You are on page 1of 19

LAPORAN PRAKTIKUM

REAKSI ACYLASI PEMBUATAN ASETANILIDA


OLEH : KELOMPOK 3
AULIA RAHMAN FADLI RISFIANDI FAKHRI SAPUTRA NISA MULYA REZKY AGUNG. P WASTY RUSJAYA (1107114212) (1107114266) (1107120651) (1107114297) (1107114275) (1107111936)

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2012

ABSTRAK
Asetanilida merupakan senyawa turunan asetil amina aromatis yang digolongkan sebagai amida primer, dimana satu atom hidrogen pada anilin digantikan dengan satu gugus asetil.Asetanilida berbentuk butiran berwarna putih tidak larut dalam minyak parafin dan larut dalam air dengan bantuan kloral anhidrat.Tujuan dari pratikum ini yaitu mempelajari pembuatan turunan amida aromatik melalui reaksi amina aromatik dengan turunan asam karboksilat yaitu anhidra asam dan membuat asetanilida dalam skala laboratorium. Pada pratikum ini 5 ml asam asetat glacial direaksikan dengan 2,9 ml anilin, kemudian ditambahkan asam asetat anhidrat sebanyak 4,8 ml. Selanjutnya larutan di encerkan dengan 75 ml aquadest, sehingga terbentuk kristalin dari produk. Kristal yang terbentuk lalu disaring dengan saringan vakum. Kemudian kristal tak bewarna dikeringkan di udara bebas. Berat kristal yang didapat adalah 5,819 gram. Kristal yang didapat kemudian direkristalisasi dengan melarutkan kristal kedalam 25 ml etanol dan 25 ml air. Kristal yang terbentuk pada proses rekristalisasi disaring lagi dengan vakum dan berat yang didapat adalah 1,063gram . Kata kunci : Anilin, asetanilida, asetat anhidrat, rekristalisasi

ABSTRACT
Acetanylidean aromatic amine compound acetyl derivative is classified as primary amides, which of one hydrogen atom on the aniline was replaced with an acetyl group. Acetanylideshaped white granules are not soluble in paraffin oil and soluble in water with the aid of anhydrous chloral. The purpose of this experiment is learn to make amida aromatic with reaction amina with carboxylate acid is anhidryde acid and making acetanylidein laboratory scale. This experiment is mixing5 ml of glacial acetic acid was reacted with 3 ml of aniline, acetic acid anhydride is then added as much as 3 ml. Furthermore, in dilute solution with 75 ml of distilled water, so that the crystalline form of the product. The crystals are

formed and then filtered with vacuum filter. Nextthe colored crystal was dried in air. Weight crystal obtained is 5.819 grams. The crystals are obtained and then recrystallized by dissolving crystal into 25 ml 25 ml of ethanol and water. The crystals that form on the recrystallization process with vacuum filtered again and gained weight is 0.819 grams.

Keywords: acetic anhydride,aniline, acetanilyde, recrystallized

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Asetanilida ditemukan oleh Friedel Kraft dengan mereaksikan asetofenon dengan NH2OH dengan menggunakan katalis membentuk asetanilida. Backmad pun menemukan asetanilida dari reaksi antara benzilsianida dan H2O dengan katalis HCl. Asetanilida merupakan senyawa amida aromatis atau senyawa turunan asam karboksilat yang dapat dibuat dengan mereaksikan asam karboksilat atau turunannya dengan aniline. Pada saat ini, asetanilida sudah banyak digunakan dalam pembuatan obatobatan, bahan pembantu dalam industry cat, karet, dan bahan intermidiet pada sulfon dan asetanil klorida karena kebutuhan akan asetanilida yang cukup diperlukan sekarang ini, maka diperlukan pembelajaran mengenai reaksi subsitusi nukleofil pada gugus karbonil dan mempraktikan metode pemurnian senyawa organik padat sebagai cara untuk melakukan sintesis asetanilida. 1.2 Tujuan Praktikum 1. Mempelajari pembuatan turunan amida aromatik melalui reaksi amina aromatik dengan turunan asam karboksilat yaitu anhidra asam 2. Membuat asetanilida dalam skala laboratorium.

