You are on page 1of 2

Bagian 1 Pendahuluan

Manajemen syariah adalah suatu pengelolaan untuk memperoleh hasil optimal yang bemuara pada pencarian keridhaan Allah. Oleh sebab itu maka segala sesuatu langkah yang diambil dalam menjalankan manjemen tersebut harus berdasarkan aturan-aturan Allah. Aturan-aturan itu tertuang dalam Al-Quran, hadis dan beberapa contoh yang dilakukan oleh para sahabat. Sehubungan dengan itu maka isi dari manajemen syariah adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan ilmu manajemen konvensional yang diwarnai dengan aturan Al-Quran, hadis dan beberapa contoh yang dilakukan oleh para sahabat. Dari definisi tersebut diatas. maka lingkup manajemen syariah sangatlah luas, antara lain mencakup tentang pemasaran, produksi, mutu, keuangan, sumber daya alam, sumber daya manusia, dan masih banyak hal lagi yang belum tersebutkan. Bahkan manajemen qalbu (MQ) yang dikembangkan oleh Aa Gim juga merupakan rumpun yang sama dengan manajemen syariah. Agar tidak terlalu luas pembahasan dalam buku ini, sengaja dibatasi hanya dalam bidang ekonomi dan pemerintahan yang berhubungan dengan pemasaran, produksi, keuangan, sumber daya manusia, mutu, sumber daya alam dan pengaturan pemerintahan.

1.1 Perbedaan Antara Manajemen Konvensional dan Syariah


Semua orang telah mengetahui bahwa prinsip-prinsip ekonomi pada umumnya dan manajemen pada khususnya selalu mengagungkan perolehan hasil sebesar-besarnya dengan kerja sekecil-kecilya. Prinsip konvensional ini berkembang pesat di dunia barat. Islam tidak menentang prinsip konvensional ini bahkan mendorong prinsip itu. Masalahnya adalah manajemen syariah hanya menambahkan rambu-rambu penerapan prinsip konvensional agar tidak hanya ditujukan untuk memperoleh hasil di dunia saja melainkan harus dibarengi dengan perolehan hasil di akherat. Adanya rambu-rambu ini diharapkan para pelaku ekonomi pada umumnya dan manajemen pada khususnya mempunyai rem yang cukup pakem untuk tidak merugikan orang lain. Untuk memahami manajemen syariah ini harus terlebih dahulu mengetahui pandangan Islam tentang harta dan dasar-dasar sistem ekonominya. Diterangkan dalam AI-Quran bahwa harta adalah sebuah obyek yang digunakan menguji manusia dan harta juga sebuah sarana untuk melaksanakan taqwa. Selain itu diperingatkan pula bahwa harta dapat membawa mala petaka manusia di akherat nanti bila salah menyikapinya. Ada dua pandangan Islam dalam melihat harta; sebagai suatu hak atau kepemilikan sesama manusia, Islam sangat menghargainya sedang dalam hubungan manusia terhadap tuhannya, manusia tidak mempunyai hak sama sekali. Bertolak dari dasar-dasar tersebut diatas maka semua yang dilakukan dalam manajemen syariah yang dititik beratkan pada bidang ekonomi tidak akan lepas dari kehati-hatian dalam menyikapi harta. Maka penerapan manajemen syariah secara utuh tidak akan membuat orang saling menindas dalam menjalankan roda perekonomian. Semua orang akan merasa diuntungkan karenanya.

1.2 Sebagai Alternatif Pilihan Untuk Menunjang Perbaikan Ekonomi di Indonesia


Salah satu faktor utama jatuhnya perekonomian di Indonesia adalah dibangun oleh mereka yang kurang mempertimbangkan akhlak berekonomi. Selain mengikuti sistem ekonomi liberal (konvensional) yang didalamnya juga mengikuti manajemen liberal (konvensional),

mereka juga melakukan hal-hal yang bertentangan dengan kejujuran. Hasilnya dapat dilihat sekarang ini. Apa yang dilakukan para pelaku ekonomi kelas atas dampaknya dipikul oleh seluruh rakyat Indonesia. Dengan adanya sistem ekonomi syariah pada umumnya dan manajemen syariah pada khususnya diharapkan para pelaku ekonomi dan manajer mempunyai rambu-rambu yang mungkin selama ini belum dikenalnya. Rambu-rambu itu dapat meratakan kemakmuran kesegala lapisan masyarakat. Sebagai contoh, manajemen syariah memberikan ramburambu pada sistem jual-beli. Dikatakan dalam rambu-rambu itu bahwa orang kota dilarang mencegat dan memborong dagangan orang desa dengan maksud agar orang desa tidak bisa mengetahui harga pasar. Dikatakan juga bahwa Islam tidak boleh mematok harga sehingga pasar tidak bisa mengikuti hukum "permintaan dan penyediaan". Untuk mendorong kegigihan berusaha, dalam manajemen syariah terdapat sebuah dorongan yang mengatakan bahwa "di dalam kesulitan ada kemudahan". Contoh-contoh kecil tersebut menunjukkan adanya sistem yang gigih dan berpihak pada mereka yang sering dirugikan untuk menuju suatu sistem pasar bebas. Dengan dikenalnya berbagai rambu-rambu yang ada dalam manajeman syariah diharapkan gema kegigihan, kejujuran, pemerataan, dan perlindungan pada mereka yang lemah akan mewamai perekonomian dan pemerintahan di Indonesia.

You might also like