloods taking action vena and laboratory officer 27 person (90%) don't utilize oxygen mask. 11 person (36,6%) laboratory officer utilize sterile chasuble in bloods taking action vena and laboratory officer 19 person (63,3%) don't utilize sterile chasuble. Concluded that laboratory officer that doesn't do implement universal precaution really risk for happens nasokomial's infection. Key word: universal precaution , laboratory officer, bloods taking action vena

Latar Belakang Kewaspadaan terhadap darah atau cairan tubuh di kenal juga sebagai kewaspadaan universal (KU) atau universal precaution (UP) merupakan praktek pengawasan baku dan sederhana terhadap infeksi yang diterapkan dalam perawatan semua pasien setiap saat, untuk mengurangi resiko terhadap berbagai penyakit yang dibawa atau berkaitan dengan darah (PP RI, 2007). Penerapan kewaspadaan terhadap darah dan cairan tubuh dan dilaksanakan secara universal terhadap semua orang tanpa memandang status infeksi (PP RI, 2007). Prosedur tindakan pencegahan universal mutlak harus diterapkan di rumah sakit termasuk di laboratorium. Penerapan prosedur tindakan pencegahan universal mutlak harus dijalankan pada seluruh kegiatan di laboratorium terhadap semua pasien. Petugas kesehatan yang memberikan pelayanan dan melakukan standar operasional prosedur kerja yang invasif ataupun non invasif untuk memenuhi kebutuhan pasien
* Pengajar STIKes Maranatha Kupang

akan kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh pasien. Penerapan kewaspadaan universal dan program K3 untuk meminimalkan terjadinya penularan dalam semua tindakan medis atau kesehatan merupakan salah satu kebijakan dasar yang terdapat dalam Rencana Kerja Jangka Menengah 2005-2009 Peningkatan Perawatan (Depkes RI, 2005). Laboratorium adalah sarana yang dipergunakan untuk melakukan pengukuran, penetapan, dan pengujian terhadap bahan yang digunakan untuk penentuan formula obat yang akan dibuat, laboratorium di rumah sakit merupakan salah satu fasilitas medik yang disediakan sebagai penunjang diagnosis penyakit (Wahjono, 2007). Saat ini berbagai wabah penyakit infeksi yang muncul secara global di dunia mulai dari penyakit pes, penyakit anthrax yang disebabkan bakteri dan SARS, AIDS dan terakhir yang menghebohkan dunia yaitu Flu Burung yang disebabkan oleh virus merupakan mahluk-mahluk halus yang merupakan mikroba atau mikroorganisme sebagai penyebab penyakit infeksi, yang berhasil dideteksi oleh para ahli Mikrobiologi Kedokteran karena mempunyai tanggung jawab secara profesional untuk
58
Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

Jurnal Kesehatan (Health Journal)

melakukan tindakan pencegahan penyebaran dan penanggulangannya (Wahjono, 2007). Peranan laboratorium klinik ini sangat membantu dokter untuk menegakkan diagnosis serta tindak lanjut terapi (Darmadi, 2008). Salah satu strategi yang sudah terbukti bermanfaat dalam pengendalian infeksi adalah peningkatan kemampuan petugas kesehatan dalam metode Universal Precaution yaitu suatu cara penanganan baru untuk meminimalkan pajanan darah dan cairan tubuh dari semua pasien tanpa mempedulikan status infeksi Dasar kewaspadaan universal adalah cara cuci tangan secara benar Penggunaan alat pelindung, desinfeksi dan mencegah tusukan alat tajam dalam upaya mencegah transmisi mikroorganisme melalui darah cairan tubuh (http://rspi sulianti saroso.infeksi.com.article.com.php, 2008). Pelaksanaan universal precaution merupakan langkah penting untuk menjaga sarana kesehatan (rumah sakit, puskesmas, dan lain-lain) sebagai tempat penyembuhan dan bukan menjadi sumber infeksi. Petugas laboratorium yang memberikan pelayanan dan melakukan prosedur kerja baik yang invasif ataupun noninvasif untuk memenuhi kebutuhan pasien akan kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh pasien, hal ini sangat beresiko terpapar infeksi yang secara potensial membahayakan jiwanya, dan menjadi tempat dimana agen infeksi dapat berkembangbiak dan kemudian menularkan infeksi dari satu pasien kepada pasien lain, oleh karena itu, tindakan kewaspadaan universal sangat penting dilakukan (Nursalam, 2007). Diantara sarana kesehatan, Laboratorium Kesehatan merupakan suatu institusi dengan jumlah petugas kesehatan dan non kesehatan yang cukup besar. Kegiatan laboratorium kesehatan mempunyai risiko berasal dari faktor fisik, kimia, ergonomi dan psikososial. Variasi, ukuran, tipe dan kelengkapan laboratorium menentukan kesehatan dan keselamatan kerja. Seiring dengan kemajuan IPTEK, khususnya kemajuan teknologi laboratorium, maka risiko yang dihadapi petugas laboratorium semakin meningkat (Wahjono, 2007). Penyakit infeksi masih menempati urutan teratas penyebab kesakitan dan kematian di negara berkembang, termasuk Indonesia. Bagi penderita, selain menyebabkan penderitaan fisik, infeksi juga menyebabkan penurunan kinerja dan produktifitas, yang pada gilirannya akan mengakibatkan kerugian materil yang berlipatlipat. Bagi Negara, tingginya kejadian infeksi di masyarakat akan menyebabkan penurunan produktifitas nasional secara umum, sedangkan
Jurnal Kesehatan (Health Journal) 59

dilain pihak menyebabkan peningkatan pengeluaran yang berhubungan dengan upaya pengobatannya (Wahjono, 2007). Saat ini perhatian terhadap infeksi nosokomial di sejumlah rumah sakit di Indonesia cukup tinggi. Mengingat kasus nosokomial infeksi menunjukkan angka yang cukup tinggi. Tingginya angka kejadian infeksi nosokomial mengindikasikan rendahnya kualitas mutu pelayanan kesehatan. Infeksi nosokomial dapat terjadi mengingat rumah sakit merupakan gudang mikroba pathogen menular yang bersumber terutama dari penderita penyakit menular. Di sisi lain, petugas kesehatan dapat pula sebagai sumber, disamping keluarga pasien yang lalu lalang, peralatan medis, dan lingkungan rumah sakit itu sendiri (Darmadi, 2008). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui universal precaution petugas laboratorium dalam melakukan tindakan pengambilan darah vena. Bahan dan Cara Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan (memaparkan) peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada masa kini (Nursalam, 2009). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel tunggal menjelaskan tentang universal precaution petugas laboratorium dalam melakukan tindakan pengambilan darah vena. Pada penelitian ini Populasi yang diambil adalah seluruh petugas laboratorium bekerja di Instalasi Patologi Klinik BLUD RSUD. PROF. Dr. W. Z. Johannes Kupang, yaitu sebanyak 30 orang. Pada penelitian ini yang menjadi sampel adalah keseluruhan dari populasi yang ada atau total sampling yaitu 30 orang. Data diperoleh dengan melakukan wawancara terpimpin (structured Interview) dan observasi oleh peneliti kepada responden, dengan menggunakan checklist yang telah disiapkan peneliti sesuai tujuan penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Berikut akan disajikan hasil penelitian tentang universal precaution pada petugas laboratorium di RSUD Prof.W.Z. Johannes dalam bentuk tabel.

Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

Tabel 4.1 Mencuci tangan sebelum menggunakan handscoen oleh Petugas Laboratorium dalam melakukan tindakan pengambilan darah vena di Instalasi Patologi Klinik BLUD RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang Bulan Juni 2011
Universal Precaution Mencuci tangan sebelum pakai handscoen Total n Kegiatan Mencuci tangan Ya Tidak % 86,6 86,6 n 26 26 % 13,3 13,3 n 30 30 f % 100 100

Tabel 4.3 Penggunaan handscoen oleh Petugas Laboratorium dalam melakukan tindakan pengambilan darah vena di Instalasi Patologi Klinik BLUD RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang bulan Juni 2011
Universal Precaution Penggunaan handscoen disposable saat pengambilan darah vena Total Ya n % n Tidak % n f %

17

56,6

13

43,3

30

100

4 4

17

56,6

13

43,3

30

100

Sumber: Data primer Berdasarkan hasil penelitian terhadap 30 petugas laboratorium yang bekerja di Instalasi Patologi Klinik BLUD RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang diketahui bahwa 4 orang (13,3%) petugas laboratorium melakukan kegiatan mencuci tangan sebelum menggunakan handscoen dan 26 orang petugas laboratorium (86,6%) tidak melakukan kegiatan mencuci tangan. Tabel 4.2 Mencuci tangan sesudah menggunakan handscoen oleh Petugas Laboratorium dalam melakukan tindakan pengambilan darah vena di Instalasi Patologi Klinik BLUD RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang bulan Juni 2011
Universal Precaution Mencuci tangan sesudah penggunaan handscoen Total Kegiatan Mencuci tangan Ya n 23 23 % 76,6 76,6 n 7 7 Tidak % 23,3 23,3 n 30 30 % 100 100 f

Sumber: Data primer Berdasarkan hasil penelitian terhadap 30 petugas laboratorium yang bekerja di Instalasi Patologi Klinik BLUD RSUD. Prof. Dr. W.Z. Johannes Kupang diketahui bahwa 17 orang (56,6%) petugas laboratorium menggunakan handscoen disposable dalam tindakan pengambilan darah vena dan 13 orang (43,3%) petugas laboratorium tidak menerapkan penggunaan handscoen disposable. Tabel 4.4 Penggunaan Masker oleh Petugas Laboratorium dalam melakukan tindakan pengambilan darah vena di Instalasi Patologi Klinik BLUD RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang bulan Juni 2011
Universal Precaution Penggunaan masker dalam tindakan pengambilan darah vena Total Ya N % Tidak n % f n %

10

27

90

30

100

10

27

90

30

100

Sumber: Data primer Berdasarkan hasil penelitian terhadap 30 Petugas Laboratorium yang bekerja di Instalasi Patologi Klinik BLUD RSUD. Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang diketahui bahwa 3 orang (10%) petugas laboratorium menggunakan masker dalam tindakan pengambilan darah vena dan petugas laboratorium 27 orang (90%) tidak menggunakan masker.

Sumber: Data primer Berdasarkan hasil penelitian terhadap 30 Petugas Laboratorium yang bekerja di Instalasi Patologi Klinik BLUD RSUD. Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang diketahui bahwa 23 orang (76,6%) petugas laboratorium melakukan kegiatan mencuci tangan sesudah penggunaan handscoen dalam tindakan pengambilan darah vena dan petugas laboratorium 23 orang (76,6%) yang tidak melakukan kegiatan mencuci tangan sesudah penggunaan handscoen.

Jurnal Kesehatan (Health Journal)

60

Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

Tabel 4.5 Penggunaan Jubah Steril oleh Petugas Laboratorium dalam melakukan tindakan pengambilan darah vena di Instalasi Patologi Klinik BLUD RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang bulan Juni 2011
Universal Precaution Penggunaan jubah steril dalam tindakan pengambilan darah vena Total Ya n % Tidak n % Total %

Tabel 4.7 Pengelolaan alat bekas pakai dengan pencucian oleh Petugas Laboratorium dalam melakukan tindakan pengambilan darah vena di Instalasi Patologi Klinik BLUD Rumah Sakit Umum Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang bulan Juni 2011
Universal Precaution Pencucian alat-alat perawatan bekas pakai Total Ya n % n Tidak %

Total %

11

36,6

19

63,3

100

30

100

100

100

11

36,6

19

63,3

100 30 100 0

100 %

Sumber: Data primer Berdasarkan hasil penelitian terhadap 30 Petugas Laboratorium yang bekerja di Instalasi Patologi Klinik BLUD RSUD. Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang diketahui bahwa 11 orang (36,6%) petugas laboratorium menggunakan jubah steril dalam tindakan pengambilan darah vena dan petugas laboratorium 19 orang (63,3%) tidak menggunakan jubah steril. Tabel 4.6 Pengelolaan alat bekas pakai secara dekontaminasi oleh Petugas Laboratorium dalam melakukan tindakan pengambilan darah vena di Instalasi Patologi Klinik BLUD Rumah Sakit Umum Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang bulan Juni 2011
Universal Precaution Dekontaminasi alat-alat perawatan bekas pakai Total Ya n % Tidak n % Total %

100

Sumber: Data primer Berdasarkan hasil penelitian terhadap 30 petugas laboratorium yang bekerja di Instalasi Patologi Klinik BLUD RSUD. Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang diketahui bahwa 30 orang (100%) petugas laboratorium melakukan pencucian alat-alat perawatan bekas pakai. Tabel 4.8 Pengelolaan alat bekas pakai dengan Sterilisasi oleh Petugas Laboratorium dalam melakukan tindakan pengambilan darah vena di Instalasi Patologi Klinik BLUD RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang bulan Juni 2011
Universal Precaution Sterilisasi terhadap alatalat perawatan bekas pakai Total Ya n % Tidak n % Total %

30 30

100 100

0 0

100 100

100 100

30

100

100

100

30

100

Sumber: Data primer


0 100 100

Sumber: Data primer Berdasarkan hasil penelitian terhadap 30 petugas laboratorium yang bekerja di Instalasi Patologi Klinik BLUD RSUD. Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang diketahui bahwa 30 orang (100%) petugas laboratorium melakukan proses dekontaminasi alat-alat perawatan bekas pakai.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 30 petugas laboratorium yang bekerja di Instalasi Patologi Klinik BLUD RSUD. Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang diketahui bahwa 30 orang (100%) petugas laboratorium melakukan sterilisasi alat-alat perawatan bekas pakai.

