You are on page 1of 84

ANALISIS KADAR NIKEL LATERIT PADA PT ANUGERAH SAKTI UTAMA KECAMATAN PAGIMANA KABUPATEN LUWUK BANGGAI PROVINSI SULAWESI

TENGAH

HARDIANSYAH 2008 31 084

SARI PT. Anugerah Sakti Utama merupakan perusahaan membidangi masalah Eksplorasi di daerah Kabupaten Luwuk Banggai Provinsi Sulawesi Tengah, yang kemudian penambangannya dilakukan oleh PT. Bahana Selaras Alam dilakukan dengan sistem tambangan terbuka(Surface Mining) yaitu menambang dari punggung bukit kebawah (Open Cut) dengan membuat Bench (jenjang) sehingga terbentuk bukaan-bukaan. dengan langkah-langkah kegiatan penambangan antara lain: penggalian kegiatan/pembongkaran, pemuatan, pengangkutan bijih, penimbunan bijih dan pengawasan kualitas. Tingkat Validitas dari data produksi di stockpile akan terbukti setelah dilaksanakannya kegiatan pengapalan, namun pada kenyataannya sering terjadi perbedaan antara data hasil produksi di front penambangan dengan realisasi yang ada pada stockpile, maka penelitian ini akan menganalisa sebab-sebab terjadinya perbedaan kadar hasil Produksi di front penambangan dengan realisasi pada stockpile, serta faktor-foktor penyebab terjadinya perbedaan kadar tersebut. Adapun data hasil produksi di front penambangan bulan Januari adalah 121.367 Ton dengan kadar Ni 1.81 % dan Realisasi pada stockpile adalah 127.233 Ton dengan kadar Ni rata rata 1.77 %. Dengan persentase penyimpangan tonage sebesar 3,62 % dan penyimpangan kadar untuk bulan Januari sebesar 2,21%. Dari hasil pengamatan, maka diperoleh faktor-faktor penyebab terjadinya penurunan tonage dan penurunan kadar antara lain sebagai berikut : Penyebaran deposit tidak homogen; Topografi; Pengotoran dan kehilangan bijih saat penambangan; Medan kerja; Posisi waste terhadap bijih dan cuaca; Keterampilan operator; Ketelitian dalam pengambilan sampel

BAB I PENDAHULUAN

Untuk perbedaan

dapat kadar

meminimalkan dan maka realitas cara

penambangan, 1.1 Latar Belakang PT Anugerah Sakti Utama, Unit Bisnis Pertambangan merupakan salah satu perusahaan yang melakukan penambangan dan pengolahan bijih nikel yang berlokasi di Kecamatan Pagimana Kabupaten Luwuk Banggai Provinsi Sulawesi Tengah. Penambangan bijih nikel di daerah tersebut dilakukan dengan nikel standar

penambangan juga perlu diperhatikan. Metode penambangan dengan

penggalian langsung oleh alat gali seperti selective mining dengan alat gali dorong dan muat akan

berpengaruh terhadap kadar, karena metode penambangan tersebut rawan terhadap pengotor. Pengawasan kadar pada bijih agar memenuhi bijih persyaratan nikel yang dan

tambang terbuka (Surface Mining) yaitu menambang dari punggung bukit kebawah (Open Cut) dengan membuat Bench (jenjang) sehingga terbentuk bukaan-bukaan. dengan langkah-

ekspor oleh

dibutuhkan

konsumen

disesuaikan dengan kebutuhan pabrik (Ni 1,8 %). Berdasarkan penentuan kadar bijih nikel tersebut PT.

langkah kegiatan penambangan antara lain: kegiatan/pembongkaran, penggalian pemuatan,

Anugerah Sakti Utama, senantiasa akan melakukan pengawasan mutu nikel menurut standar oprasional maka yang perlu diketahui terlebih dahulu adalah Cut of Grade yang telah

pengangkutan bijih, penimbunan bijih dan pengawasan kualitas.

ditetapkan, sehingga dari data kadar rata-rata tiap tumpukan ore yang ada di stockfile dapat dianalisis kadarnya. Namun untuk memenuhi standar

kadar bijih tersebut

akan berada

dibawah COG (Cut Of Grade). Disamping itu tumpukan bijih nikel pada front penambangan akan dimuat dan diangkut ke stockpile sesuai dengan titik bor dan jumlah incrementnya. Setelah sampai di

ekspor tersebut, pihak manajemen perusahaan diperhadapkan pada suatu kenyataan dimana hasil analisis

menunjukkan bahwa, kadar bijih nikel setelah ditambang (kadar produksi) berbeda dengan hasil tumpukan Ore pada stockpile. Untuk mendapatkan bijih

stockpile akan diadakan pengecekan ulang atau recheking kadar untuk mengetahui ketelitian atau kebenaran bijih nikel yang ada pada front penambangan. Setelah diketahui dan recheking tidak kadar

dengan kadar yang sesuai permintaan pabrik dan ekspor, maka penambangan pada bijih yang menyebar secara tidak merata tersebut dilakukan dengan

menunjukkan

perbedaan yang signifikan dengan kadar selective mining maka akan diadakan pemindahan tumpukan sesuai dengan kebutuhan pabrik ataupun untuk ekspor.

sistim selective mining atau memilih bijih atau titik bor sesuai dengan kadar yang diinginkan. Alasan untuk melakukan

Namun pada pengamatan yang ada di lapangan kenyataannya masih sering terjadi perbedaan antara data kadar dari front penambangan dengan

selective mining adalah bahwa bila seluruh material bijih dengan kadar yang tidak merata di tambang maka

realisasi yang ada di stockpile, maka penelitian mengetahui ini diarahkan utama untuk atas

dengan kadar bijih nikel pada stockpile. 2. Masih seringnya ditemukan

masalah

problem tersebut, dengan mengambil hipotesa pengamatan yaitu adanya ketidak konsistenan dalam mekanisme sampling. Sehingga terjadi perbedaan hasil analisa kadar dari front

penyimpangan data kadar pada masing-masing tumpukan ore

dalam memenuhi standar pasar maupun ekspor. 1.2.2 Permasalahan Penelitian Dari identifikasi masalah di atas maka masalah yang timbul adalah: 1. Berapa besar perbedaan kadar bijih nikel antara front penambangan dengan kadar bijih nikel pada stockpile? 2. Faktor-faktor apa yang menjadi penyebab terjadinya penyimpangan kadar pada masing-masing

penambangan dengan realisasi yang ada di stockpile. Berdasarkan pola pikir di atas, penulis mengambil tema Analisis kadar nikel laterit pada PT Anugerah Sakti Utama Kecamatan Pagimana Kabupaten Luwuk Banggai Provinsi Sulawesi Tengah. 1.2 1.2.1 Rumusan Masalah Identifikasi Masalah Melihat latar belakang di atas maka terdapat beberapa masalah yang dapat diidentifikasi, antara lain: 1. Terjadinya perbedaan kadar bijih nikel dari front penambangan

tumpukan ore dalam memenuhi standar pasar maupun ekspor?

1.2.3 Batasan Masalah Dari masalah yang diambil pada Tugas Akhir ini adalah tentang

1.4 Sumber Data Data-data yang digunakan dalam penulisan laporan Tugas Akhir ini, diperoleh langsung dari lapangan, laboratorium dan berbagai literatur serta laporan yang ada di lokasi penelitian. Adapun data yang

pengambilan dan preparasi conto dari lokasi penambangan, dan di area stockpile serta analisis kadar nikel laterit Utama. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian pada PT. Anugerah Sakti

diperoleh terdiri atas : 1. Data Primer a. Data pengambilan conto dari

Adapun maksud dan tujuan Penelitian front penambangan ke stockpile. ini adalah : b. Data alur preparasi conto. 1. Untuk mengetahui berapa besar c. Hasil perbedaan kadar Nikel antara front instrument X-Ray. penambangan dengan kadar bijih 2. Data Sekunder nikel pada stockpile. a. Data iklim dan curah hujan. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor b. Peta lokasi kesampaian daerah. penyebab perbedaan kadar dari c. Peta Geologi Luwuk Banggai. hasil pengambilan sampel berdasarkan standar operasional prosedur telah berjalan baik. analisis laboratorium

1.5 Metode Penelitian Adapun teknik pengambilan data penelitian yang digunakan dalam

ada

di

lokasi

tambang,

preparasi maupun di kantor mengenai proses pengambilan sampel dan preparasi conto serta Analisis kadar. d. Data tentang conto satu prosedur diambil unit di

penulisan dan penyusunan laporan yaitu: 1. Teknik pengambilan data

preparasi a. Melakukan pengamatan dan salah pengumpulan data mengenai kondisi yang berhubungan

kerja

pengawasan kualitas yaitu unit satuan kerja persiapan sampel. dengan keadaan geologi dan e. Melakukan geografi daerah penelitian. terhadap b. Data diambil dengan mengikuti ada. langsung aktifitas proses 2. Teknik pengolahan data pengambilan sampel dari front Menggunakan metode perhitungan penambangan sampai ke dan penganalisaan sehingga diketahui stockpile, preparasi conto dan sistem pengambilan dan preparasi analisis laboratorium yang conto, diperlukan untuk pengolahan pemeriksaan berdasarkan teori, rumus data. dan praktek di laboratorium sesuai c. Melakukan langsung dan wawancara dengan hasil yang dikerjakan. konsultasi Data-data yang telah dikumpulkan dengan karyawan, baik yang selanjutnya diolah secara statistik dan kemudian dilakukan literatur-literatur yang studi pustaka

analisis, pengolahan secara statistik untuk mendapatkan nilai rata-rata dari suatu data dan selanjutnya dilakukan perhitungan untuk mengetahui

3.

Serta

mengidentifikasi

faktor-

faktor penyebab perbedaan kadar, kemudian mencari penyelesaian untuk mengurangi perbedaan kadar tersebut.

presentase perbedaan yang terjadi. 3. Analisis data Dalam penelitian ini kita dapat membandingkan antara data front

BAB II TINJAUAN UMUM


2.1 2.1.1 Geografi Daerah penelitian Lokasi dan Kesampaian

penambangan dengan data stockpile serta dapat mengetahui faktor faktor penyebab perbedaan tersebut. 1.6 Pemecahan Masalah Adapun pemecahan masalah yaitu : 1. Melakukan evaluasi tehadap data kadar produksi di front

Daerah Lokasi eksplorasi tersebar pada beberapa Desa yang berada dalam area IUP PT. Astima yaitu : Desa Nain, Asaan, Pinapuan, Sinampangnyo, dan Hion. Jarak lokasi daerah penyelidikan bervariasi antara 7 10 km dari area Jety yang ditempuh dengan kendaraan roda empat maupun roda dua dan selanjutnya perjalanan kaki menuju lokasi. Pada lokasi dan kesampaian

penambangan dengan data kadar pada stockpile. 2. Membandingkan antara data kadar data produksi di front

penambangan dengan data kadar pada stockpile.

daerah kita dapat mengetahui wilayah kerja perusahaan yang akan ditambang

berdasarkan (Gambar 2.1).

hasil

eksplorasi

pada

sekitar 40 % dari daerah penyelidikan, yaitu pada bagian tengah area project blok II dan pada umumnya masih

2.1.2 Morfologi Secara umum bentuk morfologi di daerah menjadi penyelidikan dua satuan dapat dibagi :

merupakan hutan dan semak belukar. Lembah-lembah satuan yang terdapat di

morfologi

perbukitan

morfologi

bergelombang lemah ini umumnya berbentuk U yang menandakan

Morfologi perbukitan bergelombang lemah dan perbukitan bergelombang kuat. A. Satuan perbukitan bergelombang lemah Satuan bergelombang morfologi lemah perbukitan menempati

bahwa tahap erosi mencapai tua dan dibeberapa tempat berbentuk V yang mencirikan bahwa tahap erosi muda.

Gambar 2.1 Peta Lokasi dan Kesampaian Daerah

B. Satuan perbukitan bergelombang kuat Satuan morfologi perbukitan

2.1.3

Iklim dan Curah Hujan Wilayah penambangan nikel di

Pomalaa

ini

mempunyai

rata-rata

bergelombang kuat, menempati sekitar 60 % daerah penyelidikan, yaitu pada bagian pinggiran daerah-daerah umumnya

hujan yang tinggi, sedangkan musim kemarau sangat jarang. Rata-rata curah hujan tahunan maksimum di daerah Stasiun

penyelidikan.

