You are on page 1of 14

DAFTAR ISI DAFTAR ISI .......................................................... DAFTAR GAMBAR .............................................

i ii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bedengan Pertanaman Melon ........ Gambar 2. Perangkap Lalat Buah ....................

II-4 VIII-6

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) I. II. III. Pembibitan ..................................................... Pengolahan Tanah ......................................... Penanaman di Lapangan................................

I-1 I-1 II-1 III-1 IV-1 V-1 VI-1 VII-1 VIII-1 IX-1 X-1

IV. Pengairan ....................................................... V. Pengikatan dan Pemangkasan .......................

VI. Sanitasi Kebun............................................... VII. Pemupukan (Pupuk Susulan) ........................ VIII. Pengendalian OPT ......................................... IX. Panen ............................................................. X. Penanganan Pasca Panen ...............................

ii

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) Standar Prosedur Operasional Pembibitan I. Pembibitan A. Definisi Proses penyediaan benih bermutu dari varietas unggul (bersertifikat). B. Tujuan Untuk menyediakan benih bermutu dari varietas unggul (bersertifikat) yang mampu berproduksi sesuai dengan keunggulan varietas, sehat dan mempunyai daya tumbuh yang baik. C. Validasi Pengalaman petani, petugas, pelaku agribisnis dan hasil penelitian. D. Alat dan Bahan a. Benih melon hibrida F1 sebanyak 20.000 biji/ha (melon mempunyai net) dan 25.000 biji/ha (tanpa net). b. Tanah 4 karung @. 50 kg c. Pupuk kandang 8 karung @ 50 kg d. Polibag (ukuran 8 x 10 cm) sebanyak 20.000 kantong (net melon) dan 25.000 kantong (net melon). e. Bambu 20 batang Nomor SPO Melon I Halaman 1/4 Tanggal Agustus 2006 Revisi

Standar Prosedur Operasional Pembibitan

Nomor SPO Melon I Halaman 2/4

Tanggal Agustus 2006 Revisi

f. Plastik transparan 4 x 15 m (klambu) g. Pestisida sistemik (Carbofuran dosis maksimum 0,5 kg/ha) E. Fungsi a. Benih, untuk bahan tanaman. b. Tanah, untuk media tanam. c. Pupuk kandang, untuk menambah bahan organik dan unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman serta memperbaiki sifat fisik tanah. d. Polibag, untuk wadah media tanam/semai e. Bambu,untuk membuat sungkup tempat pembibitan f. Plastik transparan, untuk menutup sungkup tempat pembibitan atau kelambu (lebih baik karena sirkulasi udara). g. Pestisida, untuk mencegah gangguan hama dan penyakit. F. Prosedur Pelaksanaan 1. Pemilihan benih a. Varietas hibrida. b. Benih yang dipilih merupakan benih yang jelas varietasnya (tepat jenis) dengan potensi yang sesuai dengan karakteristik varietas tersebut. c. Memiliki pasar yang jelas. d. Varietas yang dipilih memiliki daya adaptasi yang tinggi dengan agroklimat setempat.

I-1 1

I-2 2

Standar Prosedur Operasional Pembibitan

Nomor SPO Melon I Halaman 3/4

Tanggal Agustus 2006 Revisi

Standar Prosedur Operasional Pembibitan

Nomor SPO Melon I Halaman 4/4

Tanggal Agustus 2006 Revisi

2. Mutu benih a. Belum kadaluarsa. b. Tingkat kemurnian minimal 95 %. c. Daya kecambah minimal 80 % dan vigoritas kecambah tinggi. d. Bebas dari biji gulma dan tidak cacat. e. Benih sehat dan bebas OPT. 3. Pembibitan a. Media tanam Media tanam yang digunakan adalah campuran dari tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1: 2 . Media dimasukkan dalam polibag ukuran 8 x 10 cm dan diletakkan di atas bedeng semaian yang ditutup sungkup. b. Sungkup Sungkup terbuat dari rangka bambu lebar bawah 1 1.25 m, tinggi 0.5 0.6 m, bentuknya melengkung setengah lingkaran, panjang sungkup disesuaikan kebutuhan bibit. Pembibitan harus berada di tempat terbuka dan sirkulasi udaranya baik. c. Penyemaian benih Benih direndam air hangat kuku (suhu + 40 C) dicampur pestisida (nabati, agen hayati, kimia) sesuai kondisi lapangan dan dosis anjuran selama 4-6 jam sebelum disemai.

Untuk benih yang sudah diberi perlakuan pestisida maka perlakuan dengan pestisida tidak diperlukan lagi. i. Benih ditiriskan dan diletakkan di atas kertas koran basah selama 1 hari 2 malam (36 jam) pada suhu 250 - 300C . ii. Benih ditanam ke dalam media semai pada kedalaman 2 cm dengan letak calon akar atau bagian benih yang runcing berada di bawah (media semai dalam keadaan basah). d. Pemeliharaan bibit Pesemaian dijaga selalu dalam kondisi lembab namun tidak boleh terlalu basah (becek). Bibit dipindahkan ke lapangan setelah berumur 10 14 hari atau telah memiliki 1 2 helai daun sejati.

3 I-3

4 I-4

Standar Prosedur Operasional Pengolahan Tanah

Nomor SPO Melon II Halaman 1/5

Tanggal Agustus 2006 Revisi

Nomor SPO Melon II Halaman Pengolahan Tanah 2/5 i. Tali rafia secukupnya

Standar Prosedur Operasional

Tanggal Agustus 2006 Revisi

II. Pengolahan Tanah A. Definisi Kegiatan memperbaiki struktur tanah sehingga tanah menjadi gembur, aerase dan drainase lebih baik serta membentuk bedengan sebagai tempat tumbuhnya tanaman melon. B. Tujuan Menjamin pertumbuhan dan produksi tanaman secara optimal C. Validasi Pengalaman petani, petugas, pelaku agribisnis dan hasil penelitian D. Alat dan bahan a. Cangkul b. Kapur pertanian (dosis disesuaikan pH tanah) c. Pupuk kandang 20 ton/ha d. Pupuk anorganik (ZA 350 kg/ha, SP-36 225 kg/ha, KCl 160 kg/ha atau NPK (perbandingan 16:16:16) dosis 700 kg/ha. e. Pasak penjepit dari bambu/kayu 4.000 buah f. Mulsa plastik 150 kg/ha. g. Pelubang mulsa plastik (kaleng bekas susu yang dipanaskan) h. Ajir dari bambu 30.000 batang (panjang 2 meter) II-1 II-1 E. Fungsi a. Cangkul, untuk membersihkan sisa-sisa perakaran tanaman, menggemburkan, menghaluskan tanah dan membuat bedengan. b. Kapur pertanian, untuk meningkatkan pH tanah pada tanah masam hingga mendekati pH 7. c. Pupuk kandang, untuk memperbaiki sifat fisik tanah serta menambah bahan organik dan unsurunsur hara yang diperlukan tanaman. d. Pupuk anorganik (ZA, SP-36, KCl ; NPK) untuk menambah unsur hara (unsur N, P dan K) di dalam tanah e. Pasak penjepit dari bambu/kayu, untuk mengaitkan sisi-sisi mulsa dengan bedengan agar mulsa tidak mudah lepas. f. Mulsa plastik, untuk menutup permukaan atas bedengan yang bermanfaat untuk merangsang perkembangan akar, mempertahankan struktur, suhu dan kelembaban tanah, mencegah erosi tanah, menekan pertumbuhan gulma, meningkatkan proses fotosintesa dan mengurangi penguapan air dan pupuk. g. Kaleng bekas susu berdiameter + 10 cm untuk membuat lubang pada mulsa. h. Ajir dari bambu, untuk rambatan tanaman dan menggantung buah.

