You are on page 1of 19

A.

Judul Percobaan

: Pembuatan n Butil Asetat

B. Hari/tanggal

: Rabu, 20 November 2013

C. Tujuan

: Pada akhir percobaan, mahasiswa diharapkan dapat memahami reaksi pembuatan ester n-butil asetat melalui reaksi esterifikasi

D. Dasar Teori

Ester adalah suatu senyawa yang mengandung gugus COOR, dengan R dapat berbentuk alkil maupun aril. Ester dapat dibentuk dengan reaksi esterifikasi, yaitu reaksi lansung antara suatu asam karboksilat dengan suatu alkohol. Esterifikasi merupakan reaksi reversibel dan menggunakan katalis asam. Secara umum reaksi esterifikasi adalah: O R C OH + R OH H+ , kalor O R C OR + H2O

Senyawa kimia isobutyl asetat, juga dikenal sebagai 2-methilpropil etanoat (nama IUPAC) atau -methilpropil asetat, merupakan sebuah pelarut yang umum. Senyawa Isobutil asetat ini dihasilkan dari esterifikasi isobutanol dengan asam asetat. Hal ini digunakan sebagai pelarut untuk pernis dan nitroselulosa. Seperti banyaknya senyawa ester, isobutyl asetat ini memiliki aroma buah atau bau bunga pada konsentrasi rendah dan terjadi secara alami dalam aroma raspberry, pir, dan tanaman lainnya. Pada konsentrasi tinggi dapat bau isobutyl asetat ini sangat menyengat dan dapat menyebabkan gejala depresi sistem pusat saraf seperti mual, pusing dan sakit kepala.

Gambar 1. Struktur Isobutil alkohol (Sumber:http://en.wikipedia.org/wiki/File:Isobutyl-acetate.svg)

Sebuah metode umum untuk membuat isobutyl asetat adalah esterifikasi Fischer, di mana isobutil alkohol dan asam asetat dipanaskan dengan adanya asam kuat. Reaksi yang terjadi adalah :

Ester yang lebih besar terbentuk lebih lambat daripada ester kecil. Untuk mempercepat reaksi dapat dibantu dengan katalis asam sulfat pekat dan memisahkan ester sesaat setelah terbentuk. Campuran pereaksi dipanaskan di bawah refluks selama beberapa saat untuk menghasilkan sebuah campuran kesetimbangan. Ester dapat dipisahkan dari asam karboksilat, alkohol, dan asam sulfat dalam campuran tersebut dengan destilasi fraksional. Secara umum laju reaksi esterifikasi mempunyai sifat sebagai berikut: - ikatan rangkap memperlambat reaksi - asam aromatic (benzoat dan p-toluena) bereaksi lambat, tetapi mempunyai batas konersi yang tinggi - makin banyak rantai alkohol, cenderung mempercepat reaksi atau tidak terlalu berpengaruh terhadap laju reaksi - kereaktifan alcohol terhadap esterifikasi adalah CH3OH > alkohol primer > alkohol sekunder > alkohol tersier - Kereaktifan asam karboksilat terhadap esterifikasi adalah: HCOOH > CH3COOH > RCH2COOH > R2CHCOOH > R3CCOOH Senyawa isobutyl asetat memiliki tiga isomer: n-butil asetat, ters-butil asetat, dan sek-butil asetat, yang juga pelarut umum.

Sifat Fisik Isobutil Asetat : Bentuk Aroma yang dihasilkan Kegunaan : berwarna transparan cair pada suhu normal : aroma buah matang seperti ceri, raspberi, stroberi : Digunakan sebagai pelarut untuk selulosa nitrat dan lacquer dan juga sebagai agen kimia dan rasa Titik Nyala Boiling Point (titik didih) Kelarutan : 18 C : 118 C, 391 K, 244 F : larut dengan saling etanol dan etil eter, sedikit larut dalam air Molekul rumus Massa molar Bentuk Densitas Titik lebur : C6H12O2 : 116.16 g / mol : cairan berwarna : 0,875 g/cm3, cair : -99 C, 174 K, -146 F

Kelarutan dalam air Sedikit larut : 0.63-0.7g/100g pada 20 C

Senyawa n-butil asetat merupakan suatu ester dari asam asetat dengan n-butanol. Senyawa tersebut dibuat melalui reaksi esterifikasi dengan katalis asam kuat, misalnya asam sulfat pekat.