Vegetasi

Pagimana,

diukur

berupa hutan belantara yang ditumbuhi oleh tumbuhan liar atau tumbuhan layaknya daerah tropis. Satuan

Pengukuran Pagimana Tahun 19842005 adalah sebesar 154,37 ml dengan rata-rata hari hujan 10 hari(Tabel 2.1). Terdapat sebelas bulan basah, satu bulan lembab tanpa bulan kering, karenanya. Berdasarkan klasifikasi

morfologi umumnya mempelihatkan lereng yang sangat terjal dengan kemiringan lereng mencapai 50o

sehingga untuk mencapai lokasi-lokasi yang sudah direncenakan untuk

iklim oleh Schmit dan Fergusson Daerah Pagimana memilki tipe iklim A. Daerah Pagimana beriklim basah. Berdasarkan pengukuran

didatangi membutuhkan waktu yang lama atau sulit untuk dicapai. Lembahlembah yang terdapat di satuan

parameter suhu dan lingkungan oleh PSL UNHAS pada Bulan Januari 1983 pada sekitar daerah pemukiman,

morfologi perbukitan bergelombang umumnya berbentuk V yang mencirikan bahwa tahap erosi pada satuan ini muda.

daerah eksploitasi tambang (tanpa vegetasi) dan daerah hutan yang masih

virgin

disekitarnya,

menunjukkan

vegetasi hutan, terutama pada bagian yang telah terbuka dengan radius kurang dari 100 Ha, suhu mencapai 360C

bahwa baik suhu maupun kelembaban memperlihatkan variasi perubahan

yang lebih besar pada yang terbuka

Tabel 2.1 Data Curah Hujan PT. Anugerah Sakti Utama Sulawesi Tengah Maret 2012 - Februari 2013
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Bulan Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Total Rata rata Sumber : Hujan 7 8 13 16 5 9 20 21 12 6 2 1 120 10 Curah Hujan Rata Rata (ml) 211,5 115,75 172,3 123,5 35,95 312 256 286,34 96,45 176,20 8 0,5 1698.04 154.37

PT. Anugerah Sakti Utama Sulawesi Tengah

2.1.4

Keadaan Flora dan Fauna

vegetasi primer (asli) dan vegetasi sekunder (bukan asli).

a) Keadaan Flora Di wilayah kerja perusahaan

1. Vegetasi Primer Vegetasi primer merupakan

terdapat dua jenis vegetasi yakni

vegetasi yang belum terganggu oleh

aktivitas berkembang

penambangan berdasarkan

dan interaksi

di tambang atau ditinggalkan untuk sementara waktu. Tumbuhan yang merupakan vegetasi sekunder misalnya tumbuhan jati putih, jati super, akasia dan berbagai rumpu-rumputan. b) Keadaan Fauna Satwa yang ada di wilayah

dengan lingkungan ekosistemnya yang asli. Vegetasi primer yang menjadi ciri khas daerah Pagimana seperti berbagai tumbuhan tropis yakni jenis alangalang, kayu angin, kayu besi, pohon jambu, belimbing bajo, tirotasi,

perusahaan terdiri dari dua kelompok. Kelompok satwa tersebut meliputi satwa langka yang dilindungi dan satwa yang tidak dilindungi. Satwa langka yang dilindungi seperti

melinjo. Jenis vegetasi primer ini sering dijadikan penciri daerah yang mengandung pagimana. 2. Vegetasi Sekunder nikel di daerah

beberapa jenis burung yakni Burung Hoa atau Alo, Burung Enggan Papan, Vegetasi vegetasi setelah gangguan yang vegetasi Sekunder tumbuh asli adalah Burung Maleo dan Itik Liar (Belibis). kemudian Jenis binatang mamalia yakni Anoa, mengalami Rusa, Kera tidak berekor, Kuskus dan akibat aktivitas Musang. pertambangan. Penyebaran vegetasi tersebut meliputi keseluruhan daerah datar sekitar perkampungan penduduk dan pemukiman karyawan serta 2.1.5 Keadaan Tanah Sebagian tanah daerah tambang nikel terdiri dari tanah laterit dengan warna merah kekuningan hingga

sebagian daerah perbukitan yang telah

merah bata. Tanah laterit ini memiliki ketebalan yang cukup bervariasi dari 0.4 m sampai 11 m. Struktur tanah top soil memiliki tingkat porositas yang tinggi dan daya infiltrasi yang tinggi pula. Keadaan tersebut ditunjang pula oleh vegetasi dengan kepadatan yang relative tinggi. Berbeda dengan lapisan sub soil yang berada di bawah lapisan top soil, struktur tanahnya agak

Sulawesi Barat. Mandala Sulawesi Timur terdiri dari gabungan mafik, Ultramafik dan endapan pelagos yang mengandung rijang. Mandala BanggaiSula terdiri dari batuan klastika kasar dan sedimen malih. Mandala Sulawesi Barat diwakili oleh batuan gunung api yang berumur Neogen. Berdasarkan lithologinya urutan formasi dari tua ke muda di lembar ini adalah : Kompleks Ultramafik (Ku):

bergumpal. Tekstur tanah berdasarkan analisa tanah oleh pihak perusahaan di daerah penambangan kesuburan

Terdiri dari harsburgit, dunit, piroksenit, gabro, diabas, basal, dan kapur. diorit, diduga berumur

tanahnya tergolong rendah. 2.2 Keadaan Geologi Daerah Penelitian A. Geologi Regional

Formasi Matano (Km): Terdiri dari batugamping dengan sisipan rijang dan argilit berumur kapur.

Daerah penyelidikan termasuk dalam Peta Geologi Regional lembar dari napal, batugamping dan Luwuk (Gambar 2.2). Yang secara sedikit batupasir regional masuk kedalam Mandala dengan Sulawesi Timur, Banggai-Sula dan salodik. bagian atas formasi menjemari Formasi Poh (Tomp): Terdiri

Endapan

Alluvium

(Qa):

Kompleks Ultramafik ( Ku ) Terdiri dari harsburgit, lersolit,

Terdiri dari pasir kerikil, lumpur dan sisa tumbuhan, hasil endapan sungai dan pantai. B. Geologi Daerah Penyelidikan Daerah penyelidikan berdasarkan lithologinya disusun oleh batuan-

dunit, piroksenit, serpentinit, basal dan gabro dengan sedikit amfibolit dan filit. Kompleks Ultramafik

bersentuhan secara tektonik dengan batuan sedimen mesozoikum dan

batuan dari formasi Poh dan Batuan kompleks Ultramafik. Formasi Poh ( Tomp ) Persilangan napal dan

paleogen, tertindih tak selaras oleh kompleks molasa yang berumur MioPliosen akhir bagian bawah; sedang umur kelompok batuan ini belum diketahui dengan pasti, diduga

batugamping, dengan batupasir pada bagian bawah. Napal, Putih sampai kelabu kekuningan, lunak, setempat mengeras, berlapis, mengandung

Paleozoikum. Secara umum kelompok batuan ini telah tersenpentinkan,

tergeruskan,dan melapuk; di beberapa tempat hasil pelapukannya membentuk lapisan laterit. Formasi ini umumnya membentuk morfologi dan perbukitan. Endapan jenis konsentrasi sisa dapat terbentuk jika batuan induk yang mengandung bijih mengalami proses pelapukan, maka mineral yang mudah pegunungan

banyak fosil foraminifera, sedikit koral dan ganggang; dibeberapa tempat telah terhablur ulang. batupasir, kelabu

kekuningan, kecoklatan berbutir halus sampai menengah, agak keras,

gamping, berlapis tipis sampai tebal ( 10-60 cm ) miskin akan fosil.

larut akan terusir oleh proses erosi dan lapisan limonit sampai pada batas tertentu, disini masih dikenali struktur dan tekstur batuan aslinya. Jalur saprolit merupakan peralihan dari limonit ke batuan dasar yang keras dan

belum

lapuk.

Jalur

inilah

yang

merupakan tempat bijih dengan kadar nikel tertinggi, akibat pengkayaan supergen. Perkembangan jalur saprolit tergantung mineral pada sifat silika dan

batuan

dasarnya

Sumber : E. Rusmana, A. Koswara, dan T. O. Simandjuntak 1993 (Arsip Perusahaan).

Gambar 2.2 Peta Geologi Regional Luwuk Banggai

terpenting 2.3 Laterit Genesa Endapan Nikel

yang

terdapat

dalam

endapan dibagian ini ialah Krisopras yaitu Kalsedon yang mengandung Endapan terdapat di bijih Daerah nikel yang nikel. Pagimana Mineral Olivin dan Piroksin merupakan jenis nikel laterisasi yang merupakan mineral utama pada batuan terbentuk dari pelapukan mekanis dan Peridotit kimiawi batuan induk ultara basa yaitu mineral ini merupakan subtitusi dari peridotit dan serpentin. Proses unsur Fe dan Mg. Pada proses pelindian dan pelapukan menyebabkan Serpentinisasi, menurunnya kadar Al dan Ca dalam menjadi batuan, sebaliknya kadar Fe, Ni, Cr Peridotit Serpentinit sebagai akibat dan Co meninggi. Ni yang larut dalam adanya proses pelapukan dan pencucian itu Hydrothermal. yaitu karena pengaruh peredaran air endapan bijih nikel ditemukan pada tanah dan adanya unsur Mg dalam lereng landai dibagian pematang yang batuan kemudian mengendap kembali merupakan dengan membentuk mineral-mineral antara bukit. Selain oleh adanya Hidrosilikat antara lain Garnerit keadaan H2(Mg,Ni)SiO4.2H2O. Mineral endapan laterit nikel ini agaknya bentukan baru itu kemudian mengisi sangat terpengaruh pula oleh tektonik celah atau retakan dalam batuan. setempat. Proses pelapukan batuan Selain Garnerit, bijih nikel yang pada hakekatnya dipermudah karena morfologi pembentukan punggung penghubung Pada umumnya pengaruh larutan batuan Serpentinit atau Peridotit diubah dimana unsur Ni pada

adanya bagian yang lemah seperti adanya rekahan, patahan dan

tergantung

pada

sifat

fisik

dan

mineralogi batuan dasar. Josep R.Bolt Jr. dalam bukunya yang

sebagainya. Pada lapisan yang berada

berjudul The Winning Of Mineral memperlihatkan bahwa di dalam

antara peralihan limonit ke batuan dasar yang keras dan belum lapuk merupakan tempat pengendapan bijih nikel dengan kadar yang tinggi. Akibat proses pengkayaan supergen,

batuan peridotit itu terkandung kurang lebih 0,20 % Ni, seperti terlihat pada (Tabel 2.2) yang menunjukkan

kandungan nikel dari batuan ultra basa sampai asam.

perkembangan lapisan pada jalur ini

Tabel 2.2 Kandungan Unsur Ni dalam Batuan Ultra Basa sampai Asam Rock Peridotit Gabro Diorit Granit % Ni 0,20 0,016 0,004 0,0002 Iron Oxides + Magnesium 42,3 % 16,3 % 11,7 % 4,4 % Silika + Lainnya 45,9 % 66,1 % 73,4 % 78,7 %

Sumber : Josep R.Bolt Jr. The Winning Of Mineral

Proses

utama

dalam

menyebabkan dekomposisi sedemikian

desintegrasi unsur rupa, batuan

dan induk

pembentukan bijih nikel adalah proses laterisasi yang disebabkan oleh proses pelapukan maupun adanya baik secara secara mekanik. suhu kimiawi Akibat akan

sehingga

menghasilkan lapisan tanah laterit. Batuan-batuan yang

perbedaan

mengandung banyak mineral olivin

akan lebih mudah lapuk dibandingkan dengan batuan yang banyak Hal ini sifat pelapukan, penambangan

partikel-partikel

kolloida

selama

kondisinya masih bersifat sudah netral kemudian akan mengendap di celahcelah sebagai urat-urat Garnerit dan Krisopras. Pada zona ini sering pula terjadi pengisian rekahan oleh Silikat sebagai Kalsedon. Residu terbawa kolloida konsentrasi dari larutan yang

mengandung berhubungan ketahanannya maka pada

kuarsa. dengan terhadap waktu

didapatkan adanya fragmen-fragmen yang besar (Boulder) yang cukup keras. Air tanah yang banyak

sebagai ini

partikel-partikel membentuk yang disebut

mengandung CO2 yang berasal dari udara dan asam-asam sebagai hasil pembusukan tumbuh-tumbuhan akan melarutkan unsur-unsur yang terdapat dalam batua asal. Berdasarkan sifat-sifat

akan

residu

Saprolit. Saprolit biasa juga diartikan sebagai bongkah yang mengalami pelapukan yang dekat dengan batuan induknya dan masih menampakkan struktur asli dari batuan asalnya. Dari hasil analisis kimia, maka zona tengah ini merupakan zona yang paling besar kandungan Nikelnya. Unsur Ca dan Mg yang terlarut akan terus mengalir sampai batas dimana tidak bisa mengalir lagi, maka di tempat itulah akan mengendap sebagai

kelarutan unsur-unsur itu di dalam pelarut air, maka ada sebagian yang tidak larut dan tetap tinggal

membentuk konsentrasi residu (Besi Aluminium) Oksida di permukaan. Sedangkan besi (Fe), Cobal (Co), Nikel (Ni), Magnesium (Mg) dan Silika (Si) yang terbawa sebagai

urat-urat Dolomit dan Magnesit yang mengisi rekahan-rekahan pada batuan asal (Gambar 2.3). Endapan jenis konsentrasi sisa dapat terbentuk jika batuan induk yang mengandung bijih mengalami proses pelapukan, maka mineral yang mudah larut akan

mempunyai berat jenis besar akan tertinggal dan terkumpul menjadi

endapan konsentrasi sisa, terjadi di daerah yang luas dan iklim tropis dengan curah hujan yang tinggi. Kondisi tersebut di atas menyebabkan proses laterisasi nikel di suatu daerah bisa berjalan dengan baik

berpindah oleh proses erosi, sedangkan mineral bijih biasanya stabil dan

Sumber : PT Anugerah Sakti Utama

Gambar 2.3 Skema Pembentukan Nikel Laterit

kelompok mineral untuk green 2.4 Penampang Nikel Laterit hydrous Secara umum penampang silicates endapan nikel laterit dari atas ke mengandung nikel, Ni talk, dan Ni bawah (Gambar 2.4) adalah : klorit 1. Batuan dasar pada umumnya magnesium oleh nikel, kadar nikel didominasi oleh batuan ultramafik dalam serpentin akan bertambah. seperti dunit, peridotit, piroksenit, Garnierit sendiri tidak dijumpai serpentinit, belum yang masih segar sebagai mengalami pelapukan, tercampur tekstur asli batuan masih nampak serpentin kadar rendah lainnya, jelas. sehingga kadar nikel dalam bijih 2. Zona saprolit merupakan batuan menjadi menurun. asal ultramafik pada zona ini akan 4. berubah menjadi saprolit akibat transisi dari zona saprolit ke zona pengaruh mineral serpentin, air tanah. Minerallimonit diatasnya. Disini terjadi utamanya kuarsa adalah perubahan geokimia unsure yang sekunder,Niterbesar dalam penampang. Kadar kalsedon, garnierit, dan beberapa Fe2O3 dan Al2O3 naik, sedangakan tempat sudah terbentuk limonit ( kadar SiO2 dan MgO turun. Fe Hidroksida ). 5. 3. Garnierit yang merupakan bijih hampir seluruh unsur yang mudah nikel silika merupakan suatu nama larut hilang terlindi, kadar MgO Zona limonit : Pada zona limonit Zona pelindian merupakan zona juga dengan Ni mineral murni, tetapi ). Melalui pergantian ( serpentin yang magnesian nickel

dan

silika

akan

semakin

6.

