You are on page 1of 29

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO B BLOK 21

Kelompok 8
Tutor : dr. Iskandar
Arini Dwi Yulian Gieza Ferrani Yusep Herfriansyah M. Afif Nurizfantiar Putri Natasya Kinski Ira Dwi Novriyanti M. Izwan Iqbal Tyasta Siti Nabila Maharani Flavia Angelina Satopoh Sarah Nabella Putri Cinthya Farah Diba Ayu Agustriani 04101401025 04101401034 04101401054 04101401055 04101401064 04101401083 04101401086 04101401087 04101401088 04101401090 04101401099 04101401118

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA PALEMBANG 2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul Laporan Tutorial Skenario B Blok 21 sebagai tugas kompetensi kelompok. Salawat beriring salam selalu tercurah kepada junjungan kita, nabi besar Muhammad SAW, beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman. Laporan tutorial ini bertujuan untuk memenuhi tugas Blok 21 yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Penulis menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan materi dan perbaikan di masa yang akan datang. Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan dan saran. Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang diberikan kepada semua orang yang telah mendukung penulis dan semoga bermanfaat dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin.

Palembang, 28 Oktober 2013

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Daftar Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1.2 Maksud dan Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Bab II Pembahasan 2.1 Skenario Kasus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2.2 Paparan I. Klarifikasi Istilah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

1 2

3 3

5 6 7 8 17 17 17

II. Identifikasi Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . III. Analisis Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . IV. Jawaban Analisis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . V. Hipotesis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . VI. Kerangka Konsep . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . VII. Keterbatasan Ilmu dan Learning Issues . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Bab III Sintesis 3.1 MTBS . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3.2 Pneumonia . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Daftar Pustaka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

18 25
28

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Blok Kedokteran Keluarga adalah Blok 21 pada Semester 7 dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang. Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus sebagai bahan pembelajaran untuk menghadapi tutorial yang sebenarnya pada waktu yang akan datang. Penulis memaparkan kasus yang diberikan mengenai Sandy, 7 bulan, menderita pneumonia berat, demam mungkin bukan malaria, demam mungkin bukan DBD, tidak ada infeksi telinga, status gizi sangat kurus, status imunisasi belum lengkap, dan belum mendapat vitamin A menurut MTBS.

1.2

Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari materi praktikum ini, yaitu : 1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang. 2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis dan pembelajaran diskusi kelompok. 3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial dan memahami konsep dari skenario ini.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Skenario Kasus

Sandy, usia 7 bulan dibawa ke Puskesmas karena batuk dan demam. Sandy tinggal di Kertapati, ini kunjungan berobat yang pertama. Dr. Akbar yang bertugas di Puskesmas meminta perawat Elly untuk menangani kasus Sandy menurut Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Menurut ibu Sandy, Sandy mulai batuk sejak 3 hari yang lalu, tidak terdengar suara ngorok ataupun mengik. Demam sejak 4 hari yang lalu, tidak ada ruam di kulit, tidak ada perdarahan di kulit, hidung ataupun gusi. Muntah pernah sewaktu batuk, warna kuning. Sandy tidak kesakitan bila telinganya disentuh, tidak ada cairan di telinga. BAB dan BAK seperti biasa. Sandy tidak pernah diajak keluar kota. Selama 2 hari ini ibu memberi obat parasetamol sirup, tetapi Sandy masih tetap demam dan batuk. Sejak semalam, Sandy tidak mau menyusu. Sandy sudah mendapat imuniasi BCG pada usia 3 hari, DPT pada usia 2 dan 4 bulan, Hepatitis B pada usia 2 dan 4 bulan, Polio pada usia 2 dan 4 bulan. Belum pernah mendapat vitamin A. Sandy mendapat ASI sampai usia 3 bulan. Saat ini mendapat susu formula 5 kali sehari @120 ml, bubur nasi sekali-sekali saja bila Sandy mau. Dari hasil pemeriksaan oleh perawat didapatkan BB 6,4 kg, PB 71 cm, suhu 38,5oC. Nadi 120x/menit, isi dan tegangan kuat. Pernafasan 56x/menit, terlihat tarikan dinding dada pada daerah subkosta. Tidak terdengar suara stridor. Tidak ada kaku kuduk, tidak ditemukan ruam ataupun perdarahan pada kulit, hidung dan gusi. Tidak ada cairan dari telinga, tidak ada bengkak di belakang telinga. Telapak tangan hangat, tidak pucat, punggung kaki tidak ada pembengkakan. Menurut perawat Elly, Sandy menderita Pneumonia, tidak demam berdarah, dan gizi baik. Sandy diberikan sirup Cotrimoksazol, Parasetamol dan obat batuk. Perawat Elly meminta ibu untuk membawa Sandy kembali setelah 3 hari kemudian.

