You are on page 1of 23

PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG

Ns. SUPADI, S.Kep, M.Kep

Vena brakiosefalika kanan

Vena brakiosefalika kiri

Vena kava superior Orofisium vena azigos Arteri pulmonalis kanana Vena pulmonalis kanan

Aorta Arteri pulmonalis kiri Trunkus pulmonalis

Cincin katup pulmonalis Appendage atrium kiri

Atrium kanan

Cincin katup aorta Cincin katup mitral

Sulkus atrioventrikularis

Cincin katup trikuspidalis Vena kava inferior

Ventrikel kiri Sulkus interventrikularis Interpretasi radiogram jantung anteroposterior normal

Diafragma

Ventrikel kanan

INSPEKSI
Cari iktus kordis (pukulan ventrikel kiri pada dinding dada) pada Interkosta 5 sinistra, linea medio clavicularis sinistra (LMCS), diameter + 2 cm. Sulit ditemukan pada orang gemuk dan kelenjer mammae besar. Iktus yang nyata sesuai dengan kerja ventrikel kiri yang meningkat. Bulging prekordial (daerah prekordial yang lebih menonjol dari dinding toraks) kemungkinan permbesaran ventrikel kanan atau aneurisma aorta.

PALPASI

Iktus kordis teraba atau tidak. Bila teraba, normal diameter + 2 cm. Bila kuat dan bergeser ke kiri LVH. Bila naik turun pada linea sternalis kiri RVH. Hitung Heart Rate (HR) denyut jantung selama satu (1) menit penuh. Amati keteraturan iramanya. Bandingkan HR dengan nadi, bila ada perbedaan hal ini sesuai dengan kondisi Atrial Fibrilasi (AF). Periksa adanya Thrill (getaran iktus kordis), tidak lain adalah murmur(pada auskultasi) derajat 5-6 sehingga sangat kerasnya dapat diraba getarannya,
7

PERKUSI
Tentukan

jantung. Pada orang gemuk atau berotot agak sulit menentukannya. Biasanya abnormal yang dapat ditentukan degan teknik ini adalah pembesaran ventrikel kiri (LVH) ke kiri bawah.
8

batas-batas (ukuran)

AUSKULTASI
Gunakan

stetoskop. Suasana tenang. Dengarkan bunyi jantung satu per satu. Gunakan bagian membran stetoskop untuk nada tinggi dan bagian bell untuk nada rendah.

Tentukan Bunyi Jantung (BJ) BJ I : bunyi menutupnya katup Mitral (M) dan Trikuspidal (T) BJ II : bunyi menutupnya katup Aorta (A) dan Pulmonalis (P). BJ II-A (katup Aorta) pada interkostae 2, linea sternalis kanan. BJ II-P (katup Pulmonalis) --- pada interkostae 2, linea sternalis kiri dan interkostae 3., linea sternalis kiri. BJ I-T (katup Trikuspidalis) --- pada interkostae 4, linea sternalis kiri. BJ I-M (katup Mitralis) --- pada Interkostae 5, Linea Medio Clavicula Sinistra (LMCS)
10

Pada keadaan normal, BJ II (A dan P ) serta BJ I (T dan M) adalah bunyi tunggal. Bila pasien disuruh nafas dalam bisa terjadi bunyi yang terbelah (split) karena pada inspirasi dalam tekanan intra torakal berkurang, darah lebih banyak ke paruparu, artinya atrium kanan dan ventrikel kanan (katup P) sedikit lama daripada ventrikel kiri (katup A). Hal ini disebut normal Splitting. Bila tetap terdengar BJ II split, baik inspirasi maupun ekspirasi merupakan tanda yang spesifik untuk Atrial Septal Defect (ASD) atau Stenosis Pulmonal.

11

BJ III (kalau ada !): Didengar didaerah M. Sesudah BJ II dengan jarak cukup jauh, tidak melewati fase diastolik. Nada lebih rendah sehingga digunakan bagian bell stetoskop. Pada anak-anak dan usia muda merupakan hal yang normal. Pada orang dewasa dan lansia bila disertai dengan tanda gagal jantung seperti edema, dispneu maka BJ III merupakan tanda yang cukup jelas. Pada gagal jantung kiri disebut irama Gallop

12

Tentukan

Diastolik. Fase Sistolik : fase antara BJ I ke BJ II. Fase Diastolik : fase antara BJ II ke BJ I berikutnya. Fase Diastolik lebih lebar (lama) daripada fase Sistolik. Dengarkan baik-baik adakah suara tambahan diantaranya.
13

fase Sistolik dan fase

1.
2. 3. 4. 5.

Tentukan adanya Bising Jantung (murmur) Murmur adalah fibrasi/getaran yang terjadi didalam jantung atau pembuluh darah besar, yang diakibatkan oleh bertambahnya arus turbulensi darah. Bila ada tentukan 5 hal dari murmur tersebut : Tempatnya (M,T,P) dan penjalarannya. Terjadia pada fase sistolik atau diastolik ?. Derajatnya. Tinggi rendahnya nada. Kualitasnya.
14

Tempat murmur. Bisa di M, T, A atau P. Derajat Murmur : Hampir tidak terdengar. Terdengar lemah. Agak keras. Keras. Sangat keras. Sampai saat stetoskop diangkat sedikit, masih terdengar jelas.
15

1. 2.

3.
4. 5. 6.

Tinggi

rendah nada; Semakin sempit celah semakin tinggi nadanya.


Kualitas: Crescendo : makin lama makin keras. Descrescendo : makin lama makin lemah. Musikal : kualitas nada turun naik.

16

Makna

bila ditemukan Murmur : Bila grade 1-3, tidak menjalar, BJ normal, keluhan pasien tidak ada mak hali itu tidak apa-apa, jangan menakuti pasien !. Bila grade 3-6 kasar, menjalar, keluhan pasien sesuai dengan penyakit jantung yang ada maka hal ini baru suatu kelainan jantung, disarankan ada pemeriksaan lanjutan.
17

BEBERAPA INTERPRETASI BUNYI JANTUNG


BJ

I (SANGAT KERAS) : Pasien cemas. Hipertiroid. Hipertensi. Anemia. Stenosis mitral.

18

BJ

I (LEMAH) : Gagal jantung. Efusi perikardial. Infar miokard. AV Blok derajat 1


BJ I (SPLIT): Pasien BBB.

19

BJ

II-A (KERAS) : Hipertensi sistemik. Aneurisma. Insufisiensi Aorta. Koartasio Aorta.


BJ II-A (LEMAH): Stenosis Aorta.

20

BJ

II-P (KERAS): Stenosis mitral. Gagal jantung kiri. Hipertensi pulmonal. Atrial Septal Defek (ASD). Trunkus Arteriosus.
BJ II-P (LEMAH): Stenosis pulmonal. ASD.

21

BJ II (Splitt pada Inspirasi): RBBB, ASD, Stenosis pulmonal, Mitral insufisiensi. BJ II (Splitt pada Ekspirasi): LBBB, Stenosis Aorta.

BJ III pada anak kecil, remaja, wanita hamil normal.


BJ III dengan keluhan gagal jantung (irama gallop) ditemukan pada gagal jantung atau overload pemberian cairan infus.

22

23

You might also like