You are on page 1of 7

(  )

 
SUNNAH-SUNNAH FITRAH
Syaikh Sayid Sabiq

Sumber Tulisan:

   


  
 

PERHATIAN
Ebook ini ditujukan untuk kepentingan penyebaran ilmu dan da'wah semata,
bukan untuk diperjualbelikan atau tujuan komersial lainnya.
Pustaka Lingkar Studi Islam ad-Difaa', Bandung.
E-mail: ibnu_mahmud1424@yahoo.com
١٤٢٨ ،‫ ﺫﻭ ﺍﳊﺠﺔ‬٠٤ ،‫ﺍﳋﻤﻴﺲ‬
Sunnah Fitrah – syaikh Sayid Sabiq

ÉΟŠÏm§9$# Ç≈uΗ÷q§9$# «!$# ÉΟó¡Î0

SUNNAH-SUNNAH FITRAH’
Allah  telah memilihkan untuk para Nabi  itu sunnah-sunnah, dan
menitahkan kita agar mengikuti mereka dalam hal-hal tersebut yang dijadikanNya
syiar atau perlambang dan sebagai ciri yang banyak dilakukan, untuk mengenal para
pengikut masing-masing dan memisahkan mereka dari golongan lain.
Ketentuan-ketentuan ini dinamakan sunnah-sunnah fitrah dan keterangannya
adalah sebagai berikut:

1. Berkhitan
Berhitan ialah memotong kulit yang menutupi ujung kemaluan untuk menjaga
agar disana tidak berkumpul kotoran, juga agar dapat menahan kencing dan supaya
tidak mengurangi kenikmatan dalam bersenggama. Hal ini berlaku untuk laki-laki,
adapun bagi perempuan maka yang dipotong itu adalah bagian atas dari kemaluan,
yakni dilihat dari kemaluan itu.1
Berkhitan ini adalah sunnah yang telah lama sekali, maka dari Abu Hurairah :

‫ﲔ َﺳَﻨ ﹰﺔ ﺑِﺎﹾﻟ ﹶﻘﺪﱡﻭ ِﻡ‬


َ ‫ﺴﻼﹶﻡ َﻭﻫُ َﻮ ﺍْﺑ ُﻦ ﹶﺛﻤَﺎِﻧ‬
‫ ﺍ ْﺧَﺘﺘَﻦَ ِﺇْﺑﺮَﺍﻫِﻴﻢُ َﻋﹶﻠْﻴ ِﻪ ﺍﻟ ﱠ‬ ‫ﻗﹶﺎ ﹶﻝ َﺭﺳُﻮ ﹸﻝ ﺍﻟﻠﱠ ِﻪ‬
Rasulullah  bersabda: “Ibrahim al-Khalil itu berkhitan setelah mencapai usia
80 tahun dan ia berkhitan itu dengan/di al-Qadum”.2 (HR Bukhari)

Madzhab jumhur hukumnya wajib, sedangkan Imam Syafi’i memandangnya


sunnah dilaksanakan pada hari ketujuh. Imam Syaukani berkata, “Dalam masalah
penetapan waktu pelaksanaan tidak diterima adanya dalil, begitu pula dalam
menentukan wajibnya”.

2. Mencukur bulu kemaluan dan mencabut bulu ketiak.


Mencukur bulu kemalian dan mencabut bulu ketiak merupakan sunnah yang
dapat dilakukan baik dengan cara menggunting, memotong, mencabut atau
mencukurnya.