2.2 Paparan
I. Klarifikasi Istilah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Batuk Demam Mengi MTBS Ngorok Parasetamol Ruam kulit Muntah Stridor : Ekspulsi udara yang tiba-tiba sambil mengeluarkan suara dari paru-paru. : Peningkatan suhu tubuh di atas normal (> 37,2oC). : Suara bersuit yang dibuat saat bernafas akibat obstruksi jalan nafas. : (Manajemen Terpadu Balita Sakit), yaitu standar pelayanan dan tatalaksana balita sakit di fasilitas kesehatan tingkat dasar. : Suara kasar ketika inhalasi karena soft palatum bergetar. : Obat analgesik dan antipiretik yang digunakan untuk meredakan sakit kepala, sakita ringan, serta demam. : Bintik-bintik merah pada kulit. : Pengeluaran isi lambung secara paksa melalui mulut. : Bunyi nafas kasar bernada tinggi. : Adanya tahanan dan dagu tidak dapat mencapai dada saat kepala diangkat dalam posisi berbaring. 11. BCG 12. DPT 13. Polio 14. Vitamin A : Vaksin yang mengandung rantai bafin tubercobacilin. : Kombinasi vaksin difteri, pertusis, dan tetanus toksoid. : Vaksin sebagai upaya preventif infeksi virus polio yang dapat menyebabkan kelumpuhan parsial atau lengkap. : Retinol atau beberapa senyawa yang larut dalam lemak, yang berfungsi pada retina, pertumbuhan dan deferensiasi jaringan epitel, pertumbuhan tulang, reproduksi serta respon imun. 15. Tarikan dinding : Retraksi otot-otot pernafasan pada daerah subkosta sebagai dada subkosta 16. Pneumonia 17. Pucat upaya peningkatan pernafasan. : Radang paru-paru akibat infeksi akut. : Perubahan warna kulit menjadi putih akibat keterbatasan suplai oksigen. 18. Cotrimoksazol : Obat antibiotik gabungan trimetropim dan sulfametoksazol. 19. Susu formula 20. Hepatitis B : Cairan atau bubuk dengan formula tertentu dengan bahan dasar susu sapi yang diberikan pada bayi dan anak-anak. : Vaksin untuk mencegah infeksi virus hepatitis B.

10. Kaku kuduk

II. Identifikasi Masalah 1. Sandy, 7 bulan, tinggal di kertapati, kunjungan berobat pertama di puskesmas karena batuk dan demam untuk ditangani berdasarkan MTBS. 2. Alloanamnesis : a. 3 hari yang lalu, tidak terdengar suara ngorok ataupun mengik. b. Sejak 4 hari yang lalu, demam, tidak ada ruam di kulit, tidak ada perdarahan di kulit, hidung ataupun gusi. c. Muntah sekali sewaktu batuk, warna kuning. d. Telinga tidak sakit ketika disentuh, tidak ada cairan dari telinga. e. BAB dan BAK seperti biasa. f. Tidak pernah keluar kota. g. Selama 2 hari diberi parasetamol sirup, tetap panas, dan batuk. h. Sejak semalam tidak mau menyusu. 3. Riwayat Sandy : a. BCG pada usia 3 bulan b. DPT pada usia 2 dan 4 bulan c. Hepatitis B pada usia 2 dan 4 bulan d. Polio pada usia 2 dan 4 bulan e. Belum pernah mendapat vitamin A f. ASI sampai usia 3 bulan g. Saat ini mendapat susu formula 5x/hari @120 ml h. Bubur nasi sekali-sekali bila mau 4. Pemeriksaan fisik : a. BB 6,4 kg, PB 71 cm, suhu 38.5 C b. Nadi 120 x/menit, isi dan tegangan kuat c. RR 56 x/menit, terlihat tarikan dinding dada pada daerah subkosta d. Tidak terdengar suara stridor e. Tidak ada kaku kuduk f. Tidak ditemukan ruam, ataupun perdarahan di kulit, hidung, dan gusi g. Tidak ada cairan dari telinga, tidak ada bengkak di belakang telinga h. Telapak tangan hangat, tidak pucat i. Punggung kaki tidak ada pembengkakan 5. Menurut suster Elly, Sandy menderita Pneumonia, tidak demam berdarah, dan gizi baik, diberikan sirup Cotrimoksazol, Parasetamol dan obat batuk, serta meminta kembali setelah 3 hari kemudian.