Zona tanah penutup : Umumnya pada zona ini didominasi oleh humus dan bersifat gembur kadar terdapat lempeng silika. Kadar Fe pada lapisan ini tinggi dan sering dijumpai konkresi-konkresi besi, kadar nikel relative rendah.

berkurang, sebaliknya kadar Fe2O3 dan Al2O3 akan bertambah. Zona ini didominasi oleh mineral geotit, disamping juga terdapat magnetit, hematite, sekunder. talk, serta kuarsa

Sumber: PT. Anugerah Sakti Utama

Gambar 2.4 Penampang Vertikal Nikel Laterit

kenaikan dan penurun permukaan air 2.5 Faktor-Faktor Yang tanah juga dapat menyebabkan terjadi Mempengaruhi Pembentukan Bijih proses Nikel unsur-unsur. Faktor-faktor yang yang cukup besar akan membantu mempengaruhi pembentukan endapan terjadinya pelapukan mekanis, dimana nikel laterit adalah sebagai berikut: akan timbul rekahan-rekahan dalam 2.5.1 Batuan Asal Dalam hal ini yang bertindak sebagai batuan asal adalah batuan ultrabasa karena: 2.5.3 a. Mempunyai elemen Ni yang Vegetasi paling banyak diantara batuan-batuan Yang dimaksud dengan reagenlainnya. reagen kimia adalah unsur-unsur dan b. Mineral-mineralnya mudah lapuk ( senyawa-senyawa tidak stabil ) mempercepat proses pelapukan. CO2 c. Komponen-komponennya mudah yang terlarut bersama dengan air. Air larut yang memungkinkan memegang peranan penting dalam terbentuknya endapan nikel. proses pelapukan kimia. Asam-asam 2.5.2 Iklim Adanya pergantian musim humus dapat menyebabkan yang membantu Reagen-Reagen Kimia dan batuan yang akan mempermudah terutama Perbedaan temperatur pemisahan dan akumulasi

proses atau reaksi kimia dekomposisi batuan.

dekomposisi batuan dan merubah PH larutan, asam-asam humus ini erat

hujan dan kemarau dimana terjadi

hubungannya dengan vegetasi,dalam hal ini vegetasi akan mengakibatkan : Penetrasi air dapat lebih dalam dan lebih mudah dengan dengan mengikuti jalur akar-akar dan pohon-pohon. Akumulasi dari air hujan akan lebih banyak. Humus akan lebih tebal.

dibandingkan

terhadap

struktur

patahan. Batuan ultrabasa mempunyai porositas dan permeabilitas yang kecil sekali sehingga penetrasi air menjadi sulit, maka dengan adanya rekahanrekahan tersebut akan lebih

memudahkan masuknya air dan berarti proses pelapukan akan lebih intensif. 2.5.5 Topografi Keadaan topografi setempat

Keadaan

ini

merupakan sangat mempengaruhi sirkulasi air

merupakan suatu petunjuk, dimana hutannya lebat pada lingkungan yang beserta reagen-reagen baik akan terdapat endapan bijih nikel daerah yang landai maka air akan lebih tebal dengan kadar yang lebih bergerak tinggi. Selain itu vegetasi dapat mempunyai berfungsi untuk menjaga hasil mengadakan penetrasi lebih dalam pelapukan terhadap erosi mekanis. melalui rekahan-rekahan atau pori-pori 2.5.4 Struktur Struktur menyebabkan batuan. Akumulasi endapan umumnya berada di daerah yang landai sampai kemiringan menerangkan sedang, bahwa hal ini kesempatan untuk perlahan-lahan sehingga lain. Untuk

deformasi dari batuan, yang sangat dominan dalam pembentukan endapan nikel adalah struktur rekahan ( Joints )

ketebalan

pelapukan mengikuti bentuk topografi.

Pada daerah yang curam jumlah air yang meluncur run off lebih

terbuka (Open Pit Mining/Open Cast mining) yaitu dengan jalan memotong punggung bukit sehingga terbentuk bench. Sebelum penambangan dilakukan, pekerjaan terlebih

banyak dari pada air yang meresap , ini dapat menyebabkan pelapukan kurang intesif. Pada tempat- tempat dimana terdapat keseimbangan, nikel akan mengendap melalui proses pelapukan kimia. 2.5.6 Waktu

dahulu harus disiapkan peta tambang yang berskala 1 : 100 dimana pada peta tersebut telah dicantumkan

keadaan mengenai endapan bijih yang Dalam proses pembentukan menyangkut data eksplorasi seperti endapan bijih nikel membutuhkan posisi endapan, penyebaran, kadar, jangka waktu yang relatif panjang. jumlah cadangan dan lain-lain. Apabila waktu dari proses pelapukan Tahapan-tahapan terlalu singkat, transportasi dan penambangan di PT Anugerah Sakti konsentrasi berlangsung cepat maka Utama Sulawesi Tengah yaitu : endapan yang terbentuk cenderung tipis. 2.6 Kegiatan Persiapan dan tujuannya agar kegiatan penambangan Penambangan Bijih Nikel tidak terhambat oleh kegiatan non Penambangan bijih nikel di PT produksi. Persiapan penambangan ini Anugerah Sakti Utama Sulawesi meliputi : Tengah dilakukan secara tambang 2.6.1 Persiapan Penambangan Kegiatan penambangan kegiatan

a.

Pembersihan lahan (land clearing) Clearing adalah kegiatan

adalah yang berkadar 1,8%-2.0% Ni Setiap front yang akan di

pembersihan pepohonan yang ada di atas bijih yang akan ditambang dengan menggunakan Bulldozer. Agar kerja Bulldozer lebih efekif, maka diusahakan memperpendek jarak dorong. Untuk daerah datar dan cukup luas, pembersihan

tambang terlebih dahulu diadakan pengupasan tanah penutup

(Stripping of Overburden). Tebal tanah penutup yang harus dikupas harus sesuai dengan data

eksplorasi. Pengupasan memakai dilakukan Buldozer, dengan untuk

dimulai dari tengah-tengah. b. Pengupasan lapisan tanah penutup (Stripping of Overburden) Pengupasan merupakan tanah suatu penutup pekerjaan

memudahkan pekerjaan ini maka pekerjaan dimulai dari tempat yang tertinggi ke arah tempat yang lebih rendah guna memanfaatkan gaya berat (Down Hill Dozing). Tetapi diupayakan sedemikian

pembongkaran tanah/batuan yang menutupi bijih nikel. Di PT Anugerah Sakti Utama Sulawesi Tengah, lapisan tanah penutup yang harus dikupas adalah 0-6 meter yang terdiri atas Top Soil dan lapisan bijih kadar rendah (Low Grade), sedangkan lapisan bijih nikel yang akan di Ekspor

rupa agar lapisan atas yang berupa humus tidak terbuang tetapi

ditimbun pada tempat tertentu guna dikembalikan setelah proses penambangan selesai (Reklamasi). Hal ini dilakukan untuk mencegah

timbulnya dampak negatif akibat aktifitas penambangan. Setelah proses pengupasan tanah penutup hingga kepermukaan bijih nikel barulah dilanjutkan dengan d.

meter

untuk

menghindari

kelongsoran. Pembuatan Jalan Tambang Untuk mencapai target produksi direncanakan salah satu upaya yang dilakukan adalah membuat jalan tambang sebaik mungkin.

pembuatan Bench. c. Pembuatan Bench Pekerjaan berguna penambangan pembuatan sebagai dan bench front untuk

Fungsi utama dari pembuatan jalan tambang ini adalah sebagai sarana tranportasi untuk

mencegah terjadinya kelongsoran. Jumlah bench yang harus dibuat disesuaikan dengan keadaan bukit dan cadangan bijih nikel. Tinggi

menunjang kelancaran kegiatan penambangan terutama kegiatan pengangkutan. 2.6.2 Tahapan Penambangan Produksi Bijih Nikel

bench dikontrol oleh faktor-faktor kekerasan endapan (kekompakan meliputi: materialnya) jangkauan alat serta gali tinggi A. yang pembongkaran digunakan. Oleh karena itu, bench Penggalian yang ada di PT Anugerah Sakti yang dilakukan untuk memisahkan Utama Sulawesi Tengah dibuat bahan galian dari batuan induknya, maksimal 5 meter dan lebar 2 kegiatan pembongkaran/penggalian ini adalah kegiatan Penggalian atau

dilakukan dengan alat Excavator. Bijih nikel yang akan ditambang ditetapkan berdasarkan Cut Of Grade (COG) dengan sasaran produksi, karena

Untuk

mendapatkan

bijih

dengan kadar yang sesuai permintaan pasar atau pabrik, maka penambangan pada bijih yang menyebar secara tidak merata tersebut dilakukan dengan

penyebaran kadar bijih yang tidak merata diketahui, maka dilakukan selective mining (Gambar 2.5). Selective mining yaitu suatu cara penambangan yang diterapkan bila bijih menyebar dengan kadar yang tidak merata, dimana pada tempattempat tertentu terdapat bijih dengan kadar yang relatif tinggi atau di atas COG, dan pada tempat lainnya

sistim selective mining atau memilih bijih atau titik bor sesuai dengan kadar yang diinginkan. Alasan untuk melakukan

selective mining adalah bila seluruh material bijih dengan kadar yang tidak merata ditambang maka kadar bijih tersebut akan berada di bawah COG (Cut Of Grade).

terdapat bijih dengan kadar yang rendah atau dibawa COG.

Gambar 2.5 Penambangan Secara Selective Mining Adapun melakukan prosedur pengambilan dalam sample pengambilan sembilan titik sampel dari tiap

Cek/Face Production/Sampel Efo. 1. Adapun tahapan pengambilan b.

masing-masing patok. Sampel yang diambil cangkul dimasukkan kantong sampel

sampel cek/patok pada PT. Anugerah Sakti Utama Sulawesi Tengah, sebagai berikut: a. Mengambil material pada

menggunakan kemudian kedalam

yang telah disediakan dan diikat dengan tali pengikat warna putih beserta dengan kode dan weybel sampel untuk membedakan sampel

patok yang telah ditentukan oleh pengawas (Grade dengan lapangan Control cara

tambang Sampler)

pada front yang berbeda. Kemudian dipindahkan

front penambangan ditumpahkan di stock pile dengan cara back dump atau bijih di tumpahkan kearah belakang di atas lantai kemudian stock pile yang rata, dilakukan pengambilan sebagai

ketempat yang aman, tidak terkena matahari dan mudah dijangkau kendaraan

kemudian diangkut ketempat preparasi untuk di analisis kadarnya. c. Setelah kadar dilakukan analisis

sampel EFO di stock pile berikut: a. Setelah Dump bijih

Truck dan

menumpahkan

selanjutnya

kembali ke front penambangan petugas langsung mengambil 1 increment sampel tiap dump truck menggunakan alat

diinformasikan melalui alat komunikasi Handy Talk (HT) ke pengawas grade control sampler, apabila sampel yang dianalisis diatas cut of gread selanjutnya sudah siap material yang

penggeruk dan sekop ukuran 125 D dengan pengambilan tiga titik. b. Sampel tersebut dimasukkan kedalam kantong sampel. c. Kantong sampel diikat

diambil untuk

sampelnya di alat angkut angkut

menggunakan Dump truck.

menggunakan tali pengikat. d. Sampel tersebut dikirim ke tempat preparasi untuk diolah.

2. Pengambilan Sampel EFO Pengambilan sampel di stock pile pada saat bijih yang telah diangkut dari

3. Pengambilan Sampel Kapal atau Ekspor. Pengambilan sampel ekspor

b. Sampel dimasukkan sampel. c. Kantong

yang kedalam

diambil kantong

dilakukan untuk mengetahui kadar nikel yang akan diekspor ke berbagai manca negara yang telah ditumpuk di stock pile sehingga tumpukan dapat dipisahkan berdasarkan kadar Ni-nya untuk kemudian di blending sesuai permintaan konsumen. Adapun

sampel tali

diikat pengikat label

menggunakan yang telah

diberikan

sublot dimana 1 sublot = 30 increment. d. Sampel yang telah diambil sebanyak 1 sublot diangkut ke tempat proses. B. Pemuatan (Loading) Loading yaitu sistem pemuatan dimana alat muat Excavator Kobelco SK 200 melakukan pemuatan material bijih ke satu alat angkut Dump Truck Nissan PS 290 Turbo, sedangkan pola dumping yang digunakan adalah Rear Dump yaitu mengosongkan muatan kebelakang. Pemuatan (loading) bijih hasil penggalian yang terlihat pada (Gambar preparasi untuk di

tahapan pengambilan sampel ekspor sebagai berikut: a. Tumpukan ore di stock pile yang akan di analisis kadarnya dimuat ke dumpt truck

menggunakan Excavator Back Hoe Kobelco SK 200, setiap 2 DT diambil 1 increment sampel dengan cara mengambil increment sampel pada sisi kiri tumpukan dan increment pada sisi kanan tumpukan.

