You are on page 1of 7

PENGAMATAN PERILAKU HEWAN

NAMA NIM PRODI

: BARIQUL AMALIA NISA : K2311011 : PENDIDIKAN FISIKA 2011 A

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011/2012

I.

JUDUL Pengamatan Perilaku Hewan SUBJUDUL Kapan Serangga Malam Keluar (aktif) dan Kembali ke Peristirahatannya?

II.

III. TUJUAN - Mahasiswa dapat membuat suatu eksperimen pengamatan perilaku hewan - Mahasiswa dapat mengamati perubahan perilaku hewan akibat perubahan kondisi lingkungan eksternal IV. DASAR TEORI Semua organisme memiliki perilaku. Perilaku merupakan bentuk respons terhadap kondisi internal dan eksternalnya. Sesuatu respon dikatakan perilaku bila respons tersebut telah terpola, yakni memberikan respon tertentu yang sama terhadap stimulus tertentu. Bentuk perilaku dan tingkat regulasi antar organisme berbeda. Pada organisme tingkat rendah perilaku yang ditunjukkan masih sangat sederhana. Mekanisme control perilakunya masih sangat sederhana. Respon demikian dikenal sebagai Irrabilita. Perilaku sederhana ini diturunkan dari induknya, dengan demikian irritabilitas termasuk bawaan (innae behavior = instink). Pada organisme yang lebih maju, perilaku bawaan juga masih ada atau dipertahankan. Bagaimana seorang bayi dapat menyusui untuk yang pertama kali, serta mengenali ibunya. Bagaimana anak ayam mengenali induk, bagaimana burung dan laba-laba membuat sarang dengan bentuk dan pola yang stereotipik. Kontrol perilaku mengakibatkanunsur syaraf dan hormone, reseptor yang menerima stimulus serta efektor untuk menyatakan responnya. Sebagai efektor dapat berupa otot maupun kalenjar. Di samping perilaku bawaan, organisme yang lebih tinggi mampu mengembangkan perilaku belajarnya. Perilaku belajar dapat terbentuk karena beberapa hal : a. Habituasi, latihan dan mendapat stimulasi berulang-ulang yang sama b. Imprinting, yakni belajar terbatas seperti yang ditunjukkan oleh anak burung yang akan mengikuti benda bergerak di dekatnya c. Conditioning, yaitu organisme melakukan akuisisi kemampuan baru oleh karena stimuli baru. Hewan yang hidup berkoloni juga menunjukkan perilaku social tertentu. Hewan koloni seperti serangga, burung, tikus, dan kebanyakan hewan lainnya mengembangkan system komunikasi sesamanya dan menentukan perilaku populasinya. ( Umi Fatmawati.2011:34-35 ) V. ALAT DAN BAHAN - Serangga malam - Alat tulis

- Handycam

VI. CARA KERJA 1. Mendiskusikan untuk mencari hewan yang akan diamati 2. Menetapkan jenis hewan yang akan dijadikan objek pengamatan 3. Membuat rancangan : alat, bagaimana pengamatan yang dilakukan, berapa lama, dimana, kapan (waktu) pengamatan dilakukan, dst. 4. Melakukan pengamatan terhadap kunang-kunang yaitu kapan kunang-kunang keluar (aktif) dan kembali ke peristirahatannya 5. Mengambil gambar dan videonya mengggunakan handycam. 6. Membahas dan melaporkan hasilnya. VII. DATA PENGAMATAN

VIII. PEMBAHASAN Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut :
Klasifikasi Kerajaan Filum Kelas Infrakelas Superordo Ordo Upaordo Infraordo Superfamili Famili : Animalia : Arthropoda : Insecta : Neoptera : Endopterygota : Coleoptera : Polyphaga : Elateriformia : Elateroidea : Lampyridae