Jurnal Kesehatan (Health Journal)

61

Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

Tabel 4.9 Pengelolaan alat bekas pakai dengan penyimpanan oleh Petugas Laboratorium dalam melakukan tindakan pengambilan darah vena di Instalasi Patologi Klinik BLUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang bulan Juni 2011
Universal Precaution Penyimpanan alat-alat perawatan setelah sterilisasi Total Ya n % Tidak N % Total %

30

100

100

100

30

100

100

100

Sumber: Data primer Berdasarkan hasil penelitian terhadap 30 petugas laboratorium yang bekerja di laboratorium RSUD. Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang diketahui bahwa 30 orang (100%) petugas laboratorium melakukan penyimpanan terhadap alat-alat perawatan setelah sterilisasi dalam wadah khusus yang steril. Tabel 4.10 Pengelolaan Limbah Klinis Dengan Cara Pemilahan oleh Petugas Laboratorium dalam melakukan tindakan pengambilan darah vena di Instalasi Patologi Klinik BLUD RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang bulan Juni 2011
Universal Precaution Pengelolaan limbah klinis dengan cara pemilahan Total Ya n % Tidak n % Total %

30 30

100 100

0 0

100 100

100 100

Sumber: Data primer Berdasarkan hasil penelitian terhadap 30 petugas laboratorium yang bekerja di Instalasi Patologi Klinik BLUD RSUD. Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang diketahui bahwa 30 orang (100%) petugas laboratorium melakukan pemilahan terhadap limbah baik berupa sampah padat maupun cair dengan menyediakan wadah yang sesuai dengan jenis sampah. Pembahasan Peneliti melakukan kegiatan penelitian sendiri, dimana setiap harinya peneliti melakukan observasi terhadap 3 (tiga) orang petugas laboratorium untuk setiap shift baik di laboratorium Induk maupun di laboratorium IRD, dan akan berlanjut pada petugas lainnya pada shift pagi dan siang berikutnya. Hal ini berlaku untuk ke dua laboratorium sehingga dari 30 petugas
Jurnal Kesehatan (Health Journal)

laboratorium yang ada semuanya dilakukan observasi dan wawancara dalam waktu efektif 30 hari. Dalam kegiatan observasi dan wawancara, peneliti mengawali kegiatan dengan mengidentifikasi prosedur tindakan pengambilan darah vena. Dari hasil identifikasi kegiatan tersebut peneliti melakukan penilaian terhadap petugas laboratorium berdasarkan instrument yang ada. Mencuci tangan sebelum penggunaan handscoen dalam tindakan pengambilan darah vena Hasil penelitian terhadap 30 petugas laboratorium yang bekerja di Instalasi Patologi Klinik BLUD RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang diketahui bahwa 26 orang petugas laboratorium (86,6%) tidak melakukan kegiatan mencuci tangan. Dari hasil wawancara terhadap 30 petugas laboratorium diperoleh penjelasan bahwa tidak semua petugas laboratorium mencuci tangan sebelum penggunaan handscoen dalam melakukan tindakan pengambilan darah vena. Ada dua alasan para petugas laboratorium tidak mencuci tangan sebelum melakukan tindakan pengambilan darah vena pada pasien yaitu : Kelalaian, yaitu para petugas laboratorium tahu tentang pentingnya mencuci tangan namun petugas laboratorium lupa untuk melakukannya. Tidak ada sanksi baik lisan maupun tertulis bilamana para petugas laboratorium tidak menerapkan universal precaution termasuk tidak mencuci tangan sebelum melakukan tindakan pengambilan darah vena. Dari hasil observasi diperoleh gambaran bahwa walaupun telah tersedia sarana untuk mencuci tangan, termasuk protap mencuci tangan namun para petugas laboratorium tidak melakukan kegiatan mencuci tangan. Mencuci tangan merupakan teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan dan pengontrolan infeksi. Tujuan mencuci tangan adalah untuk membuang kotoran dan organisme yang menempel dari tangan dan mengurangi jumlah mikroba total pada saat itu. Cuci tangan harus selalu dilakukan dengan benar sebelum dan sesudah melakukan tindakan walaupun memakai handscoen atau alat pelindung lain untuk menghilangkan atau mengurangi mikroorganisme yang ada di tangan sehingga, penyebaran penyakit dapat dikurangi dan lingkungan terjaga dari infeksi. Cuci tangan dilakukan pada saat sebelum memeriksa (kontak langsung dengan pasien), memakai sarung tangan ketika akan melakukan penyuntikan dan pemasangan infus (Emaliyanda,
62
Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

2007). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ignac F. Semmelweis pada satu bagian di Rumah Sakit Umum Viena menemukan bahwa 600-800 ibu meninggal setiap tahunnya akibat demam setelah persalinan, penyebab demam adalah infeksi yang berasal dari tangan petugas (Depkes, 2003). Hal ini menunjukan bahwa petugas laboratorium yang tidak mencuci tangan berperan dalam penyebaran infeksi di rumah sakit. Mencuci tangan sesudah penggunaan handscoen dalam tindakan pengambilan darah vena Hasil penelitian terhadap 30 Petugas Laboratorium yang bekerja di Instalasi Patologi Klinik BLUD RSUD. Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang diketahui bahwa 7 orang (23,3%) petugas laboratorium tidak melakukan kegiatan mencuci tangan sesudah penggunaan handscoen dalam tindakan pengambilan darah vena dan petugas laboratorium 23 orang (76,6%) yang mencuci tangan. Dari hasil wawancara terhadap 30 petugas laboratorium diperoleh penjelasan bahwa tidak semua petugas laboratorium mencuci tangan sesudah penggunaan handscoen dalam melakukan tindakan pengambilan darah vena. Ada dua alasan para petugas laboratorium tidak mencuci tangan sesudah melakukan tindakan pengambilan darah vena pada pasien yaitu : Kesibukan kerja yang tinggi Para petugas laboratorium menjelaskan bahwa bila mencuci tangan untuk setiap tindakan, membutuhkan waktu yang lama, sedangkan para petugas laboratorium menginginkan agar tindakan yang mereka lakukan dapat selasai dengan cepat dan tepat waktu. Kelalaian Petugas laboratorium tahu bahwa setelah kontak fisik atau cairan tubuh pasien, harus dilakukan cuci tangan oleh karena kemungkinan telah terjadi penempelan mikroorganisme pada kulit, namun para petugas laboratorium lupa untuk melakukannya. Sebagian petugas laboratorium selalu mencuci tangan setelah selesai melakukan tindakan pengambilan darah vena pada pasien mengingat kasus HIV tindakan pengambilan darah vena dan AIDS yang terjadi saat ini di wilayah Kupang dan sekitarnya. Dari hasil observasi diperoleh gambaran bahwa setelah selesai melakukan tindakan pengambilan darah vena, sebagian besar petugas laboratorium tidak langsung mencuci tangan, tetapi langsung kontak dengan pasien berikutnya.
Jurnal Kesehatan (Health Journal) 63

Menurut hasil survey di RSPI Sulianti Suroso menjelaskan, meski sarana dan prasarana serta standar operasional prosedur telah tersedia, petugas tidak mencuci tangan setelah melakukan tindakan (Rahmawati, 2008) Setelah melakukan tindakan perawatan pasien kemungkinan telah terjadi pencemaran misalnya setelah memeriksa pasien, setelah memegang alat-alat bekas pakai, menyentuh selaput mukosa, darah dan cairan tubuh lainnya, setelah dari toilet, dan setelah bersin atau batuk, oleh karena itu harus segera dilakukan cuci tangan (Emaliyanda, 2007). Hal ini menunjukan bahwa petugas laboratorium yang tidak mencuci tangan berperan dalam penyebaran infeksi di rumah sakit. Penggunaan Universal Precaution Handscoen Hasil penelitian terhadap 30 petugas laboratorium yang bekerja di Instalasi Patologi Klinik BLUD RSUD. Prof. Dr. W.Z. Johannes Kupang diketahui bahwa 17 orang (56,6%) petugas laboratorium menggunakan handscoen disposable dalam tindakan pengambilan darah vena dan 13 orang (43,3%) petugas laboratorium tidak menerapkan penggunaan handscoen disposible. Handscoen harus selalu digunakan pada saat melakukan tindakan yang kontak atau diperkirakan akanterjadi kontak dengan darah, cairan tubuh, secret, kulit yang tidak utuh, selaput lender pasien dan benda terkontaminasi (Emaliyanda, 2007). Handscoen harus diganti pemakaian setiap melakukan kontak dengan satu pasien ke pasien lainnya untuk mencegah pencemaran/penularan silang (Rohani dan Setio, 2010). Penggunaan handscoen bertujuan untuk melindungi tangan dari kontak dengan darah. handscoen bersih adalah handscoen yang didesinfeksi tingkat tinggi dan digunakan sebelum tindakan rutin pada kulit dan selaput lendir. Misalnya tindakan medis pemeriksaaan dalam, merawat luka terbuka (Tiedjen, 2004). Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar petugas laboratorium berisiko terjadi kejadian kontak dengan darah, cairan tubuh lainnya dan benda yang terkontaminasi, sehingga berisiko pula untuk terjadi infeksi nasokomial seperti HIV, AIDS, dan Hepatitis baik terhadap petugas maupun pasien. Masker Hasil penelitian terhadap 30 Petugas Laboratorium yang bekerja di Instalasi Patologi Klinik BLUD RSUD. Prof. Dr. W. Z. Johannes
Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

Kupang diketahui bahwa 3 orang (10%) petugas laboratorium menggunakan masker dalam tindakan pengambilan darah vena dan petugas laboratorium 27 orang (90%) tidak menggunakan masker. Dari hasil wawancara terhadap 30 orang petugas laboratorium diperoleh penjelasan bahwa : Kesibukan kerja yang tinggi, para petugas laboratorium menjelaskan bahwa bila mencuci tangan untuk setiap tindakan, membutuhkan waktu yang lama, sedangkan para petugas laboratorium menginginkan agar tindakan yang mereka lakukan dapat selasai dengan cepat dan tepat waktu. Sebagian besar petugas laboratorium tidak menggunakan handscoen disposable pada semua pasien, terkecuali pada pasien dengan kasus HIV dan AIDS (kode B 20), karena para petugas laboratorium beranggapan bahwa panyakit paling berbahaya adalah HIV dan AIDS. Dari hasil observasi diperoleh gambaran bahwa walaupun ada persediaan handscoen namun dalam tindakan pengambilan darah pada pasien sebagian besar petugas laboratorium tidak menggunakan handscoen disposable. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Yusran di Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Muluk Bandar Lampung, dijelaskan bahwa telah terjadi kontak darah pasien terhadap perawat akibat tidak menggunakan handscoen sebanyak 124 kasus (64,9%) periode 6 (enam) bulan. Dari hasil wawancara terhadap 30 petugas laboratorium diperoleh penjelasan bahwa : Alasan Petugas laboratorium tidak memakai masker adalah karena merasa tidak nyaman dengan pernapasan Kelalaian, dimana petugas laboratorium tahu akan fungsi masker tapi lupa karena kesibukan yang tinggi. Tidak ada sanksi atau teguran baik secara lisan maupun tertulis terhadap petugas laboratorium yang tidak menerapkan universal precaution khususnya tentang pemakaian masker. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Yusran di Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Muluk Bandar Lampung, dijelaskan untuk penggunaan alat pelindung diri (APD) seperti pelindung wajah (masker) masih rendah. Masker harus cukup besar untuk menutupi hidung, muka bagian bawah, rahang, dan semua rambut muka, masker dipakai untuk menahan cipratan yang keluar sewaktu petugas kesehatan atau petugas bedah bicara, batuk, atau bersin dan juga untuk mencegah cipratan darah atau cairan
Jurnal Kesehatan (Health Journal)

tubuh yang terkontaminasi masuk kedalam hidung atau mulut petugas kesehatan (Tiedjen, 2004) Hal ini menunjukan bahwa seluruh petugas laboratorium atau pasien beresiko terhadap kejadian infeksi silang baik dari petugas laboratorium kepada pasien atau dari pasien ke petugas laboratorium melalui batuk atau bersin sehingga rentan untuk terjadi infeksi saluran pernapasan dan tuberculosis. Jubah steril Hasil penelitian terhadap 30 Petugas Laboratorium yang bekerja di Instalasi Patologi Klinik BLUD RSUD. Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang diketahui bahwa 11 orang (36,6%) petugas laboratorium menggunakan jubah steril dalam tindakan pengambilan darah vena dan petugas laboratorium 19 orang (63,3%) tidak menggunakan jubah steril. Jubah pelindung (pakaian khusus) sebagai cara untuk menutupi daerah tidak steril tanpa mengkontaminasi bagian luar dari jubah. Tujuan pemakaian jubah steril adalah meminimalisasi risiko infeksi (Kusyati, 2006). Hal ini menunjukan bahwa seluruh petugas laboratorium atau pasien beresiko terhadap kejadian infeksi baik dari petugas dari pasien ke petugas laboratorium. Pengolahan alat kesehatan bekas pakai Dekontaminasi Hasil penelitian terhadap 30 petugas laboratorium yang bekerja di Instalasi Patologi Klinik BLUD RSUD. Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang diketahui bahwa 30 orang (100%) petugas laboratorium melakukan proses dekontaminasi alat-alat perawatan bekas pakai. Dari hasil wawancara terhadap 30 petugas laboratorium diperoleh penjelasan bahwa para petugas laboratorium melakukan dekontaminasi setelah selesai tindakan pengambilan darah vena. Dari hasil observasi diperoleh gambaran bahwa petugas laboratorium melakukan dekontaminasi dengan segera setelah selesai melakukan tindakan pada ruang pencucian. Dekontaminasi adalah menghilangkan mikroorganisme pathogen dan kotoran dari suatu benda sehingga aman untuk pengelolaan selanjutnya. Cara dekontaminasi yang lazim dilakukan adalah dengan merendam alat kesehatan dalam larutan desinfectan, misalnya klorin 0,5%, selama 10 menit (Depkes RI, 2003). Hal ini menunjukan bahwa alat-alat yang didekontaminasi tidak menjadi tempat berkembangnya mikroorganisme penyebaran infeksi.

