You are on page 1of 11

BAB I PENDAHULUAN 1.1.

Latar Belakang Bagi sebagian orang, berakhirnya masa kerja seringkali dianggap sebagai kenyataan yang kurang menyenangkan, sehingga menjelang masanya tiba, mereka sudah merasa cemas karena tidak tahu kehidupan seperti apa yang akan dihadapi kelak. Dalam era modern seperti sekarang ini, pekerjaan merupakan salah satu faktor terpenting yang bisa mendatangkan kepuasan. Hal ini karena status sosial, jabatan dan memperkuat harga diri. Oleh karenanya, sering terjadi orang yang pensiun bukannya bisa menikmati masa tua dengan hidup santai, sebaliknya, justru ada yang mengalami problem serius baik kejiwaan maupun fisik. Gejala ketidaknyamanan tersebut dikenal dengan istilah Post-Power Syndrome. Kondisi fisik manusia untuk bekerja ada batasannya, semakin tua seseorang, semakin menurun kondisi fisiknya, maka beriringan dengan hal itu motivasi kerja dan kinerjanya pun akan menurun. Pada waktunya seseorang akan diminta untuk berhenti bekerja, yang awamnya dikenal dengan istilah pensiun. Masa pensiun ini dapat menimbulkan masalah karena tidak semua orang siap menghadapinya. Pensiun akan memutuskan seseorang dari aktivitas rutin yang telah dilakukan selama bertahun-tahun, selain itu akan memutuskan rantai sosial yang sudah terbina dengan rekan kerja, dan yang paling vital adalah menghilangkan identitas seseorang yang

sudah melekat begitu lama (Warr dalam Offord, 2002). Tidak heran masa pensiun ini menimbulkan masalah psikologis baru bagi yang menjalaninya, karena banyak dari mereka yang tidak siap menghadapi masa ini. Ketidaksiapan menghadapi masa pensiun pada umumnya timbul karena adanya kekhawatiran tidak dapat memenuhi kebutuhankebutuhan tertentu. Selama ini yang menjadi patokan untuk memasuki masa pensiun adalah faktor usia dimana pekerja dianggap mulai kurang produktif. Di negara barat, seseorang baru memasuki masa pensiun jika ia berusia 65 tahun. Sementara di Indonesia situasinya berlainan, seseorang memasuki masa pensiun ketika ia berusia 56 tahun. Meskipun bagi golongan Pegawai Negeri Sipil tertentu batas usia tesebut di tambahkan, karena keahliannya. Usia 56 tahun secara psikologis masuk dalam kategori dewasa menengah, mereka masih cukup produktif dan belum dapat digolongkan orang manula. Pada masa ini seseorang masuk pada tahap reevaluasi diri. Biasanya, seseorang pada masa ini akan berada pada puncak karir. Tetapi keadaan ini tidak akan berlangsung lama khususnya untuk orang di Indonesia karena sudah harus pensiun. Tidak dapat dipungkiri bahwa kekuatan fisik mereka mulai menurun, tapi mereka masih cukup produktif. Tidak heran jika hal ini bisa menimbulkan konsekuensi psikologis tertentu, disatu pihak mereka masih mampu bekerja tapi dipihak lain harus berhenti bekerja karena peraturan. Pensiun merupakan suatu perubahan yang penting dalam

perkembangan hidup individu yang ditandai dengan terjadinya perubahan

sosial. Perubahan ini harus dihadapi oleh para pensiunan dengan penyesuaian diri terhadap keadaan tidak bekerja, berakhirnya karir di bidang pekerjaan, berkurangnya penghasilan dan bertambahnya banyak waktu luang yang kadang-kadang terasa sangat mengganggu. Sekretariat Daerah Kabupaten Kebumen sebagai unsur Pemerintah Daerah Kabupaten Kebumen mempunyai fungsi dan tugas sebagai berikut: 1. Sekretariat daerah adalah unsur staf kabupaten dipimpin oleh seorang sekretaris daerah yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada bupati. 2. Sekretariat daerah mempunyai tugas : melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan, administrasi, organisasi dan tata laksana serta

memberikan pelayanan administratif kepada seluruh perangkat daerah. 3. Sekretariat daerah mempunyai fungsi : a. Pengkoordinasian kabupaten. b. Penyelenggaraan administrasi pemerintahan. c. Pengelolaan sumber daya aparatur, keuangan, prasarana dan sarana pemerinahan daerah kabupaten. d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati sesuai dengan tugas fungsinya. 4. Asisten sekretaris daerah berada dibawah dan bertanggung jawab kepada sekretaris daerah. perumusan kebijakan pemerintah daerah

