You are on page 1of 11

MAKALAH POLITIK ETIS

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Indonesia Baru II Dosen Pengampu : Dra. Carolina Santi Muji Utami, M.Hum Drs. Jayusman, M.Hum

Oleh : Udin Winarno Eka Martiningrum Muhammad Nico A Ali Sodikin ( 3101412124 ) ( 3101412119 ) ( 3101412132 ) ( 3101412109 )

JURUSAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Rabb semesta alam atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini dengan judul Politik Etis tepat pada waktunya. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada Rosul Allah Muhammad SAW yang telah membawa kita dari kegelapan kepada cahaya Rabbi, semoga tercurahkan juga kepada keluarga Beliau, sahabat dan somoga safaat dapat kita terima di akhirat kelak. Amin. Penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Dra. Carolina Santi Muji Utami, M.Hum, Drs. Jayusman, M.Hum dan teman-teman satu kelompok yang telah mendukung

penyelesaian makalah sebagai tugas kuliah. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyajian ini jauh dari tingkat kesempurnaan, maka dari itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan makalah ini. Mudah-mudahan bantuan dan dukungan yang diberikan Bapak atau semua pihak dapat menjadi amal jariyah yang bermanfaat. Dengan segala keterbatasan dan kelemahan yang ada pada penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Semarang, 25 September 2013

PENULIS
ii

DAFTAR ISI Halaman Judul i Prakata Daftar Isi.... ii iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ..... 1.2 Rumusan Masalah .. 1.3 Tujuan ..... 1 1 1

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Hakikat Politik Etis..................... ............................................................................... 2.2 Isi Politik Etis........................................................ .................................................... 2 3

2.3 Implikasi Pelaksanaan Politik Etis................................................................................... 5 BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan .. 7 DAFTAR PUSTAKA. 8

iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Politik etis sebagai suatu kebijakan baru yang diperjuangakan oleh golongan liberal dan sosiol demokrat yang menginginkan adanya suatau keadilan yang di peruntukan bagi HindiaBelanda yang telah begitu banyak membantu dan meningkatkan defisa dan kemakmuran bagi pemerintahan Belanda. Awal politik etis di mulai ketika Ratu Wilhemina I diangkat sebagai ratu baru di Negeri Belanda pada tahun 1898, di mana dalam pernyataannya ia mengungkapkan bahwa pemerintahan Belanda berhutang moril kepada Hindia-Belanda dan akan segera dilakukan policy mengenai kesejahteraan di Hindia-Belanda, yang kemudian di buat tim penelitian untuk keadaan di Hindia-Belanda. Pernyataan itulah yang kemudian di kenal dengan istilah politik etis.

1.2 Rumusan Masalah

(1) Apakah yang di maksud dengan Politik Etis ? (2) Bagaimana isi dari Politik Etis di Indonesia? (3) Bagaimana pelaksanaan Politik Etis di Indonesia?

1.3 Tujuan (1) Mengetahui hakikat Politik Etis di Indonesia (2) Mengetahui perkembangan Politik Etis di Indonesia (3) Mengetahui dampak dari Politik Etis di Indonesia

BAB II PEMBAHASAN

A. Hakikat Politik Etis Suatu istilah dan konsep yang dipakai untuk mensejahterakan Bangsa jajahan adalah Politik Etis. Ini adalah suatu gerakan perbaikan yang dilancarkan oleh apa yang disebut kaum ethis, nama yang dipakai untuk menyebut politik kolonial yang baru, yaitu politik ethis. Salah seorang juru bicaranya yang terkemuka ialah Van Deventer, penulis artikel yang berjudul Hutang Budi. Ia menuntut restitusi berjuta-juta uang yang diperoleh Negeri Belanda sejak berlakunya undang-undang Comptabiliteit pada tahun 1867 ( ia mengecam politik keuangan Belanda yang tidak memisahkan keuangan negeri induk dari negara jajahan. Pemisahan itu dapat dilakukan sejak tahun 1867 dan dinyatakan bahwa selama periode antara 1867-1878 telah diambil 187 juta gulden dinamakannya politik ini politik batig slot yang tidak menambah tetapi mengeksploitasinya. Uang sejak 1867 1878 perlu dikembalikan sebab itu merupakan Hutang Kehormatan). Daya tarik dari ide restitusi ini diperkuat oleh tumbuhnya kesadaran akan makin berkurangnya kesejahteraan penduduk pribumi. Panggilan orang-orang Barat yang berorientasi humanistis untuk melanjutkan perkembangan Hindia Belanda demi keuntungan penduduk pribumi sendiri dan untuk mengejar politik kesejahteraan, menjadi makin kuat. Lagi pula, ideologi ethis ini dapat berkembang kedalam, menjadi suatu kekuatan sosial yang penting, karena ini bergerak bersama-sama dengan kepentingan-kepentingan yang konkret dari suatu golongan ekonomi yang mulai tumbuh menjadi besar. (Sartono Kartodiro, Sejarah Pergerakan Nasional jilid 2, 1990:32) Politik etis semakin gencar dilakukan yaitu perubahan politik di Belanda yaitu dengan berkuasanya kalangan liberal yang menginginkan dilakukannya sistem ekonomi bebas dan kapitalisme dan mengusahakan agar pendidikan mulai ditingkatkan di Indonesia. Adanya doktrin dari dua golongan yang berbeda semakin membuat kebijakan politik ethis ini agar segera dilakukan adalah: *Golongan Misionaris : 3 partai kristen yang mulai mengadakan pembangunan dalam bidang pendidikan yaitu partai katolik, Partai Anti-Revolusioner, Partai Kristen yang
2