3. Memotong kuku, memendekkan kumis atau memanjangkannya.


Kedua-duanya sama-sama berdasarkan riwayat yang sah, misalnya dalam hadits
Ibnu Umar  ada tersebut sebagai berikut:

‫ﺏ‬
َ ‫ﺸﻮَﺍ ِﺭ‬
‫ﲔ َﻭﱢﻓﺮُﻭﺍ ﺍﻟﱢﻠﺤَﻰ َﻭﹶﺃ ْﺣﻔﹸﻮﺍ ﺍﻟ ﱠ‬
َ ‫ﺸ ِﺮ ِﻛ‬
ْ ُ‫ﺧَﺎِﻟﻔﹸﻮﺍ ﺍﹾﻟﻤ‬

1
Hadits-hadits yang memerintahkan mengkhitan perempuan semuanya dhaif, tidak ada satu pun yang
sah.
2
Al-Qadum bisa berarti kampak, tetapi mungkin juga yang dimaksud adalah suatu wilayah/negeri di
Syams.

Pustaka Lingkar Studi Islam ad-Difaa’ Bandung 2


E-mail: ibnu_mahmud1424@yahoo.com
Sunnah Fitrah – syaikh Sayid Sabiq

“Bahwasanya Nabi  telah berkata, “Bedakanlah diri kalian dari orang-orang


musyrik, peliharalah jenggot dan potonglah kumis”. (HR Bukhari dan Muslim)

Sementara dalam hadits Abu Hurairah  dikatakan:

‫ﻒ ﺍ ِْﻹﺑْﻂ‬
ُ ‫ﺏ َﻭَﻧْﺘ‬
ِ ‫ﺺ ﺍﻟﺸﱠﺎ ِﺭ‬
‫ﺨﺘَﺎ ﹸﻥ َﻭﹶﻗ ﱡ‬
ِ ‫ﺤﺪَﺍﺩُ ﻭ ﺍﹾﻟ‬
ْ ‫ ﺍ ِﻻ ْﺳِﺘ‬:‫ﺲ ﺍﹾﻟ ِﻔ ﹾﻄ َﺮﺓﹸ ِﻣ ْﻦ ﺍﹾﻟ ِﻔ ﹾﻄ َﺮ ِﺓ‬
ٌ ‫ َﺧ ْﻤ‬ ‫ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﺍﻟﱠﻨِﺒ ﱢﻲ‬
‫َﻭَﺗ ﹾﻘﻠِﻴ ُﻢ ﹾﺍ َﻷ ﹾﻇﻔﹶﺎ ِﺭ‬
“Nabi  telah bersabda: “Lima perkara berupa fitrah, yaitu: memotong bulu
kemaluan, berkhitan, memotong kumis, mencabut bulu ketiak dan memotong kuku”.
(HR Jama’ah)

Jadi tidak ada ketentuan dan mana diantara keduanya yang patut disebut sebagai
sunnah. Tetapi, pada dasarnya ialah agar kumis itu tidak terlalu panjang hingga
menyangkut makanan dan minuman dan agar kotoran tidak menumpuk diatasnya.
Dan dari Zaid bin Arqam  bahwasanya Nabi  bersabda:

‫ﺲ ِﻣﻨﱠﺎ‬
َ ‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ َﻣ ْﻦ ﹶﻟ ْﻢ َﻳ ﹾﺄ ُﺧ ﹾﺬ ِﻣ ْﻦ ﺷَﺎﺭِﺏِ ِﻩ ﹶﻓﹶﻠْﻴ‬ ‫ﹶﺃﻥﱠ ﺍﻟﱠﻨِﺒ ﱢﻲ‬
“Barangsiapa yang tidak memotong kumisnya, tidaklah termasuk golongan
kami”. (HR Ahmad, Nasa’i, dan Imam Tirmidzi menyatakan shahnya).