III. Analisis Masalah

1. Bagaimana penilaian anak batuk menurut MTBS? 2. Bagaimana klasifikasi anak batuk menurut MTBS? 3. Apa klasifikasi batuk Sandy menurut MTBS? 4. Apa tindakan yang sesuai untuk klasifikasi batuk/penyakit tersebut? 5. Bagaimana penilaian anak demam menurut MTBS? 6. Bagaimana klasifikasi anak demam menurut MTBS? 7. Apa klasifikasi demam Sandy menurut MTBS? 8. Apa tindakan yang sesuai untuk klasifikasi demam/penyakit tersebut? 9. Bagaimana penilaian anak sakit telinga menurut MTBS? 10. Bagaimana klasifikasi anak sakit telinga menurut MTBS? 11. Apa Sandy mendapat klasifikasi sakit telinga menurut MTBS? 12. Bagaimana tanda bahaya umum pada anak? 13. Bagaimana harusnya imunisasi yang sudah didapat anak usia 7 bulan? 14. Imunisasi apa yang masih diperlukan oleh Sandy? 15. Kapan imunisasi tersebut dapat diberikan? 16. Kapan sebaiknya anak mendapat vitamin A? 17. Berapa dosis vitamin A yang diberikan? 18. Bagaimana makanan anak usia 7 bulan yang sebaiknya diberikan? 19. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan fisik Sandy? 20. Bagaimana klasifikasi penyakit Sandy menurut MTBS? 21. Bagaimana tindakan suster Elly yang seharusnya untuk Sandy? 22. Apa yang harus dilakukan oleh dr. Akbar?

IV. Jawaban Analisis 1. Bagaimana penilaian anak batuk menurut MTBS?

2. Bagaimana klasifikasi anak batuk menurut MTBS?

3. Apa klasifikasi batuk Sandy menurut MTBS? Tanda bahaya umum ADA (tidak mau menyusu) Tarikan dinding dada ke dalam ADA (retraksi subkosta dengan nafas cepat 56 x/menit untuk usia 7 bulan) Sandy PNEUMONIA BERAT atau PENYAKIT SANGAT BERAT

4. Apa tindakan yang sesuai untuk klasifikasi batuk/penyakit tersebut? Beri dosis pertama antibiotik yang sesuai RUJUK SEGERA

* Dimaksudkan dengan RUJUK disini adalah ke Dokter Puskesmas, Puskesmas dengan Perawatan atau ke Rumah Sakit.

5. Bagaimana penilaian anak demam menurut MTBS?

6. Bagaimana klasifikasi anak demam menurut MTBS? Klasifikasi Malaria

* Penyebab lain dari demam antara lain: DBD, Pneumonia, Infeksi Saluran Kencing, Infeksi Telinga, Luka dengan infeksi.

10

Klasifikasi DBD

7. Apa klasifikasi demam Sandy menurut MTBS? Klasifikasi Malaria Kaku kuduk TIDAK ADA Pilek TIDAK ADA Campak TIDAK ADA Penyebab lain dari demam ADA (pneumonia berat)

Sandy DEMAM: MUNGKIN BUKAN MALARIA Klasifikasi DBD Tanda-tanda syok atau gelisah TIDAK ADA Muntah bercampur darah seperti kopi TIDAK ADA Berak bewarna hitam TIDAK ADA Perdarahan dari hidung atau gusi TIDAK ADA Bintik-bintik perdarahan di kulit (petekie) TIDAK ADA Sering muntah TIDAK ADA Demam mendadak tinggi dan terus menerus TIDAK ADA Nyeri ulu hati atau gelisah TIDAK ADA

Sandy DEMAM: MUNGKIN BUKAN DBD 11

8. Apa tindakan yang sesuai untuk klasifikasi demam/penyakit tersebut? Beri dosis pertama parasetamol jika demam tinggi (> 38,5oC) Obati penyebab lain dari demam ( pneumonia berat) Jika demam tiap hari selama > 7 hari, RUJUK untuk pemeriksaan lanjutan Nasihati kapan kembali segera Kunjungan ulang 2 hari jika tetap demam

9. Bagaimana penilaian anak sakit telinga menurut MTBS?

10. Bagaimana klasifikasi anak sakit telinga menurut MTBS?

12

11. Apa Sandy mendapat klasifikasi sakit telinga menurut MTBS? Pembengkakan yang nyeri di belakang telinga TIDAK ADA Tampak cairan/nanah keluar dari telinga TIDAK ADA

Sandy TIDAK ADA INFEKSI TELINGA

12. Bagaimana harusnya imunisasi yang sudah didapat anak usia 7 bulan? Imunisasi Menurut IDAI (2011-2012)

BCG 1x (lahir) Hepatitis B 3x (lahir, usia 1 bulan, 6 bulan) Polio 4x (lahir, usia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan) DPT 3x (usia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan) HiB 3x (usia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan) PCV 3x (usia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan) Rotavirus 3x (usia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan) Influenza (> 6 bln, setiap tahun) BCG 1x (lahir) DPT/HB (kombo) 3x (usia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan) Polio 4x (lahir, usia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan)

Imunisasi Menurut MTBS

13. Imunisasi apa yang masih diperlukan oleh Sandy? BCG: usia 3 hari lengkap Hepatitis B: usia 2 bulan dan 4 bulan belum lengkap Polio: usia 2 bulan dan 4 bulan belum lengkap DPT: usia 2 bulan dan 4 bulan belum lengkap