Kunang-kunang adalah sejenis serangga yang dapat mengeluarkan cahaya yang jelas terlihat saat malam hari. Cahaya ini dihasilkan oleh "sinar dingin" yang tidak mengandung ultraviolet maupun sinar inframerah dan memiliki panjang gelombang 510 sampai 670 nanometer, dengan warna merah pucat, kuning, atau hijau, dengan efisiensi sinar sampai 96%. Kunang-kunang termasuk dalam golongan Lampyridae yang merupakan familia dalam ordo kumbang Coleoptera. Ada lebih dari 2000 spesies kunang-kunang, yang dapat ditemukan di daerah empat musim dan tropis di seluruh dunia. Banyak sepesies ini yang ditemukan di rawa atau hutan yang basah dimana tersedia banyak persediaan makanan untuk larvanya. Kunangkunang, yang memancarkan sinar untuk saling mengenali atau untuk memberi tanda kawin, menggunakan panjang gelombang sinar yang berbeda, tergantung pada spesiesnya. Selain itu, pada beberapa spesies, kunang-kunang jantan yang mulamula menyorotkan sinar untuk menarik sang betina, sementara pada spesies lainnya, sang betina yang memanggil. Sebagian kunang-kunang menggunakan cahaya mereka untuk mempertahankan diri. Mereka mengeluarkan sinar sebagai tanda pada musuh bahwa mereka bukan makanan yang lezat. Bagi kunang-kunang kelompok Photuris, cahaya mereka berperan pula dalam perburuan. Betina jenis ini dapat meniru kerlipan sinyal cahaya yang dipancarkan betina jenis lain, misalnya Photuris. Dengan sinyal cahaya palsu ini, kunang-kunang jantan jenis Photuris pun terjebak dan dimakan oleh Photuris betina. Cahaya kunang-kunang berperan pula sebagai tanda peringatan, untuk memperingatkan antar-sesama jenisnya tentang ancaman bahaya, maupun peringatan bagi serangga dan burung pemangsa agar tidak memakannya. Sebab, zat pemicu pembentukan cahaya kunang-kunang berasa pahit. Kalaupun ada serangga pemangsa yang nekad, mereka biasanya memakan tubuh kunang-kunang dari bagian kepala, terus hingga ke bagian belakang, kecuali bagian perut yang tidak dimakannya. Pada malam hari kita bisa menemukannya di padang ilalang, persawahan, taman, pekarangan maupun tempat lainnya. Cahayanya tampak indah berkelap-kelip di tengah gelapnya malam dengan warna merah pucat, kuning, atau hijau. Dan yang pasti kunang-kunang tidak akan kita temukan berkelap-kelip pada siang hari. Kebanyakan orang beranggapan kunang-kunang hanya muncul pada malam hari,

tetapi sebenarnya pada siang hari pun kunang-kunang dapat beraktivitas. Karena cahaya yang dipancarkan olehnya, sehingga kebanyakan orang beranggapan demikian. Kunang-kunang penghasil cahaya adalah serangga nokturnal (aktif pada malam hari), sementara sebagian spesies adalah serangga diurnal (aktif pada siang hari) yang tidak menghasilkan cahaya.

IX. KESIMPULAN 1. Kebanyakan orang beranggapan kunang-kunang hanya muncul pada malam hari, tetapi sebenarnya pada siang hari pun kunang-kunang dapat beraktivitas. Karena cahaya yang dipancarkan olehnya, sehingga kebanyakan orang beranggapan demikian. Kunang-kunang penghasil cahaya adalah serangga nokturnal (aktif pada malam hari), sementara sebagian spesies adalah serangga diurnal (aktif pada siang hari) yang tidak menghasilkan cahaya. 2. Pada malam hari kita bisa menemukannya di padang ilalang, persawahan, taman, pekarangan maupun tempat lainnya. Cahayanya tampak indah berkelap-kelip di tengah gelapnya malam dengan warna merah pucat, kuning, atau hijau. Dan yang pasti kunang-kunang tidak akan kita temukan berkelap-kelip pada siang hari.

X. DAFTAR PUSTAKA

Buschman, L.L., 1988. Light organs of immature fireflies (Coleoptera: Lampyridae) as eye-spot/ false-head displays. Coleopterists Bulletin 42: 94-97. Chapman, R.F., 1982. The Insects. Structure and Function. Harvard University Press, Cambridge. Dreisig, H., 1975. Environmental control of the daily onset of luminescent activity in glowworms and fireflies (Coleoptera: Lampyridae). Oecologia 18: 85-99. Hess, W.N., 1920. Notes on the biology of some common Lampyridae. Biological Bulletin 38: 39-76.

XI. LAMPIRAN 1 Lembar laporan sementara Surakarta, 2 November 2011 Praktikan,

Asisten,

Bariqul Amalia Nisa

Biologi umum kunang-kunang Kunang-kunang dikenal juga sebagai Firefly, Lightning Bug atau Glow worm. Serangga ini termasuk ke dalam famili Lampyridae ordo Coleoptera (bangsa kumbang). Seperti halnya kumbang yang lain, tubuh kunang-kunang tertutup oleh sayap depan yang mengeras, disebut elitra. Kumbang betina beberapa genus, misalnya Lampyris, tidak bersayap, berbentuk mirip larva, namun dibedakan oleh adanya mata majemuk pada kumbang betina. Kunang-kunang penghasil cahaya adalah serangga nokturnal (aktif pada malam hari), sementara sebagian spesies adalah serangga diurnal (aktif pada siang hari) yang tidak menghasilkan cahaya. Telur. Kunang-kunang meletakkan telur-telurnya secara individu di atas tanah atau sedikit di bawah permukaan tanah, dan akan menetas 3 4 minggu kemudian. Larva bertipe campodeiform. Larva kunang-kunang sudah mampu berpendar, dan cahaya pada larva dimaksudkan untuk memperingatkan calon pemangsa akan tubuhnya yang tidak enak dimangsa atau beracun. Segera setelah menetas dari telur, larva mulai memangsa serangga lain, atau siput.