Sistem pemroses yang dirancang untuk menyelesaikan reaksi esterifikasi dikehendaki untuk sedapat mungkin mencapai 100%. Oleh karena itu reaksi esterifikasi merupakan kesetimbangan, maka konversi sempurna tidak mungkin tercapai, dan sesuai informasi yang ada konversi yang dapat dicapai hanya sampai 98%. Nilai konversi yang tinggi dapat dicapai dengan ekses reaktan yang besar. Proses esterifikasi secara umum harus diketahui untuk dapat mendorong konversi sebesar mungkin. Secara umum ada tiga golongan proses, dan penggolongan ini bergantung kepada volatilitas ester.

Golongan 1 Dengan ester yang sangat mudah menguap, seperti metil format, metil asetat, dan etil format, titik didih ester lebih rendah daripada alkohol, oleh karena itu ester segera dapat dihilangkan dari campuran reaksi. Produksi metil asetat dengan metode distilasi Bachaus merupakan sebuah contoh dari golongan ini. Metanol dan asam asetat diumpankan ke dalam kolom distilasi dan ester segera dipisahkan sebagai campuran uap dengan metanol dari bagian atas kolom. Air terakumulasi di dasar tangki dan selanjutnya dibuang. Ester dan alkohol dipisahkan lebih lanjut dalam kolom distilasi yang kedua.

Golongan 2 Ester dengan kemampuan menguap sebaiknya dipisahkan dengan cara menghilangkan air yang terbentuk secara distilasi. Dalam beberapa hal, campuran terner dari alkohol, air dan ester dapat terbentuk. Kelompok ini layak untuk dipisahkan lebih lanjut: dengan etil asetat, semua bagian ester dipindahkan sebagai campuran uap dengan alkohol dan sebagian air, sedangkan sisa air akan terakumulasi dalam sistem. Dengan butil asetat, semua bagian air dipindahkan ke bagian atas dengan sedikit bagian dari ester dan alkohol, sedangkan sisa ester terakumulasi dalam system.

Golongan 3 Dengan ester yang mempunyai volatilitas rendah, beberapa kemungkinan timbul. Dalam hal butil dan amil alkohol, air dipisahkan sebagai campuran biner dengan alkohol. Contoh proses untuk tipe seperti ini adalah pembuatan dibutil ftalat. Untuk menghasilkan ester dari alkohol yang lebih pendek (metil, etil, propil) dibutuhkan penambahan hidrokarbon seperti benzena dan toluena untuk memperbesar air yang terdistilasi.dengan alkohol bertitik didih tinggi (benzil, furfuril, b-feniletil) suatu cairan tambahan selalu diperlukan untuk menghilangkan kandungan air dari campuran.

N-butanol Salah satu jenis produksi industri kimia yang dibutuhkan dalam jumlah yang terus meningkat adalah industri n-butanol. n-Butanol yang memiliki rumus kimia C4H9OH, merupakan produk hasil reaksi n-butiraldehid dengan hidrogen. n-Butanol

