You are on page 1of 13

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang 5S berasal dari bahasa jepang yang diawali dengan huruf S, dan merupakan sebuah filosofi dan cara dalam menyusun dan mengatur tempat kerja. 5S adalah suatu sistem yang berperan dalam mengurangi pemborosan dan mengoptimalkan produktivitas melalui perawatan tempat kerja dan menggunakan penandaan visual untuk mencapai hasil yang konsisten. 5S merupakan komponen penting dari Visual Factory (Workplace) Management (VFM), dan 5S juga berkaitan dengan Lean Manufacturing, continuous improvement, maupun

Kaizen dimana 5S merupakan salah satu pilar dari tiga pilar utama gemba kaizen diantaranya standarisasi, 5S, dan penghapusan pemborosan (muda). Pendekatan 5S memang dikembangkan di negara Jepang dan

merupakan kunci sukses untuk mentransformasikan industri menjadi industri kelas dunia. Pada dasarnya 5S merupakan proses perubahan perilaku melalui perubahan tempat kerja dengan menerapkan penataan dan kebersihan tempat kerja, memang kondisi tempat kerja mencerminkan perlakuan seseorang terhadap pekerjaannya dan perlakuan terhadap pekerjaan ini mencerminkan sikapnya terhadap pekerjaan.

B. Maksud dan Tujuan 5S dapat dilihat sebagai kegiatan pertama untuk membiasakan diri bekerja dengan standar. Dengan menerapkan prinsip A Place for everything, and everything in its place, maka setiap pekerja dibiasakan bekerja dalam lingkungan kerja standar standar tempat yang jelas. 5S adalah huruf awal dari lima kata Jepang, Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dan Shitsuke, yang dalam bahasa Indonesia di terjemahkan menjadi 5R, yaitu: Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin. Kata-kata tersebut mencerminkan urutan penerapan dari proses transformasi 5S. Beberapa keuntungan dari penerapan 5S adalah dicapainya perbaikan dan peningkatan efisiensi, pelayanan, keuntungan, dan keselamatan. 1

5S merupakan konsep yang sangat sederhana sehingga mudah dimengerti baik tujuan maupun penerapannya. Namun, 5S ini sulit sekali diterapkan dengan benar. Sebegitu mendasarnya sehingga banyak orang beranggapan bahwa sikap kerja yang produktif dan tempat kerja yang tertata rapi ada dengan sendirinya, tetapi kenyataannya menunjukan bahwa hal itu masih harus diciptakan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Masih banyak orang yang menganggap bahwa 5S identik dengan kebersihan, sesuatu anggapan yang tidak sepenuhnya salah dan juga tidak sepenuhnya benar. Tetapi anda bisa melihat dan membaca melalui buku-buku atau literatur yang lain bahwa pada dasarnya 5S merubah Basic Mentality kita dan melakukan perubahan dari suatu hal-hal yang sederhana yang bisa kita lakukan saat ini juga. Untuk itu, marilah secara singkat kita kaji satu persatu dari 5 kata S diatas a. Seiri (), Pemilahan Merupakan kegiatan penyusunan, dalam arti memilah semua peralatan, bahan, dan lain-lain di tempat kerja dan menyimpan benda yang perlu saja (memilah antara sesuatu yang perlu dan yang tidak perlu), sekaligus memastikan bahwa barang yang diperlukan disimpan dalam jangkauan supaya lebih efisien dengan memperhatikan frekuensi pemakaian. Benda lainnya dapat disimpan atau dibuang jika tidak perlu. Hal ini dapat mengurangi ketidakefektifan dalam bekerja. Tujuan: Menetapkan kriteria bertujuan untuk mengeliminasi yang

tidak diperlukan. Belajar melakukan stratifikasi manajemen, lakukan prioritas. Mampu melakukan orientasi pada penyebab.

Prinsip: Stratifikasi manajemen dan berorientasi kepada penyebab (dealing with the cause).

Perlakuan terhadap barang yang disisihkan: Barang-barang yang disihkan perlu diberikan perlakuan, diantaranya adalah sebagai berikut: Barang yang tidak diperlukan harus DIBUANG, DISIMPAN, atau DIJUAL. Letakan barang di satu tempat khusus sebelum keputusan dibuat.