Larva kunang-kunang. Perhatikan cahaya hijau berpendar pada abdomennya! (www.firefly.org)) Pupa. Pemupaan terjadi di bawah permukaan tanah. Larva instar terakhir membentuk sebuah kamar dari tanah, dan menghabiskan sekitar 2 mingguan sebelum berubah menjadi kunangkunang. Aspek kimia bioluminesens pada kunang-kunang Kunang-kunang menghasilkan cahaya dingin yang frekuensinya berbeda dengan cahaya inframerah dan ultraviolet. Cahaya yang mempunyai panjang gelombang 510 670 nanometer itu bisa berwarna kuning, hijau, atau merah pucat. Bagaimana cahaya indah tersebut dihasilkan? Cahaya pada kunang-kunang dihasilkan dari sebuah proses yang disebut bioluminesens, yang berarti penghasilan cahaya oleh organisme. Kunang-kunang mempunyai pigmen yang disebut luciferin, yang ketika bereaksi dengan oksigen akan menghasilkan cahaya. Enzim luciferase bertindak sebagai katalisator yang akan mempercepat proses reaksi, sedangkan Adenosin Tri Fosfat (ATP) berperan sebagai kofaktor enzim. Alat penghasil cahaya pada kunang-kunang berupa sel-sel cahaya atau photocyte yang tersusun dalam sebuah silinder di bawah kutikula di antara trakea. Faktor-faktor yang mempengaruhi penghasilan cahaya ini sudah pula diteliti oleh para ahli. Dreisig (1975) menjelaskan bahwa penghasilan cahaya oleh kunang-kunang dipengaruhi oleh

jam biologis kunang-kunang, di samping dipicu oleh cahaya lingkungan. Kebanyakan kunang-kunang memang mulai memancarkan cahayanya setelah petang menjelang malam (Llyod, 1969). Suhu juga diduga sebagai salah satu faktor pemicu penghasilan cahaya. Kerlap-kerlip sebagai sebuah bentuk komunikasi pada kunang-kunang Tahukah Anda bahwa kerlap-kerlip pada kunang-kunang tidaklah asal menyala-meredup. Namun, setiap spesies kunang-kunang mempunyai pola kerlap-kerlip yang khas dalam hal waktu nyala cahaya, jarak antar kerlip, jumlah kerlap-kerlip dalam satu kali rangkaian nyala cahaya, dan warna cahaya. Menurut Lloyd (1966), pola kerlap-kerlip dapat digunakan sebagai penanda spesies kunang-kunang. Misalnya, kunang-kunang genus Photinus mempunyai pola kerlap-kerlip yang cukup bervariasi. P. acuminatus jantan mengeluarkan satu kali nyala dalam waktu singkat (kurang dari 0,1 detik), sedangkan P. ardens akan menyalakan senter-nya dua hingga empat kali dalam jangka waktu 10-20 detik. Menurut para ahli, pola kerlap-kerlip kunang-kunang yang bermacam-macam tersebut merupakan sebuah bahasa khusus yang digunakan oleh masing-masing spesies untuk berkomunikasi dengan anggota spesies yang lain. Biasanya, bahasa khusus tersebut terkait dengan perilaku kawin kunang-kunang. Kunang betina akan mengeluarkan kerlap-kerlip untuk memanggil pejantan untuk diajak kawin! Meskipun begitu, ada kunang-kunang yang piawai menggunakan pola kerlap-kerlip spesies kunang-kunang yang lain untuk mendapatkan mangsa. Contohnya, kunang-kunang betina spesies Photuris yang sanggup menirukan bahasa kerlap-kerlip spesies yang lain, yaitu Photinus yang ukuran tubuhnya lebih kecil. Panggilan kawin ini akan ditangkap oleh pejantan Photinus sebagai ajakan kawin dari si betina. Namun, malang, begitu mendekat, pejantan ini akan disambar dan dimangsa oleh betina Photuris. Hebat juga ya taktiknya Hess (1920) menjelaskan juga bahwa penghasilan cahaya pada larva kunang-kunang juga dimaksudkan untuk memperingatkan calon pemangsa untuk tidak mencoba memangsa mereka karena tubuhnya beracun. (NSP/2011)

You might also like