merupakan cairan putih jernih dan berbau tajam Produksi n-butanol sebagian besar digunakan pada pembuatan resin urea fonnaldehid dan plasticizer dibutil pthalat. Disamping itu n-butanol juga digunakan untuk: bahan pelarut (solvent) pembuatan pernis nitroselulosa pembuatan minyak rem bahan ekstraksi pembuatan antibiotik, vitamin, dan hormon bahan pelarut ekstraksi minyak pembuatan 2,4-dikloropenoksi asam asetat yang merupakan racun rumput bahan pengering azeotrop (azeotropic dehidrating agent) pembuatan bahan-bahan kimia seperti butil amina, butil stearat, butilena, asam butirat, dan dibutil anilin. Senyawa n-butanol pertama sekali ditemukan pada tahun 1852 oleh Wyrtz dengan cara memisahkan n-butanol dari campuran-campuran amil alkohol (minyak fusel). Kemudian pada tahun 1871, Lieben dan Rossi berhasil memperoleh n-butanol dari reduksi n-butiraldehid. Ada tiga reaksi utama terhadap n- butanol, yaitu : Reaksi Substitusi Gugus OH pada n-butanol dapat diganti oleh atom halogen, misalnya klor. Persamaan reaksi : CH3CH2CH2-OH + H-CI n-butanol Reaksi Oksidasi n-butanol dapat dioksidasi oleh sejumlah senyawa menjadi asam karboksilat. Senyawa yang biasa digunakan sebagai zat pengoksidasi adalah: KMnO4 dengan OH, HNO3 pekat, atau H2CrO4. Reaksi Eliminasi n-butanol dapat bereaksi eliminasi dan menghasilkan n-butilena. Reaksi ini melepaskan air, sehingga disebut juga reaksi dehidrasi. Reaksi berlangsung pada temperatur 60C dengan katalis dehidrasi H2SO4 pekat. Ester juga bereaksi dengan amina membentuk amida. Reaksi dengan amina mengubah satu senyawa menjadi dua senyawa yang disebut aminolisis. Sebagai catatan bahwa aminolisis dari ester membutuhkan hanya satu ekuivalen amina, tidak seperti aminolisis dari suatu asil halida atau asam anhidrida, yang membutuhkan dua CH3CH2CH2CH2-Cl + H2O n-klorobutana

ekuivalen.

Reaksi dari ester dengan amina tidak selambat reaksi dari ester dengan air dan alcohol, sebab amina merupakan nukleofil yang lebih baik. Ini merupakan keuntungan sebab kecepatan reaksi dari reaksi ester dengan amina tidak ditingkatkan dengan asam atau HO atau RO. Sifat Fisika dan Kimia Ester Ester pada umumnya bersifat polar. Sifat kimia ini menyebabkan ester yang jumlah atom karbonnya sedikit mudah larut dalam air. Kelarutan ester berkurang dengan bertambahnya atom karbon. Ester merupakan senyawa polar yang mempunyai dipoldipol yang saling berinteraksi di mana interaksi ini menimbulkan gaya antar molekul. Adanya gaya antar molekul menyebabkan ester memilki titik didih yang lebih tinggi dari senyawa hidrokarbon lain yang memiliki bentuk molekul dan massa atom relatifnya mirip. Namun dibandingkan dengan senyawa alkohol dan asam karboksilat yang bentuk molekul dan molekulrelatifnya mirip titik didih ester lebih rendah. Hal ini disebabkan ester tidak memiliki gugus OH- sehingga interaksi antar molekul ester tidak membentuk ikatan hidrogen. Senyawa senyawa ester antara lain mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

1. Pada umumnya mempunyai bau yang harum, menyerupai bau buah-buahan. 2. Senyawa ester pada umumnya sedikit larut dalam air dan bersifat polar. 3. Ester lebih mudah menguap dibandingkan dengan asam atau alcohol pembentuknya. 4. Ester merupakan senyawa karbon yang netral. 5. Ester dapat mengalami reaksi hidrolisis. Contoh : R COOR1 + H2O ------> R COOH + R1 OH (Ester) 6. (Air) (As.Alkanoat) (Alkohol) Ester dapat direduksi dengan H2 menggunakan katalisator Ni dan dihasilkan dua buah senyawa alkohol. Contoh : R COOR1 + 2H2 R CH2 OH + R1 OH Ester Alkohol Alkohol