Menggunting bulu kemaluan, mencabut bulu ketiak, memotong kuku,


memotong atau memanjangkan kumis itu, disunnahkan setiap pekan demi menjaga
kebersihan dan menyenangkan hati, karena adanya rambut atau bulu di badan (yang
tidak dirapikan dan dibersihkan) bisa menyebabkan kejengkelan dan kegelisahan.
Membiarkan semua ini diberi kesempatan selama 40 hari, tidak ada alasan untuk
memperpanjangnya lagi setelah itu. Dasarnya adalah hadits dari Anas :

ُ‫ﻂ ﻭ َﺣ ﹾﻠ َﻖ ﺍﹾﻟﻌَﺎَﻧ ِﺔ ﺃ ﱠﻻ ﻳُْﺘ َﺮ َﻙ ﹶﺃ ﹾﻛﹶﺜﺮ‬


ِ ‫ﻒ ﺍ ِْﻹِﺑ‬
َ ‫ﺺ ﺍﻟﺸﱠﺎﺭِﺏِ َﻭَﺗ ﹾﻘﻠِﻴ َﻢ ﹾﺍ َﻷ ﹾﻇﻔﹶﺎ ِﺭ َﻭَﻧْﺘ‬
‫ﰲ َﻭﹶﻗ ﱠ‬
ِ ‫ﺖ ﹶﻟﻨَﺎ ﺍﻟﱠﻨِﺒ ﱢﻲ‬ َ ‫َﻭﻗﱠ‬
‫ﲔ ﹶﻟْﻴﹶﻠ ﹰﺔ‬
َ ‫ِﻣ ْﻦ َﹶﺃ ْﺭَﺑ ِﻌ‬
“Kami diberi waktu oleh Nabi  dalam memotong kumis, memotong kuku,
mencabut bulu ketiak, menggunting bulu kemaluan agar tidak lebih dari 40 malam”.
(HR Ahmad, Abu Daud dan lain-lain).

4. Memelihara jenggot dan merapikannya


Memelihara jenggot dan merapikannya tidak sampai tumbuh lebat hingga
seseorang akan nampak berwibawa. Jadi jenggot tidak dipendekkan seakan-akan
dicukur, tetapi jangan pula dibiarkan begitu saja sehingga kelihatan tidak terurus,
tetapi hendaklah diambil jalan tengah, karena demikian itu dalam hal apapun adalah
baik.
Disamping itu, jenggot yang lebat menunjukkan kejantanan atau menjadi ciri
laki-laki yang sempurna dan matang. Dalam hadits yang diterima dari Umar 
bahwasanya Rasulullah  telah bersabda:

Pustaka Lingkar Studi Islam ad-Difaa’ Bandung 3


E-mail: ibnu_mahmud1424@yahoo.com
Sunnah Fitrah – syaikh Sayid Sabiq

‫ﺏ َﻭﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﺍْﺑ ُﻦ ﻋُ َﻤ َﺮ ِﺇﺫﹶﺍ َﺣ ﱠﺞ ﹶﺃ ْﻭ ﺍ ْﻋَﺘ َﻤ َﺮ‬


َ ‫ﺸﻮَﺍ ِﺭ‬
‫ﲔ َﻭﱢﻓﺮُﻭﺍ ﺍﻟﱢﻠﺤَﻰ َﻭﹶﺃ ْﺣﻔﹸﻮﺍ ﺍﻟ ﱠ‬ َ ‫ﺸ ِﺮ ِﻛ‬ ْ ُ‫ﺧَﺎِﻟﻔﹸﻮﺍ ﺍﹾﻟﻤ‬
ُ‫ﻀ ﹶﻞ ﹶﺃ َﺧ ﹶﺬﻩ‬
َ ‫ﺤَﻴِﺘ ِﻪ ﹶﻓﻤَﺎ ﹶﻓ‬
ْ ‫ﺾ َﻋﻠﹶﻰ ِﻟ‬َ ‫ﹶﻗَﺒ‬
“Bedakanlah diri kalian dari orang-orang musyrik, peliharalah jenggot dan
potonglah kumis”.3 (Disepakati oleh ahli-ahli hadits, sementara Bukhari
menambahkan, “Bila Ibnu Umar  naik haji atau umrah, dipegangnya jenggotnya dan
mana-mana yang berlebih dipotong).