II-2 II-2

Standar Prosedur Operasional Pengolahan Tanah

Nomor SPO Melon II Halaman 3/5

Tanggal Agustus 2006 Revisi

Standar Prosedur Operasional Pengolahan Tanah

Nomor SPO Melon II Halaman 4/5

Tanggal Agustus 2006 Revisi

i. Tali rafia, untuk mengikat ajir, mengikat batang dan buah. F. Prosedur pelaksanaan a. Lahan dibersihkan dari sisa tanaman dan gulma. b. Penggemburan lahan dilakukan sampai kedalaman 20 30 cm, lahan dibiarkan/dikering-anginkan selama 5 7 hari. c. Penghalusan bongkahan tanah hasil pencangkulan, dibiarkan 4-5 hari. d. Pembuatan bedengan tinggi 30 cm (sawah tadah hujan), 40-50 cm (sawah irigasi), lebar bedengan 100 120 cm, lebar parit 50 60 cm, panjang bedengan maksimal 15 meter. Tinggi dan lebar parit disesuaikan dengan keadaan musim saat penanaman. e. Bila perlu dilakukan pemberian kapur dengan dosis yang disesuaikan dengan derajat keasaman (ph) tanah setempat. Kapur yang telah dihaluskan ditaburkan ke bedengan kemudian diaduk agar merata dengan tanah. f. Pemberian pupuk dasar berupa pupuk kandang sebanyak 20 ton/ha dan pupuk ZA dosis 350 kg/ha, SP-36 dosis 225 kg/ha dan KCl dosis 160 kg/ha atau NPK sebanyak 700 kg dengan cara disebarkan secara merata ke seluruh bedengan, diaduk-aduk dengan cangkul agar pupuk tercampur dengan tanah, kemudian disiram air sampai basah merata.
d. 15 m

c. 50-60 cm O

O O

60-70 cm

b. 100-120 cm a. 30 cm c. 50-60 cm

Gambar 1. Bedengan pertanaman melon Ket :


a. Tinggi bedengan 30 cm (sawah tadah hujan), 40-50 cm (sawah irigasi) b. Lebar bedengan 100 120 cm c. Lebar parit 50 60 cm d. Panjang bedengan maksimal 15 meter

II-3 II-3

II-4 II-4

Standar Prosedur Operasional Pengolahan Tanah

Nomor SPO Melon II Halaman 5/5

Tanggal Agustus 2006 Revisi

Standar Prosedur Operasional Penanaman di Lapangan

Nomor SPO Melon III Halaman 1/3

Tanggal Agustus 2006 Revisi

g. Pemasangan mulsa plastik hitam-perak dan pembuatan lubang tanam i. Mulsa yang digunakan adalah plastik hitam perak dengan lebar 100 125 cm. ii. Bagian plastik berwarna perak menghadap ke atas sedangkan yang berwarna hitam menghadap ke bawah. iii. Pemasangan mulsa dilakukan pada saat panas terik matahari agar mulsa memuai sehingga rapat menutup bedengan dan tanah dalam keadaan basah. Gunakan pasak penjepit dari bambu atau kayu untuk mengaitkan sisi-sisi mulsa dengan bedengan agar mulsa tidak mudah lepas. iv. Setelah mulsa terpasang dilanjutkan dengan pembuatan lubang tanam pada mulsa menggunakan kaleng susu bekas berdiameter 10 cm yang dipanaskan. Jarak antar lubang untuk 50 cm x 60 cm (musim kemarau) atau 60 cm x 70 cm (musim hujan) tergantung jumlah populasi yang akan ditanam. Kegiatan ini dilakukan 1 minggu sebelum tanam. h. Pemasangan ajir dilakukan sebelum tanam pada setiap lubang tanam. Bagian ajir yang masuk ke dalam tanah sekurang-kurangnya sedalam 20 cm.

III. Penanaman di Lapangan A. Definisi Memindahkan bibit dari tempat penyemaian ke areal pertanaman. B. Tujuan Menumbuhkembangkan tanaman sampai berproduksi. C. Validasi Pengalaman petani, petugas, pelaku agribisnis dan hasil penelitian D. Alat dan bahan a. Air b. Bibit c. Tugal/cetok d. Gayung e. Tray/alat angkut E. Fungsi a. Air, untuk menyiram tanah sehingga kondisi tanah lembab dan mengurangi tingkat kelayuan. b. Bibit, untuk bahan tanaman. c. Tugal/cetok, untuk membuat lubang tanam sebesar polibag di pesemaian. d. Gayung, untuk mengambil dan menyiram air ke tanah di sekitar tanaman III-1 III-6

II-5

Standar Prosedur Operasional Penanaman di Lapangan

Nomor SPO Melon III Halaman 2/3

Tanggal Desember 2004 Revisi

Standar Prosedur Operasional Penanaman di Lapangan

Nomor SPO Melon III Halaman 3/3

Tanggal Desember 2004 Revisi

e. Tray/alat angkut, untuk mengangkut bibit dari pesemaian F. Prosedur pelaksanaan a. Sebelum penanaman bibit di lapangan, bedengan disiram agar cukup lembab. b. Penanaman bibit di lapangan sebaiknya dilakukan pada sore hari setelah jam 15.30 untuk menghindari stres karena terik matahari. c. Prosedur menanam: i. Sehari sebelum pindah tanam, bedengan direndam (dileb) agar bedengan basah atau lubang tanam disiram sampai basah apabila air tidak mencukupi. ii. Sebelum tanam, media pada bibit disiram sampai basah agar media tidak pecah pada saat polibag dibuka. iii. Membuat lubang tanam pada bedengan sedalam 2 3 cm. iv. Lepaskan polibag dari media tanam bibit secara hati-hati, bila perlu dirobek. Usahakan media tanah pada bibit tetap kompak atau tidak pecah dan penanaman pangkal batang sejajar dengan permukaan tanah bedeng. v. Usahakan posisi bibit dalam keadaan tegak setelah ditanam, supaya bagian bibit tidak menyentuh mulsa plastik.

vi. Setelah selesai penanaman, bibit disiram untuk mengurangi tingkat kelayuan. d. Tingkat kelembaban tanah diusahakan tetap optimum. e. Apabila dilakukan penyulaman harus dilakukan paling lambat 3 hari setelah tanam. Setelah 3 hari, penyulaman tidak perlu dilakukan karena tidak akan tumbuh normal.