7. Ester khususnya minyak atau lemak bereaksi dengan basa membentuk garam(sabun) dan gliserol. Reaksi ini dikenal dengan reaksi safonifikasi penyabunan. Sifat-Sifat Fisik Ester Sederhana 1. Titik didih Ester-ester yang kecil memiliki titik didih yang mirip dengan titik didih aldehid dan keton yang sama jumlah atom karbonnya. Seperti halnya aldehid dan keton, ester adalah molekul polar sehingga memiliki interaksi dipol-dipol serta gaya dispersi van der Waals. Akan tetapi, ester tidak membentuk ikatan hidrogen, sehingga titik didihnya tidak menyerupai titik didih asam yang memiliki atom karbon sama.

a. Ester dengan titik didih rendah (low boiling ester) Ester ini didistilasi dalam labu distilasi, maka akan keluar sebagai distilat yang cukup tinggi kemurniannya. Alkohol dan sisa asam tetap tinggal dalam labu distilasi. Contoh : metal asetat, etil asetat, metal format.

b. Ester dengan titik didih sedang (medium boiling ester) Ester di distilasi dalam sebuah labu distilasi maka ester akan keluar bersama alkohol, air serta sisa asam, dimana campuran tersebut komposisinya mempunyai titik didih yang hampir sama dan fraksi mol campuran dalam fase uap dan cair yang sama. Contoh : tert butil asetat, etil propionat.

c. Ester dengan titik didih tinggi (high boiling ester) Ester ini dipisahkan dengan penguapan dan penambahan benzene sehingga sisa asam, alkohol, dan air menguap, sedang ester tetap tinggal dalam distilator. Contoh : etil pelargonat, n-Oktil asetat.

2.

Kelarutan dalam air Ester-ester yang kecil cukup larut dalam air tapi kelarutannya menurun seiring dengan bertambah panjangnya rantai. Kelarutan menurun disebabkan oleh fakta bahwa walaupun ester tidak bias berikatan hidrogen satu sama lain, tetapi bisa berikatan hidrogen dengan molekul air. Salah satu atom hidrogen yang sedikit bermuatan positif dalam sebuah molekul air bisa cukup tertarik ke salah satu dari

pasagan elektron bebas pada sebuah atom oksigendalam sebuah ester sehingga sebuah ikatan hidrogen bias terbentuk.Tentu akan ada juga gaya dispersi dan gayatarik dipol-dipol antaraester dan molekul air. Pembentukan gaya tarik ini melepaskan energi. Ini membantu menyuplai energi yang diperlukan untuk memisahkan molekul air dari molekul air lainnya dan molekul ester dari molekul ester lainya sebelum bisa bercampur. Apabila panjang rantai bertambah, bagian-bagian hidrogen dari molekul ester mulai terhindari dari energi tersebut. Dengan menekan diri diantara molekul-molekul air, bagian-bagian hidrogen ini memutus ikatan hidrogen yang relatif lemah antara molekul-molekul air tanpa menggantinya dengan ikatan yang serupa. Ini menjadikan proses ini kurang menguntungkan dari segi energi, sehingga kelarutan berkurang.

3.

Pada umumnya ester mempunyai bau yang harum Contoh Amil Asetat (buah pisang), Amil Valerat (buah jambu), PropilButirat (buah mangga), dan lain-lain.