Sandy IMUNISASI BELUM LENGKAP, TIDAK SESUAI UMUR Kemungkinan Sandy dibawa ke RS/RB/Bidan/Posyandu untuk imunisasi pada saat berusia 2 bulan dan 4 bulan saja sehingga hanya mendapatkan imunisasi DPT/HB (kombo) 2x dan Polio 2x. Imunisasi yang masih diperlukan DPT/HB 1x dan Polio 1x, segera mungkin setelah kondisi Sandy membaik. Imunisasi lain: Campak, HiB, PCV, Rotavirus, Influenza, Varisella, MMR, Tifoid, Hepatitis A, HPV (sesuai Jadwal Imunisasi IDAI 2011-2012)

13

14. Kapan imunisasi tersebut dapat diberikan? Jadwal Imunisasi Menurut IDAI (2011-2012)

Jadwal Imunisasi Menurut MTBS

15. Kapan sebaiknya anak mendapat vitamin A?

14

16. Berapa dosis vitamin A yang diberikan? 1 dosis sesuai umur 17. Bagaimana makanan anak usia 7 bulan yang sebaiknya diberikan? ASI dan MP-ASI 18. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan fisik Sandy? a. BB 6,4 kg, PB 71 cm, punggung kaki tidak bengkak SANGAT KURUS DAN/ATAU EDEMA

b. Nadi 120 x/menit, isi dan tegangan kuat Takikardia: kompensasi demam (N: 115 x/menit untuk usia 6-12 bulan) c. RR 56 x/menit, tarikan dinding dada daerah subkosta, tidak ada stridor PNEUMONIA BERAT atau PENYAKIT SANGAT BERAT d. Suhu 38.5oC, tidak ada kaku kuduk DEMAM MUNGKIN BUKAN MALARIA e. Suhu 38.5oC, tidak ada ruam, ataupun perdarahan di kulit, hidung, dan gusi DEMAM MUNGKIN BUKAN DBD f. Tidak ada cairan dari telinga, tidak ada bengkak di belakang telinga TIDAK ADA INFEKSI TELINGA 15

g. Telapak tangan hangat, tidak pucat TIDAK ANEMIA

19. Bagaimana klasifikasi penyakit Sandy menurut MTBS? Batuk Pneumonia berat atau penyakit sangat berat Demam Demam mungkin bukan malaria, demam mungkin bukan DBD Status gizi Sangat kurus dan/atau edema Status anemia Tidak anemia Status imunisasi Belum lengkap, tidak sesuai umur Status vitamin A dibutuhkan vitamin A

20. Bagaimana tindakan suster Elly yang seharusnya untuk Sandy? Rujuk ke dokter Puskesmas Tindakan prarujukan: - Oksigen - IVFD - Cotrimoxazole 1 sendok obat (5 ml) 1 dosis - Parasetamol 1 sendok obat (5 ml) 1 dosis 21. Apa yang harus dilakukan oleh dr. Akbar? Memberikan pelatian TBMS untuk paramedis yang ada di Puskesmas. 16

V. Hipotesis Sandy, 7 bulan, menderita pneumonia berat, demam mungkin bukan malaria, demam mungkin bukan DBD, tidak ada infeksi telinga, status gizi sangat kurus, tidak anemia, status imunisasi belum lengkap, dan belum mendapat vitamin A menurut MTBS.

VI. Kerangka Konsep


Sandy, 7 bulan

Penilaian dan Klasifikasi MTBS

Batuk Sukar bernafas (RR > 50 x/menit) Ada tanda bahaya umum (tidak mau menyusu) Tarikan dinding dada daerah subkosta Tidak ada stridor

Demam (> 38,5oC) Tidak ada tanda-tanda syok Tidak ada muntah darah Tidak ada berak berwarna hitam Tidak ada perdarahan hidung atau gusi Tidak ada petekie

Demam (> 38,5oC) Tidak ada kaku kuduk Tidak ada pilek Tidak ada campak Ada penyebab lain demam (pneumonia berat)

Tidak ada bengkak/ nyeri di belakang telinga Tidak ada cairan/nanah keluar dari telinga

Anak sangat kurus (BB/TB < 3SD) Tidak ada bengkak punggung kaki

Telapak tangan hangat, tidak pucat

PNEUMONIA BERAT atau SAKIT SANGAT BERAT

DEMAM: MUNGKIN BUKAN DBD

DEMAM: MUNGKIN BUKAN MALARIA

TIDAK ADA INFEKSI TELINGA

STATUS GIZI: SANGAT KURUS DAN/ATAU EDEMA

TIDAK ANEMIA

VII. Learning Issues A. MTBS B. Pneumonia

17

BAB III SINTESIS

3.1 Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)


Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated Management of Childhood Illness (IMCI) adalah suatu pendekatan yang terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus kepada kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita) secara menyeluruh. MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan/cara menatalaksana balita sakit. Konsep pendekatan MTBS yang pertama kali diperkenalkan oleh WHO merupakan suatu bentuk strategi upaya pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk menurunkan angka kematian, kesakitan dan kecacatan bayi dan anak balita di negara-negara berkembang. Pendekatan MTBS di Indonesia pada awalnya dimanfaatkan untuk

meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat jalan kesehatan dasar (Puskesmas dan jaringannya termasuk Pustu, Polindes, Poskesdes, dll). Upaya ini tergolong lengkap untuk mengantisipasi penyakit-penyakit yang sering menyebabkan kematian bayi dan balita di Indonesia. Dikatakan lengkap karena meliputi upaya preventif (pencegahan penyakit), perbaikan gizi, upaya promotif (berupa konseling) dan upaya kuratif (pengobatan) terhadap penyakit-penyakit dan masalah yang sering terjadi pada balita. Strategi MTBS memliliki 3 komponen khas yang menguntungkan, yaitu: 1. Komponen I: Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita sakit (selain dokter, petugas kesehatan non-dokter dapat pula memeriksa dan menangani pasien asalkan sudah dilatih). 2. Komponen II: Memperbaiki sistem kesehatan (utamanya di tingkat kabupaten/kota). 3. Komponen III: Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah dan upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan pemberdayaan keluarga dan masyarakat), yang dikenal sebagai 'MTBS berbasis Masyarakat'

18

Gambaran tentang begitu sistematis dan terintegrasinya pendekatan MTBS dapat dilihat pada item di bawah ini tentang hal-hal yang diperiksa pada pemeriksaan dengan pendekatan MTBS. Ketika anak sakit datang ke ruang pemeriksaan, petugas kesehatan akan menanyakan kepada orang tua/wali secara berurutan, dimulai dengan memeriksa tanda-tanda bahaya umum seperti:

Apakah anak bisa minum/menyusu? Apakah anak selalu memuntahkan semuanya? Apakah anak menderita kejang? Kemudian petugas akan melihat/memeriksa apakah anak tampak letargis/tidak

sadar? Setelah itu petugas kesehatan akan menanyakan keluhan utama lain:

Apakah anak menderita batuk atau sukar bernafas? Apakah anak menderita diare? Apakah anak demam? Apakah anak mempunyai masalah telinga? Memeriksa status gizi Memeriksa anemia Memeriksa status imunisasi Memeriksa pemberian vitamin A Menilai masalah/keluhan-keluhan lain Berdasarkan hasil penilaian hal-hal tersebut di atas, petugas akan

mengklasifikasikan keluhan/penyakit anak, setelah itu melakukan langkah-langkah tindakan/pengobatan yang telah ditetapkan dalam penilaian/klasifikasi. Tindakan yang dilakukan antara lain:

Mengajari ibu cara pemberian obat oral di rumah Mengajari ibu cara mengobati infeksi lokal di rumah Menjelaskan kepada ibu tentang aturan-aturan perawatan anak sakit di rumah, misal aturan penanganan diare di rumah

Memberikan konseling bagi ibu, misal: anjuran pemberian makanan selama anak sakit maupun dalam keadaan sehat

Menasihati ibu kapan harus kembali kepada petugas kesehatan dan lain-lain Selain itu di dalam MTBS terdapat penilaian dan klasifikasi bagi Bayi Muda

berusia kurang dari 2 bulan, yang disebut Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM). Penilaian dan klasifikasi bayi muda di dalam MTBM terdiri dari:

19

Menilai dan mengklasifikasikan kemungkinan penyakit sangat berat atau infeksi berat. Menilai dan mengklasifikasikan diare. Memeriksa dan mengklasifikasikan ikterus. Memeriksa dan mengklasifikasikan kemungkinan berat badan rendah dan atau masalah pemberian Air Susu Ibu (ASI). Diuraikan cara mengajari ibu untuk meningkatkan produksi ASI, cara menyusui yang baik, dan mengatasi masalah pemberian ASI secara sistematis dan terperinci, cara merawat tali pusat, menjelaskan kepada ibu tentang jadwal imunisasi bayi kurang dari 2 bulan, menasihati ibu cara memberikan cairan tambahan pada waktu bayinya sakit, kapan harus kunjungan ulang, dan lain-lain.

Memeriksa status penyuntikan vitamin K1 dan imunisasi. Memeriksa masalah dan keluhan lain.

