You are on page 1of 11

BAB 1 PENDAHULUAN

Urtikaria (gatal-gatal) adalah reaksi vaskuler pada kulit ditandai dengan munculnya transien halus, permukaan kulit sedikit lebih tinggi (bercak) yang eritem dan yang sering dihadiri oleh prirutis berat dapat hilang tanpa ada bekas lesi selama beberapa jam bahkan beberapa hari. kebanyakan kasus urtikaria terbatas dan durasinya pendek, kejadian jarang berlangsung lebih dari beberapa hari, tetapi mungkin akan berulang selama beberapa minggu. Urtikaria dikenal juga sebagai penyakit kulit dengan bentol-bentol kemerahan sebagai akibat proses alergi. Bentuk kelainan klinisnya amat bervariasi dengan ukuran beberapa militer hingga berdiameter beberapa centimeter. Secara umum keluhan pasien urtikaria hanya merasakan gatal, episode serangan urtikaria yang berat dapat mengeluh badan terasa lemah, gangguan pencernaan dan menggigil. Urtikaria memiliki nama lain di masyarakat seperti hives, nettle rash, biduran, atau kaligata. Urtikaria sering dijumpai pada semua umur, orang dewasa lebih banyak mengalami urtikaria dari pada dengan usia muda. SHELDON (1951), menyatakan bahwaumur rata-rata penderita urtikaria adalah 35 tahun, jarang dijumpai pada umur kurang dari 10 tahun atau lebih dari 60 tahun. Ditemukan 40% bentuk urtikaria saja, 49% urtikaria bersama dengan angioedema, dan 11% angioedema saja. Lama serangan berlangsung bervariasi, ada yang lebih dari satu tahun, bahkan ada yang lebih dari 20 tahun. Penderita atopi lebih mudah mengalam urtikaria dibandingkan dengan orang normal, tidak ada perbedaan frekuensi jenis kelamin, baik laki-laki maupun wanita, umur, ras, jabatan/pekerjaan, letak geografis, dan perubahan musim dapat mempengaruhi hipersensitifitas yang disebabkan oelh IgE. Hampir 80% tidak diketahui penyebabnya. Diduga penyebab penyebab urtikari yaitu obat, makanan, gigitan serangga, bahan fotosensitizer, inhatan, kontaktan, trauma fisik, infeksi dan infestasi, psikis, genetic, penyakit sistemik,

BAB 2 TINJAUAN KASUS 2.1. Identitas Penderita Nama Usia Agama Alamat Pekerjaan Suku Bangsa Ruang Perawatan Tanggal Pemeriksaan No. Rekam Medis : Tn. W : 49 Tahun : Islam : Bratang Gede III E/35 Surabaya : Pensiunan : Jawa : poli kulit dan kelamin : 2013 : 522334

2.2. Anamnesis 2.2.1 Keluhan Utama Bercak pada daerah mata muncul kembali 2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang (Autoanamnesis) Pasien datang ke Poli Kulit RSU Haji Surabaya pada hari dengan keluhan muncul lagi bercak merah pada daerah sekitar mata sebelah kanan dan disertai gatal. Bercak merah terasa tebal dan kadang nyeri. Awalnya pasien merasakan keluhan seperti ini sekitar 9 bulan yang lalu. Keluhan pertama kali berupa bentol kecil seperti digigit nyamuk pada daerah mata sebelha kanan. Lalu 1 bulan kemudian pasien merasa bentol makin banyak dan makin besar dan meluas sampai ke

daerah dahi. Kenudian, pasien ke dokter dan dikatakan pasien terkena gabaken, lalu diberi obat metasol namun tidak membaik. Setelah itu, pasien kembali ke dokter sekitar bulan Desember tahun 2012 dan pasien disarankan untuk melakukan tes darah. Lalu dokter mengatakan bahwa pasien menderita kusta. Pasien sudah menjalani pengobatan sejak 6 bulan yang lalu. Pasien juga mengatakan sudah pernah dilakukan pemeriksaan dengan dikerok namun hasilnya negatif. 2.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu. - pasien tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya - riwayat asma disangkal - alergi makanan dan obat-obatan disangkal 2.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga - keluarga tidak ada yang sakit seperti ini - alergi disangkal 2.2.5 Riwayat Sosial Ekonomi - Penderita berasal dari Sragen, Jawa Tengah, dan sering berkunjung ke tempat penderita kusta tiap minggu sejak 10 tahun yang lalu sebagai sukarelawan. - Penderita mandi 2 kali sehari dengan air PDAM

2.3 Pemeriksaan Fisik 2.3.1 Status Generalis Keadaan umum : baik

Kesadaran Status hygienis Kesan gizi Kepala

: Compos Mentis : Cukup : Cukup : lihat status dermatologi, facies leonine (-), madarosis (-), saddle nose (-), kelainan mata (-)

Leher

: dalam batas normal, pembesaran N. aurikularis magnus (-)

Thoraks Abdomen Ekstremitas atas Ekstremitas bawah 2.3.2 Status Dermatologi - regio: Fascialis

: dalam batas normal : dalam batas normal : pembesaran N. ulnaris (-) : pembesaran N. Tibialis posterior (-)

- effloresensi: pada regio fascialis terdapat plak eritematosa dengan batas jelas, berbentuk bulat lonjong dengan ukuran 3-5 cm, hipoanestesi (+).