Kegiatan-kegiatan Seiri antara lain: Menyingkirkan yang tidak di perlukan. Membersihkan tempat kerja. Orientasi kepada penyebab terhadap kekotoran dan kebocoran. Mengatur kembali gudang. Mengecek penutup dan lantai untuk mencegah kebocoran. Menghilangkan debu dan rumput. Penerapan visual management seperti pemberian label.

b. Seiton(), Penataan Yaitu menyusun barang-barang yang diperlukan secara teraturagar dia mudah dijangkau/diperoleh kembali ketika hendak menggunakannya. Kegiatan yang fokus kepada perlunya tempat kerja yang teratur. Teratur dalam hal ini berarti menyusun peralatan dan material-material agar cepat dan mudah mencarinya sewaktu dibutuhkan. Peralatan harus disimpan pada tempatnya berada dan biasa digunakan untuk menghilangkan gerakan atau aktivitas yang tidak perlu. Tujuan: Membuat fix barang-barang di tempat kerja. Layout dan penempatan yang efisien (termasuk safety dan quality). Meningkatkan produktivitas dengan menghilangkan waktu

yang dibutuhkan untuk mencari sesuatu. 4

Prinsip: Penyimpanan secara fungsional dan efisiensi waktu dalam pencarian sesuatu. Bagaimana cara melakukan SEITON? SEITON ini dapat dilakukan dengan cara: Barang-barang perlu disusun sesuai dengan kepentingan dan keperluannya. Barang-barang yang telah disusun sempurna harus diberi label supaya mudah mengambil ketika diperlukan. Kegiatan-kegiatannya antara lain: Membenahi tempat penyimpanan barang. Segala sesuatu harus jelas tempatnya. 30 detik pengambilan barang dan penempatan barang. Penyetandaran sistem file. Dibuat zone dan indikasi untuk penempatan barang.

c. Seisou (), Pembersihan Yaitu membersihkan tempat kerja dengan sepenuhnya, supaya lantai, mesin, dan kelengkapan lainnya tidak berdebu. Terkait kegiatan untuk menciptakan tempat kerja yang selalu bersih. Perlunya untuk membersihkan tempat kerja tiap akhir shift. Kuncinya adalah kebersihan harus senantiasa dilakukan sehari-hari, bukan hanya pada saat tempat kerja sudah kotor. Tujuan: Derajat kebersihan disesuikan dnegan kebutuhan. Pencapaian nihil kotoran dan nihil debu. Menemukan masalah kecil pada saat inspeksi kebersihan. Mengerti bahwa kebersihan merupakan bagian dari inspeksi.

Prinsip:

Cleaning

merupakan

item

inspeksi

dan

derajat

dari

kebersihan dinilai. Apa kepentingan SEISO? SEISO penting untuk memastikan tempat kerja yang bersih dan aman. Kegiatan-kegiatannya adalah: Mengatur prosedur kebersihan harian. Melakukan kebersihan di area kerja. Melakukan inspeksi cleaning dan memperbaiki masalah kecil yang ada di area kerja. Membersihkan tempat yang tidak diperhatikan orang. Membuat prioritas 5S.

d. Seiketsu (), Pembiasaan SEIKETSU bermaksud menjadikan tempat kerja yang bisa meningkatkan produktifitas dan aman dengan mengulanginya (SISIH-SUSUN-SAPU). Kegiatan ini adalah untuk menjaga sesuatu terorganisir, tertata, dan besih dalam arti merawat apa yang sudah ada. Bahwa setiap kita dituntut untuk melaksankan 3S diatas dalam proses sehari-hari, bukan lagi sebagai aktifitas dadakan yang menyita waktu dan energy apalagi sebagai sebuah project yang bernilai sangat mahal tetapi tidak memberikan dampak berarti dalam pekerjaan kita. Rangkaian aktifitas 3S dilaksanakan dengan konsisten dalam keseharian kerja kita, dilaksanakan oleh semua orang tanpa kecuali sebagai sebuah standar baku yang menyatu dengan pekerjaan inti. Tujuan: Standar manajemen untuk memelihara 5S. Melakukan inovasi dengan visual management sehingga

