You are on page 1of 6

Konsep Pengembangan Budaya dan Seni Islam

Pada dasarnya, sesuatu yang indah itu disukai oleh Allah karena Dia zat yang Maha Indah dan menyukai yang indah. Islam mempunyai kriterianya sendiri untuk dijadikan pengukur pedoman bagi menentukan halal atau haramnya sesuatu karya seni itu. Kriteria pertama ialah seni atau karya seni itu mestilah baik yaitu yang mempunyai ciri tidak merusak budi pekerti yang mulia serta tidak melalaikan orang dari beribadah dan mengingat Allah. Kriteria penolakan pula ialah seni atau karya seni tersebut buruk karena merusak moral, melalaikan diri daripada beribadah kepada Allah dan melupakanNya.

Larangan Nabi SAW dan para ulama untuk melukis dan menggambar mahluk hidup dan membuat patung yang bernyawa/bersyahwat dalam mewujudkan corak keindangan ruangan meskipun hal ini tidak ditemukan teks-nya secara langsung dalam al-Quran mengalihkan kreasi dan potensi seni para seniman Islam pada berbagai bentuk kaligrafi Islam, dengan pola dan karaktersitik yang indah dan rumit, mereka membentuk corak ragam hias ruangan, benda-benda antik seperti gelas atau guci, karpet, dan sebagainya dengan berbagai ornamen bunga-bungaan atau tumbuhtimbuhan yang dianggap bukan sejenis hewan atau manusia.

Khusus untuk ruangan-ruangan tertentu atau tempat-tempat yang dianggap layak, biasanya selalu diselipi atau bahkan dimunculkan ayat-ayat al-Quran, hadits atau kata-kata hikmah, dengan pola seni tulis (kaligrafi), diwany, kuufy, riqy, naskhy, tsulusty, atau yang lainnya yang sangat indah. Semua ini merupakan bentuk-bentuk kesatupaduan antara nilai-nilai seni dan budaya termasuk selipan nilai-nilai dakwah Islamiyah secara umum. Berbagai desain interior muslim dimanapun, baik bangunan ibadah, istana maupun umum selalu menunjukkan muatan yang tak pernah kosong bagi para penghuninya, khususnya dalam menghubungkan antara dirinya dengan pemilik seluruh ruangan dan alam semesta, Allah Rabb al-alamin

Dengan bakat seni yang ada, para seniman muslim ternyata mampu menggunakan berbagai teknik dan kreatifitas untuk membuat seni dan budaya Islam. Pernyataan seni ibarat kaedah di antara zat spiritual dan rangka material. Oleh karena itu, para seniman Islam mempunyai tanggung jawab menerjemahkan ide Islam ke dalam bahasa seni. Menurut perspektif Islam, daya kreatif seni adalah dorongan atau desakan yang diberikan oleh Allah yang perlu digunakan sebagai bantuan untuk memeriahkan kebesaran Allah. Selain itu, seni juga menunjukkan seni kesatuan atau kesepaduan. Dan sebagai karya dari Seni dan kebudayaan Islam antara lain adalah Arsitektur tempat-tempat ibadah seperti Masjid, Mushola, dan tempat-tempat yang disucikan seperti makam-makam Islam. Masjid merupakan salah satu karya seni yang bernilai tinggi karena masjid merupakan jantung masyarakat yang ada di sekitarnya, jika yang menggunakannya sehat maka jantungnyapun akan sehat, begitupun sebaliknya. Dalam rangka memperindah bangunan masjid, desain interior serta kaligrafi dengan pola-pola yang indah banyak ditemukan dihampir setiap masjidmasjid besar di dunia Islam, dari mulai di Cordova, Maroko, Mesir, Damaskus, Madinah, Makkah, Baghdad, Kuffah, sampai di India dan Masjid-masjid di Indonesia.

Setelah membaca penjelasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Perkembangan Kebudayaan dan Seni Islam telah berlangsung dari dulu sejak Islam datang di dunia ini. Kesenian dan Kebudayaan Islam telah melahirkan bermacammacam benda dan bangunan yang mempunyai nilai seni yang sangat tinggi yang masuk kedalam bentuk Seni Lukis, Seni Pahat dan Kesusasteraan Islam. Kesenian Islam juga berdasarkan ajaran tauhid, yaitu Ke-Esaan Allah SWT yang tumbuh dari pengajaran Al-Quran dan As-Sunnah yang semata-mata hanyalah untuk kebahagiaan umat di Dunia dan di Akhirat.

