You are on page 1of 6

Filsafat, Moral dan Etika Oleh Panji Maulana (1006676823, No Absen 64)

Seringkali kita mendengar istilah filsafat. Istilah filsafat ini seringkali dikaitkan dengan suatu cabang ilmu tertentu. Filsafat adalah suatu usaha manusia dalam berpikir lebih dalam dan menyeluruh tentang suatu subyek. Orang yang melakukan filsafat disebut sebagai filsuf. Filsafat ini seringkali dikatakan sebagai ilmu dari ilmu. Beberapa contoh definisi filsafat lainnya dalah sbb: 1. Pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mcngenai kehidupan yang dicita-citakan.[1] 2. Suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.[1] 3. Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli. (Plato) [2] 4. Filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika. (Aristoteles)[2] Berdasarkan definisi-definisi diatas, pengertian dari filosofi mengerucut menjadi pemikiran mendalam tentang kebenaran suatu hal. Hal ini sesuai dengan konsep dari filosofi itu sendiri yaitu mencari kebenaran akan suatu hal (ilmu, perilaku, dll). Ada beberapa ciri dari berpikir filosofis:[1] 1. Memiliki disiplin berpikir yang tinggi 2. Sistematis 3. Skematis 4. Komprehensif Keempat ciri diatas merupakan satu kesatuan yang harus ada di dalam berfilsafat.

Konsep filosofi ini muncul karena suatu ilmu mesti dibuktikan kebenarannya. Pembuktian ini dapat berupa eksperimen ataupun berpikir secara logis dan mendalam tentang hal tersebut. Namun, seringkali untuk hal-hal sosial filsafat dilakukan dengan cara berpikir secara mendalam. Konsep filsafat ini dimulai sejak zaman Yunani kuno oleh Pitagoras.[3] Setelah filsafat masuklah suatu istilah yang sering digunakan dalam kehidupan seharihari yaitu moral. Moral adalah suatu nilai kepantasan tentang baik dan buruk yang tidak terlembaga. Moral bersifat tidak tertulis, sama seperti etika. Namun, moral memiliki sanksi apabila tidak dipatuhi yang berupa sanksi sosial dari masyarakat. Contoh dari moral adalah peraturan-peraturan seperti Dilarang mencuri, Dilarang berbohong, Dilarang membunuh, dan sebagainya. Kata moral berasal dari bahasa latin yang memiliki bentuk tunggal mos sedangkan bentuk jamaknya yaitu mores yang masing-masing mempunyai arti yang sama yaitu kebiasaan atau adat.[4] Hal ini mengisyaratkan bahwa moral berasal dari kebiasaan, adat, tradisional dari suatu wilayah yang mempengaruhi bagaimana penilaian akan baik-buruknya suatu perilaku manusia. Meski, pada umunya, terdapat beberapa moral yang bersifat universal seperti yang telah dicontohkan diatas. Berawal dari konsep moral tersebut muncul moralitas. Moralitas adalah tuntunan manusia dalam bersikap (baik-buruk) menurut batasan-batasan moral. komponen, yaitu: 1. Komponen afektif 2. Komponen kognitif 3. Komponen perilaku Setelah istilah moral, kemudian muncul istilah etik atau etika. Di dalam kehidupannya, manusia tak akan lepas hubungannya dengan manusia lainnya maupun dengan lingkungannya. Dalam hubungan ini seseorang mesti berlaku sesuai dengan apa yang disebut oleh etik. Secara umum, pengertian dari etik adalah aturan atau tata perilaku baik-buruk manusia dalam bertindak yang telah dipertimbangkan melalui bermacam-macam aspek secara menyeluruh. Meski pengertian dari etika tersebut terdapat kata aturan, namun aturan ini tidaklah bersifat tertulis seperti hukum, namun lebih seperti pedoman tidak tertulis yang menjadi pegangan manusia di
[5]

Moralitas memiliki tiga

dalam kehidupannya. Ilmu yang mempelajari etik atau bagaimana manusia bersikap sesuai dengan kepatutannya disebut etika. Namun, seringkali etik dan etika disamaartikan oleh orang banyak.. Berasal dari pengertian etimologi moral, maka pengertian moral dan etika tidaklah berbeda jauh, dimana etika berasal dari bahasa Yunani. Namun, perbedaan diantara keduanya adalah ajaran moral bersumber dari adat-istiadat maupun ideologi, sedangkan etika bukanlah merupakan ajaran melainkan ilmu sehingga haruslah dituntut sendiri dari lingkungannya tempat seseorang berada.[6] Meski moral dan etika memiliki perbedaan, namun pada dasarnya etikalah membentuk moral. Etika dapat dikatakan sebagai pemikiran kritis dan penjabaran (filsafat) dari moral. .Posisi etika pun berbeda dengan moral, dimana etika terletak diantara hukum dan moral di daerah yang disebut sebagai grey zone. Pedoman dalam bersikap antar individu disebut sebagai etiket atau sering disebut sopan santun. Pengertian tentang etik tersebut pun tidaklah mutlak adanya. Banyak sekali teori-teori yang muncul tentang definisi etik, tergantung dari masing-masing individu menafsirkannya. Pengertian diatas merupakan pengertian dari tafsiran penulis sendiri. Adapun beberapa definisi dari etika sbb: 1. Etika mempunyai arti yaitu ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan (K. Bertens, 2000)[4] 2. Tuntunan kepatutan serta kepantasan nilai antara benar-salah dan baik-buruk (hasil analisa individual atau kelompok) yang memperhatikan berbagai aspek terkait secara utuh dan komprehensif. [6] 3. Bahan pertimbangan dalam mengevaluasi, menilai dan memutuskan untuk bersikap dan bertindak terhadap suatu kasus dalam peri kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berprofesi, berbangsa, atau bernegri. [6] 4. Etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik. (OP Simorangkir) [7]

5. Etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik
dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal. (Drs Sidi Gajalba) [7] 6. Etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam hidupnya. (Drs H. Burhanudin Salam) [7]

Dari berbagai pengertian diatas, dapat ditarik intisarinya bahwa etika berhubungan dengan bagaimana manusia berperilaku yang baik. Hal ini merupakan hal yang krusial bagi manusia karena tanpa adanya etika di dalam berkehidupan maka timbul berbagai macam masalahmasalah sosial serta kekacauan di masyarakat. Pengertian-pengertian diatas mengerucut pada satu tujuan, yaitu membentuk pribadi manusia yang baik serta tidak membuat kerusakan di muka bumi. Sebagai contoh, apabila kita sedang berada di jalan dan kita melihat seseorang tertimpa kecelakaan, maka kita mesti berhenti dari pekerjaan kita dan menolong orang tersebut. Konsep etika ini muncul dari Yunani kuno yang berakar pada agama-agama yang populer dianut oleh masyarakat dan kemudian disatukan dengan pemikiran dari filsuf-filsuf zaman tersebut.[4] Etika berasal dari kata ethos yang berarti tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak,watak, perasaan, sikap, cara berpikir.[4] Konsep etika tersebut kemudian dibentuk menjadi suatu akhlak-akhlak dimana membentuk personalitas seseorang. Berasal dari konsep tersebut muncullah berbagai macam penafsiran tentang etika sesuai dengan yang telah disebutkan sebelumnya. Penafsiran tersebut juga menimbulkan banyak konsep-konsep penerapan etika lainnya sehingga pandangan etika dapat berbeda-beda pada setiap orang maupun setiap daerah. Dari ketiga istilah diatas, dapat dikatakan bahwa ketiganya saling berhubungan. Telah disinggung sebelumnya juga bahwa etika merupakan filsafat dari moral. Hal ini mengimplikasikan bahwa etika berasal dari moral. Namun, tingkat dari etika dan moral pun tidaklah tetap, kadang etika memiliki tingkatan lebih tinggi dari moral begitu pula sebaliknya. Hal yang menentukan akan tingkatan tersebut adalah kasus yang dihadapi. Misal, pada kasus Robin Hood dimana dia mencuri dari orang yang kaya dan hasilnya diberikan kepada orang yang miskin pada cerita rakyat Inggris. Jika ditinjau, cara yang dilakukan oleh Robin Hood ini dapat dikatakan tidak beretika (mencuri dari orang kaya), namun tujuan dari hal ini adalah bermoral (menolong rakyat miskin). Dalam hal enjiniring, moral dan etika juga menjadi permasalahan yang dilematis bagi sebagian. Seperti kasus pada Ford Pinto pada tahun 1978 dimana para enjinir harus memilih antara keamanan dari pengguna dan keekonomisan dari produksi.[8] Oleh karena itu, penting bagi seorang enjinir untuk mengetahui akan pentingnya pengetahuan tentang moral dan etika karena produk dari para enjinir ini menyangkut hajat hidup orang banyak. Diperlukan moral judgment

dari enjinir untuk memilah-milah keputusan yang harus dibuat. Berawal dari pemikiran inilah muncul suatu cabang dari etika yang disebut sebagai etika profesi, dimana disini para profesional tersebut harus tahu kewajiban yang harus dipenuhi dari publik, klien, atasan maupun profesinya sendiri. Etika yang dipegang oleh para enjinir disebut sebagai etika enjiniring.[9] Berdasarkan definisi dan konsep tersebut, seorang enjinir dituntut untuk memiliki suatu penilaian akan etika dan moral yang disebut sebagai moral judgment yang mana hal ini akan membantu dalam pekerjaannya kelak.

Referensi 1. http://pakguruonline.pendidikan.net/buku_tua_pakguru_dasar_kpdd_11.html 2. http://tanbihun.com/pendidikan/definisi-atau-pengertian-filsafat-dan-ilmu-pengetahuanserta-perbedaannya/ 3. http://www.perseus.tufts.edu/hopper/text?doc=Perseus%3Atext%3A1999.01.0258%3Ab ook%3D8%3Achapter%3D1 4. http://massofa.wordpress.com/2008/11/17/pengertian-etika-moral-dan-etiket/ 5. http://abdiplizz.wordpress.com/2011/04/19/perkembangan-moral/ 6. Student Guide Book Professional Ethics 7. http://duniabaca.com/pengertian-etika-dan-macam-macamnya.html

8. Fleddermann, Charles B.2008.Engineering Ethics.Amerika Serikat:Prentice Hall


9. http://aidillapradini.wordpress.com/2010/11/15/etika-dalam-engineering/

You might also like