You are on page 1of 9

SEKUEN STRATIGRAFI Sikuen stratigrafi adalah studi stratigrafi yang berhubungan dengan kerangka waktu pengendapan dalam kaitannya

perubahan siklus muka laut (global/regional).

Pembagian Orde Sikuen Stratigrafi Setiap sikuen pengendapan terdiri dari perulangan perlapisan yang dibatasi oleh permukaan erosi (UC) atau hiatus atau permukaan yang selaras (C) (Van Wagoner et.al., 1987). Sikuen dibatasi secara regional oleh ketidakselarasan (UC) atau permukaan keselarasan (C) (Mitchum et.al., 1977). Elemen penting dalam menentukan pola-pola sikuen stratigrafi adalah shelf/slope break.

Assosiasi Seismik Fasies (Mitchum et al., 1977) Sequence Boundary (SB) merupakan batas atas dan bawah satuan sikuen stratigrafi adalah bidang ketidak selarasan atau bidang-bidang keselarasan padanannya (Sandi Stratigrafi Indonesia, 1996).

Bidang ketidakselarasan merupakan bidang erosi, pada umumnya terjadi di atas muka laut (subaerial), ditandai oleh rumpang waktu geologi. Bidang keselarasan padanan adalah bidang kelanjutan dari bidang ketidakselarasan kearah susunan lapisan batuan yang selaras (Sandi Stratigrafi Indonesia, 1996). Bidang ketidakselarasan atau bidang erosi batas satuan sikuen stratigrafi disebabkan oleh proses penurunan relatif muka air laut, yang disebabkan oleh banyak hal diantaranya gerak muka muka laut global, sedimentasi maupun tektonik (Sandi Stratigrafi Indonesia, 1996). Dalam rekaman batuan sikuen pengendapan dapat dibedakan menjadi dua yaitu sikuen tipe 1 dan sikuen tipe 2. Sikuen tipe 1 tersusun oleh tersusun oleh sedimen yang diendapakann saat relatif muka air laut mulai turun. sikuen 1 dibatasi oleh batas sikuen tipe 1di bagian bawah dan di bagian atas oleh batas sikuen 1 atau batas sikuen 2. Sikuen tipe 2 tersusun oleh sedimen yang diendapkan selama siklus muka laut relatif naik perlahan-lahan atau tetap. Sikuen tipe 2 dibatasi oleh batas sikuen tipe 1 di bawah dan di bagian atas oleh batas sikuen 1 atau batas sikuen 2. Batas sikuen 1 ditandai oleh perolehan fluvial dan peremajaan aliran, shelf sedimentary bypass, pergeseran fasies dan coastal onlap kearah cekungan. Batas cekungan tersebut terbentuk ketika kecepatan eustasi lebih besar dari kecepatan subsiden pada depositional shoreline break, sehingga menghasilkan muka laut relatif turun. Batas sikuen 2 ditandai oleh pergeseran coastal onlap ke arah cekungan dan erosi subaerialyang meluas, tatapi tanpa peremajaan aliran dan pergeseran fasies kearah cekungan. Batas sekuen ini terbentuk ketika kecepatan eustasi lebih kecil dari kecepatan subsiden padadepositional shoreline break, tetapi tanpa perubahan muka laut relatif turun pada posisi tersebut. Siklus transgresi regresi yang terbentuk di antara dua periode muka laut turun akan menghasilkan satu sikuen pengendapan. Sikuen pengendapan tersebut dibatasi oleh ketidakselarasan dan keselarasan yang sebanding. Pembentukan sikuen pengendapan sering diselingi oleh pembentukan maximum flooding surface (MFS). Batas sikuen dan MSF merupakan permukaan kunci yang dapat dikenali dalam well logs, coring, singkapan dan penampang seismik. Maximum flooding surface teridentifikasi oleh adanya maximum landward onlap dari lapiasan marine pada batas basin dan mencerminkan kenaikan maksimum secara relatif dari sea level(Armentout, 1991).

Diagram Sikuen Stratigrafi (Tanpa Terganggu Oleh Adanya Struktur Sekunder) (Vail et al, 1987)

Diagram Sikuen Stratigrafi pada Daerah yang Terpengaruh oleh Adanya Sesar

Mengenal Lebih Dekat Tentang Delta Mahakam

Delta Mahakam (wikimapia.org)

Delta Mahakam merupakan salah satu contoh wilayah interaksi antara air tawar (fresswater) dari darat dan salinitas dari Selat Makassar yang dibawa oleh tenaga pasut saat pasang. Sungai Mahakam adalah salah satu sungai terbesar di Indonesia yang terletak di Provinsi Kalimantan Timur yang bermuara di Selat Makassar. Bahan dasar dari daratan berupa bahan padat atau cair yang dibawa oleh air hujan melalui sungai dan seterusnya ke muara atau ke perairan pantai berasal dari lokasi yang lebih tinggi. Berdasarkan pengamatan megaskopis, sedimen permukaan daerah Delta Mahakam terdiri atas lempung, lempung pasiran, pasir lempungan, lumpur pasiran, pasir, lumpur dan kerikil (Ranawijaya,dkk.2000).