2.3.3 Pemeriksaan Penunjang Tes ELISA : IgM : 622 IgG : 46 Pemeriksaan bakterioskopik ziehl nelsen : pasien menolak karena sudah pernah dilakukan dan hasilnya negatif. 2.4 Problem List

2.5 Resume Laki-laki, usia 66 tahun datang dengan keluhan muncul lagi bercak kemerahan pada daerah sekitar mata dan dahi sekitar 2 minggu yang lalu. Bercak merah terasa gatal, tebal dan kadang terasa nyeri. Pasien telah didiagnosis terkena Kusta dan sudah menjalani pengobatan selama 6 bulan. Status dermatologi pada regio fascialis terdapat plak eritematosa dengan batas jelas, berbentuk bulat lonjong dengan ukuran 3-5 cm, hipoanestesi (+). 2.6 Diagnosis Morbus Hansen tipe PB 2.7 Planning 1. Diagnosis: 2. Terapi: a. Medikamentosa Rifampisine 600 mg/bulan, diminum di depan petugas DDS 100 mg/hari

b. Non medikamentosa Menyampaikan kepada penderita untuk tetap kontrol tiap bulan ke puskesmas atau poli kulit. Diet sehat dan bergizi. Jika ada keluarga penderita yang mengeluhkan gejala seperti ini, segera memeriksakan diri ke dokter. 2.8 Prognosis Dubia at bonam.
5

2.9 FOTO KASUS

BAB 3 PEMBAHASAN

Pasien datang ke poli kulit dan kelamin RSU Haji dengan keluhan ingin muncul lagi bercak merah pada daerah sekitar mata dan dahi sejak 2 minggu yang lalu. Bercak terasa tebal, gatal dan terkadang nyeri. Pasien sudah mengalami hal ini sejak 9 bulan yang lalu dan telah didiagnosis terkena kusta. Pasien telah menjalani pengobatan sejak 5 bulan yang lalu. Dari hasil anamnesis yang diperoleh mengarah ke perjalanan penyakit Morbus Hansen, dimana penderita datang dengan keluhan bercak merah disertai rasa tebal maka hal ini sesuai dengan gejala yang muncul pada penyakit Morbus Hansen. Dari hasil anamnesis juga didapatkan bahwa pasien sejak 10 tahun yang lalu sering berkunjung ke tempat penyakit kusta sebagai relawan, hal ini membuktikan bahwa pasien mengadakan kontak langsung dengan pasien kusta dalam waktu yang lama, hal ini sesuai dengan cara penularan penyakit kusta dimana penyakit kusta dapat ditularkan dari tipe kusta tpe MB kepada orang lain dengan cara penularan langsung. Cara penularan yang pasti belum diketahui, tetapi sebagian besar para ahli berpendapat bahwa penyakit kusta dapat ditularkan melalui saluran pernafasan dan kulit. Melalui pemeriksaan fisik pasien didapatkan status dermatologi dengan lokasi pada regio fascialis berupa plak eritematosa, batas jelas berebentuk bulat lonjong dengan ukuran bervariasi 3-5 cm, disertai hipoanestesi (+). Hasil pemeriksaan fisik yang didapat juga mengarah ke diagnosis penyakit Morbus Hansen tipe PB oleh karena ditemukan adanya plak eritematosa yang berjumlah < 5, berbatas jelas dengan ukuran yang bervariasi, tidak ditemukan kelainan saraf sesuai dengan penyakit Morbus Hansen tipe PB. Diagnosis penyakit morbus hansen dapat ditegakkan dengan menemukan plak eritemotasa disertai hipoestesi (+) melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pada

