You are on page 1of 16

Latar Belakang

Saat ini hampir seluruh kegiatan yang dilakukan oleh manusia semuanya berhubungan dengan teknologi. Teknologi yang diciptakan bertujuan untuk meringankan dan mempermudah pekerjaan yang dilakukan manusia sehingga pekerjaan yang dilakukan efektif dan efesien baik itu secara tenaga, biaya maupun waktu. Semakin hari teknologi yang ada sekarang selalu berubah dengan inovasiinovasi baru dan bertambah canggih seiring dengan konteks keterkinian zaman sehingga pekerjaan yang dilakukan semakin efektif dan efesien. Salah satu contohnya adalah penggunaan alat penginderaan jauh untuk mendapatkan suatu informasi. Penginderaan jauh (Remote Sensing) merupakan suatu metode baru dengan menggunakan teknologi canggih untuk membantu dalam mengumpulkan data atau informasi potensi bumi secara akurat (tepat) dengan waktu yang lebih cepat. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa penginderaan jauh merupakan upaya untuk memperoleh data dari jarak jauh dengan menggunakan peralatan tertentu tanpa kontak langsung dengan objek. Selanjutnya data yang diperoleh itu kemudian dianalisis dan dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Adapun fungsi alat penginderaan jauh secara umum yang digunakan untuk mendeteksi sumber daya alam, daerah banjir,pemetaan geologi, penyebaran ikan di laut, dan perubahan pengunaan lahan serta dapat memonitoring peristiwa geologi. Akan tetapi di Indonesia penggunaan penginderaan jauh dalam bidang kebumian belum sebanyak di luar negeri karena berbagai kendala, diantaranya data satelit cukup mahal, memerlukan software khusus dan paling utama adalah ketersediaan sumberdaya manusia yang terampil sangat terbatas. Karena begitu banyak manfaat yang didapatkan dalam penggunaan penginderaan jauh ini sedangkan orang-orang yang terampil dalam bidang ini sangat terbatas oleh karena itu kami ingin mempelajarinya secara lebih mendetail dan

mendalam agar ahli dalam menggunakan penginderaan jauh dan pengetahuan yang diperoleh dapat diaplikasikan dalam dunia pekerjaan kita nantinya.

Keyword: teknologi, penginderaan jauh, canggih, effesien, satelite, software

Pendahuluan
Berikut definisi Penginderaan Jauh menurut para ahli: Penginderaan jauh atau inderaja (remote sensing) adalah seni dan ilmu untuk mendapatkan informasi tentang obyek, area atau fenomena melalui analisa terhadap data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah ataupun fenomena yang dikaji (Lillesand dan Kiefer,1979). Penginderaan jauh merupakan upaya untuk memperoleh, menemutunjukkan (mengidentifikasi) dan menganalisis objek dengan sensor pada posisi pengamatan daerah kajian (Avery, 1985). penginderaan jauh adalah berbagai teknik yang dikembangkan untuk perolehan dan analisis informasi tentang bumi, infomasi ini khusus berbentuk radiasi elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan dari permukaan bumi (Lindgren, 1985) Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa penginderaan jauh terdiri atas 3 komponen utama yaitu obyek yang diindera, sensor untuk merekam obyek dan spektrum elektronik yang dipantulkan atau dipancarkan oleh permukaan bumi. Interaksi dari komponen ini menghasilkan data penginderaan jauh yang selanjutnya diinterpretasi sehingga kita dapat mengetahui jenis obyek area ataupun fenomena yang ada. Perkembangan penginderaan jauh ini semakin cepat seiring dengan kemajuan teknologi. Sebelumnya penginderaan jauh lebih banyak menggunakan pesawat udara dan balon udara dalam perekaman data permukaan bumi, tetapi seiring dengan berkembangnya zaman penginderaan jauh sekarang menggunakan satelite. Demikian pula halnya dengan penggunaan sensor yang di bawa oleh berbagai wahana juga mengalami peningkatan baik dalam jenis sensor yang digunakan maupun tingkat kedetailan hasil penginderaan.