2.6) dilakukan dengan alat gali-muat yaitu Excavator. Bijih yang dimuat adalah bijih yang telah ditumpuk di front penambangan. Excavator

pemuatan dimana alat muat Excavator Kobelco SK 200 melakukan pemuatan material bijih ke satu alat angkut Dump Truck Nissan PS 290 Turbo. Pemuatan untuk satu unit alat angkut dapat dilakukan 6 - 7 kali oleh alat muat excavator.

menggali bijih dan langsung dimuat ke alat angkut (Gambar 2.6). Sistem pemuatan yang digunakan adalah

Single Side Loading yaitu sistem

Gambar 2.6 Proses Pemuatan Material

Pengangkutan C. Pengangkutan Bijih Nikel kegiatan (Hauling) yang

bijih

yaitu untuk

dilakukan

memindahkan bijih dari front

Ore yang telah dimuat yaitu saprolit dan limonit kemudian

Jarak dengan

antara

front

penambangan 350 M

stockpile

adalah

diangkut oleh dump truck Nissan PS Turbo 290 ke stockpile, setelah di stockpile sampel dilakukan perdua ritasi pengambilan untuk satu

sedangkan kapasitas alat angkut dump truck pada saat mengangkut rata rata adalah 20 ton, kemudian tumpukan yang ada di stockpile dibentuk kerucut (limas) dan dirapikan oleh excavator Kobelko SK 200 dibantu wheel loader volvo L 120 C.

increment dan untuk mempercepat keluar data kadar dan mempermudah pengklasifikasian kadar, maka

maksimal satu tumpukan adalah 30 rit.

Gambar 2.7 Pengangkutan (Houling) Kegiatan penambangn Nikel pada PT. Anugerah Sakti Utama meliputi Pioneering and Clearing, pengupasan lapisan tanah penutup,

penggerusan, penggalian serta pemuatan dan pengangkutan bijih Nikel sampai pada pengapalan.

Tahapan-tahapan tersebut dapat dilihat pada (Gambar 2.8).

Sumber : PT anugrah sakti utama (ASTIMA)

Gambar 2.8 Bagan Alir Kegiatan Pertambangan

BAB III LANDASAN TEORI

2. Iklim; 3. Reagen-reagen vegetasi; kimia dan

3.1 Nikel Laterit Nikel laterit merupakan suatu endapan yang merupakan hasil 3.2. pembawa Ni-Silika. Umumnya

4. Struktur; 5. Topografi; 6. Waktu. Genesa Endapan Bijih Nikel

pelapukan lanjutan dari ultramafik Laterit terdapat pada daerah dengan iklim Proses tropis sampai subtropis. Pengaruh bijih iklim tropis di proses indonesia (Gambar 3.1) dimulai dengan proses mengakibatkan pelapukan pelapukan secara intensif, sehingga beberapa dimana batuan ini banyak mengandung daerah diindonesia memiliki profil olivin, magnesium silikat, dan besi laterit (produk pelapukan) yang tebal silikat dan menjadikan indonesia sebagai mengandung 0,3 % nikel. Batuan salah satu negara penghasil nikel peridotit sangat mudah terpengaruh laterit yang utama. Batuan induk nikel oleh proses pelapukan dimana air laterit adalah peridotit. tanah yang kaya CO2 yang berasal dari Faktor-faktor yang mempengaruhi udara luar dan tumbuh-tumbuhan akan pembentuk adalah: laterisasi menyebabkan terbentuknya 1. Batuan Asal; bijih nikel laterit ini menghancurkan olivin. Proses yang pada umumnya pada batuan peridotit, nikel sekunder atau laterit terbentuknya endapan

endapan laterit yaitu endapan residu dari hasil pelapukan batuan yang terjadi di daerah yang mempunyai iklim tropis hingga sub tropis dengan curah hujan yang relatif tinggi. Penguraian olivin, magnesium, besi, nikel, dan silikat kedalam larutan, cenderung untuk membentuk suspensi koloid dari partikel-partikel yang

zat-zat

tersebut

akan

cenderung

mengendap sebagai hydrosilikat. Mineralisasi terjadi melalui

rekahan pada strata ini, sebagai akibat pencucian dan penggumpalan pada lapisan saprolit yang disebut

pengkayaan maka tertahan pada batuan induk (batuan dasar). Nikel mempunyai sifat kurang kelarutannya dibandingkan dengan

submikroskopik. Didalam larutan, besi akan bersenyawa dengan oksida dan mengendap sebagai feri hidroksida. Akhirnya endapan ini akan

magnesium. Perbandingan antara nikel dan magnesium didalam endapan lebih besar dari pada larutan, karena adanya larutan silikat magnesium yang

menghilangkan air dengan membentuk mineral-mineral seperti Geotit

terbawa oleh air tanah. Kadang-kadang olivin didalam batuan diubah menjadi serpentin sebelum tersingkap

(FeO(OH)), Hematit

(Fe2O3), dan

cobalt (Co) dalam jumlah kecil. Jadi besi oksida mengendap dekat dengan permukaan tanah, sedangkan

dipermukaan, dimana serpentin terurai kedalam bersama-sama olivin. komponen-komponen dengan terurainya yang

magnesium, nikel dan silika tertinggal dalam larutan selama air masih asam. Tetapi jika dinetralisasi karena adanya reaksi dengan batuan dan tanah, maka

Batuan-batuan

mengandung banyak mineral olivin akan lebih mudah lapuk dibandingkan

dengan

batuan

yang

banyak Hal ini

berhubungan ketahanannya

dengan terhadap

sifat pelapukan

mengandung

kuarsa.

Peridotit Serpentinit

Proses Pelapukan Dan Laterisasi

Serpentinit Peridotit Lapuk Bahan-bahan tertinggal Fe, Al, Cr, Mn, Co

Bahan-bahan terbawa bersama larutan

Konsentrasi residu
Terlarut sebagai Larutan Ca-Mg Karbonat Terbawa sebagai partikel koloidal Fe-Oksida Al-Hidroksida Ni-Co

Konsentrasi celah dari senyawasenyawa karbonat


Urat-urat Konsentrasi residu Konsentrasi Celah

Fe, Ni, Co Saprolite

Ni, SiO2, Mg

Fe-Oksida Al-Hidroksida Ni-Co

c SOFT BROWN ORE URAT-URAT GARNIERIT d HARD BROWN ORE URAT-URAT KRISOPRAS ZONE TENGAH (II)

SEBAGAI ROOT OF WATHERING ZONE BAWAH (III)

Sumber : PT. Anugerah Sakti Utama

Gambar 3.1 Genesa Endapan Bijih Nikel Laterit

Adanya erosi air tanah asam dan erosi dipermukaan bumi akan

nikel silikat kebanyakan terjadi pada daerah beriklim tropis. Dimana pada daerah tersebut banyak turun hujan dan banyak tumbuh-tumbuhan yang teruraikan sehingga menimbulkan

menyerang mineral-mineral yang telah diendapkan. Zat-zat tersebut dibawa ketempat selanjutnya yang lebih dalam, sehingga

diendapkan

asam organik dan CO2 pada air tanah. 3.2.1. Penyebaran Endapan Bijih

terjadi pengkayaan pada bijih nikel. Kandungan nikel pada saat Nikel terendapkan akan semakin bertambah Batuan banyak, dan selama itu magnesium mengalami tersebar pada aliran tanah. Dalam hal memberikan zona saprolit dengan inti ini proses pengkayaan bersifat batuan biasanya agak keras tetapi kumulaif, dimana proses dimulai dari rapuh. Hal ini diakibatkan adanya suatu batuan yang mengandung 0,25 % hujan dan panas sehingga terjadi nikel, sehingga akan dihasilkan 1,50 % pelapukan dan rekahan-rekahan yang bijih nikel. Keadaan ini merupakan memudahkan air masuk melalui celahkadar nikel yang dimana sudah waktu dapat celah (rongga-rongga) batuan oleh ditambang, yang suatu diperlukan untuk proses pengkayaan sedangkan tersebut mungkin dalam beberapa jenis menghasilkan pelapukan yang melarutkan unsurrelatif homogen dengan kuarsa dan unsur logam dari batuan induk akan garnierit. menghasilkan bijih nikel limonit, bijih Air permukaan yang zona saprolit yang serpentinit akan mineral kuarsa, garnierit, serpentinisasi akan Peridotit yang

mengandung CO2 dari atmosfir dan terkayakan kembali oleh material

sedangkan unsur Ca, Mg dan C akan terus mengalir kebawah, pada tempat yang tidak dapat mengalir lagi dan terendapkan sebagai urat-urat dolomit dan magnesit yang mengisi rekahan pada batuan asal. Sebagai gambaran umum

organik di permukaan dan meresap kebawah dimana sampai fluktuasi zona air pelindihan berlangsung.

Sebagai akibat fluktuasi ini air yang kaya CO2 akan kontak dengan zona saprolit dan batuan yang mengandung batuan asal dan mineral-mineral tidak stabil seperti olivin, serpentin dan piroksin. Pada zona saprolit dijumpai rekahan-rekahan antara lain garnierit, kuarsa dan chrysopras sebagai hasil pengendapan Hydrosilikat dari Mg, Si, dan Ni. Unsur-unsur mineral lainnya yang tertinggal adalah besi,

penampang endapan bijih nikel di Pagimana adalah sebagai berikut: 1. Lapisan Overburden Lapisan ini merupakan lapisan paling atas, terdiri dari tanah laterit yang berwarna coklat kemerahan. Biasanya terdapat sisa tumbuhtumbuhan serta konkresi oksida besi, dan kandungan nikelnya

aluminium, mangan, cobal, krom serta nikel di zone limonit yang terikat sebagai mineral oksida atau hidroksida seperti hematit, magnesium dan

relatif rendah. Tebal lapisan ini bervariasi umumnya berkisar

antara 0 sampai 2 meter. 2. Lapisan Limonit Lapisan berwarna coklat muda dengan kandungan nikelnya lebih tinggi dari lapisan pertama yaitu

mineral lainnya. Hasil analisa kimia menunjukkan bahwa zona tengah yang paling banyak mengandung nikel,

1 sampai 2 %. Lapisan ini kadangkadang dapat dianggap sebagai lapisan bijih yang ekonomis.

Sering

didapat

sebagai

bongkahan yang dilapisi urat garnierit. dikategorikan Lapisan sebagai ini low

Dikategorikan dalam low grade ore atas yang tebalnya bervariasi antara 2 sampai 5 meter. 3. Lapisan Saprolit Lapisan merupakan yang batuan sama yang sekali telah

grade ore bawah yang kadangkadang cukup ekonomis untuk ditambang. b. Lapisan ini berupa batuan yang sedikit lapuk dan berwarna hitam baru kehijauan. berjalan Pelapukan bidang

lapuk, berwarna coklat kekuningan sampai kehijauan. Kadar nikel lapisan ini relatif paling tinggi dari keseluruhan lapisan dengan kadar Ni berkisar 2-3 % yang merupakan 3.2.2 lapisan bijih yang mengandung

pada

rekahan yang sering terdapat urat Dolomit dan Magnesit. Pembentukan Zona Limonit Dan Saprolit

urat-urat Garnierit dan Krisopras. Proses pelapukan laterit pada 4. Lapisan Bed Rock batuan ultrabasa dari suatu laterit fosil, Lapisan ini terdiri dari dua yaitu : mempunyai arti sebagai suatu proses a. Lapisan yang terdiri dari pelapukan laterit yang berlangsung batuan yang kurang lapuk, tidak dimulai dari batuan segar yang berwarna hijau terang sampai kemudian menghasilkan profil laterit tua. Pada lapisan ini kadar baru, tetapi bertolak dari suatu profil nikelnya sudah mulai turun.

laterit yang sudah terbentuk, dimana saprolit silikat yang selalu berada dibawah permukaan air tanah sudah ada dan terletak dibawah zona limonit. Fluktuasi muka air tanah yang

tergantung dari struktur batuan asal, morfologi yang mempengaruhi,

intensitas curah hujan, iklim dan waktu. Pembentuk zona laterit akibat berlanjut proses laterisasi ini akan berlangsung penurunan dengan permukaan berbedanya air tanah,

berlangsung secara kontinue akan melarutkan unsur-unsur magnesium dan silisium yang terdapat pada

bongkah-bongkah batuan asal di zona saprolit, sehingga memungkinkan

walaupun sifat batuan asalnya serupa. Pada penurunan muka air tanah yang dalam, zona limonit akan terbentuk lebih tebal, sementara itu ketebalan zona saprolit tidak berubah. Demikian pula pada penurunan permukaan air tanah yang sama akan memberikan profil laterit yang berbeda jika struktur batuan asalnya berbeda. Dalam hal ini struktur batuan asal (masif atau bercelah) sangat berperan dalam pembentukan zona saprolit. Di daerah cekungan aktif ini intensitas air tanah membesar akibat

penetrasi air tanah yang lebih dalam. Sehingga sedikit demi sedikit zona saprolit akan berubah porositasnya dan akhirnya menjadi zona limonit. Dengan penambahan porositas, maka air tanah akan lebih leluasa bergerak sehingga permukaan air tanah akan turun, menyebabkan air

permukaan laterit juga akan turun akibat proses kompaksi dan erosi pada permukaan. Penurunan muka air tanah ini akan berbeda-beda dan sangat

arah aliran yang konvergen dan akan memberikan proses pelindian yang lebih intensif dari proses pengendapan kembali, sehingga memungkinkan

(sampling) terbagi beberapa bagian adalah: 1. Channel Sampling Channel sampling adalah cara pengambilan conto dengan

pembentukan zona limonit yang tebal karna zona ini didominasi oleh mineral geotit, disamping juga terdapat

membuat alur (chanel) sepanjang permukaan yang memperlihatkan jejak bijih. 2. Conto ruah (Bulk Sampling) Bulk Sampling adalah merupakan

magnetit, hematite, talk, serta kuarsa sekunder. 3.3 Conto ( Sampling )

metode Proses pengambilan conto adalah kegiatan yang dilakukan pada sebagian yang kecil dari suatu bahan material dilakukan sedemikian rupa sehingga konsistensi kegiatan (kesamaan) pada bagian tersebut yang merupakan wakil dari keseluruhannya

sampling

dengan

cara

mengambil material dalam jumlah besar dan umumnya semua fase sampai

pada

(eksplorasi

dengan pengolahan). 3. Conto tertahan (Chip Sampling) (representatif). Chip Sampling adalah sala satu 3.3.1 Metode Pengambilan Conto Pada metode pengambilan conto penulis menggunakan metode Grab Sampling. Metode pengambilan conto metode sampling dengan cara batuan

mengumpulkan (rock chip)

pecahan yang

dipecahkan

melalui suatu jalur dengan lebar

15 cm yang memotong zona mineralisasi atau pahat. 4. Pile Sampling Cara pengambilan conto pada pile atau ore bin, untuk ini semua harus tahu saat mengadakan pengisian (pilling) karena hal ini menggunakan palu

bijih memotong atau tegak lurus singkapan. 8. Grab Sampling Grab Sampling merupakan teknik pengambilan conto dengan cara mengambil sebagian fragmen yang berukuran besar dari suatu material yang mengandung mineralisasi

mempengaruhi letak butiran. 5. Sumur uji (Test Pit) Cara pengambilan conto dengan membuat sumuran, metode ini dapat dikombinasikan dengan

secara acak. Tingkat ketelitian conto pada metode ini relatif mempunyai bias yang cukup besar. Adapun kondisi pengambilan

contoh dengan teknik Grab Sampling ini dilakukan antara lain: a. Pada tumpukan material hasil pembongkaran mendapatkan gambaran untuk umum

channel sampling. 6. Drill Hole Sampling Cara pengambilan conto dari hasil pemboran inti dimana prosedur sampling ini berdasarkan pada alat bor yang digunakan. 7. Paritan uji (trenching) Cara pengambilan conto dengan membuat parit pada singkapan

kadar. Yang akan dipengaruhi oleh lokasi atau letak dari suatu titik bor, hal ini disebabkan karena penyebaran deposit yang tidak merata.

b.