64

Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

Pencucian Hasil penelitian terhadap 30 petugas laboratorium yang bekerja di Instalasi Patologi Klinik BLUD RSUD. Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang diketahui bahwa 30 orang (100%) petugas laboratorium melakukan pencucian alatalat perawatan bekas pakai. Dari hasil wawancara terhadap 30 petugas laboratorium diperoleh penjelasan bahwa para petugas laboratorium melakukan pencucian setelah selesai tindakan pengambilan darah vena selalu menggunakan handscoen rumah tangga. Setelah pencucian dilanjutkan dengan pengeringan Pencucian dilakukan untuk menghilangkan kotoran yang kasat mata dengan cara mencuci dengan air, sabun/deterjen, dan sikat (Depkes RI, 2003). Hal ini menunjukan bahwa alat-alat yang didekontaminasi tidak menjadi tempat berkembangnya mikroorganisme penyebaran infeksi. Sterilisasi Hasil penelitian terhadap 30 petugas laboratorium yang bekerja di Instalasi Patologi Klinik BLUD RSUD. Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang diketahui bahwa 30 orang (100%) petugas laboratorium melakukan sterilisasi alatalat perawatan bekas pakai. Dari hasil wawancara terhadap 30 petugas laboratorium diperoleh penjelasan bahwa para petugas laboratorium melakukan pencucian akan dilanjutkan dengan sterilisasi setelah selesai tindakan yang digunakan adalah secara fisik melalui pemanasan kering. Dari hasil l observasi diperoleh gambaran bahwa sebelum selesai shift petugas laboratorium selalu melakukan sterilisasi terhadap alat-alat perawatan yang dipakai. Sterilisasi yaitu proses menghilangkan seluruh mikroorganisme termasuk endosporanya dari alat kesehatan. Cara sterilisasi yang sering dilakukan adalah dengan uap panas bertekanan, pemanasan kering, gas etilin oksida, dan zat kimia cair. Dengan kata lain, penggolongan cara sterilisasi juga dapat dikategorikan cara fisik seperti pemansan, radiasi, filtrasi, dan cara kimiawi dengan menggunakan zat kimia (Depkes RI, 2003). Hal ini menunjukan bahwa alat-alat yang disterilisasi tidak menjadi tempat berkembangnya mikroorganisme penyebaran infeksi. Penyimpanan Hasil penelitian terhadap 30 petugas laboratorium yang bekerja di Instalasi Patologi Klinik BLUD RSUD. Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang diketahui bahwa 30 orang (100%)
Jurnal Kesehatan (Health Journal) 65

petugas laboratorium melakukan penyimpanan tehadap alat-alat perawatan setelah sterilisasi dalam wadah khusus yang steril. Dari hasil wawancara terhadap 30 petugas laboratorium diperoleh penjelasan bahwa setelah sterilisasi, alat -alat perawatan pasien langsung disimpan dalam wadah khusus yang steril, bilaman alat-alat tersebut dibutuhkan untuk perawatan pasien, maka harus diambil menggunakan handscoen yang steril bila ada atau menggunakan nalvoeder. Hal ini mencegah terjadinya transmisi mikroorganisme terhadap alat-alat tersebut. Dari hasil observasi diperoleh gambaran bahwa alat-alat perawatan setelah disterilisasikan disimpan dalam wadah khusus berupa baki atau tromol yang terbuat dari logam dan disimpan dalam lemari kaca. Penyimpanan yang baik sama pentingnya dengan proses sterilisasi atau desinfeksi itu sendiri. Penyimpanan alat dalam wadah yang steril dan tertutup apabila yakin tetap steril paling lama satu minggu, tetapi kalau ragu-ragu harus disterilkan kembali. Ruang tempat penyimpanan peralatan harus selalu dalam keadaan bersih, lemari, dinding, dan lantai harus bebas debu, oleh karena itu harus dibersihkan setiap hari dengan penyedot debu (Depkes RI, 2003). Hal ini menunjukan bahwa alat-alat perawatan tersebut tidak mudah terkontaminasi petugas laboratorium melakukan penyimpanan terhadap alat-alat perawatan setelah sterilisasi dalam wadah khusus yang steril. Pengelolaan limbah Hasil penelitian terhadap 30 petugas laboratorium yang bekerja di Instalasi Patologi Klinik BLUD RSUD. Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang diketahui bahwa 30 orang (100%) petugas laboratorium melakukan pemilahan terhadap limbah baik berupa sampah padat maupun cair dengan menyediakan wadah yang sesuai dengan jenis sampah. Dari hasil wawancara diperoleh penjelasan bahwa di ruang tindakan pengambilan darah pasien telah disediakan wadah penampungan limbah baik kering maupun basah. Setiap wadah tidak di beri label khusus namun untuk membedakan jenis wadah yang berbeda warna. Misalnya warna hitam untuk jenis limbah padat seperti plastik, kasa atau perban dan bekas pengambilan darah dimasukan ke dalam wadah yang terbuat dari bahan plastik yang kuat dan memiliki penutup. Dari proses pengangkutan limbah dari ruang laboratorium ketempat pembuangan sementara, dilakukan oleh cleaning service, limbah cair hasil pencucian alat-alat bekas dalam
Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

tindakan pengambilan darah vena dialirkan kedalam lubang pembuangan. Dari hasil observasi diperoleh gambaran bahwa dalam ruang tindakan pengambilan darah vena memiliki tempat pembuangan sampah sementara untuk masing-masing jenis sampah. Wadah penampungan terbuat dari plastik, memiliki penutup dan tahan bocor. Limbah dari laboratorium (darah, urine, dahak, biakan mikroorganisme, dan lain-lain) dianggap tercemar. Pembuangan limbah/ pengelolaan limbah yang benar dimulai dari pemilahan limbah ditempat yang menjadi sumber/ limbah tersebut dihasilkan. Semua petugas harus mengerti dan pernah dilatih tentang bagaimana penanganan limbah yang benar (Rohani & Setio, 2010). Hal ini menunjukan bahwa petugas laboratorium yang menangani limbah tidak ada kemungkinan terinfeksi. Kesimpulan dan saran Kesimpulan Dari 30 petugas laboratorium yang bekerja di Instalasi Patologi Klinik BLUD RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang diketahui bahwa 26 orang (86,6%) petugas laboratorium tidak melakukan kegiatan mencuci tangan sebelum penggunaan handscoen. 23 orang (76,6%) tidak melakukan kegiatan mencuci tangan sesudah penggunaan handscoen. 17 orang (56,6%) petugas laboratorium menggunakan handscoen disposable dalam tindakan pengambilan darah vena dan 13 orang (43,3%) petugas laboratorium tidak menerapkan penggunaan handscoen disposable. Petugas laboratorium 27 orang (90%) tidak menggunakan masker. 19 orang (63,3%) tidak menggunakan jubah steril dan 30 orang (100%) petugas laboratorium melakukan pengelolaan alat kesehatan. Dengan demikian petugas laboratorium sangat berisiko terjadi infeksi nasokomial. Saran Bagi Instalasi Patologi Klinik BLUD Rumah Sakit Umum Daerah. Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang Menerapkan sistem universal precaution yang memadai demi mencegah terjadi resiko infeksi nasokomial melalui pengadaan alat pelindung termasuk standar operasional prosedur bagi petugas laboratorium sebagai pelaksana tindakan pengambilan darah vena. Peningkatan pengetahuan melalui pelatihan tentang universal precaution bagi tenaga kesehatan khususnya
Jurnal Kesehatan (Health Journal)

petugas laboratorium. Perlu adanya penambahan tenaga guna meningkatkan pelayanan yang optimal. Bagi peneliti selanjutnya Penulis sangat berharap peneliti lain untuk dapat melakukan penelitian yang serupa yang bertujuan memberikan bahan informasi yang penting demi peningkatan kewaspadaan universal di rumah sakit Daftar Pustaka Basford and Slevin, 2006. Teori dan Praktik Keperawatan, Jakarta : EGC Depkes RI (2005). Rencana Kerja Jangka Menengah 2005-2009 Peningkatan Perawatan, Dukungan dan Pengobatan untuk ODHA dan Pencegahan HIV/AIDS di Indonesia, Jakarta Darmadi, 2008. Infeksi Nasokomial Problematika dan Pengendaliannya, Jakarta: Salemba Medika Emaliyanda, 2007. Tindakan kewaspadaan Universal Sebagai Upaya Untuk Mengurangi Risiko penyebaran infeksi, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran, Bandung. Endjang, 2006. Mikrobiologi dan Parasitologi, Bandung : Citra Adithya Bakti Jurnal Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja. 2010. Universitas Nusa Cendana, NTT. Kusyati, 2006. Keterampilan dan Prosedur Laboratorium, Jakarta: EGC Notoatmojo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: PT. Rineka cipta Nursalam dan Ninuk, 2007. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi. Jakarta: Salemba Medika. Nursalam, 2009. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika Rohani dan Setio, 2010. Panduan Praktik Keperawatan, Yogjakarta: PT. Cipta Aji Parama Saryono, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jogjakarta: Mitra Cendikia Press Tietjen, 2004. Panduan Pencegahan Infeksi untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Wahjono, 2007. Peran Mikrobiologi Klinik Pada penyakit infeksi, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
66
Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

THE PICTURE OF SELF CONCEPT POSTPARTUMS MOTHER AT PUSKESMAS BAKUNASE KUPANG CITY Belandina Nggadas*
ABSTRACT The picture of self concept constitutes all type collect thoughts, confidence and trust that makes someone to know about her and regards relationship with other people. Design observationaling to constitute research framework that will be done to variable. Observational type that is utilized in this research is observational descriptive with population all postpartum's mother that is nursed on cares ministering unit at Puskesmas Bakunase Kupang City that total 47 person (Year November period 2012). By use of Totaled Sampling. Result research that took by total sample as much 47 respondents about pictures self mother postpartum. Base research points out that reponden has age 20 - 25 years 100%. Meanwhile old respondent< 20 years 0%, and age> 35 years 0% constitute reproduction age for someone for can motivate self get concept picture self as much as possible, therefore in understands a period will a lot easier and get to add concept picture self. More and more age or getting someone old therefore will have chance and more time so long in get information and science about concept picture self, but on observational result at Puskesmas Bakunase aged mussel City that younger its science reducing. Seeing this observational result therefore needs to mark sense attention of health officer to give support and health education about concept picture self mother postpartum. Key word : Self concept

Latar Belakang Masa nifas merupakan hal penting untuk diperhatikan guna menurunkan angka kematian ibu dan bayi di Indonesia. Dari berbagai pengalaman dalam menaggulangi kematian ibu dan bayi di banyak negara, para pakar kesehatan menganjurkan upaya pertolongan difokuskan pada periode intrapartum. Upaya ini terbukti telah menyelamatkan lebih dari separuh ibu bersalin dan bayi baru lahir yang di sertai dengan penyulit proses persalinan atau komplikasi yang mengancam keselamatan jiwa. Namun tidak semua intervensi yang sesuai bagi suatu negara dapat dengan dijalankan dan memberi dampak menguntungkan bila diterapkan di negara lain.

Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu. Asuhan kebidanan masa nifas adalah penatalaksanaan asuhan yang diberikan pada pasien mulai dari saat setelah lahirnya bayi sampai dengan kembalinya tubuh dalam keadaan seperti sebelum hamil atau mendekati
keadaan sebelum hamil. Periode masa nifas (puerperium) adalah periode waktu selama 6-8 minggu setelah persalinan, proses ini di mulai
* Pengajar STIKes Maranatha Kupang

setelah selesainya persalinan dan berakhir setelah alat-alat reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil/tidak hamil sebagai akibat dari adanya perubahan fisiologi dan psikologi karena proses persalinan (Saleha, 2009). Masa nifas merupakan masa yang paling rawan bagi ibu, karena sekitar 60% kematian ibu terjadi setelah melahirkan dan 40% kematian masa nifas terjadi 24 jam pertama setelah persalinan. Di antaranya disebabkan oleh adanya komplikasi masa nifas, selama ini pendarahan pasca persalinan merupakan penyebab kematian ibu, selain itu sering terjadi infeksi nifas, pendarahan masa nifas, saluran kemih dan patologi menyusui (Saleha, 2009). Masa nifas atau puerperium di mulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (40 hari) setelah itu, pelayanan pasca persalinan harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi, serta penyediaan pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu. Periode pascapersalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi, dan keluarganya secara fisiologis, emosional dan social, baik di negara maju maupun di negara berkembang, perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu banyak tertuju pada masa kehamilan dan persaliana, sementara keadaan yang sebenarnya justru
67
Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

Jurnal Kesehatan (Health Journal)

merupakan kebalikannya, oleh karena resiko kesakitan dan kematian ibu serta bayi lebih sering terjadi pada masa pascapersalianan. Keadaan ini terutama disebabkan oleh konsekuensi ekonomi, disamping ketidak tersediaan pelayanan atau rendahnya peranan fasilitas kesehatan dalam menyediakan pelayanan kesehatan yang cukup berkualitas. Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan juga menyebabkan rendahnya keberhasilan promosi kesehatan dan deteksi dini serta penatalaksanaan yang adekuat terhadap masalah dan penyakit yang timbul pada masa pasca persalinan. Masa pasca persalinan adalah fase khusus dalam kehidupan ibu serta bayi, bagi ibu yang mengalami persalianan untuk pertama kalinya, ibu menyadari terjadinya perubahan kehidupan yang sangat bermakna selama hidupnya. Keadaan ini ditandai dengan perubahan emosional, perubahan fisik secara dramatis, hubungan keluarga dan aturan serta penyesuaian terhadap aturan yang baru. Termasuk didalamnya perubahan dari seorang perempuan menjadi seorang ibu di samping masa pascapersalinan mungkin menjadi masa perubahan dan penyesuaian sosial atau pun perseorangan (individual). Perdarahan pascapersalinan merupakan penyebab utama dari 150.000 kematian ibu setiap tahun di dunia dan hampir 4-5 kematian karena perdarahan pascapersalinan terjadi dalam waktu 4 jam setelah persalinan. Salah satu penyebab terpenting terjadinya kematian ibu didunia, yang melibatkan 150.000 kematian dalam satu tahun, terutama terjadi dinegara berkembang. Sebagian besar dari kematia ibu (88%) terjadi dalam waktu 4 jam setelah persalinan. (Prawirohardja, 2009). Secara umum sebagian besar wanita mengalami gangguan emosional setelah melahirkan (Regina dkk, 2001). Bentuk gangguan postpartum yang umumnya adalah depresi, mudah marah dan terutama mudah frustasi, serta emosional. Gangguan mood selama periode postpartum merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi pada wanita, baik primipara maupun multipara. Menurut DSMIV, gangguan pascasalin diklasifikasikan dalam gangguan mood dan onsetgejalanya adalah dalam 4 minggu pascapersalinan. Sebagian perempuan menganggap bahwa masa-masa setelah melahirkan adalah masa-masa sulit yang akan menyebabkan mereka mengalami tekanan secara emosional. Gangguan-gangguan psikologis yang muncul akan mengurangi kebahagian yang dirasakan, dan sedikit banyak mempengaruhi hubungan anak dan ibu dikemudian hari,
Jurnal Kesehatan (Health Journal)

khususnya pengaruh penerimaan (respon) ibu terhadap bayi baru lahir. Pada saat proses pelahiran selesai, proses yang baru dimulai sama pentingnya untuk masa depan keluarga. Sebagian awalan, ketika ibu mulai merasa bisa terbuka terhadap bayi baru lahir dan bayi berada dalam periode reaktivitas pertamanya, hal ini merupakan pengalaman baru yang paling berharga untuk bonding. Klaus dan kanel menekankan pentingnya periode sensitive setelah proses kelahiran. Gagasan mengenai periode sensitive dapat dilihat pada perilaku awal orang tua yang menemui bayi baru lahir mereka, ketika tiba-tiba atau dengan lembut orang tua mengeksplorasi tubuh bayi baru lahir, mengubah intonasi dan ritme suara mereka menjadi lembut, serta mengambil posisi muka dengan muka yang berhadapan dengan anak mereka. Delapan puluh lima persen wanita mengalami gangguan mood atau suasan hati setelah melahirkan yang dapat mempengaruhi banyak hal, terutama respons atau penerimaan terhadap bayi baru lahir. Sebagian besar dari mereka mengalami apa yang disebut dengan baby blues, sedangkan kurang lebih 10-15% mengalami depresi pascapersalinan atau yang kenal dengan istilah postpartum depression. Baby blues atau postpartum blues adalah suatu gangguan psikologis sementara yang ditandai dengan memuncaknya emosi pada minggu pertama setelah melahirkan. Suasana hati yang paling utama adalah kebahagian, namun emosi penderita menjadi labil. Gejala yang dapat muncul yaitu insomnia, sering menangis, depresi, cemas, konsentrasi menurun, dan mudah marah. Meningkatnya sensitivitas pada periode pasca persalinan membutuhkan banyak sekali penyesuaian dan pembiasaan diri. Oleh karena itu, ibu harus cepat pulih kembali dari perasaan tersebut, ibu harus belajar bagaimana merawat bayi, dan ibu perlu belajar merasa puas atau bahagia terhadap dirinya sendiri sebagai seseorang ibu, karena bayi yang dilahirkannya amat membutuhkan belaian dan kasih sayang seorang ibu. Kurangnya pengalaman atau kurangnya rasa percaya diri dengan bayi yang lahir atau waktu dan tuntutan yang ekstensif akan menigkatkan sensitivitas ibu (Santrock, 2002). Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh wanita dalam menghadapi aktivitas dan peran barunya sebagai ibu pada minggu-minggu atau bulanbulan pertama setelah melahirkan, tetapi sebagian lainnya tidak berhasil menyesuiakan diri dan mengalami gangguan-gangguan psikologis dengan berbagai gejala atau sindrom yang oleh para peneliti dan klinis disebut postpartum blues.
68
Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

Berdasarkan buku Biological Bases Of Human Sosial Behaviour (1974), Robert A Hinde, menyatakan bahwa hubungan ibu dan bayi yang baru lahir sebenarnya merupakan hubungan yang paling menguntungkan. Seorang ibu tidak hanya dibutuhkan oleh bayi, tetapi juga sangat memerlukan kehadiran bayinya. Kebutuhan itu berupa kebutuhan fisiologis untuk mengembalikan kondisi fisiknya setelah mengalami kehamilan dan kebutuhan psikologis kebutuhan maternalitas yang sangat tinggi setelah melahirkan. Hinde menyatakan, hal tersebut berdasarkan penelitiannya mengenai perilaku interaksi induk dengan bayi dari berbagai macam binatang sampai manusia, penelitiannya menunjukkan bahwa semakin baik perawatan yang diterima induk atau ibu selama kehamilan, akan semakin baik pula perlakuan induk tersebut kepada bayinya apabila selama kehamilan induk mengalami depresi dan kesepian sangat mendalam (Saleha, 2009). Berdasarkan data yang di peroleh dari puskesmas Bakunase Kota Kupang pada bulan September- Oktober -2012, atau dua bulan terakhir ini yaitu jumlah ibu primi para adalah 36 pasien dan multi para 25 pasien. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang Bagaimanakah Gambaran Konsep Diri Ibu Postpartum. Konsep diri belum ada waktu lahir, kemudian berkembang secara bertahap sejak lahir seperti mulai mengenal dan membedakan dirinya dengan orang lain. Dalam melakukan kegiatannya memiliki batasan diri yang terpisah dari lingkungan dan berkembang melalui kegiatan eksplorasi lingkungan melalui bahasa, pengalaman budaya dan hubungan interpersonal, kemampuan pada area tertentu yang dinilai oleh diri sendiri atau masyarakat serta aktualisasi diri dengan merealisasikan potensi yang nyata. Tujuan Penelitian untuk mengidentifikasi gambaran konsep diri ibu post partum di Puskesmas. Bahan Dan Cara Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Metode yang digunakan adalah survey terhadap gambaran konsep diri ibu postpartum di Puskesmas Bakunase Kota Kupang. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu postpartum yang berkunjung ke Puskesmas Bakunase Kota Kupang yaitu sebanyak 61 orang. Sedangkan sampel dalam penelitian adalah semua ibu postpartum yaitu 47 pasien. Untuk menyeleksi sampel atau sampling dalam penelitian ini menggunakan
Jurnal Kesehatan (Health Journal) 69

pendekatan non random sampling yaitu purposive sampling artinya mengumpulkan sampel sesuai dengan keinginan peneliti. Variabel penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu gambaran konsep diri ibu postpartum di Puskesmas Bakunase Kota Kupang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner berupa pernyataan tertutup sebanyak 20 pernyataan dimana body image 4 pernyataan, ideal diri 4 pernyataan, harga diri 4 pernyataan, peran diri 4 pernyataan, identitas diri 4 pernyataan.
Hasil dan Pembahasan Hasil

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Ibu Postpartum berdasarkan Umur di Puskesmas Bakunase Kota Kupang November 2012
No 1 2 3 Umur <20 tahun 20-35 tahun >35 tahun Jumlah Sumber: Data Primer F 0 47 0 47 Presentasi (%) 0 100 0 100

Dari data diatas dapat dijelaskan bahwa dari 47 responden sebagian besar berumur 20-35 tahun 47 orang(100%). Tabel 2 Distribusi Responden Ibu Postpartum berdasarkan Pendidikan di Puskesmas Bakunase Kota Kupang November 2012
No 1 2 3 Pendidikan SD SMP SMA Jumlah Sumber: Data Primer F 5 19 23 47 Persentasi (%) 10.63 40.42 48.93 100

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa dari 47 responden sebagian besar berpendidikan SMA 23 orang ( 48.93%), sebagian kecil 5 orang (10.63%) berpendidikan SMP dan 19 orang (40.42%).

Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

Tabel 3 Distribusi responden Ibu Postpartum berdasarkan Pekerjaan di Puskesmas Bakunase Kota Kupang November 2012
N o 1 2 Pekerjaan IRT Swasta Jumlah Sumber: Data Primer F 40 7 47 Presentasi (%) 85.10 14.8 100

Tabel 6 Distribusi frekuensi berdasarkan Harga Diri Ibu Postpartum di Puskesmas Bakunase Kota Kupang November 2012 Harga Diri Tinggi Sedang Rendah Jumlah Sumber: Data Primer F 45 0 2 47 Presentasi (%) 95.74 0 4.25 100

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa dari 47 responden sebagian besar 40 orang berpekerjaan IRT (85.10 %), dan sebagian kecil 7 orang berpekerjaan swasta (14.8%). Tabel 4 Distribusi responden Ibu Postpartum berdasarkan Postpartum Hari ke di puskesmas Bakunase Kota Kupang November 2012
No 1 2 3 Postpartum Hari ke < 7 hari 7-14 hari >14 hari Jumlah Sumber: Data Primer F 16 27 4 47 Presentasi (%) 30.04 57.44 8.51 100

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa Harga Diri Ibu postpartum yang menerima dirinya tanpa syarat adalah harga diri tinggi 45orang (100%) dan sebagian rendah 2 orang (4.25%). Tabel 7 Distribusi frekuensi berdasarkan Peran Diri Ibu Postpartum di Puskesmas Bakunase Kota Kupang November 2012
Peran Diri Tinggi Sedang Rendah Jumlah Sumber: Data Primer F 47 0 0 47 Presentasi % 100 0 0 100

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa dari 47 responden sebagian besar 27 postpartum hari ke 7-14 hari (57.44 %),sebagian kecil < 7 hari 16 orang (30.04%) dan > 14 hari 4 orang (8.51%). Tabel 5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Gambaran Diri Ibu / Body image Postpartum di Puskesmas Bakunase Kota Kupang November 2012
Gambaran Diri Tinggi Sedang Rendah Jumlah Sumber: Data Primer F 47 0 0 47 Presentasi (%) 47% 0% 0% 100%

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa Peran Diri Ibu postpartum tentang harapan, standar perilaku, status, tugas atau peran yang di emban dalam keluarga, kelompok dan masyarakat adalah dengan kategori tinggi 47 orang (100%). Tabel 8 Distribusi frekuensi berdasarkan Identitas Diri Ibu Postpartum di Puskesmas Bakunase Kota Kupang November 2012
Identitas Diri Tinggi Sedang Rendah Jumlah Sumber: Data Primer F 46 0 1 47 Presentasi (%) 97.8 0 2.12 100

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa gambaran diri ibu postpartum yang puas dengan penampilan, area tubuh, kegemukan dan ukuran tubuh dengan kategori tinggi 47 orang (100%).

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa Identitas Diri Ibu postpartum tentang kepribadian yang bertanggung jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, keutuhan, konsistensi dan keunikan individu adalah Identitas Diri dengan kategori tinggi adalah 46 orang (97.8%) dan sebagian rendah 1 orang (2.12%).
70
Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

Jurnal Kesehatan (Health Journal)

Tabel 9 Distribusi frekuensi berdasarkan Ideal Diri Ibu Postpartum di Puskesmas Bakunase Kota Kupang November 2012
Ideal Diri Tinggi Sedang Rendah Jumlah Sumber: Data Primer F 47 0 0 47 Presentasi (%) 100 0 0 100

(4.25%). Konsep diri Harga Diri Ibu Postpartum atau rasa kita tentang nilai diri, rasa ini adalah suatu evaluasi dimana seseorang ibu postpartum membuat atau mempertahankan diri, Harga diri dapat dipahami dengan memikirkan hubungan antara konsep diri ibu postpartum dan ideal diri.. Harga diri yaitu penilaian tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang ibu postpartum sesuai dengan ideal dirinya.