III-2 III-7

III-3 III-8

Standar Prosedur Operasional Pengairan IV. Pengairan

Nomor SPO Melon IV Halaman 1/3

Tanggal Agustus 2006 Revisi

Standar Prosedur Operasional Pengairan

Nomor SPO Melon IV Halaman 2/3

Tanggal Agustus 2006 Revisi

A. Definisi Memberi air sesuai kebutuhan tanaman pada daerah perakaran tanaman dengan air yang memenuhi standar pada waktu, cara dan jumlah yang tepat. B. Tujuan Menjamin kebutuhan air bagi tanaman sehingga pertumbuhan dan proses produksinya berjalan optimal. C. Validasi Pengalaman petani, petugas, pelaku agribisnis dan hasil penelitian D. Alat dan bahan a. Air b. Pompa air c. Gembor d. Selang plastik/paralon e. Cangkul f. Bahan bakar minyak (BBM) E. Fungsi a. Air, untuk menyiram tanaman. b. Pompa air, untuk memompa air (apabila sumber air lebih rendah dari pertanaman). c. Gembor, alat bantu menyiram

d. Selang plastik/paralon, untuk menyalurkan air. e. Cangkul, untuk membuat bendungan. f. BBM, untuk bahan bakar pompa air. F. Prosedur pelaksanaan a. Setelah tanam sampai umur 2 minggu penyiraman dilakukan setiap hari atau 2 hari sekali pada waktu pagi atau sore hari, dengan cara parit antar bedengan digenangi sampai mencapai 2/3 tinggi bedengan sambil air disiramkan ke masing-masing tanaman. Apabila air tidak cukup menggenangi bedengan, lubang tanam disiram dengan air. b. Pada awal pembentukan bunga pengairan dilakukan seminggu 2 kali dengan cara parit antar bedengan digenangi sampai mencapai 2/3 tinggi bedengan. Apabila air tidak cukup menggenangi bedengan, lubang tanam disiram dengan air. e. Pada saat pembentukan dan mulai pembesaran buah pengairan dilakukan 3 hari sekali dengan cara parit antar bedengan digenangi sampai mencapai 2/3 tinggi bedengan. Apabila air tidak cukup menggenangi bedengan, lubang tanam disiram dengan air. f. Pada awal pembentukan net/jaring pada kulit buah, penyiraman dilakukan 4 hari sekali dengan menyiram setiap tanaman menggunakan gembor, parit tidak perlu digenangi.

III1 IV-1

IV-2 III2

Standar Prosedur Operasional Pengairan

Nomor SPO Melon IV Halaman 3/3

Tanggal Agustus 2006 Revisi

Standar Prosedur Operasional Pengikatan dan Pemangkasan

Nomor SPO Melon V Halaman 1/3

Tanggal Agustus 2006 Revisi

g. Setelah jaring pada kulit buah terbentuk, pengairan dilakukan 3 hari sekali dengan cara parit antar bedengan digenangi sampai mencapai 2/3 tinggi bedengan. Apabila air tidak cukup menggenangi bedengan, lubang tanam disiram dengan air. h. Pada saat pematangan buah yaitu setelah tanaman berumur 55 hari, pengairan dihentikan sampai saat panen. i. Pada daerah yang telah terkontaminasi / terinvestasi penyakit layu Fusarium, penyiraman langsung ke setiap tanaman menggunakan gembor.

V. Pengikatan dan Pemangkasan A. Definisi a. Mengikat batang tanaman pada ajir dan tangkai buah pada palang. b. Memangkas dan membuang cabang-cabang yang tidak produktif dan tidak dikehendaki. B. Tujuan a. Tanaman tumbuh mengikuti ajir yang telah dipasang. b. Buah tergantung dengan kuat pada palang dan tidak bersentuhan dengan tanah. c. Menjamin pertumbuhan tanaman sehingga proses produksi berlangsung maksimal dan mengurangi kelembaban dalam tajuk tanaman sehingga akan mengurangi resiko terjadinya serangan hama dan penyakit. d. Merangsang tumbuhnya tunas-tunas produktif. C. Validasi Pengalaman petani, petugas, pelaku agribisnis dan hasil penelitian D. Alat dan bahan a. Tali rafia b. Gunting pangkas

IV-3 III3

V-1 V-1

Standar Prosedur Operasional Pengikatan dan Pemangkasan

Nomor SPO Melon V Halaman 2/3

Tanggal Agustus 2006 Revisi

Standar Prosedur Operasional Pengikatan dan Pemangkasan

Nomor SPO Melon V Halaman 3/3

Tanggal Agustus 2006 Revisi

c. Kantong plastik d. Kantong brongsong buah E. Fungsi a. Tali rafia, untuk mengikat batang tanaman pada ajir dan tangkai buah pada palang. b. Gunting pangkas, untuk memotong tangkai buah yang tidak dikehendaki. c. Kantong plastik, untuk menampung sampah. d. Kantong brongsong buah, untuk melindungi buah dari serangan hama (lalat buah) E. Prosedur pelaksanaan a. Setelah tanaman berumur 12 hari atau setelah memiliki 5 daun, batang tanaman mulai diikat dengan rafia pada ajir supaya tanaman merambat pada ajir tersebut. Pengikatan ini dilakukan setiap 3 atau 4 hari sekali sampai ikatan mencapai ujung ajir. b. Sampai dengan ruas ke-8 dan di atas ruas ke-11, cabang atau ranting yang tumbuh harus dipangkas. c. Cabang pada ruas ke 9 11 dibiarkan tumbuh sebagai tempat tumbuhnya calon buah yang akan dibesarkan dengan menyisakan 1 helai daun.

d. Setelah buah dari cabang 9 11 tumbuh sebesar bola pingpong, dipilih satu buah yang paling baik (tidak cacat, bentuknya lonjong) untuk terus dipelihara sampai besar, sedangkan cabang lainnya dipotong disisakan 1 helai daun. e. Setelah buah terpilih, pada saat itu juga dilakukan pengikatan buah (gantung buah) untuk menghindari patahnya tangkai buah. Serta dilakukan pembrongsongan untuk menghindari kontak dengan tanah, mencegah serangan lalat buah dan menjaga kualitas buah. f. Setelah calon buah yang akan dibesarkan terpilih, ujung batang utama dipotong (toping) dengan menyisakan 30 - 35 daun. g. Bekas pangkasan dikumpulkan dengan kantong plastik yang telah disiapkan kemudian ditimbun dalam tanah.