BAB II LANDASAN TEORI


2.1 Landasan teori 2.1.1 Mekanisme Sintesis Asetanilida Asetanilida (C6H5NHCOCH3) merupakan senyawa turunan asetil amina aromatis yang digolongkan sebagai amida primer dimana satu aton hydrogen pada aniline digantikan dengan satu gugus asetil. Asetanilida memiliki berat molekul 135.16 g/mol. Asetanilida pertama kali ditemukan oleh Friedel Kraft pada tahun 1872 dengan cara mereaksikan asetofenon dengan NH2OH sehingga terbentuk asetophenon oxime yang kemudian dengan menggunakan katalis dapat diubah menjadi asetanilida. Pada tahun 1899, Bacmand menemukan asetanilida dari reaksi antara benzilsianida dan H2O dengan katalis HCl. Asetanilida dapat disintesis secara konvensional dan secara green chemistry.Secara konvensional, asetanilida dapat disintesis dengan mereaksikan aniline dengan asam asetat anhidrid.Sedangkan secara green chemistry, asetanilida dapat disintesis dengan mereaksikan aniline dengan asam asetat glacial. Kelebihan metode green chemistry dibandingkan dengan konvensioanl adalah meminimalis limbah dari produk disebabkan tidak menggunakan asetat anhidrid saat proses sintesis asetanilida. Ada beberapa proses pembuatan asetanilida, yaitu; 1). Pembuatan asetanilida dari asam asetat anhidrid dan aniline Larutan benzene dalam satu bagian anilin dan 1,4 bagian asam asetat anhidrad direfluk dalam sebuah kolom yang dilengkapi dengan jaket sampai tidak ada anilin yang tersisa. 2 C6H5NH2 + ( CH2CO )2O 2C6H5NHCOCH3 + H2O Campuran reaksi disaring, kemudian kristal dipisahkan dari air panasnya dngan pendinginan, sdan filtratnya direcycle kembali. Pemakaian asam asetatanhidrad dapat diganti dengan asetil klorida.

2). Pembuatan asetanilida dari asam asetat dan aniline Metode ini merupakan metode awal yang masih digunakan karena lebih ekonomis.Anilin dan asam asetat berlebih 100 % direaksikan dalam sebuah tangki yang dilengkapi dengan pengaduk. C6H5NH2 + CH3COOH C6H5NHCOCH3 + H2O Reaksi berlangsung selama 6 jam pada suhu 150oC 160oC. Produk dalam keadaan panas dikristalisasi dengan menggunakan kristalizer. 3). Pembuatan asetanilida dari ketene dan aniline Ketene (gas) dicampur kedalam anilin di bawah kondisi yang diperkenankan akan menghasilkan asetanilida. C6H5NH2 + H2C=C=O C6H5NHCOCH3 4). Pembuatan asetanilida dari asam thioasetat dan aniline Asam thioasetat direaksikan dengan anilin dalam keadaan dingin akan menghasilkan asetanilida dengan membebaskan H2S. C6H5NH2 + CH3COSH C6H5NHCOCH3 + H2S Dalam perancangan pabrik asetanilida ini digunakan proses antara asam asetat dengan anilin. Pertimbangan dari pemilihan proses ini adalah; 1. 2. Reaksinya sederhana Tidak menggunakan katalis sehingga tidak memerlukan alat untuk regenerasi katalis dan tidak perlu menambah biaya yang digunakan untuk membeli katalis sehingga biaya produksi lebih murah.

Asetanilida adalah Kristal padat yang berwarna putih dan memiliki titik leleh 1140C.aetanilida larut dalam air panas dan tidak larut dalam air dingin. Ketika dihidrolisis denganasam atau alkali akan kembali kereaktannya, yaitu aniline dan asam asetat. Dari hasil penelitian Radasani, asetanilida yang dihasilkan dengan metode konvesional sebesar 55.66% sedangkan dengan metode green chemistry dihasilkan asetanilida sebesar 79.78%. asetanilida secara luas digunakan untuk kemoterapi sebagai anti pirentik agar temperature badan turun.