5. Merapikan rambut
Merapikan rambut yang lebat dan panjang dengan memberinya minyak rambut
dan menyisirnya. Hal ini berdasarkan hadits dari Abu Hurairah  yang mengatakan
bahwasanya Nabi  telah bersabda:

‫َﻣ ْﻦ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﹶﻟﻪُ َﺷ ْﻌ ٌﺮ ﹶﻓ ﹾﻠُﻴ ﹾﻜ ِﺮ ْﻣ ُﻪ‬


“Barangsiapa yang memiliki rambut, hendaklah dirapikannya”. (HR Abu Daud)
Dan diterima dari Atha bin Yasar , katanya:

‫ﺡ َﺷ ْﻌ ِﺮ ِﻩ‬ِ ‫ﺻﻠﹶﺎ‬
ْ ‫ ﹶﻛﹶﺄﱠﻧ ُﻪ ﻳَﺄ ُﻣ ُﺮ ُﻩ ِﺑِﺈ‬ ‫ﺤَﻴ ِﺔ ﹶﻓﹶﺄﺷَﺎ َﺭ ِﺇﹶﻟْﻴ ِﻪ َﺭﺳُ ْﻮﻝﹸ ﺍﷲ‬
ْ ‫ﺱ ﻭَﺍﻟﱢﻠ‬
ِ ‫ ﺛﹶﺎِﺋﺮَﺍﻟﺮﱠﺃ‬ ‫ﹶﺃﺗَﻰ َﺭﺟُﻞﹸ ﺍﻟﱠﻨِﺒ ﱢﻲ‬
ُ‫ﺱ ﹶﻛﹶﺄﱠﻧﻪ‬ ِ ‫ﺲ َﻫﺬﹶﺍ َﺧْﻴﺮًﺍ ِﻣ ْﻦ ﹶﺃ ﹾﻥ ﻳَﺄِﺗ َﻲ ﹶﺃ َﺣﺪُﻛﹸ ْﻢ ﺛﹶﺎِﺋﺮَﺍﻟﺮﱠﺃ‬ َ ‫ ﺃﹶﻟَْﻴ‬:  ‫ﺤَﻴِﺘ ِﻪ ﹶﻓ ﹶﻔ َﻌ ﹶﻞ ﹸﺛﻢﱠ َﺭ َﺟ َﻊ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ‬
ْ ‫َﻭِﻟ‬
‫َﺷْﻴﻄﹶﺎ ﹲﻥ‬
“Seorang laki-laki yang berambut dan berjenggot kusut massai datang
mendapatkan Nabi , lalu beliau pun memberi isyarat kepadanya, seolah-olah
menyuruhnya merapikan rambut dan jenggotnya. Laki-laki itu pergi melakukannya,
kemudian kembali. Maka Rasulullah  bersabda: “Nah, tidakkah ini lebih baik
daripada seseorang datang dengan kepala kusut tak ubahnya bagai setan?” (HR
Malik).

Diterima pula dari Abu Qatadah :

‫ﺴ َﻦ ِﺇﹶﻟْﻴﻬَﺎ َﻭﹶﺃ ﹾﻥ َﻳَﺘ َﺮ ﱠﺟ ﹶﻞ ﹸﻛ ﱠﻞ َﻳ ْﻮ ٍﻡ‬


ِ‫ﺤ‬ْ ُ‫ ﹶﻓﹶﺄ َﻣ َﺮﻩُ ﹶﺃ ﹾﻥ ﻳ‬ ‫ﺴﹶﺄ ﹶﻝ ﺍﻟﱠﻨِﺒ ﱠﻲ‬
َ ‫ﺨ َﻤ ﹲﺔ ﹶﻓ‬
ْ‫ﺿ‬َ ٌ‫ﹶﺃﻧﱠ ُﻪ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﹶﻟﻪُ ُﺟﻤﱠﺔ‬
“Bahwasanya ia mempunyai rambut lebat terurai sampai ke bahu, maka
ditanyakannya hal itu kepada Nabi . Beliau pun menyuruh agar ia merapikan dan
menyisirnya setiap hari”. (HR an-Nasa’i).
Sementara Imam Malik dalam bukunya al-Muwattha’ meriwayatakannya
dengan kalimat-kalimat berikut, kataku:

‫ َﻧ َﻌ ْﻢ َﻭ ﹶﺃ ﹾﻛ ِﺮ ْﻣﻬَﺎ‬:‫ﻳَﺎ َﺭﺳُﻮ ﹶﻝ ﺍﷲ ِﺇﻥﱠ ﻟِﻲ ﺟُ ﱠﻤ ﹰﺔ ﹶﺃﹶﻓﺄﹸ َﺭ ﱢﺟﻠﹸﻬَﺎ؟ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬

3
Para ahli fiqih mengganggap perintah ini sebagai perintah wajib dan berdasarkan hal itu mereka
menetapkan haramnya mencukur jenggot.

Pustaka Lingkar Studi Islam ad-Difaa’ Bandung 4


E-mail: ibnu_mahmud1424@yahoo.com
Sunnah Fitrah – syaikh Sayid Sabiq

Ya Rasulullah, saya mempunyai rambut terurai, apakah perlu disisir? “Benar”,


ujar Nabi , “dan rapikanlah”.

Maka Abu Qatadah  kadang-kadang meminyaki rambutnya dua kali sehari,


disebabkan perintah Nabi  “Dan rapikanlah” itu.

Memotong rambut kepala diperbolehkan, begitu pun memanjangkannya dengan


syarat dirawat dengan baik. Hal ini berdasarkan hadits dari Ibnu Umar  bahwasanya
Nabi  telah bersabda:
‫ﹶﺃ ْﺣِﻠﻘﹸﻮﺍ ﹸﻛﻠﱡ ُﻪ ﹶﺃ ْﻭ ﹶﺫ ُﺭﻭْﺍ ﹸﻛﻠﱡ ُﻪ‬
“Cukurlah semuanya atau biarkan semuanya”. (HR Ahmad, Muslim, Abu Daud
dan Nasa’i).
Adapun mencukur sebagian dan meninggalkan sebagian, maka hukumnya
makruh, hal ini berdasarkan hadits Nafi’  dari Ibnu Umar :

‫ﻉ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬
ُ ‫ﺖ ِﻟﻨَﺎِﻓ ٍﻊ َﻭﻣَﺎ ﺍﻟﻘ َﺰ‬
ُ ‫ﻉ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹸﻗ ﹾﻠ‬
ِ َ‫ﺻﻠﱠﻰ ﺍﻟﱠﻠ ُﻪ َﻋﹶﻠْﻴ ِﻪ َﻭ َﺳﻠﱠ َﻢ َﻧﻬَﻰ َﻋ ْﻦ ﺍﻟﻘﺰ‬
َ ‫ﹶﺃﻥﱠ َﺭﺳُﻮ ﹶﻝ ﺍﻟﻠﱠ ِﻪ‬
‫ﺾ‬
ٌ ‫ﺼِﺒ ﱢﻲ َﻭﻳُْﺘ َﺮﻙُ َﺑ ْﻌ‬ ‫ﺱ ﺍﻟ ﱠ‬
ِ ‫ﺤﹶﻠﻖُ َﺑ ْﻌﺾُ َﺭﹾﺃ‬
ْ ُ‫ﻳ‬
“Rasulullah  telah melarang qaza’. Lalu ditanyakan kepada Nafi, apa yang
dimaksud dengan qaza. Jawab beliau, “Mencukur sebagian kepala anak dan
meninggalkan sebagiannya lagi”. (Disepakati oleh ahli-ahli hadits).
Juga berdasarkan hadits Ibnu Umar  yang tersebut dulu.