V-2 V-2

V-3 V-3

Standar Prosedur Operasional Sanitasi Kebun VI.Sanitasi Kebun

Nomor SPO Melon VI Halaman 1/2

Tanggal Agustus 2006 Revisi

Standar Prosedur Operasional Sanitasi Kebun

Nomor SPO Melon VI Halaman 2/2

Tanggal Agustus 2006 Revisi

A. Definisi Kegiatan menjaga kebersihan kebun dengan cara membersihkan areal pertanaman dari gulma, daundaun, ranting bekas pangkasan dan buah-buah yang busuk/rontok maupun sampah. B. Tujuan Menjamin proses produksi berlangsung secara maksimal dengan menekan resiko serangan organisme pengganggu tanaman serta menekan persaingan untuk mendapatkan tempat tumbuh, sinar matahari dan unsur hara. C. Validasi Pengalaman petani, petugas, pelaku agribisnis dan hasil penelitian D. Alat dan bahan a. Kored b. Cangkul c. Gunting pangkas d. Kantong plastik E. Fungsi a. Kored, untuk membersihkan gulma .

b. Cangkul, untuk membersihkan gulma dan membuat lubang tempat sampah. c. Gunting pangkas untuk memangkas cabang, daun dan buah yang tidak dikehendaki. d. Kantong plastik, untuk mengumpulkan sampah. F. Prosedur pelaksanaan a. Pengendalian gulma dilakukan pada saat gulma mulai tumbuh. Gulma yang tumbuh di sepanjang parit di luar lubang tanam dibersihkan dengan kored, cangkul atau secara manual (tangan) minimal seminggu sekali. b. Pembersihan gulma pada lubang tanam dilakukan secara manual dan intensif, minimal 3 hari sekali. c. Kebersihan kebun i. Membuang kotoran-kotoran, daun-daun, ranting dan cabang bekas pangkasan. ii. Pangkas daun, ranting dan buah-buah yang busuk dan rontok yang sakit atau yang menunjukkan tanda-tanda terserang hama dan penyakit. iii. Bekas pangkasan dikumpulkan di suatu tempat yang telah disiapkan kemudian ditimbun dalam tanah atau dibakar. iv. Semua peralatan setelah digunakan harus dicuci sampai bersih, dikeringkan kemudian disimpan.

VI-1 V-4

VI-2 V-5

Standar Prosedur Nomor Operasional SPO Melon VII Halaman Pemupukan 1/4 (Pupuk Susulan) VII.Pemupukan (Pupuk Susulan)

Tanggal Agustus 2006 Revisi

Standar Prosedur Nomor Operasional SPO Melon VII Halaman Pemupukan 2/4 (Pupuk Susulan) k. Topi l. Sarung tangan

Tanggal Agustus 2006 Revisi

A. Definisi Memberikan unsur hara tambahan atau susulan pada tanaman. B. Tujuan Memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman untuk menjamin pertumbuhan tanaman secara optimal dan menghasilkan produksi dengan mutu yang baik. C. Validasi Pengalaman petani, petugas, pelaku agribisnis dan hasil penelitian D. Alat dan bahan a. Pupuk anorganik : NPK (16:16:16) dosis 800 kg/ha, KNO3 40 kg/ha, pupuk daun 3 liter/ha. b. Air c. Pompa sprayer d. Ember/drum e. Gelas ukur f. Perekat dan perata g. Masker h. Kacamata i. Hand sprayer j. Tongkat pengaduk VII-1 V1

E. Fungsi a. Pupuk anorganik untuk menambah unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman sesuai kebutuhannya. b. Air untuk melarutkan pupuk dan proses metabolisme tanaman c. Pompa sprayer, untuk menyemprotkan pupuk cair melalui daun. d. Ember/drum, wadah untuk melarutkan pupuk e. Gelas ukur, untuk menakar dosis pupuk. f. Perekat dan perata, untuk merekatkan dan meratakan larutan pupuk di permukaan daun. g. Masker, untuk melindungi alat pernafasan h. Kacamata, untuk melindungi mata i. Hand sprayer, untuk menyemprotkan pupuk. j. Tongkat pengaduk, untuk mengaduk larutan pupuk. k. Topi, untuk melindungi kepala. l. Sarung tangan, untuk melindungi tangan. F. Prosedur pelaksanaan: a. Pemupukan susulan I (7 HST) berupa pupuk NPK konsentrasi 20 gram/liter sebanyak 200 ml larutan pupuk/ tanaman.

VII-2 V2

Standar Prosedur Nomor Operasional SPO Melon VII Halaman Pemupukan 3/4 (Pupuk Susulan)

Tanggal Agustus 2006 Revisi

Standar Prosedur Operasional Pemupukan (Pupuk Susulan)

Nomor SPO Melon VII Halaman 4/4

Tanggal Agustus 2006 Revisi

b. Pemupukan susulan II (14 HST) berupa pupuk NPK konsentrasi 40 gram/liter sebanyak 200 ml larutan pupuk/ tanaman. c. Pemupukan susulan III (21 HST/menjelang pembungaan) berupa pupuk NPK konsentrasi 40-50 gram/liter sebanyak 200 ml larutan pupuk/ tanaman. d. Pemupukan susulan IV (28 HST/setelah pembungaan) berupa pupuk NPK konsentrasi 40 gram/liter sebanyak 200 ml larutan pupuk/ tanaman. e. Pupuk susulan V (35 HST/ setelah seleksi buah) berupa pupuk NPK konsentrasi 40 gram/liter sebanyak 200 ml larutan pupuk/ tanaman. f. Pupuk susulan VI (40 HST) berupa pupuk NPK konsentrasi 40 gram/liter sebanyak 200 ml larutan pupuk/ tanaman. g. Pupuk susulan VII (50 HST) berupa pupuk KNO3 konsentrasi 15 gram/liter sebanyak 200 ml larutan pupuk/ tanaman. h. Pupuk susulan diberikan dengan cara dilarutkan dalam air dan disiramkan di sekitar tanaman. i. Pupuk daun diberikan dengan cara disemprotkan melalui daun. .Pupuk daun diberikan pada musim kemarau, sedangkan pada musim hujan tidak diberikan karena dapat merangsang tumbuhnya jamur.

Frekuensi pemberian satu kali dalam seminggu (tergantung kondisi tanaman). Dosis 2 cc/liter. j. Untuk mendapatkan kebutuhan pupuk (jenis maupun dosis) yang tepat sesuai kondisi setempat sebaiknya dilakukan analisa hara tanah maupun jaringan tanaman.

V3 VII-3

V4 VII-4

Nomor SPO Melon VIII Halaman Pengendalian OPT 1/20 VIII. Pengendalian OPT

Standar Prosedur Operasional

Tanggal Agustus 2006 Revisi

Nomor SPO Melon VIII Halaman Pengendalian OPT 2/20

Standar Prosedur Operasional

Tanggal Agustus 2006 Revisi

A. Definisi Tindakan yang dilaksanakan untuk mencegah kerugian pada budidaya tanaman yang diakibatkan oleh OPT (hama, patogen dan gulma) dengan cara memadukan satu atau lebih teknik pengendalian yang dikembangkan dalam satu kesatuan. B. Tujuan Mengendalikan OPT untuk menghindari kerugian ekonomi berupa kehilangan hasil (kuantitas) dan penurunan mutu (kualitas) produk. C. Validasi Pengalaman petani, petugas, pelaku agribisnis, hasil penelitian dan pedoman pengendalian hama terpadu. D. Alat dan bahan a. Sprayer (aplikator) b. Bahan pengendali OPT (pestisida, agensi hayati) c. Bahan perekat d. Bahan perata e. Air f. Alat pengaduk g. Takaran (gelas ukur) h. Sarung tangan/masker/kacamata/topi/sepatu boot