Pada pragment material hasil dari selective mining dan stockpile untuk memperoleh pengecekan kulaitas kadar, agar dapat

yaitu dengan cara two stage sampling dan devision method of increment. Cara two stage sampling adalah pengambilan conto melalui dua tahap secara sistematis yaitu pada tahap pertama dilakukan pengambilan conto pada dua titik yang berhadapan

dimixing dengan kadar rendah dengan maksud hasil mixingnya memenuhi ditetapkan Cog dan yang juga telah target

sedangkan pada tahap kedua dilakukan penggabungan conto keseluruhan pada suatu tempat yang sama (Gambar 3.2)

produksi pertahun harus tercapai. 3.3.2 Teknik Pengambilan Conto

Cara Pengambilan conto jika ditinjau secara umum dimaksudkan dari untuk

devision

method

of

increament adalah pengambilan conto dibagi dalam beberapa divisi yang mengambil tersebut sebagian cukup massa dilakukan untuk pekerjaan preparasi yang representatif conto. Jumlah conto bijih nikel yang untuk mewakili keseluruhan yang di ambil tergantung pada tipe endapan besar. Sampling atau pengambilan dan tingkat pengembangannya, apakah conto adalah suatu proses pengambilan suatu prospecting atau suatu eksplorasi sebagian kecil endapan yang mana detail, bagian tersebut dapat endapan. mewakili development mine. keseluruhan Cara Salah pengambilan conto didasarkan pada Pengawasan JIS (Javanese Industrial Standart), Satuan Kerja Persiapan Sampel Kualitas yaitu Unit satu Unit Kerja sebagian atau seluruh

berperan penting dalam pengambilan sampel yaitu conto yang telah diambil dimasukkan ke dalam kantong dan diberi kode serta diikat dengan tali yang mempunyai warna tertentu.

Kemudian conto tersebut dikirim ke preparasi conto dimana telah tertulis seperti kode conto, front

penambangan, titik bor, jam kerja dan tanggal pengambilan conto.

1. B = 10 kg

2. B = 10 kg

Keterangan : A. Pengambilan conto pada dua titik yang berhadapan B. Dilakukan penggabungan conto keseluruhan pada tempat yang sama dengan titik yang berbeda masing-masing 10 kg. . letak pengambilan sample.

Sumber: PT. Anugerah Sakti Utama

Gambar 3.2 Cara Pengambilan Sample Pada Tumpukan 3.3.3 Preparasi Conto Preparasi adalah pekerjaan persyaratan laboratorium. Boulder-

boulder conto perlu dimasukkan ke dalam pengecilan ukuran sampai

yang dilakukan untuk mengolah conto dari lapangan yang masih heterogen dan kasar menjadi material yang homogen dan halus sesuai dengan

semua conto menjadi sama rata, setelah itu dilakukan pengayakan

dengan ukuran lolos yang sudah ditentukan. Faktor lain yang penting untuk diperhatikan adalah kontaminasi zat zat lain terhadap conto. Oleh karena itu contoh harus dijaga dari kontak langsung dengan zat lain terutama zat cair. Conto dari lapangan yang berasal dari suatu tumpukan besar di mana diambil beberapa increment, biasanya disatukan dalam preparasi conto.

Setelah

conto

diperoleh

sebelum di bawah ke laboraturium untuk dilakukan analisis kadar (assay). Karena yang dianalisa tersebut hanya sebagian kecil dari conto, maka

diperlukan preparasi (persiapan) conto, agar pada bagian conto yang dianalisis bersifat representatif terhadap kondisi sebenarnya yang terlihat pada Gambar 3.3).

Gambar 3.3 Prosedur Umum (Coning & Quatering) Preparasi Conto untuk Analisis Laboratorium dan Dokumentasi (Chaussier et al., 1987).

Secara umum ukuran conto dapat berpengaruh terhadap hasil analisis sehingga sebelum dianalisa dilakukan pengurangan conto. Pengurangan

sehingga biasanya analisa dilakukan pada dua laboratorium yang berbeda dan sebagian conto lainnya disimpan sebagai dokumentasi Metode reduksi yang umum digunakan adalah splitting dan quartering. Metode reduksi

ukuran partikel atau dengan kata lain proses pembagian dilakukan (spilit) pada conto fraksi

sebaiknya

splitting dapat dilihat pada (Gambar 3.4) dan metode quartering dapat dilihat pada (Gambar 3.5).

ukuran yang telah seragam. Secara umum ukuran conto sangat

berpengaruh terhadap hasil analisa

SAMPEL DIVISION

Separator

Wooden panel Pile 1 Pile 2 Floor and plats

SAMPEL DIVISION

(All piles of the Pile same composition) Pile I the Pile II are Pile III IV Pile V Pile VI

Gambar 3.4 Reduksi Jumlah Conto dengan Menggunakan Metode Splitting (Chaussier et al., 1987).

First Quartering

With plats metal cross

Without plats metal cross E: quarters eliminated

Mixture of remaining quarters

One shovelful from pile A to centre followed by one shovelful from B and so on up to

Followe by new quartering

Gambar 3.5 Reduksi Jumlah Conto dengan Metode Quartering (Chaussier et al., 1987) Adapun langkah-langkah yang bentuk kerucut. 3. Ujung kerucut ditekan sehingga membentuk kerucut terpotong dan dibagi empat bagian sama besar. Dua bagian yang bersebrangan diambil untuk dijadikan conto yang dianalisis.

dilakukan pada metode Quatering : 1. Material dicampur sehingga

homogen. 2. Diambil secukupnya dan dibuat

QAQC SAMPLE EFO DI STOCK PILE


4500 Whint

1-10 load Approx 15 Kg

11 -20 Load Approx 15 kg

21 -30 Load Approx 15 kg

Jaw Crusher -10 mm

Jaw Crusher -10 mm M IX ING With Scoop

Jaw Crusher -10 mm MI X I N G With Scoop

Mi XI N G With Scoop

M ATR IX 4x 5 Scoop 30 D

MA TR I X 4x5 Scoop 30 D

MA TR I X 4x5 Sloop 20 D

Sample Wet
Efo Product Preparasi Moisture contonts Efo Product Preparasi

Moisture Contonts

Efo Product Preparasi

Moisture Contonts

Efo Production Preparasi on Sample

Timbang Basah dengan talang

Drying Despatction Oven With temp 2000C 1 - 1,5 Hours

Driying Oven With Temp 105c 17 Hours

Jaw Chusher -10MM

M C
Ket : % MC = ( W2-W1) - (W3-W1) W2 - W1 W1 = Berat Talang W2 = Berat Basah Kotor W3 = Berat Kering Kotor

Mixing 3x Spliter 3x

Roolcruser -3 MM

Mixing 3x Spliter 3x

Top Drinding/Dishmill -200 Mesh

Manual Mixing by Plastik Bag

REDUCTION (Matrix 20 Div.4x5)

FINAL SAMPLE(PULP)

XRF 100 gram (-200 mesh)

ARCHIVES 100 gram (-200 mesh)

XRF ANALYSIS

Sumber : PT. Anugerah Sakti Utama Sulawesi Tengah, 2013

Gambar 3.6 Prosedur Umum Preparasi Conto

3.4

Penambangan

Sistim

kadar bijih tersebut akan berada di bawah COG (Cut Of Grade). Tumpukan bijih nikel pada front penambangan akan dimuat dan diangkut ke stockfile sesuai dengan

Selective Mining Selective mining yaitu suatu cara penambangan yang diterapkan bila bijih menyebar dengan kadar yang tidak merata, dimana pada tempattempat tertentu terdapat bijih dengan kadar yang relatif tinggi atau di atas COG, dan pada tempat lainnya

titik bor dan jumlah incrementnya. Setelah sampai di stock file akan diadakan pengecekan ulang atau

recheking kadar untuk mengetahui ketelitian atau kebenaran bijih nikel yang ada pada front penambangan.

terdapat bijih dengan kadar yang rendah atau dibawa COG. Untuk mendapatkan bijih

Setelah diketahui dan

recheking tidak

kadar

dengan kadar yang sesuai permintaan pasar atau pabrik, maka penambangan pada bijih yang menyebar secara tidak merata tersebut dilakukan dengan

menunjukkan

perbedaan yang signifikan dengan kadar dari front penambangan maka akan diadakan pemindahan tumpukan sesuai dengan kebutuhan baik untuk pabrik maupun untuk ekspor.

sistim selective mining atau memilih bijih atau titik bor sesuai dengan kadar yang diinginkan. Alasan untuk melakukan

Kemudian hasil analisa kadar tersebut dirata-ratakan mulai dari kadar

selective mining adalah bahwa bila seluruh material bijih dengan kadar yang tidak merata ditambang maka

dibawah sampai diatas Cog, agar dapat dimixing dengan kadar rendah dengan maksud hasil mixingnya memenuhi

Cog yang telah ditetapkan dan juga target produksi pertahun harus

100 Ao, dimana 1 Ao = 10-8 cm = 0,1 mm. 1. Sifat-sifat sinar X Sinar X merambat menurut garis lurus, dapat dikolimasikan dengan celah (slit). a). Sinar X terdiri dari partikel-

tercapai. Dimana nilai kadar sangat tergantung pada bagian mana lapisan material disampling. 3.5 Penentuan Kadar Setelah pekerjaan preparasi yang dikeruk saat

partikel yang bermuatan, oleh karena itu medan listrik magnet dan tidak dapat arah berkas

selesai conto kemudian dikirim ke laboratorium untuk dianalisa. Kadar bijih nikel akan diketahui setelah diadakan laboratorium analisis dengan kadar di

membelokkan sinar. b). Sinar X

menggunakan

dapat

diperoleh

analisa sinar X dan analisa kimia. 3.5.1 Analisa Sinar X (X-Ray) Analisa sinar X adalah suatu cara yang dilakukan untuk mendeteksi unsur-unsur yang dikandung oleh

dengan jalan membom sinar sasaran (target material)

dengan berkas electron yang berenergi sasaran tinggi. yang Bahan

mempunyai

berat atom yang lebih tinggi merupakan sumber sinar X yang efisien. c). Dapat menghitamkan plat

conto tersebut dengan suatu alat pendeteksi yaitu Sinar X berupa sinar elektromagnetik yang mempunyai

daerah panjang gelombang antara 0,1

film (sifat photography).

3. Cara-cara d). Apabila menumbuk bahanbahan tertentu (Ca-Wolframat : ZnS, CdS, NaI dan lain-

Analisa

dengan

Menggunakan sinar X a. Berdasarkan Penyerapan Sinar X Sinar X dapat diserap oleh materi, banyaknya serapan

lain) akan memancarkan sinar pendaflour, artinya menyerap sinar kemudian memancarkan kembali (sifat fluoresensi) e). Tidak dapat terionisasi. 2. Penggunaan Analisis Penggunaan sinar X untuk Sinar X dalam

ditentukan oleh jenis bahan penyerapan bahan dan banyaknya Perbedaan

penyerap.

fundamental antara penyerapan sinar X bukan dilakukan oleh molekul-molekul dilakukan oleh melainkan atom-atom.

keperluan analisa zat, banyak persamaannya dengan penggunaan sinar tampak dan sinar ultra violet untuk keperluan yang sama,

Misalnya penyerapan sinar X oleh Brom hanya tergantung pada jumlah atom-atom Brom yang ada dalam jalan yang dilalui oleh sinar tersebut dan jumlah atau banyaknya atom brom ini tergantung dari

sehingga dapat dipahami bahwa ada cara-cara analisa yang

didasarkan pada penyerapan sinar X, pemancaran pendaflour sinar X dan difraksi sinar X dengan panjang gelombang antara 0,1 25 Ao.

apakah Brom itu berupa gas beratom satu atau berupa cairan dan padatan.

b. Berdasarkan Pendaflour sinar X

Pemancaran

sinar X ini juga sebagai sinar elektomagnetik, maka sinar X mestinya dapat juga didefraksi oleh kisi defraksi. Hanya saja mengingat panjang gelombang sinar X sangat kecil maka untuk dapat mendefraksikan sinar X yang dipergunakan jalur-jalur harus sangat

Bila suatu sinar ditempatkan dalam sinar X maka energi sinar X itu akan diserap oleh atom-atom unsur tersebut.

