Professional Documents
Culture Documents
com
Lantas bagaimana jika mematahkan kayu secara tidak sengaja.? Guru yang memberikan ijazah ini memberikan sanksi berupa membaca amalannya 3 kali, saat itu juga. Konsep Ilmu Lawe ini sangat sederhana. Dan beberapa orang yang mengamalkannya memiliki tingkat kemanjuran yang berbeda. Dan tingkat kemanjurannya itu lebih ditentukan dari bagaimana seseorang mentirakati ilmunya. Misalnya, dengan sering puasa Senin Kamis, membaca amalan wiridnya secara penuh atau setiap usai shalat lima waktu, atau bentuk laku prihatin yang lain. Yang pasti, Allah Maha Mengetahui apa yang diminta hambanya. Pengembangan Ilmu Lawe Ilmu Lawe belakangan ini banyak dipadukan dengan ilmu dari aliran lain. Misalnya, dengan penyembuhan magnetisme, prana, tenaga dalam, reiki, bahkan ada juga yang mengembangkannya dengan ilmu kejawen. Ada penyembuh yang sengaja meruwetkan diri. Yaitu, setiap ada pasien datang lalu ditanyakan hari kelahirannya. Setelah diketahui hari kelahiran (weton) berdasarkan kalender Jawa, lalu mengambil garam kasar sejumlah itu. Misalnya, jika pasien itu mempunyai hari kelahiran Jumat Wage lalu diambil l0 butir garam kasar (Jumat :10,Wage:4). Dan garam itu digunakan untuk param pada bagian yang sakit. Bagi yang sudah menguasai penyembuhan dengan tenaga dalam atau prana, dapat juga Ilmu Lawe dimodifikasi. Apakah air putihnya diberi getaran, menarik dan menyalurkan getaran pada tali (sumbu kompor) dengan kehendak menarik penyakit dan menyalurkan daya sembuh pada pasien. Dan untuk memperkuat visualisasi batin itu, dapat juga dengan alat bantu berupa foto atau pakaian pasien. Saya pribadi berkeyakinan bahwa ilmu penyembuhan, apapun alirannya, dapat dipadukan dengan aliran lain. Toh pada dasarnya, hakikat dari upaya batin adalah menyatukan kehendak, sebagai upaya memohon kepada Gusti Allah SWT, untuk sesuatu yang dikehendaki. Untuk diketahui, jenis-jenis penyakit yang biasanya ditangani dengan lawe adalah penyakit yang berkaitan dengan adanya kerusakan pada bagian anggota badan. Atau menurut aliran saya, adalah suatu penyakit yang penyebabnya adalah hal-hal yang berkaitan dengan makna dari amalan atau wirid yang digunakan (Yasin: 7879). Agar lebih paham, perhatikan arti dari ayat tersebut: Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami, dan dia lupa pada kejadiannya, ia berkata : Siapakah yang menghidupkan tulang-belulang, yang telah hancur luluh? Katakanlah : Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk. Dari terjemahan kalimat tersebut diatas, menyiratkan makna bahwa Allah kuasa mengembalikan tulang-belulang yang telah remuk menjadi utuh kembali. Lalu para ahli hikmah meyakini ayat tersebut memiliki hikmah sebagai sarana penyembuhan dari berbagai hal yang disebabkan kerusakan pada sesuatu yang semula utuh. Dan sebagaimana kita ketahui, apa yang kita kenal sebagai penyakit adalah terjadinya gangguan atau kerusakan pada anggota badan. Ilmu Lawe pada umumnya memang dikhususkan untuk penyembuhan dari penyakit yang berkaitan dengan tulang semisal, keseleo, salah urat dan sebagainya. Namun dalam pengembangannya, dapat digunakan untuk penyembuhan penyakit lain. Bahkan dalam upayanya mengembangkan fungsi itu, para penyembuh memberikan tambahan permohonan dengan mengucapkan mantra: Asal kulit dadi kulit, asal otot dadi otot, asal daging dadi daging, asal balung dadi balung, asal sumsum dadi sumsum, asal waras dadi waras, kanti izine Gusti Allah. Energi Kehendak Apapun aliran metafisika yang anda ikuti, insya Allah dapat digunakan untuk ikhtiar penyembuhan dari jarak dekat atau jauh. Dan sebagaimana tersebut diatas, kuncinya adalah kehendak hati. Khusus untuk penyembuhan jarak jauh, setiap aliran memiliki cara yang berbeda-beda. Ada yang dengan mengejangkan dada/perut, disertai gerak dan teknik pernapasan tertentu. Bahkan ada aliran yang cukup dengan memvisualisasikan bahwa dirinya menerima pancaran sinar dari atas (baca : Tuhan), lalu ia menyalurkan kepada orang yang dikehendaki melalui telapak tangannya, dan saat menyalurkan itu ia tidak melakukan aktivitas fisik, seperti pernapasan, mengerahkan tenaga dan sebagainya.
Kita tidak perlu mempermasalahkan perbedaan itu. Kita juga tidak perlu merasa memiliki cara yang lebih unggul dibanding cara yang dimiliki orang lain. Karena pada hakikatnya, kematangan ilmu seseorang, ditentukan dari sejauhmana ia mengasah ilmunya, juga kesungguhan dan keikhlasannya dalam menolong sesama. Berdasarkan pengalaman, penyembuhan supranatural akan berjalan secara reflek, sepanjang dijalani dengan kesungguhan dan keikhlasan. Mengobati orang dari jarak jauh, menurut pemahaman saya identik dengan mendoakan orang lain. Dan karena sifatnya doa, maka ia tidak terikat oleh ruang dan waktu. Jangankan dengan sesama orang yang masih hidup. Antara orang hidup ke orang mati pun, doa itu sampai. Namun, secara teori, untuk mengirimkan energi jarak jauh itu, sebaiknya seseorang memiliki kandungan energi yang cukup. Misalnya, apakah ia mengamalkan wirid-wirid khusus, termasuk wirid Ilmu Lawe sebagaimana tersebut diatas, atau wirid lain yang memiliki manfaat untuk penyembuhan. Selain Ilmu Lawe, wirid yang banyak dilalukan para ahli hikmah untuk pengobatan, adalah wirid Surat Al-Fatihah. Caranya, setiap usai shalat fardhu atau minimalnya usai shalat maghrib dan subuh, dibaca 7 kali. Jika Surat Al-Fatihah itu sudah membalung sumsum, ketika akan mengobati jarak dekat/jauh, cukuplah dibacakan Shalawat 3 kali, Al-Fatihah 1 kali, ditutup dengan bacaan Hasbiyallah 7 kali dengan menahan napas. Setelah seluruhnya dibaca, silakan anda menggunakan cara penyaluran. Apakah dengan hembusan napas seolah-olah meniup pasien, atau cara lain yang diyakini.
http://www.SumberDayaLinuwih.webatu.com