Peran diri ibu postpartum Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa Peran Diri Ibu postpartum tentang harapan, standar perilaku, status, tugas atau peran yang di emban dalam keluarga, kelompok dan masyarakat adalah dengan kategori tinggi 47 orang (100%). Konsep Diri Peran diri Ibu Postpartum adalah bagaimana harapan ibu postpartum Pembahasan terhadap tubuhnya, posisi, status, tugas/peran yang diembannya dalam keluarga, kelompok, Gambaran Diri / body image Ibu Postpartum masyarakat dan bagaimana kemampuan ibu Berdasarkan tabel diatas menunjukan postpartum dalam melaksanakan tugas/peran bahwa gambaran diri ibu postpartum yang puas tersebut. dengan penampilan, area tubuh, kegemukan dan ukuran tubuh dengan kategori tinggi 47 orang Identitas diri ibu postpartum (100%). Berdasarkan tabel diatas menunjukan Konsep diri body image Ibu Postpartum bahwa Identitas Diri Ibu postpartum tentang yaitu kumpulan sikap ibu postpartum yang kepribadian yang bertanggung jawab terhadap disadari terhadap tubuhnya termasuk persepsi kesatuan, kesinambungan, keutuhan, konsistensi masa lalu/sekarang perasaan tentang ukuran, dan keunikan individu adalah Identitas Diri fungsi, penampilan dan potensi dirinya atau dengan kategori tinggi adalah 46 orang (97.8%) bagaimana presepsi ibu postpartum terhadap dan sebagian rendah 1 orang (2.12%) orang. tubuhnya. Konsep Diri Identitas diri Ibu Postpartum yaitu perorganisasian prinsip dari kepribadian ibu Ideal diri ibu postpartum postpartum . yang bertangung jawab terhadap Berdasarkan tabel diatas menunjukan kesatuan, kesinambungan, konsistensi dan bahwa Ideal Diri Ibu postpartum tentang persepsi keunikan ibu postpartum. bagaimana seharusnya berperilaku dalam posisi, Hasil analisis berdasarkan hasil penelitian status tugas/peran dan harapan terhadap yang diambil dengan jumlah sampel sebanyak 47 lingkungan adalah Ideal Diri dengan kategori orang responden tentang gambaran konsep diri ibu tinggi 47 orang (100%). postpartum. Berdasarkan penilitian menunjukan Konsep Diri Ideal diri Ibu Postpartum yaitu bahwa responden memiliki umur 20-25 tahun persepsi ibu postpartum tentang bagaimana 100%. Sedangkan responden yang berumur < 20 seharusnya berperilaku, bagaimana harapan ibu tahun 0%, umur > 35 tahun 0% merupakan usia postpartum terhadap tubuhnya, posisi, status, reproduksi bagi seseorang untuk dapat memotifasi tugas/peran dan harapan ibu postpartum terhadap diri memperoleh gambaran konsep diri yang lingkungan (keluarga, sekolah, tempat kerja, sebanyak-banyaknya. Jadi semakin matang usia lingkungan masyarakat). seseorang maka dalam memahami suatu masalah akan lebih mudah dan dapat menambah gambaran Harga diri ibu postpartum konsep diri. Berdasarkan tabel diatas menunjukan Semakin banyak umur atau semakin tua bahwa Harga Diri Ibu postpartum yang menerima seseorang maka akan mempunyai kesempatan dan dirinya tanpa syarat adalah harga diri tinggi 45 waktu yang lebih lama dalam mendapatkan orang (95.75%) dan sebagian kecil rendah 2 orang informasi dan pengetahuan tentang gambaran Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa Ideal Diri Ibu postpartum tentang persepsi bagaimana seharusnya berperilaku dalam posisi, status tugas/peran dan harapan terhadap lingkungan adalah Ideal Diri dengan kategori tinggi 47 orang (100%).
Jurnal Kesehatan (Health Journal) 71
Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

konsep diri. Tapi pada hasil penilitian di puskesmas umur yang lebih mudah pengetahuannya kurang. Hasil analisis juga dipengaruhi pendidikan responden. Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa 5 responden berpendidikan SD yaitu 10.63% , pendidikan SMP yaitu 19 responden dengan presentasi 40.42% pendidikan SMA yaitu 23 responden dengan presentasi 48.93% . Menurut Nursalam (2002) bahwa makin tinggi pendidikan seseorang maka makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Responden yang berpendidikan tinggi akan mudah menyerap informasi sehingga ilmu pengetahuan yang dimiliki lebih tinggi namun sebaliknya yang berpendidikan rendah akan mengalami hambatan dalam penyerapan informasi sehingga ilmu yang dimiliki juga lebih rendah yang berdampak pada kehidupan. Faktor lain disebabkan karena status pekerjaan responden sebagian besar ibu rumah tangga yaitu 40 responden dengan presentasi 85.10% sehingga responden memiliki waktu yang cukup untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan yang baik. Dengan demikian pemberian informasi mengenai gambaran konsep diri ibu postpartum yang diberikan akan mudah diterima responden sehingga akan semakin termotivasi. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah ditabulasi dan dibahas maka dapat disimpulkan: gambaran diri ibu postpartum yang puas dengan penampilan, area tubuh, kegemukan dan ukuran tubuh dengan kategori tinggi 47 orang (100%). Ideal diri ibu postpartum tentang persepsi bagaimana seharusnya berperilaku dalam posisi, status tugas/peran dan harapan terhadap lingkungan adalah ideal diri dengan kategori tinggi 47 orang (100%). Harga diri ibu postpartum yang menerima dirinya tanpa syarat adalah harga diri tinggi 45 orang (95.75%) dan sebagian kecil rendah 2 orang (4.25%). Peran diri ibu postpartum tentang harapan, standar perilaku, status, tugas atau peran yang di emban dalam keluarga, kelompok dan masyarakat adalah dengan kategori tinggi 47 orang (100%). Identitas Diri Ibu postpartum tentang kepribadian yang bertanggung jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, keutuhan, konsistensi dan keunikan individu adalah Identitas Diri dengan kategori tinggi adalah
Jurnal Kesehatan (Health Journal)

46 orang (97.8%) dan sebagian rendah 1 orang (2.12%) orang. Saran Institusi Pendidikan Penulis menganjurkan agar dapat dijadikan hasil penelitian ini sebagai bahan referensi mahasiswi terhadap pengetahuan yang diperoleh. Puskesmas Agar lebih aktif memberikan penyuluhan kesehatan tentang gambaran konsep diri ibu postpartum di Puskesmas Bakunase Kota Kupang. Bagi responden Diharapkan dengan penelitian ini dapat menambah wawasan dan orang tua (ibu) dalam upaya meningkatkan perilaku gambaran konsep diri ibu postpartum. Daftar Pustaka Saleha, S. 2009 Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Salemba Medika, Jakarta. Prawirohardjo, S. 2009 Ilmu Kebidanan. PT Bina Pustaka, Jakarata. Sujiyatini, dkk, 2010 Asuhan Ibu Nifas Askeb III. Yokyakarta. Azizah dan Lilik. 2011, Keperawatan Jiwa. Graha Ilmu, Yogyakarta. Notoatmodjo, S, 2010 Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta, Jakarta. Saifudin dan Abdul. 2002, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta. Hinde dan Robert 1974, Biological Bases of Human Sosial Behaviour.

72

Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

KLIMAKTERIUM'S MOTHER SCIENCE AGE 45 50 YEARS ABOUT MENOPAUSE AT PUSKESMAS TARUS Virginia Moniz*
ABSTRACT Menopause constitutes forerunner get eventual a part productive life on self a woman. To the effect penelitan this is subject to be know klimakterium's mother science age 45 50 years about menopause. Observational type that is utilized is observational descriptive. This observational population is ibi age mother 45 50 years at Puskesmas Tarus as much 54 person. Observational result a large part respondent has enough science about menopause. Key word : Science, Menopause

Latar Belakang Klimakterium bukan suatu keadaan patologi, melainkan masalah peralihan yang normal, yang berlangsung beberapa tahun sebelum dan beberapa tahun sesudah menopaus.Pada wanita dalam klimakterium terjdi perubahan-perubahan tertentu, yang dapat menimbulkan gangguan-gangguan ringan atau kadang-kadang berat.Perubahan dan gangguan itu sifatnya berbeda-beda menurut waktunya klimakterium. Pada permulaan klimakterium kesuburan menurun, pada masa pramenopaus terjadinya kelainan perdarahan, sedangkan terutama pada masa pramenopaus terdapat gangguan vegetative, psikis, dan organis (Prawirohardjo, 2009). Menopause merupakan pertanda berakhirnya bagian kehidupan yang produktif pada diri seorang wanita (Lestary, 2010). Pada umumnya menopaus terjadinya pada usia sekitar 45-50 tahun (Aqila, 2010). Menurut Hurlock (2002) sebelum memasuki usia lanjut, seorang wanita akan melewati masa usia madya (usia sebelum memasuki masa menopause). Garis batas antara usia madya dan usia lanjut adalah 60 tahun.Usia madya dibagi menjadi dua yakni usia madya dini yang membentang antara usia 40 hingga 50 tahun dan usia madya lanjut yang membentang antara usia 50 hingga 60 tahun. Seorang wanita dalam menghadapi masa menopause akan melewati usia madya. Respon setiap wanita dalam menghadapi masa menopause berbeda-beda. Pada wanita menopause akan mengalami meningkat kecemasannya, dan keluhan yang sering muncul berupa sulit tidur dan sering
* Pengajar STIKes Maranatha Kupang

terbangun di malam hari sehingga mengantuk di siang hari. Wanita menopause juga merasakan Pstress. Hal ini disebabkan takut akibat tidak bisa menjalin hubungan seksual lagi dengan pasangannya, merasa tidak berguna lagi. Sedangkan wanita menopause mengalami depresi yang disebabkan karena wanita yang menopause merasa kehilangan kemampuan untuk memiliki anak dan kehilangan daya tarik. Wanita merasa tertekan karena kehilangan seluruh perannya sebagai wanita dan harus menghadapi masa tuanya (Aqila, 2010). Jika kecemasan, stress dan depresi terus meningkat maka akan menyebabkan penyakit Hipertensi, stroke bahkan bisa

menyebabkan kematian. Menurut WHO

(Word

health

organization) bahwa sindrom menopaus dialami oleh banyak wanita hampir diseluruh dunia, sekitar 70-80% wanita Eropa, 60%di Amerika, 57% di Malaysia, 18% di Cina dan 10% di Jepang dan Indonesia (Urnobasuki, 2004). Perkiraan usia harapan hidup orang Indonesia adalah 75 tahun pada tahun 2025 (Siagian, 2003). Mengkatnya usia harapan hidup wanita Indonesia berdampak pada meningkatnya jumlah wanita usia lanjut (lansia) di Indonesia. Pada tahun 1980 jumlah lansia hanya 7,9 juta orang. Pada tahun 2006 angkanya malejit hingga lebih dua kali lipat menjadi 19 juta orang. Pada tahun 2020 diperkirakan 28,8 juta atau 11% penduduk Indonesia. Usia harapan hidup wanita Indonesia pada tahun 2006 adalah 67 tahun (Hanifa,2008) .Sampai akhir abad ini di Indonesia akan dijumpai sekitar 8-10% lansia dan wanita lebih banyak dibandingkan kaum pria ( Pakasi, 2008). Sedangkan usia harapan hidup di NTT pada tahun 2008 adalah 50 tahun profil Dinas Kesehatan pada tahun 2008. Diharapkan para wanita usia lanjut tersebut tetap dapat mempertahankan kualitas hidupnya (Aqila, 2010).
73
Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

Jurnal Kesehatan (Health Journal)

Hasil survey awal dari 54 wanita menopaus di Puskesmas Tarus menujukan 4 orang mengalami menopaus pada umur 45 tahun, 8 orang pada umur 46 tahun, 8 orang pada umur 47 tahun,7 orang pada umur 48 tahun, 12 orang pada umur 49 tahun, 15 orang pada umur 50 tahun. Wanita menopaus tidak biasa menerima menopaus dengan ciri-ciri sulit tidur, gelisa tanpa alasan sering tersinggung, dan tidak mudah mengendalikan emosi (data statistik di Puskesmas Tarus).Perilaku wanita menopaus dipengruhi oleh oleh faktor pengetahuan.Wanita yang banyak mengalami kekuwatiran berasal dari orang-orang yang berpengetahuan rendah karena kekurangan informasi (Nisea, 2010). Upaya-upaya yang bisa dilakukan wanita dimasa menopause untuk mengurangi berbagai keluhan yang sedang dialaminya adalah dengan meningkatkan cara berfikir positif bahwa terjadinya menopouse merupakan suatu proses alamiah yang harus diterima sebagai alur perjalanan hidup manusia, olahraga, nutrisi yang cukup terutama dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung kedelai, gaya hidup sehat dengan tidak merokok dan minum minuman keras, pemeriksaan kesehatan secara berkala, meningkatkan kehidupan religi, menganjurkan para wanita menopause untuk mengikuti posyandu lansia, seminar dan ceramah tentang menopause (Kasdu, 2002). Para wanita harus mempunyai tingkat pengetahuan yang baik tentang menopause itu sendiri sehingga bisa mempersiapkan diri menghadapi masa ini. Ketika seorang memasuki masa menopause fisik mengalami ketidaknyamanan seperti rasa kaku dan linu yang dapat terjadi secara tiba-tiba di sekujur tubuh, misalnya pada kepala, leher, dan bagian atas. Kadang-kadang rasa kaku dapat ikuti degan rasa panas atau dingin, pening, kelelahan, jengkel, resah, cepat marah dan berdebar-debar. Menopause adalah peristiwa kehidupan yang normal bukan suatu penyakit. Menopause suatu alamiah yang akan dialami oleh setiap wanita yang biasanya terjadi diatas usia 45 tahun dan terjadinya menopause bila siklus menstruasi seorang wanita telah berhenti secara permanen selama 1 bulan.(Liewellyn, 2006) berhentinya menstruasi tersebut akan membawa dampak perubahan sosial, psikologi,(Varney, 2007). Wanita menopaus sudah mengetahui tentang menopaus jika ia sudah mengenal dampak masalah, tanda dan gejalah menopause (Sarwono Prawirohardjo, 2009). Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk mengkaji tentang pengetahuan ibu klimakterium tentang menopaus.Tujuan penelitian ini adalah untuk
Jurnal Kesehatan (Health Journal)

mengidentifikasi pengetahuan ibu klimakterium umur 45-50 tahun tentang menopause. Bahan dan cara Desaian penelitian yang digunakan adalah penelitian dengan rancangan deskriptif. Pendekatan yang digunakan adalah suvey. Populasi penelitian ini adalah Ibu-ibu Klimakterium Umur 45-50 Tahun di Puskesmas Tarus sebanyak 54 orang. (Periode April November 2012). Sampel dalam penelitian iniadalah Ibu klimakterium Umur 45-50 Tahun tentang menopause yang memenuhi kriteria inklusi. Data dikumpulkan dengan menggunakan lembar kuesioner untuk mengetahui pengetahuan tentang menopaus menggunakan closedent coice dengan 10 pertanyaan dengan bobot jawaban benar =2 dan salah =1 dengan 3 pertanyaan mengenai pengertian, 4 pertanyaan menyangkut tanda dan gejala menopaus dan 3 pertanyaan menyangkut cara mengatasi meopause. Hasil dan Pembahasan Hasil Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Di Puskesmas Tarus Bulan November 2012
N o 1 2 3 Umur ( tahun) 45-46 47-48 49-50 Total Jumlah 17 19 18 54 Persentase (%) 31,4 35,1 33,3 100