Atom-atom ini akan tereksitasi dan kemudian akan

memancarkan sianr X dengan berbagai panjang gelombang yang karekteristik untuk atomatom unsur tersebut. Proses pemancaran sinar X ini disebut peristiwa pendaflour sianr X atau Fluoresensi sinar X untuk analisa dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. c. Berdasarkan Difraksi Sinar X Salah satu sifat sinar X yaitu bahwa dari sinar X ini akan merambat menurut arah garis lurus dan mempunyai daya tembus yang besar, oleh karena 4.

berdekatan sekali letaknya. Spektometer Sinar X ( X Ray

Spectrometer) Spektometer Sinar X adalah suatu alat yang digunakan untuk

mengukur intensitas pendaflour fluoresensi sinar X atau ( sinar

sekunder ) yang dipancarkan oleh suatu conto. Suatu conto akan memancarkan flueresensi sinar apabila conto tersebut disinari dengan sinar X yang berasal dari tabung sinar X

(sinar

primer).

Intensitas

flouresensi yang berasal dari conto. c. Electronik Circuit Sample Merupakan suatu unit yang berfungsi untuk menghitung dan merekam sinyal yang

flouresensi sinar yang dipancarkan tersebut berbanding lurus dengan konsentrasi terdapat di unsur-unsur dalam susunan yang conto alat

tersebut.bagan

spectrometer sinar X. (gambar 3.4 hal.3-19).

dideteksi oleh spektometer. 3.5.2 Analisa Kimia

Secara garis besarnya susunan alat Analisa kimia adalah analisa sinar X flouresent spektometer yang dilakukan dengan cara analisa dapat dibagi : volumetric atau gravimetric dimana a. Sinar X Generator contoh dilarutkan dengan aquaregia Merupakan suatu unit yang dan filtratnya dititrasi dengan larutan berfungsi menghasilkan tinggi untuk KCN dalam kondisi basa (Ph-nya 8) tegangan dengan indikator AGJ. yang stabil (10Prinsip dasar cara volumetric 10.000 KV) untuk digunakan adalah ion-ion Ni+2 diendapkan dalam pada tabung sinar.X. b. Spektometer Merupakan suatu unit yang berfungsi mengspektrumkan pemancaran sinar X untuk larutan suasana Dymethil basa Glioxime dalam

lemah

membentuk

endapan nikel Dymethil Glioxime yang berwarna merah, kemudian dilarutkan

kembali dan dititrasi dengan larutan standar EDTA lalu dipijarkan. Hasil dari analisa kimia ini hanya digunakan sebagai pembanding hasil analisa sinar X jika terjadi perbedaan sehingga yang cukup signifikan kesalahan

proses

pencampuran

atau

disebut

dengan mixing untuk memperoleh kadar yang diinginkan. Penentuan kadar cadangan

suatu daerah yaitu dari hasil pemboran pada kegiatan di eksplorasi laboratorium yang kimia.

kesalahan

dianalisa

penentuan kadar dapat diatasi. Sehingga untuk mendapatkan kadar yang homogen harus dilakukan

Kemudian hasil analisa kadar tersebut dirata-ratakan dibawah mulai dari diatas kadar Cog.

sampai

Tabung Sinar X Kolimot or Kristal Penganalisa

Conto

K 2 ol Celah i m ot or K ol i Gambar 3.7 Skema Susunan alat pendaflour sinar X m ot or

3.6

Persentase Perbedaan Kadar

untuk mengambil sebagian dari massa tersebut yang cukup representatif

Untuk mengetahui Persentase perbedaan kadar dengan cara membandingkan kadar bijih nikel selektive mining dengan kadar bijih nikel recheking pada titik bor yang sama dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Q =

untuk mewakili keseluruhan yang besar. Pengambilan conto realisasi di PT. Anugerah Sakti Utama

berpedoman pada Japanesse Industrial Standart (JIS). Conto yang telah diambil

q1 q 2 q1

x 100 %

........................................................ .............(3.1) Dimana: Q kadar q1 = Kadar eksplorasi q2 = Kadar produksi BAB IV PROSEDUR DAN PENELITIAN 4.1 Prosedur Penelitian 4.1.1 Tahapan-Tahapan Dilakukan HASIL = Persentase Perbedaan

dimasukan ke dalam kantong dan diberi kode serta diikat dengan tali yang mempunyai warna tertentu, untuk membedakan setiap conto pada titik bor yang sama dengan warna yang sama pula. Kemudian kantong-kantong tersebut dikirim ke preparasi conto yang tertulis seperti kode pada front penambangan, nomor titk bor, tanggal penambangan dan nama dari

Yang Dalam

tumpukan, antara lain: 4.1.2 Pengambilan Sampel Chek. Pengambilan sampel Chek

Pengambilan Sampling Pengambilan conto jika

ditinjau secara umum dimaksudkan

dilakukan untuk mengetahui kadar

nikel pada tiap-tiap titik bor yang ada dilokasi front penambangan sehingga dapat dipisahkan berdasarkan kadar Ni-nya konsumen. berdasarkan Adapun permintaan tahapan

conto pada titik bor yang sama dengan warna yang sama pula. e. Kemudian kantong-kantong

tersebut dikirim kebagian preparasi conto disertai dengan label conto yang tertulis seperti nomor

pengambilan sampel check/patok pada PT Anugerah Sakti Utama. Sulawesi

tumpukan. f. Conto yang dianalisa hanya

Tengah, sebagai berikut: a. Conto tenaga diambil lapangan oleh beberapa mana

sebagian kecil, maka dilakukan preparasi conto agar bagian conto yang dianalaisa masih representatif terhadap kondisi yang sebenarnya. g. Conto yang telah siap dikirim ke

yang

seseorang mengambil conto dan yang lainnya menyiapkan kantong conto. b. Conto diambil berselang dua rit

laboratorium kadarnya. 4.1.3

untuk

dianalisa

dump truck melakukan pemuatan c. Conto diambil dengan

Pengambilan

Sampel

menggunakan sekop standar nomor produksi 125 dengan kapasitas 10 kg Pengambilan d. Conto yang diambil dimasukan dilakukan untuk mengetahui kadar kedalam kantong dan dikat dengan nikel yang akan di ekspor ke berbagai tali yang mempunyai warna manca negara yang telah ditumpuk di tertentu, untuk membedakan setiap stockpile sehingga tumpukan dapat sampel ekspor

dipisahkan berdasarkan kadar Ni-nya untuk kemudian di blending sesuai permintaan konsumen. Adapun

d. Sampel

yang

telah

diambil

sebanyak 1 sublot diangkut ke tempat preparasi untuk di proses. 4.1.4 Adapun Yang

tahapan pengambilan sampel ekspor sebagai berikut: Perlengkapan/Peralatan a. Tumpukan ore di stockpile yang akan di analisis kadarnya dimuat ke dumpt truck menggunakan Dipergunakan Dalam Pengambilan Sampel: Cara devision method of

Excavator Back Hoe Kobelco SK 200, setiap 2 DT diambil 1 increment sampel dengan cara mengambil increment sampel pada sisi kiri tumpukan dan increment tumpukan. b. Sampel yang diambil dimasukkan kedalam kantong sampel. c. Kantong sampel diikat pada sisi kanan

increament adalah pengambilan conto dibagi dalam beberapa divisi yang dilakukan untuk pekerjaan preparasi conto. Jumlah conto bijih nikel yang di ambil tergantung pada tipe endapan dan tingkat pengembangannya, apakah suatu prospecting atau suatu eksplorasi detail, sebagian atau mine. seluruh Adapun

development

perlengkapan yang digunakan dalam pengambilan conto sampel (pada

menggunakan tali pengikat yang telah diberikan label sublot dimana 1 sublot = 30 increment.

Gambar 4.1) yaitu: a. Pacul pengeruk dan skop 125 D masing-masing satu buah dengan

berat dalam satu sampel 15 kg dengan cara pengambilan sampel 2-3 titik dalam bucket excavator. b. Kantong sampel yang digunakan pada pengambilan sampel face production yaitu karung berwarnah putih dan kantong sampel dari platik dengan kapasitas 15 kg.

c. Sampel yang telah disediakan dan diikat dengan tali pengikat beserta

dengan kode dan weybel sampel pada front yang berbeda. d. Kemudian kantong-kantong tersebut dikirim tertulis ke preparasi seperti kode conto pada yang front

penambangan, nomor titk bor, tanggal penambangan dan nama dari tumpukan

Sumber : PT. Anugerah Sakti Utama Sulawesi Tengah, 2013.

Gambar 4.1 Peralatan Pengambilan Sampling 4.2 Persiapan (preparasi) Sampel Adapun alat-alat yang digunakan untuk melakukan preparasi conto adalah sebagai berikut :

Cek/Patok dan Face Production 4.2.1 Alat yang Digunakan untuk Preparasi Conto

a. Ayakan Ayakan berfungsi untuk memisahkan butiran yang halus dan kasar. Ayakan yang digunakan yaitu ayakan yang berukuran -20 mm, -10 mm dan -3 mm (pada Gambar 4.2) yang terbuat dari

anyaman (jalinan) kawat-kawat halus yang diatur dengan tepat membentuk lubang bujur sangkar/persegi ; kawatnya sejenis tembaga, bronze atau alloy. Proses pengayakan dilakukan secara manual oleh dua orang.

a. Ayakan -20 mm

b.Ayakan -10 mm dan -3 mm


Sumber : PT. Anugerah Sakti Utama Sulawesi Tengah, 2013

Gambar 4.2 Profil (a) Ayakan -20 mm, (b)-10 mm dan -3 mm (kanan ke kiri)

b. Crusher Crusher berfungsi untuk

dapat di hancurkan. Tunggu hingga semua batu yang dimasukkan tadi telah hancur dan telah keluar ke penampungan. Ulangi dimulai dengan pada point 3 untuk sample-sample berikutnya. Roll Crusher Roll Crusher merupakan alat

menggiling sampel yang masih dalam bentuk butiran dan kasar. Crusher yang digunakan pada preparasi sampel

produksi yaitu: Jaw Crusher Jaw Crusher merupakan alat penghancur tingkat pertama (pada Gambar 4.3-a), jadi menghancurkan batuan dalam bongkah-bongkah besar yang diterima dari tambang. Ukuran yang diloloskan oleh Jaw Crusher yaitu ukuran 20 mm dan -10 mm. Dengan cara memasukkan batu ke dalam mulut crusher, sesuaikan jumlah dan ukuran batu sehingga

penghancur tingkat kedua (secondary crushing) yang berguna memperkecil ukuran batuan yang sudah lolos dari primer crushing (Gambar 4.3-b).

Ukuran yang diloloskan oleh Roll Crusher yaitu ukuran 3 mm. Dengan masukkan material ke dalam mulut

roll crusher, sesuaikan jumlah dan ukuran material sehingga

memungkinkan mesin crusher dapat menghancurkan-nya dengan baik dan tidak tertumpah. Jika ada batu yang terjepit dan tidak bisa bergerak ke bawah, gunakan tuas untuk menekan batu tersebut agar

memungkinkan mesin roll crusher dapat menghancurkan-nya dengan baik dan tidak tertumpah. Jika ada material yang terjepit dan tidak bisa bergerak ke bawah, gunakan tuas untukmenekan batu tersebut agar dapat dihancurkan,

a. Jaw Crusher -10 mm

b. Roll Crusher -3
Sumber : PT. Anugerah Sakti Utama Sulawesi Tengah, 2013.

Gambar 4.3 Profil (a) Jaw Crusher -10 mm, (b) Roll Crusher -3

4. Oven Oven berfungsi untuk agar dalam

Untuk sample pemboran sebaiknya dalam melakukan pengeringan

mengeringkan sampel

dilakukan secara bersamaan untuk setiap nomor titik bor.Sebaiknya

pengayakan tidak lengket juga oven berfungsi untuk mengeringkan sampel untuk memudahkan pada proses top grinding sampel hingga benar-benar menjadi tepung (Gambar 4.4-a). Pada proses pengerjaannya gunakan APD yang sesuai khususnya sarung tangan tahan panas dan Jacket anti api. Jangan langsung membuka pintu oven setelah proses pengeringan berakhir, tunggu beberapa saat untuk menghindari

letakkan setiap interval 1 m dalam satu rak saja. (berikan label, atur posisi talang dan jarak antar talang yang berbeda dengan meteran sebelumnya). Untuk sample yang kapasitas besar dan melebihi satu talang yang

digunakan maka,

memberikan kode

abjat yang sama menggunakan flat allumunium pada talangnya. 5. Top Grinding Grinder menggiling berfungsi sampel yang untuk berupa

pemaparan panas yang berlebihan. Pastikan tubuh tetap berada dibelakang daun pintu oven untuk menghindari gas dan hawa panas dari oven dan biarkan sekitar 5 menit kemudian tarik talang talang sample dengan

butiran-butiran halus. Ukuran yang diloloskan yaitu ukuran 100 mesh (pada Gambar 4.4-b). Masukkan material ke dalam mulut

menggunakan pengait talang.

top grinding, sesuaikan jumlah dan ukuran material sehingga

memungkinkan mesin top grinding

dapat menghaluskan-nya dengan baik dan tidak tertumpah. Jika ada material yang terjepit dan tidak bisa bergerak

ke

bawah,

gunakan

tuas

untuk

menekan material agar bisa lebih halus.

a. Drying Oven listrik

b. Top Grinding -100 Mesh


Sumber : PT. Anugerah Sakti Utama Sulawesi Tengah, 2013

Gambar 4.4 Profil (a). Drying Oven listrik, (b). Top Grinding -100 mesh

6. Disk Mill Disk mill berfungsi sampel untuk yang

Out/Blank yang digunakan untuk Disc Mill yaitu setiap 10 sample yang diproses di Disc Mill dan dilanjutkan untuk di analisa untuk mengontrol kontaminasi di Disc Mill. 7. Mixing Mixing berfungsi untuk

menghancurkan

berukuran -200 mesh (Gambar 4.5-a). Masukkan sample produksi hasil boyd yang sudah dikomposit dengan hatihati agar tidak tertumpah di luar mangkok Disc Mill. Atur dan ratakan sample produksi yang sudah masuk di dalam Mangkok Disc Mill agar tutup mangkok Disc Mill bisa terpasang dengan

mencampur sampel yang telah halus agar dapat tercampur dengan baik dan merata. Apabila sudah dianggap halus maka langsung dimixing dengan

baik.masukkan mangkok Disc Mill ke dalam Mesin Disc Mill. Buka penutup dan keluarkan sample produksi untuk proses selanjutnya, bersihkan kembali mangkok Disc Mill sebelum sample berikut diproses. Gunakan cara yang sama (1 -14) untuk setiap sample yang akan dibuat jadi pulp (-200 mesh). Jangan memasukkan sample yang lebih kasar dari produksi boyd crusher (+10 mesh). Sample Washing

menggunakan kantong plastik. Dimana material yang halus itu dimasukkan dan digocok hingga merata / homogen. 8. Compressor Compressor berfungsi untuk membersihkan alat pada saat preparasi conto selesai dilakukan (Gambar 4.5b), digunakan untuk membersihkan oven secara berkala dan digunakan untuk memompa ban gerobak.

a. Disk Mill +100 mesh

a.