PENILAIAN TANDA DAN GEJALA Penentuan Klasifikasi dan Tingkat Kegawatan : a. Klasifikasi Pneumonia Pneumonia berat, apabila adanya tanda bahaya umum, tarikan dinding dada

kedalam, adanya stridor. b. c. Pneumonia, apabila ditemukan tanda frekuensi nafasyang sangat cepat. Batuk bukan pneumonia, apabila tidak ada pneumonia dan hanya keluhan

batuk. a. Klasifikasi Dehidrasi Dehidrasi berat, apabila ada tanda dan gejala seperti letargis atau tidak sadar,

mata cekung, turgor jelek sekali. b. Dehidrasi ringan atau sedang, dengan tanda gelisah, rewel, mata cekung,

haus, turgor jelek. c. a. b. Diare tampa dehidrasi, apabila tidak cukup adanya tanda dehidrasi. Klasifikasi Diare Persisten Diare persisiten berat, diare lebih dari 14 hari dan adanya tanda dehidrasi. Diare persisten, tidak ditemukan adanya tanda dehidrasi. Klasifikasi Disentri

Apabila diarenya disertai dengan darah dalam tinja. Klasifikasi Risiko Malaria 20

a.

Klasifikasi dengan resiko tinggi :

Klasifikasi penyakit berat dengan demam(suhu 37,5 derajat celcius atau lebih) apabila ditemukan tanda bahaya umum disertai dengan kaku kuduk. b. Klasifikasi resiko rendah :

Klasifikasi penyakit berat dengan demam apabila ada tanda bahaya umum atau kaku kuduk, Klasifikasi malaria apabila tidak ditemukan tanda demam atau campak. Klasifikasi demam mungkin bukan malaria apabila hanya ditemukan pilek atau adanya campak. c. Klasifikasi tampa resiko :

Klasifikasi Penyakit berat dengan demam apabila ditemukan tanda bahaya umum dan kaku kuduk. Klasifikasi demam bukan malaria apabila tidak ditemukan tanda bahaya umum dan tidak ada kaku kuduk. a. Klasifikasi Campak Campak dengan komplikasi berat apabila ditemukan adanya tandabahaya

umum, terjadi kekeruhan pada kornea mata, adanya tandaumum campak, adanya batuk, pilek atau mata merah. b. Campak dengan komplikasi apabila ditemukan tanda mata bernanah serta

luka dimulut. c. Campak, apabila hanya tanda khas campak yang tidak disertai tanda

klasifikasi di atas. a. b. Klasifikasi DBD (demam kurang dari 7 hari) DBD apabila ditemukan tanda seperti petekie, tanda syock. Mungkin DBD apabila adanya tanda nyeri ulu hati atau gelisah, bintik

perdarahan bawah kulit,dan uji torniqet negatif. c. a. Mungkin bukan DBD apabila hanya ada demam. Klasifikasi masalah telinga Klasifikasi mastoiditis apabila ditemukan adanya pembengkakan dan nyeri

dibelakang telinga. b. Infeksi telinga akut apabila adanya cairan atau nanah yang keluar dari telinga

dan telah terjadi kurang dari 14hari serta adanya nyeri telinga. c. Infeksi telinga kronis apabila ditemukan adanya cairan atau nanah yang

keluar dari telinga dan terjadi 14 hari lebih. d. Tidak ada infeksi telinga apabila tidak ada ditemukan gejala seperti di atas. 21

a. b. c.

Klasifikasi status gizi Klasifikasi gizi buruk (anemia berat), apabila BB sangat kurus, adanya Klasifikasi bawah garis merah (anemia), apabila ditemukan tanda telapak Tidak bawah garis merah dan tidak anemia apabila tidak ada tanda seperti

bengkak pada kedua kaki serta pada telapak tangan, ditemukan adanya kepucatan. tangan agak pucat, BB menurut umur dibawah garis merah. diatas. PENENTUAN TINDAKAN DAN PENGOBATAN 1. a. b. Pneumonia Berikan dosis pertama antibiotika Lakukan rujukan segera Pengobatan pneumonia berat : Kotrimoksazol dan amoksilin. Apabila pneumonia saja berikan antibiotika yang sesuai selam 5 hari, berikan pelega tenggorokan dan pereda batuk, beri tahu ibu atau keluarga, lakukan kunjungan ulang setelah 2 hari. Apabila batuk bukan pneumonia berikan pelega tenggorokan, beri tahu ibu dan keluarga, dan lakukan kunjungan ulang setelah 5 hari. 2. a. b. c. d. e. a. b. a. b. Dehidrasi Berikan cairan intravena secepatnya, berikan oralit, berikan 100 ml/kg RL Lakukan monitoring setiap 1-2 jam tentang status dehidrasi, apabila belum Berikan oralit (kurang lebih 5ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum. Lakukan monitoring kembali setelah 6 jam pada bayi dan 3 jam pada anak. Anjurkan untuk tetap memberikan ASI Lakukan pemberian oralit 3 jam pertama. Lakukan monitoring setelah 3 jam pemberian terhadap tingkat dehidrasi. Berikan cairan tambahan sebanyak anak mau, dan lakukan pemberian oralit Lanjutkan pemberian makan. 22

Pengobatan dehidrasi berat : atau NACL membaik berikan tetesan intravena cepat.