Persebaran material sedimen Delta Mahakam (Ranawijaya dkk,2000)

Menurut Storm drr (2005), Delta Mahakam merupakan tipe delta yang didominasi oleh proses pasang-surut dan gelombang laut yang berlokasi di tepian Cekungan Kutai, Kalimantan Timur dan mempunyai runtunan stratigrafi deltaik pantai (coastal deltaic) berumur Miosen hingga Holosen. Stratigrafi paparan berumur Kuarter di mana Sungai Mahakam berprogradasi menunjukan dominasi perulangan sedimen karbonat paparan dan endapan delta silisiklastik sebagai respon dari adanya perubahan muka air laut. Endapan paparan ini telah dipengaruhi oleh arus laut yang kuat dari Selat Makassar berarah utara-selatan. Roberts (2001) menunjukan bahwa sedimen prodelta Holosen Delta Mahakam telah dibatasi menjadi paparan bagian dalam (inner shelf) di sektor bagian utara, sedangkan di sektor bagian tengah merupakan delta front namun dibelokan ke arah selatan membentuk massa fasies prodelta yang luas. Paparan bagian tengah-luar didominasi oleh topografi tanggul, berupa individu bioherm (Halimeda) dan agregat. Penelitian Crumeyrolle dan Renaud (2003) menunjukan adanya relif tanggul di lepas pantai Delta Mahakam yang terkadang membentuk bidang erosi dengan topografi yang bervariasi antara 10 30 m (rata-rata 20 m).

Tanggultanggul (diapirism) ini membentuk Halimeda lumpur terigenik yang kaya akan biota laut dan hidup pada permukaan transgresif perairan yang jernih. Bioherm (Halimeda) paparan bagian dalam secara perlahan terkubur oleh sedimen Delta Mahakam kala Holosen. Di bawah permukaan transgresif Plistosen-Holosen, endapan sedimen menandakan tahapan masa sistem susut laut yang terdiri dari jaringan fluvial, isian gerusan lembah alluvium (channel fill), dataran delta agradasi dan endapan paparan serta kipas delta progradasi. Tatanan Tektonik Daerah Mahakam Tatanan tektonik cekungan kutai dapat diringkas sebagai berikut (Gambar 3.1.2). Awal Synrift (Paleosen ke Awal Eosen): Sedimen tahap ini terdiri dari sedimen aluvial mengisi topografi NE-SW dan NNE-SSW hasil dari trend rifting di Cekungan Kutai darat. Mereka menimpa di atas basemen kompresi Kapur akhir sampai awal Tersier berupa laut dalam sekuen. Akhir Synrift (Tengah sampai Akhir Eosen): Selama periode ini, sebuah transgresi besar terjadi di Cekungan Kutai, sebagian terkait dengan rifting di Selat Makassar, dan terakumulasinya shale bathial sisipan sand. Awal Postrift (Oligosen ke Awal Miosen): Selama periode ini, kondisi bathial terus mendominasi dan beberapa ribu meter didominasi oleh akumulasi shale. Di daerah structural shallow area platform karbonat berkembang Akhir Postrift (Miosen Tengah ke Kuarter): Dari Miosen Tengah dan seterusnya sequence delta prograded secara major berkembang terus ke laut dalam Selat Makassar, membentuk sequence Delta Mahakam, yang merupakan bagian utama pembawa hidrokarbon pada cekungan. Berbagai jenis pengendapan delta on dan offshore berkembang pada formasi Balikpapan dan Kampungbaru, termasuk juga fasies slope laut dalam dan fasies dasar cekungan. Dan juga hadir batuan induk dan reservoir yang sangat baik dengan interbedded sealing shale. Setelah periode ini, proses erosi ulang sangat besar terjadi pada bagian sekuen Kutai synrift.

Tektonik Delta Mahakam

Model Pengendapan Delta Mahakam Delta merupakan garis pantai yang menjorok ke laut, terbentuk oleh adanya sedimentasi sungai yang memasuki laut, danau atau laguna dan pasokan sedimen lebih besar daripada kemampuan pendistribusian kembali oleh proses yang ada pada cekungan pengendapan (Elliot, 1986 dalam Allen, 1997) Menurut Boggs, 1987 (Dalam Allen, 1998), delta diartikan sebagai suatu endapan yang terbentuk oleh proses sedimentasi fluvial yang memasuki tubuh air yang tenang (Gambar 4.3.2). Dataran delta menunjukkan daerah di belakang garis pantai dan dataran delta bagian atas (Upper Delta Plain) didominasi oleh proses sungai dan dapat dibedakan oleh pengaruh laut terutama penggenangan tidal. Delta terbentuk karena adanya suplai material sedimentasi dari sistem fluvial. Ketika sungai sungai pada sistem fluvial tersebut, terbentuk pula morfologi delta yang khas dan dapat dikenali pada setiap sistem yang ada. Morfologi delta secara umum terdiri dari tiga yaitu : delta plain, delta front dan prodelta

Model Lingkungan Pengendapan Delta Mahakam (Allen 1998)

Potensi Hidrocarbon Daerah Delta Mahakam Pembahasan pengelolaan Delta Mahakam oleh Perusahaan asing sedang hangat saat ini, hal ini tak lain karena potensi gas dan minyak sangat tinggi didaerah ini. Delta Mahakam dan sekitarnya mempunyai potensi batubara yang relatif berukuran antara lignit sampai bituminous, punya potensi tinggi dalam minyak, gas dan Kondensat.