2.1.2 Corong Buhcner Corong Buchner adalah sebuah peralatan laboratorium yang digunakan dalam penyaringan vakum. Corong Buhcner biasanya terbuat dari porselen, namun ada juga yang terbuat dari kaca dan plastic.Corong Buhcner digunakan pada umumnya untuk memisahkan senyawa yang berada dalam larutan yang kental.Corong Buhcner digunakan bersamaan dengan kertas saring dan benjana hisap. Prinsip Corong Buhcner adalah menyedot udara di ruang corong agar air dapat menetes sedangkan residu yang tidak terlarut tetap di corong.Bahan penyaring (biasanya kertas saring) diletakkan di atas corong dan dibasahi dengan pelarut untuk mencegah kebocoran pada awal penyaringan. Cairan yang akan dipisahkan disaring ke dalam Corong Buhcner dan dihisap ke dalam benjana hisap dengan pompa vakum. 2.1.3 Syarat-syarat pelarut untuk rekristalisasi Keberhasilan rekristalisasi sangat tergantung pada pelarut yang digunakan. Syarat-syarat pelarut untuk rekristalisasi antara lain : 1. Mempunyai kekuatan yang tinggi untuk melarutkan pada temperature tinggi dan mempunyai kekuatan rendah pada temperature rendah 2. Pelarut tidak menimbulkan reaksi terhadap padatan organic yang dimurnikan 3. Mudah dipisahkan dari Kristal dengan cara penguapan 4. Kelarutan pengotor ke dalam pelarut sangat kecil terutama pada temperature tinggi 5. Murah dan tidak berbahaya. 2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran Kristal Ukuran Kristal yang terbentuk selama proses rekristalisasi tergantung pada dua factor penting, yaitu : 1. Laju pembentukan inti (nukleasi), dapat dinyatakan dengan jumlah inti yang terbentuk dalam satuan waktu. Jika laju inti tinggi, banyak sekali Kristal yang terbentuk tetapi tidak satupun Kristal ini menjadi besar.Laju ini tergantung pada daerah lewat jenuh larutan.

2.

Laju

pertumbuhan

Kristal

merupakan

factor

lainnya

yang

mempengaruhi ukuran Kristal yang terbentuk selama pengendapan berlangsung. Jika laju ini tinggi, Kristal yang terbentuk besarbesar.Laju ini tergantung pada daerah lewat jenuh larutan. 2.2 Kegunaan Produk Asetanilida Asetanilida banyak digunakan dalam industri kimia , antara lain;
a. Sebagai bahan baku pembuatan obat-obatan. b. Sebagai zat awal penbuatan penicilium. c. d. Bahan pembantu dalam industri cat dan karet. Bahan intermediet pada sulfon dan asetilklorid

2.3 Bahan- Bahan yang Digunakan 2.3.1 Asam Asetat Asam asetat, asam etanoat, atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan.Asam cuka memiliki rumus empiris C2H4O2.Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3-COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H.Asam asetat murni (disebut asam asetat glacial) adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik beku 16.70C. Asam asetat bersifat korosif terhadap banyak logam seperti besi, dan seng, membentuk gas hydrogen dan garam-garam asetat (disebut logam asetat).Logam asetat juga dapat diperoleh dengan reaksi asam asetat dengan suatu basa yang cocok.Contoh yang terkenal adalah reaksi soda kue (natrium bikarbonat) bereaksi dengan cuka.Hampir semua garam asetat larut dengan baik dalam air. Asam asetat mengalami reaksi-reaksi asam karboksilat, misalnya menghasilkan garam asetat bila bereaksi dengan alkali, menghasilkan logam etanoat bila bereaksi dengan logam, dan menghasilkan logam etanoat, air dan karbondioksida bila bereaksi dengan garam karbonat atau bikarbonat. Reaksi organik yang paling terkenal dari asam asetat adalah pembentukan etanol melalui reduksi, pembentukan turunan asam karboksilat seperti asetil klorida

atau anhidrat asetat melalui substitusi nukleofilik.Anhidrida asetat dibentuk melalui kondensasi dua molekul asam asetat.Ester dari asam asetat dapat diperoleh melalui reaksi esterifikasi Fischer, dan juga atom hidrogen pada gugus karboksil dalam asam karboksilat seperti asam asetat dapat dilepaskan sebagai ion H+, sehingga memberikan sifat asam. 2.3.2 Anilin Anilin memiliki sifat-sifat kimia sebagai berikut: 1. Halogenasi senyawa anilin dengan brom dalam larutan sangat encer menghasilkan endapan 2, 4, 6 tribromo aniline. 2. Pemanasan aniline hipoklorid dengan senyawa anilin sedikit berlebih pada tekanan sampai 6 atm menghasilkan senyawa diphenylamin. 3. Hidrogenasi katalitik pada fase cair pada suhu 135-1700C dan tekanan 50-500 atm menghasilkan 80% cyclohexamin (C6H11NH2). Sedangkan hidrogenasi anilin pada fase uap dengan menggunakan katalis nikel menghasilkan 95% cyclohexamin. C6H5NH2 + 3H2 C6H11NH2 4. Nitrasi anilin dengan asam nitrat pada suhu 200C menghasilkan mononitroanilin, dan nitrasi anilin dengan nitrogen oksida cair pada suhu 00C menghasilkan 2, 4 dinitrophenol. 2.3.3 Asetat Anhidrat Anhidrida asam asetat, (Nama IUPAC: etanoil etanoat) dan disingkat sebagai Ac2O, adalah salah satu anhidrida asam paling sederhana. Rumus kimianya adalah (CH3CO)2O. Senyawa ini merupakan reagen penting dalam sintesisorganik. Senyawa ini tidak berwarna, dan berbaucuka karena reaksinya dengan kelembapan di udara membentuk asam asetat. Anhidrida asetat dihasilkan melalui reaksi kondensasi asam asetat, sesuai persamaan