6. Membiarkan uban dan tidak mencabutnya.


Membiarkan uban dan tidak mencabutnya, baik uban di kepala maupun jenggot
adalah sunnah fitrah. Dalam hal ini tidak ada bedanya laki-laki maupun perempuan,
berdasarkan hadits dari Amar bin Syu’aib  yang diterimanya dari bapaknya
seterusnya dari kakeknya bahwasanya Nabi  telah bersabda:

‫ﺐ ﺍﻟﱠﻠ ُﻪ ﹶﻟﻪُ ِﺑﻬَﺎ‬


َ ‫ﻼ ِﻡ ِﺇﻻﱠ ﹶﻛَﺘ‬
‫ﺴِﻠ ٍﻢ َﻳﺸِﻴﺐ َﺷْﻴَﺒ ﹰﺔ ﻓِﻲ ﺍ ِْﻹ ْﺳ ﹶ‬ ْ ُ‫ﺴِﻠ ِﻢ ﻣَﺎ ِﻣ ْﻦ ﻣ‬
ْ ُ‫ﺐ ﹶﻓِﺈﱠﻧﻪُ ُﻧ ْﻮﺭُﺍﹾﻟﻤ‬
َ ‫ﺸْﻴ‬
‫ﻒ ﺍﻟ ﱠ‬ ِ ‫ﹶﻻ َﺗْﻨِﺘ‬
‫ﺴَﻨ ﹰﺔ َﻭ َﺭﹶﻓ َﻌﻪُ ِﺑﻬَﺎ َﺩ َﺭ َﺟ ﹰﺔ َﻭ َﺣﻂﱠ َﻋْﻨﻪُ ِﺑﻬَﺎ َﺧﻄِﻴﹶﺌ ﹰﺔ‬
َ ‫َﺣ‬
“Janganlah kau cabut uban, karena ia merupakan cahaya bagi seorang muslim,
tak seorang muslim pun yang memperoleh selembar uban dalam Islam kecuali Allah
akan mencatatkan untuknya satu kebaikan, meninggikan derajatnya satu tingkat dan
menghapus daripadanya satu kesalahan”. (HR Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi dan Ibnu
Madjah).

Dan dari Anas :

‫ﺤَﻴِﺘ ِﻪ‬
ْ ‫ﺸ ْﻌ َﺮ ﹶﺓ ﺍﻟَﺒْﻴﻀَﺎ َﺀ ِﻣ ْﻦ ﺭَﺃ ِﺳ ِﻪ َﻭِﻟ‬
‫ﻒ ﺍﻟﺮﱠ ُﺟ ﹸﻞ ﺍﻟ ﱠ‬
َ ‫ﻛﹸﻨﱠﺎ َﻧ ﹾﻜ َﺮﻩُ ﹶﺃ ﹾﻥ َﻳْﻨِﺘ‬
“Kami tidak menyukai bila seorang laki-laki itu mencabut rambut putih dari
kepala dan jenggotnya”. (HR Muslim).

Pustaka Lingkar Studi Islam ad-Difaa’ Bandung 5


E-mail: ibnu_mahmud1424@yahoo.com
Sunnah Fitrah – syaikh Sayid Sabiq

7. Mewarnai uban.
Mewarnai uban rambut memakai inai dengan warna merah, kuning dan
sebagainya, hal ini berdasarkan hadits dari Abu Hurairah  bahwasanya Rasulullah 
telah bersabda:
‫ﺼِﺒﻐُ ْﻮ ﹶﻥ ﹶﻓﺨَﺎِﻟ ﹸﻔ ْﻮ ُﻫ ْﻢ‬
ْ ‫ﺇِﻧﱠﺎ ﺍﹾﻟَﻴﻬُ ْﻮ َﺩ َﻭ ﺍﹾﻟَﻨﺼَﺎﺭَﻯ ﻟﹶﺎ َﻳ‬
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak mewarnai rambut. Maka selisihilah
mereka!” (HR Jama’ah)