keabnormalan dapat terlihat dengan jelas. 6

Prinsip: Visual management dan standarisasi. Apa nilai penting dari SEIKETSU? Dengan melakukan atau mengamalkan SEIKETSU, maka tempat kerja akan: teratur, dan sampah-sampah tidak akan menumpuk tanpa siapapun yang mempedulikannya. seragam (SEIKETSU) sangat penting untuk memastikan setiap orang melakukan suatu kerja dengan cara yang sama pada setiap wktu. Kegiatan-kegiatannya antara lain: Manajemen secara visual dan penyetandaran 5S (tanda ok, tanda arah, tanda arah buka dan tutup, dan lain-lain). Daerah yang berbahaya ditandai dengan benar. Pemberian kode warna pipa dan label tanda peringatan.

e. Shitsuke (), Pendisiplinan

BAB III PEMBAHASAN A. Konsep Shitsuke Shitsuke yaitu metode yang digunakan untuk memotivasi pekerja agar terus menerus melakukan dan ikut serta dalam kegiatan perawatan dan aktivitas perbaikan serta membuat pekerja terbiasa mentaati aturan (rajin). Hal ini dianggap sebagai komponen yang paling sukar dari 5 S. Untuk aktivitas ini, pekerja Jepang diharapkan melatih pengandalian diri sendiri, bukan dikendalikan manajemen (Yasuhiro, 1995:266). Shitsuke atau rajin berkaitan dengan kebiasaan karyawan yang harus dibina agar dapat menjaga dan meningkatkan apa yang sudah baik. Seperti, budaya antri, bersih, tepat waktu, tepat janji dan sebagainya harus dibina (Kristianto, 1995:61). Orang yang dapat memberikan kritik membangun dengan baik akan dapat melaksanakannya juga, karena mereka mempunyai komitmen terhadap: a. Tempat Kerja Mereka memiliki komitmen terhadap pekerjaan mereka. b. Produk Mereka memiliki komitmen untuk mempertahankan mutu produk yang dihasilkan oleh perusahaan. c. Pelatihan Mereka memiliki komitmen untuk melatih bawahan mereka.

Berikut ini adalah tiga aspek penting dalm penerapan konsep shitsuke 1. Sanksi Sanksi diberikan kepada seluruh anggota perusahaan, jika melanggar atau tidak mematuhi peraturan yang terdapat di dalam 5 S.

2. PDCA (plan, do, check, action) Langkah pertama dari kaizenadalah menerapkan siklus PDCA (plan, do, check, action) sebagian sarana yang menjamin terlaksananya kesinambungan dari kaizenguna mewujudkan kebijakan untuk memelihara dan memperbaiki atau meningkatkan standar. Siklus ini merupakan konsep yang terpenting dari proses kaizen(Imai, 1998 : 4). Rencana (plan) berkaitan dengan penetapan target untuk perbaikan , karena kaizenadalah cara hidup, maka harus selalu ada perbaikan untuk semua bidang, dan perumusan rencana guna mencapai target tersebut. Periksa (check) merujuk pada penetapan apakah penerapan tersebut berada pada jalur yang sesuai rencana dan memantau kemajuan perbaikan yang direncanakan. Tindak (action) berkaitan dengan standarisasi prosedur baru guna menghindari terjadinya kembali masalah yang sama atau menetapkan sasaran baru bagi perbaikan berikutnya (Imai, 1998 : 5). 3. Penghargaan Penghargaan diberikan anggota perusahaan yang paling baik menerapkan 5 S pada kegiatan produksi sehari-hari.