Landasan Teori
A. Masukan Data Penginderaan Jauh Dalam penginderaan jauh didapat masukan data atau hasil observasi diambil oleh sensor yang disebut citra. Citra merupakan gambaran dari suatu objek yang sedang diamati dengan menggunakan suatu alat pemantau berupa rekaman. Menurut Simonett (1983): bahwa citra sebagai gambaran rekaman suatu objek (biasanya berupa suatu gambaran pada foto) yang didapat dengan cara optik, elektro optik, optik mekanik atau elektronik

Gambar diatas merupakan langkah-langkah memasukkan dan analisis data dengan menggunakan penginderaan jauh (Remote Sensing).

B. Prinsip Dasar Penginderaan Jauh Prinsip dasar perekaman atau pengambilan data melalui metode penginderaan jauh dilakukan berdasarkan adanya komponen-komponen dari sistem Penginderaan Jauh adalah target, sumber energi, alur transmisi, dan sensor dimana sistem ini saling berinteraksi. Berikut adalah proses pengambilan data melalui penginderaan jauh :Adanya sumber energi yang memancarkan energi elektromagnetik pada target. Energi berinteraksi dengan target dan sekaligus berfungsi sebagai media untuk meneruskan informasi dari target kepada sensor. Sensor adalah sebuah alat yang mengumpulkan dan mencatat radiasi elektromagnetik. Setelah dicatat, data akan dikirimkan ke stasiun penerima dan diproses menjadi format yang siap pakai, diantaranya berupa citra. Citra ini kemudian diinterpretasi untuk menyarikan informasi mengenai target. Proses interpretasi biasanya menggunakan software pengolah citra untuk menghasilkan suatu informasi.

Untuk lebih jelasnya mari perhatikan skema dibawah ini :

C. Teknologi Penginderaan Jauh Adapun teknologi (alat) yang digunakan dalam pengambilan data melalui penginderaan jauh adalah sensor, platform (wahana), Stasiun Penerima. a. Sensor Sensor adalah alat yang digunakan untuk mendeteksi gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh suatu obyek. Sensor dibagi menjadi dua berdasarkan sumbernya yaitu sensor pasif dan sensor aktif.

Sensor pasif

Sensor aktif

b. Platform (Wahana) Untuk melakukan penginderaan jarak jauh diperlukan alat sensor, alat pengolah data dan alat-alat lainnya sebagai pendukung. Oleh karena sensor tidak ditempatkan pada objek, maka perlu adanya wahana atau alat sebagai tempat untuk meletakkan sensor. Wahana tersebut dapat berupa balon udara, pesawat terbang, satelit atau wahana lainnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat gambar dibawah ini.

Dengan menggunakan wahana seperti di atas itulah maka alat penginderaan jauh ditempatkan. Semakin tinggi letak sensor maka daerah yang terdeteksi atau yang dapat diterima oleh sensor semakin luas. Jadi jangkauan penginderaannya semakin luas seperti digambarkan dibawah ini. Keterangan : I. Satelit dengan orbit 200 - 36.000 km; II. Pesawat yang terbang rendah (> 15 km); III. Pesawat yang terbang rendah (9 15 km); IV. Pesawat yang terbang rendah (< 9 km). (Sumber: Drs. Suryantoro MS, IKIP Malang).

c. Stasiun Penerima Sebelum dikirim data-data yang telah direkam terlebih dahulu dikumpulkan dari sebuah sistem Penginderaan Jauh. Baru kemudian data dikirim ke bumi yaitu kepada sebuah stasiun penerima. Data diterima oleh stasiun penerima dalam bentuk format digital mentah. Kemudian data tersebut akan diproses untuk pengkoreksian sistematik, geometrik dan atmosferik dan dikonversi menjadi format standard. Data kemudian disimpan dalam tape, disk atau CD.

D. Sumber Energi Sumber energi dalam penginderaan jauh adalah radiasi gelombang elektromagnetik (GEM), dimana berfungsi sebagai medium untuk pengiriman informasi dari target kepada sensor. Radiasi gelombang elektromagnetik dibentuk oleh dua komponen sekaligus yaitu komponen listrik dan komponen magnet, serta dipengaruhi oleh sifat elektrik dan magnetik dari obyek yang berinteraksi dengan radiasi gelombang

elektromagnetik.