Hal ini juga berdasarkan hadits dari Abu Dzar  bahwasanya Rasulullah  telah
bersabda:
ُ‫ﺤﻨﱠﺎﺀُ ﻭَﺍﹾﻟ ﹶﻜَﺘﻢ‬
ِ ‫ﺐ ﺍﹾﻟ‬
ُ ‫ﺴ َﻦ ﻣَﺎ ﻏﹸﱢﻴ َﺮ ِﺑ ِﻪ ﺍﻟﺸﱠْﻴ‬
َ ‫ِﺇﻥﱠ ﹶﺃ ْﺣ‬
“Sebaik-baik bahan untuk mencelup uban ini ialah inai dan katam”.4
(Diriwayatkan oleh yang Berlima).

Tetapi, adapula hadits yang menyatakan makruhnya mewarnai uban. Dalam


masalah ini ada perbedaan, yakni dengan mempertimbangkan keadaan usia, kebiasaan
serta adat suatu masyarakat. Dari sebagian shahabat diriwayatkan bahwasanya lebih
utama tidak mewarnai uban, sedangkan dari sebagian lagi menyatakan lebih utama
mewarnainya. Sebagian mereka (para shahabat) ada yang mewarnai uban dengan
warna kuning, sebagian lagi dengan inai dan katam, ada pula yang mewarnai dengan
kunyit, dan segolongan lagi dengan warna hitam. Dalam kitab al-Fath, disebutkan
oleh al-Hafidz bahwasanya Ibnu Syihab az-Zukhri menceritakan: “Bila wajah kami
masih penuh, kami mencelup dengan warna hitam, tetapi apabila wajah kami telah
keriput dan gigi-gigi telah ompong, kami tidak memakai (mewarnai uban) itu lagi”.
Adapun hadits Jabir  berikut: “Abu Quhafah –yakni bapak Abu Bakar -
pada hari penaklukan Makkah dibawa kepada Rasulullah  sedang kepalanya tak
ubah bagai kapas. Maka bersabdalah Rasulullah :
‫ﺴﻮَﺍ َﺩ‬
‫ﺸ ْﻲ ٍﺀ َﻭ َﺟﻨﱢﺒ ُﻮ ُﻩ ﺍﻟ ﱠ‬
َ ‫ﺾ ِﻧﺴَﺎِﺋ ِﻪ ﹶﻓ ﹾﻠﺘُ َﻐﻴﱢﺮُﻩُ ِﺑ‬
ِ ‫ِﺇ ﹾﺫﻫَﺎﺑُﻮِﺑ ِﻪ ِﺇﻟﹶﻰ َﺑ ْﻌ‬
“Bawalah kepada salah seorang isterinya agar rambutnya dicat dengan sesuatu
tetapi jangan dengan warna hitam”. (HR Jama’ah kecuali Bukhari dan Tirmidzi).

Kemudian, tidaklah sepantasnya bagi seorang seperti Abu Quhafah yang


rambutnya telah putih seperti kapas itu akan memakai celup berwarna hitam. Hal ini
tidak pantas bagi dirinya.

8. Memakai minyak wangi (parfum)


Berharum-haruman dengan kesturi dan minyak wangi lainnya yang
menyenangkan hati, melegakan dada dan menyegarkan jiwa serta membangkitkan
tenaga dan kegairahan bekerja, berdasarkan hadits Anas  bahwasanya Rasulullah 
telah bersabda:

‫ﺼﻠﹶﺎ ِﺓ‬
‫ﺖ ﹸﻗﺮﱠ ﹸﺓ َﻋْﻴﻨِﻲ ﻓِﻲ ﺍﻟ ﱠ‬
ْ ‫ﺐ َﻭﺟُ ِﻌﹶﻠ‬
ُ ‫ﺐ ِﺇﹶﻟ ﱠﻲ ِﻣ َﻦ ﺍﻟ ﱡﺪْﻧﻴَﺎ ﺍﻟﱢﻨﺴَﺎ ُﺀ ﻭَﺍﻟ ﱢﻄْﻴ‬
َ ‫ﺣُﱢﺒ‬

