Professional Documents
Culture Documents
ASFIKSIA NEONATORUM
DOSEN PEMBIMBING:
dr. Mas Wisnu Wardhana, Sp. A
DISUSUN OLEH:
Bili Meyer Hutabarat
0961050005
DEFINISI
ETIOLOGI
PATOFISIOLOGI
GAMBARAN KLINIS
PENATALAKSANAAN
KOMPLIKASI
11
PROGNOSIS
12
DAFTAR PUSTAKA
13
ASFIKSIA NEONATORUM
DEFINSI
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernafas secara spontan, tidak teratur dan tidak
adekuat segera setelah lahir. Keadaan ini disertai hipoksia, hiperkapnia dan berakhir dengan
asidosis. Bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau
kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi organ vital lainnya.
Sampai saat ini, asfiksia masih merupakan salah satu penyebab penting morbiditas dan
mortalitas perinatal. Banyak kelainan pada masa neonatus mempunyai kaitan erat dengan
faktor asfiksia ini, didapatkan bahwa sindrom gangguan nafas, aspirasi mekonium, infeksi dan
kejang merupakan penyakit yang sering terjadi pada asfiksia.
ETIOLOGI
Pengembangan paru baru lahir terjadi pada menit-menit pertama kelahiran dan kemudian
disusul pernafasan teratur. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen
dari ibu ke janin akan terjadi asfiksia janin atau neonatus. Gangguan ini dapat timbul pada
masa kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir. Hampir sebagian besar asfiksia bayi
baru lahir ini merupakan kelanjutan asfiksia janin, karena itu penilaian janin selama masa
kehamilan, persalinan memegang peranan yang sangat penting untuk keselamatan bayi.
Keadaan ini perlu mendapat perhatian utama agar persiapan dapat dilakukan dan bayi
mendapat perawatan yang adekuat dan maksimal pada saat lahir.
Towell mengajukan penggolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi yang terdiri
dari:
1. Faktor ibu
Hipoksia ibu. Hal ini menimbulkan hipoksia janin. Hipoksia ibu ini dapat terjadi
karena hipoventilasi akibat pemberian oabat analgetika atau anestesi dalam.
Gangguan aliran darah uterus. Mengurangi aliran darah uterus akan menebabkan
berkurangnya pengaliran oksigen ke plasenta dan demikian juga ke janin. Hal ini
sering diditemukan pada keadaan :
3
PATOFISOLOGI
Pada bayi yang mengalami kekurangan oksigen akan terjadi pernapasan yang cepat dalam
periode yang singkat. Apabila periode terus berlanjut, gerakan pernapasan akan berhenti,
denyut jantung mulai menurun sedangkan tonus neuromuskular berkurang secara
berangsur-angsur dan bayi memasuki periode apneu yang dikenal sebagai apneu primer.
Apabila asfiksia berlanjut, bayi akan menunjukkan pernapasan megap megap yang
dalam, denyut jantung terus menurun, tekanan darah bayi mulai menurun dan bayi akan
terlihat lemas. Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apneu
sekunder. Bayi tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan menujukan upaya
pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadi kecuali apabila resusitasi dengan
pernafasan buatan dan pemberian oksigen dengan segera.
Pada saat bayi dilahirkan, alveoli diisi dengan cairan paru-paru janin. Cairan tersebut
harus dibersihkan terlebih dahulu agar udara dapat masuk ke dalam paru-paru bayi baru
lahir. Dalam kondisi demikian, paru-paru memerlukan tekanan yang cukup besar untuk
4
mengeluarkan cairan tersebut agar alveoli dapat berkembang untuk pertama kalinya.
Untuk mengembangkan paru-paru, upaya pernafasan pertama memerlukan tekanan 2
sampai 3 kali lebih tinggi daripada tekanan untuk pernafasan berikutnya agar berhasil.