Gambar 2.1 reaksi kondensasi asam asetat dari anhidrida asetat

Anhidrida

asetat

mengalami

hidrolisis

pada

suhu

kamar,

membentuk asam asetat. Ini adalah kebalikan dari reaksi kondensasi pembentukan anhidrida asetat (CH3CO)2O + H2O 2CH3COOH Selain itu, senyawa ini juga bereaksi dengan alkohol membentuk sebuah ester dan asam asetat. Contohnya reaksi dengan etanol membentuk etil asetat dan asam asetat. (CH3CO)2O + CH3CH2OH CH3COOCH2CH3 + CH3COOH Anhidrida asetat merupakan senyawa korosif, iritan, dan mudah terbakar. Untuk memadamkan api yang disebabkan anhidrida asetat jangan menggunakan air, karena sifatnya yang reaktif terhadap air. Karbon dioksida adalah pemadam yang disarankan.

BAB III METODOLOGI


3.1 Alat alat yang digunakan 1. Labu didih dasar datar 2. Gelas ukur 5 ml dan 50 ml 3. Gelas piala 250 ml 2 buah 4. Erlenmeyer 250 ml 5. Corong 6. Pompa vakum 7. Pipet tetes 3 buah

3.2 Bahan-bahan yang digunakan 1. Anilin 2. Anhidrida asetat 3. Asam asetat glasial 4. Aquadest 5. Etanol

3.3 Prosedur percobaan 1. 5 ml asam asetat glasial masukkan ke dalam labu didih dasar datar.

2. Tambahkan 2,9 ml anilin ke dalam labu kemudian diikuti dengan asetat anhidrat sebanyak 4,8 ml. Hati-hati, reaksi eksoterm, dilakukan dalam lemari asam. 3. Kemudian diaduk campuran dengan sempurna, biarkan larutan pada suhu kamar selama 5 menit. 4. Setelah itu diencerkan larutan dengan 75 ml aquadest, sehingga terbentuk kristalin dari produk 5. Jika pembentukan kristal telah sempurna, disaring kristal dengan saringan vacum. 6. Dikeringkan kristal tak berwarna dari N-phenyletanamida, di udara bebas. 7. Ditimbang hasil yang didapat.

8. Dilakukan rekristalisasi dengan etanol 25 ml dan air 25 ml panas 9. Di biarkan di dalam es selama 2 jam. 10. Kristal yang terbentuk disaring lagi dengan vacum, lalu dikeringkan dalam oven selama lebih kurang 10 menit. 11. Ditimbang hasil yang didapat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Perhitungan Data percobaan 1. 5 ml asam asetat glasial + 2,9 ml aniline + 5 ml asetat anhidrat menghasilkan reaksi eksoterm. 2. Dibiarkan selam 5 menit diencerkan dengan 75 ml aquadest terbentuk kristral putih keruh lalu dilakukan penyaringan dengan saringan vakum dan dikeringkan di udara bebas. 3. 4. Kristal ditimbang dengan hasilberat asetanilida = 5,687 gram Dilakukan rekristalisasi dengan etanol-air 1:1, terbentuk kristal berwarna putih dan dikeringkan, kemudian ditimbang dengan hasilberat asetanilida = 1,063 gram Perhitungan Volume Mol yang digunakan Vasetat anhidrat : 0,05 mol = = 4,8 ml Vanilin = = 2,9 ml Vasam asetat glasial = = 2,89 ml Asetanilida sebelum rekristalisasi Asetat anhidrat + Anilina + As. asetat glacial Berat kertas saring Kertas saring +kristal Berat Kristal Asetanilida : 1,068 gram : 6,755gram : 6,755 - 1,068 gram 3,687 gram Asetanilida (coklat)