4
Semacam tumbuhan yang menghasilkan celup hitam kemerah-merahan (pirang).

Pustaka Lingkar Studi Islam ad-Difaa’ Bandung 6


E-mail: ibnu_mahmud1424@yahoo.com
Sunnah Fitrah – syaikh Sayid Sabiq

“Diantara kesenangan-kesenangan dunia yang saya sukai adalah wanita dan


wangi-wangian, sedang biji mataku ialah mengerjakan shalat”. (HR Ahmad dan
Nasa’i).

Juga hadits dari Abu Hurairah :

‫ﺤ ِﺔ‬
َ ‫ﺐ ﺍﻟ ﱠﺮِﺛ‬
ُ ‫ﺤ َﻤ ِﻞ ﹶﻃﻴﱢ‬
ْ ‫ﺐ ﹶﻓﻠﹶﺎ َﻳ ُﺮﺩﱠ ُﻩ ﹶﻓِﺈﱠﻧﻪُ َﺧ ِﻔْﻴﻒُ ﺍﹾﻟ َﻤ‬
ٌ ‫ﺽ َﻋﹶﻠْﻴ ِﻪ ِﻃْﻴ‬
َ ‫َﻣ ْﻦ ﻋُ ِﺮ‬
“Siapa yang diberi wangi-wangian janganlah menolak, karena ia mudah dibawa
dan semerbak harumnya”. (HR Muslim, Nasa’i dan Abu Daud).

Dan dari Abu Sa’id  bahwasanya Nabi  berkata perihal minyak kesturi:

‫ﺐ‬
ِ ‫ﻫُ َﻮ ﹶﺃ ﹾﻃَﻴﺐُ ﺍﻟ ﱢﻄْﻴ‬
“Ia dalah wangi-wangian yang terbaik”. (HR Jama’ah kecuali Bukhari dan Ibnu
Majah).

Dan dari Nafi’  katanya:

‫ﺠ َﻤ َﺮ ﺑ ﹾﺎ َﻷﻟﹸ ﱠﻮ ِﺓ ﹶﻏْﻴ َﺮ ُﻣ ﹶﻄﺮﱠﺍ ٍﺓ َﻭِﺑﻜﹶﺎﻓﹸﻮ ٍﺭ َﻳ ﹾﻄ َﺮﺣُﻪُ َﻣ َﻊ‬ ْ ‫ﺠ َﻤ َﺮ ﺍ ْﺳَﺘ‬


ْ ‫ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﺍْﺑ ُﻦ ﻋُ َﻤ َﺮ ِﺇﺫﹶﺍ ﺍ ْﺳَﺘ‬
‫ﺻﻠﱠﻰ ﺍﻟﱠﻠ ُﻪ َﻋﹶﻠْﻴ ِﻪ َﻭ َﺳﻠﱠ َﻢ‬
َ ‫ﺠ ِﻤﺮُ َﺭﺳُﻮ ﹸﻝ ﺍﻟﻠﱠ ِﻪ‬ ْ ‫ﺴَﺘ‬
ْ ‫ﹾﺍ َﻷﻟﹸ ﱠﻮ ِﺓ ﹸﺛﻢﱠ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ َﻫ ﹶﻜﺬﹶﺍ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ َﻳ‬
“Adakalanya Ibnu Umar membakar uluwah tanpa campuran dan adakalanya
dengan kapur barus yang dicampurnya bersama uluwah seraya berkata: “Beginilah
Rasulullah  mengasapi dirinya”.

šÏϑn=≈yèø9$# Å_Uu‘ ¬! ߉ôϑysø9$#

Pustaka Lingkar Studi Islam ad-Difaa’ Bandung 7


E-mail: ibnu_mahmud1424@yahoo.com

You might also like