Pengobatan dehidrasi ringan atau sedang :

Pengobatan tampa dehidrasi : apabila anak tidak memperoleh ASI eksklusif.

3.

Diare Persisten

Tindakan ditentukan oleh dehidrasi, kemudian jika ditemukan adanya kolera, maka pengobatan yang dapat dianurkan adalah pilihan pertama antibiotik kotrimoksazol dan pilihan kedua adalah tetrasiklin.

4.

Disentri

Tindakan pada disentri dapat dilakukan dengan pemberian antibiotik yang sesuai, misalnya pilihan pertamanya adalah kotrimoksazol dan pilihan keduanya adalah asam nalidiksat.

5.

Risiko Malaria

Penanganan tindakan dan pengobatan pada klasifikasi risiko malaria adalah sebagai berikut. 1. Pemberian kinin (untuk malaria dengan penyakit berat) secara intramuskukar.

Selanjutnya anjurkan anak tetap berbaring dalam 1 jam dan ulangi suntikan kina pada 4 dan 8 jam kemudian. Selanjutnya 12 jam sampai anak mampu meminum obat malaria secara oral dan jangan memberikan suntikan kina sampai dengan lebih dari 1 minggu dan pada risiko rendah jangan berikan pada anak usia kurang dari 4 bulan. 2. Pemberian obat antimalaria oral ( untuk malaria saja) dengan ketentuan dosis

sebagai berikut untuk pilihan antimalaria pertama adalah klorokuin + primakuin dan pilihan kedua adalah sulfadoksin primetin + primakuin (untuk anak 12 bulan) dan tablet kina (untuk anak <12 bulan). 3. Lakukan pengamatan selama 30 menit sesudah pemberian klorokuin dan

apabila dalam waktu tersebut terdapat muntah maka ulangi pemberian klorokuin. 4. 5. 6. Pemberian antibiotik yang sesuai. Mencegah penurunan kadar gula darah. Pemberian parasetamol apabila terjadi demam tinggi ( 38,5 derajat celcius).

6.

Campak

Pada campak dpat dilkukan tindakan sebagai berikut: 1. Apabila campak dijumpai dengan komplikasi berat, maka tindakannya

adalah pemberian vitamin A, antibiotik yang sesuai, salep mata tetrasiklin, atau kloramfenikol.

23

2.

Apabila dijumpai kekeruhan pada kornea, pemberian parasetamol dianjurkan

jika disertai demma tinggi (38,5 derajat celcius), kemudian apabila campak disertai komplikasi mata dan mulut ditambahkan dengan pemberian gentian violet, jika hanya campak saja tidak ditemukan penyakit atau komplikasi lain, maka tindakannya hanya diberikan vitamin A.

7.

Demam Berdarah Dengue

Pada demam berdarah dengue, tindakan yang dapat dilakukan antara lain apabila ditemukan syok, maka segera diberi cairan intravena, pertahankan kadar gula darah. Bila dijumpai demam tingg , maka berikan parasetamol dan caira atau oralit bila dilakukan rujukan selama perjalanan. Ketentuan pemberian cairan pra-rujukan pada demam berdarah. 1. Berikan cairan ringer laktat, jika memungkinkan beri glukosa 5% ke dalam

ringer laktat melalui intravena atau apabila tidak berikan oralit atau cairan per oral selama perjalanan. 2. 3. Apabila tidak ad, berikan cairan NaCl 10-20 ml/kgBB/30menit. Pantau selama setelah 30 menit dan bila nadi teraba, berikan cairan intravena

dengan tetesan 10 ml/kgBB dalam 1 jam. Apabila nadi tidak teraba berikan cairan dengan tetesan 15-20 ml/kgBB dalam 1 jam.

8.

Klasifikasi Masalah Telinga

Tindakan dan pengobatan pada klasifikasi masalah telinga dapat dilakukan antara lain dengan memberikan dosis pertama untuk antibiotik yang sesuai. Parasetamol dapat diberikan apabila dijumpai demam tinggi, apabila ada ifeksi akut pada telinga, maka pengobatan sama seperti mastoiditis krnis ditambah dengan mengeringkan telinga dengan kain penyerap.

9.

Klasfikasi Status Gizi

Tindakan yang dapat dilakukan antara lain pemberian vitamin A. Apabila anak kelihatan sangat kurus dan bengkak pada kedua kaki dan dijumpai adanya anemia, maka dapat dilakukan pemberian tablet zat besi. Jika berada di daerah risiko tinggi malaria, dapat diberikan antimalaria oral dan pirantel pamoat hanya diberikan untuk anak usia 4 bulan atau lebih dan belum pernah diberikan dalam 6 bulan terakhir serta hasil pemeriksaan tinja positif.