Alat dan Bahan Alat Erlenmeyer Gelas ukur Corong pemisah Gelas piala Pipet tetes Tabung reaksi Statif dan klem

Bahan n-butanol Asam asetat glacial Asam sulfat pekat 96-98% Larutan NaHCO3 jenuh MgSO4 kristal

E. Alur Percobaan 15 mL n-butanol dimasukkan ke dalam labu dasar bulat yang diberi 2 butir batu didih ditambah 3 tetes H2SO4 pekat 96 98 % ditambah 40 CH3COOH glasial dipasang pendingin refluks dipanaskan 3 jam dalam suhu 90-100 OC dimasukkan ke dalam corong pemisah ditambahkan 60 mL H2O dan dikocok dipisahkan

Lapisan bawah (Lapisan air)

Lapisan atas (Ester)

Lapisan atas (lapisan ester) ditambah 25 mL H2O ditambah 7 mL NaHCO3 jenuh dikocok dipisahkan dengan corong pemisah

Lapisan air

Ester Ditambah 2,5 gram MgSO4 dikocok disaring

Filtrat

Ester ditimbang

Berat ester

H. Analisis dan Pembahasan Pada tahap awal percobaan ini adalah memasukkan larutan n-butil alcohol sebanyak 15 mL yang memiliki karakteristik tidak berwarna dan berbau (+) ke dalam labu dasar bulat. Kemudian ditambahkan 3 tetes H2SO4 pekat yang juga tidak berwarna sedikit demi sedikit. Selanjutnya ditambahkan 40 mL larutan asam asetat glacial yang memiliki karakteristik tidak berwarna dan berbau menyengat (++). Campuran dari ketiga larutan diatas menghasilkan campuran larutan yang tidak berwarna dengan reaksi sebagai berikut :

C5H10OH(aq) + CH3COOH(aq) Butanol Asam asetat

H2SO4

C5H10COOCH3(aq) + H2O(l) n- butyl asetat

Penambahan H2SO4 pekat kedalam campuran ini berfungsi sebagai katalis yang mempercepat laju reaksi. Adanya penambahan katalis ini dikarenakan reaksi esterifikasi berjalan sangat lambat, selain itu pada dasarnya reaksi esterifikasi adalah reaksi yang bersifat reversible (kembali) karena ketika asam asetat dan alcohol dipanaskan maka akan terjadi reaksi kesetimbangan antara ester dan air. Ester dan air yang terbentuk dapat kembali menghasilkan reaktan-reaktannya yaitu asam asetat maupun isobutanol. Dengan kata lain iso butyl asetat dapat dihidrolisis pada keadaan asam atau basa menghasilkan asam asetat dan isobutanol kembali. Dengan adanya katalis H2SO4 pekat dapat menghambat hidrolisis karena berlangsungnya reaksi kebalikan hidrolisis yaitu esterifikasi fischer.

Kemudian campuran dipanaskan pada suhu 90-100C selama 2 jam. Pemanasan tersebut dilakukan dengan waktu cukup lama karena semakin lama waktu reaksi yang berlangsung maka kesempatan molekul-molekul untuk bertumbukan menjadi lebih sering sehingga produk ester berupa n-butyl asetat yang diperoleh akan mendekati massa ester secara teori.

Setelah didinginkan, timbul bau khas dari ester n-butyl asetat yaitu seperti buah pisang. N-butil asetat yang dihasilkan masih belum murni, karena masih mengandung larutan H2SO4, reaktan-reaktan yang belum bereaksi yaitu asam asetat dan butanol, serta hasil sampingan berupa H2O.

Tahap selanjutnya yaitu memasukkan larutan hasil pemanasan ke dalam corong pemisah dan menambahkan 30 mL aquades yang jernih dan tidak berwarna kemudian dikocok dengan kuat. Setelah itu didiamkan selama beberapa menit sehingga terbentuk 2 lapisan larutan yang tidak saling bercampur pada corong pemisah. Ester yang diperoleh berada pada lapisan atas sedangkan lapisan bawah merupakan air. Hal ini dikarenakan massa jenis air lebih besar jika dibandingkan dengan massa jenis ester. Pada lapisan atas larutan berwarna kuning agak kecooklatan sedangkan pada lapisan bawah larutan tidak berwarna dan keruh.