programnya adalah kewajiban bagi Belanda untuk mengangkat derajat pribumi yang didasarkan oleh agama. *Golongan konservatif : menjadi kewajiban kita sebagai bangsa yang lebih tinggi derajatnya untuk memberadabkan orang-orang yang terbelakang. Itulah dua doktrin yang berkembang pada saat itu karena bagi mereka tujuan terakhir politik kolonial seharusnya ialah meningkatkan kesejahteraan dan perkembangan moral penduduk pribumi, evolusi ekonomi bukan eksploitasi kolonial melainkan

pertanggungjawaban moral. (Http://nurdayat.wordpress.com/2008/02/2012politik-etis-dan-ik kondisi-umum-indonesia-pada-awal-abad-ke-20/ , diunduh pada tanggal 20 September 2013) B. Isi Politik Etis D. Fock berpendapat bahwa pendidikan yang lebih baik akan memperkuat kaum pribumi dalam administrasi; ia juga menyarankan agar diusahakan irigrasi, pembangunan jalan kereta api, pembeliaan kembali tanah-tanah partikelir ; untuk memajukan kesejahteraan rakyat disarankan agar diperbanyak bangunan irigasi, pemberian kredit untuk pertanian, dan mendorong industri. Politik etis mengubah pandangan dalam politik kolonial yang beranggapan Indonesia tidak lagi sebagai wingewest ( daerah yang menguntungkan ) menjadi daerah yang perlu dikembangkan sehingga dapt dipenuhi keperluannya, dan ditingkatkan budaya rakyat pribumi. ( Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia V,1994:37) Sudah terkenal, bahwa politik ethis menggunakan tiga sila sebagai slogannya, yaitu Irigasi, Edukasi,dan Emigrasi. Perkebunan tebu menghendaki irigasi yang intensif. Pabrikpabrik yang banyak jumlahnya, kantor-kantor dagang, dan cabang-cabang perubahan lainnya menyebabkan timbulnya kebutuhan manusia dan tenaga kerja yang murah dibutuhkan dipropinsi-propinsi luar jawa, sebagai daerah-daerah baru yang dibuka untuk perkebunan modern. Pandangan, bahwa kesejahteraan penduduk pribumi makin merosot berasal dari kalangan perdagangan. Selama tahun-tahun depresi yang terjadi sejak kira-kira tahun 1895, upah buruh sangat menguntungkan pengusaha-pengusaha perkebunan, tetapi sebaliknya sangat merugikan perdagangan kain Belanda. Orang membenarkan, bahwa pemasaran hasil-hasil
3

industri dari Negeri Belanda terutama adalah kain Twente. (dikutip oleh Sartono kartodirdjo dari buku J.A. Hobson, Imperialism: A Study, (London, 1902), hlm.127) (Sartono Kartodirdjo, Sejarah Pergerakan Nasional jilid 2, 1990:32) Haruslah diingat , bahwa paham politik liberal membolehkan usaha swasta, sebab orang yakin , bahwa hal itu akan menguntungkan penduduk pribumi. Tetapi penghargaan yang optimis ini menipis ketika ternyata bahwa politik liberal itu justru menuju kearah kemunduran kesejahteraan penduduk pribumi. Dimulai politik kesejahteraan secara resmi tercantum pada Pidato Ratu yang sekaligus merupakan pertanda dimulainya zaman baru dalam pemerintahan kolonial. (Sartono Kartodirdjo, Sejarah Pergerakan Nasional jilid 2, 1990:32-33)

1. Irigate (pengairan dan infrastruktur) : Merupakan program pembangunan dan penyempurnaan sarana dan prasarana untuk kesejahteraan rakyat, terutama dalam bidang pertanian dan perkebunan. Hal ini dilakukan dengan membuat waduk-waduk besar penampung air hujan untuk pertanian, dan melakukan perbaikan sanitasi untuk mengurangi penyakit kolera dan pes. Selain juga perbaikan sarana infrastruktur terutama adalah jalan raya dan kereta api sebagai media untuk pegangkutan komoditi hasil pertanian dan perkebunan.