Sumber :Data Primer Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa dari 54 responden sebagian besar responden berusia 47-48 tahun sebanyak 19 responden (35,1%) Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di Puskesmas Tarus Bulan November 2012
N o 1 3 4 Pendidikan SD dan SMP SMA S1 Total Jumlah 28 18 8 54 Persentase (%) 52 33 15 100

Sumber: Data Primer

74

Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

Berdasarkan tabel 2 menunjukan bahwa dari 54 responden yang berpendidikan dasar (SD dan SMP) 52%. Hal tersebut dapat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan ibu tentang menopause. Tabel 3 Distribusi responden berdasarkan pekerjaan di Puskesmas Tarus Bulan November tahun 2012
N o 1 2 Pekerjaan PNS Tidak Bekerja Total Jumlah 8 46 54 Persentase % 15 85 100

baik sebanyak 44 responden (81,4%), dan sebagian kecil 4 orang (7,4) memiliki pengetahuan kurang tentang pengertian menopause. Tabel 6 Pengetahuan Ibu Klimakterium Umur 4550 Tahun Tentang Tanda dan Gejala Menopause di Puskesmas Tarus Bulan November Tahun 2012
N o 1 2 3 Kategori Baik Cukup Kurang Total Jumlah 10 38 6 54 Persentase (%) 19 70,3 11,1 100

Sumber: Data Primer Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa dari 54 responden yang tidak bekerja 46 orang (85%). Hal tersebut akan berdampak kepada pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Tabel 4 Distribusi Pengetahuan Ibu Klimakterium Umur 45-50 Tahun Tentang Menopause di Puskesmas Tarus Bulan November Tahun 2012
N o 1 2 3 Persentase Kategori Baik Cukup Kurang Total Jumlah 24 26 4 54 (%) 44,4 48,1 7,4 100

Sumber: Data Primer Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan cukup 38 responden (70,3%) tentang tanda dan gejala menopause dan sebagian kecil yaitu 6 orang (11,1) memiliki pengetahuan kurang tentang menopause. Tabel 7 Pengetahuan Ibu Kklimakterium Umur 45 -50 Tahun Tentang Cara Mengatasi Menopause di Puskesmas Tarus Bulan November Tahun 2012
No 1 2 3 Kategori Baik Cukup Kurang Jumlah 17 27 10 Persentase (%) 31,4 50 19

Sumber: Data Primer Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa dari 54 responden terdapat 26 responden (48,1%) memiliki pengetahuan cukup tentang menopause, 24 responden (44,4%) memiliki pengetahuan baik. Hal ini akan berdampak pada tingkat pengetahuan ibu tentang menopause. Tabel 5 Pengetahuan Ibu Klimakterium Umur 4550 Tahun Tentang Pengertian Menopause di Puskesmas Tarus Bulan November Tahun 2012
N o 1 2 3 Kategori Baik Cukup Kurang Total Jumlah 44 6 4 54 Persentase (%) 81,4 11,1 7,4 100

Total

54

100

Sumber: Data Primer Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan cukup 27 responden (50%), 17 responden (31,4%) memiliki pengetahuan baik. Hal ini disebabkan karena kurang terpaparnya informasi dan akan berdampak terhadap psikologi ibu. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian di Puskesmas Tarus Bulan November menunjukan bahwa dari 54 responden sebagian besar responden berusia 47 -48 tahun sebanyak 19 responden, berdasarkan pendidikan menunjukan bahwa sebagian besar responden berpendidikan dasar (SD dan SMP) sebanyak 28 responden hal ini akan berdampak terhadap pengetahuan responden tentang menopause, Tingkat pendidikan SMP dan SD ini merupakan tingkat pendidikan dasar yang belum
75
Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

Sumber: Data Primer Berdasarkan tabel 5 menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki pengertian
Jurnal Kesehatan (Health Journal)

mampu menyerap sebuah informasi dengan sempurna termasuk menganalisanya (Nisea, 2004).Berdasarkan pekerjaan menunjukan sebagian besar responden tidak bekerja sebanyak 46 responden itu akan berdampak terhadap pengetahuan ibu menopaus dan juga di pengaruhi ole faktor lingkungan dan kebudayaan. Banyaknya wanita mengalami kekuawatiran berasal dari orang-orang yang berpengetahuan rendah karena kekurangan informasi (Nisea, 2004). Dampak yang akan terjadi jika pengetahuan ibu klimakteriumumur 45 -50 tahun berada pada kategori cukup yaitu mereka tidak bisa menerima masa menopause sebagai salah satu dari bagian perjalanan kehidupan normal sebagai seorang perempuan.Hal ini sesuai dengan teori bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan hal ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indera yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia dapat diperoleh dari mata dan telinga (Notoadmodjo, 2003). Masa menopaus ini merupakan masa yang semua wanita lewati tetapi karena kurangnya pengetahuan tentang menopaus banyak wanita yang belum mau menerima masa tersebut. Menopause merupakan pertanda berakhirnya bagian kehidupan yang produktif pada diri seorang wanita (Lestary, 2010).Webster s Ninth New Collection mendefenisikan menopause sebagai periode berhentinya haid secara alamiah yang biasanya terjadi antara umur 45-50.Rata-rata sudah banyak responden yang sudah mengetahui tentang menopause baik defenisi maupun usia. Hal ini terjadi karena faktor berhenti haid dan usia dirasakan sendiri oleh responden yang merupakan pengalaman pribadi. Apabila seseorang mengalami sendiri pengalaman maka pengalaman itu akan menetap lebih lama dalam ingatanmemori seseorang (Catharina, 2009). Menurut teori WHO salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri (Notoadmodjo, 2010).Dampak yang terjadi apabila pengetahuan seorang ibu umur 45-50 tahun yang berada pada kategori cukup dan kurang adalah tidak bisa menerima perubahanperubahan fisik yang terjadi pada dirinya sehingga ibu merasa tertekan karena merasa kehilangan kemampuan untuk memiliki anak, daya tarik, merasa diri tidak berguna lagi, takut tidak bisa mejalin hubungan dengan pasangan dan merasa tertekan karena kehilangan seluruh perannya
Jurnal Kesehatan (Health Journal)

sebagai wanita dan harus mengahadapi masa tua (Aqila, 2010). Selain itu tanda dan gejala menopause merupakan suatu pengalaman sendiri tetapi para ibu ini tidak bisa membedakan tanda dan gejala menopause dengan tanda dan gejala penyakit pada umumnya, karena para ibu ini tidak melewati suatu pendidikan khusus tentang kesehatan dan mereka tidak mendapat informasi secara lengkap tentang menopause. Cara-cara yang tepat dalamp mengatasi menopause adalah berpikir positif bahwa menerima menopause sebagai salah satu bagian dari perjalanan hidup seorang wanita, menerapkan pola hidup sehat sejak dini, melakukan olah raga yang teratur, membatasi konsumsi kafein, jangan ragu untuk berkonsultasi ke dokter, melakukan teknik relaksasi untuk mengurangi stres, motivasi ibu untuk sering mengikuti seminar dan ceramah tentang menopause (Aqila, 2010). Dari hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa dari 54 responden terdapat 26 responden memiliki pengetahuan cukup tentang menopause. sedangkan responden memiliki sebanyak 44 responden, yang mengerti tentang tanda dan gejala sebagian besar responden memiliki pengetahuan cukup 38 responden, dan yang mengerti tantang cara mengatasi menopaus sebagian besar responden memiliki pengetahuan cukup 27 responden. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Menopause merupakan satu masa/periode berhentinya haid secara alamiah yang biasa terjadi antara usia 45-50 tahun. Para ibu harus mengetahi pengertian menopaus, tanda dan gejala menopause dan ibu-ibu harus bisa mengetahui cara mengatasi menopause. Berdasarkan hasil penelitian dari 54 responden di Puskesmas Tarus Bulan November 2012 tentang Pengetahuan Ibu Klimakterium Umur 45-50 Tahun Tentang Menopause. Hal ini dapat disimpulkan bahwa sbagian besar ibu memiliki pengetahuan cukup tentang menopause yakni sebanyak 26 responden. Oleh karena itu sangat bedampak pada pengetahuan ibu karena kesibukan ibu dan kurangnya kesadaran responden tentang pentingnya pengetahuan menopause. Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang sudah mengerti tentang defenisi menopause 44 responden. Hal tersebut dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang pengertian menopause sudah baik. Pengetahuan ibu tentang tanda dan gejala menopause menunjukan bahwa
76
Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

sebagian responden memiliki pengetahuan cukup yaitu 38 responden. Hal ini akan mempengaruhi psikologi ibu menjelang menopause. Pengetahuan ibu tentang cara mengatasi menopause menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan cukup 27 responden. Hal ini disebabkan karena kurang terpaparnya informasi dan akan berdampak terhadap psikologi ibu. Saran Bagi Responden Hasil penelitian ini diharapkan meningkatkan pengetahuan pada wanita tentang menopaus, sehingga membantu mempersiapkan diri dalam memasuki masa menopause. Bagi Puskesmas Diharapkan dari pihak puskesmas untuk lebih meningkatkan pemberian informasi kesehatan khususnya ibu-ibu menopause melalui berbagai cara misalnya penyuluhan, pendidikan kesehatan, promosi kesehatan melalui berbagai media informasi. Bagi Bidan Agar lebih sering melakukan penyuluhan kepada ibu-ibu tentang menopause sehingga mereka bisa mengerti bahwa semua wanita akan mengalami masa menopause.

Daftar Pustaka Lestary, Dwi. 2010,Seluk Beluk Menopause. Yogyakarta : Garai Ilmu Cara Mengatasi Menopaus..(http:// menoherbs.org/tag/cara-mengatasimenopause/).12 Oktober 2012 Kasdu, 2002,Pola Hidup Saat Wanita Menopause,www.com.9 Maret2010 Levina Pakasi. S,2000, Masalah dan Penanganan Menopaus.FKUI : Jakarta Nisea, 2004,Tanda dan Gejala Menopause,www.com.3 Oktober 2012 Notoadmodjo, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta : Jogyakarta Nursalam, 2010, Metodologi Riset Keperawatan, Sagung Seto : Jakarta Prawirohardjo Sarwono, 2009, Ilmu Kandungan. PT Bina Pustaka : Jakarta Purwoastuti, Endang, 2008. Menopause, Siapa Takut?. Yogyakarta : Kanisius Riyanto Agus, 2011, Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta Smart Aqila,2010.Bahagia di Usia Menopause. Jakarta :A+Pluss Books Widjnarko Bambang, 2006,Obstetri Ginekologi . Fakultas Kedokteran : Jakarta.