Berat Asetanilida setelah rekristalisasi Asetanilida + etanol + Aquades Panas Sebelum di oven Berat kertas saring Kertas saring + Kristal Berat Kristal Asetanilida : 1,069 gram : 3,574 gram : 3,574 - 1,069 gram 2,505 gram Setelah di oven Berat kertas saring + sampel setelah di oven 10 menit I 10 menit II : 2,201 gram : 2,132 gram

Perhitungan Rendemen : = = x 100% x 100%

= 18,69 %

Perhitungan Kadar Air : = = = 57,56 % x 100% x 100%

4.2 Pembahasan Telah dilakukan percobaan yang bertujuan untuk membuat asetanilida dari reaksi antaraanilin dengan asetat anhidrida yang juga dihasilkan garam garam aniliumasetat, memurnikan asetanilida hasil reaksi dengan teknik rekristalisasi. Mula-mula 4,8 mL asam asetat glasial, 5 mL asetat anhidrida dan2,9 mL anilin. Anilin dan asetat anhidrida berfungsi sebagai reaktan (pereaksi), sedangkan asam asetat glasial berfungsi sebagai pelarutyang bersifat asam (melepas ion H+/H3O+)

yang juga sangat mempengaruhi reaksi agar terbentuk suatu garam amina, selain itu asam asetat berfungsi sebagai katalis serta untuk menetralkan muatan oksida dari asetat anhidrida sehingga asetanilida asetanilida yang terbentuk tidak terhidrolisis kembali, karena pengaruh air. Reaksi antara anilin dengan asetat anhidrida merupakan reaksi eksotermis, karena reaksiini menghasilkan panas, dan dilepas ke lingkungan. Campuran antar reaktan diatas berwarnakuning kecoklatan dan menghasilkan panas. kemudian labu didih di letakkan ke atas air es dan diaduk hingga terbentuk asetanilida yang berbentuk padatankristal. Tujuan pendinginan dengan air es adalahagar diperoleh kristal asetanilida, sedangkan pengguanaan air disini dimaksudkan sebagai pelarut yang akan menhidrolisis diasetat

(asetatanhidrida) menjadi monoasetat (asam asetat)yang masih tersisa dalam larutan. Hasil darikristalisasi ini berupa kristal yang berwarnakekuning-kuningan, yang berarti masih ada pengotor didalamnya, yaitu sisa reaktan ataupunhasil samping reaksi. Oleh karena itu perludilakukan pemurnian kembali.

Kemudianlarutan tersebut disaring dengan penyaringBuchner. Proses penyaringan ini mengguanakan prinsip sedimentasi, dan dibantu menggunakanvakum pump, yaitu alat untuk menyedot udara,sehingga proses penyaringan dan pengeringancepat selesai. Vakum pump disini dapat menggunakan alat tersendiri ataupun denganmengalirkan air pada akhir selang penghubung secara terus menerus sehingga terjadi perbedaantekanan udara yang akan menimbulkan sedotan.

Mekanisme reaksi pada saat pencampuran antar reaktan adalah sebagai berikut :

Gambar4.1 reaksi yang acetanilida

Gambar4.2 mekanisme reaksi acetanilida

Sintesis asetanilida sebagai suatu amida adalah merupakan suatu reaksi Substitusi Nukleofilik (SN) Asil (addition / elimination) diantara anilin.Amina bersifat sebagai nukleofil, dan gugus Asildari asetat anhidrida bersifat sebagai elektofil. Asetat anhidrida mengalami delokalisasi / resonansimembentuk struktur 2, dengan atom O memiliki muatan negatif (O-) dan atom C memiliki muatan positif (C+) akibat dari ion H+dari pelarutnya (asam asetat glasial ). C+ (karbokation) sekunder ini lebih stabil daripada karbokation primer, karena terdapat halangan sterik yang lebih kecil, sehingga pada stuktur ini tidak mengalami penataan ulang (rearrangement).Pasangan elektron bebas dari atom nitrogen dari suatu amida tidak suka untuk melakukan delokalisasi/resonansi disekitar cincin aromatis.Suatu amida distabilkan oleh resonansi yang

menyertakan pasangan elektron non-bonding dari atom Nitrogen dan yang kuat menarik elektron yang merupakan akibat dari adanya guguskarbonil.Elektron dari oksigen yang kuat yang menarik gugus karbonil memiliki muatan