Susunan semua bentuk gelombang elektromagnetik berdasarkan panjang gelombang dan frekuensinya disebut gelombang elektromagnetik. Gambar gelombang elektromagnetik di bawah disusun berdasarkan panjang gelombang (diukur dalam satuan meter) mencakup kisaran energi yang sangat rendah, dengan panjang gelombang tinggi dan frekuensi rendah, seperti gelombang radio sampai ke energi yang sangat tinggi, dengan panjang gelombang rendah dan frekuensi tinggi seperti radiasi X-ray dan Gamma Ray.

0.3 0.4 m: ultraviolet 0.4 0.7 m: sinar tampak 0.7 3.0 m: inframerah dekat 3.0 8.0 m: middle infrared 8.0 1000 m: infra merah termal 1 mm 100 cm : gelombang mikro

Spektrum Elektromagnetik

E. Sistem Penginderaan Jauh Sistem penginderaan jauh mencakup beberapa komponen utama yaitu: (1). Sumber energi; (2). Sensor sebagai alat perekam data; (3). Stasiun bumi sebagai pengendali dan penyimpan data; (4). Fasilitas pemrosesan data; (5). Pengguna data Berikut adalah gambar yang menghubungkan kelima komponen diatas :

Penginderaan jauh dengan menggunakan tenaga matahari dinamakan penginderaan jauh sistem pasif. Penginderaan jauh sistem pasif menggunakan pancaran cahaya, hanya dapat beroperasi pada siang hari saat cuaca cerah. Penginderaan jauh sistem pasif yang menggunakan tenaga pancaran tenaga thermal, dapat beroperasi pada siang maupun malam hari. Citra mudah pengenalannya pada saat perbedaan suhu antara tiap objek cukup besar. Kelemahan penginderaan jauh sistem ini adalah resolusi spasialnya semakin kasar karenapanjang

gelombangnya semakin besar. Penginderaan jauh dengan menggunakan sumber tenaga buatan disebut penginderaan jauh sistem aktif. Penginderaan sistem aktif sengaja dibuat dan dipancarkan dari sensor yang kemudian dipantulkan kembali ke sensor tersebut untuk direkam. Pada umumnya sistem ini menggunakan gelombang mikro, tapi dapat juga menggunakan spektrum tampak, dengan sumber tenaga buatan berupa laser.

Aplikasi Penginderaan Jauh di Bidang Geologi


Penggunaan data penginderaan jauh dalam bidang kebumian pada dasarnya adalah mengenal dan memetakan obyek dan menafsirkan proses pembentukannya dan menafsirkan kaitannya dengan aspek lain. Untuk melakukan hal di atas ada dua metoda yang umum dilakukan yakni melalui metoda visual/manual dan pemrosesan digital. Analisa visual untuk geologi didasarkan atas unsur unsur dasar dari citra, sedangkan cara pemrosesan digital menggunakan software yang ada. Meskipun demikian penerapan pemrosesan digital, dalam batas tertentu, sangat membantu kelancaran analisis visual. Berikut akan dibahas bagaimana data dan informasi geologi dapat diperoleh dari citra penginderaan jauh. A. Daerah Gunung Api Data penginderaan jauh untuk kegunungapian dapat memberikan informasi mengenai bentuk dan sebaran produk erupsi seperti endapan piroklastik, aliran dan kubah lava dari bentuknya yang khas. Disamping itu data penginderaan jauh dapat juga memberikan gambaran mengenai komplek gunungapi dan sejarah erupsinya yang tercermin dari perbedaan derajat erosi, gunungapi aktif dengan sebaran piroklastik dan aliran lahar. Kenampakan pada citra diperlihatkan pada gambar dibawah ini. Keterangan : Gambar Kaldera Tengger dengan tubuh kerucut tua (A) dan Kerucut muda (B).Pada citra kerucut tua (A) dikenal melalui ekspresi derajat erosi yang kasar dan kerucut muda (B) dengan derajat erosi yang relatif halus.