i. Perangkap OPT terdiri dari : Botol bekas air kemasan/toples plastik, kapas, methyl eugenol, perangkap kuning (yellow trap) atau Brongsong. j. Ember/drum, wadah untuk melarutkan bahan pestisida. E. Fungsi a. Sprayer, untuk menyemprotkan bahan pengendali ke tanaman. b. Bahan pengendali OPT (pestisida, agensia hayati), untuk mengendalikan OPT. c. Bahan perekat, untuk merekatkan pestisida pada tanaman agar tidak mudah tercuci oleh air/hujan. d. Bahan perata berfungsi agar pestisida dapat membasahi seluruh permukaan tanaman yang disemprot. e. Air, untuk bahan mencampur/melarutkan pestisida f. Alat pengaduk, untuk mengaduk pestisida dan air. g. Takaran (gelas ukur) untuk menakar pestisida. h. Sarung tangan/Masker/Kacamata/Topi/Sepatu boot/ Baju dan celana panjang, untuk melindungi tubuh ( tangan, muka, mulut, hidung mata, kepala dan kaki) dari kontaminasi pestisida. i. Perangkap OPT, untuk melindungi buah dari serangan lalat buah. j. Ember/drum, untuk melarutkan pestisida.

VIII-1 V5

VIII-2 V6

Nomor SPO Melon VIII Halaman Pengendalian OPT 3/20

Standar Prosedur Operasional

Tanggal Agustus 2006 Revisi

Nomor SPO Melon VIII Halaman Pengendalian OPT 4/20

Standar Prosedur Operasional

Tanggal Agustus 2006 Revisi

F. Prosedur pelaksanaan a. Melakukan pengamatan tanaman secara rutin dan mengutamakan pengendalian secara mekanis (tanaman yang terserang dimusnahkan dengan cara dibakar/dikubur). b. Apabila tanaman terserang hama atau penyakit dan pengendalian dengan cara lain sudah tidak memungkinkan maka dilakukan prosedur pengendalian dengan cara penyemprotan pestisida secara selektif. c. Penyemprotan harus dihentikan minimal 2 minggu sebelum panen. d. Pencampuran pestisida dengan air dilakukan secara hati-hati dan tidak menyebabkan pencemaran lingkungan. e. Penyemprotan pestisida harus memperhatikan arah angin dan waktu pelaksanaannya pagi hari setelah embun hilang. f. Pestisida yang tidak habis dan botol atau kaleng bekas wadah harus dimusnahkan di tempat pembuangan limbah atau dikubur ke dalam tanah yang jauh dari sumber air. g. Peralatan setelah dipergunakan segera dicuci dan limbah pencucian dibuang ke dalam bak peresapan dan tidak boleh mencemari sumber air.

h. Pekerja yang melakukan penyemprotan sebaiknya sudah pernah mendapatkan pelatihan mengenai tata cara penggunaan alat semprot atau sudah berpengalaman. i. Pekerja yang melakukan penyemprotan dilengkapi dengan peralatan khusus sebagai pelindung tubuh seperti sarung tangan, masker, kacamata, topi, sepatu boot, baju dan celana panjang j. Pekerja yang sedang melakukan penyemprotan pestisida, dilarang makan, minum dan merokok. k. Selesai melakukan penyemprotan, petugas harus segera membersihkan seluruh badan dengan sabun dan air bersih. 1. Pengendalian Hama a. Lalat buah Gejala : Buah yang terserang berwarna kehitaman dan keras. Timbul bercak bulat membusuk dan berlubang kecil. Buah akan rusak dan rontok. Penyebab : Bactrocera cucurbitae Coquilett Pengendalian : i. Cara kultur teknis - Melakukan sanitasi lingkungan, mengumpulkan buah yang terserang, baik yang jatuh maupun yang masih di pohon kemudian musnahkan dengan VIII-4 V8

V7 VIII-3

Nomor SPO Melon VIII Halaman Pengendalian OPT 5/20

Standar Prosedur Operasional

Tanggal Agustus 2006 Revisi

Nomor SPO Melon VIII Halaman Pengendalian OPT 6/20

Standar Prosedur Operasional

Tanggal Agustus 2006 Revisi

cara: 1). Masukkan buah yang terserang ke dalam kantong plastik, ikat rapat sehingga larva/lalat tidak bisa keluar, atau 2). Kubur ke dalam tanah sedalam + 1 m untuk memastikan bahwa larva tidak berkembang menjadi pupa. - Menanam selasih di sekililing kebun sebagai tanaman perangkap. ii. Cara fisik/mekanik - Pembungkusan buah dengan kertas/kantong plastik. - Penggunaan perangkap atraktan (bahan pemikat lalat buah) dalam perangkap yang terbuat dari toples plastik atau botol plastik bekas air minum. Bahan atraktannya adalah metil eugenol, protein hidrolisa atau selasih. - Pemasangan kapur barus untuk mengusir lalat buah dengan cara menggantungkan 3 bungkus setiap bedeng. Gambar 2. Perangkap Lalat Buah b. Thrips Gejala : Daun muda atau tunas menjadi keriting, tanaman menjadi kerdil. Serangannya ditemui di tunas, daun, bunga dan buah. Serangga menghisap cairan daun dan bersembunyi di celah celah daun pucuk yang belum terbuka. Hama aktif menyerang pada pagi hari atau senja. Serangan hama ini sangat tinggi pada musim kemarau. Penyebabnya : Thrips parvispinus Karny. Pengendalian : i. Cara kultur teknis Melakukan sanitasi lingkungan dengan memusnahkan sisa-sisa tanaman dan inang lain di sekitar tanaman. VIII-5 V9 VIII-6 V10

Nomor SPO Melon VIII Halaman Pengendalian OPT 7/20

Standar Prosedur Operasional

Tanggal Agustus 2006 Revisi

Nomor SPO Melon VIII Halaman Pengendalian OPT 8/20

Standar Prosedur Operasional

Tanggal Agustus 2006 Revisi

ii. Cara fisik/mekanis Memangkas bagian tanaman yang terserang kemudian dibakar menjauhi areal. iii. Cara kimiawi Penggunaan insektisida berbahan aktif dimetoate 400 g/l, sipermetrin 30,36 g/l, tetasipaermetrin 30 g/l. c. Kutu Daun Gejala : Daun tanaman menggulung dan pucuk tanaman menjadi keriting akibat cairan daunnya dihisap hama. Ciri lain yaitu terdapat getah cairan yang mengandung madu dan dari kejauhan terlihat mengkilap, pada tanaman banyak dijumpai semut hitam. Penyebab : Kutu aphids (Aphis gossypii Glover). Pengendalian : i. Cara kultur teknis - Sanitasi kebun dengan membersihkan gulma di sekitar pertanaman. - Daun yang terserang hama dipangkas, kemudian dimusnahkan dengan cara dibakar.