Hedonisme dan Pengembangan Budaya dan Seni Islam

Era informasi dan globalisasi sebagai akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini telah berdampak hampir ke semua aspek kehidupan masyarakat. Perubahan masyarakat akibat berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut membawa dampak yang besar pada budaya, nilai, dan agama. Nilai-nilai yang sementara ini dipegang kuat oleh masyarakat mulai bergeser dan ditinggalkan. Sementara nilai-nilai yang menggantikannya tidak selalu sejalan dengan landasan kepercayaan atau keyakinan masyarakat, sehingga penyimpangan nilai kian subur dan berkembang. Dalam situasi seperti ini, remaja dan mahasiswa yang sedang berada dalam kondisi psikologis yang labil menjadi korban pertama sebagaimana terjadi dalam berbagai kasus hedonisme, konsumerisme, hingga peningkatan kenakalan remaja dan narkotika. Hal ini semakin membuktikan bahwa nilai-nilai hidup tengah bergeser sehingga membingungkan para remaja, menjauhkan mereka dari sikap manusia yang berkepribadian. Dalam sejarah kecendikiawan Islam estetika dan hermenutika merupakan dua bidang ilmu yang tidak terpisahkan, baik dalam penciptaan karya seni maupun dalam telaah karya seni. Dalam pandangan cendekiawan Islam estetika selalu mempunyai kaitan dengan epistimologi, kosmologi, psikologi, dan metafisika terutama seperti yang digagas para filosuf sufi seperti Ibn Sina, Imam Al Ghazali dan sebagainya. Banyak yang menempatkan seni sebagai hiburan yang dangkal, yang kelewatan sehingga menyempurnakan proses pendangkalan budaya. Sekarang seni yang mengambil bentuk bersifat borjuis sebagai misinya bagi kehidupan, ia berada di surga bikinan yang dibangun dibumi untuk memenuhi kesenangan hedonisme yang antara lain meliputi makan, berfoya-foya, dan melampiaskan nafsu rendah. Tolok ukur penting dari seni yang baik ialah penemuan terhadap kepribadian manusia dan penyebab mekarnya kemungkinan-kemungkinan transenden manusia, yang mengatasi intelek dan logika. Manusia sebagai individu yang mampu menciptakan karya seni bukan hanya makhluk social tetapi juga makhluk rohani, sebagai makhluk sosial manusia harus menjalin hubungan sesama manusia dengan seni dan sebagai makhluk rohani harus menghubungkan diri dengan kehendak Illahi.

Rendahnya pendidikan masyarakat, sistem pendidikan yang tidak mapan, struktur ekonomi yang keropos, serta jati diri bangsa yang belum terinternalisasikan, menjadikan bangsa rentan terhadap nilai-nilai baru yang datang dari luar. Nilai-nilai Barat yang sebagian berseberangan dengan nilai-nilai ketimuran dengan mudah diadopsi, terutama oleh generasi muda. Nilai yang mudah ditiru pada umulnya adalah nilai-nilai yang berisi kesenangan, permainan, dan hedonisme yang sering kali membawa dampak buruk. Sebaliknya, nilai-nilai positif dari Barat seperti kecerdasan dan kemajuan iptek tidak dicerap dengan baik. Menghadapi persoalan tersebut, di kalangan ahli pendidikan sepakat untuk membina dan mengembangkan pendidikan nilai, moral, dan norma. Sejalan dengan perkembangan budaya dan pola berpikir masyarakat yang materialistis dan sekularis, maka nilai yang bersumberkan agama belum diupayakan secara optimal. Agama dipandang sebagai salah satu aspek kehidupan yang hanya berkaitan dengan aspek pribadi dan dalam bentuk ritual, karena itu nilai agama hanya menjadi salah satu bagian dari sistem nilai budaya; tidak mendasari nilai budaya secara keseluruhan. Pelaksanaan ajaran agama dipandang cukup dengan melaksanakan ritual agama, sementara aspek ekonomi, sosial, dan budaya lainnya terlepas dari nilai-nilai agama penganutnya atau dengan kata lain pelaksanaan ritual agama (ibadah) oleh seseorang terlepas dari perilaku sosialnya. Padahal, ibadah itu sendiri memiliki nilai sosial yang harus melekat pada orang yang melaksanakannya, misalnya orang yang salat ditandai dengan perilaku menjauhkan dosa dan kemunkaran, puasa mendorong orang untuk sabar, tidak emosional, tekun, dan tahan uji.

Aktualisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan sekarang ini menjadi sangat penting terutama dalam memberikan isi dan makna kepada nilai, moral, dan norma masyarakat. Apalagi pada masyarakat Indonesia yang sedang dalam masa pancaroba ini. Aktualisasi nilai dilakukan dengan mengartikulasikan nilai-nilai ibadah yang

bersifat ritual menjadi aktivitas dan perilaku moral masyarakat sebagai bentuk dari kesalehan social.

http://snbpaib.blogspot.com/2012/04/resensi-09410189.html http://mambaulhikaminduk.blogspot.com/2012/03/peran-agama-dalam-perkembanganbudaya.html http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/131662616/ESTETIKA%20ISLAM.pdf

You might also like