You are on page 1of 8

Rekomendasi dan Arahan Tata Guna Lahan Kelurahan Gondoriyo, Podorejo dan Wates Kecamatan Ngaliyan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


5.1 Kesimpulan Dalam pembangunan dan perencanaan suatu wilayah dan kota, diperlukan pemahaman terhadap aspek-aspek geologisnya. Aspekaspek ini menyangkut aspek fisik maupun non fisik. Aspek fisik meliputi letak dan luas wilayah, topografi, klimatologi, morfologi, litologi, stratigrafi, geologi. hidrologi, fisik hidrogeologi, ini struktur geologi, dan bahaya memiliki Aspek menyebabkan suatu daerah

Geologi Lingkung an

karakteristik serta kondisi eksisting yang berbeda-beda. Sedangkan aspek non fisiknya dapat berupa karakteristik penduduk, keadaan ekonomi, sosial, dan budaya, serta tata guna lahan. Dengan pemahaman dari setiap karakteristik wilayah studi, dapat dilakukan analisis serta diharapkan dapat diciptakan suatu produk perencanaan yang sesuai dengan potensi dan kondisi wilayah serta dapat direalisasikan pemanfaatannya untuk memenuhi kebutuhan manusia yang semakin berkembang. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan mengenai gambaran ketiga kondisi wilayah studi, yaitu Kelurahan Wates, Podorejo, dan Gondoriyo. Secara umum, ketiga wilayah studi terletak pada kelerengan 0-2%, 215%, 15-25%, dan 25-40% dengan keadaan topografi datar, landai, agak curam, dan curam. Sementara itu, wilayah studi memiliki keadaan klimatologis yang berupa iklim muson tropis dengan curah hujan rata-rata 15,1 mm/hari, dan suhu berkisar antara 200 - 330 C. Bentuk morfologi wilayah studi berupa dataran agak datar, berbukit kecil, bergelombang, berbukit, dan berombak. Sedangkan untuk litologi tanahnya berupa asosiasi alluvial kelabu dan coklat kekelabuan, latosol coklat tua kemerahan, dan mediteran coklat tua dan litologi batuannya berupa batuan breksi dan tuf vulkanik serta batu pasir. Pada wilayah studi terdapat batuan dalam bentuk formasi damar, alluvium dataran, dan formasi kaligetas.

Rekomendasi dan Arahan Tata Guna Lahan Kelurahan Gondoriyo, Podorejo dan Wates Kecamatan Ngaliyan

Untuk aspek hidrologi, pada umumnya keadaan hidrologi di wilayah studi dipengaruhi oleh aliran sungai. Wilayah studi mikro dilewati oleh Sungai Gondoriyo, Sungai Beringin, Sungai Plumbon, dan beberapa anak sungai kecil lainnya. Sedangkan aspek hidrogeologi, ketiga wilayah studi mikro memiliki potensi air bawah tanah, yaitu jenis air akuifer produktif sedang dengan debit >10 liter per detik dan jenis air akuifer produktif dengan debit 5-10 liter per detik. Bahaya geologi yang rentan terjadi di ketiga wilayah studi adalah bahaya longsor dan banjir. Hal ini diakibatkan masih terjadinya gerakan tanah pada wilayah studi baik intensitas rendah hingga sedang. Sedangkan banjir yang terjadi adalah berasal dari banjir kiriman serta dari luapan sungai yang ada di sekitar wilayah studi. Sesuai hasil analisis aspek-aspek geologi lingkungan, wilayah studi berpotensi jika digunakan sebagai kawasan budidaya dan area konservasi. Namun, tidak menutup kemungkinan bila dikembangkan pula sebagai kawasan pertanian, terutama pertanian lahan basah. Kawasan konservasi atau penyangga dapat didirikan di bagian utara kelurahan Gondoriyo. Tanaman yang dapat ditanam pada area konservasi berupa tanaman dikotil yang memiliki perakaran kuat sehingga mampu menahan laju erosi dan gerakan tanah. Sedangkan untuk kawasan permukiman, dapat didirikan pada daerah yang bertopografi datar (0-2%) dan landai (2-15%), yaitu di kelurahan Podorejo, sedangkan untuk pertanian lahan basah dapat didirikan di sebelah selatan kelurahan Wates. 5.2 Rekomendasi Rekomendasi diberikan sebagai masukkan dan saran dalam
Geologi Lingkung an