Gambar Aliran lava samping Gunung

dari

erupsi Jawa

Ceremai,

Barat. Pada gambar diperlihatkan suatu aliran lava baru (warna biru kehijauan) dengan derajat erosi halus (tekstur halus) dan aliran lava tua (merah-merah muda) dengan bentuk dan pola aliran yang khas.

Gambar pegunungan

komplek Dieng.Citra

gunungapi Landsat

yang memperlihatkan sebaran dari kerucut gunung api berdasarkan tingkat derajat erosi yang berbedabeda.

B. Daerah Batuan Sedimen Terlipat Batuan sedimen terlipat dicirikan oleh bentuk dan pola topografi yang khas dan dapat dikenal dengan baik pada citra satelit inderaja, dengan kenampakan sebagai berikut: a) Susunan topografi yang terdiri dari perselingan antara lembah dan pematang bukit memanjang saling sejajar. b) Batuan karbonat yang umumnya keras biasanya menempati topografi tinggi, dikenal dengan baik apabila menunjukkan bentuk morfologi karst. Breksi juga menempati topografi tinggi, homogen dan memperlihatkan tekstur topografi kasar-sangat kasar. c) Kemiringan bidang perlapisan dapat dikenal dari bentuk morfologi messa, cuesta atau hogback tergantung pada besarnya sudut kemiringan bidang perlapisan tersebut. d) Sumbu lipatan dapat dikenal dari punggungan atau lembah berbentuk bulat, lonjong atau tapal kuda.

e) Struktur sesar dapat dikenal dengan baik oleh beberapa kenampakan di antaranya adanya pergeseran bidang perlapisan, kelurusan topografi dalam skala regional, gawir topografi, kelurusan segmen sungai, pergeseran aliran sungai, orientasi bukit dan gejala geologi lain dan sebagainya. Kelurusan topografi yang berpola teratur menunjukkan adanya suatu pola rekahan pada batuan/kelompok batuan.

Gambar

disamping

merupakan

morfologi lipatan yang bercirikan oleh perbukitan yang memanjang BaratTimur dengan ekspresi topografi

sedang-kasar.

Gambar

disamping

Morfologi

lipatan yang dicirikan oleh susunan topografi perselingan yang antara terdiri lembah dari dan

pematang bukit memanjang saling sejajar.

Arah memanjang dari bentuk morfologi ini merupakan jejak dari bidang perlapisan. A. ditafsirkan sebagai batupasir dengan relief topografi tinggi dan tekstur kasar. B. ditafsirkan sebagai batulempung dengan relief topografi rendah, tekstur halus. C. ditafsirkan sebagai batugamping dengan relief topografi tinggi dan tekstur kasar. D. ditafsirkan sebagai antiklin diekspresikan oleh bentuk menyerupai sepatu.

Gambar disamping menggambarkan Morfologi homoklin) lipatan yang (perbukitan oleh

dicirikan

perbukitan yang memanjang dengan ekspresi topografi sedang kasar, tersusun dari batuan lempung sisipan batupasir, batupasir, batugamping, dan breksi.

Dari gambar diatas dapat kita tafsirkan bahwa : A. ditafsirkan sebagai lempung sisipan batupasir, memperlihatkan tekstur halus dengan relief topografi yang rendah. B. ditafsirkan sebagai batupasir, memperlihatkan relief yang tinggi dengan tekstur sedang. C. ditafsirkan sebagai batugamping/batuan karbonat yang memperlihatkan bentuk morfologi karst, tekstur topografi kasar. D. ditafsirkan sebagai brelsi, menempati topografi tinggi, homogen dan

memperlihatkan tekstur topografi kasar-sangat kasar.

Gambar disamping menggambarkan Morfologi Kubah Garam (kiri) dan sedimen terlipat dengan struktur geologi antikllin (kanan).

C. Daerah Tektonik Morfologi yang dibentuk oleh tumbukan lempeng pada citra satelit dapat dilihat melalui bentuk(shape), tekstur, dan polanya yang secara visual terekspresikan pada citra. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar dibawah ini.