Time
Onset of asfiksia
Clinical event
pO2
Primary gasping
pCO2
Aerob Metabolism
Anaerob Metabolism
Glycolisis
Primary
especially in
apnea
Skin
cyanosis
actic acid
Resitance
glycogen
heart rate
especially
secondary gasping
Cardiac
Blood pH
metabolic
acidosis
loss of
secondary
Skin
apnea
white
substrate
Pulmonary
cardiac intra
blood flow
cellular pH
heart rate
Cerebral
blood flow
pH
blood pressure
Pada skema tersebut secara sederhana dapat disimpulkan keadaan pada asfiksia yang perlu
mendapat perhatian, yaitu :
1) Menurunnya tekanan O2 darah (PaO2)
2) Meningginya tekanan CO2 darah (PaCO2)
3) Menurunnya pH (akibat asidosis resopiratorik & metabolik)
4) Dipakainya sumber glikogen tubuh untuk metabolisme anaerobik
5) Terjadinya perubahan sistem kardiovaskular
GAMBARAN KLINIS
Dalam praktek menentukan tingkat asfiksia bayi dengan tepat membutuhkan pengalaman
dan observasi yang cukup. Pada tahun lima puluhan digunakan kriteria breathing time dan
crying time untuk menilai keadaan bayi. Kriteria ini kemudian ditinggalkan, karena tidak
dapat memberikan informasi yang tepat pada keadaan tertentu (Apgar,1966). Virginia ,
Apgar (1953, 1958) mengusulkan beberapa kriteria klinis untuk menentukan keadaan bayi
baru lahir. Kriteria ini ternyata berguna karena berhubungan erat dengan perubahan
keseimbangan asam basa pada bayi (Drage & Berendes,1966). Di samping itu dapat pula
memberikan gambaran beratnya perubahan kardiovaskular yang ditemukan. Penilaian
secara Apgar ini juga mempunyai hubungan yang bermakna dengan mortalitas dan
morbiditas bayi baru lahir (Drage, 1964). Cara ini dianggap yang paling ideal dan telah
banyak digunakan. Patokan klinis yang dinilai adalah :
1) Menghitung frekuensi jantung
2) Melihat usaha bernapas
3) Melihat tonus otot
4) Menilai refleks rangsangan
5) Memperhatikan warna kulitSetiap kriteria di beri angka tertentu dan penilaian itu
sekarang lazim disebut skor Apgar.
Tanda
Appearace
Nilai O
Seluruh
(warna
kulit)
Pulse
atau putih
Tidak ada
(Denyut
G
Nadi)
Grimece
(Refleks)
Activity
Nilai 1
Badan
biru
<
Nilai 2
Seluruh
tubuh
> 100x/menit
100x/menit
Tidak ada
Perubahan
Bersin/menangis
Lumpuh
mimik
Ekstremitas
Gerakan aktif
(Tonus
sedikit
Ekstremitas
Otot)
Respiration
fleksi
Lemah
fleksi
Menangis kuat
Tidak ada
effort
(Usaha
bernafas)
Skor Apgar ini biasanya di nilai 1 menit setelah bayi lahir lengkap, yaitu pada saat bayi
telah diberi lingkunga yang baikserta telah dilakukan pengisapan lendir dengan sempurna.
Skor Apgar 1 menit ini menunjukkan beratnya asfiksia yang diderita dan baik sekali
sebagai pedoman untuk menentukan cara resusitasi. Skor Apgar perlu pula dinilai setelah
5 menit bayi lahir, karena hal ini mempunyai korelasi yang erat dengan morbiditas dan
mortalitas neonatal (Drage, 1966).
Dalam menghadapi bayi dengan asfiksia berat, penilaian cara ini kadang kadang
membuang waktu dan dalam hal ini dianjurkan untuk menilai secara cepat (pediatricss
Staff, Roy. Wom. Hosp.Aust. 1967):
1) Menghitung frekuensi jantung dengan cara meraba A. Umbilikalis dan menentukan
apakah denyutnya lebih atau kurang dari 100x/menit
2) Menilai tonus otot apakah baik/ buruk
3) Melihat warna kulit
Atas dasar pengalaman klinis di atas, asfiksia neonatorum dapat dibagi dalam :
1. Vigorus baby, skor Apgar = 7 10. Dalam hal ini bayi dianggap sehat dan tidak
memerlukan tindakan istimewa
2. Mild Moderate asphyxia (asfiksia sedang), Skor Apgar 4 6. Pada pemeriksaan
fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 100x/menit, tonus otot kurang baik atau
baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada
7
3. Asfiksia Berat Skor Apgar 0-3. pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung
kurang dari 100x/menit, tonus otot buruk, sianosis berat dan kadang kadang pucat,
refleks iritabilitas tidak ada.
Asfiksia berat dengan henti jantung. Henti jantung ialah keadaan bunyi jantung fetus
menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap, bunyi jantung bayi
menghilang post partum. Dalam hal ini pemeriksaan fisik lainnya sesuai dengan yang
ditemukan pada penderita asfiksia berat
PENATALAKSANAAN
Tujuan utama mengatasi asfiksia ialah untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan
membatasi gejala sisa (sekuele) yang mungkin timbul di kemudian hari. Tindakan yang
dikerjakan pada bayi lazim disebut resusitasi bayi baru lahir dengan memberikan ventilasi
yang adekuat dan pemberian oksigen yang cukup.
Sebelum resusitasi dikerjakan, perlu diperhatikan bahwa :
1. Faktor waktu sangat penting. Makin lama bayi menderita asfiksia, perubahan
homeostasis yang timbul makin berat, resusitasi akan lebih sulit dan kemungkinan
timbulnya sekuele akan meningkat.