perencanaan penggunaan lahan yang disesuaikan dengan karakteristik wilayah studi. Rekomendasi ini diberikan sebagai hasil analisis yang telah dilakukan pada masing-masing aspek geologi dengan mempertimbangkan dampak positif dan negatif terhadap hal-hal yang akan terjadi. Disini kami memberikan rekomendasi pemanfaatan tata

Rekomendasi dan Arahan Tata Guna Lahan Kelurahan Gondoriyo, Podorejo dan Wates Kecamatan Ngaliyan

guna lahan di Kecamatan Ngaliyan, khususnya Kelurahan Gondoriyo, Kelurahan Podorejo, Kelurahan Wates. Dengan rekomendasi ini, harapan kami semoga rekomendasi ini dapat dijadikan sebagai titik acuan dalam pemanfaatan tata guna lahan di wilayah studi, sehingga wilayah studi dapat berkembang menjadi suatu wilayah yang terencana dengan baik. 5.2.1 Rekomendasi Bagi Pemerintah Pemerintah Kota Semarang merupakan pemegang peranan penting dalam menentukan kebijakan dan pola pemanfaatan tata guna lahan di wilayah Semarang. Adapun rekomendasi bagi pemerintah dalam menangani wilayah studi, antara lain sebagai berikut: Pemerintah diharapkan dapat melakukan tinjauan langsung ke lapangan secara berkala guna memantau segala bentuk kegiatan penggunaan lahan yang ada di wilayah tersebut. Hal ini berfungsi untuk mencocokkan antara kebijakan pemerintah yang telah dicanangkan bagi wilayah tersebut dengan pemanfaatan lahan yang diterapkan di wilayah tersebut. Jika tidak sesuai atau dirasa merugikan baik pihak perintah maupun masyarakatnya, pemerintah tentang dapat mengeluarkan Pemerintah peraturan-peraturan memberikan pemafaatan kepada
Geologi Lingkung an

lahan di wilayah tersebut. senantiasa penyuluhan masyarakat tentang pemanfaatan lahan yang baik agar tidak terjadi kesalahan pemanfaatan lahan. Pemerintah diharapkan lebih selektif dalam memberikan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB). Ijin ini berfungsi agar bahaya yang akan ditimbulkan dari pendirian bangunan tersebut dapat diminimalisir karena keadaan geologi bangunan sudah teridentifikasi terlebih dahulu sehingga faktor keamanan dapat lebih diperhatikan. Pemerintah diharapkan lebih selektif dalam memberikan ijin melakukan pembukaan lahan yang akan digunakan sebagai

Rekomendasi dan Arahan Tata Guna Lahan Kelurahan Gondoriyo, Podorejo dan Wates Kecamatan Ngaliyan