Gambar Kenampakan morfologi perlipatan dan patahan yang terbentuk oleh tumbukan lempeng. Gambar disebelah kiri adalah morfologi hogbag yang merupakan bagian dari bentangalam tektonik yang terdapat di pegunungan Rocky Colorado, USA. Gambar tersebut diambil dari udara melaui kockpit pesawat. Pada gambar tampak morfologi hogbag dicirikan oleh perbukitan berbentuk linear dengan kemiringan lapisan batuannya yang curam. Pada gambar tampak juga adanya pergeseran bukit (offset) yang menandai adanya patahan/sesar. Gambar disebelah kanan adalah kenampakan morfologi tektonik yang diambil dari satelit dimana morfologi hogbag merupakan bagian dari jalur pegunungan lipatan Rocky Mountains.

Gambar diatas merupakan kenampakan morfologi tektonik yang terdapat di pegunungan Zagros, Iran, yang tersusun dari perbukitan lipatan sinklin - antiklin. Pola perlipatan tampak dengan jelas melalui bentuk dan pola lipatan sinklin dan antiklinnya yang berbentuk shoe shape. Kemiringan lapisan batuannya dapat dikenali melalui bentuk flat iron (bentuk-bentuk segitriga).

D. Pola Pengaliran Sungai Selain itu dengan menggunakan citra satellite kita dapat menetukan bentuk dari pola pengaliran sungai. Berikut adalah bentuk-bentuk dari pola pengaliran sungai yang diambil menggunakan citra satelit.

Gambar 6-38. Pola aliran sungai yang mengikuti Tampak pola Sesar Sumatera. dari

lineament-lineament

sesar yang juga merupakan saluransaluran sungai.

Gambar Pola aliran sungai Luwuk, Sulawesi Tengah.

Gambar 6-40 Genangan banjir (rona warna: hijau muda biru),

disepanjang aliran sungai. Terletak di Pantai Barat Nangroe Aceh

Darussalam.

Gambar Pencemaran waduk Saguling oleh enceng gondok (rona warna : merah) dibagian hulu dari reservoir bendungan Saguling, Jawa Barat.

Bagian selatan (kiri bawah, rona warna merah kecoklatan) merupakan morfologi berbukitan, bertekstur kasar dengan ekspresi topografi berupa bukit berelief tinggi yang ditempati oleh batu breksi.Rona warna coklat kekuningan, tersebar secara spoted, ditafsirkan sebagai morfolog intrusi. Rona warna biru kehijauan dengan ekspresi topografi landai datar, merupakan batuan sedimen lunak

Kesimpulan dan Saran


Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya sekarang kita telah mengenal dan memahami apa itu penginderaan jauh (Remote Sensing) dan pengaplikasiannya dalam disiplin ilmu kebumian terutama pada bidang yang sedang kita tekuni yakni geologi. Karena begitu banyak disiplin ilmu yang relevansi dengan penginderaan jauh ini kami harap ada inovasi-inovasi baru untuk meningkatkan kemampuan kerja dan manfaat alat penginderaan jauh serta adanya studi dan training mendalam bagi orang yang bekerja khusus dalam bidang yang berhubungan dengan penginderaan jauh karena orang yang profesional dalam hal ini masih terbatas.

Daftar Pustaka Floyd, Sabins F. 1978. Remote Sensing: Principles and Interprestation. New York: W H Freeman and Company. Lilesand. T.M., Kiefer., Chipman, J.W. 2004. Remote Sensing and Image Interprestation. New York: John Wiley & Sons Inc. Meurah, Cut R. 2007. Pengantar Geografi I. Jakarta: Erlangga. Noor, Djauhari. 2008. Pengantar Geologi Edisi Pertama. Bogor: Pakuan University Press. Sutanto. 1986. Penginderaan Jauh I. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. http://bahanremotesensing.blogspot.com/2011/02/konsep-dasar-penginderaan-jauhremote.html http://budgeo90.blogspot.com/2012/07/penginderaan-jauh.html http://budisma.web.id/komponen-pengindraan-jauh.html

You might also like