Grafik Produksi Perusahaan Asing dalam Pengelolaan Di Delta Mahakam

Delta mahakam purba juga menjadi daerah incaran para pengusaha batubara selain formasi tanjung, dan berau di wilayah kisaran Kalimantan Timur.

You might also like

  • Cover
    Cover
    Document1 page
    Cover
    miranti nuraini
    No ratings yet
  • Cover CD
    Cover CD
    Document1 page
    Cover CD
    miranti nuraini
    No ratings yet
  • Bab I
    Bab I
    Document8 pages
    Bab I
    miranti nuraini
    No ratings yet
  • Laporan
    Laporan
    Document5 pages
    Laporan
    miranti nuraini
    No ratings yet
  • Penampang 1
    Penampang 1
    Document7 pages
    Penampang 1
    miranti nuraini
    No ratings yet
  • Lipatan
    Lipatan
    Document29 pages
    Lipatan
    Dienan Rockman Firdaus
    No ratings yet
  • Tabel
    Tabel
    Document6 pages
    Tabel
    miranti nuraini
    No ratings yet
  • Cover
    Cover
    Document1 page
    Cover
    miranti nuraini
    No ratings yet
  • Cover
    Cover
    Document1 page
    Cover
    miranti nuraini
    No ratings yet
  • BAB I Revisi
    BAB I Revisi
    Document6 pages
    BAB I Revisi
    miranti nuraini
    No ratings yet
  • Tabel
    Tabel
    Document6 pages
    Tabel
    miranti nuraini
    No ratings yet
  • Panas Bumi
    Panas Bumi
    Document12 pages
    Panas Bumi
    miranti nuraini
    No ratings yet
  • Cover
    Cover
    Document1 page
    Cover
    miranti nuraini
    No ratings yet
  • BAB I Revisi
    BAB I Revisi
    Document6 pages
    BAB I Revisi
    miranti nuraini
    No ratings yet
  • KAWAH SUMBING
    KAWAH SUMBING
    Document4 pages
    KAWAH SUMBING
    miranti nuraini
    0% (1)
  • GEOKIMIA EKSPLORASI
    GEOKIMIA EKSPLORASI
    Document12 pages
    GEOKIMIA EKSPLORASI
    miranti nuraini
    No ratings yet
  • Tugas Geotek
    Tugas Geotek
    Document1 page
    Tugas Geotek
    Tono Ganteng
    No ratings yet
  • 4 Daniel Longsor
    4 Daniel Longsor
    Document11 pages
    4 Daniel Longsor
    miranti nuraini
    No ratings yet
  • Alterasi Hidrothermal
    Alterasi Hidrothermal
    Document26 pages
    Alterasi Hidrothermal
    miranti nuraini
    No ratings yet
  • Petro Genesis
    Petro Genesis
    Document7 pages
    Petro Genesis
    miranti nuraini
    No ratings yet
  • Contractional Faults
    Contractional Faults
    Document2 pages
    Contractional Faults
    Adi Dwi Nur Muharam
    No ratings yet
  • Tahapan Eksplorasi
    Tahapan Eksplorasi
    Document12 pages
    Tahapan Eksplorasi
    miranti nuraini
    No ratings yet
  • Tutorial
    Tutorial
    Document9 pages
    Tutorial
    miranti nuraini
    No ratings yet
  • LISTTT
    LISTTT
    Document4 pages
    LISTTT
    miranti nuraini
    No ratings yet
  • Batuan Piroklastik
    Batuan Piroklastik
    Document19 pages
    Batuan Piroklastik
    miranti nuraini
    No ratings yet
  • Geometri Airtanah
    Geometri Airtanah
    Document7 pages
    Geometri Airtanah
    miranti nuraini
    No ratings yet
  • Deadline Pengumpulan Laporan
    Deadline Pengumpulan Laporan
    Document2 pages
    Deadline Pengumpulan Laporan
    Adi Dwi Nur Muharam
    No ratings yet
  • Ontologi
    Ontologi
    Document18 pages
    Ontologi
    miranti nuraini
    No ratings yet
  • Hidrolika Batuan
    Hidrolika Batuan
    Document4 pages
    Hidrolika Batuan
    miranti nuraini
    No ratings yet