Penambahan aquades diatas bertujuan untuk memisahkan larutan

ester dan

pengotornya setelah reaksi terjadi. Pengotornya tersebut yaitu katalis H2SO4, sisa-sisa reaktan butanol, dan asam asetat glacial. Penambahan air ini dikarenakan senyawa ester yang dihasilkan tidak dapat larut dalam air sedangkan pengotornya seperti yang disebutkan diatas dapat larut dalam air, sehingga senyawa ester dapat diperoleh tanpa mengandung pengotor atau sedikit mengandung pengotor. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa ester merupakan senyawa organic yang bersifat nonpolar terhadap air.

Tahap selanjutnya adalah memisahkan ester dan air dengan menggunakan corong pemisah. Karena lapisan air berada dibawah, pemisahan langsung dilakukan dengan cara membuka kran pada corong pemisah sehingga air bisa turun keluar dari corong pemisah sedikit demi sedikit dan ditampung dalam gelas kimia. Setelah semua air telah habis dikeluarkan, maka kran ditutup kembali sehingga didalam corong pemisah hanya tersisa ester saja. Namun ester yang dihasilkan diduga masih belum murni dan masih ada pengotor yang tertinggal sehingga sehingga ditambahkan aquades lagi sebanyak 25 mL dan dan larutan NaHCO3 jenuh sebanyak 7 mL. larutan NaHCO3 jenuh ini memiliki karakteristik tidak berwarna. Penambahan larutan ini bertujuan untuk menetralkan larutan asam yang masih ada dalam fase organic tersebut. Kemudian larutan dikocok dalam corong pemisah dengan sesekali membuka kran pada corong pemisah untuk membuang gas yang ditimbulkan dari proses ekstraksi tersebut. Proses pengocokan berakhir jika gas yang dihasilkan sudah tidak keluar lagi, hal ini menandakan bahwa sisa asam sudah berhasil dinetralkan oleh ion HCO3-. Ion HCO3- dari larutan NaHCO3 jenuh dapat mengikat H+ dari larutan asam membentuk gas CO2 dan H2O. Hasil yang diperoleh pada reaksi tersebut adalah lapisan ester berada diatas dan berwarna kuning jernih (-), dan lapisan bawah berupa larutan keruh, tak berwarna. Reaksinya sebagai berikut :

HCO3- (l) +H+ (aq) CO2 (g) + H2O (l)

Tahap selanjutnya mengambil lapisan ester dan ditampung dalam erlenmayer. Kemudian menambahkan 2,5 gram padatan MgSO4 anhidrat yang telah dioven sebelumnya. Pengovenan MgSO4 bertujuan untuk menghilangkan kadar air dalam padatan agar fungsi dari penambahan MgSO4 pada ester lebih efektif. Penambahan MgSO4 anhidrat ini bertujuan untuk mengikat atau menghilangkan air yang tertinggal di dalam ester karena ketidaksempurnaan pemisahan lapisan ester dan lapisan air. Setelah menyerap molekul air dari ester, MgSO4 yang sebelumnya merupakan anhidrat berubah menjadi senyawa hidrat yang mengikat molekul H2O sehingga rumus molekulnya yaitu Na2SO4.7H2O. Reaksinya adalah sebagai berikut :

Na2SO4 (s) + 7H2O (l) Na2SO4.7H2O Setelah dikocok dan dibiarkan beberapa menit, kemudian larutan ester disaring. Filtrat yang diperoleh berwarna kuning agak kecoklatan dan jernih. Hasil ester yang berupa n-butil asetat tersebut diukur massanya. Dari hasil penimbangan diperoleh massa n-butil asetat sebanyak 30,2 gram dan rendemen sebesar 162,7. Berdasarkan hasil perhitungan secara teoritis seharusnya diperoleh massa n-butil asetat sebanyak 18,56 g. Adanya ketidaksesuaian massa yang dihasilkan dengan massa secara teoritis bisa disebabkan oleh beberapa hal, antara lain : Ketidak telitian dalam penimbangan Masih adanya pengotor yang masih tercampur