24

3.2 Pneumonia

Definisi

Pneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus maupun jamur. Pneumonia secara klinis dibedakan atas pneumonia lobaris, bronkopneumonia aspirasi misalnya akibat aspirasi minyak tanah. Kuman penyebab banyak macamnya dan berbeda menurut sumber penularan (komunitas / nosokomial). Jenis komunitas 47 74% disebabkan oleh bakteri, 5 20% oleh virus atau mikoplasma, dan 17 43% tidak diketahui penyebabnya. Pengobatan jenis komunitas ini sangat memuaskan apapun penyebabnya.

Penyebab

Penyebab pneumonia adalah : 1. Bakteri (paling sering menyebabkan pneumonia pada dewasa) :

Streptococcus pneumoniae Staphylococcus aureus Legionella Hemophilus influenzae

2. Virus : virus influenza, chicken-pox (cacar air) 3. Organisme mirip bakteri : Mycoplasma pneumoniae (terutama pada anak- anak dan dewasa muda) 4. Jamur tertentu. Pneumonia pada anak-anak paling sering disebabkan oleh virus pernafasan, dan puncaknya terjadi pada umur 2 3 tahun. Pada usia sekolah, pneumonia paling sering disebabkan oleh bakteri Mycoplasma pneumoniae.

Gambaran klinis

Secara klinis gambaran pneumonia bakterialis beragam menurut jenis kuman penyebab, usia penderita , dan beratnya penyakit. Beberapa bakteri penyebab memberikan gambaran yang khas, misalnya pneumonia lobaris karena S.pneumoniae, atau empiema dan pneumatokel oleh S.aureus.

25

Klasifikasi pneumonia pada balita sesuai dengan manajemen terpadu balita sakit yaitu batuk disertai dengan napas cepat (usia < 2 bulan > 60 x/menit, 2 bulan 1 tahun > 50 x/menit, 1-5 tahun > 40 x/menit) Pada dasarnya gejala klinisnya dapat dikelompokkan atas :

gejala umum infeksi : demam, sakit kepala, lesu, dll.gejala umum penyakit saluran pernapasan bawah : seperti takipneu, dispneu, retraksi atau napas cuping hidung, sianosis.

tanda pneumonia : perkusi pekak pada pneumonia lobaris, ronki basah halus nyaring pada bronkopneumonia dan bronkofoni positif.

batuk yang mungkin kering atau berdahak mukopurulen, purulen, bahkan mungkin berdarah.

tanda di ekstrapulmonal : Leukositosis jelas pada pneumonia bakteri dan pada sputum dapat dibiak kuman

penyebabnya. Diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan foto toraks, sedangkan uji serologi dapat menentukan jenis infeksi lainnya. Selain memastikan diagnosis, foto toraks juga dapat digunakan untuk menilai adanya komplikasi.

Diagnosis

Pada anak dibawah usia 2 bulan, tidak dikenal diagnosis pneumonia. Pada pemeriksaan dada dengan menggunakan stetoskop, akan terdengar suara ronki. Pemeriksaan penunjang : rontgen dada, pembiakan dahak, hitung jenis darah, gas darah arteri.

Penatalaksanaan

Penderita pneumonia dapat dirawat di rumah, namun bila keadaannya berat penderita harus dirawat di rumah sakit untuk mendapat perawatan yang memadai, seperti cairan intravena bila sangat sesak, oksigen, serta sarana rawat lainnya. Bayi memerlukan perhatian lebih khusus lagi.

Diberikan kotrimoksazol 2 x 2 tablet. Dosis anak :

26

2 12 bulan : 2 x tablet 1 3 tahun : 2 x tablet 3 5 tahun : 2 x 1 tablet


Antibiotik pengganti adalah amoksisilin atau ampisilin. Bila penderita alergi terhadap golongan penisilin dapat diberikan eritromisin 500mg 4 x sehari. Demikian juga bila diduga penyebabnya mikoplasma (batuk kering).

Tergantung jenis batuk dapat diberikan kodein 8 mg 3 x sehari atau brankodilator (teofilin atau salbutamol).

Pada kasus dimana rujukan tidak memungkinkan diberikan injeksi amoksisilin dan / atau gentamisin. Pada orang dewasa terapi kausal secara empiris adalah penisilin prokain 600.000 1.200.000 IU sehari atau ampisilin 1 gram 4 x sehari terutama pada penderita dengan batuk produktif.

27

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2010. Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, Indonesia. Kumala, Poppy, dan D. Nuswantari. 2009. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 25. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, Indonesia. Wikipedia.com. 2013. Radang Paru-Paru (http://id.wikipedia.org/wiki/Radang_paru-paru, Diakses 29 Oktober 2013) Wijaya, A. Muliadi. 2006. Manajemen Balita Terpadu (MTBS) atau Integrated Management of Childhood Illness (IMCI)

(http://www.infodokterku.com/component/content/article/19-info-kesehatan/helathprograms/37-manajemen-terpadu-balita-sakit-mtbs, Diakses 30 Oktober 2013)

28

You might also like