5. Bagian berada dibawah dan bertanggung jawab kepada asisten yang membawahi. 6. Sub bagian berada dibawah dan bertanggung jawab kepada bagian yang membawahi. Pada saat ini beberapa pegawai di lingkungan Sekretariat Daerah Kabupaten Kebumen sudah memasuki masa pensiun yang kebanyakan tinggal satu tahun lagi bahkan ada yang sudah bebas tugas. Menurut pengamatan penulis, kondisi pegawai yang menjelang pensiun, mereka cenderung untuk mengurangi aktivitas atau kegiatan kerja yang sifatnya membutuhkan semangat yang ekstra misalnya untuk tugas luar atau mengikuti diklat dan pelatihan. Kebanyakan dari mereka hanya berangkat ke kantor sekedar menunaikan tugas dan kewajibannya saja. Semangat kerja mereka sudah banyak menurun tidak seperti beberapa tahun silam. Hal ini ditandai dengan tingkat kehadiran atau absensi pegawai yang menjelang pensiun cenderung tinggi, artinya beberapa diantara mereka terkadang datang terlambat. Tingkat stres kerja pada pegawai yang menjelang masa pensiun bervariasi, hal tersebut disebabkan oleh pandangan tiap-tiap individu dalam menyikapi masa pensiun yang berbeda-beda. Pada pegawai yang menduduki jabatan, meskipun ia sudah menjelang pensiun, terkadang masih memiliki semangat kerja yang baik. Ini disebabkan karena pegawai yang menduduki jabatan harus menyelesaikan semua tugas-tugasnya sebelum pensiun dan memanfaatkan masa kerja yang tinggal sebentar untuk memberikan kaderisasi kepada bawahannya atau yang akan

menggantikannya. Semangat kerja yang menurun biasanya ditemui pada pegawai yang tidak memangku jabatan dan telah menjelang pensiun, berikut tabel daftar hadir karyawan/pegawai di Sekretariat Daerah Kabupaten Kebumen. Tabel 1.1 Jumlah dan Tingkat Presensi Pegawai di Lingkungan SETDA Kabupaten Kebumen Sampai Dengan Oktober 2010
Jumlah Jumlah Jumlah Hari Jumlah Jumlah Hari Tenaga Hari Kerja Hari Kerja Kerja Kerja Kerja Seharusnya Hilang Senyatanya (Orang) (Hari) (Hari) (Hari) (Hari) B 290 290 290 290 290 290 290 290 290 290 2.900 C 26 24 24 25 23 26 26 27 26 26 301 D=BxC 7.540 6.960 6.960 7.250 6.670 7.540 7.540 7.830 7.540 7.540 73.340 E 495 396 693 495 792 396 495 396 396 495 5.049 F=D-E 7.045 6.564 6.267 6.755 5.878 7.144 7.045 7.434 7.144 7.045 68.321

No.

Bulan

Prosentase

Presensi
F/D.100% 93,44% 94,31% 90,04% 93,17% 88,13% 94,75% 93,44% 94,94% 94,75% 93,44%

A 1 Januari 2 Februari 3 Maret 4 April 5 Mei 6 Juni 7 Juli 8 Agustus 9 September 10 Oktober Jumlah

Sumber : Sekretariat Daerah Kab. Kebumen, 2010 Berdasarkan tabel 1.1 di atas dapat dilihat bahwa prosentase absensi tiap-tiap bulan mendekati 100%. Hal ini menunjukkan bahwa semangat kerja karyawan/pegawai di Lingkungan Sekretariat Kebumen termasuk cukup baik. Berdasarkan wawancara penulis dengan beberapa pegawai yang menjelang pensiun, mempunyai anggapan bahwa tingkat kehadiran bagi mereka sudah tidak menjadi pertimbangan. Mereka berpendapat bahwa hari-hari kerja yang mereka lalui hanyalah sebagai pengisi atau formalitas menjelang pensiun.