2. Educate (pendidikan) : Merupakan program peningkatan mutu SDM dan pengurangan jumlah buta huruf yang implikasi baiknya untuk pemerintah Belanda juga yaitu mendapatkan tenaga kerja terdidik untuk birokrasinya namun dengan gaji yang murah, karena apabila mendatangkan pekerja dari Eropa tentunya akan sangat mahal biayanya dengan gaji yang mahal dan pemberian saran dan prasarana, yang kemudian akan dibuat sekolah dengan dua tingkatan yaitu sekolah kelas I untuk golongan bangsawan dan tuan tanah dan sekolah II untuk pribumi kelas menengah dan biasa dengan mata pelajaran membaca, ` menulis, ilmu bumi, berhitung, sejarah dan menggambar.

3. Emigrate (Transmigrasi) :

Merupakan program pemerataan penduduk Jawa dan Madura yang telah padat dengan jumlah sekitar 14 juta jiwa tahun 1900, jumlah perkebunan pun sudah begitu luas maka kawasan untuk pemukiman di Sumatera Utara dan Selatan dimana dibuka perkebunanperkebunan baru yang membutuhkan banyak sekali pengelola dan pegawainya. Untuk pemukiman Lampung adalah salah satu daerah yang ditetapkan sebagai pusat transmigrasi dari Jawa dan Madura. ( Djoened Poesponegoro, Marwati & Notosusanto, Nugroho. Sejarah Nasional Indonesia V 1994:42 ) Itulah program utama yang dilakukan dalam politik etis terlepas dari berhasilnya atau tidak dan ada kepentingan lain atau tidak, namun dari ketiga program pendidikan itu merupakan program prioritas karena pendidikan. kedua program lain nya akan berhasil dan ditunjang oleh

C. Implikasi Pelaksaan Politik Etis Dampak yang di timbulkan oleh politik etis tentunyaa ada yang negatif dan positif namun yang perlu kita ketahui adalah bahwa hampir semua program dan tujuan awal dari politik etis banyak yang tak terlaksana dan mendapat hambatan. Namun satu program yang berdampak positif dengan sifat jangka panjang bagi bangsa Indonesia adalah bidang pendidikan yang akan mendatangkan golongan terpelajar dan terdidik yang dikemudian hari akan membuat pemerintahan Belanda menjadi terancam dengan munculnya Budi Utomu, Sarikat Islam dan berdirinya Volksraad.Adapun dampak-dampak yang terlihat nyata adalah dalam tiga bidang : - Politik : Desentralisasi kekuasaan atau otonomi bagi bangsa Indonesia, namun tetap saja terdapat masalah yaitu golongan penguasa tetap kuat dalam arti intervensi, karena perusahaan-perusahaan Belanda kalah saing dengan Jepang dan Amerika menjadikan sentralisasi berusaha diterapkan kembali. - Sosial : lahirya golongan terpelajar, peningkatan jumlah melek huruf , perkembangan bidang p endidikan adalah dampak positifnya namun dampak negatifnya adalah kesenjangan antara golongan bangsawan dan bawah semakin terlihat jelas karena bangsawan kelas atas

dapat berseolah dengan baik dan langsung di pekerjakan di perusahaan-perusahaan Belanda. - Ekonomi : lahirnya sistem Kapitalisme modern, politkk liberal dan pasar bebas yang menjadikan persaingan dan modal menjadi indikator utama dalam perdagangan. Sehingga yang lemah akan kalah dan tersingkirkan. Selain itu juga muculnya dan berkembangnya perusahaan-perusahaan swasta dan asing di Indonesia seperti Shell.

(Http://nurdayat.wordpress.com/2008/02/2012politik-etis-dan-kondisi-umum-indonesia-

pada-awal-abad-ke-20, di unduh tanggal 20 september 2013)

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Politik etis sebagai politik balas budi atau hutang kehormatan yang di buat oleh pmerintah kolonial Belanda ternyata menimbulkan suatu kemajuan dan abad pencerahan bagi Bangsa Indonesia yang mendapat pendidikan, selain itu pula sebagai suatu politik boomerang bagi Bangsa Belanda karena tealh menelurkan para golongan terpejar yang kemudian menjadi suatu bola salju yang menghantam pemerintahan Belanda. Hal itu bisa kita lihat dalam dinamika dan perkembangan sekolah yang semakin tahun semakin banyak bidang dan kuantitas jumlahnya bagi penduduk pribumi.

DAFTAR PUSTAKA - Djoened Poesponegoro, Marwati & Notosusanto, Nugroho. 1994. Sejarah Nasional Indonesia V. Jakarta: Balai Pustaka - Kartodirdjo,Sartono. 1990 .Pengantar Sejarah Indonesia Baru : Sejarah Pergerakan Nasional dari Kolonialisme Sampai Nasionalisme. Jakarta: Gramedia - http://nurdayat.wordpress.com/2008/02/12/politik-etis-dan-kondisi-umum-indonesia-padaawal-abad-ke-20/

You might also like