I. Kesimpulan Dari data hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa : n-butil asetat dapat dibuat dengan cara mereaksikan n-butil alcohol dan asam asetat glacial dengan katalis H2SO4. Massa ester berupa n-butil asetat yang dihasilkan adalah 30,2 gram dan rendemen sebesar 162,7

J. Daftar Pustaka Anshory, Irvan. 2003. Kimia SMU untuk kelas 3. Jakarta: Erlangga Ciptadi. 1999. Penuntun Praktikum Kimia Organik. Palangkaraya: UNPAR Clark, Jim, 2007, Pembuatan ester, http://www.chem-is-try.org/materi kimia/sifat senyawa organik/ester 1/pembuatan ester, 21 November 2013 Fessenden & Fessenden. 1999. Kimia Organik Edisi Ketiga. Jakarta : Erlangga Hart, Harold. 1999. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat. Jakarta : Erlangga Irdoni.HS., Nirwana.H.Z., 2011, Modul Pratikum Kimia Organik, Universitas Riau, Pekanbaru Tim Dosen Kimia Organik. 2013. Panduan Praktikum Kimia Organik I. Surabaya : jurusan kimia FMIPA UNESA.

LAMPIRAN JAWABAN PERTANYAAN

1. Tuliskan mekanisme reaksi pembentukan n-butil asetat! Jawab:

2. Termasuk reaksi apakah reaksi di atas? Jawab: Reaksi esterifikasi karena reaksi terjadi antara isobutanol (alcohol) dengan asam asetat (asam karboksilat) menghasilkan suatu ester yaitu isobutil asetat.

3. Apakah fungsi asam sulfat, dan dapatkah asam sulfat tersebut diganti dengan asam lainnya? Jawab: Fungsi asam sulfat (H2SO4) adalah sebagai katalis yang mempercepat laju reaksi dan dapat digantikan oleh katalis lain berupa asam kuat seperti HCl.

4. Jelaskan fungsi penambahan larutan NaHCO3 jenuh dan MgSO4 anhidrat! Jawab: Fungsi penambahan NaHCO3 jenuh adalah untuk menetralkan sisa-sisa asam dari H2SO4 dengan mengubahnya menjadi gas CO2. Fungsi MgSO4 adalah untuk mengikat kadar air yang masih terdapat pada ester.

5. Sebutkan bahan kimia lain yang dapat digunakan sebagai pengganti MgSO4! Jawab: CaSO4.XH2O, CaCl2.XH2O, Na2SO4.XH2O

LAMPIRAN PERHITUNGAN Berat ester Perhitungan reaksi: Massa CH3COOH = x V = 1,05 x 40 mL = 42 gram mol CH3COOH = = = 0,7 mol Massa C4H9OH = x V = 0,81 x 15 ml = 12,15 gram

= 30,2 gram

mol C4H9OH = = = 0,16 mol

C4H9OH M : R : S : 0,16 0,16 -

CH3COOH 0,7 0,16 0,54

C3H10COOCH3 0,16 0,16

H2O 0,16 -

mol C3H10COOCH3

0,16 =

Massa C3H10COOCH3 = 116 x 0,16 = 18,56 gram (massa teoritis) % rendemen massa = = x 100 %

= 162,7 %

LAMPIRAN DOKUMENTASI

15 ml butanol + 3 tetes H2SO4 + 20 ml Asam Asetat glacial

Dipasang pada pendingin refluks dan dipanaskan dalam 90 100o C selama 2 jam

Ester yang terbentuk dikocok

Dimasukkan corong pemisah dan ditambahkan 30 ml Air,

Dipisahkan, membentuk 2 lapisan

Lapisan ester ditambahkan 25ml Air + 7ml NaHCO3

Dikocok sambil dikeluarkan gasnya

Dipisahkan kembali

Didapatkan lapisan ester

Ester + 2,5 gram MgSO4

Dikocok dan disaring

Ester ditimbang

You might also like