Compressor

Sumber : PT. Anugerah Sakti Utama Sulawesi tengah, 2013.

Gambar 4.5. Profil (a). Disk Mill +100 mesh, (b). Compressor

9. Skop pengambilan sampel Skop pengambilan sampel

5 cm. Skop 10D memiliki panjang: 6 cm, lebar: 6 cm, dan tinggi: 3 cm. Skop 1D memiliki panjang: 3 cm, lebar: 3 cm, dan tinggi: 2 cm. Sampling adalah suatu pekerjaan untuk mengambil sampel atau conto dari sejumlah material yang ada dan sampel tersebut harus dapat mewakili (representatif) keadaan dan sifat dari keseluruhan material.

berfungsi untuk mengambil sebagian conto yang dianggap mewakili suatu sampel. Masing-masing skop memiliki ukuran-ukuran yang berbeda (Gambar 4.6). pada skop 125 D memiliki panjang: 25 cm, lebar: 30 cm dan tinggi: 10 cm, skop 20D memiliki

panjang: 9 cm, lebar: 8 cm, dan tinggi:

a. Skop 20 D, 15D, dan 1D

b. Skop 125 D

Sumber : PT. Anugerah Sakti Utama Sulawesi Tengah, 2013.

Gambar 4.6 a. Skop 20 D, 15D, dan 1D (kiri-kanan) dan b. Skop 125 D

4.3

Tahapan

Preparasi

Sampel

b. Sampel

diayak

menggunakan

Cek dan Sampel Produksi Dalam analisis kadar nikel,

ayakan -20 mm. c. Yang tidak lolos diayakan jaw

persiapan conto (preparasi) sangat penting karena jika terjadi kesalahan maka data analisis laboratorium yang akan keluar juga tidak sesuai dengan yang sebenarnya. Oleh sebab itu perlu memperhatikan menurut prosedur) SOP prosedur (standar baik, kerja operasi adapun

dihancurkan

menggunakan

crusher -10 mm. d. Sampel yang lolos diayakan

dengan yang di crusher disatukan kemudian dimixing sebanyak 3 kali menggunakan sekop. e. Setelah dimixing 3 kali sampel diambil dengan matriks 4 x 5 menggunakan sekop 20 D ( 6500 gr), diperoleh kira-kira 6,5 kg untuk ukuran material 20 mm dan sampel yang tidak diambil dibuang

dengan

tahapan preparasi untuk sampel ceck dan sampel produksi adalah sebagai berikut: 4.3.1 Tahapan Preparasi Sampel

(reminder). Ceck/Patok f. Sampel a. Sampel yang diangkut dari front menggunakan ayakan ukuran -3 penambangan atau dari stock pile mm. diletakkan dan disatukan di tempat g. Butiran yang tidak lolos diayakan preparasi sesuai dengan kode dan 3 mm dihancurkan di Roll Crusher weybel yang telah ditetapkan -3 mm. yang diambil diayak

h. Setelah dihancurkan dimixing 3 kali. i. Sampel diambil dengan matriks 4 x 5 menggunakan sekop 10 D ( 2500 gram). j. Sampel yang diambil dimasukkan kedalam oven listrik menggunakan talang (pan) sampel dengan

ukuran 1 D ( 512 gr) dengan matriks 4 x 5 atau sebanyak 20 segmen. o. Kantong sampel diberikan label atau kode sampel yaitu kode A dan C. p. Sampel A diambil 1 sendok tiap segmen (20 sendok) untuk di kirim ke laboratorium instrumen. q. Dan 20 sendok lagi untuk sampel C dijadikan sebagai arsip. 4.3.2 Tahapan Preparasi Sampel Produksi.

temperatur 105oC selama 20 menit sampel). k. Setelah sampel kering selanjutnya dihancurkan menggunakan top (tergantung kelembaban

grinding 100 mesh. Adapun langkah-langkah kerja l. Sampel di ayak menggunakan Dish yang dilakukan pada proses preparasi Mill -100 mesh. sampel ekspor adalah sebagai berikut: m. Setelah sampel dihaluskan a. Sampel menggunakan Disk Mill, sampel dikeringkan menggunakan panas kemudian plastik dimasukkan kedalam matahari untuk di mixing secara sampel manual selama 2 menit. menurut sub lot masing-masing n. Setelah dimixing sampel tersebut diambil menggunakan sekop tersebut dipisahkan sebelum dipreparasi, terlebih dahulu

dimana 1 sub lot berjumlah 70 increment (2100 ton). b. Setelah sampel kering selanjutnya di ayak dengan ukuran -20 mm, butiran yang tidak lolos Jaw

g. Sampel yang lolos dari hasil crusher di satukan kemudian

dimixing 3 kali. h. Yang tidak lolos, dihaluskan di Roll crusser -3 mm. i. Dimixing lagi 3 kali kemudian dimasukkan ke riffling no. 10 sebanyak 2-3 kali ( 4 kg). j. Sampel yang diambil di keringkan di oven listrik selama 20 menit dengan suhu 105oC. k. Setelah kering dimasukkan ke mesin Top grinding 100 mesh. l. Diayak dan yang tidak lolos

dihancurkan

menggunakan

cruser -10 mm. c. Hasil ayakan dan crusher dimixing sebanyak 3 kali menggunakan sekop biasa. d. Sampel tersebut dibagi 2 bagian menggunakan Riffling no. 50

dengan sendok riffling sebanyak 2 kali. e. Hasil riffling setelah dilakukan 2 kali, sebagian diambil untuk lanjut ke proses berikutnya dan

dihaluskan menggunakan Disk mill -100 mesh. m. Selanjutnya manual dimixing secara plastik

sebagiannya lagi dibuang. f. Selanjutnya diayak dengan ayakan -10 mm, dan yang tidak lolos dihancurkan menggunakan

menggunakan

sampel 20 menit. n. Setelah sampel tersebut dimixing artinya sudah siap untuk tahap final (terakhir).

Hummer secara manual.

o. Sampel diambil dengan matrik 8 x 8 menggunakan sekop 1 D (160 gr) / kantong sampel, 1 sendok

q. Final sample dimasukkan dalam kantong dan diberi label (pada Gambar 4.7). A = 160 gram

kapasitasnya 8 gr dengan per matriks. p. Sampel dimasukkan kedalam 4 kantong sampel dengan kode yang berbeda masing-masing sebanyak 160 gr.

Dikirim ke lab. Instrument B = 160 gram

Dikirim ke Lab. Kimia C = 160 gram

Untuk pembeli D = Arsip 160 gram

Sumber : PT. Anugerah sakti Utama Sulawesi Tengah 2013.

Gambar 4.7 Profil Final Sampel pada Proses Preparasi dengan Menggunakan Sistem Matriks 8 x 8.

4.3.3

Analisis Sampel..
1.

2 unit Komputer untuk Ni 1`alat X-Ray Mesin X-Ray type

Analisis

kadar

menggunakan X-Ray di Lab. Instrumen. Yang didukung dengan 2 Alat (pada Gambar 4.8) yaitu:

Minipal 2 dan Epsilon 3

a.

Mesin X-Ray Type Minipal 2

b. Mesin X-Ray Type Epsilon 3


Sumber : PT. Anugerah Sakti Utama Sulawesi Tengah. 2013.

Gambar 4.8. (a). X-Ray type Minipal 2, (b). Mesin X-Ray Type Epsilon 3

Cara kerja: 1. Pra analisis sampel Sampel yang telah di antar dari ruangan dan preparasi disiapkan berdasarkan

Tempatkan pada turret, mis. Turret no. 1 hingga 24

Klik Add Current dan ketik nomor urut sampel.

diurutkan

Tunggu hasil analisis yang terbaca di komputer.

nomor urut sampel. Sampel dimasukkan kedalam wadah kaleng kecil yang seperti telah tutup diberi

Hasil

yang keluar tersebut

disalin kedalam buku catatan. Setelah selesai di catatan hasil analisis di pindahkan kedalam komputer yang telah

penomoran sebelumnya sesuai dengan nomor urut sampel. Sampel dimasukkan ke dalam mesin press dan dilakukan pengepressan dengan kekuatan press sebesar 210 220 psi. Sampel yang telah dipadatkan dengan dibersihkan mesin dari press debu-debu

disediakan untuk menyimpan hasil analisis dari sampel recheck/

selective

mining,

produksi dan percobaan. 3. Setelah analisis lakukan pekerjaan berikut : Hasil diperiksa persiapkan analisis kembali untuk disimpan dan di

dengan udara bertekanan. 2. Analisis sampel Masukkan sampel ke holder.

dicetak

keesokan paginya.

Sampel yang telah dianalisis dibuang ketempat sampah.

4.4 Hasil penelitian Data kadar yang diperoleh dari lapangan yaitu data kadar nikel dari front penambangan dan data kadar nikel pada stockpile sebagai berikut:

Prosedur analisis kadar unsur sampel dengan X-Ray Magix Fast telah selesai.

1. PRODUKSI NIKEL ORE BLOK DARI FRONT PENAMBANGAN

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

Tanggal Produksi 1/01/2013 1/01/2013 1/01/2013 1/01/2013 2/01/2013 2/01/2013 2/01/2013 2/01/2013 3/01/2013 3/01/2013 3/01/2013 3/01/2013 3/01/2013 3/01/2013 3/01/2013 3/01/2013 3/01/2013 3/01/2013 3/01/2013 3/01/2013 3/01/2013 3/01/2013 3/01/2013 3/01/2013 3/01/2013 3/01/2013

Kode Sample E1/B.42 E1/B.44 E2/B.50 E2/B.51 E2/B.55 E2/B.61 E2/B.62 E2/B.63 E2/B.64 E3/B.73 E2/B.74 E1/B.75 E3/B.76 E3/B.77 E3/B.78 E3/B.79 E1/B.81 E1/B.84 C1/B.91 E1/B.92 E2/B.97 E2/B.98 E2/B.99 E2/B.101 E2/B.102 E2/B.103

Tonage (Ton) 121 110 110 110 165 88 88 88 110 99 132 77 88 66 242 88 143 110 154 187 132 165 242 110 99 110

Kadar Ni (%) 1.82 1.80 1.78 1.70 1.80 1.73 1.87 1.81 1.82 1.74 1.80 1.86 1.81 1.73 1.81 1.89 1.79 1.82 1.92 1.88 1.77 1.93 1.81 1.85 1.84 1.73

27 3/01/2013 No 1 Tanggal Produksi 1/01/2013

E2/B.104 Kode Sample E1/B.42

66 Tonage (Ton) 121

1.91 Kadar Ni (%) 1.80

28 3/01/2013 29 3/01/2013 30 3/01/2013

E2/B.105 E2/B.106 E2/B.107

110 143 88 121.3666667

1.79 1.83 1.78 1.81

2. PRODUKSI NIKEL ORE BLOK DARI STOCKPILE

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

1/01/2013 1/01/2013 1/01/2013 2/01/2013 2/01/2013 2/01/2013 2/01/2013 3/01/2013 3/01/2013 3/01/2013 3/01/2013 3/01/2013 3/01/2013 3/01/2013 3/01/2013 3/01/2013 3/01/2013 3/01/2013 3/01/2013 3/01/2013 3/01/2013 3/01/2013 3/01/2013 3/01/2013 3/01/2013 3/01/2013 3/01/2013 3/01/2013 3/01/2013

E1/B.44 E2/B.50 E2/B.51 E2/B.55 E2/B.61 E2/B.62 E2/B.63 E2/B.64 E3/B.73 E2/B.74 E1/B.75 E3/B.76 E3/B.77 E3/B.78 E3/B.79 E1/B.81 E1/B.84 C1/B.91 E1/B.92 E2/B.97 E2/B.98 E2/B.99 E2/B.101 E2/B.102 E2/B.103 E2/B.104 E2/B.105 E2/B.106 E2/B.107

110 110 110 165 88 88 88 110 99 132 77 88 242 88 143 110 154 242 187 132 165 242 110 99 110 66 110 143 88 127.2333333

1.81 1.79 1.71 1.78 1.72 1.66 1.79 1.59 1.75 1.79 1.99 1.79 1.80 1.77 1.45 1.82 1.66 1.79 1.86 1.75 1.93 1.81 1.77 1.80 1.72 1.88 1.70 1.82 1.77 1.77

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Hasil Analisa Kadar pada Setiap Sampel Antara Sampel Pada Front Penambangan Dengan

sampel pada front penambangan agar dapat dicocokan dengan data yang ada pada stockpile sebagai berikut: 1. Hasil analisa setiap sampel pada laboratorium diperoleh kadar ratarata pada front penambangan