pemeriksaan serologis Uji ELISA yang dilakukan pada pasien ini maka untuk itu pada kasus ini diagnosa kerjanya adalah morbus Hansen tipe PB. Penatalaksanaan morbus Hansen bertujuan untuk menyembuhkan penderita kusta dan mencegah timbulnya cacat. Pada penderita morbus Hansen tipe PB yang berobat dini dan teratur akan cepat sembuh tanpa menimbulkan cacat. Berdasarkan klasifikasi WHO (1997) untuk kepentingan pengobatan, penderita dibagi menjadi 3 grup, yaitu PB dengan lesi tunggal, PB dengan lesi 2-5 buah, dan penderita MB dengan lesi lebih dari 5 buah. Maka sesuai dengan klasifikasi WHO tersebut pasien ini mendapatkan terapi terdiri atas rifampicin 600 mg sebulan sekali, dibawah pengawasan ditambah dengan DDS 100 mg/hari selama 6 bulan. Pasien ini telah menjalani pengobatan selama 6 bulan, sehingga pasien masih harus menjalani pengobatan selama 1 bulan kedepan. Disini, pemberian KIE juga sangat berperan penting untuk mencegah rekurensi, ataupun penyebaran kutil. KIE yang diberikan kepada pasien ini yaitu menganjurkan penderita agar tidak menggaruk lesi sehingga dapat mencegah menyebarnya lesi ke daerah lain; Jangan menyikat, menjepit, menyisir atau mencukur daerah yang memiliki kutil, untuk menghindari penyebaran virus. Jangan menggunakan pemotong kuku yang sama pada kutil selagi menggunakan pada kuku yang sehat. Jangan menggigit kuku jika memiliki kutil di dekat kuku. Jangan mencungkil kutil. Mencungkil dapat menyebarkan virus. Pertimbangkan menutupi kutil dengan perban perekat untuk mencegah pencungkilan. Jaga tangan agar kering sebisa mungkin, karena kutil lebih sulit untuk dikendalikan di lingkungan lembab. Cucilah tangan dengan baik setelah menyentuh kutil Anda. Gunakan alas kaki di kamar mandi atau kamar ganti umum.

Morbus Hansen adalah salah satu penyakit yang menimbulkan masalah yang sangat kompleks. Masalah yang dimaksud bukan hanya dari segi medis tetapi
8

meluasa sampai masalah social, ekonomi, budaya, keamanan dan ketahanan nasional. Namun, dengan adanya obat-obatan kombinasi, pengobatan menjadi lebih sederhana dan lebih singkat, serta prognosis menjadi lebih baik.

BAB 4 KESIMPULAN

Dilaporkan pasien laki-laki, 66 tahun dengan keluhan muncul bercak merah lagi sejak 2 minggu yang lalu. Bercak merah terasa tebal, gatal dan kadang nyeri. Pasien mengatakan mengalami keluhan seperti ini sejak 9 bulan yang lalu dan sudah menjalani pengobatan selama 5 bulan. Pada efloresensi berupa plak eritematosa berbatas jelan, berbentuk bulat lonjong dengan ukuran bervariasi 3-5 cm disertai hipoestesi. Pemeriksaan penunjang tidak dikerjakan, tetapi dari anamnesis pasien sudah pernah melakukan pemeriksaan berupa kerokan kulit dan hasilnya negative. Pasien juga melakukan pemeriksaan serologis berupa Uji ELISA dan hasilnya IgM: 665 dan Ig: 45. Diagnosis kerjanya adalah Morbus Hansen tipe PB. Pada penderita diberikan terapi medikamentosa berupa rifampicin 600 mg/bulan dengan pengawasan petugas dan DDS 100 mg/hari.. Prognosis penyakit ini baik, dengan pengobatan yang teratur. Pemahaman mengenai veruka vulgaris yaitu merupakan penyakit infeksi yang kronik dan penyebabnya ialah Mycobacterium Leprae yang bersifat intraseluler obligat. Saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas, kemudian dapat ke organ lainkecuali susunan saraf pusat. Untuk menetapkan diagnose penyakit kusta dicari tanda-tanda pokok atau cardinal sign, yaitu adanya kelainan kulit dapat berupa hipopigmentasi, bercak eritem, atau nodul, berkurang sampai hilang rasa pada kelainan kulit diatas, penebalan saraf tepi, dan adanya kuman tahan asam didalam korekan jaringan kulit (BTA positif). Penatalaksanaan morbus Hansen bertujuan untuk menyembuhkan penderita kusta dan mencegah timbulnya cacat.

10

DAFTAR PUSTAKA

1. Hiswani, Drh. Kusta Salah Satu Penyakit Menular yang Masih di Jumpai di Indonesia, www.respository.usu.ac.id, diakses tanggal 18 Agustus 2013 2. Kosasih A, Wisnu, Emmy, Sri L. Kusta, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, edisi kelima. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2009, Hal 73-88. 3. Listiawan M.Y, Agusni I, Martodihajo S. Morbus Hansen, Pedoman Diagnosis dan Terapi BAG/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FK UNAIR/RSU Dr. Sutomo. Surabaya, 2005. Hal 41-45. 4. Wolff, Klaus et al. Leprosy. 2008. In : Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. 7th ed. New York: Mc-Graw_Hill Company.p.1786-1796. 5. James W.D., Berger T.M., Elston D.M. Hansen;s Disease 2006. Andrewss Diseases of The Skin Clinical Dermatology, 10th Company:Canada. pp. 334-344. Edition. W.B.Sauders

11

You might also like