- Tidak menggunakan pupuk nitrogen secara berlebihan. ii. Cara kimiawi Menyemprot dengan insektisida berbahan aktif tetasipermetrin 30,36 g/l terutama pada bagian pucuk tanaman. d. Kumbang daun Gejala : Terdapat luka bekas serangan berupa keratan konsentris pada daun. Pada stadia larva, hama menyerang jaringan perakaran sampai pangkal batang. Kerusakan pada akar atau pangkal batang dapat menyebabkan tanaman menjadi layu. Penyebab : Aulacophora femoralis Motschulsky Pengendalian : i. Cara kultur teknis - Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang tidak satu famili dengan Cucurbitaceae. - Sanitasi kebun dengan membersihkan gulma di sekitar pertanaman.

VIII-7 V11

VIII-8 V12

Nomor SPO Melon VIII Halaman Pengendalian OPT 9/20

Standar Prosedur Operasional

Tanggal Agustus 2006 Revisi

Nomor SPO Melon VIII Halaman Pengendalian OPT 10/20

Standar Prosedur Operasional

Tanggal Agustus 2006 Revisi

- Pengolahan tanah harus sempurna sehingga mematikan kumpulan telur atau pupa hama yang masih terdapat dalam tanah. - Penyekatan lahan dengan plastik transparan/klambu nyamuk. ii. Cara fisik/mekanis Tanaman yang terserang berat dicabut, kemudian dibakar. iii. Cara kimiawi Penyemprotan dengan insektisida berbahan aktif profenofos, diafentiuron, metidation e. Ulat perusak daun Gelaja : Daun daun tanaman yang terserang menjadi meranggas hingga tinggal tulang daunnya. Bahkan jika tanaman sudah berbuah ulat ini menggerogoti kulit buah. Kadangkadang merusak bunga sehingga menggagalkan pembentukan buah. Penyebab : Palpita sp. dan Spodoptera litura.

Pengendalian : i. Cara kultur teknis a. Pemangkasan cabang cabang sekunder sehingga hanya batang utama yang dipelihara. Dengan pemangkasan ini, aerasi di lingkungan tanaman menjadi lancar dan serangan ulat menjadi lebih mudah terkendali. b. Pemasangan lampu perangkap agar serangga tidak sampai berkembangbiak. ii. Cara fisik/mekanis Penangkapan lalat buah dengan alat perangkap (sex pheromone) yang diberi methyl eugenol untuk Spodoptera litura (caranya sama dengan pengendalian hama lalat buah). iii. Cara kimiawi Pengendalian dengan menggunakan insektisida berbahan aktif betasiflutrin 25 gram/l. f. Tungau Gejala : Pada daun terdapat luka nekrotis berupa titik-titik kuning yang makin lama menghitam kemudian daun yang terserang melengkung dan terpelintir.

VIII-9 V13

VIII-10 V14

Nomor SPO Melon VIII Halaman Pengendalian OPT 11/20

Standar Prosedur Operasional

Tanggal Agustus 2006 Revisi

Nomor SPO Melon VIII Halaman Pengendalian OPT 12/20

Standar Prosedur Operasional

Tanggal Agustus 2006 Revisi

Pada bagian bawah daun yang terserang akan terlihat sekumpulan hama yang tampak seperti titik titik merah dan kuning. Penyebab : Tetranycus cinnabarinus boisduval Pengendalian : i. Cara kultur teknis Sanitasi kebun dengan membersihkan gulma di sekitar pertanaman. ii. Cara fisik/mekanis Tanaman yang terserang berat dicabut dan dibakar. iii. Cara kimiawi Penggunaan akarisida berbahan aktif propargit. 2. Pengendalian Penyakit a. Virus kuning Gejala : Daun menunjukkan adanya bercak kuning dan beberapa daun menjadi keriting. Virus dapat ditularkan melalui benih, alat pertanian dan kupu-kupu merupakan serangga vektor bagi virus. Pada serangan berat, perkembangan buah akan lambat sehingga buah yang dihasilkan tidak sempurna, terutama pada bentuk buah dan rasanya. Penyebab : virus Gemini

Pengendalian : i. Cara kultur teknis a. Penggunaan varietas tahan b. Sanitasi lingkungan dengan membersihkan gulma di sekitar tanaman. ii. Cara fisik/mekanis Sanitasi kebun dengan membersihkan gulma di sekitar pertanaman. iii. Cara biologi Mengendalikan serangga penular dengan agensia hayati, pestisida nabati secara berkala. iv. Cara kimiawi Menggunakan insektisida kimia yang efektif berbahan aktif tiametoksan 25 %. b. Layu Bakteri Gejala : perubahan warna pada daun muda menjadi coklat tua dan pada akhirnya mengering. Pada serangan lebih lanjut dapat menurunkan produksi/gagal panen. Penyebab : Pseudomonas sp. Pengendalian : i. Cara fisik/mekanis VIII-12 V16

VIII-11 V15

Nomor SPO Melon VIII Halaman Pengendalian OPT 13/20

Standar Prosedur Operasional

Tanggal Agustus 2006 Revisi

Nomor SPO Melon VIII Halaman Pengendalian OPT 14/20

Standar Prosedur Operasional

Tanggal Agustus 2006 Revisi

a. Sanitasi dan kebersihan kebun. b. Tanaman terserang dimusnahkan/dibakar. ii. Cara kimiawi Merendam benih dengan larutan Agrymicin 1-2 gram/liter air selama 6-8 jam atau pada pertanaman dengan fungisida berbahan aktif mancozeb 80 %. c. Layu Fusarium Gejala : pada tanaman muda/pesemaian dapat menyebabkan tanaman busuk atau tumbuh kerdil. Pada tanaman dewasa daun menjadi pucat, bagian atas tanaman layu dan sediki demi sedikit menjadi layu keseluruhan dan mati. Batang menjadi nekrotik/retak dan mengeluarkan cairan bewarna coklat. Penyebab : cendawan Fusarium oxysporum. Pengendalian : i. Cara kultur teknis a. Pergiliran tanaman dengan yang tidak rentan atau tanam pada lahan baru. b. Pengaturan jarak tanam yang tepat (50 cm x 50 cm) atau (60 cm x 60 cm).

ii. Cara fisik/mekanis Pembersihan eradikasi tanaman sakit dan dimusnahkan. iii. Cara Biologi Pengendalian secara preventif dan berkala dengan agensia hayati cendawan antagonis Trichoderma sp. atau Gliocladium sp. iv. Cara kimiawi Perlakuan dengan fungisida berbahan aktif Mancozeb 80 % dan Klorotalonil 75 %. d. Antraknosa Gejala : Pada daun, batang muda, bunga dan buah terdapat bercak-bercak berwarna coklat kelabu sampai kehitaman yang sedikit demi sedikit melekuk dan bersatu. Jaringan tanaman yang terdapat di bawahnya juga membusuk. Penyebab : Collectotrichum lagenarium (Pass) Ell. Et Halst. Pengendalian : i. Pengaturan jarak tanam yang tepat (45 cm x 60 cm, 50 cm x 60 cm atau 60 cm x 70 cm) ii. Perendaman benih dengan fungisida berbahan aktif azoksisitrobin 250 g/l atau propineb 70%.