Kondisi yang demikian kerap menimbulkan krisis kepercayaan dan stres kerja yang berakibat pada kurangnya motivasi maupun kinerja. Mereka merasa suatu saat akan meninggalkan tempat kerja karena telah memasuki masa pensiun. Berikut adalah data karyawan yang memasuki masa pensiun di lingkungan Sekretariat Daerah Kabupaten Kebumen. Tabel 1.2. Karyawan/PNS yang akan memasuki Pensiun Tahun 2012 di Lingkungan Sekretariat Daerah Kabupaten Kebumen Bagian/Kantor Staf Ahli Bupati Tapem Adm. Pembangunan Kesra Organisasi Umum Hukum Kepegawaian Daerah Perekonomian Bappeda Sekretariat Dewan Dukcapil Bepermades Diparbud JUMLAH Sumber: Data primer diolah, 2011 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. Golongan IIIB IVB, IID,IIC,IIB IIIB,C, IIA,D IIIB IIIB,IIA,IIB IIIB,D, IIA,C,D IIIA,B,IIA,B,D IIB,D IIC,D IIA,D IVA, IID IIIB, IIC IIID, IID IIA Jumlah 2 5 4 2 3 7 5 3 4 3 3 3 3 3 50

Pensiun merupakan akhir dari seseorang melakukan pekerjaannya, pensiun seharusnya membuat orang senang karena bisa menikmati hari tuanya. Tapi banyak orang bingung bahkan cemas ketika akan menghadapi pensiun. Beverly (Hurlock, 2004:44) berpendapat bahwa pensiun seringkali dianggap sebagai kenyataan yang tidak menyenangkan sehingga menjelang

masanya tiba sebagian orang sudah merasa cemas karena tidak tahu kehidupan macam apa yang akan dihadapi kelak. Dalam era modern seperti sekarang ini, pekerjaan merupakan salah satu faktor penting yang bisa mendatangkan kepuasan, oleh karenanya sering terjadi orang yang pensiun bukanya bisa menikmati masa tua denga hidup santai, sebaliknya ada yang mengalami problem serius. Pendapat hampir sama dikemukakan oleh Martono (2001:21) yang menyatakan bahwa seseorang yang memasuki masa pensiun seringkali merasa malu karena menganggap dirinya sebagai pengangguran sehingga menimbulkan perasaan-perasaan minder, rasa tidak berguna, tidak dikehendaki, dilupakan, tersisihkan, tanpa tempat berpijak dan seperti tanpa rumah. Hal ini berbeda dengan ketika seseorang masih bekerja, dirinya merasa terhormat dan merasa berguna. Selain itu pada saat masih bekerja seseorang mendapatkan bermacam-macam fasilitas materiil, sedangkan setelah pensiun semua fasilitas kerja tidak ada lagi. Oleh karena itulah seseorang yang memasuki masa pensiun mengalami kondisi kekosongan, merasa tanpa arti dan tanpa guna sehingga menjelang masa pensiun orang tersebut mengalami kecemasan dan bayang-bayang yang dihayalkan sendiri. Padahal sebenarnya, yang menjadi kriteria pokok itu bukan kondisi dan situasi pensiun dan menganggur, akan tetapi bagaimana caranya seseorang menghayati dan merasakan keadaan yang baru. Kondisi mental dan tipe kepribadian seseorang sangat menentukan mekanisme reaktif seseorang menanggapi masa pensiun. Dapat disimpulkan bahwa orang cenderung