Sampel Stockpile Berdasarkan operasi kegiatan

adalah: 1,82%, 1,80%, 1,78%, eksplorasi yang telah dilakukan pada 1,70%, 1,80%, 1,73%, 1,87%, beberapa titik bor untuk menjadi objek 1,81%, 1,82%, 1,74%, 1,80%, peneliti, diketahui bahwa bijih nikel 1,86%, 1,81%, 1,73%, 1,81%, yang terkandung tidak semuanya 1,89%, 1,79%, 1,82%, 1,92%, berkadar tinggi. Dari sinilah dapat 1,88%, 1,77%, 1,93%, 1,81%, diketahui pula bahwa dalam jarak titik 1,85%, 1,84%, 1,73%, 1,91%, bor penyebaran kadar Ni ini tidak 1,79%, 1,83%, 1,78%. merata. Dari hasil analisis Dengan laboratorium yang dilakukan pada satu keseluruhan analisis sampel yang titik bor menunjukan bahwa kadar ada bijih nikel laterit mengalami adalah: 1,81% (dapat dilihat pada perubahan. lampiran 1). Untuk perubahan mengetahui kadar dari besarnya 2. front laboratorium diperoleh kadar ratapenambangan sampai pada stockpile, rata pada front penambangan maka perlu dilihat hasil analisis adalah: 1,80%, 1,81%, 1,79%, Hasil analisa setiap sampel pada pada front penambangan kadar rata-rata dari

1,71%, 1,78%, 1,72%, 1,66%, 1,79%, 1,59%, 1,75%, 1,79%, 1,99%, 1,79%,1,80%, 1,77%,

hasil stockpile ditambang, selain itu banyak boulder yang sebelumnya tidak diketahui pada saat menentukan

1,45%, 1,82%, 1,66%, 1,79%, 1,86%, 1,75%, 1,93%, 1,81% 1,77%, 1,80%, 1,72%, 1,88%, 1,70%, 1,82%, 1,77%. Dengan kadar rata-rata dari

jumlah cadangan stockpile sehingga terjadi mining loss pada saat

pengapalan. Hal ini mengakibatkan tonase dari front penambangan

memiliki perbedaan dengan tonase pada stockpile. Apabila pada front penambangan kadarnya lebih besar dari hasil

keseluruhan analisis sampel yang ada pada stockpile adalah: 1,77% (dapat dilihat pada lampiran 2). 5.2 Perbandingan Data Front

stockpile yang terdapat pada logging bor maka mengalami keuntungan, Penambangan Dengan Data Pada tetapi bila lebih kecil maka mengalami Stockpile kerugian. Apabila kadar bijih nikel Perbandingan data front lebih besar dari Cut Of Grade yang penambangan dengan realisasi pada ditentukan, maka dilakukan proses stockpile dapat dilihat pada hasil blending dengan bijih nikel yang realisasi dari front penambangan setiap berkadar rendah. bulan yang ditambang untuk Data perhitungan kadar bijih dicocokkan dengan hasil stockpile. nikel pada front penambangan dan Kenyataan atau realitas yang ada nikel pada stockpile serta berapa besar di lapangan tidak semua cadangan

perbedaan dan penyimpangan yang didapat. 1. Kadar rata-rata Ni pada front

Januari 0.04 % Ni. Dengan presentase 2,21 %. 5.3 Preparasi Salah satu unit kerja pengawasan

penambangan: Bulan Januari : 1,81 % kualitas 2. Kadar rata-rata Ni pada stockpile : persiapan sampel. Bagian ini berfungsi Bulan Januari : 1,77 % untuk mempersiapkan sampel yang Perbedaan Kadar bulan Januari diambil Q = q1 q2 stockpile dan lain-lain untuk diteliti di = 1,81 % - 1,77% laboratorium. Kesalahan yang terjadi = 0,04% pada proses preparasi akan sangat Persentase penyimpangan kadar mempengaruhi hasil analisis kadar Bulan Januari Q = (q1 q2) / q1 100 % = (1,81 1,77)/ 1,81 100 % = 2,21 % Adapun data hasil dari front penambangan ore bulan Januari nikel dan unsur-unsur lainnya, jika dari front penambangan, yaitu unit satuan kerja

terutama pada tahapan mixing,

dilakukan dengan kurang baik maka sampel yang kita akan analisis tidak bersifat representatif atau benar-benar mewakili kadar bijih yang lainnya. 5.3.1 Kemurnian Sampel Kemurniaan mempengaruhi sampel sangat

dengan kadar Ni rata-rata 1,81 % dan data stockpile 1,77%. Dari hasil perhitungan diperoleh perbedaan kadar data pada front penambangan dengan realisasi yang ada pada stockpile bulan

adanya

perubahan

kadar dari suatu bijih yang akan

diteliti. Apabila sampel tidak murni atau utuh sesuai dengan kenyataan di lapangan baik itu dari front

dengan

zat

lain

juga

sangat

berpengaruh atas perubahan kadar bagi sampel yang di preparasi. Olehnya itu, tempat penumpukan harus bebas dari zat-zat tingkat yang bisa mempengaruhi sampel yang

penambangan, stock pile, pabrik dan lain-lain maka akan berdampak pada persentase kadar yang dihasilkan. Dengan tidak murninya sampel yang akan dipreprasi dapat

kemurnian

berdampak keperubahan kadar yang diteliti 5.3.2 Homogenitas Homogenitas sangat mempengaruhi dari kadar sampel yang

menimbulkan

kontaminasi antara

sampel yang satu dengan sampel yang lain. Kontaminasi terjadi bisa

diakibatkan oleh pencampuran dengan sampel lain, pencampuran dengan zat lain. Dimisalkan, datang dari lokasi sampel yang

diteliti. Karena dengan homogennya sampel yang akan diteliti maka akan mewakili kadar keseluruhan dari

besarnya tumpukan tersebut. Pada proses pencampuran sampel yang

yang berbeda

mengalami pencampuran maka hasil yang didapat akan berubah dengan kenyataan yang di lapangan. Ini

sama harus benar-benar homogen. Makin sering dilakukan mixing pada suatu sampel maka sampel tersebut akan lebih homogen atau merata sehingga dalam proses preparasi dapat

disebabkan adanya kontaminasi antara sampel yang berbeda. Selain pencampuran yang berbeda lokasi, sampel

kontaminasi

mewakili dari seluruh sampel yang ada. 5.3.3 Keseragaman Ukuran

kembali karena hasil yang diperoleh tidak meyakinkan. Hal seperti ini terjadi karena beberapa faktor : 1. Penyebaran bijih yang tidak

Keseragaman ukuran sangat homogen penting untuk proses penyamplingan. Dalam menentukan titik bor maka Dengan seragamnya ukuran maka dasar perhitungan yang dipakai adalah mudah untuk mengambil sampel yang hasil rata-rata permeter kedalaman titik akan diteliti kadarnya dan lebih bor dengan kadar yang memenuhi terwakili dari seluruh sampel. Jika COG, dengan demikian nilai cadangan ukuran tidak seragam, ini akan bijih akan dipengaruhi oleh lokasi dari mengakibatkan adanya sampel yang titik bor tersebut. tidak terwakili sehingga kadar dari 2. Topografi seluruh tumpukan tidak sesuai dengan Proses yang diteliti. bijih nikel disuatu daerah sangat 5.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kadar Hasil analisis kadar Ni yang dilakukan di laboratorium menunjukan perbedaan kadar Ni antara sampel face production, sampel patok/cek, sampel efo dan sampel kapal/eksport, tergantung pada keadaan topografi daerah tersebut, sehingga kelompok blok juga dipengaruhi oleh topografi. Dalam topografi pelaksanaan suatu penambangan, daerah akan pembentuikan endapan

mempengaruhi kelancaran produksi. Jika terdapat suatu kelompok blok cadangan dengan keadaan topografi

sehingga perlu dilakukan pengecekan

yang curam, maka dalam pembuatan jalan produksi untuk pengangkutan bijih dari front penambangan ke stock yard mungkin akan membuang

daerah

penggalian

bijih

akan

mengalami dilusi dari material yang terbawa bersama air. Selain itu banyak dijumpai material waste yang berada diantara badan bijih yang berbentuk tidak beraturan. b. Medan kerja Medan kerja berpengaruh pada

sebagian dari blok cadangan yang mengakibatkan tonnase dan kadar cadangan pun berkurang. 3. Pengotoran bijih Pengotoran bijih akan

kemampuan kerja alat.

Pada daerah

mempengaruhi kadar yang diperoleh. Pengotoran disebabkan karena adanya material yang sedikit mengandung nikel ikut tercampur dalam bijih. Ada beberapa hal yang dapat

yang datar alat akan lebih baik bekerja. Sedangkan pada daerah yang

bergelombang atau berbukit, alat akan sukar dalam melakukan penggalian sehingga bijih yang kualitasnya baik, tidak bisa diambil. c. Keterampilan operator Operator alat harus mempunyai kemampuan dalam memilih bijih yang berkadar tinggi dengan yang rendah walaupun dengan penilaian secara visual. Sehingga bijih target berkadar untuk tinggi

mempengaruhi kualitas atau kadar bijih, diantaranya: a. Posisi waste terhadap bijih dan cuaca. Daerah penggalian bijih yang lebih rendah dari lokasi pengupasan tanah penutup akan lebih rawan terhadap pengotoran, sebab jika ada aliran air atau hujan dari atas ke bawah, maka

memperoleh

dapat diperoleh. Namun tetap dibawah control dari grade control. 4. Cara penambangan Untuk perbedaan dapat kadar meminimalkan dan maka realitas cara

misalnya dalam satu ritasi alat Dump truck harus dilakukan pengambilan sampel namun yang dilakukan adalah pengambilan sampel pada setiap

selang beberapa kali ritsi alat angkut dump truck, maka ketelitian tentunya dalam

penambangan,

penambangan juga perlu diperhatikan. Metode penambangan dengan

mengurangi

penentuan kadar dari setiap hasil penambangan. Untuk mendapatkan kadar yang sesuai dengan standarisasi yang ada berdasarkan JIS, maka perlu

penggalian langsung oleh alat gali seperti selektive mining maupun back filling dengan alat gali, dorong dan muat akan berpengaruh terhadap

kadar, karena metode penambangan tersebut rawan terhadap pengotoran. 5. Ketelitin sampel Standarisasi pengambilan sampel yang telah ditetapkan haruslah menjadi perhatian bagi pengawas dan tenaga lapangan pengambilan terhadap sampel dalam sampel. cara-cara yang telah melakukan Kelalaian pengambilan ditetapkan, dalam pengambilan

memperhatikan beberapa hal: a. Mempersiapkan sarana pendataan dan pengambilan sampel; sekop increament label, dll. b. Tidak dibenarkan memilih-milih sampel yang harus dimasukkan ke sekop. c. Pada interval pengambilan sampel yang telah ditentukan. , kantong sampel,

d. Sampel yang diambil pada posisi 2/3 dari atas tumpukan dan 1/3 dari dasar tumpukan. e. Besarnya/beratnya increament

adalah 1,81 % Sedangkan kadar pada stockfile untuk bulan Januari adalah 1,77%. 2. Selisih perbedaan antara kadar Ni hasil eksplorasi dan kadar Ni hasil penambangan adalah 0.04 % untuk bulan Januari dengan presentase

harus sesuai dengan ukuran sekop increament. 6. Preparasi sampel (Conto). Pekerjaan pada preparasi sampel

2,21% pada bulan Januari. 3. Berdasarkan hasil penelitian, maka diketahui penyebab terjadinya perbedaan kadar bijih nikel adalah: Penyebaran homogen; Topografi; Pengotoran dan kehilangan bijih saat penambangan; Medan kerja; deposit tidak

secara manual, kemungkinan ketelitian pengerjaannya mereduksi menggunakan terutama sampel matriks dan dalam dengan proses

mixing sampai dianggap homogen. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan pengamatan, perhitungan maupun uraian di lapangan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil analisa kadar front penambangan, maka rata-rata kadar Ni untuk bulan Januari

Posisi waste terhadap bijih dan cuaca; Keterampilan operator; Ketelitian sampel. dalam pengambilan

6.2 Saran Selama penulis berada di lokasi penelitian, ada berapa hal yang penulis sarankan yaitu: 1. Kesadaran akan pentingnya 3. Peningkatan skill operator pada front penambangan dimaksudkan agar dapat mengikuti kaidah COG yang telah ditetapkan. Alat perlindungan diri dari kegiatan pengambilan sampel, preparasi conto dan analisa laboratorium agar

pengambilan sampel yang dapat mempengaruhi kadar dan jumlah ore yang akan diproduksi harus dimiliki oleh setiap karyawan dan mitra kerja. 2. Peningkatan Pengawasan terhadap pengupasan penggalian, conto. serta overburden, pengambilan

ditingkatkan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Bruce A. Kennedy, , 1990, Surface Mining, Second Edition. Society For Mining Metalurgy And Exploration IncLittleton, Colorado 2. Doddy Setia Graha, Batuan Dan Mineral , Penerbit Nova Bandung. 3. Iskandar Mohdar, 2005 Evaluasi Cadangan Bijih Nikel Dengan Spasi Titik Bor 50 M dan 25 M Dengan Metode Triangular Grouping Pada PT. ANTAM Tbk. Unit Geomin , Skripsi Jurusan Teknik Pertambangan UVRI Makassar 4. Joseph M Bolt, 164. The Winning Of Nickel. Muethan & co Ltd, London, page 10. 5. Partanto Prodjosoemarto, Kamus Istilah Teknik Pertambangan Umum Derektorat Jederal Pertambangan Umum, Pusat Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Proyek Pengembangan Pusat Informasi Mineral. Bandung

6. Simon & Schusters 1988 , Rocks and Mineral. Guid Nature Series, New York 7. ...............Asosiasi Pertambangan Indonesia, 1992. Pengantar Pertambangan Indonesia. Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah-LIPI, Jakarta. 8. ...............Bidang Pengelolaan Sumberdaya Bumi Program Rekayasa Pertambangan Fakultas Pasca Sarjana ITB, 1990. Metoda Perhitungan Cadangan Bijih. Bandung

You might also like