V17 VIII-13

V18 VIII-14

Nomor SPO Melon VIII Halaman Pengendalian OPT 15/20

Standar Prosedur Operasional

Tanggal Agustus 2006 Revisi

Nomor SPO Melon VIII Halaman Pengendalian OPT 16/20

Standar Prosedur Operasional

Tanggal Agustus 2006 Revisi

iii. Pembersihan bagian-bagian tanaman yang mati. iv. Tidak semua orang diijinkan masuk ke kebun untuk antisipasi penularan jamur. e. Penyakit busuk buah Gejala : serangan pada batang ditandai dengan bercak coklat kebasahan yang memanjang. Serangan serius dapat menyebabkan tanaman mati layu. Daun yang terserang seperti tersiram air panas kemudian meluas. Serangan pada buah ditandai dengan bercak kebasah-basahan yang menjadi coklat kehitaman dan lunak. Makin lama bercak menjadi berkerut dan mengendap. Pada bagian buah yang busuk diselimuti kumpulan cendawan putih. Penyebab : Phytophthora nicotianae B. de haan var parastica (Dast). Pengendalian : i. Pemangkasan daun atau cabang yang berlebihan untuk mengurangi kelembaban di sekitar tanah. ii. Rotasi tanaman dengan tanaman yang bukan sefamili dengan melon.

iii. Mencabut tanaman yang terserang kemudian dibakar. iv. Tidak semua orang diijinkan masuk ke kebun untuk antisipasi penularan jamur. f. Embun bulu (downy mildew) Gejala : Serangan dimulai dengan adanya bercak-bercak berwarna kuning muda yang dibatasi oleh urat-urat daun sehingga terkesan menjadi bercak bersudut. Semakin lama bercak berubah warna menjadi kecoklatan. Apabila daun dibalik maka akan terlihat kumpulan konidia dan kondiofor cendawan berwarna kelabu. Penyebab : Pseudoperenospora cubensis Barkely et Curtis. Pengendalian : i. Pemilihan lokasi penanaman yang jauh dari tanaman yang sefamili. ii. Daun yang terserang segera dipotong atau dipangkas kemudian dibakar. iii. Penyemprotan fungisida berbahan aktif Simoksanil atau mancozeb. iv. Tidak semua orang diijinkan masuk ke kebun untuk antisipasi penularan jamur.

VIII-15 V19

VIII-16 V20

Nomor SPO Melon VIII Halaman Pengendalian OPT 17/20

Standar Prosedur Operasional

Tanggal Agustus 2006 Revisi

Nomor SPO Melon VIII Halaman Pengendalian OPT 18/20

Standar Prosedur Operasional

Tanggal Agustus 2006 Revisi

g. Busuk pangkal batang (gummy stem blight) Gejala : pangkal batang yang terserang mulamula seperti tercelup minyak kemudian keluar lendir berwarna merah coklat. Tahap berikutnya tanaman layu dan mati. Daun tanaman yang terserang akan mengering, apabila diremas seperti kerupuk dan berbunyi kresek-kresek jika diterpa angin. Penyebab : Mycosphaerella melonis Passerini Pengendalian : i. Sanitasi dan kebersihan kebun ii. Tanaman yang terserang dimusnahkan dengan cara dibakar iii. Penyemprotan fungisida berbahan aktif Cu, thiram atau mancozeb. iv. Tidak semua orang diijinkan masuk ke kebun untuk antisipasi penularan jamur. 3. Penanggulangan Defisiensi Unsur Hara Defisiensi unsur hara dikenal sebagai penyakit fisiologis merupakan penyakit yang muncul karena kekurangan salah satu atau lebih unsur hara. Untuk mengetahui adanya gejala ini harus dilakukan pengamatan dan analisa secara cermat.

Penyakit fisiologis yang paling banyak ditemukan pada tanaman melon di Indonesia adalah defisiensi unsur hara boron, kalium. a. Defisiensi unsur boron Gejala : tanaman tumbuh kerdil dengan ruasruas yang pendek. Batang tanaman kaku dan terdapat beberapa luka/retakan yang mengeluarkan lendir coklat kekuningan. Batang ini mudah sekali patah. Jika gejala berlanjut hingga tanaman dewasa maka tanaman sulit menghasilkan buah. Apabila buah terbentuk pun bentuknya abnormal. Pengendalian : i. Pemupukan unsur mikro yang mengandung unsur boron seperti borate atau fertibor dosis 2 g/tanaman. ii. Penyemprotan pupuk daun yang mengandung unsur mikro boron seperti multimicro (B 0,3%) atau CaB (B 2%) dosis 1 2 ml/l mulai umur 10 minggu dan diulang 10 hari sampai 3 kali aplikasi. b. Defisiensi unsur kalium Gejala : terdapat perubahan tepi daun dari warna hijau menjadi kuning muda. Semakin lama, warna kuning berubah menjadi kecoklatan dan salah satu sisinya robek maki VIII-18 V22

VIII-17 V21

Nomor SPO Melon VIII Halaman Pengendalian OPT 19/20

Standar Prosedur Operasional

Tanggal Agustus 2006 Revisi

Nomor SPO Melon VIII Halaman Pengendalian OPT 20/20

Standar Prosedur Operasional

Tanggal Agustus 2006 Revisi

lama seolah-olah membentuk gerigi pada tepi daun tersebut. Tanaman yang kekurangan kalium mempunyai daya tahan yang rendah terhadap serangan hama dan penyakit. Selain itu, rasa buah menjadi kurang manis dan biasanya tanaman tidak tahan kekeringan. Pengendalian : i. Komposisi pemupukan unsur hara makro NPK harus tepat dan seimbang. ii. Penambahan pupuk susulan berupa KNO3 dosis 5 g/l. iii. Penyemprotan pupuk daun yang mengandung unsur kalium tinggi seperti Complesal merah (K2O 15%) dosis 2 g/l. c. Defisiensi unsur Magnesium Gejala : kekurangan megnesium terlihat pada daun tua. Di antara tulang daun terlihat klorosis, warna daun menguning dan terdapat bercakbercak merah kecoklatan sedangkan tulang daun tetap berwarna hijau. Pengendalian : i. Pengapuran dengan dolomit (CaCO3MgCO3) dosis 1,5 2 ton/ha

ii. Penyemprotan pupuk daun yang mengandung unsur magnesium seperti multimicro (Mg 3,4%) dosis 2 ml/l atau complesal merah (MgO 1,4%) dosis 2 g/l.

V23 VIII-19

V24 VIII-20

Standar Prosedur Operasional Panen IX. Panen

Nomor SPO Melon IX Halaman 1/3

Tanggal Agustus 2006 Revisi

Standar Prosedur Operasional Panen

Nomor SPO Melon IX Halaman 2/3

Tanggal Agustus 2006 Revisi

A. Definisi Kegiatan memetik buah yang telah siap panen atau mencapai kematangan fisiologis sesuai persyaratan yang telah ditentukan. B. Tujuan Memperoleh hasil sesuai dengan tingkat kematangan buah. C. Validasi Pengalaman petani, petugas, pelaku agribisnis dan hasil penelitian. D. Alat dan bahan a. Gunting b. Keranjang c. Terpal plastik d. Jerami E. Fungsi a. Gunting, untuk memotong tangkai buah. b. Keranjang, untuk wadah buah yang telah dipanen. c. Terpal plastik, untuk pelindung buah dari sinar matahari. d. Jerami, untuk alas buah setelah dipanen.