merasa cemas ketika akan memasuki masa pensiun sehingga menyebabkan stres. Hal ini dikarenakan orang mempunyai sudut pandang yang negatif tentang pensiun. Merupakan hal penting untuk mengidentifikasikan penyebab stres yang potensial dan pemecahannya, karena stres akan selalu menimpa pekerja maupun organisasi. Stres sebagai suatu ketidakseimbangan antara keinginan dan kemampuan memenuhinya sehingga menimbulkan

konsekuensi penting bagi dirinya. Stres sebagai suatu kondisi dinamis di mana individu dihadapkan pada kesempatan, hambatan dan keinginan dan hasil yang diperoleh sangatlah penting tetapi tidak dapat dipastikan. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Pengaruh Stres Kerja Terhadap Motivasi Kerja dan Kinerja Karyawan yang akan Menjelang Pensiun Daerah Kabupaten Kebumen. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan penjelasan dan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah stres kerja berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja karyawan yang akan menjelang pensiun di Lingkungan Setda Kabupaten Kebumen? 2. Apakah stres kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan yang akan menjelang pensiun di Lingkungan Setda Kabupaten Kebumen? di Sekretariat

3. Apakah motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan yang akan menjelang pensiun di Lingkungan Setda Kabupaten Kebumen? 4. Apakah stres kerja dan motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan yang akan menjelang pensiun di Lingkungan Setda Kabupaten Kebumen? 1.3. Batasan Masalah Supaya penelitian jelas dan terarah, maka peneliti membatasi masalah pada hal berikut: 1. Populasi penelitian adalah pegawai negeri sipil di lingkungan Sekretariat Daerah Kabupaten Kebumen. 2. Membatasi masalah kinerja pegawai negeri sipil di lingkungan Sekretariat Daerah Kabupaten secara Kebumen. keseluruhan Kinerja selama diartikan periode sebagai tertentu tingkat dalam

keberhasilan

melaksanakan tugas. Indikator kinerja meliputi kuantitas dan kualitas pekerjaan, supervisi yang diperlukan, kehadiran dan konservasi. 3. Membatasi variabel bebas pada variabel stres kerja. Stres kerja adalah adalah suatu perasaan yang menekan atau rasa tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaannya. Variabel stres kerja terdiri dari stres kerja secara emosional, fisik, interpersonal dan intelektual. kompensasi, motivasi dan tingkat pendidikan. 4. Membatasi pengaruh stres kerja terhadap kinerja pegawai melalui variabel motivasi kerja.

10

1.4. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah; 1. Untuk mengetahui pengaruh stres kerja emosional, fisik, interpersonal, intelektual dan pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja pegawai yang akan menjelang pensiun di Lingkungan Setda Kabupaten Kebumen. 2. Untuk mengetahui pengaruh variabel stres kerja emosional, fisik, interpersonal dan intelektual terhadap motivasi kerja pegawai yang akan menjelang pensiun di Lingkungan Setda Kabupaten Kebumen. 3. Untuk mengetahui pengaruh stres kerja emosional, fisik, interpersonal dan intelektual terhadap kinerja pegawai yang akan menjelang pensiun di Lingkungan Setda Kabupaten Kebumen melalui variabel motivasi kerja. 1.4. Manfaat Penelitian Dari penelitian ini diharapkan akan memperoleh manfaat baik secara teoritis maupun manfaat secara praktis. 1. Manfaat teoritis a. Penelitian ini dapat menambah wawasan, pengetahuan dalam kehidupan suatu organisasi terutama yang berhubungan dengan kinerja. b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukkan bagi penelitipeneliti lain yang ingin meneliti mengenai pengaruh stres kerja terhadap motivasi kerja dan kinerja karyawan yang akan menjelang pensiun.

11

2. Manfaat praktis a. Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran bagi SKPD dan Bagian di Lingkungan Sekretariat Daerah Kabupaten Kebumen mengenai sejauh mana stres kerja mempengaruhi motivasi kerja dan kinerja karyawan. b. Memberikan wacana dan informasi kepada individu yang mengalami pensiun agar dapat memahami pentingnya penyesuaian diri di masa pensiun dan berapa besar pengaruh dukungan sosial terhadap penyesuaian diri tersebut.

You might also like