parsialnegatif.Protonisasi dari suatu Amida terjadi pada Oksigen dibanding

Nitrogen, amida ini tersubstitusi pada orto-para. Sehingga elektron bebas Nitrogen dari anilin (sebagai nukleofil = pecinta nukleus) lebih memilih menyerang karbokation sekunder dari asetat anhidrida yang bersifat sebagai elektrofil (pecinta elektron), dan menyebabkan perpindahan muatan dari atom C ke atom N yang kemudian Nmemiliki muatan + (positif), kemudian elektron bebas dari O membentuk ikatan rngkap dua denganC bersamaan ketika atom C melepas sepasang elektron ke atom O untuk membentuk struktur yang paling stabil yaitu dengan terbentuklah asetanilida dan ion asetat. Ion asetat tersebut diserang olehanilin yang lain dan terbentuklah ikatan ionik antara keduanya membentuk garam anilium asetat.Tahap selanjutnya adalah rekristalisasi kristal asetanilida kotor/ pemurnian kristal denganmetoderekristalisasi. Rekristalisasi memiliki 4 prinsip pokok, yaitu: Melarutkan senyawa yang akan dimurnikan kedalam pelarut yang sesuai pada atau dekattitik didihnya. Menyaring larutan panas dari molekul atau partikel tidak larut. Biarkan larutan panas menjadi dingin hingga terbentuk kristal Memisahkan kristal dari larutan berair. Mula mula asetanilida yang diperoleh di larutkan dengan larutan etanol air hangat, dilakukan dengan air hangat berguna untuk mempercepat pelarutan asetanilida tersebut. etanol akan mengikat pengotor pengotor yang masih terdapat pada asetanilida pada hasil kristalisasi. setelah asetanilida mulai mengkristal kembali akibat suhu larutan menurun, saring larutan kembali dengan penyaring Buchner. Hasil penyaringan ini diperoleh kristal asetanilida yang lebih putih dari sebelumnya, karena itu untuk memperoleh asetanilida yang putih dan murni tidak cukup hanya satu kali rekristalisasi, tetapi dapat dilakukan berkali-kali. Kemudian kristal tersebut yang tercampur dengan larutan berair tersebut disaring dengan penyaring Buchner dan dicuci dengan akuades dingin agar kristal yang tertinggal di gelas beker ikut tersaring. Kristal yang di dapat selanjutnya dikeringkan dengan oven untuk menghilangkan uap air yang masih terkandung dalam kristal.Hasil akhir didapat kristal asetanilida, berwarna putih sebanyak 1,063 gram, sehingga diperoleh Rendemen atau efisiensi percobaan sebesar 18,69 %

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan 1 Asetanilida dapat dibuat dari reaksi antara anilin dengan asetat anhidrida. 2 Asetalida hasil reaksi dapat dimurnikan dengan taknik rekristalisasi berulang-ulang. 3 Dari percobaan yang dilakukan diperoleh hasil yang berupa kristal asetanilida sebanyak 1,063 gram sehingga rendemen percobaan yang didapatkan adalah 18,69 % 4 Kadar air yang diperoleh berkisar pada 57,56% 5.2 Saran 1. Dalam melakukan pratikum, diharapkan kepada semua praktikan harus berhati-hati dalam mereaksikan zat zat kimia yang bisa membahayakan bagian tubuh. 2. Praktikan harus mengetahui semua zat-zat kimia dan reaksikimia yang dipakai pada saat pratikum. 3. Diharapkan kepada semua praktikan, supaya memakai alat pelindung diri berupa masker dan sarung tangan.

DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, Ralph, J dan Joan, S Fessenden. 1999. Kimia Organik. Jilid 1.Edisi 3. Erlangga:Jakarta. Fessenden, Ralph, J dan Joan, S Fessenden.1999. Kimia Organik. Jilid 2.Edisi 3. Erlangga:Jakarta. Damtith, John, BSc, Phd. 1994. Kamus Lengkap Kimia. Erlangga : Jakarta. www.usm.maine.edu. 3 October 2012 Chem 234 Organic ChemistryII Professor Duncan J.Wardrop.University of Illinois at Chicago.ppt www.uic.edu. 3 October 2012 HS,Irdoni dan Nirwana,HZ., 2012, Modul Kimia Organik, Pekanbaru, Fakultas Teknik Universitas Riau. Inuyashaku, 2007, Anilin.http://chemistry.com, 3October2012.

You might also like