F. Prosedur pelaksanaan a. Penentuan saat panen Penentuan saat panen dapat dilakukan dengan cara mengamati penampakan fisik buah dan umur tanaman : i. Jaring atau net pada kulit buah telah terbentuk dengan sempurna,tebal dan merata. ii. Adanya retakan yang terjadi pada pangkal tangkai buah. iii. Terjadi perubahan warna kulit buah, misalnya dari hijau tua menjadi kekuningan. iv. Kulit buah terasa halus tidak berbulu. v. Munculnya aroma buah melon yang khas. vi. Daun bendera berwarna kekuningan vii. Pada melon berdaging putih panen dilakukan pada umur 35 hari setelah pembungaan sedangkan pada melon berdaging merah pada umur 40 hari setelah pembungaan. viii. Pengambilan sample untuk test rasa dan kadar gula. b. Waktu dan Cara Panen Prosedur pelaksanaannya: i. Panen pertama dilakukan terhadap buah yang sudah benar-benar siap panen, sedangkan sisanya dipanen pada tahap berikutnya.

IX-1 3

4 IX-2

Standar Prosedur Operasional Panen

Nomor SPO Melon IX Halaman 3/3

Tanggal Agustus 2006 Revisi

Standar Prosedur Operasional Penanganan Pasca Panen

Nomor SPO Melon X Halaman 1/5

Tanggal Agustus 2006 Revisi

ii. Tangkai buah dipotong dengan gunting disisakan 2 3 cm atau membentuk huruf T dan diletakkan miring agar getah tidak menetes di buah. iii. Pemotongan tangkai buah dilakukan secara hati-hati agar buah tidak rusak. iv. Buah yang telah dipanen dikumpulkan di keranjang, diberi alas dan diletakkan di tempat yang diberi peneduh berupa terpal plastik. v. Penumpukan buah dilakukan secara hati-hati, maksimum 7 tumpukan dan setiap lapis diberi pelapis misalnya jerami, kertas atau koran bekas untuk menghindari kerusakan kulit buah. vi. Selesai panen buah secepatnya dipindahkan ke tempat penampungan buah. vii. Tanaman yang sudah dipanen segera dibongkar dan dibuang di tempat yang jauh dari areal penanaman.

X. Penanganan Pasca Panen A. Definisi Kegiatan sortasi, pengkelasan, pengemasan dan penyimpanan buah berdasarkan ukuran dan standar mutu yang telah ditentukan. B. Tujuan Menghasilkan buah dengan standar mutu yang baik dan seragam. C. Validasi Pengalaman petani, petugas, pelaku agribisnis dan hasil penelitian. D. Alat dan Bahan a. Kain lap b. Sarung tangan c. Timbangan d. Lakban e. Keranjang buah f. Stiker g. Kemasan kotak karton h. Jaring/net plastik i. Gudang

5 IX-3

X-1 6

Standar Prosedur Operasional Penanganan Pasca Panen

Nomor SPO Melon X Halaman 2/5

Tanggal Agustus 2006 Revisi

Standar Prosedur Operasional Penanganan Pasca Panen

Nomor SPO Melon X Halaman 3/5

Tanggal Agustus 2006 Revisi

E. Fungsi a. Kain lap, untuk membersihkan kotoran pada kulit buah. b. Sarung tangan, untuk melindungi pekerja dan melindungi buah dari kerusakan. c. Timbangan, untuk menimbang buah. d. Lakban, untuk menutup kemasan kotak karton. e. Stiker, untuk tanda pengenal pada buah. f. Kemasan kotak karton, untuk kemasan buah sesuai ukuran. g. Jaring/net plastik, untuk alat pengemasan buah. h. Gudang, untuk tempat penyimpanan buah. F. Prosedur Pelaksanaan 1. Sortasi dan Pengkelasan Buah a. Di tempat penampungan dilakukan penyortiran buah. Dipilih buah yang mulus, jaring tebal dan merata, bentuknya normal, tidak luka, tidak terserang penyakit, tidak ada cacat fisik maupun mikrobiologis, tidak ada noda getah, tidak ada bintik-bintik kehitaman, tidak ada noda kudis (scab), tidak ada luka memar. b. Setelah buah disortir kemudian ditimbang dan dilakukan pengkelasan berdasarkan berat buah dan penampakan fisik. i. Kelas A berat >1.6 kg

ii. Kelas B berat 1 1,5 kg. iii. Kelas C berat < 1 kg, iv. Off grade, buah muda, terlalu matang, memar, cacat dan di luar kelas. c. Para penyortir dan pegawai harus menggunakan sarung tangan dari kain rajut/katun supaya tidak mengotori dan/atau merusak buah. d. Buah yang sudah ditimbang kemudian dibersihkan dengan kain lap, ditempeli sticker dan siap untuk dikemas, disimpan dalam gudang atau didistribusikan. 2. Pengemasan buah a. Buah dimasukkan ke dalam kemasan dari kertas karton yang mempunyai sekat, lubang ventilasi dan dasarnya diberi potongan-potongan kertas. b. Dalam satu kemasan hanya berisi buah dengan kelas yang sama. c. Kemasan harus bersih dan bebas dari semua benda asing. d. Setiap kemasan harus diberi label dari bahan yang tidak beracun (tinta dan lemnya) yang menerangkan: i. Identifikasi produk (nama, asal dan kode produsen yang telah diketahui).

7 X-2

8 X-3

Standar Prosedur Operasional Penanganan Pasca Panen

Nomor SPO Melon X Halaman 4/5

Tanggal Agustus 2006 Revisi

ii. Asal produk (nama varietas, tulisan atau gambar melon apabila produk tidak terlihat dari luar). iii. Daerah asal (nama negara, lokasi tumbuh dan nama asal/daerah). iv. Spesifikasi komersial (kelas, ukuran dengan minimum dan maksimum, kode, ukuran, jumlah buah). e. Sebelum kemasan ditutup dan dilakban, di atas buah diberi potongan-potongan kertas f. Buah dapat juga dikemas satu persatu menggunakan jaring/net plastik. 3. Penyimpanan buah a. Gudang yang digunakan harus bersih, kering dan bebas hama, sirkulasi udara lancar. b. Ukuran buah dalam kotak yang terbuat dari kayu sejumlah 10 buah/kotak (ukuran besar) dan 12 buah/kotak (ukuran kecil). Untuk dari karton isinya 4 buah/karton dan dari keranjang plastik isinya 6-8 buah/keranjang. c. Buah ditata rapi, maksimum 7 lapis dan setiap lapis diberi alas jerami, kertas atau koran bekas. d. Buah disimpan tidak lebih dari seminggu.

X-4 9

You might also like