Jurnal Kesehatan (Health Journal)

77

Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

HYPNOBIRTHING'S INFLUENCE TO EMESIS GRAVIDARUM'S DECREASE ON TRIMESTER'S PREGNANT MOTHER I at BPS TWO RISTINI JETIS KARANGPANDAN KARANGANYAR Anak Agung Istri Feni Lestari*

ABSTRACT Background. Mother pregnancy dove will experience uncomfortableness, notably on I trimester mother will experience emesis gravidarum . With hypnobirthing will help pregnancy mother to reach condition of which everlastingly rileks and cool headed, where is effect of this condition of will ascendant on pregnant mother and its environment. That thing will help mother in decreased emesis gravidarum one that be experienced. To the effect. Knowing influence hypnobirthing with to emesis gravidarum on trimester's pregnant mother I at BPS Two Ristini Jetis Karangpandan Karanganyar. Method. This observational type quantitative with quasi's observational design experiment with type Pre is and post's test with control design's test . This observational population is trimester's pregnant mother i. one experiences emesis gravidarum at BPS Two Ristini Karangpandan by totals 48 respondents, with sample 30 respondents. Data collecting method utilizes kuesioner and chekslist. Data analysis utilizes simple logistics regression. Observational result. Of regression quiz result logistics simpling to know influence among hypnobirthing to emesis gravidarum gotten by p=0's result,006 and p=0,0001, point out to mark sense influence that signifikan where assesses smaller probability of of's level significant5% (0,006 <0,05 dan 0,0001<0,05). Conclusion. There is influence which signifikan among hypnobirthing with to emesis gravidarum where if be not been given upbringing hypnobirthing will reduce puke frequency 23,98% and degree bellyfuls as big as 45,11%. Key word: Hypnobirthing , Emesis gravidarum

Latar Belakang Kehamilan merupakan proses yang kompleks. Selama masa kehamilan kadang timbul beberapa keluhan yang mengganggu. Salah satunya adalah mual dan muntah (Tiran, 2007:83). Di Indonesia selama triwulan pertama kehamilan, 3 dari 4 orang wanita akan merasakan mual-mual, dan kurang lebih 2 dari orang akan merasa sangat mual hingga muntah. Kondisi ini sering disebut mual pagi hari, namun pada kenyataannya gangguan perut di awal kehamilan ini dapat juga berlangsung sepanjang hari, yang disebut sebagai mual-muntah selama kehamilan (emesis gravidarum). Emesis gravidarum tersebut terjadi karena perubahan hormon dalam tubuh yang terjadi di awal kehamilan. Perubahan hormon ini akan mempengaruhi perut, selera makan, dan pusat khusus di otak yang memicu rasa muntah. Emesis gravidarum biasanya merupakan tanda bahwa tingkat hormon dalam aliran darah cukup tinggi dan kehamilan berjalan baik (Tiran, 2007: 83-84).
* * Pengajar STIKes Maranatha Kupang

Perasaan mual biasanya dimulai saat janin berusia 5 minggu, mencapai puncak pada minggu ke-11 dan secara khas menurun memasuki minggu ke-15 atau ke-16 . Sebagian kecil ibu hamil merasakannya selama 9 bulan penuh. Namun jarang yang sampai parah. Hanya saja emesis gravidarum membuat wanita hamil sering kali merasa tak nyaman dandikhawatirkan dapat menyebabkan asupan gizi ibu terjadi berkurang. Menurut Manuaba (1999: 233-235) sebagian besar emesis gravidarum saat hamil dapat diatasi dengan berobat jalan, tetapi sebagian kecil wanita hamil tidak dapat mengatasi emesis gravidarum, berlanjut menjadi hiperemesis gravidarum (muntah 10 x/ hari). Hal ini bila tidak dapat diatasi menimbulkan gangguan pada ibu dan janin. Pada ibu akan menyebabkab dehidrasi, gangguan keseimbangan elektolit, dan bila berlanjut menyebabkan kematian. Pada janin menimbulkan gangguan tumbuh kembang janin, maupun kematian. Sejauh ini berbagai hal telah dilakukan untuk mengatasi emesis gravidarum pada awal kehamilan, mulai dari mengkonsumsi obat anti mual dan muntah, cara tradisional, dan mengatur pola makan, serta penggunaan metode psikologi
78
Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

Jurnal Kesehatan (Health Journal)

atau relaksasi kehamilan (hypnobirthing) (Tiran, 2007:85-86). Hypnobirthing akan membantu ibu hamil untuk mencapai kondisi yang senantiasa rileks dan tenang, dimana efek dari kondisi ini akan berpengaruh pada ibu hamil dan lingkungannya. Dengan kondisi rileks, gelombang otak akan menjadi lebih tenang sehingga dapat menerima masukan baru yang kemudian akan menimbulkan reaksi positif pada tubuh.

Dari survai perdahuluan yang dilakukan penulis di BPS Dwi Ristini Jetis Karangpanda terhadap 5 ibu hamil trimester I, 1 orang tidak mengalami emesis gravidarum , sedang 4 diantaranya mengalami emesis gravidarum. Dari 4 orang yang mengalami emesis gravidarum, 2 orang (umur kehamilan 7 dan 9 minggu) yang diberikan asuhan relaksasi hypnobirthing selama 2 minggu saat pemeriksaan ulangmerasa lebih nyaman dan mengalami pengurangan frekuensi muntah dari sekitar 7x /hari menjadi 3x / hari. Sedangkan 2 orang (umur kehamilan 8 dan 9 minggu) yang tidak diberi asuhan relaksasi hypnobirthing frekuensi muntah yang dialami Hasil dan Pembahasan tetap saat datang di kunjungan berikutnya. Hasil Berdasarkan latar belakang masalah Tabel 1Distribusi Frekuensi Umur Ibu Hamil tersebut, penulis tertarik untuk melakukan Trimester I di BPS Dwi Ristini, Jetis penelitian dengan judul "Pengaruh Hypnobirthing Karangpandan Terhadap Penurunan Emesis Gravidarum pada Ibu Hamil Trimester I. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh hypnobirthing dengan terhadap emesis gravidarum pada ibu hamil trimester I di BPS Dwi Ristini Jetis Karangpandan Karanganyar. Bahan Dan Cara
Umur Frequency 2 21 7 30 < 20 tahun 20 - 35 tahun > 35 tahun Total 6.7 70.0 23.3 100.0

kelompok eksperimen di awali dengan penjelasan tentang hypnobirthingdan penurunan emesisi gravidarum, serta pengukuran emesis gravidarum (pre-test), dimana frekuensi muntah dalam 1 hari dikategorikan 1-3x/hari, 4-6x/hari, 7-9x/hari dan derajat mual diukur dengan skala likend 1 sampai 4. Kemudian diberikan latihan hypnobirthing 3 kali dalam seminggu dengan bantuan instruktur hypnobirthing (bidan terlatih). Setelah 6x latihan (2 minggu) dilakukan pengukuran emesis gravidarum (post-test ) dengan katagori yang sama.Untuk kelompok kontrol, diukur emesis gravidarum (pre-test) pada kunjungan partama, dengan katagori frekuensi muntah -3x/hari, 4-6x/ hari, 7-9x/hari dan derajat mual diukur dengan skala likend 1 sampai 4. Kemudian ibu hamil TM I tidak diberikan hypnobirthing dan setelah 2 minggu kemudian emesis gravidarum diukur kembali (post-test) dengan katagori yang sama.Analisis data dilakukan dengan regresi logistik sederhana.

Percent

Sumber: Data sekunder Penelitian ini menggunakan rancangan Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui penelitian quasi eksperimen dengan jenis Pre-test bahwa dari 30 responden yang terbanyak adalah and post-test with control design. Populasi ibu dengan usia 20-35 tahun yaitu sebesar 21 penelitian ini yaitu seluruh ibu hamil TM I yang responden (70,0%). mengalami emesis gravidarumdi BPS Dwi Ristini Karangpandan pada bulan Januari sampai Februari 2008 adalah 48 orang. Sampel penelitian ini yaitu ibu hamil TM I yang mengalami emesis gravidarumdi BPS Dwi Ristini Karangpandan sejumlah 30 orang.Tehnik sampling dalam penelitian ini adalah accidental sampling. Data primer dikumpulkan secara langsung dari responden (ibu hamil TM I) dengan menggunakan alat: Kuesioner dan chekslist untuk mendapat data emesisi gravidarum. Data sekunder diperoleh dari catatan rekam medis yang dilakukan bidan. Cara pengumpulan data:Memilih ibu hamil TM I sesuai sampel telah ditentukan. Untuk
Jurnal Kesehatan (Health Journal) 79
Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu Hamil Trimester I di BPS Dwi Ristini, Jetis Karangpandan
Pendidikan SMP SMA Sarjana Total Frequency 2 23 5 30 Percent 6.7 76.7 16.7 100.0

Tabel 5 Gambaran Emesis Gravidarum(Frekuensi Muntah) Sebelum Diberikan Asuhan Hypnobirthing


Emesis Gravidarum ( frekuensi muntah) 1-3x/hari 4-6x/hari 7-9x/hari Total Frequency 11 19 0 30 Percent 36.7 63.3 0 100.0

Sumber: Data sekunder, 2008 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 30 responden yang terbanyak adalah ibu yang berpendidikan SMA, yaitu sebesar 23 responden (76,7%) Tabel 3 Distribusi Frekuensi Paritas Ibu Hamil Trimester I di BPS Dwi Ristini, Jetis Karangpandan Paritas Ibu Primigravida Multigravida Grandemulti Total Sumber: Data sekunder Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 30 responden yang paling banyak adalah primipara yaitu sebesar 16 responden (53,3%). Tabel 4 Distribusi Frekuensi Umur Kehamilan Ibu Hamil Trimester I di BPS Dwi Ristini, Jetis Karangpandan
Umur Kehamilan Ibu 5-8 minggu 9-12 minggu Total Frequency 18 12 30 Percent 60.0 40.0 100.0

Sumber: Data primer Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 30 responden sebelum diberikan asuhan hypnobirthing yang paling banyak mengalami emesis gravidarum (frekuensi muntah) 4-6x/hari (63,3%) Tabel 6 Gambaran Emesis Gravidarum(Derajat Mual) Sebelum Diberikan Asuhan Hypnobirthing
Emesis Gravidarum ( derajat mual) 1 2 3 4 Total Frequency 1 3 16 10 30 Percent 3.3 10.0 53.3 33.4 100.0

Frequency 16 9 5 30

Percent 53.3 30.0 16.7 100.0

Sumber: Data primer Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 30 responden sebelum diberikan asuhan hypnobirthing yang paling banyak mengalami emesis gravidarum (derajat mual) sebesar 3 (53,3%). Tabel 7 Gambaran Emesis Gravidarum(Frekuensi Muntah) Setelah Diberikan Asuhan Hypnobirthing
Emesis Gravidarum 1-3x/hari 4-6x/hari 7-9x/hari Total Frequency 27 3 0 30 Percent 90.0 10.0 0 100.0

Sumber: Data sekunder Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 30 responden yang paling banyak adalah umur kehamilan 5 sampai 8 minggu yaitu sebesar 18 responden (60,0%).

Sumber: Data primer

Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa


Jurnal Kesehatan (Health Journal) 80
Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

dari 30 responden setelah diberikan asuhanhypnobirthingyang paling banyak mengalami emesis gravidarum (frekuensi muntah) 1-3x/hari (90,0%). Tabel 8 Gambaran Emesis Gravidarum (Derajat Mual) Setelah Diberikan Asuhan Hypnobirthing
Emesis Gravidarum ( derajat mual) 1 2 3 4 Total Frequency 11 7 9 3 30 Percent 36.7 23.3 30.0 10.0 100.0

Penurunan Emesis Gravidarum (Derajat mual) Ibu Hamil Trimester I


Emesis gravidarum Tetap Hypnob irthing Ya N 1 Tidak Jumlah 13 14 % 3,33 43,33 46,67 Berkurang n 14 2 16 % 46,67 6,67 43,33 Jumlah N 15 15 30 % 50,0 50,0 100,0

Sumber: Data primer, 2008 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 30 responden setelah diberikan asuhan hypnobirthing yang paling banyak mengalami emesis gravidarum (derajat mual) sebesar 1 (36,7%). Tabel 9 Hubungan Hypnobirthing Terhadap Penurunan Emesis Gravidarum (Frekuensi Muntah) Ibu Hamil Trimester I
Emesis gravidarum Hypno birthing N Ya 3 Tidak Jumlah 11 14 10,00 36,67 46,67 12 4 16 40,00 13,33 43,33 15 15 30 50,0 50,0 100,0 Tetap % Berkurang N % Jumlah N %

Sumber: Data primer Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 30 responden, 15 yang diberikan asuhan hypnobirthing, 14 responden diantaranya (46,47%) mengalami penurunan derajat mual. Sedangkandari 15 responden yang tidak diberikan asuhan hypnobirthing, 14responden diantaranya (46,67%) derajat mualnya tetap.

Sumber: Data primer Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 30 responden,15 yang diberikan asuhan hypnobirthing, 12 responden diantaranya (40,0%) mengalami penurunan frekuensi muntah. Sedangkan dari 15 responden yang tidak diberikan asuhan hypnobirthing, 11responden diantaranya (36,67%) frekuensi muntahnya tetap.

Tabel 10 Hubungan Hypnobirthing Terhadap


Jurnal Kesehatan (Health Journal) 81

Pembahasan
Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

Tabel 11 Pengaruh Hypnobirthing Terhadap Frekuensi Muntah Ibu Hamil Trimester I


95,0% C.I.for EXP(B) B Step 1a Hypnobrithing Constant 2.398 -3.409 S.E. .870 1.334 Wald 7.590 6.530 Df 1 1 Sig. .006 .011 Exp(B) 11.000 .033 Lower 1.998 Upper 60.572

Sumber : data primer Berdasarkan persamaan regresi diatas, dapat diinterpretasikan bahwa jika diberikan asuhan hypnobirthing (X) dengan penurunan emesis gravidarum (frekuensi muntah) yang diukur dengan instrumen yang dikembangkan dalam penelitian ini, maka dapat diinterpretasikan bahwa dengan dengan asuhan hypnobirthing, maka akan menurunkan frekuensi muntah dengan koefesien regresi sebesar 23,98. Serta nilai p=0,006 (p<=0,05). Tabel 12 Pengaruh Hypnobirthing Terhadap Derajat Mual Ibu Hamil Trimester I
95,0% C.I.for EXP(B) B Step 1a Hypnobirthing Constant 4.511 -6.383 S.E. 1.284 1.838 Wald 12.344 12.056 Df 1 1 Sig. .000 .001 Exp(B) 91.000 .002 Lower 7.349 Upper 1.127E3

Sumber : data primer 2008 Berdasarkan persamaan regresi diatas, dapat diinterpretasikan bahwa jika diberikan asuhan hypnobirthing (X) dengan penurunan emesis gravidarum (derajat mual) yang diukur dengan instrumen yang dikembangkan dalam penelitian ini, maka dapat diinterpretasikan bahwa dengan dengan asuhan hypnobirthing, maka akan menurunkan derajat mual dengan koefesien regresi sebesar 45,11, dan p = 0,0001 (p<=0,05).