Kegiatan untuk membentuk kebiasaan, terkait dengan melakukan segala hal dengan benar dan memastikan tempat dalam keadaan selamat. Ini adalah fase terakhir dari rangkaian Pilah-Tata-Bersihkan-Biasakan. Penetapan pendisiplinan diri merujuk pada proses panjang yang berkelanjutan, proses pemeliharaan 3S dan standarisasi (S ke-4) dalam rentang waktu yang lama dan terus-menerus. Sejak pelaksanaan 4S berjalan baik, akan muncul permasalah berikutnya dimana 4S ini apakah dijalankan terus menerus dan menjadi habits orang-orang dilingkungan kerja kita atau tidak? Maka Seiketsu sebagai S ke-5 menjadi penyempurna dari 4S sebelumnya. Konsep perbaikan berkelanjutan ini pula sejalan dengan prinsip ke -6 pada konsep Manajemen ISO 9001:2008. Tujuan: Partisipasi penuh dalam hal pengembangan kebiasaan dalam hal mematuhi aturan di tempat kerja. Melakukan komunikasi dan umpan balik secara rutin. Prinsip: Pembiasaan dan disiplin di tempat kerja. Apa nilai penting SHITSUKE? Nilai penting dari SHITSUKE yaitu senantiasa mengamalkan dan membina budaya kerja yang positif, dan mendisiplinkan kita ketika bekerja seharu-hari. Kegiatan-kegitannya antara lain adalah : Semua melakukan cleaning dan menyediakan waktu untuk olahraga dengan rutin. Kenakan alat safety dengan baik. Latihan terhadap penanganan keadaan darurat (emergency). Pembuatan manual 5S. Pembiasaan disiplin ditempat kerja.

10

Penanggulangan: Lakukan pemilahan dengan pemberian label identitas yang jelas untuk barang produksi, barang NG & barang lain yang tidak terpakai / tidak jelas statusnya. Setelah dipilah - pilah, rapihkan / lakukan penataan dari barang barang tersebut dengan cara menyusunnya sesuai prioritas penggunaan, apakah barang tersebut

selalu digunakan, sering digunakan, kadang-kadang digunakan, atau tidak digunakan sama sekali. Bersihkan lokasi tersebut dari barang yang tidak dipakai dengan cara menjualnya atau dibuang dan untuk sampah - sampah yang ada pastinya dibersihkan juga. Buat standarisasi / pembakuan dari bagaimana cara mengendalikan barang - barang tersebut secara baik dan benar berupa data sebelumnya dan sesudah dilakukan langkah 3S. Jadikan suatu kebiasaan dari bagaimana mengendalikan masalah tersebut, bisa dengan menempel hasil dari pembakuan atau standarisasi tersebut di tempat terjadinya masalah

11

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan Shitsuke atau rajin berkaitan dengan kebiasaan karyawan yang harus dibina agar dapat menjaga dan meningkatkan apa yang sudah baik. Seperti, budaya antri, bersih, tepat waktu, tepat janji dan sebagainya harus dibina. Apabila perusahaan atau organisasi berhasil dalam menerakan konsep gerakan 5s, maka akan banyak keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan. Diantaranya perusahaan dapat menciptakan tempat kerja terbaik dengan prinsip Kaizen yang mengutamakan perbaikan

berkesinambungan. Selain itu gerakan 5s dapat menjadi Barometer manajemen bagi perusahaan atau organisasi karena perusahaan yang lancar akan dikendalikan oleh setiap orang. B. Saran-Saran Gerakan 5s dapat diaplikasikan perusahaan maupun organisasi sebagai ilmu perilaku dimana perbuatan lebih meyakinkan daripada kata-kata. Keberhasilan ini juga ditopang oleh pengalaman setiap individu dalam organisasi, menggunakan pengalaman untuk membersihkan batin dapat mengubah cara berfikir dan pribadi sehingga akan menggugah tanggung jawab setiap orang di tempat kerja.

12

DAFTAR PUSTAKA http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=8&cad=rja &ved=0CFcQFjAH&url=http%3A%2F%2Flibrary.binus.ac.id%2FeColls%2FeTh esisdoc%2FBab5ps%2F2008-1-00228MN%2520BAB%2520V.ps&ei=7Y9oUoeSL8i5rgeA0IHABg&usg=AFQjCNGfwL2RrVM6xSNWrHj-hta8LlGHQ www.google.com

13

You might also like