lahan terbangun maupun pertanian penduduknya. Hal ini berfungsi untuk mencegah munculnya bahaya geologi di kawasan tersebut. Pemerintah diharapkan lebih meningkatkan kerjasama dengan pihak-pihak lain dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan. Seperti masyarakat swasta, maupun pihak-pihak yang ikut berpartisipasi dalam pemanfaatan wilayah studi. 5.2.2 Rekomendasi Bagi Masyarakat Masyarakat sebagai subjek sekaligus objek yang berhubungan langsung dengan struktur dan dampak penggunaan lahan di wilayah studi, seharusnya dapat memanfaatkan lahan sesuai dengan kondisinya. Disini, masyarakat sebaiknya dapat mengenali kondisi geologis dari wilayah yang ditempatinya, walaupun tidak secara mendalam namun masyarakat diharapkan telah memiliki pengetahuan atau informasi mendasar mengenai kondisi wilayah yang ditempatinya. Rekomendasi untuk masyarakat, antara lain: Perlu adanya partisipasi masyarakat untuk mendukung segala kebijakan dari pemerintah, seperti kesadaran tentang pentingnya surat IMB karena untuk memperoleh surat IMB perlu adanya peninjauan lokasi yang secara tidak langsung memberikan pengetahuan tentang bahaya geologi yang mungkin terjadi pada lokasi-lokasi tertentu. Meningkatkan kewaspadaan dalam melakukan aktivitasnya, seperti dalam kegiatan pertanian atau kegiatan lain yang berhubungan langsung dengan alam. Hal ini dimaksudkan agar dampak negatif yang dapat dimunculkan dari bahaya geologi dapat diminimalkan atau bahkan dapat dihindari. Menambah pengetahuan serta informasi-informasi mengenai lingkungannya, dilakukan sehingga penyuluhan-penyuluhan tepat sasaran yang karena pemerintah dapat
Geologi Lingkung an

masyarakat telah memiliki bekal pengetahuan yang cukup.

Rekomendasi dan Arahan Tata Guna Lahan Kelurahan Gondoriyo, Podorejo dan Wates Kecamatan Ngaliyan

Geologi Lingkung an

Masyarakat

diharapkan

melakukan

penghijauan

dengan

vegetasi yang tepat di daerah dengan keadaan yang rawan akan bencana longsor dan memelihara daerah serapan yang ada untuk mengurangi frekuensi terjadinya bencana longsor. Menjaga kawasan konservasi dan hutan lindung yang ada di wilayah studi. Memelihara kelestarian ekosistem di sekitar aliran sungai, dengan tetap menjaga keberadaan dan keberlangsungan kawasan hijau di sekitar DAS yang ada di wilayah studi yang berfungsi sebagai lahan hijau dan kawasan resapan. 5.2.3 Rekomendasi Bagi Developer Developer pembangunan penggunaan merupakan wilayah. yang pihak Untuk akan yang itu, berhubungan dalam dengan juga suatu lahan merencanakan

diterapkan

sebaiknya

mempertimbangkan segala aspek yang berhubungan dengan wilayah tersebut agar tidak menimbulkan dampak-dampak yang negatif, yang dapat merugikan masyarakat dan lingkungan sekitar. Rekomendasi yang bisa diberikan untuk developer, sebagai berikut: Tetap menjaga kelestarian wilayah studi yang berfungsi sebagai tersebut. Tidak diperkenankan untuk membangun pemukiman warga di wilayah yang memiliki ancaman untuk terjadinya gerakan tanah, seperti longsor. Hal itu, akan membahayakan keselamatan jiwa para warga di wilayah tersebut. Sebaiknya dalam merencanakan sebuah pembangunan di suatu kawasan, para developer mempelajari keadaan fisik maupun non fisik dari wilayah tersebut, baik itu mempertimbangkan ancaman sekecil apapun. Jangan sampai hanya memperhitungkan segi kestrategisan dan kemampuan daerah penyerapan air hujan dengan tidak membangun sebuah kawasan pemukiman di atas daerah

Rekomendasi dan Arahan Tata Guna Lahan Kelurahan Gondoriyo, Podorejo dan Wates Kecamatan Ngaliyan

untuk berkembang saja, namun juga segi keamanan harus diperhatikan. Di wilayah studi terdapat bahaya geologi banjir, erosi, tanah labil dan gerakan tanah, untuk itu pihak developer harus memperhatikan aspek-aspek lingkungan fisik dalam upaya pembangunan aspek perumahan, dari tidak hanya kawasan memperhatikan tetapi tidak ekonomis suatu
Geologi Lingkung an

menghiraukan potensi bahaya geologi yang dimiliki oleh kawasan tersebut. 5.2.4 Rekomendasi Arahan Pemanfaatan Lahan Rekomendasi memberikan tata arahan penggunaan lahan lahan yang diberikan tepat untuk dengan penggunaan