Emesis Gravidarum Sebelum Asuhan Hypnobrithing

Diberikan

Berdasarkan tabel Gambaran Emesis Gravidarum(Frekuensi Muntah) Sebelum Diberikan Asuhan Hypnobirthingdan tabel Gambaran Emesis Gravidarum(Derajat Mual) Sebelum Diberikan Asuhan Hypnobirthingdapat diketahui bahwa sebelum diberikan asuhan hypnobirthingsebagian besar ibu hamil trimester I mengalami emesis gravidarum dengan frekuensi muntah paling banyak 4-6x/hari (63,3%) dan derajat mual sebesar 3 (53,3%). Secara umum emesis gravidarum adalah gejala yang sering terjadi pada kehamilan trimester I, yang terjadi karena pengaruh perubahan psikologi dan adanya pengaruh perubahan hormonal selama hamil. Muntah yang berlebihan juga menyebabkan cairan tubuh makin berkurang, sehingga darah menjadi kental (hemokensentrasi) yang dapat melambat peredaran darah yang berarti konsumsi oksigen
Jurnal Kesehatan (Health Journal)

dan makanan kejaringan berkurang. Kekurangan makanan dan oksigen kejaringan akan menimbulkan kerusakan jaringan yang dapat menambah beratnya keadaan janin dan wanita hamil. Muntah yang berlebihan dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah kapiler pada lambung dan esofagus, sehingga muntah bercampur darah (Manuaba, 1998:209). Emesis Gravidarum Setelah Diberikan Asuhan Hypnobirthing Sedangkan tabel Gambaran Emesis Gravidarum(Frekuensi Muntah) Setelah Diberikan Asuhan Hypnobirthing dan tabel Gambaran Emesis Gravidarum(Derajat Mual) Setelah Diberikan Asuhan Hypnobirthingmenunjukan setelah diberikan asuhan hypnobirthing ibu hamil trimester I paling banyak mengalami emesis gravidarum dengan frekuensi muntah 1-3x/hari (90,0%) dan derajat mual sebesar 1 (36,7%). Hal ini menunjukkan
82
Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

terdapat pengaruh hypnobirthing penurunan emesis gravidarum.

terhadap

Hypnobirthing mempengaruhi pikiran, dimana segala sesuatu yang dilakukan tubuh ditentukan oleh pikiran. Oleh sebab itu ketika ditanamkan suatu pandangan bahwa proses kehamilan sampai persalinan adalah suatu proses alami dimana ibu akan merasa nyaman dengan semua gangguan maupun reaksi yang ditimbulkan, maka tubuh akan mengekspresikan Sedangkan pada 4 ibu yang tidak diberikan asuhan relaksasi hypnobirthing namun mengalami semua yang dialami dengan rasa nyaman dan penurunan emesis gravidarum (frekuensi muntah), relaksasi dan emesis gravidarum berkurang. hal ini disebabkan karena emesis gravidarum juga dipengaruhi oleh pola konsumsi ibu, dan Pengaruh Hypnobirthing Terhadap Penurunan pendididkan ibu. Tiga orang responden tersebut Emesis Gravidarum (Frekuensi Muntah) mengatur pola konsumsi dan telah mengetahui Pada tabel Hubungan Hypnobirthing banyak refrensi tentang cara muntah, sehingga ibu dapat mengurangi emesis gravidarum yang terjadi Terhadap Penurunan Emesis Gravidarum (Frekuensi Muntah) Ibu Hamil Trimester Idapat pada dirinya. Hal ini sesuai dengan karekteristik responden yang bahwa responden yang paling diketahui bahwa dari 30 responden,15 yang banyak berlatar belakang pendidikan SMA diberikan asuhan hypnobirthing, 12 responden yaitu23 responden (76,7%). Satu orang responden diantaranya (40,0%) mengalami penurunan frekuensi muntah. Sedangkan dari 15 responden lainnya dikarena hypersensitive ibu terhadap lingkungan sekitar (bau minyak wangi, bau yang tidak diberikan asuhan hypnobirthing, 11 makanan) hingga mengakibatkan frekuensi responden diantaranya (36,67%) frekuensi muntahnya tetap. Hal ini menunjukkan bahwa muntah ibu lebih besar. dengan hypnobirthing akan mengurangi frekuensi muntah. Hypnobirthing akan membantu ibu hamil untuk mencapai kondisi yang senantiasa rileks dan tenang, dimana efek dari kondisi ini akan berpengaruh pada ibu hamil dan lingkungannya. Dengan kondisi rileks, gelombang otak akan menjadi lebih tenang sehingga dapat menerima masukan baru yang kemudian akan menimbulkan reaksi positif pada tubuh. Pengaruh Hypnobrithing Terhadap Penurunan Emesis Gravidarum (Derajat Mual)

hal ini psikologi ibu mempengaruhi produksi hormon HCG yang lebih banyak sehingga berpotensi meningkatkan resiko terjadinya emesis gravidarum. Satu responden lainnya dikarenakan oleh konsentrasi ibu yang kurang baik dalam hypnobirthing ibu tidak dapat konsentrasi dengan maksimal sehingga hasil dari asuhan hypnobirthing juga tidak didapatkan secara maksimal.

Tabel Hubungan Hypnobirthing Terhadap Penurunan Emesis Gravidarum(Derajat mual) Ibu Hamil Trimester Idapat diketahui bahwa dari 30 responden, 15 yang diberikan asuhan hypnobrithing, 14 responden diantaranya (46,47%) mengalami penurunan derajat mual. Sedangkan dari 15 responden yang tidak diberikan Berdasarkan persamaan regresi logistik asuhan hypnobrithing, 14 responden diantaranya sederhana dapat diinterpretasikan bahwa dengan (46,67%) derajat mualnya tetap. Ini menunjukkan dengan asuhan hypnobirthing, maka akan hypnobrithing dapat menurunkan derajat mual menurunkan frekuensi muntah dengan koefesien Hypnobirthing digunakan untuk regresi sebesar 23,98 dan didapatkan nilai p menciptakan proses kehamilan sampai persalinan untuk frekuensi muntah, p=0,006 (p<=0,05) yang alamiah dimana ibu hamil akan dibantu Dalam penelitian didapatkan 3 orang untuk rileks, fokus, tenang dan dalam keadaan responden yang diberi asuhan hypnobirthing sadar sepenuhnya. Hypnobirthing mampu memicu tetapi tidak mengalami penurunan frekuensi hormon endorphin yang merupakan hormon muntah, secara teori emesis gravidarum tidak penghilang rasa sakit, sehingga cara ini efektif hanya dipengaruhi oleh hypnobirthing. Emesis untuk menghilangkan seluruh keluhan maupun gravidarum dipengaruhi oleh berbagai hal antara perasaan tidak nyaman selama kehamilan, dengan lain psikologi ibu dan pola konsumsi ibu. Dua demikian metode ini dapat digunakan untuk orang responden yang dilakukan hypnobirthing mengurangi keluhan emesis gravidarum pada tetapi tidak mengalami penurunan emesis trimester I kehamilan. gravidarum (frekuensi muntah) dikarena psikologi Uji pengaruh hypnobrithing dengan ibu yang kurang baik akibat adanya permasalahan emesis gravidarum untuk derajat mual diperoleh keluarga dan kehamilan tidak diinginkan, dalam
Jurnal Kesehatan (Health Journal) 83
Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

p=0,0001 (p<=0,05), sedangkan persamaan regresi logistik sederhana diinterpretasikan bahwa dengan dengan asuhan hypnobirthing, maka akan menurunkan derajat mual dengan koefesien regresi sebesar 45,11. Hal ini diperjelas pada penelitian yang dilakukan oleh Lanny Kuswandi mengatakan bahwa dengan latihan relaksasi hypnobirthing,emesis gravidarum akan menurun 40% pada pertemuan ketiga bahkan pada pertemuan keempat akan menurun hingga 80%. Namun masih didapatkan 1 orang responden yang diberi asuhan hypnobirthing tetapi tidak mengalami penurunan derat mual. Hal ini karena secara teori emesis gravidarum tidak hanya dipengaruhi oleh hypnobirthing. Emesis gravidarum dipengaruhi oleh berbagai hal antara lain psikologi ibu dan pola konsumsi ibu. Responden tersebut tidak mengalami penurunan emesis gravidarum dikarenakan konsentrasi ibu yang kurang baik dalam hypnobirthing, sehingga hasil dari asuhan hypnobirthing juga tidak didapatkan secara maksimal. Pada 2 responden yang tidak diberikan asuhan relaksasi hypnobirthing namun mengalami penurunan emesis gravidarum (derajat mual), dikarena emesis gravidarumjuga dipengaruhi oleh pola konsumsi ibu, dan pengetahuan ibu. Dua orang responden tersebut telah berpengalaman pada kehamilan yang seblumnya, sehingga ibu dapat mengurangi emesis gravidarum yang terjadi. Ini sesuai dengan karakteristik responden yang menunjukkan bahwa 9 responden (30,0%) adalah multipara, dan 5 responden (16,7%) adalah grandemultipara. Uraian di atas menunjukkan bahwa terdapatpengaruh antara hypnobirthing terhadap penurunan emesis gravidarum. Bila tidak diberikan asuhan hypnobirthingakan mengalami penurunan frekuensi muntah 23,98% dari yang tidak diberi asuhan hypnobirthing, dan untuk penurunan derajat mual 45,11% dari yang tidak diberi asuhan hypnobirthing.Dengan demikian hasil penelitian sesuai dengan teori. Kesimpulan dan saran Kesimpulan Sebelum diberikan asuhan hypnobirthing sebagian besar ibu hamil trimester I mengalami emesis gravidarum dengan frekuensi muntah paling banyak 4-6x/hari (63,3%) dan derajat mual sebesar 3 (53,3%). Secara umum emesis gravidarumdialami oleh ibu hamil trimester I, yang terjadi karena pengaruh perubahan psikologi
Jurnal Kesehatan (Health Journal)

dan adanya pengaruh perubahan hormonal selama hamil. Setelah diberikan asuhan hypnobirthing ibu hamil trimester I paling banyak mengalami emesis gravidarum dengan frekuensi muntah 1-3x/hari (90,0%) dan derajat mual sebesar 1 (36,7%). Hal ini menunjukkan ada penurunanemesisgravidarum setelah hypnobirthing. Terdapat pengaruh yang signifikan antara hypnobirthingterhadap penurunan emesis gravidarumdilihat dari frekuensi muntah. Hasil uji statistik menunjukkan untuk frekuensi muntah, p=0,006 (p<=0,05),serta bila diberikan asuhan hypnobirthingakan mengalami penurunan frekuensi muntah 23,98% dari yang tidak diberi asuhan hypnobirthing. Terdapat pengaruh yang signifikan antara hypnobirthingterhadap penurunan emesis gravidarum dilihat dari derajat mual diperoleh p=0,0001 (p<=0,05). dan bila tidak diberikan asuhan hypnobirthing mengalami penurunan derajat mual 45,11% Saran Bagi ibu dan keluarga Pada saat kehamilan ibu dan suami perlu merencanakan dimana tempat pemeriksaan kehamilan yang memiliki fasilitas hypnobirthing serta dukungan dari suami dan keluarga dalam menciptakan kehamilan yang nyaman. Bagi bidan Pengetahuan dan ketrampilan tentang hypnobirthing sangat bidan perlukan agar dapat memberikan pelayanan yang baik kepada ibu hamil serta konseling pentingnya hypnobirthing dan cara mengatasi ketidaknyamaan pada ibu selama kehamilan. Bagi peneliti Diharapkan pada penelitian yang akan datang dapat dilakukan dengan lebih detail tentang pengaruh hypnobirthingterhadap penurunan emesis gravidarum.

Daftar Pustaka

84

Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

Andriana, Evariny,2008. HypnoBirthing, Teknik Melahirkan Minus Rasa Takut, http:// www.hypno-birthing.web.id/. Accessed 10 Februari 2008. Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta; 16. Danim, S. 2003. Metode Penelitian Kebidanan: Prosedur Kebijaksanaan dan Etik. Jakarta: EGC; 40. Kuswandi, Lanny ; Abidin, Boy, 2008. Melahirkan tanpa Rasa Sakit, dengan Metode Relaksasi Hypnobirthing. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Populer, Kelompok Gramedia; 32:45. Kuswandi, lanny, 2008 Nikmatnya melahirkan dengan hypnobrting http://www.provclinic.web.id. Accessed Februari 2008 Manuaba I.G.D, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, Jakarta : Buku Kedokteran EGC; 106-10:209. Manuaba, I.G.D, 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Arcan; 81-2: 87-8: 233-5

Murti, Bhisma. 2006. Desain dan Ukuran Sampel Untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Jurnal Kesehatan (Health Journal)

Mada University press; 84. Nakita, (2005). Mengatasi Mual dan Muntah Lewat Pola Makan. Jakarta; 21. Notoatmodjo, Soekidjo, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta, PT. Rineka Cipta; 79. Prawirohardjo, Sarwono, 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka; 275-7. Soelaeman, Lis R, 2007. Serial Buku Nakita:130 Solusi Kehamilan dan Persalinan. Jakarta : PT Penerbit Sarana Bobo; 15. Sugiyono. 2002. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: alfabeta; 96:109. Tiran, Denise, 2007. Mengatasi Mual Muntah dan Gangguan Lain Selama Kehamilan. London : Quadrille Publishing; 83-6. Wiknyosastro, Hanifa, 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;125.

85

Vol 1. No.1 November 2012 - Februari 2013

You might also like