2. Kerusakan yang timbul pada bayi akibat anoksia / hipoksia antenatal tidak dapat
diperbaiki, tetapi kerusakan yang akan terjadi karena anoksia /hipoksia pasca natal
harus dicegah dan diatasi
3. Riwayat kehamilan dan partus akan memeberikan keterangan yang jelas tentang
faktor penyebab terjadinya depresi pernapasan pada bayi baru lahir.
4. Penilaian bayi baru lahir perlu dikenal baik, agar resusitasi yang dilakukan dapat
dipilih dan ditentukan secara adekuat
Prinsip dasar resusitasi yang perlu diingat ialah :
1. Memberikan lingkungan yang baik pada bayi dan mengusahakan saluran pernapasan
tetap bebas serta merangsang timbulnya pernapasan, yaitu agar oksigenasi dan
pengeluaran CO2 berjalan lancar
2. Memberikan bantuan pernapasan secara aktif pada bayi yang menunjukkan usaha
pernapasan lemah
3. Melakukan koreksi terhadap asidosis yang terjadi
4. Menjaga agar sirkulasi darah tetap baik
Cara resusitasi
Resusitasi bertujuan memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian oksigen dan curah
jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada otak dan curah jantung yang cukup
dan alat alat vital lainnya. Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan yang
dikenal sebagai ABC resusitasi
A (Airway) Memastikan saluran napas terbuka
Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara : kompresi dada dan
pengobatan
Bayi diletakkan di bawah alat pemancar panas, tubuh dan kepala bayi dikeringkan
dengan menggunakan handuk atau selimut hangat (apabila diperlukan pengisapan
mekonium, dianjurkan untuk menunda pengeringan tubuh yaitu setelah mekonium
dihisap dari trakea).
Untuk bayi sangat kecil ( BB<1500 gram) / apabila suhu tubuh sangat dingin
dianjurkan menutup bayi dengan sehelai plastik tipis yang tembus pandangMeletakkan
bayi dalam posisi yang benar
Bayi diletakkan terlentang di alas yang datar, kepala lurus dan leher sedikit tengadah
(ekstensi).
Kepala bayi dimiringkan agar cairan berkumpul di mulut dan tidak di faring bagian
belakang
Apabila mekonium kental dan bayi mengalami depresi harus dilakukan pengisapan
dari trakea dengan menggunakan pipa endotrakea
Menilai bayi
Penilaian bayi dilakukan berdasarkan 3 gejala yang sangat penting bagi kelanjutan hidup bayi
Warna kulit
Agar VTP efektif, kecepatan memompa (kecepatan ventilasi ) dan tekanan ventilasi
harus sesuai
Tekanan ventilasi, nafas pertama setelah lahir membutuhkan 30 40 cmH 2O. Setelah
napas pertama membutuhkan 15 20 cmH2O
Observasi gerak dada bayi, adanya gerakan dada bayi turun naik, merupakan bukti
bahwa sungkup terpasang dengan baik dan paru paru mengembang dengan baik.
Observasi gerak perut bayi, mungkin disebabkan oleh masuknya dalam udara dalam
lambung
Penilaian suara napas bilateral, adanya saluran napas di kedua paru paru merupakan
indikasi bahwa bayi mendapat ventilasi yang benar
Apabila dengan tahapan di atas dada masih tetap kurang berkembang, sebaiknya
dilakukan intubasi endotrakeal dan ventilasi pipa balon.
Menilai frekuensi denyut jantung bayi pada saat VTP
KOMPLIKASI
Edema otak
Perdarahan otak
Hiperbilirubinemia
Enterokolikans netrotikans
Kejang
Koma
11
PROGNOSIS
Asfiksia berat : dapat terjadi kematian atau kelainan saraf pada hari-hari pertama.
Asfiksia dengan PH 6,9 dapat menyebabkan kejang sampai koma dan kelainan
neurologis permanen, misalnya serebral palsi atau retardasi mental.
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Current : Pediatric Diagnosis and Treatment: Neonatal Intensive Care, page 22-30. Edition
15 Th 2001 Mc Graw Hill Companies.
2. Avery Gordon B : Neonatologi, Pathology and Management Of The New Born, Page 182200. Second Edition.JB Lippincott Company Philadelphia1981.
3. Behrman, Kliegman : Nelson Essential Of Pediatric-Delivery Room Care, Page 160-166,
204-206. W.B Saunders Company 1990.
4. CorbertAnthony,M.D : Disorders Of The Respiratory Tract In Children, Page 268-273.
W.B Saunders Company1983
5. Rudolfs Fundamental Of Pediatric, Page 161-164 Mc Graw Hill Companies 2002.
6. eMedicine-Neonatal Resuscitation 2001 : Articel by Robin L Bissinger,MSN,RNC,NNP
7. Lara Mother Health Care Center : Asphyxia Neonatorum Wood David and Malan Atties :
Notes On The Newborn Infant Fifth Edition.1996.
13