mempertimbangkan segala aspek geologi yang ada di wilayah studi. Dengan pengarahan tentang penggunaan lahan yang tepat, hal-hal negatif yang mungkin akan dimnuculkan, dapat diminimalkan atau bahkan dapat dihindari. Rekomendasi untuk arahan penggunaan lahan, antara lain : Penggunaan tata ruang dan pembudidayaan dataran dengan resiko longsor, tepatnya di Kelurahan Podorejo harus disesuaikan dengan adanya kemungkinan longsor yang lebih parah lagi dan perlu adanya peta bahaya geologi sebagai panduan dalam pemanfaatan lahan. Semua kegiatan dan pembangunan fisik yang berada di daerah serapan air di Kelurahan Wates dan Gondoriyo harus menyesuaikan dengan tata ruang yang telah memperhitungkan komposisi antara daerah terbangun dan tidak terbangun. Hal ini ditujukan untuk menghindari resiko terjadinya banjir di kawasan sekitar dengan ketinggian tempat yang lebih rendah dari wilayah studi. Kelerengan 2-15 % yang terletak di bagian selatan dan sebagian kecil wilayah utara Kelurahan Gondoriyo, di bagian tengah hingga selatan Kelurahan Podorejo, dan bagian

Rekomendasi dan Arahan Tata Guna Lahan Kelurahan Gondoriyo, Podorejo dan Wates Kecamatan Ngaliyan

selatan Kelurahan Wates dengan bentang alam landai, lebih cocok untuk permukiman dan dry farming. Kawasan ini cocok digunakan sebagai kawasan permukiman dan dry farming dikarenakan memiliki potensi longsor yang kecil. Kelerengan 15-25% yang berada di di hampir seluruh wilayah Kelurahan Gondoriyo dan utara Kelurahan Podorejo dengan bentang alam landai sampai agak curam serta jenis tanah yang rawan terhadap bahaya erosi, lebih cocok digunakan sebagai kawasan penyangga. Kelerengan 25-40 % dengan bentang alam curam yang lebih cocok untuk daerah konservasi dan sangat tidak cocok untuk permukiman karena longsor rentan terjadi, terlebih apabila terjadi hujan intensistas sedang hingga tinggi, bahaya longsor sangat mungkin terjadi.
Geologi Lingkung an

5.2.5 Rekomendasi Pengurangan Bahaya Geologi Berdasarkan hasil analisis terhadap aspek-aspek geologi di wilayah studi, untuk mengurangi dampak bahaya geologi, yaitu bencana longsor dan banjir yang timbul di Kelurahan, serta banjir yang timbul di tiga Kelurahan wilayah studi, yaitu sebaiknya memperhatikan beberapa hal, yaitu : Di Kelurahan Podorejo dan Kelurahan Wates yang sangat berpotensi terjadi bencana longsor sebaiknya dapat dikendalikan dengan melakukan penanaman vegetasi yang berakar kuat pada daerah tebing dan tanah miring (misalnya: pohon jati) guna mengurangi pukulan air hujan sehingga memperlambat laju erosi dan menyerap air hujan yang menjadi salah satu penyebab longsor. Di Kelurahan Wates, sering terjadi banjir sehingga perlu adanya pelestarian dan pemeliharaan kawasan penyangga dari DAS Beringin.

Rekomendasi dan Arahan Tata Guna Lahan Kelurahan Gondoriyo, Podorejo dan Wates Kecamatan Ngaliyan

Geologi Lingkung an

Di Kelurahan Podorejo, sering terjadi banjir karena tejadinya alih fungsi lahan serta penebangan hutan sehingga perlu adanya peraturan pemerintah yang dapat mengatasi kegiatan tersebut.

Di Kelurahan Gondoriyo, sering terjadi banjir kiriman dari sungai Mangkang, sehingga perlu adanya bendungan disekitar permukiman untuk menampung air sungai yang meluap dari sungai Mangkang.

You might also like